Manajemen Kelas
Manajemen Kelas
Manajemen Kelas
--( i )--
MANAJEMEN KELAS
“Mengembangkan Profesionalisme Guru”
(Dilengkapi Model-model Pembelajaran Inovatif)
Penulis:
Jusmawati, S. Pd., M. Pd.
Eka Fitriana HS, S. Pd., M. Pd.
PENERBIT:
CV. AA. RIZKY
2019
--( ii )--
MANAJEMEN KELAS
“Mengembangkan Profesionalisme Guru”
(Dilengkapi Model-model Pembelajaran Inovatif)
Penulis:
Jusmawati, S. Pd., M. Pd.
Eka Fitriana HS, S. Pd., M. Pd.
Editor:
Muh. Reski Salemuddin, S. Sos., M. Pd.
Penerbit:
CV. AA. RIZKY
Jl. Raya Ciruas Petir, Puri Citra Blok B2 No. 34
Kecamatan Walantaka, Kota Serang - Banten, 42183
Hp. 0819-06050622, Website : www.aarizky.com
E-mail: aa.rizkypress@gmail.com
Anggota IKAPI
No. 035/BANTEN/2019
ISBN : 978-623-7411-52-9
x + 190 hlm, 25 cm x 18 cm
--( iv )--
Guru biasa memberitahukan
Guru baik menjelaskan
Guru ulung memeragakan
Guru hebat mengilhami
(Wiliam Arthur Ward)
--( v )--
PRAKATA
Penulis
--( vi )--
DAFTAR ISI
PRAKATA......................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................... vii
BAB I HAKIKAT MANAJEMEN KELAS ............................... 1
A. Pengertian Manajemen .............................................. 1
B. Manajemen Kelas ...................................................... 2
C. Fungsi-fungsi Manajemen dalam Kelas .................... 3
D. Tujuan Manajemen Kelas .......................................... 7
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen
Kelas .......................................................................... 8
F. Komponen-Komponen Keterampilan Manajemen
Kelas .......................................................................... 11
G. Manajemen Kelas yang Efektif.................................. 13
H. Hal-hal yang Perlu Dihindari dalam Manajemen
Kelas .......................................................................... 19
I. Masalah Pengelolaan Kelas ....................................... 21
J. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas ....................... 23
BAB II BELAJAR ........................................................................ 25
A. Pengertian Belajar ...................................................... 25
B. Jenis-Jenis Belajar...................................................... 26
C. Teori-Teori Belajar .................................................... 28
D. Prinsip-Prinsip Belajar ............................................... 43
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR ........................................................................ 45
A. Faktor-Faktor Intern ................................................... 45
B. Faktor-Faktor Ekstern ................................................ 51
BAB IV HAKIKAT ANAK DIDIK .............................................. 61
A. Hakikat Anak Didik Sebagai Manusia ....................... 61
B. Anak Didik Sebagai Subjek Belajar .......................... 64
C. Kebutuhan Siswa ....................................................... 65
D. Pengembangan Individu dan Karakteristik Siswa ..... 68
--( ix )--
--( x )--
BAB I
HAKIKAT
MANAJEMEN KELAS
A. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata dalam bahasa Inggris
“Management”, dengan kata kerja “to manage” yang secara umum
berarti mengurusi, mengemudikan, mengelolah, menjalankan,
membina, atau memimpin; kata benda “management”, dan “manage”
berarti orang yang melakukan kegiatan manajemen. Manajemen adalah
usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain (Terry, 1997). Lebih lanjut lagi
Stoner, Freeman, dan Gilbert (2005) menyatakan bahwa manajemen
adalah proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan serta
pengawasan terhadap anggota organisasi dan penggunaan semua
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Gibson, Ivancevich, dan Donelly (2000) menyatakan bahwa
manajemen adalah proses individual maupun kelompok untuk
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain
agar memperoleh hasil yang tidak dapat diraih oleh seorang individu
saja.
Beberapa pakar menggunakan kata managemen sebagai kata
benda kolektif yang menggambarkan bahwa manajemen merupakan
suatu kelompok dalam organisasi. Pakar lain menyatakan bahwa
manajemen merupakan suatu ilmu, seni, karir ataupun sebagai profesi.
Manajemen juga dipandang sebagai suatu disiplin pengajaran dalam
bidang tertentu. Terlepas dari pemikiran dan pemahaman yang berbeda
--( 1 )--
tersebut pada hakikatnya manajemen mengandung dasar falsafah dan
unsur-unsur inti sebagai berikut:
1. Manajemen memiliki tujuan yang ingin dicapai, dimana tujuan
tersebut telah ditetapkan terlebih dahulu (Predetermined
objectives);
2. Pencapaian tujuan dilaksanakan melalui pendelegasian wewenang
kepada orang lain (Through the effort of other peaple);
3. Pencapaian tujuan organisasi dilaksanakan melalaui fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kepemimpinan, dan
pengawasan sehingga penggunaan faktor “human” dan “non
human” dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien (how to
manage of effectively)
B. Manajemen Kelas
Manajemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan
kelas. Manajemen merupakan rangkaian usaha untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan orang lain, sedangkan
yang dimaksud dengan kelas adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam kelas tersebut, guru berperan sebagai manajer utama
dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan
melaksanakan pengawasan atau supervisi kelas.
Manajemen kelas menurut Mulyasa (2006:91) merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajran yang kondusif
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Nawawi (Djamarah, 2006: 177) menyatakan bahwa manajemen kelas
dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada
setiap individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan
terarah.
Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen kelas adalah
usaha sadar untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengaktualisasikan, serta melaksanakan pengawasan atau supervisi
terhadap program dan kegiatan yang ada di kelas sehingga proses
--( 2 )--
belajar mengajar dapat berlangsung secara sistematis, efektif, dan
efisien, sehingga segala potensi peserta didik mampu dioptimalkan.
--( 3 )--
keputusan. Karena itu, perencanaan dapat dipahami sebagai suatu
proses dalam rangka untuk mengambil keputusan dan penyusunan
rangkaian tindakan selanjutnya di masa depan.
Tanpa perencanaan, manajer tidak dapat mengetahui bagaimana
mengorganisasikan orang dan sumber daya yang dimiliki
oerganisasi secara efektif. Tanpa perencanaan, manajer dan orang-
orang yang membantunya hanya mempunyai peluang kecil untuk
mencapai sasaran atau mengetahui adanya penyimpangan secara
dini. Organisasi biasanya dikendalikan oleh dua macam
perencanaan, yaitu perencanaan strategis dan perencanaan
operasional. Rencana strategis didesain oleh manajer tingkat atas
dan menentukan sasaran secara luas, sedangkan rencana operasional
merupakan tahapan kegiatan operasional yang perlu dilakukan oleh
seluruh elemen yang ada dalam organisasi agar tujuan organisasi
dapat tercapai dengan optimal.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses manajerial yang berkelanjutan.
Sebagaimana kita ketahui teknologi terus berkembang dan
lingkungan organisasi dapat berubah. Oleh karena itu manajer harus
menyesuaikan strategi yang telah disusunnya sehingga tujuan dari
organisasi tetap dapat dicapai secara efektif dan efisien. Demikian
halnya dengan struktur organisasinya dapat didesain kembali
disesuaikan dengan perubahan lingkungan yang terjadi sehingga
tujuan organisasi dapat dicapai efektif dan efisien.
Tujuan organisasi adalah untuk mengelompokkan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya yang dimiliki agar pelaksanaan
dari suatu rencana dapat dicapai secara efektif dan efisien. Langkah
penting dalam pengorganisasian adalah proses mendesain
organisasi, yaitu penentuan sturuktur organisasi yang paling
memadai untuk strategi, orang-orang yang berpartisipasi, teknologi
yang digunakan, serta tugas organisasi yang diemban.
Unit-unit kerja perlu dibentuk, yang dilengkapi dengan skema
hubungan antar pemilik dengan manajer, serta antara manajer
dengan orang-orang, yang akan melahirkan struktur organisasi yang
mampu berkoordinasi dalam seluruh aktivitas organisasi.
--( 4 )--
3. Fungsi Menggerakkan (Kepemimpinan)
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi
aktivitas daripada kelompok yang terorganisir dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan.
Memimpin adalah suatu proses mempengaruhi yang orang lain
untuk bekerja menuju pencapaian tujuan organisasi
4. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah suatu upaya yang sistematis untuk
menetapkan standar prestasi yang sesuai dengan sasaran
perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi,
menentukan apakah ada penyimpangan, dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut, serta mengambil inisiatif dan tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya
organisasi yang digunakan dikelolah dengan cara yang paling
efektif dan efisien guna tercapainya sasaran dan tujuan organisasi.
Tujuan utama dalam pengendalian adalah memastikan bahwa
hasil kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Pengendalian tidak bersifat retriktif, namun korektif, artinya jika
terjadi penyimpangan dapat didetekski sedini mungkin. Dengan
adanya pengendalian diharapkan:
a. Diketahui atau dipastikan kemajuan yang diperoleh dalam
pelaksanaan perencanaan;
b. Meramalkan arah perkembangan dan hasil yang akan dicapai;
c. Menentukan tindakan pencegahan apa yang diperlukan untuk
menghadapi permasalahan-permasalahan;
d. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki
perencanaan yang akan datang;
e. Mengetahui adanya penyimpangan terhadap perencanaan sedini
mungkin
Fungsi manajemen kelas sebenarnya menrupakan implementasi
dari fungsi-fungsi manajemen yang diaplikasikan di dalam kelas oleh
guru untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif.
Berikut disajikan fungsi manajemen kelas:
--( 5 )--
a. Fungsi Perencanaan Kelas
Merencanakan adalah membuat suatu target yang ingin dicapai
atau diraih di masa depan. Dalam kaitannya dengan kelas,
merencanakan merupakan sebuah proses untuk memikirkan dan
menetapkan secara matang tentang arah, tujuan, tindakan, sumber
daya sekaligus metode atau teknik yang tepat untuk digunakan guru
di dalam kelas. Perencanaan kelas sangat penting bagi guru karena
berfungsi untuk:
1) Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai di dalam
kelas
2) Menetapkan aturan yang harus diikuti agar tujuan kelas dapat
tercapai dengan efektif
3) Memberikan tanggung jawab secara individu kepada peserta
didik yang ada di kelas
4) Memperhatikan serta memonitor berbagai aktivitas yang ada di
kelas agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Pengorganisasian Kelas
Setelah mendapat kepastian tentang arah, tujuan, tindakan,
sumber daya, sekaligus metode atau teknik yang tepat untuk
digunakan, lebih lajut lagi guru melakukan upaya pengorganisasian
agar rencana tersebut dapat berlangsung dengan sukses. Dalam
kaitannya dengan kelas, mengorganisasikan berarti:
Menentukan sumber daya dan kegiatan yng dibutuhkan untuk
mencapai tujuan kelas
1) Merancang dan mengembangkan kelompok belajar yang berisi
peserta didik dengan kemampuan yang bervariasi
2) Menugaskan peserta didik dan kelompok belajar dalam suatu
tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu
3) Mendelegasikan wewenang manajemen kelas kepada peserta
didik
c. Fungsi Kepemimpinan Kelas
Kepemimpinan efektif di ruang kelas merupakan bagian dari
tanggung jawab guru di dalam kelas. Dalam hal ini, guru
memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan membimbing peserta
didik untuk dapat melaksanakan proses belajar dan pembelajaran
--( 6 )--
yang efektif sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran. Selain
itu, guru harus mampu memberikan keteladanan yang baik bagi
peserta didik sehingga peserta didik akan mengikuti apa yang
dilakukan oleg guru. Dalam kepemimpinan, guru perlu menjaga
wibawa dan kredibilitas, dengan tanpa mengabaikan kemampuan
fleksibilitas dan adaptif dengan kebutuhan peserta didik.
d. Fungsi Pengendalian Kelas
Pengendalian kelas bukan merupakan perkara yang mudah,
karena di dalam kelas terdapat berbagai macam peserta didik yang
memiliki karakteristik yang berbeda. Kegiatan di dalam kelas
dimonitor, dicatat, dan kemudian dievaluasi agar dapat dideteksi
apa yang kurang serta dapat direnungkan kira-kira apa yang perlu
diperbaiki. Pengendalian merupakan proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa
elemen, yaitu:
1) Menetapkan standar penampilan kelas
2) Menyediakan alat ukur standar penilaian kelas
3) Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah
ditetapkan di kelas
4) Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan
yang tidak sesuai dengan tujuan kelas
--( 7 )--
efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar peserta
didik.
Ketercapaian tujuan manajemen kelas dapat dideteksi atau
dilihat dari:
1. Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan
yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa. Artinya bahwa
perilaku yang diperlihatkan peserta didik seberapa tinggi, seberapa
baik, dan seberapa besarterhadap pola perilaku yang diperlihatkan
guru kepadanya di dalam kelas.
2. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh kosentrasi dalam
melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Perilaku yang memperlihatkan guru berupa kinerja dan pola
perilaku orang dewasa dalam nilai dan norma balikannya akan
berupa peniruan dan percontohan oleh peserta didik baik atau
buruknya amat bergantu kepada bagaimana perilaku itu diperankan.
--( 8 )--
b. Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru
dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat
duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit
mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu,
ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik
d. Pengaturan penyimpangan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang
mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan
bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai
praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku
pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya,
hendak ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu gerak kegiatan peserta didik. Tentu saja masalah
pemeliharaan juga sangat penting dan secara periodik harus
dicek dan recek. Hal lainnya adalah pengamanan barang-barang
tersebut. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang
mudah meledak dan terbakar.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menciptakan lingkungan
fisik tempat belajar adalah kebersihan dan kerapian. Seyogyanya
guru dan peserta didik turut aktif dalam memberikan keputusan
mengenai tata ruang, dekorasi, dan sebagainya.
2. Kondisi Sosio-Emosional
a. Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai
suasana emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan
kepemimpinannya dengan demokratis, otoriter, atau adaptif.
Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta didik.
b. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar
peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat
--( 9 )--
dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan
dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah
tingkah lakunya bukan membenci peserta didiknya. Terimalah
peserta didik dengan hangat sehingga ia insyaf akan
kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan suatu
kondisi yang menyebabkan peserta didik sadar akan
kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki
kesalahannya.
c. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut
mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara yang
melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu
rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik akan
mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan
sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara
hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume
suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan
mendorong peserta didik untuk memperhatikan pelajaran, dan
tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan
peserta didik.
d. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik antara guru dan peserta didik dalam
masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting.
Dengan terciptanya hubungan baik guru dan peserta didik,
diharapkan peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan
semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar
yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang
ada dalam dirinya.
3. Kondisi organisasional
Secara umum faktor kondisi organisasional yang mempengaruhi
manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor internal peserta didik
Berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.
Kepribadian peserta didik dengan ciri-ciri khasnya masing-
masing, menyebabkan peserta didik berbeda dari peserta didik
--( 10 )--
lainnya secara individual. Perbedaan secara individual ini
dilihat dari aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis.
b. Faktor eksternal peserta didik
Berkaitan dengan masalah suasana lingkungan, penempatan
peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah peserta
didik, dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik di kelas
akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta
didik di kelas, akan cenderung lebih mudah munculnya konflik
yang menyebabkan ketidaknyamanan, begitupun sebaliknya.
--( 11 )--
c. Memusatkan perhatian kelompok
Munculnya kelompok informal di kelas, atau pengelompokan
karena disengaja oleh guru dalam kepentingan pembelajaran
membutuhkan kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan
perilakunya, terutama ketika kelompok perhatiannya harus
terpusat pada tugas yang harus diselesaikan.
d. Memberikan petunjuk dengan jelas
Untuk mengarahkan kelompok ke dalam pusat perhatian seperti
dijelaskan sebelumnya, serta untuk memudahkan peserta didik
menjelaskan tugas yang dibebankan kepadanya, maka tugas
guru adalah menyampaikan setiap pelaksanaan tugas-tugas
tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan yang harus dilaksanakan
peserta didik secara bertahap dan jelas.
e. Menegur
Permasalahan bisa terjadi dalam hubungan yang terbangun, baik
antar peserta didik, maupun antara guru dengan peserta didik.
Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa terjadi dalam
konteks pembelajaran, sehingga guru sebagai pemegang kendali
kelas harus mampu memberikan teguran yang sesuai dengan
beban permasalahan yang terjadi sesuai dengan beban
permasalahan yang terjadi serta menyesuaikan dengan tugas dan
perkembangan peserta didik. Teguran yang disampaikan guru
kepada peserta didik tidak memberikan efek penyerta yang
dapat menimbulkan ketakutan bagi peserta didik, namun
memberikan kesadaran kepada peserta didik tentang masalah
yang terjadi.
f. Memberikan penguatan
Penguatan merupakan upaya yang diarahkan guru agar prestasi
dan perilaku yang baik dapat dipertahankan oleh peserta didik
atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan kepada
peserta didik lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat
berupa pemberian hadiah (reward) yang bersifat moril maupun
materil namun tidak berlebihan.
--( 12 )--
2. Keterampilan pengendalian kondisi belajar
a. Memodifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk
tingkah laku ke dalam tuntutan kegiatan pembelajaran sehingga
tidak muncul prototype pada diri peserta didik tentang peniruan
perilaku yang kurang baik.
b. Pengelolaan kelompok
Kelompok belajar di kelas merupakan bagian dari pencapaian
tujuan pembelajaran dan strategi yang diterapkan oleh guru.
Kelompok juga bisa muncul secara informal seperti teman
bermain, teman seperjalanan, teman karena gender dan lain-
lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian tujuan
pembelajaran, maka kelompok yang ada di dalam kelas itu
harus dikelolah dengan baik oleh guru.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah
Permasalahan memiliki sifat akan selalu ada dan memberikan
efek berkelanjutan, oleh karena itupermasalahn akan mucul di
dalam kelas, yang berkaitan dengan interaksi dan akan diikuti
oleh dampak pengiring yang besar bila tidak diselesaikan
secepatnya. Guru harus dapat mendeteksi permasalahan yang
mucul serta secepatnya mampu mengambil langkah-langkah
penyelesaian, sehingga permasalahan tersebut akan cepat
teratasi.
--( 13 )--
1. Kelas merupakan sistem yang diorganisasi untuk tujuan tertentu,
yang dilengkapi dengan tugas-tugas dan dipimpin serta diarahkan
oleh guru
2. Guru merupakan tutor dan teladan bagi semua peserta didik yang
ada di kelas, bukan hanya untuk satu peserta didik pada waktu
tertentu
3. Kelompok belajar yang ada di kelas mempunyai perilaku tertentu
yang kadang berbeda dengan perilaku kelompok maupun individu
lainnya di dalam kelas. Oleh karena itu, kelompok-kelompok yang
ada di kelas perlu mendapatkan perhatian
4. Kelompok belajar yang ada di kelas memberikan pengaruh terhadap
individu yang menjadi anggotanya. Pengaruh baik dapat
dikembangkan, namun pengaruh buruk perlu dibendung oleh guru
dengan cara memberikan bimbingan
5. Dalam belajar dan pembelajaran, praktik guru cenderung terpusat
pada hubungan guru dan peserta didik. Keterampilan guru yang
semakin meningkat dalam mengelola individu dalam kelompok
belajar akan semakin meningkatkan kepuasan individu yang ada di
kelas
6. Struktur kelompok belajar, pola komunikasi kelompok belajar yang
terbentuk, dan kesatuan kelompok belajar ditentukan oleh
keterampilan manajerial guru dalam mengelola kelompok belajar
yang ada di kelas
7. Struktur kelompok belajar, pola komunikasi kelompok belajar yang
terbentuk, dan kesatuan kelompok belajar ditentukan oleh
keterampilan guru sebagai simbol pemersatu di kelas.
Beberapa kendala yang menyebabkan manajemen kelas yang
efektif menjadi sulit terwujud adalah:
1. Tugas guru berdimensi banyak
Guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugasnya, yaitu tugas
akademik dan tugas edukatif (menyusun rencana pembelajaran
yang dilengkapi dengan media dan sumber pembelajaran,
menyampaikan materi pembelajaran dan mengevaluasinya)
--( 14 )--
2. Beberapa kegiatan yang berlangsung bersamaan
Beberapa kegiatan dapat berlangsung pada waktu yang sama di
kelas. Misalnya saat melaksanakan diskusi, guru tidak hanya harus
mendengarkan serta membantu mengarahkan pikiran peserta didik,
namun juga memantau peserta didik yang kurang aktif dan efektif
dalam diskusi tersebut. Guru harus memilih strategi yang tepat agar
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
3. Segera
Proses belajar mengajar yang terjadi di kelas dapat dikatakan cukup
cepat. Selama satu hari belajar, peserta didik disajikan beberapa
mata pelajaran. Waktu yang dijadwalkan untuk setiap mata
pelajaran paling banyak tiga penggalan waktu, tetapi rata-rata dua
penggalan waktu. Dengan waktu yang dijadwalkan tersebut, guru
harus mebaginya sedemikian rupa sehingga mampu
mengoptimalkan potensi peserta didik dalam belajar. Interaksi dan
umpan balik yang terjadi antara guru dan peserta didik terjadi
begitu cepat sehingga menuntut guru untuk berpikir, bertindak,
memutuskan dan melaksanakan berbagai tindakan secara cepat.
4. Iklim kelas yang tidak diramalkan terlebih dahulu
Iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata merupakan hasil
rekayasa dan upaya guru semata. Banyak faktor yang
mempengaruhi terciptanya iklim di kelas. Beberapa iklim tersebut
dapat muncul secara tiba-tiba yang berasal dari peserta didik.
5. Sejarah
Peristiwa yang terjadi di kelas memiliki dampak jangka panjang
misalnya peristiwa di awal kelas akan banyak berpengaruh terhadap
manajemen kelas yang diterapkan pada jenjang kelas berikutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas pada jenjang yang
lebih tinggi, diperoleh gambaran adanya kelas yang mudah dikelola
dan juga kelas yang sulit dikelola. Kemudian ditemukan bahwa
kelas yang mudah dikelola merupakan kelas yang memiliki
kemudahan pengelolaan pada tingkat sebelumnya.
Manajemen kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam
rangka penciptaan kelas yang kondusif dan efektif bagi berlangsungnya
proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Berkaitan
--( 15 )--
dengan hal tersebut, maka guru perlu memperhatikan tindakan yang
bersifat preventif dan bersifat korektif.
1. Pencegahan
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum
munculnya tingkah laku yang menyimpang, yang dapat
mengganggu kondisi berlangsungnya proses pembelajaran yang
optimal dan efektif. Keberhasilan tindakan pencegahan merupakan
salah satu indikator keberhasilan dalam manajemen kelas. Beberapa
tindakan pencegahan menyangkut:
a. Peningkatan kesadaran diri sebagai pendidik
Langkah peningkatan kesadaran diri bahwa guru merupakan
pendidik merupakan langkah yang strategis, karena kesadaran
tersebut akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan memiliki
yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan
tugasnya. Sebagai pendidik, guru memiliki sifat yang
demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis, serta
memiliki kewibawaan, dimana karakteristik tersebut akan
menghasilkan respon yang positif dari peserta didik.
b. Penigkatan kesadaran sebagai peserta didik
Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran terjadi apabila kesadaran guru dan peserta didik
bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menyebabkan
sikap yang negatif yang dapat mengganggu kondisi belajar dan
pembelajaran yang berlangsung. Untuk meningkatkan
kesadaran peserta didik, maka perlu memperhatikan:
1) Memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai
peserta didik
2) Meperhatikan kebutuhan, keinginan serta dorongan yang
muncul dari peserta didik
3) Menciptakan suasana yang saling memahami dan penuh
pengertian, saling menghormati, serta adanya keterbukaan
antara guru dan peserta didik.
c. Ketulusan guru
Guru hendaknya memiliki sikap yang tulus terhadap peserta
didik. Ketulusan tersebut akan sangat membantu guru dan
--( 16 )--
mengelola kelas, karena akan mendorong stimulus dan respon
yang positif dari peserta didik. Sikap hangat, terbuka, mau
mendengarkan harapan atau keluhan para peserta didik, serta
keakraban yang dijalani dengan peserta didik akan membuka
kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara
guru dengan peserta didik.
d. Mengenal dan menemukan alternatif manajemen
Untuk mengenal dan menemukan alternatif manajemen, berikut
ini langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh guru:
1) Melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan
tingkah laku peserta didik, baik bersifat individual maupun
kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik, baik
bersifat individual maupun kelompok tersebut termasuk
penyimpangan yang disengaja dilakukan oleh peserta didik,
dimana penyimpangan tersebut ditujukan untuk
mendapatkan perhatian guru atau rekan-rekannya
2) Mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas.
Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan
manajemen yang dianggap tepat untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi guru
3) Mempelajari pengalaman rekan-rekan guru lainnya yang
berhasil maupun yang gagal dalam mengeimplementasikan
manajemen kelas, sehingga akan mendapatkan pengalaman
dan ide untuk mengimplementasikan manajemen kelas
sesuai dengan pemahaman dan kompetensi yang dimilikinya
sebagai seorang guru.
4) Menciptakan kontrak social, Kontrak sosial pada dasarnya
merupakan standar perilaku yang diharapkan muncul dalam
kegiatan di kelas. Kontrak sosial diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan individu, kelompok, maupun sekolah.
Dalam rangka mengelola kelas, kontrak sosial disepakati
oleh guru dan peserta didik.
Tindakan korektif merupakan koreksi atau tingkah laku yang
menyimpang dan meriusak proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Tindakan korektif terbagi menjadi dua, yaitu tindakan
--( 17 )--
yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan
(dimensi tindakan) serta tindakan penyembuhan (kuratif) terhadap
tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi. Kegiatan
yang bersifat kuratif antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah
Guru mengidentifikasi jenis penyimpangan yang terjadi
sekaligus mengidentifikasi latar belakang apa yang membuat
peserta didik melakukan penyimpangan.
b. Menganalisis masalah
Guru menganalisis penyimpangan peserta didik dan
menyimpulkan latar belakang serta sumber-sumber yang
menyebabkan penyimpangan tersebut. Selanjutnya menentukan
alternatif-alternatif untuk memecahkannya.
c. Menilai alternatif pemecahan
Guru menilai dan memiliki alternatif pemecahan masalah yang
dianggap tepat dalam menanggulangi masalah tersebut
d. Mendapatkan umpan balik
Guru melaksanakan pemantauan dengan maksud untuk menilai
keefektifan alternatif pemecahan masalah yng dipilih. Kegiatan
umpan balik dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan
dengan peserta didik.
2. Korektif
Tindakan korektif merupakan koreksi atau tingkah laku yang
menyimpang dan merusak proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Tindakan korektif terbagi menjadi dua, yaitu tindakan
yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan
(dimensi tindakan) serta tindakan penyembuhan (kuratif) terhadap
tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi. Kegiatan
yang bersifat kuratif antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah
Guru mengidentifikasi jenis penyimpangan yang terjadi
sekaligus mengidentifikasi latar belakang apa yang membuat
peserta didik melakukan penyimpangan.
--( 18 )--
b. Menganalisis masalah
Guru menganalisis penyimpangan peserta didik dan
menyimpulkan latar belakang serta sumber-sumber yang
menyebabkan penyimpangan tersebut. Selanjutnya menentukan
alternatif-alternatif untuk memecahkannya.
c. Menilai alternatif pemecahan
Guru menilai dan memiliki alternatif pemecahan masalah yang
dianggap tepat dalam menanggulangi masalah tersebut
d. Mendapatkan umpan balik
Guru melaksanakan pemantauan dengan maksud untuk menilai
keefektifan alternatif pemecahan masalah yng dipilih. Kegiatan
umpan balik dapat dilaksanakan denga mengadakan pertemuan
dengan peserta didik.
--( 19 )--
berbagai kegiatan dan kegiatan lanjutan yang akan dilaksanakan
peserta didik di masa yang akan datang.
4. Penyimpangan
Bentuk perilaku yang menyimpang baik secara individu maupun
kaitannya dalam pelaksanaan pembelajaran.
5. Bertele-tele
Penggunaan kata atau kalimat yang bertele-tele dan kegiatan yang
bertele-tele akan menimbulkan kebosanan dan ketidaknyamanan
bagi peserta didik ketika hal itu tertuju pada satu orang saja atau
pada satu pokok bahasan saja.
6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
Banyak hal yang baru bagi peserta didik yang dapat disampaikan,
dan banyak hal lainnya yang juga memerlukan pengulangan.
Prinsipnya adalah dimana ketika terjadi proses pengulangan adalah
bentuk untuk mengkaitkan pokok bahasan, menegaskan dan
mencontohkan. Karena pengulangan dapat memunculkan persepsi
yang kurang baik bagi peserta didik sehingga akan muncul
anggapan bahwa guru tidak dapat mengajar dengan baik.
Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua
keategori utama, yaitu masalah yang berkaitan dengan individu dan
masalah yang berkaitan dengan kelompok. Tindakan manajemen kelas
yang dilakukan oleh guru akan efektif apabila guru dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakekat masalah yang sedang
dihadapinya, sehingga pada gilirannya guru dapat memilih solusi yang
tepat. Beberapa masalah yang ditimbulkan peserta didik sebagai
individu di dalam kelas antara lain:
1. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain.
Misalnya melakukan kegiatan konyol di kelas atau mengerjakan
tugas dengan lamban sehingga membutuhkan pertolongan ekstra
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan. Misalnya selalu
mengajak guru untuk berdebat, emosinya kadang meluap (marah-
marah atau menangis), lupa terhadap aturan yang ada di kelas, serta
sengaja meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran selesai.
--( 20 )--
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Misalnya
menyakiti orang lain dengan kata-kata kasar dan rasis, memukul,
menggigit, dan sebagainya
4. Perilaku ketidakmampuan, yaitu sama sekali menolak untuk
mencoba melakukan apapun karena menganggap bahwa apapun
yang dilakukannya akan mengalami kegagalan.
--( 21 )--
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain misalnya
menyakiti orang lain seperti memukul menggigit dan sebagainya
4. Peragaan ketidakmampuan yaitu dalam bentuk sama sekali menolak
untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya
kegagalan yang menjadi bagiannya
Sebagai penduga Decors dan cara menyatakan sebagai berikut
apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan seorang peserta
didik maka kemungkinan peserta didik yang bersangkutan ada pada
tahap attention merasa dikalahkan atau terancam maka kemungkinan
peserta didik yang bersangkutan ada pada tahap power seeking merasa
tersinggung atau terluka hati maka kemungkinan pelakunya ada pada
tahap Revenge dan akhirnya bila guru merasa benar-benar tidak mampu
berbuat apa-apa lagi dalam menghadapi ulah peserta didik maka
kemungkinan yang dihadapinya Adalah perasaan ketidakmampuan
Lois dan Mari abani mengemukakan 6 kategori masalah kelompok
dalam manajemen kelasmasalah-masalah yang dimaksud adalah
sebagai berikut
1. Kelas kohesif misalnya perbedaan jenis kelamin suku dan tingkatan
sosial ekonomi dan sebagainya
2. Kelas mereka negatif terhadap salah seorang anggotanya misalnya
mengejek anggota kelas. Dalam pengajaran seni suara menyanyi
dengan suara sumbang
3. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok misalnya pemberian Semangat kepada badut kelas.
Akan tumbuh dalam suatu suasana dimana antara guru dan
peserta didik terjalin sikap persahabatan yang kekal pada dasar saling
menghormati dan saling mempercayai hal ini akan tumbuh subur bila.
Suasana kehidupan di sekolah tidak mendorong peserta didik ialah
tingkah laku yang tidak dikehendaki 8 pada saat-saat tertentu
disediakan penghargaan dan hadiah bagi peserta didik yang bertingkah
laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai suri teladan
yang baik.
1. Guru bersikap hangat dalam membina sikap persahabatan dengan
semua peserta didik menghargai mereka dan menerima mereka
dengan berbagai keterbatasan.
--( 22 )--
2. Guru Bersikap Adil sehingga mereka diperlakukan sama tanpa
tumbuh rasa dianaktirikan atau disisikan
3. Guru bersifat objektif terhadap kesalahan peserta didik dengan
melakukan sanksi sesuai dengan tata tertib bila peserta didik
melanggar disiplin dan disetujui bersama
4. Tidak menuntut para peserta didik untuk mengikuti aturan-aturan
yang diluar kemampuan peserta didik untuk mengikutinya
5. Guru tidak menghukum peserta didik di depan teman-temannya
sehingga menyebabkan mereka kehilangan
6. Dapat diciptakan suatu kondisi sehingga setiap peserta didik merasa
berhasil dalam segi-segi tertentu dan tidak senantiasa berada dalam
situasi kegagalan dan kekecewaan
7. Suasana kehidupan di sekolah tidak mendorong peserta didik ialah
tingkah laku yang tidak dikehendaki
8. Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi
peserta didik yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin
yang berlaku sebagai suri teladan yang baik
Sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya
tertib kearah siasat sikap ini akan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk ikut terlibat dalam menegakkan disiplin sekolah ikut
bertanggungjawab dan ikut mempertahankan aturan yang telah
dipikirkan dan ditetapkan bersama tentu saja dalam. Dalam hal ini
dibutuhkan kerjasama yang baik dengan orang tua di rumah agar
kebiasaan disiplin yang baik disekolah di oleh-oleh kebiasaan yang
baik di rumah dan sebaliknya.
--( 23 )--
dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru yang akan
berhasil baik setiap hari ia menangani kasus manajemen kelas
sebaliknya profesional cara kerja seorang guru adalah demikian
sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak
memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan maka ia masih mampu
melakukan pukulan terhadap situasi untuk kemungkinan kemudian
alternatif pendekatan yang kedua dan seterusnya. Dalam pelaksanaan
manajemen kelasakan ditemui berbagai faktor penghambat hambatan
tersebut bisa datang dari guru sendiri yang peserta didik lingkungan
keluarga maupun karena faktor fasilitas faktor-faktor tersebut marilah
kita simak kembali uraian sebelumnya yang tadi tampaknya bahwa
wewenang penanganan masalah pengelolaan tanpa kita klasifikasikan
ke dalam 3 kategori yaitu
1. Masalah yang ada dalam wewenang guru.
2. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah tiga
3. Masalah-masalah yang ada di di luar kekuasaan guru dan sekolah.
*****
--( 24 )--
BAB II
BELAJAR
A. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi
dengan lingkungannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setia perubahan
dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Demikian pula tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan
mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan,
perubahan, dan perkembangan tidak termasuk dalam pengertian belajar.
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya iya merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubaban yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan atau tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
--( 25 )--
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya
untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, besin,
menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai
perubahan dalam arti belajar.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
B. Jenis-Jenis Belajar
1. Belajar Bagian (Part Learning, Frantioned Learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia
dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif,
misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris
seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh
materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri
sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar
keseluruhan atau belajar global.
2. Belajar dengan Wawasan (Learning By Insight)
Konsep ini diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh
Psikilogi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu
konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam
pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Dan meskipun
Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data
yang bersifat tingkah laku namun tidak urung wawasan ini
merupakan konsep yang secara prinsipil ditentang oleh penganut
aliran neo-behaviorisme.
3. Belajar Deskriminatif (Discriminative Learning)
Di artikan sebagai suatu usaha untuk memeilih beberapa sifat
situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.Dengan pengertian ini maka dalam
--( 26 )--
eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda
terhadap stimulus yang berlainan.
4. Belajar Global/Keseluruhan (Global Whole Learning)
Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang
sampai pelajar menguasainya, lawan dari kata bagian. Metode
belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.
5. Belajar Incidental (Incidental Learning)
Konsep yang bertantangan dengan anggapan bahwa belajar itu
selalu berarah tuan (internasional). Sebab dalam belajar incidental
individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar
ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan
operasional sebagai berikut : belajar disebut incidental bila tidak
ada instruksi atau petunjuk yang diberikan kepada individu
mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.
6. Belajar Instrumental (Instrumental Learning)
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah
siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur
dengan jalan memberikan penguat atas dasar tingkat-tingkat
kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar
instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”.
7. Belajar Intensional (Intentional Learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar
insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.
8. Belajar Laten (Latent Leaning)
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang
terlihat tidak secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.
Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang
mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di
kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan
faktor penguat dalam belajar.
9. Belajar Mental (Mental Learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak
nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif
--( 27 )--
karena ada bahan yang di pelajari. Ada tidaknya belajar mental ini
sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris.
10. Belajar Produktif (Productive Learning)
R.Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai
belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur
kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu
situasi ke situasi lain, belajar disebut produktif bila individu mampu
mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi
ke situasi lain.
11. Belajar Verbal (Verbal Learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan
melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan
dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen yang
tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai
penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan
secara verbal.
C. Teori-Teori Belajar
Sebenarnya terdapat berbagai teori belajar misalnya yang
mendasarkan pada ilmu jiwa daya, tanggapan, asosiasi, trial dan error,
medan, gestalt, behaviorist, dan lkain-lain. Namun dalam uraian berikut
ini dibatasi hanya yang sekiranya relevan dengan kebutuhan kita.
1. Teori Gestalt
Teori ini di kemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman,
yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Hukum yang berlaku
dalam pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu :
a) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-
unsurnya
b) Gestalt tumbuh lebih dahulu darpada bagian-bagiannya
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian
pertama yaitu memperoleh respons yang tepat untuk memecahkan
problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi
hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti dan memperoleh
insight,. Sifat-sifat belajar dengan insight ialah :
--( 28 )--
a) Insight tergantung dari kemampuan dasar
b) Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
c) Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian
rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati
d) Insight adalah hal yang harus di cari tidak dapat jatuh dari langit
e) Belajar dengan insight dapat diulangi
f) Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi
situasi-situasi yang baru.
Prinsip belajar menurut teori Gestalt
a) Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan
pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang
bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b) Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia
lebih matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia
sebagai organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari
sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah,
tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
c) Siswa sebagai organisme keseluruhan
Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional
dan jasmaninya. Dalam pengajaran modern guru di samping
mengajar juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
d) Tejadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian
pertama ialah memperoleh respons yang tepat.
e) Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Anak kena api, kejadian ini menjadi
pengalaman bagi anak. Belajar itu baru timbul bila seseorang
menemui suatu situasi/ soal baru.
f) Belajar harus dengan insight
Suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat
pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan
tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
--( 29 )--
g) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat,
keinginan, dan tujuan siswa.
h) Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang
diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
i) Belajar berlangsung terus-menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tidak hanya di sekolah tetapi
juga di luar sekolah. Dalam pergaulan memperoleh pengalaman
sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan
orang tua di rumah dan masyarakat.
2. Teori Belajar Menurut J. Bruner
Kata Bruner belajar tidak hanya untuk mengubah tingkah laku
seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan
mudah.
Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila
sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju
dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Dalam lingkungan banyak hal yang dapat di
pelajari siswa, dapat di golongkan menjadi :
a. Enactive
Seperti belajar naik sepeda yang harus didahului dengan
bermacam-macam keterampilan motorik.
b. Iconic
Seperti mengenal jalan yang menuju ke pasar, mengingat
dimana bukunya yang penting diletakkan.
c. Symbolic
Seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula.
Dalam belajar guru harus memperhatikan 4 hal berikut ini :
1) Mengusahakan agar setiap siswa berpatisispasi aktif, minatnya
perlu di tingkatkan, kemudian perilaku dibimbing untuk
mencapai tujuan tertentu.
2) Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga
perlu di sajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti
oleh siswa.
--( 30 )--
3) Menganalisis sequence, guru mengajar berarti membimbing
siswa melalui pernyataan-pernyataan dari suatu masalah
sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer
apa yang sedang di pelajari.
4) Memberi reinforcement dan umpan balik, penguatan yang
optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia
menemukan jawabannya.
3. Teori belajar dari piaget
Pendapat piaget mengenai perkembangan proses belajar pada
anak-anak adalah sebagai berikut :
a. Anak yang mempunyai struktur mental yang berbeda dengan
orang dewasa, mereka bukan merupakan orang dewasa dalam
bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk
menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya.
Maka memerlukan pelayanan dalam belajar.
b. Perkembangan mental pada anak-anak yang melalui tahap-tahap
tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
c. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu
melalui suatu urutan, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari
satu tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor :
1) Kemasakan
2) Pengalaman
3) Interaksi social
4) Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama-
sama membangun dan memperbaiki struktur mental)
e. Ada 3 tahap perkembangan yaitu :
1) Berpikir secara intuitif ± 4 tahun
2) Beroperasi secara konkret ± 7 tahun
3) Beroperasi secara formal ± 11 tahun
Perlu diketahui pula bahwa dalam perkembangan intelektual
terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh,
menyebut nama benda dan sebagainya, dan adaptasi yaitu suatu
rangkaian perubahan yang terjadi pada tiap individu sebagai hasil
interaksi dengan dunia sekitarnya.
--( 31 )--
4. Teori dari R. Gagne
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi,
yaitu :
a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku
b. Belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang diperoleh
dari instruktur.
Mulai masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan
lingkungan, tetapi baru dalam bentuk “sensori-motor
coordination”. Kemudian ia mulai belajar berbicara dan
menggunakan bahasa. Kesanggupan menggunakan bahasa ini
penting artinya untuk belajar.
Tugas pertama yang dilakukan anak ialah meneruskan
“sosialisasi” dengan anak lain atau orang dewasa, tanpa
pertentangan bahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dan konsiderasi pada anak itu.
Tugas kedua ialah belajar menggunakan simbol-simbol yang
menyatakan keadaan sekelilingnya, seperti : gambar, huruf, angka,
diagram dan sebagainya. Ini adalah tugas intelektual (membaca,
menulis, berhitung dan sebagainya). Bila anak sekolah sudah dapat
melakukan tugas ini, berarti dia sudah mampu belajar banyak hal
dari yang mudah sampai yang amat kompleks.
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh
manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut“ The
domains of learning “ yaitu :
a. Keterampilan Motoriks (Motoric Skill)
Dalam hal ini perlu berkoordinasi dari berbagai gerakan
badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil,
mengetik huruf R,M, dan sebagainya
b. Informasi Verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara,
menulis, menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa
untuk mengatakan sesuatu ini perlu inteligensi.
--( 32 )--
c. Kemampuan Intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah
yang disebut “kemampuan Intelektual”, misalnya membedakan
huruh m dan n, menyebut tanaman yang sejenis.
d. Strategi Kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal
(internal Organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat
dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan
intektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat
dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan
perbaikan-perbaikan secara terus-menerus.
e. Sikap
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-
ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan
verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam
proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil
dengan baik.
5. Purposeful Learning
Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar
untuk mencapai tujuan dan yang :
a. Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang
lain.
b. Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi
belajar-mengajar di sekolah
--( 33 )--
(1) Memperhatikan situasi belajar.
(2) Menetapkan tujuan, mengarahkan perhatian dan kegiatan
kepada pencapaian tujuan
(3) Mengadakan usaha-usaha pendahuluan yang mencakup berpikir
produktif dalam hubungan dengan tugas-tugas didalam bidang :
a) Kognitif
b) psikomor, dan
c) afektif
(4) Latihan untuk memperoleh kecakapan dan untuk mencapai
tujuan.
(5) Mengevaluasi tingkah laku sendiri :
(6) atau
--( 34 )--
berabagai bidang kecakapan yaitu kognitif, psikomotorik atau
afektif.
4) Percobaan pendahuluan tersebut dapat mengakibatkan
perumusan kembali tujuan (mempertinggi atau memperendah
tujuan). Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
latihan/kegiatan-kegiatan misalnya belajar bahasa, belajar
memainkan alat musik. Latihan-latihan/kegiatan-kegiatan
tersebut menghasilkan keterampilan sederhana sampai
kompleks.
5) Individu menilai kegiatannya.
Sebetulnya penilaian itu tidak dimulai disini, melainkan sejak
tahap permulaan. Tapi pada tahap ke-5 ini penilaian dilakukan
untuk mengetahui tujuan yang telah tercapai.
6) Tujuan tercapai menimbulkan kepuasan.
--( 35 )--
4) Latihan/praktek untuk 4) Mengatur latihan, studi, diskusi,
memperoleh laboratorium dan kegiatan-
kecakapan dan untuk kegiatan lain. Memberi
mencapai tujuan. semangat kepada siswa agar
tekun dalam usaha mencapai
tujuan.
Memberikan bimbingan kepada
siswa dalam memperoleh
pengetahuan dan dalam
mengembangkan kecakapan
yang lebih tnggi tingkatnya dan
tingkah laku pro-sosial dan
memperhatikan perbedaan
individu siswa.
5) Menilai tingkah laku 5) Menilai kemajuan siswa,
sendiri membetulkan kesalahan-
kesalahan, memperbaiki apa
yang telah baik (reinforce)
misalnya dengan memuji,
memberikan persetujuan.
Memberikan kesempatan untuk
mengadakan review dan latihan-
latihan tambahan di mana perlu
(6) Mencapai tujuan 6) Mengadakan evaluasi sumatif
untuk memperoleh pengetahuan
tentang seberapa jauh tujuan
telah tercapai.
(7) Memperoleh kepuasan 7) Menciptakan kondisi yang
memungkinkan penggunaan
pengetahuan, keterampilan dan
kecakapan sekarang dalam
belajar lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan lain, dan
dalam situasi di luar sekolah.
--( 36 )--
Penjelasan tiap langkah
1) Memperhatikan tugas yang akan dipelajari adalah penting
dalam memulai tahap (urutan) kegiatan belajar. Pada waktu
mengintroduksi pelajaran (unit), guru menarik perhatian siswa.
Guru menuntut siswa menggunakan lebih dari satu indera,
misalnya pendengaran dan penglihatan. Materi pengajaran,
komponen-komponen fisik kelas, kegiatan-kegiatan guru dan
aspek-aspek sosial dari situasi kelas diatur untuk membantu
timbulnya perhatian.
2) Penetapan tujuan itu penting untuk memulai dan mengarahkan
kegiatan. Siswa memerlukan kesempatan dan bantuan dan
memutuskan (menetapkan) apa yang mereka pelajari,
bagaimana mereka akan dapat belajar dengan baik, kapan bahan
tersebut akan dipelajari. Diskusi dalam keseluruhan kelas,
diskusi dalam kelompok kecil, dan pertemuan-pertemuan
individual digunakan untuk membantu siswa secara individual
menetapkan tujuan.
3) Dengan cara :
a) Berusaha mencapai tujuan mencakup interaksi dengan
orang-orang dan materi yang cocok untuk mencapai tujuan
tersebut dan cocok dengan sifat-sifat siswa.Mula-mula siswa
mengamati dan meniru kemudian makin dikembangkan
dengan belajar sendiri secara berdiri sendiri.
b) Mengenal dan mengorganisasi komponen secara berurutan
adalah penting untuk mencapai tujuan. Siswa perlu ditolong
agar mengenal hubungan yang bermakna antara komponen-
komponen tersebut.
4) Dengan cara :
a) Latihan (praktek) yang dilakukan dalam kondisi-kondisi
tertentu (yang baik) adalah penting untuk mencapai tujuan
dan untuk meningkatkan pekerjaan (performance) dalam
kebanyakan bidang studi. Agar latihan/praktek tersebut
berlangsung dengan efektif, guru dapat memberikan
hubungan keseluruhan bagian, lamanya waktu latihan,
--( 37 )--
pengetahuan tentang kemajuan, dan kondisi-kondisi lain
yang membantu.
b) Belajar yang sesuai dengan kecakapan sendiri, cara sendiri,
dan sifat-sifat sendiri yang lain bermanfaat untuk
pencapaian tujuan belajar/untuk belajar yang lain pada
umumnya.
Ada dua cara untuk membantu siswa agar belajar sesuai
dengan keadaan individual tiap siswa.
a) Siswa dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang mau
dicapai dan berdasar sifat-sifat siswa tersebut. Cara ini
banyak dilakukan dalam kegiatan dibidang musik dan
atletik.
b) Materi, perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk
memungkinkan belajar secara independent agar siswa dapat
belajar sesuai dengan tempo dan caranya sendiri.
5) Menilai pekerjaan (performance) sendiri adalah penting dalam
mengembangkan keberdirisendirian dalam belajar dan dalam
mencapai tujuan. Juga kalau dalam penilaian itu dilakukan guru.
Guru memberitahukan kemajuan siswa dan menolong
mengatasi kesalahan-kesalahannya. Dengan demikian siswa
mendapat semangat/dorongan belajar dan mencapai tujuannya.
6) Pengembangan kecakapan yang mantap dan pengetahuan yang
komprehensif menuntut pengalaman belajar yang produktif
selama waktu yang cukup lama.
6. Belajar dengan Jalan mengamati dan Meniru(Observational
Learning and Imitation)
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau
dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model/
contoh/teladan.
a. Model yang Ditiru
Model yang diamati dan ditiru siswa dapat digolongkan
menjadi:
1) Kehidupan yang nyata.
Misalnya: orang tua di rumah, guru di sekolah, dan orang
lain dalam masyarakat.
--( 38 )--
2) Simbolik
Termasuk dalam golongan ini adalah model yang
dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk
gambar.
3) Representasional
Termasuk dalam golongan ini adalah model yang
dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual,
terutama televisi dan video.
b. Pengaruh Meniru
Menurut Badura dan Walters, penguasaan tingkah laku atau
respon baru, pertama-tama adalah hasil dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam waktu yang bersamaan (kontiguitasi) yang
diamati.Kuat lemahnya respon itu bergantung pada penguatan
(reinforcement).Menurut teori ini, yang penting adalah
bagaimana repon itu mula-mula dipelajari. Proses tersebut akan
lebih jelas dengan memperhatikan 3 macam pengaruh yang
berbeda dari pengamatan (observasi) dan peniruan.
1) Modelling effect
Dengan jalan mengamati dan meniru, siswa
menghubungkan tingkah laku dari model dengan response
yang baru bagi dirinya, respon yang pertama kali
dilakukannya. Jelas, model itu harus menunjukan tingkah
laku yang baru bagi siswa tetapi dapat dilakukan oleh siswa
tersebut.
2) Disinhibitory effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, seorang siswa
dapat memperlemah atau memperkuat respons-respons
terlarang yang telah dimiliki. Pada umumnya, tingkah laku
agresif tidak dibenarkan, terlarang. Kalau siswa mengamati
model yang menunjukan tingkah laku agresif, maka
larangan itu diperlemah dan akibatnya siswa tidak saja akan
melakukan tingkah laku agresif sesuai dengan model
tersebut, melainkan juga tingkah laku agresif lain.
--( 39 )--
3) Eiiciting effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, siswa
menghubungkan tingkah laku dari model dengan respon-
respon yang telah dimilikinya. Dengan begitu respon-respon
itu ditimbulkan. Misalnya kerja bakti, memberikan uang
derma, makan-makanan yang biasanya tidak dipilih.
c. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peniruan
1) Konsekuensi dari respon yang dilakukan (hadiah dan
hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah diramalkan
seperti pengaruh hadiah)
2) Sifat-sifat siswa
Siswa yang suka meniru biasanya adalah yang:
a) Mempunyai rasa kurang harga diri,
b) Kurang kemampuannya,
c) Mereka mempunyai sifat-sifat yang sama seperti dalam
model, berada dalam suasana perasaan tertentu karena
tekanan dari luar atau karena obat (drugs).
d. Melupakan Response yang Ditiru
Bandura dan Walters lebih tertarik perhatiannya pada peniadaan
(extinction) tingkah laku yang tak baik dari pada memperlemah
tingkah laku yang baik. Beberapa cara untuk meniadakan
respon itu adalah:
1) Tidak memberi hadiah atas suatu respon
2) Menghilangkan penguat yang positif
3) Menggunakan perangsang yang tak menyenangkan,
misalnya hukuman,
4) Belajar berkondisi (counterconditioning)
e. Penerapannya di Sekolah
1) Tingkah laku sosial dapat dipelajari dengan jalan mengamati
dan meniru. Sekolah mempunyai peranan yang penting dan
mengembangkan tingkah laku sosial siswa-siswa.
2) Tingkah laku psikomotor dapat juga dipelajari dengan jalan
mengamati dan meniru, misalnya menulis, melempar bola.
3) Perkembangan keterampilan vokal, misalnya berbicara,
menyanyi, dapat dibantu oleh adanya model.
--( 40 )--
7. Belajar yang Bermakna (Meaningful learning)
a. Tipe-tipe belajar
Ada dua dimensi dalam tipe-tipe belajar yaitu:
1) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan
(discovery learning).
2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna
(meaningful learning).
Kalau dua dimensi itu di gabung, akan kita peroleh empat
macam belajar (Ausubel & Robinson) yaitu;
1) Meaningful reception
2) Rote reception
3) Meaningful discovery
4) Rote discovery
Di dalam reception learning semua bahan yang harus
dipelajari yang diberikan dalam bentuknya yang final (bentuk
yang sudah jadi) dalam bahan yang disajikan (expository
material). Contoh: Bahan yang dikemukakan dalam paragraf
diatas mengenal dua dimensi dan mengenal empat macam
belajar dari Ausubel dan Robinson.
Di dalam discovery learning, tidak semua yang harus
dipelajari dipresentasikan dalam bentuk yang final, beberapa
bagian harus dicari, diidentifikasi oleh pelajar sendiri. Pelajar
harus mencari informasi sendiri. Kemudian informasi itu
diintegrasikan ke dalam struktur kognitif yang telah ada,
disusun kembali, diubah, untuk menghasilkan struktur kognitif
yang baru. (struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta,
konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang terorganisasi
yang telah dipelajari dan dikuasai seseorang.
Menerima dan menemukan (reception dan discovery),
adalah langkah pertama dalam belajar.Langkah kedua adalah
usaha mengingat atau menguasai apayang dipelajari itu agar
kemudian dapat dipergunakan. Jika seseorang berusaha
menguasai informasi baru itu dengan jalan menghubungkan
dengan apa yang telah diketahuinya, terjadilah belajar yang
--( 41 )--
bermakna. Jika seseorang hanya berusaha mengingat informasi
baru itu, terjadilah menghafal (rote learning).
Sekarang marilah mencari contoh-contoh emapt macam
belajar (Ausubel & Robinson) yang telah disebutkan didepan:
meaningful reception learning, rote reception learning,
meaningful learning, dan rote discovery learning.
b. Struktur dan Proses Internal
Menurut Ausuber dan Robiknson, struktur kognitif itu
bersifat piramikdal. Bagian puncaknya yang sempit berisi
konsep-konsep atau teori-teori yang paling umum, bagian
tengah yang agak luas berisi sub-sub konsep yang kurang
umkum, dan bagian dasar yang paling luas berisi infoemasi-
informasi khusus (konkret).
Proses mengintegrasikaninformasi atau ide baru ke dalam
struktur kognitif yang telah ada di sebut subsumsi. Ada dua
macam subsumsi yaitu:
1) Subsumsi Derivatif
Ide Bila informasi atau ide baru adalah kasus khusus yang
membantu atau menerangkan ide yang telah dipunyai maka
proses menghubungkan keduanya sehingga terjadi belajar,
di sebut subsumsi derivative.
2) Subsumsi Koleratif
Bila ide (informasi, konsep dan sebgainya) yang baru
mengubah ide (informasi, konsep dan sebagainya) yang
telah dipunyai, maka proses menghubungkan keduanya
disebut subsumsi korelatif.
c. Variabel-variabel di Dalam Belajar Bermakna
Struktur kognitif, seperti telah disebutkan di depan adalah
perangkat fakta-fakta, konsep-konsep, generalisasi yang
terorganisasi, yang telah di pelajari dan di kuasai seseorang.
Macam-macam variabel strukur kognitif adalah :
1) Pengetahuan yang telah di miliki
Bagaimana bahan baru dapat di pelajari dengan baik,
bergantung pada apa yang telah di ketahui.
--( 42 )--
2) Diskriminabilitas
Konsep-konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas
dengan apa yang di pelajari, mudah di pelajari dan di kuasai.
3) Kemantapan dan kejelasan
Konsep-konsep yang mantap dan jelas yang telah ada di
dalam struktur kognitif memudahkan belajar dan retensi.
d. Motivasi dan Belajar Bermakna
Motif keberhasilan (achievement motivation) terdiri dari 3
komponen :
1) Dorongan kognitif
Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk
mengetahui, mengerti, dan untuk memecahkan masalah.
2) Harga diri
Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas-
tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau
kecakapan, melainkan untuk memperoleh pengetahuan
kecakapan.
3) Kebutuhan berafiliasi
Sukar dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang berusaha
menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk
memperoleh pembenaran atau penerimaan dari teman-
temannya yang dapat memberikan staus kepadanya.
e. Penerapannya di Sekolah
Teori Ausubel terutama berlaku pada siswa yang sudah
dapat membaca dengan baik dan yang sudah menpunyai
konsep-konsep dasar di dalam bidang-bidang pelajaran tertentu.
Hal ini disebabkan oleh karena teori itu pertama-tama
menekankan penguasaan belkajar mula, retensi, transfer, dan
variabel-variabel yang berhubungan dengan belajar semacam
itu.
D. Prinsip-Prinsip Belajar
Dengan mempelajari uraian-uraian yang terdahulu, maka calon
guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-
prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam
--( 43 )--
situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara
individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar
itu, sebagai berikut :
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mecapai tujuan
intruksional
b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcementdan motivasi
yang kuat untuk mecapai tujuan intruksional.
c. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengmbangkan kemampuannyacbereksplorasi dan belajar
dengan efektif.
d. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2. Sesuai Hakikat Belajar
a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya
b. Belajar adalah proses orgaisasi, adaptasi, eksplorasi, dan
discovery.
c. Belajar adalah proses kontinguitas sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan.
3. Sesuai materil bahan yang harus dipelajari
a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
b. Belajar dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.
4. Syarat keberhasilan belajar
a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
b. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
*****
--( 44 )--
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BELAJAR
--( 45 )--
selalu mengindahkan ketntuan-ketentuan tentang kerja, belajar,
istirahat, tidur,makan,olahraga, rekreasi dan ibadah.
b. Cacat Tubuh
Cacat Tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuhnya / badan. Cacat
itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah
kaki dan patah tangan, lumpu dan lain-lain. Keadaan cacat
tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya
juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar
dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tuju faktor yang tergolong kedalam
faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor – faktor itu
adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kelemahan. Uraian berikut ini akan membahas faktor- faktor
tersebut.
a. Intelegensi
Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, J.P
Chaplin merumuskan sebagia:
(1) The abiliry to meetand adapt to novel situations quicklyand
effectively
(2) The abiliry to utilize abstract concepts effectively.
(3) The abiliry to grasp relationships and to learn quickly
Jadi inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga
jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan
kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan kondep-konsep abstrak sekara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunya tingkat
inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang
mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun begitu
siswa yang mempunya tingkat inteligensi yang tinggi belum
pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena
--( 46 )--
belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak
faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah
suatu faktor diantara faktor tang lain. Jika faktor lain bersifat
menghambat/berpengaru negatif terhadap belajar, akhirnya
siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai
inteligensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam
belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan
menerapkan metode belajar dengan efisien dan faktor- faktor
yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmani,
psikolgi,keluarga, sekolah dan masyarakat) memberi pengaruh
yang positif, jika siswa memiliki inteligensi rendah, ia perlu
mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
b. Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang, jiwa
itu pun semata-mata terjun kepada suatu obyek ( benda/hal) atau
sekelompok objek. Untuk menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya,jika bahan belajar tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbul kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahan bahan belajar
selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan
pembelajaran itu sesuai hobi atau bakatnya.
c. Minat
Hilgard memberi rumusan terhadap minat adalah sebagai
berikut ”Interest is persisting tendency to pay attention to and
enjoy some activity or content”.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati seseorang, diperhatiakan terus menerus dan
disertaidengan rasa senang. Jika berbeda dengan perhatian,
karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang
lama) dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, senangkan
minat selalu diikuti rasa senang dan dari situ di peroleh
kepuasan.
--( 47 )--
Minat besar pengarunya terhadap belajar, karena bila
bahan yang dipelajari tadak sesuai dengan minat sisawa, siswa
tidak akan bealajar denaga sebaik-baiknya, karena tidak daya
tari baginya.
Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh
kepuasan dari belajar itu. Bahan pelajaran yang menarik mianat
siswa, lebih mudah dipelajar dan disimpan, karena mianat
menanamkan kegiatan belajar.
Jika terhadap siswa yang kurang berminat terhadap
bealajar, dapat diusulkan agar ia mempunyai minat yang lebih
besar deangan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan
berguna bagi kehidupan serta hal-ahal yang berhubungan
dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan belajar yang
dipelajari itu.
d. Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “ the capacity
to learn” dengan perkataan lain adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata setelah belajar dan berlatih. Orang berbakat
mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan
lancar dibandingkan dengan orang yang kurang/tidak berbakat
dibidang itu.
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa bakat itu
mempengaruhi belajar. Jika bahan belajar siswa sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia
senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
bealajarnya ia. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa
dan menempatkan siswa belajar di sekolah yanag sesuai dengan
bakatnya.
e. Motif
James Drever memberi pengertian tentang motif sebagai
berikut: “Motive is an effective-conative factor which operates
in determining the direction of an individual„s behavior to
wards an end or goal, consioustly apprehended or
unconsioustly”
--( 48 )--
Jadi motif erat sekali dengan hubunganya dengan tujuan
yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat
disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat, sedangkan yang terjadi penyebab berbuat adalah motif
itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
Dalam proses belajar haruslah diperahatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau
padanya motif belajar untuk berfikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif diatas bisa
ditanamkan kepada diri siswa dengan cara membeli latihan-
latihan/kebiasan-kebiasan yang kadang-kadang juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uaraian diatas dapat
dijelaslah bahwa motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan
adanya latihan-latihan/kebiasan-kebiasan dan pengaruh
lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu juga
perlu dipelajari.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu tindakan/fase dalam
pertumbuhan seseorang di alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakainya
sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap
untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berfikir
abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat
melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu di
perlukan latihan-latihan dan pembelajaran. Dengan kata lain
anak sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan
kecakapanya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil
jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematang dan belajar.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan Pada seseorang sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu, kelemahan jasmani dan
kelemahan rohani (bersifat psikis).
--( 49 )--
Kelelahan jsmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran
di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-
bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Kelelahan ini sangan terasa pada bagian kepala
dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-
olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat
terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat
tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa
ada variasi, dan dengerjakan sesutu karean terpaksa dan tidak sesuai
dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Dari uaraian di atas dapat dimengerti bahwa kelelahan itu
mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus
menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Tidur
b. Istirahat
c. Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dapat bekerja,
d. Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran
darah, misalnya obat gosok
e. Rekreasi dan ibadah yang teratur
f. Berolahraga secara teratur
g. Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-
syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima
sempurna
h. Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi
seseorang ahli, misalnya dokter, psikiater, konselor dan lain-lain
--( 50 )--
B. Faktor-Faktor Ekstern
Faktor ekstern berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokan menjadi 3 faktor yaitu : faktor keluarga, faktorsekolah
dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut.
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluaraga
berupa: cara arang taua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anak. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto
Wirowidjojo dengan pernyataan yang menyatakan bahwa:
keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Keluraga yang sehat artinya untuk pendidikan dalam ukuran
kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pedidikan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, Negara dan dunia. Melihat
pernyataan diatas dapat dipahami betapa pentingnya peranan
keluarga dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik
anak-anaknya akan berpengaruh terhadap bealajarnya.
Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar
anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-
kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar,
tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyeslesaikan/
melengkapi alat belajarnya. Tidak memperhatikan apakah anak
belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaiamanakah kemajuan
belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar
dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil
dalam belajarnya mungkin anak sendiri sebetulnya pandai,
tetapi karena belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-
kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam
belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang
didapatkan, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan
mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak
dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus
--( 51 )--
pekerjaan mereka atau kedua orang tua tidak mencintai
anaknya.
Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara
mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan
terhadap anaknya tak sampai hati untuk memaksa anak belajar,
bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar, dengan
alasan segan, adalah tidak benar, karena jika hal ini dibiarkan
belarut-larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya saja,
pastilah belajarnya menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara
memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-
ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara mendidik yang juga
salah. Dengan demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan
akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan itu anak
mengalami gangguan kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan
tersebut. Orang tua yang demikian biasanya menginginkan
anaknya mencapai prestasi yang sangat baik, atau mereka
mengetahui bahwa anaknya bodoh tetapi tidak tahu apa yang
menyebabkan, sehingga anak dikejar-kejar untuk
mengatasi/mengejar kekurangannya.
Di sinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan
yang sangat penting. Anak/siswa yang mengalami kesukaran-
kesukaran diatas dapat digolongkan dengan memberi bimbingan
belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua
akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.
b. Relasi Antaranggota Keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan
saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut
mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah
hubungan itu penuh kasi sayang dan pengertian, ataukah
dipenuhi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, atau sikap
acuh tak acuh dan sebagainya. Begitu juga jika relasi anak
dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain tidak baik,
akan dapat menimbulkan problem yang sejenis.
--( 52 )--
Sebagai relasi antara anggota keluarga ini erat
hubunganya dengan cara orang tua mendidik. Uraian cara orang
tua mendidik di atas menunjukan relasi yang tidak baik. Relasi
itu akan menyebabkan perkembangan anak terhambat,
belajanya terganggu bahkan dapat menimbulkan masalah-
masalah psikologis yang lain.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak terdebut.
Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian
dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu
hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c. Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasai atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam keluarga dimana
anak anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan
faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja.
Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan
memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana
tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu
banyak penghuninya. Suasana rumah yang tenang, ribut dan
sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau
dengan keluarga yang baik menyebabkan anak menjadi bosan di
rumah, suka keluar rumah (ngluyur), akibatnya belajarnya
kacau.
Rumah yang sering diapakai untuk keperluan-keperluan,
misalnya untuk resepsi, pertemuan, pesta-pesta, upacara
keluarga dan lain-lain, dapat mengganggu belajar anak. Rumah
yang bising dengan suara radio, tape recorder atau TV pada
waktu belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk
berkonsntrasi. Semua contoh di atas adalah suasana rumah yang
memberi pengaruh negatif terhadap belajar anak.
Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam
suasana rumah yang tentang dan tenteram selain anak
--( 53 )--
kerasan/betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan
baik.
d. Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungnya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus dipenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan
kesehatan, dan lain-lain, juga membutukan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-
menulis, buku-buku dan fasilitas lain-lain. Fasilitas belajar itu
hanya dapat dipenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan
pokok anak kurang terpenuhi,akibatnya kesehatan anak
terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang
lain anak selalu diurung kesedihan hingga anak merasa minder
dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar
anak.bahkan mungkin anak harus bekerja mencari nafkah
sebagai pembantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak
belum saatnya untuk bekerja, hal yang begitu juga akan
mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri
tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan
selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justu
keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar
lebih giat dan akibatnya sukses besar.
Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tau sering
mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak
hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak
kurang dapat memusatkan perhatianya kepada belajar. Hal
tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.
e. Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.
Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di
rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah bersemangat,
orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di
--( 54 )--
sekolah. Klau perlu menghubungi guru anaknya, untuk
mengetahui perkembanganya.
f. Latar Belakang Budaya
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-biasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.
2. Faktor Sekolah
Faktor yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
belajar, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Berikut
ini dibahas faktor- faktor tersebut satu persatu.
a. Metode Mengajar metode
Mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui
didalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S ulih
Bukit Karo karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang
kepada orang lain agar orang lain itu dapat menerima,
menguasai dan mengembangkanya. Di dalam lembaga
pendidikan. Orang lain yang disebut diatas di sebut sebagai
murid/siswa dan mahasiswa yang dalam proses belajar agar
dapt menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan
bahan pembelajaran itu, maka cara-cara mengajar dan cara
belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif
mungkin.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa metode mengajar itu
mempengaruhi belajar, metode mengajar guru yang kurang
akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode
mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena
guru kurang persiapan dan menguasai bahan pelajaran sehingga
guru tersebut mewajibkannya tidak jelas atau sikap guru
terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri
tidak baik. Sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran
atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
--( 55 )--
Guru biasanya mengajar dengan metode ceramah saja.
Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat
saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang
baru, yang dapat mampu meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode
mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif
mungkin.
b. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa kegiatan itu sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai,
dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan
pelajaran itu berpengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang
kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang
terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan
bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu di ingat bahwa sistem
instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar
yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami
siswa baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar
dapat melayani siswa belajar individual, kurikulum sekarang
belum dapat memberikan pedomanperencaan yang demikian.
c. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses itu juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses
itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga di pengaruhi oleh
relasinya dengan gurunya.
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan
menyukai guruny, juga akan menyukai mata pelajarannyayang
diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-
baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa
membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
Guru yang kurang beriteraksi dengan siswa secara akrab,
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga
--( 56 )--
siswa merasa jauh dari guru, maka segan untuk berpartisipasi
secara aktif dalam belajar.
d. Relasi Siswa dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana,
tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling
bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan
hubungan masing-masing siswa tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri
atau sedang mengalami tekan-kekanan batin, akan diasingkan
dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan
menggangu belajarnya. Lebih-lebih ia menjadi malas untuk
masuk sekolah dengan alasan yang tidk-tidak karena di sekolah
mengalami perilaku yang kurang menyenangkan dari teman-
temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan
bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali
kedalam kelompoknya.
Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah perlu,
agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar
siswa.
e. Disiplin Sekolah
Kedisiplian sekolah erat hubunganya dengan kerajian
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan
sekolah mencangkup kedisiplinan tata tertib pegawai/karyawan
dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas,
gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala
sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya,
dan kedisiplinantim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja
dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu
juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
Banyak sekolah dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga
mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung
jawab, karena bila tidak melaksanakan tugasnya, toh tidak ada
--( 57 )--
saingan. Hal mana dalam proses belajar, siswa perlu disiplin,
untuk mengembangkan motivasi yang kuat.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa
harus disiplin di dalam belajar baik disekolah, di rumah dan di
perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf
yang lain disiplin pula.
f. Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dapat akan
mempelancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan
maju.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya tuntutan yang
masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat membantu
lancarkanya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti
buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media
lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media yang
dalam jumlah maupun kualitasnya.
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap
adalah perlu agar dapat mengajar dengan baik sehingga siswa
dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar
dengan baik pula.
g. Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang,
sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar
siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari,
sebenarnya kurang dapat bertanggungjawabkan. Di mana siswa
harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka
mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
Sebaiknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar,
jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada
--( 58 )--
waktu kondisi badannya sudah lelah/lemah, misalnya pada
siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima
pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar
berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lemah tadi.
Jadi miliki waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh
yang positif terhadap belajar.
h. Standar Pelajaran Di Aatas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya,
pula memberi memberi pelajaran diatas ukuran standar.
Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru.
Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajar mata
pelajaranya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi
berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan pisikis
dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak
boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus
sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang pasti
tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
i. Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak seta variasi
karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung
dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana
mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu
tidak memadai bagi setiap siswa.
j. Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah.
Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar
yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam
pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar
tidak teratur, terus-menerus, kareana besok akan tes. Dengan
bealajar demikian siswa yang akan kuarang beristirahan, bahkan
mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur
setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memili cara
belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil
belajar.
--( 59 )--
k. Tugas Rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping
untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-
kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak
memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak
tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga
mempengaruhi terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya adalah perlu untuk mengusahakan lingkungan yang
baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/siswa
sehingga dapat belajar dengan sebai-baiknya.
******
--( 60 )--
BAB IV
--( 61 )--
ketidaknyamanan. Untuk menghindarkan diri dari ketidaknyamanan
itu id/das es mempunyai dua cara, yaitu :
a. Refleks dan reaksi-reaksi otomatik, seperti misalnya bersin,
berkedip dan sebagainya.
b. Proses primer, seperti misalnya kalau orang lapar lalu
membayangkan makanan.
Didalam fungsinya, ego berpegang pada prinsip realitas, karena
akan menjadi penghubung antara id dengan dunia luar. Tujuannya
memang masih tetap pemenuhan pemuasan diri, tetapi mencoba
menerobos keluar ke alam realitas. Jadi manusia tidak sekadar
membayangkan makanan, tetapi memerlukan kenyataan makanan
itu agar dapat memenuhi kenyamanan diri, yakni menjadi kenyang.
2. Pandangan Humanistik
Rogers, tokoh dari pandangan humanistik, berpendapat bahwa
manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan
yang positif. Manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya
sendiri. Oleh karenanya dikatakan bahwa manusia itu selalu
berkembang dan berubah untuk menjadi pribadi yang lebih maju
dan sempurna. Manusia adalah individu dan menjadi anggota
masyarkat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
Kemudian Adler yang juga pendukung pandangan humanistik,
berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh
dorongan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sendiri, tetapi
manusia digerakkan dalam hidupnya sebagian lagi oleh kebutuhan
untuk mencapai sesuatu. Manusia sebagai individu selalu
melibatkan dirinya dalam bentuk usaha untuk mewujudkan diri
sendiri dan menemukan jati dirinya.
3. Pandangan Martin Buber
Martin Buber berpendapat bahwa hakikat manusia tidak dapat
dikatakan “ini” atau “itu”. Manusia merupakan suatu keberadaan
yang berpotensi, namun dihadapkan pada kemestaan alam, sehingga
manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang
esensial,tetapi keterbatasan faktual. Ini berarti bahwa apa yang akan
dilakukan tidak dapat diramalkan.
--( 62 )--
Manusia itu tidak pada dasarnya “baik” ataupun “jahat”. Tetapi
manusia itu memang secara kuat mengandung dua kemungkinan
“baik ataupun jahat” itu. Inilah fitrah manusia yang telah diciptakan
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi manusia yang baik pun kadang-
kadang melanggar aturan yang telah ditetapkan. Dinamika
kehidupan manusia itu akan senantiasa ditandai dengan dua sifat
tersebut dalam upaya memperlihatkan sejarah kemanusiaan yang
sejati, melalui berbagai ketidakpastian, perjuangan dan kegagalan.
4. Pandangan Behavioristik
Pandangan dari kaum Behavioristik pada dasarnya menganggap
bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Faktor
lingkungan inilah yang merupakan penentu tunggal dari tingkah
laku manusia. Dengan demikian, kepribadian individu dapat
dikembalikan kepada hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar,
seperti misalnya adanya teori conditioning (pembiasaan) dan
peniruan.
Dari keempat pandangan tentang manusia tersebut ada beberapa
pengertian pokok yang sangat relevan untuk memahami hakikat
anak didik sebagai subjek belajar. Pengertian-pengertian pokok itu
adalah sebagai berikut :
a. Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya.
b. Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan social
individu.
c. Manusia mampu mengarahkan dirinya ketujuan yang positif,
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya sendiri.
d. Manusia pada hakikatnya dalam proses “menjadi”, akan
berkembang terus.
e. Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri,membantu
orang lain dan membuat dunia lebih baik.
--( 63 )--
f. Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang
perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Tetapi potensi itu
bersifat terbatas.
g. Manusia adalah makhluk Tuhan yang sekaligus mengandung
kemungkinan “baik” dan “buruk”
h. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah
laku itu merupakan kemampuan yang dipelajari.
Dari kedelapan pengertian pokok tersebut kalau diaplikasikan
untuk memahami konsep pendidikan dan hakikat anak didik,
dapatlah direlevansikan dengan ketiga aliran: nativisme, empirisme
dan akhirnya bermuara pada aliran yang ketiga yakni, konvergensi.
Itulah sebabnya beberapa pandangan tentang hakikat manusia
dengan segala pengertian pokoknya, harus selalu dipahami dalam
upaya menerjemahkan diri anak didik, sebagai manusia, sebagai
subjek didik, subjek belajar atau merupakan sentral dari kegiatan
pendidikan dan proses belajar-mengajar.
--( 64 )--
itu belum mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan talent atau
potensi dan kemampuannya. Oleh karena itu, lebih tepat kalau siswa
dikatakan sebagai subjek dalam proses belajar-mengajar, sehingga
siswa disebut sebagai subjek belajar.
Perwujudan interaksi guru dan siswa harus lebih banyak
berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada siswa, agar siswa
merasa bergairah, memiliki semangat, potensi dan kemampuan yang
dapat meningkatkan harga dirinya. Dengan demikian, siswa diharapkan
lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Hal ini sinkron dengan
sistem pengajaran modern yang menempatkan siswa sebagai pihak
yang aaktif, atau yang sekarang dikenal dengan CBSA. Menurut
penyelidikan belajar yang lebih efektif hanya mungkin, kalau siswa itu
sendiri turut aktif dalam merumuskan serta memecahkan berbagai
masalah.
C. Kebutuhan Siswa
Pemenuhan kebutuhan siswa, disamping bertujuan untuk
memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran
yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih
menarik. Dengan demikian, akan membantu pelaksanaan proses
belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain
dapat disebutkan di bawah ini.
1. Kebutuhan Jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah,
entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini
olahraga menjadi materi utama. Disamping itu kebutuhan-
kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan
sebagainya, perlu mendapat perhatian.
2. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru
serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
kebutuhan social anak didik/siswa. Dalam hal ini sekolah harus
dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan
beradaptasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama
teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status
--( 65 )--
sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat menciptakan
suasana kerjasama antar siswa dengan suatu harapan dapat
melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik. Sebab kalau
tidak hati-hati, justru akibat pergaulan dengan lingkungan dapat
pula membawa kegagalan dalam proses belajar-mengajar. Guru
harus dapat membangkitkan semangat kerja sama, sehingga dapat
dikembangkan sebagai metode untuk mengajarkan sesuatu,
misalnya metode belajar kelompok.
3. Kebutuhan intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu
ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih berminat belajar
ekonomi, sejarah, biologi atau yang lain-lain. Minat semacam ini
tidak dapat dipaksakan, kalau ingin mencapai hasil yang optimal.
Oleh karena itu, yang penting bagaimana guru dapat menciptakan
program yang dapat menyalurkan minat masing-masing.
Robert J. Havigurst dalam bukunya “Human Development and
Education”, mengemukakan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan anak didik. Menurut tokoh ini bahwa setiap orang harus
dapat memenuhi tugas. Tugas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Pemenuhan tugas-tugas tertentu itulah disebutnya dengan istilah
developmental tasked. Kesanggupan memenuhi tugas-tugas itu, berarti
akan memberi kepuasan dan kebahagiaan. Inilah yang dikatakan
seseorang dapat memenuhi kebutuhannya. Kegagalan memenuhi tugas
itu akan menimbulkan suatu kekecewaan dan berarti gagal memenuhi
kebutuhannya.
Ada beberapa development tasked yang harus dipenuhi oleh
setiap individu manusia subjek belajar.
a. Memahami dan menerima baik keadaan jasmani.
Perkembangan setiap individu manusia itu berbeda-beda, ada yang
cepat, ada yang lambat. Oleh karena itu, tidak aneh kalau seringkali
menimbulkan problema atau kesulitan. Contoh konkret, ada anak
wanita yang terlalu gemuk tinggi, atau gemuk pendek, ada anak
laki-laki yang kecil pendek, dan lain sebagainya, yang semua itu
dapat menimbulkan rasa cemas atau tidak puas. Hal ini harus
dihindari, dalam artian anak didik harus dapat memahami keadaan
--( 66 )--
dan perkembangan jasmaninya. Guru harus dapat memberikan
motivasi dan pengertian, sehingga anak didik menyadari kenyataan
tersebut.
b. Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman
sebayanya.
Pada umumnya anak-anak yang sebaya pada tingkat-tingkat usia
tertentu selalu ingin berkelompok. Tetapi pada suatu ketika harus
mampu melepaskan diri dari kelompoknya dan mencari hubungan
yang lebih luas. Juga upaya bergaul dengan teman-teman lain. Hal
ini sangat memerlukan bantuan dari pendidik agar anak didik dapat
mengembangkan pergaulannya secara luas dan konstruktif.
c. Mencapai hubungan yang lebih ” matang” dengan orang dewasa
Pada usia tertentu, terutama menginjak pemuda, berkembang suatu
disparitas yaitu keinginan untuk memisahkan atau melepaskan
ketergantungan dari orangtuanya. Orang tua tidak boleh
menghalangi keinginan anak seperti itu, apalagi mengeluarkan
ancaman-ancaman tertentu misalnya dalam soal financial atau soal
doa restu. Sikap orang tua semacam ini kurang bijak dan dapat
membelenggu perkembangan anak/pemuda tersebut. Begitu juga
dalam kegiatan belajar-mengajar, guru tidak boleh bertindak
otoriter, selalu mengekang kehendak anak didik.
d. Mencapai kematangan emosional
Menginjak usia sebagai pemuda, harus belajar mampu
mengendalikan emosi. Menghindari pernyataan emosi yang
berlebih-lebihan, dan harus mampu dan daapat sehingga
menampilkan kediriannya secara mantap.
e. Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan financial
Anak didik pada suatu tingkat usia yang sudah memungkinkan,
perlu diberikan motivasi atau pengarahan-pengarahan untuk suatu
lapangan pekerjaan yang nantinya dapat dikerjakan dan sesuai
dengan minatnya. Oleh karena itu, anak didik harus berusaha untuk
mengenal berbagai lapangan pekerjaan, untuk nanti dikerjakan
sebagai upaya berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
--( 67 )--
f. Mencapai kematangan intelektual
Anak didik harus dilatih untuk mematangkan kemampuan
intelektualnya. Sebagai warga belajar yang setiap kali melakukan
kegiatan belajar, harus dapat berkembang pemikirannya kea rah
berpikir yang objektif dan rasional, tidak emosional. Dalam hal ini
peran guru sangat penting dalam upaya mengarahkan anak didiknya
agar dapat mencapai kematangan intelektual.
g. Membentuk pandangan hidup
Dalam rangka menuju tingkat kedewasaannya, maka pemuda atau
anak didik harus sudah mulai membentuk suatu sistem nilai atau
norma-norma yang utuh. Dapat memahami dan menilai mana yang
baik dan mana yang buruk, termasuk mengetahui mana yang harus
dikerjakan dan mana yang tidka boleh dikerjakan. Hal ini sangat
penting, sebab merupakan dasar dalam mengembangkan
kehidupannya.
h. Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri
Perlu diketahui bahwa seseorang atau anak didik itu tidak
mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi seorang bapak atau
ibu. Tetapi jalan menuju ke arah itu dalam kegiatan belajar-
mengajar perlu diformulasikan, misalnya dalam bentuk motivasi ke
arah kemandirian hidup. Pembinaan kemandirian bagi setiap anak
didik adalah suatu kegiatan yang amat penting dalam upaya
mengantar kehidupan yang realistik di dalam masyarakat.
Kedelapan developmental tasked di atas dapat dipenuhi bagi
setiap orang. Hal ini juga dapat digunakan sebagai usaha memecahkan
persoalan pemenuhan kebutuhan anak didik. Yang penting bagaimana
sekolah, khususnya guru dapat mengenal anak didik sebaik-baiknya,
agar dapat memberikan layanan dan bimbingan yang lebih serasi,
konstruktif dan produktif.
--( 68 )--
dari unsur-unsur itulah yang akan mewujudkan manusia utuh sebagai
tujuan pendidikan bangsa Indonesia.
Bagi Indonesia yang berfalsafah Pancasila, tujuan pendidikan
dengan pembentukan manusia seutuhnya adalah sangat tepat. Konsep
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, telah memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi setiap individu untuk mengembangkan
hubungan dengan Tuhan, dengan alam lingkungan, dengan manusia
lain dan dengan dirinya sendiri, bahkan juga untuk mengembangkan
cipta, rasa, dan karsanya, jasmani maupun rohaninya secara integral.
Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan
lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih
cita-citanya. Dengan demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya
harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik
siswa itu sendiri.
Mengenai pembicaraan karakteristik siswa ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan.
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan
awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan
intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek psikomotor, dan lain-lain.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar-belakang dan status
sosial (sociocultural).
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan
belajar siswa antara lain :
1. Latar-belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan;
2. Gaya belajar;
3. Usia kronologi;
4. Tingkat kematangan;
5. Spektrum dan ruang-lingkup minat;
6. Lingkungan sosial ekonomi;
7. Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan;
8. Inteligensia;
--( 69 )--
9. Keselarasan atau attitude;
10. Prestasi belajar;
11. Motivasi dan lain-lain.
Disamping data atau keterangan-keterangan di atas, guru dalam
peranannya sebagai pendidik, pembimbing dan pengganti orangtua di
sekolah, perlu mengetahui data-data pribadi dari anak didiknya. Data-
data pribadi itu misalnya saja :
1. Keterangan pribadi, seperti nama, tanggal dan tempat lahir, alamat,
jenis kelamin, nama orang tua/wali, kebangsaan, agama;
2. Keadaan rumah seperti : pekerjaan ibu dan bapak, jumlah adik,
pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah (menyewa,
indekos, rumah sendiri/rumah orang tua);
3. Kesehatan seperti penyakit-penyakit tertentu, cacat badan,
kebiasaan hidup;
4. Sifat-sifat pribadi.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan
data tersebut, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menggunakan berbagai jenis tes. Sebagai contoh misalnya tes
penyelidikan penguasaan bahan pelajaran, bakat anak, tes
penyelidikan watak anak. Model-model tes seperti itu
sebenarnya sangat membantu guru dalam upaya menangani
setiap problema belajar yang dihadapi anak didiknya.
b. Melakukan observasi. Mengadakan pengamatan terhadap
perilaku anak didik didalam kelas, merupakan suatu langkah
yang sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan
tingkah laku setiap individu anak didik. Guru tidak hanya
memerhatikan hasil-hasil pelajaran, melainkan perlu juga
memerhatikan minat, bakat, sifat-sifat, watak, kebebasan,
keterbukaan dan cara kerja setiap anak. Agar pengamataan itu
berhasil baik, maka perlu diciptakan hubungan erat antara
pribadi guru dengan pribadi setiap siswa.
c. Mengunjungi rumah. Kunjungan rumah dari guru ke orang tua
murid/siswa, dapat mengungkap keterangan bagaimana keadaan
latar belakang keluarga, mungkin juga soal keadaan sosial
ekonomi siswa, bagaimana keadaan lingkungannya.
--( 70 )--
d. Menggunakan angket. Untuk mengetahui data pribadi dan latar-
belakang serta bakat dan minat dapat juga dilakukan dengan
cara pengisian angket. Jadi guru membuat suatu angket yang
sudah didesain sedemikian rupa sesuai dengan data yang
dibutuhkan, kemudian disuruh mengisi atau menjawab oleh
siswa.
--( 71 )--
--( 72 )--
BAB V
--( 73 )--
didalamnya, jadi calon guru diberi bekal pengetahuan sesuai tugasnya,
dan pengetahuan itu mempribadi di mana nilai-nilai menjadi implisit di
dalamnya.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru, pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Dalam
peraturan pemerintah (PP) No.74 tahun 2008 tentang guru. Sebutan
guru mencakup : (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang
studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan
karir, (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3)
guru dalam jabatan pengawas.
Dalam ajaran agama islam guru adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
seluruh potensinya, baik potensi efektif, potensi kognitif, maupun
potensi psikomotorik. Guru yang berarti orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai tingkat kedewasaan,
serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba
Allah. Selain itu guru mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk
individu yang mandiri.
Dalam UU Sisdiknas pasal 39 ayat (2) UU
No.20/2003:Guru/Pendidik professional merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan.
Guru professional merupakan akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam
materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung
jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
Guru/pendidik yang professional tidak berfikir hanya mengajar
saja melainkan, dan dirinya sendiri sebagai bekal kehidupannya di
masa depan. Ia tidak akan mengabaikan tugas pokok dan akan
melaksanakan tugas yang diembangkan kepadanya. Guru yang
professional juga bertindak sebagai motivator dan fasilitator dalam
membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan, serta
terbentuknya moral siswa yang alami, sehingga terjalin keseimbangan,
--( 74 )--
kebahagiaan dunia dan akhirat. Guru tersebut mobilitasnya tinggi, aktif
di bidang pendidikannya banyak sehingga secara tidak langsung
wawasan, pola pikir,ilmu pengetahuan dan keterampilan guru akan
bertambah.
Menurut Prof. Muhaimmin Guru Besar UIN Malang, guru
professional dalam pendidikan Agama Islam mempunyai sebutan dan
fungsi serta tugas-tugas yang berbeda yaitu :
a. Uztadz adalah orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas,
yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu
proses dan hasil kerja serta sikap kontinous, improvement.
b. Mu‟alim adalah orang yang mempunyai ilmu dan mampu
mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atau sekaligus
melakukan transfer ilmu/pengetahuan, internalisisasi serta amaliah
(impelementasi)
c. Murabby adalah orang yang mendidik dan mempersiapkannya
peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan
memelihara hasil kreasinya untuk menimbulkan pengaruh yang
positif bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral
indefitikasi diri, menjadi pusat panutan, teladan, teladan dan
konsultasi bagi anak didiknya,
e. Mudaris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan
informasi, serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan peserta
didiknya,memberantas kebodohan mereka,serta melatih
keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
f. Mu‟addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik
untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban berkualitas
di masa depan.
Berdasarkan dari beberapa definisi guru/pendidik dan
keterangan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan, Guru yang
professional adalah guru yang mempunyai banyak ilmu dan
pengalaman yang mampu merancang, mengelola pembelajaran, dengan
tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
--( 75 )--
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan pendidikan
menengah.
--( 76 )--
sebagaimana Rasulullah Saw. Menjadi teladan bagi umatnya.
Sejauh mana seseorang guru mampu memberi teladan yang baik
kepada semua anak didiknya. Sejauh itu pulalah ia diperkirakan
akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus
bangsa yang baik dan mulia.(Djamarah,2005.32)
c. Berilmu pengetahuan yang luas
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti,
bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan
kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.
Ijazah sarjana bukan semata-mata selembar kertas, akan tetapi
merupakan bukti bahwa dirinya telah menjadi orang yang
berwibawa menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi.
d. Berlaku Adil
Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi
yang salah menuju posisi yang diinginkan. Adil juga berarti
seimbang (balance). Sedangkan adil dalam islam memiliki
suatu basis hilaiah, berakal dalam moralitas, sehingga prinsip
perta adil adalah persamaan manusia dihadapan Tuhan serta
dalam kehidupan sosial. Adil adalah meletakkan sesuatu pada
tempatnya. Maksudnya adalah tidak memihak antara yang satu
dengan yang lainnya. Dengan kata lain, bertindak atas dasar
kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsunya.
e. Berwibawa
Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk
membuat kita patuh dan ditaati. Ada juga orang mengartikan
kewibawaan dengan sikap dan penampilan yang dapat
menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Sehingga dengan
kewibawaan seperti itu, anak didik merasa memperoleh
pengayoman dan perlindungan. Betapa nikmat menjadi orang
yang berwibawa. Dia tidak akan takut dicerca orang, dan orang
akan selalu tunduk dan takut untuk melecehkannya dan akan
selalu tunduk mengormatinya. Impilkasinya juga terhadap anak
didik, sehingga mereka akan selalu bahagia dan selalau merasa
diarahkan oleh seseorang guru yang mempunyai kewibawaan.
--( 77 )--
f. Mempunyai tujuan yang rabbani
Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, dimana
segala sesuatu bersandar kepada Allah dan selalu menaati-Nya,
mengabdi kepada-Nya,mengikuti syariat-Nya dan mengenal
sifat-sifat-Nya.
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surah Ali-„Imran ayat 79 :
Rabbani ilah orang yang sempurna Ilmu dan takwanya kepada
Allah SWT. Jika guru telah mempunyai sifat Rabbani, maka
dalam segala kegiatan pendidikan anak didiknya akan rabbani
juga, yaitu orang yang hatinya sealu bergetar ketika disebut
nama Allah Swt dan merasakan keAgungan-Nya.
g. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan
pemikira dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian,
seorang guru harus mampu merencanakan proses belajar
mengajar dengan baik. Guru yang dapat membuat perencanaan
adalah sama pentingnya dengan orang yang melaksanakan
rencana tercebut.
h. Menguasai bidang yang ditekuni
Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang
guru hidup dengan ilmunya, guru tanpa ilmu yang dikuasainya
bukan guru lagi. Oleh karena itu, kewajiban guru adalah selalu
menekuni dan menambah ilmunya lagi. Yang dimaksud dengan
menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang guru yang ahli
dalam mata pelajaran tertentu.Tidak menutup kemungkinan
seorang guru mampu mengajar anak didiknya sampai 2 mata
pelajaran, yang penting dia professional dan menguasai.
2. Syarat-syarat dan Karateristik Khusus Guru Profesional
Secara khusus syarat profesionalisme guru adalah : (a) Memiliki
kualifikasi akademik sarjana atau diploma empat (S1 atau D-IV),
(b) memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
professional. (c) sertifikat pendidikan, (d) Sehat jasmani dan rohani,
(e) memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.(Pasal 8 Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005)
--( 78 )--
Menurut Departemen Agama RI (2005) pekerjaan guru adalah
pekerjaan professional, maka untuk menjadi seorang pendidik atau
guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa
diantaranya :
a. Harus memiliki bakat sebagai guru
b. Harus memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terinterigrasi
d. Memiliki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila
h. Guru adlah seorang warga Negara yang baik.
Guru professional memiliki banyak ciri atau membedakan
dengan pekerjaan lain, tiga diantaranya adalah :
Pertama, Persyaratan administratif adalah persyaratan yang
harus dimiliki oleh seorang guru yang ingin menjadi professional dalam
kaitanya dengan legal formal.
Kedua, Persyaratan akademis adalah persyaratan yang harus
dimiliki seorang guru yang ingin menjadi professional dalam kaitannya
dengan kapabilitas dan kualitas intelektual. Persyaratan akademis juga
merupakan syarat yang sangat penting bagi seorang guru professional.
Kesuksesan pendidikan bukan hanya menjadi beban dan tanggung
jawab sang murid sebagai pencari ilmu, akan tetapi justru gurulah yang
memegang peranan dominan. Karena jika sang Guru secara akademis
tidak memadai, maka dengan sendirinya keterampilan untuk mengajar,
kemampuan penguasaan materi pengajaran, dan bagaimana
mengevaluasi keberhasilan murid tidak dimiiki sacara akurat dan benar.
Ketiga, Persayaratan kepribadian adalah persyaratan yang harus
dimiliki seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya
dengan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karena kita
ketahui bersama guru adalah seorang yang harus diguru dan harus
ditiru, khususnya oleh murid.
Menurut Sudarwam Danim (2002.25) pendekatan karakteristik
(the trai approach) memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat
elemen inti yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Hasil studi
--( 79 )--
beberapa ahli mengenai sifat atau karakteristik guru profesional itu
menghasilkan beberapa kesimpulan berikut ini :
1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi.
Termasuk dalam rangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang
berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki seorang penyandang
profesi.
2. Memiliki pengetahuan spesialisasi
Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan penguasaan
bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi „guru‟ tetapi guru
yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject
matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.
3. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh
orang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, yaitu didasari kerangka
teori yang jelas dan teruji. Semakin spesialis seseorang, semakin
mendalam pengetahuannya di bidang itu, dan semakin akurat pula
layanannya kepada klien.
4. Memiliki tekhnik kerja yang dapat dikomunikasikan atau
communicable
Seorang guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam
makna, apa yang disampikan dapat dipahami oleh peserta didik
5. Memiliki kapasitas mengorganisrkan kerja secara mandiri atau
self-organization, Istilah mandiri di sini berarti kewenangan
akademiknya melekat pada dirinya..
6. Mementingkan keoentingan orang lain(altruism). Seorang guru
harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat
diperlukan, apakah di kelas, lingkungan sekolah, bahkan di luar
sekolah.
7. Memiliki kode etik, kode etik ini adalah norma-norma yang
mengikat guru dalam bekerja.
8. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Manakala terjadi
“malpraktik” seorang guru harus siap menerima sanksi dari
masyarakat pidana, sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru
--( 80 )--
harus memiliki tanggung jawab kepada komunitas, terutama anak
didiknya.
9. Mempunyai system upah.Sistem upah yang dimaksudkan disini
adalah gaji
10. Budaya professional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan
simbol-simbol yang berbeda dengan simbol untuk profesi lain.
--( 81 )--
a. Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki
indicator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian.
b. Subkompetensi merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial.
c. Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif
d. Subkomptensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
memilik indikator esensial : merancang dan melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode;
e. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk
mengaktalisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator
esensial: dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi akademik; dan potensi nonakademik.
Kedua, Kompetensi kepribadian. Kompetensi ini terdiri dari
lima subkompetensi, yaitu kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa,
arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. Subkompetensi kepribadian yang
berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki prilaku yang disegani.
Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religious (Iman dan
takwa, jujur, ikhlas, suka menolong),dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
Ketiga, Kompetensi social. Kompetensi ini memliiki tiga
subranah. Pertama, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik. Kedua, mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Ketiga,
mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua
wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Keempat, Kompetensi professional. kemampuan penguasaaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan. Kompetensi ini
--( 82 )--
terdiri dari 2 ranah subkompetensi yaitu Subkompetensi menguasai
substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator
esensial dan Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan
memiliki indikator esensial menguasasi langkah-langkah penelitian dan
kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan materi bidang studi.
--( 83 )--
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas
dan prestasi kerja
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak
katas kekayaan intelektual
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan
f. Memiliki kebebasan dan memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan,penghargaan,dan/atau sanksi kepada
peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru,
dan peraturan perundang-undangan
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas
h. Memiliki kebebasan berserikat dalam organisasi profesi
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualfikasi akademik dan kompetensi
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya
3. Kode Etik Guru
Istilah ”kode etik” itu terdiri dari 2 kata yakni “kode” dan “etik”
berasal dari bahasa yunani, “ethos” yang berarti watak,adab atau
cara hidup. Dapat diartikan bahwa etika itu menunjukkan “cara
berbuat yang menjadi adab, karena persetujuan dari kelompok
manusia”. Jadi, kode etik guru diartikan adalah aturan-aturan tata
susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan keguruan (yang
menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila.
Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil
rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21 sampai 25 November
1973 di Jakarta, terdiri dari Sembilan item,yaitu :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila
--( 84 )--
b. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan
kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing-masing
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh
informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari
segala kebutuhan penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknyabagi
kepentingan anak didik
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan
f. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meninglatkan mutu profesinya
g. Guru menciptkann dan memelihara hubungan antara sesama
guru,baik berdasarkan lingkunga kerja maupun dalam hubungan
kesealuruhan
h. Guru secara hukum bersama0sama memelihara,membina,dan
meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana
pengabdiannya
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan pemerinta dalam bidang pendidikan.(Syaiful
B.2008.49.)
--( 85 )--
Adapun kiat untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah :
1. Membangkitkan motivasi dan etos kerja untuk bekerja secara
professional
2. Meningkatkan kempetensi akademik/vokasional melalui
pendidikan, pelatihan, kelompok kerja, belajar sendiri
3. Meningkatkan kompetensi professional keguruan. kependidikan
melalui pendidikan, pelatihan, peer teaching, pembimbingan
supervisi, kelompok kerja, belajar sendiri.
4. Menerapkan sistem reward & punishment
5. Menerapkan sistem imbalan yang memuaskan
6. Menerapkan sistem jenjang karir yang jelas
--( 86 )--
menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan
mencapai prestasi setinggi-tingginya.
1. Guru Sebagai Pendidik
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualfikasi
sebagai guru, dosen, konselor, dll, serta berpasrtisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Guru adalah pendidik yang menjadi
tokoh panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan
liungkungannya. Oleh karena itu guru yang juga sebagai pendidik
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup
tanggung jawab, mandiri, berwibawa, dan disiplin, agar guru
berpotensi menjadi tenaga pendidik yang professional.
2. Guru sebagai pengajar
Mengajar adalah salah satu cara mentransfer ilmu terhadap
peserta didik karena kegiatan belajar mengajar diantaranya
dipengaruhi hubungan peserta didik dengan guru.Untuk dapat
melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki
kemampuan profesional dalam mengelola proses pembelajarannya
yaitu:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media belajar dengan baik
e. Menguasai landasan pendidikan
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
h. Mengenal gungsi layanan bimbingan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan
3. Guru sebagai pembimbing
Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
agar individu tersebut dapat berkembang dengan baik. Guru sebagai
pembimbing harus memberikan bimbingan, bantuan yang diberikan
--( 87 )--
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencakan masa depan.
4. Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut
guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini ditekankan lagi dalam
kurikulum, baik kurikulum 2004, kurikulum 2006, maupun
kurikulm 2013 yang berbabasis kompetensi, karena tanpa latihan
seseorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan
oenguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai
keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5. Guru sebagai penasehat
Kata nasehat berasal dari dari bahasa arab, dari kata kerja
“nashaha” yang berarti “khalasha” yaitu murni serta bersih dari
segala kotoran juga bisa berarti “khaatha”, yaitu menjahit.
Maksudnya adalah apabila dia menjahitnya maka mereka
mengumpamakan perbuatan penasehat yang selalu mengiginkan
kebaikan orang yang dinasehatinya dengan jalan memperbaiki
pakaiannya yang robek.
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang.Menjadi guru tingkat manapun berarti menjadi
orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun meletakkannya pada
posisi tersebut.
6. Guru sebagai pembaharu (innovator)
Inovasi adalah suatu perubahan yang baru menuju kearah
perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya. Guru
harus berperan sebagai innovator yaitu orang yang harus
mempunyai suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang
dirasakan sebagai suatu yang baru dan diterapkan dalam proses
pembelajaran.Sebagai innovator,guru juga bisa menciptakan
sesuatu yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau
masyarakat,sehingga dapat bermanfaat bagi murid dan masyarakat
lain.
--( 88 )--
7. Guru sebagai model dan teladan
Guru sebagai model dan teladan bagi peserta didik dan semua
orang terutama warga belajar di sekolah menganggap dia sebagai
guru. Sebagai teladan tentu saja guru mempunyai pribadi yang baik
dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik
serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakui dia sebagai guru.
8. Guru sebagai pribadi
Kepribadian berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap dan
perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Sebagai
individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.
Ungkapan yang sering digunakan adalah bahwa guru bisa digugu
dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan yang disampaikan guru
bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru
dan diteladani.Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan seseorang guru sebagai pengembangan
sumber daya manusia yaitu anak didik.
9. Guru sebagai peneliti
Guru sebagai peneliti dalam pendidikan, seorang guru adalah
praktisi dalam dunia pendidikan. Melaksanakan serangkaian proses
pembelejaran, di dalam ruang maupun di luar ruangan kelas.Proses
itu dimulai dari sebuah perencanaan dan diakhiri dengan penilaian
atau evaluasi.
10. Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreatif berarti memiliki daya cipta atau kemampuan untuk
mencipta. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang
melahirkan sesuat yang baru atau kombinasi hal yang sudah ada
sehingga terkesan ada. Pembelajaran kreatif merupakan
pembelajaran yang didalam maupun diluar kelas dengan
memanfaatkan potensi yang ada. Sebagai orang yang kreatif, guru
menyadari bahwa kreatifitas merupakan yang universal dan semua
kegiatan ditopang,dibimbing, dan dibangkitkan oleh kesadaran
itu.Guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih
baik dalam melayani peserta didik.Sehingga pesrta didik akan
--( 89 )--
menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan secara
rutin saja.
11. Guru sebagai pembangkit pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai
kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai rekayasa. Dalam
hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan
tentang keagungan kepada peserta didiknya.Mengembangkan
fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi sengan peserta
didik disegala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan
yang dikelolahnya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
12. Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu,serta
kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan.
Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa
mengurangu atau merusak keefektifan guru pada semua
peranannya. Diantara kegiatan rutin guru adalah, bekerja tepat
waktu,membuat catatan dan laporan, membaca, mengevaluasi dan
mengembalikan hasil kerja peserta didik, mengatur kehadiran
peserta didi, mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan,
semesteran dan tahunan.
13. Guru sebagai pemindah kemah
Hidup ini selalu berubah, dan guru adalah seorang pemindah
kemah, yang selalu memindah mindahkan dan membantu peserta
didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa
mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah
peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi
kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk
mendapatkan cara baru yang lebih sesuai.Untuk menjalankan fungsi
ini, guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan barang
kali membahayakan perkembangan peserta didik,dan memahami
mana yang bermanfaat.
14. Guru sebagai pembawa cerita
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat
pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana
memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
--( 90 )--
menemukan gagasan dan kehidupan yang Nampak diperlukan oleh
manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka,
belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah
membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang
kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha mencari cerita
untuk membangkitkan gagasan kehidupan dimasa mendatang.
15. Guru sebagai aktor
Sebagai seorang aktor. Guru harus melakukan apa yang ada
dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan
yang akan disampaikan kepada penonton. Ringkasnya, untuk
menjadi aktor yang mampu membuat para penonton bisa menikmati
penampilannya serta memahami pesan yang disampaikan
diperlukan persiapan,baik pikiran,perasaan maupun latihan.
Penonton disini diumpamakan sebagai peserta didik dan aktor
adalah guru.
16. Guru sebagai emansivator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta
didik,menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan
insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru harus mampu
melihat sesuatu yang tersirat disamping tersurat serta mencari
kemungkinan pengembangannya. Untuk memiliki kemampuan
tersebut, perlu memanfaatkan pengalaman selama bekerja,
ketekunan, kesabaran, dan tentu saja kemampuan menganalisis
fakta yang dilihatnya sehingga guru mampu mengubah keadaan
peserta didik dari status terbuang menjadi pertimbangan oleh
masyarakat. Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai
emansivator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai
pribadi yang tak berharga maupun dicampakkan dan dianggap
rendah, menjadi lebih percaya diri, dan bangkit harapannya.
17. Guru sebagai evaluator
Guru sebagai evaluator of student learning, yakni penilai hasil
pembelajaran siswa. Dalam dunia pendidikan, setiap jenis
pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya orang selalu
mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh
--( 91 )--
pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketepatan atau keefektifan metode mengajar.
18. Guru sebagai pengawet
Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan dan
meneruskan semua warisan budaya kepada generasi berikutnya.
Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan budaya tersebut,
karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna
bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Upaya
pelestarian dilaksanakan melalui pembekalan terhadap calon guru.
Guru sebagai pelaksana pendidikan hendaknya bersikap positif
terhadap hasil budaya masayarakat.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut,dikembangkan salah satu
sarana pendidikan yang disebut kurikulum, yang secara sederhana
diartikan sebagai program pembelajaran denagan kurikulum maka
jaminan pengetahuan yang telah ditemukan dan disusun oleh para
pemikir pendidikan lebih kuat.
19. Guru sebagai kulminator
Dalam setiap pembelajarannya, guru harus mampu
menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu, kemudian maju
ke unit berikutnya, Untuk itu diperlukan kemampuan menciptakan
suatu kulminasi pada suatu unit tertentu. Kemampuan ini Nampak
dalam bentuk menutup pembelajaran, menarik atau membuat
kesimpulan bersama peserta didik, melaksanakan penilaian,
mengadakan kenaikan kelas dan mengadakan karya wisata.
Guru adalah orang yang mengelola, mengatur, mengarahkan
proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi).
Melalui rancangan seorang guru (kurikulum, silabus, RPP, metode
dan strategi dalam proses belajar mengajar) dapat mengembangkan
tujuan yang akan dicapai dan akan dimunculkan dalam tahap
kulminasi.Dengan rancangan seperti demikian peserta didik bisa
mengethui kemajuan belajarnya, dan disinilah peran sebagai
kulminator terpadu dengan peran evaluator.
--( 92 )--
BAB VI
LINGKUNGAN SEKOLAH
A. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang kondusif sangat mendukung bagi
kenyaman dan kelangsungan proses pembelajaran yang dialami oleh
peserta didik di kelas. Peserta didik yang nyaman akan memiliki
motivasi sangat tinggi untuk belajar, serta memiliki minat dan pola
pikir yang positif tentang pentingnya belajar bagi diri dan masa
depannya, sehingga dalam diri peserta didik tersebut akan tumbuh
kesadaran untuk belajar dengan baik, yang pada akhirnya akan
menghasilkan prestasi belajar yang baik. Selain itu, lingkungan sekolah
yang kondusif akan memotivasi guru untuk melaksanakan proses
mengajar yang optimal, karena guru merasa nyaman dengan
lingkungan yang ada disekitarnya. Guru akan mengerahkan seluruh
potensinya untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna
dan menyenangkan bagi peserta didik. Lingkungan sekolah yang efektif
adalah lingkungan sekolah yang mampu mengoptimalkan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik untuk tumbuh dan berkembang dalam proses
pembelajaran yang optimal. Lingkungan sekolah adalah tentang
penilaian berbagai faktor atau aspek yang mempengaruhi pertumbuhan,
kemajuan, dan perkembangan sekolah, yang berada disekitar guru dan
peserta didik.
--( 93 )--
72), menyatakan bahwa lingkungan atau environment meliputi semua
kondisi dalam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes, kecuali
gen-gen. sartai membagi lingkungan itu menjadi tiga bagian penting,
yaitu :
1. Lingkungan alam atau luar (eksternal environment).
Segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia,
seperti rumah, tumbuhan, air, iklim, dan hewan.
2. Lingkungan dalam (internal environment)
Segala sesuatu yang telah masuk dalam diri kita, yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tubuh kita.
3. Lingkungan sosial (sosial environment)
Semua orang yang mempengaruhi kita, baik secara langsung
(misalnya dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, keluarga,
maupun teman-teman).
Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah semua kondisi
disekolah, yang mempengaruhi tingkah laku warga sekolah, terutama
guru dan peserta didik sebagai ujung tombak proses pembelajaran
disekolah. Selain itu, lingkungan sekolah akan mempengaruhi proses
tumbuh kembangnya kualitas guru dan peserta didik yang ada
disekolah.
--( 94 )--
3. Relasi guru dengan peserta didik
Guru yang kurang berinteraksi dengan peserta didik secara akrab
akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar.
4. Relasi peserta didik dengan peserta didik
Menciptakan relasi yang baik antar peserta didik adalah perlu, agar
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar peserta
didik.
5. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan peserta
didik dalam sekolah dan juga dalam belajar.
6. Alat pelajaran
Alat pelajaran yang baik dan lengka perlu, agar guru dapat
mengajar dengan baik sehingga peserta didik dapat menerima
pelajaran dengan baik pula.
7. Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu dapat pagi, siang, sore, dan malam hari.
8. Standar pelajaran diatas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu
memberi pelajaran diatas ukuran standar, sehingga peserta didik
dianggap kurang mampu dan takut kepada guru.
9. Keadaan gedung
Dengan keadaan gedung yang kurang memadai bagi peserta didik
maka peserta didik akan merasa nyaman dalam belajar.
10. Cara belajar
Banyak peserta didik melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam
hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat,
maka hasil belajar peserta didik akan semakin efektif.
11. Tugas rumah
Guru jangan terlalu banyak memberikan tugas rumah kepada
peserta didik, sehingga peserta didik tidak memiliki waktu yang
cukup untuk melaksanakan kegiatan yang lain.
--( 95 )--
D. Macam-macam Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan salah satu institusi sosil yang
mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi untuk mewariskan
kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah didirikan oleh
masyarakat dan Negara untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup
bagi anak-anaknya (Purwanto, 2009:124). Lingkungan sekolah tempat
belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru,
metode mengajar, kesesuaian kurikulum, dengan kemampuan anak,
keadaan fasilitas/perlengkapan disekolah, keadaan ruangan, jumlah
murid perkelas, pelaksanaan tata tertib dapat mempengaruhi minat
belajar dan hasil belajar peserta didik.
Lingkungan sekolah terdiri dari sejumlah komponen penting.
Berikut ini disajikan macam-macam komponen lingkungan sekolah,
yaitu :
1. Lingkungan fisik
a. Sarana sekolah
Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan kurikulum disekolah
perlu dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana
dan prasarana yang memadai diperlukan untuk kelancaran
pelaksanaan kurikulum. Moh. Surya (2004:80)menyatakan
bahwa ketersediaan sarana belajar yang memadai akan
mencapai hasil belajar yang efisien dibandingkan dengan
keadaan fasilitas belajar yang kurang memadai. Alat pengajaran
yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Jika peserta
didik mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka
belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Dengan
demikian, apabila sarana sekolah lengkap maka minat peserta
didik untuk belajar pun meningkat.
b. Prasarana sekolah
Berikut ini beberapa prasarana yang mendukung proses
pembelajaran di kelas, yaitu :
--( 96 )--
1) Perpustakaan
Salah satu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar
adalah penggunaan sumber belajar. Sumber belajar
merupakan media pembelajaran yang dapat mendorong,
memotivasi mempermudah konsep yang abstrak dan
mempertinggi daya serap atau referensi belajar peserta
didik. Perpustakaan merupakan penyedia informasi yang
diperlukan peserta didik, keberadaan sekolah sedikitnya
menentukan tinggi rendahnya mutu pendidikan karena
perpustakaan memunyai tugas dan tanggung jawab dalam
mengelola dan menyediakan sumber belajar secara efektif
dan efisien.
2) Ruang kelas
Slameto (2010:76) menyatakan bahwa untuk dapat belajar
dengan efektif, diperlukan lingkungan fisik yang baik dan
teratur, misalnya:
a) Ruang belajar harus bersih, tidak ada bau yang dapat
mengganggu konsentrasi pikiran.
b) Ruangan yang terang.
c) Sarana yang cukup untuk belajar
3) Keadaan gedung
Jumlah peserta didik yang banyak serta variasi karakteristik
mereka masing-masing menuntut keadaan gedung harus
memadai setiap kelas. Keadaan gedung tersebut akan
mempengaruhi minat belajar peserta didik.
2. Lingkungan nonfisik/sosial
a. Interaksi antara guru dengan peserta didik
Proses belajar mengajar terjadi karena adanya interaksi antara
guru dengan eserta didik. Interaksi terdiri dari kata inter (antar),
dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi adalah suatu hubungan atau
kegiatan timbal balik antara individu yang satu dengan yang
lainnya, yang didalamnya ada proses saling mempengaruhi,
mengubah, dan memperbaiki. Interaksi belajar mengajar adalah
suatu kegiatan sosial karena antara peserta didik dengan peserta
--( 97 )--
didik dan peserta didik dengan gurunya ada suatu komunikasi
sosial atau pergaulan.
Dalam interaksi belajar mengajar, terdapat interaksi sosial
seperti :
1) Interaksi sosial yang ditandai dengan hubungan tugas.
Pertama kali hubungan peserta didik dengan guru tidaklah
didasarkan rasa cinta seperti pada hubungan orang tua
dengan anakny. Hubungan pribadi timbul karena tugas
masing-masing, yaitu peserta didik belajar dan guru
tugasnya mengajar.
2) Interaksi sosial yang selalu punya tujuan untuk mencapai
sesuatu bagi kepentingan peserta didik. Seluruh kegiatan
harus punya tujuan yang pada dasarnya untuk kepentingan
peserta didik.
3) Interaksi sosial yang ditandai dengan kemauan guru untuk
membantu peserta didik guna memperoleh pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
4) Interaksi sosial ditandai dengan kemauan peserta
didikbahwa guru akan membantunya dalam hal-hal tertentu
di dalam perkembangannya.
Situasi belajar mengajar yang baik ialah apabila dapat
memberikan pengalaman-pengalaman yang terbaik bagi
perkembangan peserta didik. Guru yang kurang berinteraksi
dengan peserta didik secara akrab maka peserta didik akan
segan untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Kondisi
tersebut menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar
dan dapat mengurangi minat membaca peserta didik.
b. Interaksi antara peserta didik dengan peserta didik
Meskipun interaksi yang paling fungsional di dalam kelas
adalah interaksi antara guru dengan peserta didik, namun
interaksi antar peserta didik tidak kalah pentingnya. Slameto
(2010:66) menyatakan bahwa guru yang kurang mendekati
peserta didik dan kurang bijaksana, tidak akan dapat melihat di
dalam kelas terjadi persaingan yang tidak sehat, jiwa kelas tidak
--( 98 )--
terbina dengan baik, bahkan hubungan masing-masing peserta
didik tidak tampak.
--( 99 )--
5. Tempat pembuangan sampah
Sampah merupakan musuh utama bagi sekolah. Semakin bersih
sekolah, maka semakin beradab pula warga yang ada disekolah.
Dalam hal ini, perlu ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh warga
sekolah untuk turut menjaga lingkungan sekolah. Caranya dengan
menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong
sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir disekolah, dan
meberikan contoh kepada peserta didik untuk selalu membuang
sampah pada tempatnya.
6. Sarana ibadah
Sarana ibadah yang memadai merupakan wahana peribadahan bagi
warga sekolah. Selain itu, sarana ibadah akan membina mental
religious peserta didik. Peserta didik yang religious akan
berperilaku baik, karena ia paham bahwa agama mengajarkan
kebaikan.
7. Kantin sehat
Kantin sehat adalah kantin yang menyediakan berbagai macam
makanan yang sehat bagi peserta didik. Sebaiknya kantin sekolah
dikelola koperasi atau dharma wanita sekolah, agar control terhadap
makanan bisa dilaksanakan dengan baik. Kantin sehat yang
menyediakan makanan sehat akan menghasilkan peserta didik yang
sehat dan mampu belajar dengan optimal.
8. Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat
Banyak sekali adanya kasus-kasus tentang bangunan sekolah yang
roboh. Ini kewajiban pemerintah untuk mengatasinya karena
bangunan sekolah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki
syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan
luas masing-masing ruang kelas yang ideal.
9. Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung
Lingkungan sekitar sekolah sangat menentukan kenyamanan
peserta didik. Lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang
bising dan berpolusi udara, atau lingkungan sekolah yang berada
dipinggir jalan raya yang padat dan berisik, atau bahkan lingkungan
sekolahyang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan
F. Sekolah Adiwiyata
Mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan (adiwiyata)
merupakan komitmen sekolah dalam menginternalisasikan nilai-nilai
lingkungan ke dalam seluruh aktivitas kegiatan di sekolah. Tampilan
fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi sarana yang
efektif bagi keberlangsungan pembelajaran peserta didik. Lingkungan
sekolah yang kondusif sangat diperlukan agar tercipta proses
pembelajaran yang bermutu. Langkah-langkah menuju sekolah
adiwiyata adalah sebagai berikut :
1. Membentuk tim sekolah
Tim sekolah adalah tim yang berperan penting dalam
pelaksanaan program adiwiyata termasuk diantaranya pengelolaan
lingkungan di sekolah, termasuk di dalamnya bagaimana
melibatkan semua unsur warga sekolah menjadi oenting termasuk
keterlibatan aktif dari seluruh peserta didik. Partisipasi peserta didik
menjadi elemen penting. Untuk mensukseskan sekolah peduli dan
berbudaya lingkungan perlu dibentuk tim yang anggotanya antara
lain terdiri dari:
a. Kepala sekolah
b. Peserta didik
c. Guru
d. Orang tua peserta didik
e. Warga sekolah (misalnya : petugas kebersihan, petugas tata
usaha, pengelola kantin)
f. Pemerintah daerah (lurah, camat. Dan lain-lain)
g. Masyarakat disekitar sekolah.
Bentuk tim sekolah bervariasi, tergantung dengan kondisi
sekolahnya. Tim inti mungkin terdiri atas kepala sekolah, guru yang
ditambah orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar. Anggota
inti ini melakukan pertemuan berkala secara teratur. Anggota tim
ini dapat menugaskan tim kerja yang lebih kecil untuk
*****
DESAIN PENGAJARAN
A. Pengertian Desain
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design
(bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan Ada pula
yang mengartikan dengan persiapan. Di dalam Ilmu Manajemen
Pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan perencanaan disebut
dengan istilah planning yaitu ''persiapan penyusunan suatu keputusan
berupa langkah-langkah langkah-langkah penyelesaian suatu masalah
atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan
tertentu''. Secara sederhana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa
perencanaan adalah pemikiran Sebelum melaksanakan suatu tugas.
Dengan demikian, desain atau perencanaan adalah suatu
pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan suatu tugas /pekerjaan
atau untuk mengambil suatu keputusan terhadap apa yang akan
dilaksanakan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu sebagai
yang telah ditetapkan dengan melalui prosedur atau langkah-langkah
yang sistematis dan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan tugas /
pekerjaan tersebut.
B. Pengertian Pengajaran
Kebanyakan ahli pendidikan pengajaran mengatakan bahwa
pengajaran adalah terjemahan dari intruction atau teaching.Tetapi,
menurut Arief S. Sadiman ia kurang sependapat akan pandangan yang
demikian. menurutnya hal itu kurang tepat karena kurang
mencerminkan pandangan terjemahan secara lebih pas. Instruction
mencangkup semua events yang mungkin mempengaruhi langsung
*****
MENGAJAR
A. Teori-Teori Mengajar
Teori-teori yang dimaksud dikaitkan dengan apa mengajar itu.
1. Defenisi yang lama:
Mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-
pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha
mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai
generasi penerus.
Dalam hal ini bisa diamati dengan teliti, tampak sekali bahwa
aktifitas itu terletak pada guru. Siswa hanya mendengarkan dan
menerima saja apa yang diberikan oleh guru. Siswa yang baik,
adalah yang duduk diam, mendengarkan ceramah guru dengan
penuh perhatian, tidak bertanya, tidak mengemukakan masalah.
B. Prinsip-Prinsip Mengajar
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam
mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah
makhluk hidup yang memerlukan bimbingan, dan pembinaan untuk
menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan
pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa yang sadar
*****
INTERAKSI PENGAJARAN
YANG EDUKATIF
C. Faktor-Faktor Interaksi
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif
adalah sebagai berikut.
1. Faktor tujuan
2. Faktor bahan materi
3. Faktor guru dan peserta didik
4. Faktor metode
5. Faktor situasi
Objektif atau tujuan khusus tertulis suatu kegiatan peserta didik
setelah menjalani interaksi pengajaran kegiatan yang tertulis dalam
tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk kelakuan yang dalam
istilah lain disebut behavior maka tujuan khusus sering disebut
behavioral objektif. Tujuan khusus maka kita berhubungan dengan dua
hal yaitu kesesuaian dan kegunaan istilah kesesuaian menunjukkan
bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan dan masalah yang
dihadapi sesuai pada sesuai pula dengan apa yang dikehendaki oleh
tujuan yang ada di atasnya yaitu tujuan umum Adapun istilah kegunaan
maksudnya bahwa tujuan mesti berguna mencerminkan nilai kegunaan
dalam interaksi pengajaran tujuan pendidikan pengajaran yang bersifat
1. Faktor tujuan
Beberapa istilah tujuan baik yang bersifat umum maupun khusus
baik yang bersifat akhir maupun Terminal sementara. Pertanyaan
umum mengenai nilai keamanan usaha diarahkan saran penyesuaian
jika terdapat hal-hal lain yang berubah. Adapun istilah kegunaan
maksudnya bahwa tujuan mesti berguna mencerminkan nilai
kegunaan dalam interaksi pengajaran tujuan pendidikan pengajaran
yang bersifat umum maupun khusus umumnya berkisar pada tiga
jenis.
a. Tujuan kognitif tujuan yang berhubungan dengan pengertian
dan pengetahuan
b. metode efektif tujuan yang berhubungan dengan usaha
mengubah minat setiap nilai dan ulasan yang berkaitan dengan
keterampilan berbuat atau menggunakan telinga tangan mata
alat indra dan sebagainya.
c. Kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkan ke dalam bidang
ilmu atau kecakapan yang bersangkutan penyusunan unsur-
unsur atau informasi-informasi yang baik itu bukan saja akan
mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya melainkan
juga memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam
menetapkan metode pengajaran.
2. Faktor bahan materi
3. Guru dan peserta didik
Guru dan peserta didik adalah 2 subjek dalam interaksi
pengajaran guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk
menyelenggarakan pengajaran sedang peserta didik sebagai pihak
yang secara langsung mengalami dan mendapatkan pemanfaatan
dari peristiwa belajar mengajar yang terjadi guru sebagai pengajar
*****
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
*****
Gie, The Liang. 1970. Cara Belajar yang Efisien. Jogyakarta: Gajah
Mada Universitas Press.
*****
*****