Laporan Kimia Nitrimetri PCT
Laporan Kimia Nitrimetri PCT
Laporan Kimia Nitrimetri PCT
NAMA :
DOSEN PENGAMPU :
Drs. HISRAN H, ME., Apt
D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan pasta kanji iodida
Sejumlah 750 mg kalium iodidia dilarutkan dalam 5 mL air dan ditambahkan air hi
ngga mencapai volume 100 mL. Larutan tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu
60˚-70˚C, kemudian ditambahkan suspensi 10 g pati dalam 35 mL air sambil diadu
k. Campuran tersebut didihkan selama 2 menit (campuran akan menjadi bening dan
mengental) kemudian didinginkan. Selanjutnya campuran berbentuk pasta dihampa
rkan pada lempeng porselen dan digunakan sebagai indikator luas.
2. Pembuatan larutan natrium nitrit 0,1 M
Sejumlah larutan nitrit p.a dilarutkan dalam air secukupnya hingga tiap 1000 mL lar
utan mengandung 7,5 g NaNO2.
3. Pembuatan larutan natrium nitrit 0,1 M
Lebih kurang 400 mg asam sulfanilat p.a. yang sebelumnya telah dikeringkan pada
120˚C sampai bobot tetap ditimbang seksama, dimasukan kedalam gelas beker, ke
mudian ditambahkan 0,2 g natrium bikarnonat 100 mL asam klorida pekat, didingin
kan hingga suhu ± 8ºC. dilakukan titrasi pelan-pelan dengan natrium nitrit 0,1 M hi
ngga setetes larutan memberikan warna biru pada indikator kanji iodida (tetap perta
hankan campuran pada suhu ± 8ºC dalam baskom es selama titrasi). Titrasi diangga
p selesai jika titik akhir tercapai ditunjukkan dengan larutan yang dibiarkan 1 menit
tetap menghasilkan warna biru pada indikator. Tiap mL larutan NaNO 2 setara denga
n 17,32 mg asam sulfanilat.
4. Cara penetapan kadar
A. Parasetamol
Sejumlah 500mg parasetamol ditimbang seksama kemudian dimasukkan
kedalam erlenmeyer. Ditambahakan 20 mL asam klorida P dan 50 mL air,
diaduk hingga larut, kemudian dipanaskan minimal selaama 1 jam diatas
penangas air. Setelah selesai dilakukan pendinginan hingga temperatur ± 8ºC.
Dilakukan titrasi pelan-pelan dengan natrium nitrit 0,1 M ( tetap pertahankan
campuran pada suhu ± 8oC dalam baskom es selama titrasi ) hingga setetes
larutan memberikan warna pada indikator kanji 10 dida. Titrasi dianggap
selesai jika titik akhir tercapai ditunjukkan dengan larutan yang dibiarkan 1
menit tetap menghasilkan warna biru pada indikator. Tiap ml larutan NaNO2,
setara dengan 15,16 mg parasetamol.
B. Kloramfenikol
o Didinginkan dalam baskom berisi air es, dijaga agar suhu tidak lebih dari
150C.
Dititrasi dengan NaNO2 hingga menunjukkan warna biru segera pada
saat digoreskan tetesan larutannya pada kertas kanji iodida.
Dicatat volume titrasinya.
E. Hasil Pengamatan
Vo Vt V
0 ml 7 ml 7 ml
7 ml 14,5 ml 7,5 ml
Rata-Rata 7,25 ml
Perhitungan kadar
NaNO2 yang ditimbang = 0,6748 g / 1000 ml (dipipet 10 ml ) = 0,06748 g
Volume titrasi = 7 ml
7 ml
Mol NANO2 = x 0,091 M = 0,000637 mol
1000 ml
NaNO2 + HCl
0,000637 mol NaNO2= 0,000637 mol x Mr = 0,000637 x 84 g/mol = 0,053508 g
0,053508 g
Kadar = x 100% = 79,29 %
0,06748 g
F. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mampu membuat dan melakukan NaNO 2 0,1 M
serta menetapkan kadar senyawa dengan gugus amina aromatis yang tidak bebas dengan
reaksi dirotasi.
Titrasi adalah sebuah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan. Caranya yaitu dengan menetesi larutan yang akan dicari konsentrasi dengan
sebuah larutan hasil standardisasi yang sudah diketahui konsentrasi dan volumenya.
Kekebihan dari titrasi dibanding dengan metode lain adalah mudah diaplikasikan, tidak
memerlukan instrument yang mahal. Kekurangannya ialah faktor subjektifitasnya yang
tinggi dalam mengamati perubahan fisis (penentuan titik akhir titrasi) sehingga
mempengaruhi akurasi nilai kadar.Titrasi dapat dibedakan menjadi titrasi langsung dan
tidak langsung. Titrasi langsung yaitu larutan sampel dapat langsung dititrasi dengan
standar atau baku. Titrasi tidak langsung yaitu larutan sample direaksikan dulu dengan
pereaksi yang jumlahnya kepekatannya tertentu, kemudian hasil reaksi dititrasi dengan
larutan standar atau baku. Titrasi yang digunakan pada praktikum ini adalah titrasi tidak
langsung, karena larutan sampel direaksikan dengan asam klorida P dahulu agar
parasetamol sebagai amin aromatis sekunder terhidrolisis menjadi asam aromatis primer,
lalu larutan NaNO2 sebagai larutan baku ditambahkan.
Titik akhir titrasi adalah titrasi yang ditambahkan akan menimbulkan perubahan secara
fisik dari larutan analit. Jika sudah mencapai titik akhir titrasi,titrasi dapat dihentikan.
Titik akhir titrasi dari praktikum ini adalah terjadi perubahan warna biru,saat larutan
tersebut digoreskan pada kanji iodida. Ini terjadi karena iodida teroksidasi menjadi
iodium saat kelebihan asam nitrit dari larutan yang ditritasi bereaksi dengan kami. Titik
equivalen adalah titik dimana titran dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan
titran dengan mol tertentu telah sama dengan mol larutan analit.
2HI + 2HNO I2 + 2NO +2H2O2
I2 + kanji kanji iod(biru)
Metode titiasi yang digunakan yaitu dengan nitrimetri. Metode nitrimetri yaitu metode
titrasi yang menggunakan NaNo2 sebagai pentiter dalam suasana asam. Pada suassana
asam NaNo2 akan diubah menjadi HNo2 (asam nitrit)yang akan bereaksi dengan sampel
yan dititrasi membentuk garam diazonium.
NaNO2 + HCl HNO2 + HNO2 + HCl
Metode ini didasarkan atas reaksi antara amina aromatic primer dengan natrium nitrit
dalam suatu asam akan terbentuk gara diazonium. Zat yang mengandung –NH 2 (asam
primer) yang dapat dititrasi dengan nitrimetri. Pada percobaan kali ini parasetamol akan
dihidrolisis dahulu dengan menambahkan asam klorida dan akuades lalu dipanaskan di
atas penangas air (sampai agak terendam saat meghidrolisisnya diatas penangas air)
minimal 1 jam. Hidrolisis parasetamol ditujukan dengan reaksi :
+ HCl +
Reaksi diazotasi
G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan kadar parasetamol ini dilakukan dengan metode titrasi nitrimetri dengan
terlebih dahulu dihidrolisis menjadi amin aromatis primer dengan cara di refluks.
2. Penetapan parasetamol memakai indikator pasta kanji dan di tandai dengan perubahan
warna dari bening menjadi biru.
H. Daftar Pustaka
Day, R. A., Underwood., 1991, Quantitatif Analysis, sixth edition, Prentice Hall, USA, p.2
Gandjar, I. G., Rohman, A., 2008, Kimia Farmasi Analisis, cetakan III, Pustaka Pelajar, Yog
yakarta, hal. 164.
Valcarcel, M., 2000, Principes of Analytical Chemistry A Textbook, Springer-Verlag, Germa
ny, p.264
Watson, D. G., 2003, Pharmaceutical Analysis : A textbook for Pharmacy Student and Phar
maceutical Chemist, Churchill Livingstone, London, p.61.