Skripsi Isi Skripsi1
Skripsi Isi Skripsi1
Skripsi Isi Skripsi1
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak akhir tahun 2019 dunia dihadapkan dengan terjadinya pandemi Corona
Virus Disease 19 (covid-19) atau biasa dikenal virus corona. Virus ini dapat
bahkan bisa menyababkan kematian pada penderitanya. Di Indonesia virus ini mulai
terdeteksi pada tanggal 2 Maret 2020, setelah adanya konfirmasi oleh dua orang
warga negara Indonesia yang terpapar positif covid-19 (Amelia dkk, 2020).
Adanya covid-19 ini berdampak bagi seluruh masyarakat dan berbagai bidang
di Indonesia, diantaranya yaitu pada bidang ekonomi, sosial, pariwisata dan bidang
dan mencegah penyebaran covid-19 terutama pada bidang pendidikan. Salah satunya
yaitu dengan dikeluarkannya kebijakan belajar dari rumah (study from home). Banyak
kegiatan di sekolah mau tidak mau harus ditunda bahkan ditiadakan. Seperti sistem
Kebudayaan Repoblik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 pada tanggal 24 Maret 2020
internet dengan fleksibilitas, koneksi dan memiliki akses serta mampu mendukung
bentuk pendidikan formal yang dilaksanakan oleh sekolah, dengan guru dan murid
berada pada tempat yang berbeda sehingga perlu adanya sistem telekomunikasi yang
baik agar keduanya terhubung. Siswa dan guru juga bisa menggunakan beberapa
aplikasi yang mendukung agar pembelajaran daring berjalan lancar seperti whatsaap,
classroom, google meet, telepon, live chat, zoom, telegram dan aplikasih lainnya.
Pembelajaran daring ini memiliki dampak bagi beberapa pihak seperti orang
tua, guru, dan khususnya peserta didik dari jenjang SD, SMP, SMA dan di jenjang
yang baik bagi anak, yaitu lewat pembelajaran daring, anak bisa meningkatkan
metode pembelajaran dan dapat memanfaatkan teknologi dengan baik. Akan tetapi
juga berdampak negatif bagi peserta didik yaitu siswa tidak dapat menanamkan
pendidikan yang berkarakter sosial dan dapat menimbulkan jiwa anti sosial pada
siswa. Sehingga pembelajaran daring ini kurang efektif untuk dilakukan. Pernyataan
ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan salah satu guru SMA Negeri 12
Pekanbaru pada Januari 2021 yang menyatakan bahwa sistem pembelajaran daring di
SMA Negeri 12 Pekanbaru berjalan cukup lancar akan tetapi pembelajaran daring
tatap muka serta banyak siswa yang kurang aktif berinteraksi selama mengikuti
pembelajaran daring.
Selain itu terdapat beberapa permasalahan serta kendala yang dihadapi siswa
selama mangikuti pembelajaran daring, seperti kendala jaringan internet, tidak adanya
media pintar seperti android, handphone dan laptob, serta kendala pemakaian kuota
internet yang sangat besar. Guru menjelaskan bahwa banyak siswa yang terlambat
mengikuti pembelajaran daring dan tidak mengikuti kelas karna alasan kuota dan
jaringan internet. Selain itu pembelajaran daring dapat membuat siswa menjadi bosan
dan tertekan karna siswa harus selalu berada di rumah, banyaknya tugas yang
diberikan oleh guru serta adanya khasus kekerasan verbal yang diberikan oleh orang
siswa yang kelelahan dan merasa tertekan saat mengikuti pembelajaran, sehingga
kondisi ini membuat anak stress selama mengikuti pembelajaran daring (Kompas.
2020). Jika pembelajaran daring ini dilakukan terus menerus dan dalam jangka
panjang, kondisi ini dapat berdampak pada masalah emosi dan perilaku anak,
sehingga menyebabkan kesehatan mental anak akan terganggu, mulai dari timbulnya
Dhara & Jogsan (2013) menjelaskan bahwa stress dan depresi yang individu
seseorang, hal ini membuat individu yang mengalami stress dan depresi memilki
psychological well-being yang rendah. Selain itu, siswa yang tidak bisa menghadapi
4
menimbulkan rasa tidak bahagia dan sejahterah karena siswa tidak mampu dalam
mencapai potensi yang dimiliki akibat tidak mampu mengelola dan mengatasi
penerimaan diri dan evaluasi terhadap aspek kehidupan, serta merasakan puas selama
psychological well-being yang tinggi akan memiliki sikap mandiri, bisa menerima
dirinya sendiri apa adanya, memiliki tujuan hidup, dapat mengontrol lingkungan,
psychological well-being yang baik akan menimbulkan perasaan lebih bahagia, ramah
pembalajaran daring dimasa pandemi covid-19. Tiga dari lima siswa memiliki
gambaran psychological well-being yang kurang baik, siswa cenderung sulit untuk
menjalin hubungan dengan teman-teman atau pun guru saat mengikuti pembelajaran
daring, tidak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dan tidak memiliki arah
hidup yang jelas. Pembelajaran daring membuat kepercayaan diri siswa menjadi
5
menurun sehingga membuat siswa sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya yaitu
pembelajaran daring.
bahwa tingkat psychological well-being pada tiga dari lima siswa kurang baik. Oleh
karena itu, psychological well-being yang baik sangat dibutuhkan oleh siswa yang
dapat membuat siswa mampu mengelolah dengan baik segala tekanan dan
yaitu perbedaan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan budaya (Ryff, 1995).
Selain itu menurut Wells (2010) faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologi
individu adalah faktor sosiodemografi meliputi jenis kelamin, usia, hubungan social,
status sosial ekonomi, status pernikahan, dan faktor kepribadian. Diantara beberapa
faktor tersebut dapat diketahui bahwa kepribadian merupakan faktor yang secara
potensial telah dimiliki individu sejak lahir. Pola kepribadian individu sudah dibentuk
selama masa kanak-kanak dan mulai stabil dan menetap dimasa remaja (Hurlock,
1980). Oleh karna itu, kepribadian menjadi salah satu faktor utama yang berpengaruh
seseorang dengan kemampuannya dalam menyayangi dan mencintai diri sendiri yaitu
self-compassion. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ramawidjaya dan Sartika
6
(2016) dan penelitian yang dilakukan oleh Islami dan Djamhoer (2017) menyebutkan
bahwa self-compasion menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dan berkontribusi
terhadap kondisi psychological well-being pada seseorang. Neff dan Costigan (2004)
menjelaskan bahwa memperlakukan diri sendiri dengan penuh kasih sayang dan
kepedulian ketika menghadapi tantangan, masalah, atau kesulitan dalam hidup (self-
dimiliki individu dalam memberikan kepedulian serta kebaikan terhadap diri sendiri,
merupakan bagian dari pengalaman hidup manusia. Hal tersebut mencakup reaksi
individu dan penerimaan diri terhadap penderitaan serta permasalahan yang dihadapi
(Germer, 2009). Terdapat tiga aspek self-compassion yaitu common humanity (rasa
(perhatian penuh).
emosi negatif seperti stress, cemas dan depresi serta menyeimbangkannya dengan
emosi yang positif sehingga dapat meningkatkan psychological well-being pada diri
siswa (Neff, 2011). Selain itu rentang usia siswa SMA yang termasuk kategori remaja
daring yang harus dipenuhi, hal tersebut akan membuat siswa menjadi depresi
7
sehingga akan menimbulkan perasaan tidak sejahtera dalam diri. Akan tetapi dengan
adanya sikap mengasihi diri dan mencintai diri sendiri akan membuat siswa
berpandangan bahwa kondisi yang siswa alami saat ini merupakan bagian dari
kehidupan dan juga dialami oleh semua orang sehingga siswa akan merasakan
yang dilakukan oleh Sun, Chan, dan Chan (2016) dimana kebaikan diri (self-
kindness) dan cara pandang individu bahwa permasalah dihadapi oleh semua orang
being seseorang.
Psychological well-being penting bagi individu terutama siswa yang saat ini
stress dan depresi yang siswa rasakan saat tertekan dengan adanya pembelajaran
daring. Psychological well-being dapat dipengaruhi oleh rasa kasih sayang dan peduli
terhadap diri sendiri (self-compassion) yang membuat emosi negatif menjadi emosi
pembelajaran daring. Oleh karna itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
B. Rumusan Masalah
psychological well being pada siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru yang mengikuti
pembelajaran daring?”
C. Tujuan Penelitian
D. Keaslian Penelitian
mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun berbeda
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sun, Chan, & Chan (2016) dengan judul “Self-
pelajar dengan rentang usia 12-16 tahun dimana 144 (52,0%) merupakan laki-laki
Being Scale (PWBS) dari Ryff versi China sebagai alat ukur untuk mengukur
(PWBS). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu pada tempat atau lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian,
psychological well-being pada atlet tuna daksa (studi pada atlet national
(PWBS) dari Ryff. Hasil penelitian ini menujukkan adanya hubungan yang sangat
penelitian oleh Ramawidjaya & Sartika (2016) subyek yang digunakan tuna
well-being pada perawat instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Jombang” yang
10
dilakukan oleh Dewi Sawitri dan Siswati (2019) menggunakan teknik cluster
ini berjumlah 105 perawat instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Jombang. dalam
penelitian ini yaitu 105 perawat rawat inap di RSUD Kabupaten Jombang. Hasil
dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang positif antara self-
penelitian oleh Dewi Sawitri dan Siswati (2019) adalah subyek yang digunakan
merupakan perawat instalasi rawat inap, sementara penelitian yang dilakukan oleh
penelitian.
(2019) tentang “Profil Psychologicall well-being masa siswa kelas X SMA Nageri
2018/2019 secara umum dikategorikan sedang, tapi masih banyak siswa yang
dan siswa SMA sebagai subyek. Perbedaannya yaitu penelitian ini terdiri dari 2
sebesar 0,943 dan skala psychological well-being dengan reliabilitas 0,915. Hasil
dalam penelitian ini terletak pada kedua variabel yang diteliti yaitu self
pengajar muda menjadi subyek sedangkan subyek dalam penelitian ynag dilkukan
yang memiliki resiko terlibat dalam kasus human traficking. Pengukuran data
(1995). Analisis data menggunakan hasil pengisian angket pretest, post test, dan
memiliki resiko terlibat kasus human tracking, yaitu dengan tahap akhir
12
pengukuran di baseline phase (A2) skor partisipan Meliau 165 dan Sanggau 146.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
kajian ilmu psikologi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
2. Manfaat Praktis
penyusunan program belajar dan metode belajar yang lebih baik selama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis
1. Psychological well-being
teori Maslow tentang aktualisasi diri, pandangan fully functioning person yang
dikemukan oleh Roger, konsep individuasi oleh Jung, dan konsep yang
adalah penilaian individu terhadap dirinya secara kognitif yang berfokus pada
kualitas hidup sehingga dapat membedakan dampak positif dan negatif serta
dengan apa adanya, dapat membentuk dan menjalin hubungan yang hangat
14
menghadapi tekanan sosial, memiliki arti dalam kehidupan yang dijalani, serta
ketika mampu mengenali dirinya dan potensi yang ada padanya serta
psikologis. Selain itu (Ryff (1989) juga menjelaskan Individu yang memiliki
merasakan kebahagiaan, bebas dari rasa cemas ataupun bebas dari rasa stress.
dengan apa adanya, dapat membentuk dan menjalin hubungan yang hangat
menghadapi tekanan sosial, memiliki arti dalam kehidupan yang dijalani, serta
dimensi, yaitu :
dari sehat mental sebagai karakteristik dari aktualisasi diri, fungsi diri yang
accaptance yang tinggi adalah individu yang memiliki pikiran dan sikap
kekurangan dirinya, dan dapat melihat masa lalu dengan perasaan yang
positif (Ryff & Kayes, 1995). Tetapi individu yang memiliki self-
atas dirinya, tidak nyaman dan perasaan negatif terhadap masa lalunya, dan
Keyes, 1995).
rasa empati yang kuat. Individu memiliki kasih sayang dan keakraban serta
pemahaman tentang menjalin hubungan dengan orang lain (Ryff & Keyes,
1995). Individu yang sulit dan tidak memiliki rasa hangat, tidak adanya
3) Autonomy (Kemandirian)
atau dikembangakan oleh diri sendiri (Ryff, & Keyes, 1995). Individu
adanya pengaruh orang lain, tidak bergantung kepada orang lain dan
dan nilai pribadi. Individu yang tidak memiliki indikasi yang baik terhadap
aspek ini yaitu individu yang kurang peka terhadap kesempatan yang ada
Keyes, 1995).
mana individu memiliki tujuan dalam hidupnya dan memiliki rasa ketaraan.
Individu mampu mengetahui apa yang baik dan buruk untuk dirinya.
Individu merasa memiliki makna baik pada kehidupan masa lalu dan masa
tujuan dalam hidupnya serta memiliki target serta alasan dalam hidupnya.
Individu yang memiliki sifat mental yang sehat adalah individu yang
sadar akan potensi dan bakat yang individu miliki serta meengembangkan
keinginan untuk menjadi pribadi yang berwawasan dan lebih efektif (Ryff
antara lain:
1) Faktor demografis
berikut :
a) Jenis kelamin
purpose in life.
b) Usia
(Ryff, 1995).
19
c) Budaya
budaya timur yang lebih tinggi pada dimensi positive relation with
other.
2) Dukungan sosial
3) Kepribadian
mempengaruhi autonomy.
2. Self-compassion
a. Pengertian Self-compassion
bahasa yunani patein dan bahasa latin patiri yang memiliki arti menjalani,
beradaptasi dari filosofi budha yang berarti kasih sayang kepada diri sendiri.
indvidu dalam bersikap terbuka, peduli dan berbuat kebaikan kepada diri
bahwa kejadian yang dialami merupakan hal yang manusiawi dan dialami
diri sendiri seperti halnya yang diberikan kepada orang lain saat mengalami
kemampuan individu untuk mencintai dan mengasihi diri saat menderita. Hal
ini sejalan dengan pendapat dari Germer (dalam Hutomo, 2017) menjelaskan
adanya dorongan dan harapan untuk bebas dari penderitaan dan merasakan
kebahagiaan.
menghakimi diri sendiri serta memahami bahwa segala kejadian yang dialami
dalam hidup merupakan hal yang manusiawi dan dialami oleh semua orang.
b. Komponen-komponen Self-compassion
yang dialami.
diri sendiri secara berlebihan terhadap nilai dan aspek-aspek yang ada
pada diri individu serta kegagalan dan kesulitan yang dialami (Neff,
2003a; Neff, 2003b; Toth-Kiraly & Colosimo, 2018; Nedd dkk., 2019).
Individu akan sulit menerima kekurangan yang ada pada dirirnya serta
kesulitan hidup merupakan hal wajar yang dialami oleh semua manusia
semua manusia pasti tidak ada yang sempurna dalam menjalani kehidupan
(Neff, 2011).
dari orang lain karna kegagalan, rasa sakit ataupun frustasi yang dialami
pikiran, dan keadaan individu tentang realita dan situasi saat ini
gagal.
1) Kepribadian
24
Neff, Rude & Kirkpatrick (dalam Neff & Germer, 2017), dimana hasil
2) Usia
berkembang yaitu pada usia remaja 14-18 tahun. Faktor usia juga
berada pada tahap integrity, sebab pada tahap ini individu akan lebih bisa
3) Jenis Kelamin
tentang segala sesuatu negatif pada dirinya serta mengkritik apa yang ada
4) Budaya
seperti Taiwan, Thailand dan Amerika, hal ini dikarnakan perbedaan latar
Peran dan polah asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap self-
compassian yang ada pada diri anak. Neff & McGeehee (2010)
kemungkinan besar diasuh orang tua yang kritis dan keluarga yang
compassion yang tinggi. Model dan sikap orang tua dapat mempengaruhi
6) Lingkungan
hati dan penuh kasih sayang terhadap dirinya. Adanya dukungan sosial
berupa rekaman video atau slideshow, dengan tugas mingguan yang harus
diselesaikan siswa dengan batas waktu tertentu. Siswa dan guru dapat
berjalan lancar yaitu whatsaap, classroom, google meet, telepon, live chat,
zoom, telegram dan aplikasi lainnya. Dalam proses pembelajaran daring juga
a) Anak sulit untuk fokus pada pembelajaran karena suasana rumah yang
kurang kondusif
b) Keterbatasan kuota internet atau paket internet atau wifi yang menjadi
c) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar siswa itu
sendiri.
B. Kerangka Berfikir
daring, mulai dari timbulnya rasa bosan, cemas, stress sampai kasus depresi
Stress dan depresi yang dirasakan siswa dapat menimbulkan perasaan tidak
bahagia dan ketidaksejahteraan karna tidak mampu menghadapi segala tekanan dan
permasalahan yang dihadapi saat melaksanakan pembelajaran daring. Maka dari itu
pencapaian yang individu rasakan dari potensi yang individu miliki dan kamampuan
individu dalam menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri,
adanya tujuan hidup yang jelas, menjalani hubungan positif dengan orang sekitarnya,
Menurut Neff dan Costigan (2004) memperlakukan diri sendiri dengan penuh
kasih sayang dan kepedulian ketika menghadapi tantangan, masalah, atau kesulitan
diri individu. Neff (2003) menjelaskan bahwa self-compassion merupakan suatu sikap
yang baik terhadap dirinya sendiri saat menghadapi penderitaan dan kegagalan. Self-
compassion menjadi suatu hal yang penting bagi siswa SMA yang mengikuti
pembelajaran daring, karna siswa SMA yang tergolong remaja merupakan masa
masalah-masaslah tersebut, tingkat self-compassion yang ada pada diri siswa akan
membantu siswa lebih semangat, tangguh dan memiliki pemikiran yang positif dalam
Ketangguhan dan adaptasi yang dimiliki siswa akan membantu siswa dalam
begitu hal ini dapat meningkatakan psychological well-being pada diri siswa.
Terdapat tiga komponen menurut Neff (2003) yang dapat mengukur self-compassion
yang ada pada diri individu, yaitu self-kindness, common-humanity, dan mindfulness.
baik terhadap dirinya sendiri dan memahami serta memaknai tekanan dan
permasalahan yang dihadapi, dengan begitu individu tidak akan merasa tertekan
Siswa yang memiliki self-kindness yang baik akan memaknai dan menghadapi
tekanan tersebut dengan emosi yang positif. Terdapat hubungan antara komponen
30
penerimaan diri (self acceptance) (Neff dan Costigan, 2014). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Leary (2007) menjelaskan bahwa self-kindness pada diri individu
dapat membuat emosi negatif seperti perasaan sedih, bosan atau marah menjadi emosi
yang positif. Jadi dengan adanya self-kindness dapat membatu siswa dalam mengatasi
permasalahan dan tekanan dengan tetap positif sehingga hal ini dapan menumbuhkan
perasaan yang positif yang membuat siswa dapat menerima segala kondisi yang
covid-19 ini.
melihat penderitaan dan pengalaman yang dihadapi merupakan suatu hal yang wajar
dan juga dialami oleh orang lain. Dengan adanya perasaan ini akan membuat siswa
merasakan kedamaian batin saat mengikuti pembelajaran daring karna dengan siswa
yang memahami kalau semua orang juga mengalami permasalaahan apalagi dimasa
pandemi covid-19 ini, dimana semua orang mendapatkan dampak dari adanya
pandemi covid-19 ini, akan membuat siswa tidak merasa sendirian dalam menghadapi
dari adanya pandemi covid-19 ini. Perasaan damai ini akam membuat siswa lebih bisa
pembelajaran daring dengan baik. Individu juga mampu bersikap imbang untuk
memberikan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain ketika mengalami tekanan
dan kesulitan sehingga hal ini akan membentuk hubungan yang positif dengan orang
31
lain serta lingkungannya. Dimana hal ini adalah salah satu dimensi dari psychological
well-being.
covid-19 ini siswa dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang baru yaitu sistem
pembelajaran secara online, hal itu mebuat siswa harus beradaptasi dengan kondisi
tersebut seperti beradaptasi dengan guru dan teman-teman serta harus lebih giat
memiliki kontrol yang baik terhadap apa yang dipilih dan memunculkan respon serta
pandangan yang baru saat menghadapi situasi yang baru yang lebih positif saat
dengan kesadaran saat mengikuti pembelajaran daring, maka hal itu akan
mengarahkan siswa pada tujuan hidupp yang jelas. Dengan begitu siswa akan lebih
Mindfulness mampu melindungi diri dari stress, perasaan cemas, dan depresi.
Mindfulness membawa individu kembali kepada keadaan saat ini, membantu individu
secara sadar dalam menentukan keputusan, perilaku dan kegiatan secara mendiri
kesulitan tanpa harus mengkritiknya secara berlebihan (Neff, 2011). Individu yang
memiliki kemampuan untuk menerima dirinya sendiri dan memiliki keinginan untuk
belajar menjadi lebih baik lagi (self-kindness), bahkan secara langsung self-
tersebut. Individu yang memiliki banyak kompetensi pribadi dan sosial seperti
penerimaan terhadap diri sendiri, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain
dan lingkungannya. Coping skill yang efektif akan cendrung terhindar dari konflik
dan stress, sehingga siswa yang mengikuti pembelajaran akan mampu mengontrol
daring.
Maka dari itu, siswa yang memiliki self-compassioan yang tinggi akan
Psychological
Self-Compassion
Well-being
C. Hipotesis
being pada siswa tersebut. Begitu sebaliknya, semakin rendah self-compassion siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
ataupun nilai dari seseorang, kegiatan atau objek yang memiliki variasi tertentu dan
ditetapkan oleh peneliti agar dapat dipelajari dan mendapatkan suatu kesimpulan.
Variabel dalam penelitian dibagi menjadi dua jenis, yaitu variabel terikat/ dependent
C. Definisi Operasional
1. Psychological well-being
dirinya sendiri dengan apa adanya, dapat membentuk dan menjalin hubungan
mandiri dalam menghadapi tekanan sosial, memiliki arti dalam kehidupan yang
sebagai berikut :
a. Self-acceptance yaitu individu yang memiliki sikap dan pikiran yang positif
terhadap dirinya sendiri, mampu menerima kelebihan dan kekurangan diri dan
hangat dengan orang lain dan memiliki rasa empati yang kuat.
sendiri.
lingkungan sekitar.
e. Purpose in life yaitu individu yang memiliki tujuan dalam hidupnya, memiliki
makna baik pada kehidupan masa lalu dan masa sekarang dan mampu
f. Personal growth yaitu individu mampu untuk terus berkembang dan terbuka
1. Self-Compassion
kebaikan, kepedulian dan kasih sayang terhadap diri sendiri ketika menghadapi
serta memahami bahwa segala kejadian yang dialami dalam hidup merupakan hal
sebagai berikut :
bahwa kegagalan, kesalahan dan kesulitan hidup merupakan hal wajar yang
D. Partisipan Penelitian
1. Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa SMA Negeri 12
Tabel 3.1
Populasi Siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru Tahun ajaran 2020-2021
No Kelas Jumlah
1 X MIPA 1 36
2 X MIPA 2 35
3 X MIPA 3 35
4 X MIPA 4 35
5 X MIPA 5 34
6 X MIPA 6 35
7 X IPS 1 35
8 X IPS 2 34
9 X IPS 3 33
10 X IPS 4 36
11 X IPS 5 34
12 X IPS 6 34
13 XI MIPA 1 35
14 XI MIPA 2 36
15 XI MIPA 3 36
16 XI MIPA 4 35
17 XI MIPA 5 35
18 XI MIPA 6 35
19 XI IPS 1 33
20 XI IPS 2 37
21 XI IPS 3 35
22 XI IPS 4 33
23 XI IPS 5 35
38
24 XII MIPA 1 38
25 XII MIPA 2 35
26 XII MIPA 3 35
27 XII MIPA 4 36
28 XII MIPA 5 35
29 XII MIPA 6 35
30 XII IPS 1 35
31 XII IPS 2 35
32 XII IPS 3 37
33 XII IPS 4 35
34 XII IPS 5 34
35 XII IPS 6 34
Jumlah 1227
Sumber : Wakil Kesiswaan SMAN 12 Pekanbaru
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi tersebut. Misalnya karena kekurasangan waktu, dana dan
tenaga, maka peneliti dapat mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya juga berlaku terhadap populasi. Untuk
itu sampel yang diambil dari populasi haruslah betul representative/ mewakili
(Sugiyono, 2008)
Arikunto (2010) menyatakan apabila subyek kurang dari 100, maka sebaiknya
populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar maka diambil antara 10-15 % atau
20-25% atau lebih. Karna jumlah kelas di dalam penelitian ini ada 35 kelas dan,
keterbatasan dana serta waktu, maka peneliti mengambil 20% dari populasi, maka
sampel ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau
sumber datanya sangat luas (Arikunto, 2010). Penelitian ini mengambil kelas-
kelas tertentu yang akan dijadikan sampel penelitian. Pengambilan kelas untuk
Sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 12
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No Jurusan Kelas Jumlah Subyek
1 IPS 4 X 36
2 MIPA 1 XI 35
3 MIPA 2 XI 36
4 IPS 2 XI 37
5 MIPA 1 XII 38
6 MIPA 2 XII 35
7 IPS 3 XII 37
Total 250
Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yaitu
Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban dari setiap skala diberi
skor dengan nilai 4 (empat) sampai 1 (satu), skala ini disusun berdasarkan modifikasi
skala Likert yang terdiri dari empat (4) alternatif jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S
(Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai), dengan ketentuan skor 4
jika menjawab SS (Sangat Sesuai), skor 3 untu jawaban S (Sesuai), skor 2 untuk
jawaban TS (Tidak Sesuai) dan skor 1 untuk jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai),
untuk item fovarable. Sebaliknya, untuk item unfavorable, subyek memperoleh skor
1 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), skor 2 untuk jawaban S (Sesuai), skor 3 untuk
jawaban TS (Tidak Setuju) dan skor 4 untu jawaban STS (Sangat Tidak Setuju).
Secara lebih rinci penskoran skala favourable dan unfavourable dari masing-masing
Tabel 3.3
Daftar Skor
Skala Skor
Favourable Unfavourable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
1. Alat ukur
Untuk mendapatkan data sesuai dengan variabel yang diteliti, maka perlu
tentang variabel yang menjadi fokus penelitian, yaitu skala self-compassion dan
a. Skala self-compassion
oleh Kristin D. Neff (2003) dan telah diadaptasi ke bahasa Indonesia oleh
Sugianto, Suwartono & Sutanto (2020) menjadi Skala Welas Diri (SWD).
Skala ini terdiri dari 26 item yang mengacu pada komponen-komponen self-
self-compassion siswa untuk try out dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3.4
Blue print self-compassion (Untuk Try Out)
No Komponen Nomor Butir Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Self-Kindness versus 5, 12, 19, 23, 26 1, 8, 11, 16, 21 9
Self-Judgement
2 Common Humanity 3, 7, 10, 15 4, 13, 18, 25 9
versus Isolation
3 Mindfulness versus 9, 14, 17, 22 2, 6, 20, 24 8
Overidentification
Total 26
(RPWB) oleh Reff (1989), yang terdiri dari 42 item. Penelitian ini
pribadi). Blue print skala psychological well-being untuk try out dapat dilihat
Tabel 3.5
Blue print Psychologicall well being (Untuk Try Out)
No Aspek-aspek Nomor Butir Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Self-Acceptance 6,12,24,42 18,30,36 7
2 Positive 4,22,28,40 10,16,34 7
Relationships With
Others
3 Autonomy 1,7,25,37 13,19,31 7
4 Environmental 2,8,20,38 14,26,32 7
Mastery
5 Purpose In Life 11,29,35 5,17,23,41 7
6 Personal Growth 9,21,33,39 3,15,27 7
Total 42
1. Validitas
kepada akurasi dan kecermatan fungsi ukur tes yang bersangkutan (Azwar,
2019). Validitas dalam penelitian adalah menggunakan validitas isi. Validitas isi
43
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2005). Validitas isi
dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi dan narasumber
seminar proposal.
sejauhmana kemampuan suatu item untuk membedakan individu yang satu dari
dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item
dalam skala psikologi adalah dia atas 0,30 atau di atas 0,25 sudah dianggap
yang lolos tidak mencukupi jumlah yang di inginkan maka peneliti dapat
menurunkan batasan kriteria 0,30 menjadi 0,25. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan koefisien aitem total minimal 0,25 sebagai acuan penentu daya
beda, kemudian hasil dari uji coba tersebut dianalisis dengan bantuan program
Jumlah item skala self-compassion yang valid dari 26 item adalah 18 dan yang
cobakan :
44
Tabel 3.6
Skala Self-Compassion (Hasil Try Out)
No Item
No Aspek Valid Gugur Jumlah
F UF F UF
1 Self-Kindness versus 12, 23 1,11,16, 5,19,26 8 10
Self-Judgement 21
2 Common Humanity 4,13,18, 3,7,10,1 8
versus Isolation 25 5
3 Mindfulness versus 9,14,17 2,6,20,2 8
Overidentification ,22 4
Total Item 6 12 7 1 26
Berdasarkan item yang valid dan setelah mambuang item yang gugur pada
skala uji coba alat ukur, maka blue print skala self-compassion yang digunakan
Tabel 3.7
Blue Print Skala Self-compassion (Penelitian)
No Komponen Nomor Butir Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Self-Kindness versus Self- 7,16 1,6,10,14 6
Judgement
2 Common Humanity versus 3,8,12,18 4
Isolation
3 Mindfulness versus 5,9,11,15 2,4,13,17 8
Overidentification
Total 6 12 18
Jumlah item skala psychological well-being yang valid dari 42 item adalah 30
dan yang gugur sebanyak 13 item. Berikut rekaptulasi skala psychological well-
Tabel 3.8
Skala Psychological well-being (Hasil Try out)
No Item
No Aspek Valid Gugur Jumlah
F UF F UF
Self-Acceptance 12,24,42 18,30,36 6 7
Positive Relationships 4,28,40 10,16,34 22 7
With Others
Autonomy 1,7,25 31 37 13,19 7
Environmental Mastery 2,20,38 14,26,32 8 7
Purpose In Life 11,29 5,17,23 35 41 7
Personal Growth 21,33 15 9,39 3,27 7
Total Item 16 14 7 5 42
Berdasarkan item yang valid dan setelah mambuang item yang gugur pada
skala uji coba alat ukur, maka blue print skala psychological well-being yang
Tabel 3.9
Blue Print Skala Psychological well-being (Penelitian)
No Aspek-aspek Nomor Butir Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Self-Acceptance 8,17,30 13,22,27 6
2 Positive Relationships 3,20,29 6,11,26 6
With Others
3 Autonomy 1,5,18 23 4
4 Environmental Mastery 2,14,28 9,19,24 6
5 Purpose In Life 7,21 4,12,16 5
6 Personal Growth 15,25 10 3
Total 16 14 30
3. Reliabilitas
Ide pokok dalam konsep reliabilitas menunjukan sejauh mana hasil suatu
dari 0 sampai dengan 1,00. Apabila koefisien reliable semakin tinggi mendekati
mendekati angka 0,00 maka pengukuran menjadi tidak reliabel (Azwar, 2019).
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah Aitem Alpha Cronbach
Self-compassion 18 0,842
Psychological well-being 30 0,880
demikian dapat disimpulkan bahwa reliabilitas alat ukur cukup reliabel dan layak
G. Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian
ini yaitu teknik korelasi product momen dari pearson yaitu teknik statistic yang
BAB IV
A. Pelaksanaan Penelitian
fakultas psikologi UIN SUSKA Riau, setelah melalui berbagai proses maka
siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru. Pelaksanaan try out mulai dilakukan pada
tanggal 14 November 2021 dengan 109 subjek. Skala try out dilakukan secara
online melalui google form. Penggunaan skala online disebabkan peneliti dan
subjek tidak boleh bertemu secara langsung dan sekolah SMA Negeri 12
Oktober 2021 dengan jumlah subjek 254. Dimana sekolah SMA Negeri 12
Pekanbaru telah mulai melaksanakan pembelajaran dari sekolah, hal itu membuat
program statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 25. 0 for windows.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang didapat dari alat ukur penelitian maka diperoleh
penelitian ini yaitu 103 laki-laki dan 151 perempuan dari 254 subjek.
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Subjek Frekuensi Presentase
Laki-laki 103 40,6%
Perempuan 151 59,4%
Total 254 100%
Usia subjek dalam penelitian ini yaitu usia kelompok remaja dengan
tahun, 83 subjek yang berusia 16 tahun, 115 subjek yang berusia 17 tahun,
Tabel 4.2
Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Subjek Frekuensi Persentase
15 16 6,3%
50
16 83 32,7%
17 115 45,3%
18 36 14,2%
19 4 1,5%
Total 254 100%
Tabel 4.3
Gambar Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas
Subjek Frekuensi Persentase
X IPS 4 36 14,2%
XI MIPA 1 35 13,8%
XI MIPA 2 36 14,2%
XI IPS 2 37 14,5%
XII MIPA 1 38 15%
XII MIPA 2 35 13,8%
XII IPS 3 37 14,5%
Total 254 100%
2. Uji Asumsi
yang bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis sudah terpenuhi
syarat agar dapat dianalisis dengan korelasi product moment dari pearson. Uji
asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas data. Uji normalitas dan
linearitas data pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 25 for
window.
51
a. Uji Normalitas
berdistribusi secara normal, namun jika P < 0,05 maka dapat dikatakan
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-smirnov Test
Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan
Self-compassion 0,645 Normal
Psychological well-being
smirnov Test maka dapat dilihat bahwa signifikansi Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,645 lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
b. Uji Linearitas
linear antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji linearitas pada
52
lebih kecil dari 0,05 (P < 0,05), namun jika data menunjukan signifikansi
yang lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka data dikatakan tidak linear
(Agung, 2014).
being dengan bantuan SPSS 25 for windows pada penelitian ini sebagai
berikut :
T abel 4.5
Uji Linearitas
Variabel F P Keterangan
Self-compassion 129,963 0,000 Linear
Psychological well-being
= 129,963 dengan nilai sig = 0,000 (P < 0,05). Hasil tersebut menunjukan
bahwa data tersebut linear, karena lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
being.
c. Uji Hipotesis
Apabila signifikansi P < 0,05 maka ada korelasi yang signifikan, namun
jika signifikansi P > 0,05 maka tidak ada korelasi yang signifikan (Agung,
2016).
Tabel 4.6
Uji Hipotesis
Person R
Variabel Correlation Squred Sig (P) Keterangan
(r)
Self-compassion 0,586 0,344 0,000 Hipotesis
Psychological well- diterima
being
daring.
54
berarti makna skor diacuhkan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok
Tabel 4.7
Norma Kategori Data
Norma Kategori
X < (µ - 1,0 σ) Rendah
(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) Sedang
(µ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi
Ket: µ: Mean, σ: Standar Deviasi dan X: Skor
Tabel 4.8
Gambaran Data Hipotetik dan Empirik Skala Psychological well-being
Tabel 4.9
Norma Kategori Skala Psychological well-being
55
diketahui bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori sedang yaitu sebesar
65,7% dan banyak siswa berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 29,9%
dibandingkan banyak subjek pada kategori kecil yaitu 4,3%. Berdasarkan hasil
tinggi lebih banyak dari pada siswa yang memiliki psychological well-being
rendah. Psychological well-being yang tinggi artinya siswa memiliki sikap positif
terhadap dirinya dan orang lain, menerima dirinya sendiri dengan apa adanya,
dapat membentuk dan menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain,
Tabel 4.11
Norma Kategori Skala Self-Compassion
diketahui bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori sedang yaitu
sebesar 72,8% dan banyak siswa berada pada kategori tinggi yaitu sebesar
self-compassion kategori tinggi lebih banyak dari pada siswa yang memiliki
D. Analisis Tambahan
Being
57
Tabel 4.12
Sumbangan Self-compassion pada Psychological Well-Being
Variabel R Square
Self-compassion dan Psychological Well-Being 0,344
sebesar 34,4%.
being
Keterangan:
Bxi : Koefisien b Komponen x
Cross Product (CP) : Koefisien Korelasi x
Regression : Nilai Regression
R2 (R Square) : Sumbangan Efektif Total
Tabel 4. 13
Sumbangan Per Aspek Self-Compassion pada Psychological Well-being
No Aspek Self-Compasssion Sumbangan R Square
1 Self-kindness versus self-judgment 17,43% 34,4%
2 Common humanity versus isolation 3,70%
3 Mindfulness versus overidentifiction 13,27%
hidup merupakan hal wajar yang dialami oleh semua manusia yang
E. PEMBAHASAN
product moment diperoleh hasil bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima,
dengan menunjukan nilai koefisiensi korelasi (r) sebesar 0,586 dan nilai signifikan
berada pada 0,00 (p < 0,05). Hal ini menunjukan terdapat hubungan antara self-
memahami dan menyayangi diri saat berada pada kesulitan menjadi salah satu
(psychological well-being).
telah memasuki usia 12-21 tahun termasuk dalam usai remaja. Masa remaja
well-being yang tinggi. Remaja memiliki harapan yang tinggi terhadap masa
siswa berada pada kategori yang sedang dengan persentase sebesar 65,7% atau
167 subjek. Hal ini menunjukan bahwa siswa memiliki kemampuan bersikap
61
baik terhadap diri sendiri dan mampu mengevaluasi pengalaman saat mengikuti
hidupnya yang dilihat dari keenam indikatornya. Siswa dapat bertindak dan dan
dengan guru dan teman-teman meskipun dalam sistem pembelajaran daring serta
dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil evaluasi yang negatif
perubahan sistem pendidikan daring seperti saat ini dapat membuat siswa
compassion yang ada pada diri individu tersebut. Neff dan Costigan (2004)
menjelaskan dengan memperlakukan diri sendiri dengan penuh kasih sayang dan
sedang yaitu 72,8% atau 185 subjek. Artinya selama proses pembelajaran daring
kepada diri sendiri dan tidak menghakimi diri serta memahami bahwa kesulitan
selama megikuti pembelajaran daring merupakan hal yang dialami semua orang
being dengan sumbangan efektif sebesar 17,43%. Self-kindness atau berbaik hati
pada diri sendiri merupakan suatu kemampuan individu untuk dapat bersikap
permasalahan dan kesulitan tanpa menghakimi dan mengkritik diri sendiri secara
mengikuti pembelajaran daring, maka siswa dapat lebih menerima dirinya dalam
situasi pembelajaran daring, menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain,
dan permasalahan yang dihadapi merupakan hal yang wajar dan juga dihadapi
oleh semua orang (Neff, 2011). Siswa mendapatkan common humanity yang
rendah disebabkan oleh adanya rasa kegagalan dan merasa kesulitan yang
dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran daring hanya terjadi pada dirinya
kepada diri sendiri dan orang lain ketika mengalami tekanan dan kesulitan
lingkungannya. Dimana hal ini adalah salah satu dimensi dari psychological well-
being.
pengaruh yang cukup besar terhadap psychological well-being pada siswa yang
variabel dalam penelitian ini tergolong tinggi. Maka dapat diketahui bahwa self-
64
compassion menjadi salah satu faktor yang dapat memp engaruhi psychological
daring
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan
pada siswa SMA Negeri 12 Pekanbaru yang mengikuti pembelajaran daring. Artinya
B. Saran
1. Pada Mahasiswa
bagi siswa.
66
2. Pada Guru
sebagai dasar penyusunan program belajar dan metode belajaran yang lebih
3. Pada Peneliti
4.
67
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, A., & Sa’adah, N. (2020). Dampak pandemi covid-19 terhadap kagiatan
belajar mengajar di Indinesia. Jurnal Psikologi, 13(2).
Azwar, S. (2019). Metode Penelitian Psikologi Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dhara, D., & Jogsan, Y. A. (2013). Depression and psychological well-being in old
age. Journal Psychology Psychother, vol. 3.
Garmer, C. K. (2009). The Mindful Path to Self-Compassion: Freeing Your self from
Destructive Thoughts and Emotions.New York: Guilford Press.
Johal, S. K. & Pooja. (2016). Relationship between mental health and psychological
well-being of prospective female teachers. Journal of Research & Method ini
Education, 6(1), 2320- 7388. Doi:10.9790/7388-06120106
Leary, Tate, Allen, Adams, & Handcock. (2007). Self-Compassion and Reactions to
Unpleasant Self-Relevant Events: The Implications of Treating Oneself
Kindly. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 92 (5),
68
McCullough, Michael. E., Emmons, Robert. A., & Tsang, Jo, Ann. (2002). The
Grateful Disposition A Conceptual and Empirical Topography. Journal of
Personality and Social Psychology, 82 (1), 112-127
Neff, Kristin D., & Germer, C. (2017). Self compassion And Psychological
Wellbeing. In J Doty (Ed). Oxford Handbook Of Compassion Science.
Putria, Hilna., Maulana, H, L., & Uswatun, Azwar, D. (2020). Analisis Proses
Pembelajaren Dalam Jeringan (Daring ) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 4(4)
Wiguna, Tjhin. (2010). Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak dan Remaja di
Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja RSUPN. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 4
Reyes, M. R., Bracken, M. A., Rivers, S. E., White, M., & Salovey, P. (2012).
Classroom Emotional Climate, Strudent Engagement, And Academic
Achievement. Journal of Educational Psychology, 104 (3), 700-712.
Ryff. C.D. & Keyes, M. Lee. (1995). The Structural Of Psychological Well-Being
Revisited. 69 (4), 719-727.
Sadikin. Ali & Hamidah. Afreni., (2002). Pembelajaran daring ditengah wabah
Covid-19. Jurnal ilmiah pendirikan biologi, 6(02), 214-224
Singh, K., Mohan, J., & Anasseri, M. (2012). Psychological well-being: dimension,
measurements and applications. Germany: LAP LEMBERT Academic
Piblishing.
Sun, X., Chan, D, W., & Chan, L. K. (2016). Self-compassion and psychological
well-being among adolescents in hing Kong: Exsploring gender differences.
Personality and Individual Differences, 288-292.
Sugiyo, dkk. (2019). Profil Psychological Well-Being pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 12 Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Proceeding of International
Conference on Islamic Education: Challenges in Technology and Literacy
Faculty of Education and Teacher Trainin, Vol 4
Thurackal, J. T., Corveleyn, J., & Dezutter, J. (2016). Personality and self-
compassion: Exploring their relationship in an indian context. Journal of
Mental Health, 11(1-2), 1788- 4934. Doi:10.5708/EJMH.11.2016.1-2.2
Xiaoyan. Sun., David. W. Chan., & Lai-kwan. Chan. (2016). Self-compassion and
psychological well-being among adolescents in Hong Kong: Exploring gender
differences. Personality and individual differences 100(101). 288-292.
Yuliani, M., dkk. (2020). Pembelajaran daring untuk pendidikan: Teori dan
penerapan. Medan: Yayasan kita Menulis.