0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan13 halaman

BAB 2 Karya Tulis Ilmiah Hilman Aulia Kamil XII IPS 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR


A. LANDASAN TEORI
1. Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan.
1. Menurut Chaer dan Agustina (1995:14) :
fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan
dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah
sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai
tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.
2. Menurut Suwarna (2002: 4) :
bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan
manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial. Kridalaksana (dalam
Aminuddin, 1985: 28-29) mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang
arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri.
3. Menurut Effendi (1995:15) berpendapat bahwa :
pengalaman sehari-hari menunjukan bahwa ragam lisan lebih banyak
daripada ragam tulis. Lebih lanjut Effendi (1995:78) menyampaikan bahwa
ragam lisan berbeda dengan ragam tulis karena peserta percakapan
mengucapkan tuturan dengan tekanan, nada, irama, 6 jeda, atau lagu tertentu
untuk memperjelas makna dan maksud tuturan. Selain itu kalimat yang
digunakan oleh peserta percakapan tidak selalu merupakan kalimat lengkap.

8
9

4. Menurut Jeans Aitchison (2008 : 21) :


“Language is patterned system of arbitrary sound signals, characterized
by structure dependence, creativity, displacement, duality, and cultural
transmission”, bahasa adalah sistem yang terbentuk dari isyarat suara yang
telah disepakati, yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung,
kreatifitas, penempatan, dualitas dan penyebaran budaya.
b. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari dan
membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa. Khususnya perbedaan-
perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor
kemasyarakatan (Nababan, 1984 : 2).
1. Menurut Chaer (1994 : 16 ) :
sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa
dalam hubungan pemakaian di masyarakat. Boleh juga dikatakan bahwa
sosiolinguistik membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya
perbedaan-perbedaan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial).
2. Menurut Adisumarto (1984: 20) :
sosiolinguistik adalah suatu telaah interdisipliner yang bertujuan
meneliti hubungan bahasa dengan masyarakat 10 dengan mengikuti pandangan
modern dalam ilmu bahasa yang mempertimbangkan bahwa bahasa masyarakat
itu sebagai struktur atau suatu sistem tersendiri. Antara bahasa dengan
masyarakat dalam mempelajari sosiolinguistik tidak dapat dipisahkan karena
masyarakat dapat berinteraksi hanya dengan menggunakan bahasa.
Objek kajian sosiolinguistik adalah interaksi sosial dan telah berbagai
macam bahasa dan variasi bahasa yang hidup dan dipertahankan di dalam
masyarakat (Kartomihardjo, 1988: 4). Bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai
bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau
didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat
10

manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia, mulai dari upacara


pemberian nama pada bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah
tentu tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa.
3. Menurut Hornby (2006) mengemukaan :
“sosiolinguistics is the study of the way language is effected by
differences in social class, region”, sosiolinguistik adalah ilmu tentang
bagaimana bahasa dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dalam kelas sosial,
dan wilayah. Pernyataan tersebut menerangkan bahwa bahasa dapat
dipengaruhi dengan adanya perbedaan kelas sosial dalam masyarakat, dalam
masyarakat kelas sosial dapat dibedakan karena tingkat pendidikan atau
ekonominya.
4. Menurut Elaine Chaika (1982: 2) mengemukakan :
“ sosiolinguistics is the study of the ways people use language in social
intraction”, sosiolinguistik adalah ilmu 11 tentang bahasa dimana cara manusia
berbahasa dalam interaksi sosial. Pernyataan dari ahli tersebut menerangkan
bahwa cara berinteraksi soial dengan orang, teman, keluarga, guru, orang asing
yang mungkin anda temui dalam kehidupan anda. Sosiolinguistik berperan
dalam hal-hal yang mengandung percakapan sehari-hari, hal yang dilakukan
seseorang saat mereka ingin berbicara dan cara mereka menunjukan bahwa
mereka mendengarkan.
c. Fungsi Bahasa
Dalam arti yang paling sederhana “fungsi” dapat dipandang sebagai
padanan kata “penggunaan”. Dengan demikian, bila berbicara tentang fungsi
bahasa dapat diartikan cara orang menggunakan bahasa mereka atau bahasa-
bahasa mereka bila mereka berbahasa lebih dari satu bahasa Halliday (dalam
Chaer, 2004: 20). Fungsi bahasa akan terlihat apabila orang menggunkan bahasa
lebih dari satu bahasa. Penggunaan bahasa merupakan fungsi bahasa, apabila
bahasa itu digunakan maka akan mempunyai fungsi bahasa.
11

Nababan (1984 : 38-45) juga merumuskan fungsi bahasa menjadi empat,


yaitu fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan, dan
fungsi 25 pendidikan. Dari empat fungsi diatas Nababan dapat menjelaskan dan
memberikan contohnya sebagai berikut.
1. Fungsi Kebudayaan
Bahasa berfungsi sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur
penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Seseorang belajar dan
mengetahui kebudayaan kebanyakan melalui bahasa. Artinya, kita belajar hidup
dalam masyarakat melalui dan dengan bantuan bahasa.
Dengan kata lain, suatu kebudayaan dilahirkan dalam perorangan
kebanyakan dengan bantuan bahasa. Contohnya, seorang anak yang
memberikan sesuatu dengan tangan kiri kepada ibunya mungkin dipukul
tangannya untuk menunjukan bahwa itu tidak baik, tetapi lazim juga kalau
pukulan tangan itu disertai peringatan bahwa “ tidak baik memberikan dengan
tangan kiri”. Dan lebih lazim lagi apabila ajaran itu diberikan hanya lisan saja
tidak dengan pukulan.
2. Fungsi Kemasyarakatan
Bahasa menunjukan peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan
masyarakat. Terbagi dua, yaitu berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan
fungsi pemakaian. Berdasarkan ruang lingkup, mengandung bahasa nasional dan
bahasa kelompok. Bahasa nasional dirumuskan oleh Halim (1976) berfungsi
sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas bangsa, dan bagi
negara- negara yang beraneka suku, bahasa, dan kebudayaan sebagai alat
penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang sosial budaya
dan bahasa, 26 sebagai alat penghubung antardaerah dan antarbudaya. Seperti
pada bahasa nasional Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah
Pemuda.
12

3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan itu ada empat, yaitu fungsi integratif, fungsi
instrumental, fungsi kultural, dan fungsi penalaran. Fungsi integratif
memberikan 27 penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang
membuat anak didik ingin dan sanggup menjadi anggota dari suati masyarakat.
Fungsi instrumental aialah penggunaan bahasa untuk tujuan mendapat
keuntungan material, memperoleh pekerjaan, dan meraih ilmu. Fungsi kultural
ialah penggunaan bahasa sebagai jalur mengenal dan menghargai sesuatu sistem
nilai dan cara hidup atau kebudayaan sesuatu masyarakat. Fungsi penalaran
ialah lebih menekankan pada penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan
mengerti serta menciptakan konsep- konsep.
2. Variasi (Ragam) Bahasa
a. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa merupakan dalam suatu bentuk bahasa yang bervariasi
tergantung pada konteks penggunaan (topik yang dibahas, medium bahasa, dan
hubungan antara penutur).
Dalam keragaman bahasa tidak bertindak sebagai atribut permanen
penutur, dalam ahli bahasa yang kompeten biasanya menguasai berbagai jenis
bahasa dan dapat mengadaptasi variasi yang digunakan untuk situasi dan tujuan
bahasa. Dalam variasi bahasa berbeda dengan dialek, yakni varian bahasa yang
bervariasi tergantung pada area berbicara atau kelompok pengguna.
Dalam literatur bahasa, dengan suatu istilah keanekaragaman bahasa dan
laras bahasa tidak dibedakan secara seragam. Sebagaimana ditafsirkan oleh
KBBI, kedua istilah tersebut adalah sinonim. Istilah dalam keanekaragaman
linguistik yakni sering dibedakan dari keanekaragaman linguistik, yang
merupakan bentuk bahasa yang dibedakan tanpa memfokuskan secara khusus
terhadap karakter variasi.
13

Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk yang


meliputi bunyi, tulisan, struktur serta makna, baik leksikal maupun fungsional
dan struktural (Nababan, 1984: 13). Jikalau kita memperhatikan bahasa dengan
terperinci dan teliti, kita akan melihat bahwa bahasa itu dalam bentuk dan
maknanya menunjukan perbedaan-perbedaan kecil atau besar antara
pengungkapannya yang satu dengan pengungkapan yang lain.
Pemakaian bahasa dalam masyarakat baik dalam bentuk dan makna
menunjukan perbedaan-perbedaan. Perbedaan tersebut tergantung kemampuan
seseorang atau kelompok orang dalam pengungkapan. Menurut Kartomihardjo
(1988: 32) perbedaan-perbedaan itu terdapat pada pilihan kata-kata atau
bahkan pada struktur kalimat. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa itulah yang
disebut dengan variasi bahasa.
1. Menurut Suwito (1982: 20-21) :
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya variasi bahasa adalah faktor
kebahasaan (lingustik) dan faktor di luar kebahasaan (nonlinguistik). Faktor
nonlinguistik dapat berupa faktor sosial dan faktor 12 situasional. Faktor sosial
berupa status sosial, umur, jenis kelamin, kemampuan ekonomi, dan sebagainya.
Faktor sosional meliputi siapa yang berbicara, dimana, kapan, mengenai apa,
dan menggunakan bahasa apa. Pendapat lainnya dikemukakan oleh
Kridalaksana (1980: 12-13) variasi bahasa juga ditentuan oleh faktor waktu,
tempat, faktor sosioliguistik, faktor situasi dan faktor medium
pengungkapannya.
Faktor waktu menimbulkan perbedaan bahasa dari masa ke masa. Variasi
regional membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan yang ada di
tempat lain. Variasi sosio kultural membedakan bahasa yang dipakai suatu
kelompok sosial yang lain atau membedakan atau membedakan suatu stratum
sosial dari sosial yang lain. Variasi situasional timbul karena pemakai bahasa
14

memilih ciri-ciri bahasa tertentu dalam situasi tertentu. Faktor medium


pengungkapan membedakan bahasa lisan dan bahasa tulisan
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Kridalaksana (1980: 12-13) :
variasi bahasa juga ditentuan oleh faktor waktu, tempat, faktor
sosioliguistik, faktor situasi dan faktor medium pengungkapannya. Faktor waktu
menimbulkan perbedaan bahasa dari masa ke masa. Variasi regional
membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan yang ada di tempat
lain. Variasi sosio kultural membedakan bahasa yang dipakai suatu kelompok
sosial yang lain atau membedakan atau membedakan suatu stratum sosial dari
sosial yang lain. Variasi situasional timbul karena pemakai bahasa memilih ciri-
ciri bahasa tertentu dalam situasi tertentu. Faktor medium pengungkapan
membedakan bahasa lisan dan bahasa tulisan.
b. Bentuk Bahasa Baku Dan Non Baku
Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang diterima
untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundangundangan, surat-
menyurat, dan rapat resmi. Bahasa baku terutama digunakan sebagai bahasa
persatuan dalam masyarakat bahasa yang mempunyai banyak bahasa. Bahasa
baku umumnya ditegakkan melalui kamus (ejaan dan kosakata), tata bahasa,
pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta penggunaan di masyarakat
(pemerintah, sekolah, dan sebagainya).
Bahasa baku tidak dapat dipakai untuk segala keperluan, tetapi hanya
untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum, dan
pembicaraan dengan orang yang dihormati. Di luar keempat penggunaan itu,
dipakai bentuk bahasa (ragam) non baku.
Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa.
Dengan kata lain ragam-ragam selebihnya, termasuk dialek, adalah ragam non
baku. Dari sudut kebahasaan, ada perbedaan antara baku dan non baku
menyangkut semua komponen bahasa, yaitu tata bunyi, tata bentukan, kosa
15

kata, dan tata kalimat. Dalam hal tata bunyi ragam baku mempunyai ragam
ejaan. Dalam bahasa Indonesia, ejaan baku adalah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), sehingga penelitian yang melanggar EYD adalah ejaan non baku, sehingga
ragam tulisnya merupakan non baku pula.6 Ragam baku memiliki ciri-ciri, yaitu:
1. Berasal dari dialek. Jumlah penutur asli (native speaker) bahasa baku
lebih sedikit dibandingkan dengan keseluruhan penutur bahasa.
2. Biasanya diajarkan kepada orang lain yang bukan penutur asli bahasa
tersebut.
3. Mampu memberi jaminan kepada pemakainya bahwa ujaran yang
dipakai kelak dapat dipahami oleh masyarakat luas, lebih luas
daripada jika pemakai dialek regional.
4. Dipakai oleh kalangan pelajar, kalangan cendikiawan dan ilmuwan, dan
juga dalam karya tulis ilmiah.
5. Mempunyai bentuk-bentuk kebahasaan tertentu yang
membedakannya dengan ragam-ragam lain. Ciri kebahasaan itu dalam bahasa
baku pasti dan dipakai secara konsisten.
c. Pengertian Bahasa Gaul
Menurut Wikipedia dari penelusuran situs google mengatakan bahwa
bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia non standar
yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan
oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul.
Bahasa prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek
Betawi yang dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk
“ok” di depan fonem terakhir yang tersisa. Misalnya, kata bapak dipotong
menjadi bap, kemudian disisipi “ok” menjadi bokap.
Diperkirakan ragam ini berasal dari bahasa khusus yang digunakan oleh
para narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini
memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
16

Bahasa gaul atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-
kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan
standar penuturan dialek atau bahasa.8 Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya
dalam domain tertentu, seperti kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.
Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat
cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota
tempat seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang
berbeda dari etnis-etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut.
+]\Sebagai contoh, di Bandung, Jawa Barat. Perbendaharaan kata dalam bahasa
gaulnya banyak mengandung kosakata-kosakata yang berasal dari bahasa sunda.
d. Jenis – Jenis Ragam Bahasa
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Pembicara (Penutur)
Dalam bahasa ini, dalam keanekaragaman terdiri dari bahasa daerah
(dialek), bahasa pendidikan, bahasa yang non-formal dan formal, diantaranya
ialah sebagai berikut:
a. Bahasa Daerah
Bahasa Indonesia yang dapat digunakan di wilayah tersebut biasanya
dikenakan tengan lingkungan setempat. Misalnya, berbicara bahasa Indonesia,
yang digunakan oleh orang-orang di Jawa, berbeda dari berbicara bahasa
Indonesia, yang digunakan dengan adanya suatu orang-orang di wilayah
Sumatera.
b. Bahasa Formal dan Non Formal
Bahasa formal sering digunakan pada suatu acara-acara formal seperti
upacara inisiasi, seminar dan pertemuan. Sementara bahasa non-formal sering
digunakan dalam kegiatan kita sehari-hari di luar acara formal, misalnya ketika
berbicara terhadap keluarga dan teman.
17

c. Bahasa Pendidikan
Bahasa yang telah digunakan dengan orang-orang yang berpendidikan
jelas berbeda dari orang yang tidak berpendidikan. Itu bisa dibandingkan
dengan pengucapan kata-kata, seperti orang-orang berpendidikan yang sering
menggunakan kata-kata mengunci, mencuci, televisi, dan video. Tidak seperti
orang yang tidak melalui pendidikan, kata-kata Nyuci, Pidio, Ngunci, dan Tipi
dibacakan.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Media Yang Di Gunakan
Tawaran bahasa dengan berdasarkan media yang dapat digunakan dibagi
menjadi dua area:
a. Ragam Bahasa Secara Lisan
Bahasa tersebut dalam bahasa yang diucapkan secara lisan atau lisan.
Bahasa standar sering digunakan dalam banyak bahasa ini. Cara berbicara
dengan bervariasi tergantung pada lingkungan.
Seperti seorang pembicara yang berada dalam keadaan formal, ia sangat
berbeda dari percakapan yang dilakukan dalam situasi santai atau informal.
Variasi dalam bahasa lisan yang dilemparkan dengan bentuk tertulis tidak dapat
digambarkan sebagai variasi dari bahasa tertulis, akan tetapi tetap dengan
berbagai bahasa lisan yang dilemparkan dalam bentuk tertulis.
e. Ciri – Ciri Ragam Bahasa Lisan
Terdapat beberapa ciri-ciri dalam ragam tersebut, diantaranya ialah
sebagai berikut:
1. Adaptasi terhadap keadaan yang ada, waktu, dan situasi.
2. Kebutuhan akan intonasi dengan bahasa tubuh dan berbicara yang
digunakan.
3. Gerakan terhadap tubuh serta ekspresi wajah dan intonasi yang
digunakan denganpengiriman sangat membantu.
4. Ini berangsung dengan cepat dan gesit.
18

5. Membutuhkan beberapa teman untuk berbicara (tidak sendiri).


6. Percakapan sering terjadi ketika tidak ada alat yang digunakan.
7. Kesalahan bicara bisa dikenali dan diperbaiki.
b. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu Penggunaan
a) Ragam Bahasa Indonesia Baru
Penggunaan dengan berbagai bahasa Indonesia baru dimulai sejak sumpah
pemuda diperkenalkan pada 28 Oktober 1928 hingga saat ini dengan melalui
perkembangan dan pertumbuhan bahasa seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan terhadap kalangan masyarakat Indonesia.
b) Ragam Bahasa Indonesia Lama
Variasi bahasa Indonesia telah digunakan sejak lama sejak zaman Kerajaan
Sriwijaya hingga masa muda. Karakteristik bahasa Indonesia kuno masih
dipengaruhi dengan bahasa Melayu. Bahasa Melayu ini yakni akhirnya dengan
menjadi bahasa Indonesia.
c) Ragam Beku
Ragam beku adalah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan
dalam situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Ragam beku ini
juga terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah seperti undang-undang
dasar dan dokumen lainnya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya
sudah ditetapkan secara mantap, tidak dapat diubah. Berikut ini ciri-ciri ragam
beku.
1. Struktur gramatikalnya tidak dapat diubah.
2. Susunan kalimatnya biasanya panjang-panjang, bersifat kaku, dan kata
katanya lengkap.
3. kosa kata yang biasa digunakan : bahwa, maka, dan sesungguh.
d) Ragam Resmi
Ragam resmi adalah ragam baasa yang digunakan dalam pidato-pidato
resmi seperti pidato kenegaraan, rapat dinas atau rapat resmi pimpinan suatu
19

badan. Bentuk tertulis, ragam ini dapat ditemukan dalam surat menyurat dinas,
khotbah, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi
sudah ditentukan secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada
dasarnya sama dengan ragam baku atau standar yang digunakan dalam situasi
resmi.
e) Ragam Usaha
Ragam usaha Ragam usaha adalah ragam bahasa yang sesuai dengan
pembicaraan- pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha
yang berorientasi kepada hasil atau produksi, dengan kata lain ragam bahasa ini
berada pada tingkat yang paling operasional. Wujud ragam usaha ini berbeda di
antara ragam formal dan ragam informal atau ragam resmi.
f) Ragam Santai
Ragam santai adalah ragam bahasa yang santai antar teman dalam
berbincang-bincang, rekreasi, berolah raga, dan sebagainya. Berikut ini adalah
ciri-ciri ragam santai.
1. Kosa kata banyak memakai unsur leksikal dialek dan unsur bahasa
daerah.
2. Banyak memakai bentuk alegro.
3. Memakai kata ganti tidak resmi.
4. Sering kali tidak memakai struktur morfologi dan sintaksis yang
normatif.
1) Menurut Poedjosoedarmo (1978: 12) :
Dalam ragam santai mempunyai kelainan-kelainan tertentu bila
dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi atau formal.
Kelainan itu seperti pemakaian kalimat yang tidak lengkap atau berbenuk
kalimat inversi. Bahasa yang digunakan dalam berbicara dengan lawan
bicaranya juga sangat santai karena keakraban antara penutur dan lawan
bicaranya.
20

g) Ragam Akrab
Ragam akrab adalah ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam
keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan
artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini
disebabkan oleh adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain.
Dalam tingkat inilah banyak dipergunakan bentuk-bentuk dan istilah-istilah
(kata-kata) khas bagi keluarga atau sekelompok teman akrab.
B. Kerangka Berpikir
Dalam rangka usaha penelitian mengenai menganalisis keberagaman
gaya bahasa yang digunakan siswa – siswi di SMA Negeri 10 Tangerang
digambarkan hubungan sebagai berikut : Variabel bebas Bahasa
(variabel x), terdapat hubungan dengan variabel terikat gaya bahasa yang
digunakan siswa – siswi di SMA Negeri 10 Tangerang ( variabel y ).
Gambar 2.1

Variabel X Variabel Y

Bahasa Gaya Bahasa

1. Jenis – jenis
1. Pengertian
ragam bahasa
Bahasa
2. Ciri – Ciri
2. Fungsi Bahasa
bahasa

Anda mungkin juga menyukai