Contoh Pembahasan
Contoh Pembahasan
Contoh Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu menurut definisi WHO
adalah kematian wanita selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera. Berdasarkan laporan WHO yang telah dipublikasikan
pada tahun 2014 AKI di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Dimana
Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2014). AKI
adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap
100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas. (Kemenkes RI, 2016).
Penyebab kematian ibu pada tahun 2013 diantaranya adalah perdarahan
(30,3%), eklampsia/ hiperensi (27,1%), infeksi (7,3), partus lama (0,0%),
abortus (0,0%), dan lain-lain (40,8) (Pusdatin, 2014). Preeklamsia/Eklamsia
merupakan suatu penyulit yang timbul pada seorang wanita hamil dan
umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan ditandai
dengan adanya hipertensi dan protein uria. Pada eklamsia selain tanda tanda
preeklamsia juga disertai adanya kejang (Didien Ika Setuarini, 2016).
Menurut Hinda Novianti dalam penelitiannya terdapat dua penyebab
terjadinya preeklamsi yaitu usia ibu dan paritas. Ibu hamil yang beresiko
adalah yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun yaitu sebanyak 73,9% dan
kejadian preeklampsia pada paritas ibu beresiko yaitu primigravida dan
grandemulti lebih banyak yaitu 54,9% (Hinda Novianti, 2015).
2
seperti jantung, paru-paru, ginjal, atau diabetes, stres berat selama kehamilan,
menggunakan obat-obatan terlarang seperti kokain atau heroin, banyak
minum alkohol, merokok selama kehamilan atau Ibu memiliki masalah
dengan kesehatan seperti infeksi saluran kemih atau infeksi rahim yang tidak
diobati. Upaya yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kesehatn bayi
baru lahir dengan mengupayakan penanganan komplikasi akibat infeksi.
(Dinkes Jabar, 2016).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang merupakan fokus dalam Laporan Praktik Kebiadnan Komprehensif
Klinik ini yaitu : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. I
G5P4A0 dengan Pre Eklamsi Berat dan BBLR di UPT Puskesmas PONED
Watubelah Kabupaten Cirebon Tahun 2019?”
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Preeklamsi Berat
1. Pengertian Preeklamsi Berat
Preeklamsia/Eklamsia merupakan suatu penyulit yang timbul pada
seorang wanita hamil dan umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari
20 minggu dan ditandai dengan adanya hipertensi dan protein uria. Pada
eklamsia selain tanda tanda preeklamsia juga disertai adanya kejang.
Preeklamsia/Eklamsia merupakan salah satu penyebab utama kematian
ibu di dunia. Tingginya angka kematian ibu pada kasus ini sebagian besar
disebabkan karena tidak adekuatnya penatalaksanaan di tingkat pelayanan
dasar sehingga penderita dirujuk dalam kondisi yang sudah parah,
sehingga perbaikan kualitas di pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan
dasar diharapkan dapat memperbaiki prognosis bagi ibu dan bayinya.
2. Etiologi
Dalam buku yang ditulis oleh Ai Yeyeh Rukiah (2013) dijelaskan
bahwa penyebab preeklampsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti,
walaupun penelitian sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada
teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab
preeklampsia disebut juga disease of theory, gangguan kesehatan yang
berasumsi pada teori. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada
endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi postasiklin
(PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
penggumpalan dan fibriolisis, yang kemudia akan diganti trombin
dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan
pelepasan tromboksan (TXA 2) dan serotonin, sehingga terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel.
b. Peran Faktor Imunologis
7
d. Kehamilan multipel
Ketika seorang ibu mengandung lebih dari 1 janin dalam
kandungannya, maka risiko ibu tersebut mengalami preeklampsia
meningkat hampir 3 kali lipat. Satu buah penelitian menunjukkan
bahwa ibu hamil dengan 3 janin berisiko mengalami preeklampsia 3
kali lipat lebih besar dari pada ibu hamil dengan 2 janin.
e. Penyakit terdahulu
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan
terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus
hipertensi, Menurut Nuning Saraswati dalam penelitiannya dikatakan
bahwa responden yang memiliki riwayat hipertensi sebelumnya
mempunyai risiko 6,026 kali mengalami kejadian preeklampsia
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat
hipertensi (Nuning Saraswati, 2014).
f. Jarak antar kehamilan
Hubungan antara risiko terjadinya preeklampsia dengan interval
kehamilan lebih signifikan dibandingkan dengan risiko yang
ditimbulkan dari pergantian pasangan seksual. Risiko pada kehamilan
kedua atau ketiga secara langsung berhubungan dengan waktu
persalinan sebelumnya. Ketika intervalnya adalah lebih dari sama
dengan 10 tahun, maka risiko ibu tersebut mengalami preeklampsia
adalah sama dengan ibu yang belum pernah melahirkan sebelumnya.
g. Indeks masa tubuh
Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko munculnya
preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah
studi kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh
>35 memiliki risiko untuk mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali
lipat. Sebuah studi lain yang membandingkan risiko antara ibu dengan
indeks masa tubuh rendah dan normal menemukan bahwa risiko
terjadinya preeklampsia menurun drastis pada ibu dengan indeks masa
tubuh <20.
10
h. Usia kehamilan
Preeklampsia dapat dibagi menjadi 2 subtipe dideskripsikan
berdasarkan waktu onset dari preeklampsia. Preeklampsia early-onset
terjadi pada usia kehamilan <34 minggu, sedangkan late onset muncul
pada usia kehamilan ≥34 minggu. Preeklampsia early onset
merupakan gangguan kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu
maupun janin yang dikandungnya. Penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa insidensi preeklampsia meningkat seiring dengan
semakin tuanya usia kehamilan yang dibuktikan dengan preeklampsia
yang terjadi pada usia kehamilan 20 minggu adalah 0.01/1000
persalinan dan insidensi preeklampsia pada usia kehamilan 40 minggu
adalah 9.62/1000 persalinan
4. Patofisiologi
Vasokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia dan
eklampsia. Vasokontriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten
dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontriksi juga akan
menimblkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan
endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat
endotel. Pada vasokontriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya
penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan
maladaptasi plasenta. Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi
hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri
memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian
akan mengganggu metabolisme di dalam sel peroksidase lemak adalah
hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase
lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila
keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan
oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stress
oksidatif.
5. Jenis-Jenis Preeklampsia
a. Preeklampsia
11
1) Kematian Maternal
Setiap tahunnya, diperkirakan bahwa preeklampsia
bertanggungjawab atas 50.000 kematian maternal di seluruh dunia,
bahkan di negara maju dengan tingkat mortalitas maternal yang
rendah, preeklampsia dan eklampsia menyumbang angka kematian
yang cukup tinggi. Preeklampsia berhubungan erat dengan
komplikasi maternal, baik akut maupun kronik. Kematian yang
terjadi sebagai efek sekunder dari preeklampsia biasanya terjadi
akibat eklampsia, tekanan darah yang tidak terkontrol, atau
inflamasi sistemik. Kematian sekunder preeklampsia juga banyak
disebabkan oleh perdarahan serebral.
2) Morbiditas maternal
a) Sindrom HELLP
Dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu dijelaskn
bahwa sindrom HELLP adalah hemolisis, peningkatan kadar
enzim hati, dan trombositopeni.
b) Gagal Ginjal Akut
Nekrosisi tubular akut, yang menyebabkan gagal ginjal
akut, jarang terjadi hanya disebabkan oleh preeklampsia berat.
Hal yang lebih sering terjadi adalah salah satu komplikasi dari
preeklampsia adalah ablatio plasenta yang dapat menyebabkan
perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum yang tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan syok dan hipotensi
sehingga muncul tanda klinik gagal ginjal akut.
c) Gangguan Penglihatan
Pada preeklampsia berat, gangguan penglihatan yang
sering muncul adalah diplopia dan penglihatan kabur. Ablasio
retina dapat terjadi pada ibu dengan preeklampsia dalam
bentuk gangguan penglihatan yang tidak total atau unilateral.
Sedangkan kebutaan lebih jarang terjadi, dan biasanya
reversibel. Ibu yang mengalami kebutaan oksipital biasanya
16
2. Epidemiologi
Pravalensi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3 %-3,8% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi
rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka
panjang terhadap kehidupannya di masa depan. Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan yang lainnya yaitu
berkisar antara 9%-30%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target
23
Bayi laki-laki saat lahir memiliki rata-rata berat lahir 150 gram lebih
berat daripada bayi perempuan, perbedaan ini paling nyata pada umur
kehamilan 28 minggu. Diduga hal ini akibat stimulasi hormon
androgenik atau karena kromosom Y memuat materi genetik yang
dapat meningkatkan pertumbuhan janin laki-laki. Pada umur
kehamilan yang sama, janin dengan jenis kelamin laki-laki lebih berat
5% dan lebih panjang 1%dibanding dengan jenis kelamin perempuan
dan yang mempengaruhi keadaan ini adalah hormon seks laki-laki
dan kromosom Y yang dimiliki laki-laki. Hal ini mulai tampak pada
kehamilan 24 minggu.
4. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain:
a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubenemia
e. Sindroma gawat napas
f. Paten duktus arteriosus
g. Infeksi
h. Perdarahan intraventikuler
i. Apnea of Prematurity
j. Anemia
Gangguan jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain:
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
DATA SEKUNDER
Berdasarkan data sekunder yang terdapat dalam buku KIA Ny I 29 tahun
G5P4A0 telah melakukan pemeriksaan kehamilan ± 9 kali di Desa Cirebon
Girang yang diadakan setiap bulan yaitu pada tanggal 21-11-2018, 05-12-2018,
06-12-2018, 15-12-2018, 19-12-2018, 28-12-2018, 09-12-2019, 13-02-2019, dan
14-02-2019. HPHT = 01 Juni 2018?, TP = 08 Maret 2019, UK 40-41 minggu.
Tekanan darah ibu dari awal kehamilan yaitu 110/70 mmHg, 110/70 mmHg,
110/80 mmHg, 110/70 mmHg, 110/70 mmHg, 110/80 mmHg, 110/70 mmHg,
150/100 mmHg, dan 150/100 mmHg, BB sebelum hamil 50 kg dan BB terakhir
59,4 kg, TB 151 cm, LILA 24 cm, TFU 26 cm (14 Maret 2018), dan presentasi
bokong. Tes laboratorium rutin dilakukan 2x selama kehamilan yaitu pemeriksaan
Hb ke – 1 pada tanggal 06-12-2018 dengan hasil 13,8 gr % dan ke – 2 pada
tanggal 13-03-2019 dengan hasil 11,6 gr%. Pemeriksaan darah yang dilakukan
pada tanggal 21-11-2018 didapatkan hasil negative terhadap PMS.
27
A. Data Subjektif
1. Biodata Klien
Istri Suami
Nama : Ny. I Tn. M
Umur : 28 tahun 29 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SD SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Buruh
Alamat : Ds. Cirebon Girang Kec. Talun,Cirebon
2. Riwayat
Klien datang ke PONED diantar oleh Bidan Desa Cirebon Girang
atas indikasi preeklampsia berat pada pukul 05.15 WIB. Ibu tersebut
datang ke PMB terlebih dahulu dan sudah diberikan penatalaksanaan
PEB sebelum rujukan, yaitu sudah diberi infus MgSO4, serta dipasang
kateter. Mengeluh mules sejak pukul 02.00 WIB,tetapi belum keluar
air-air dan lendir campur darah, gerakan janin masih aktif.HPHT 01-
06-2018 TP 08-03-2019.ibu melakukan pemeriksaan ANC ± 9 kali
dan HB 11,6 gr% (13-02-2019). ibu mengatakan tidak pernah ada
masalah pada kehamilan saat ini dan tidak mempunyai riwayat
penyakit yang mempengaruhi dan dipengaruhi pada kehamilan saat
ini.ini merupakan kehamilan yang diinginkan. Makan terakhir jam
19.00 WIB (13-02-2019), BAK terakhir jam 04.00 WIB, BAB
28
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. TTV : TD : 190/80 mmHg
P :82 x/menit
R :22 x/menit
S : 370C
4. Wajah : tidak ada oedema, tidak pucat
5. Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
6. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, TFU 26 cm,
presentasi kepala, posisi puki, , penurunan kepala 1/5, His 4x10’50”,
DJJ 154 x/m, TBJ ±2.325 gram,kandung kemih kosong.
7. Genetalia : PD: Vulva vagina tidak ada kelainan, ketuban
positif, portio tipis lunak, pembukaan lengkap, presentasi kepala, Hodge
IV, UUK di depan, tidak ada molase dan bagian kecil terkemuka.
8. Ekstermitas : ada oedema dan tidak varises pada kaki ataupun
tangan, kuku tidak pucat, reflex patella (+/+)
9. Data penunjang : Protein urine : +1 (14-02-2019)
Golongan darah : O
29
C. Analisa
Ny. I usia 28 tahun G5P4A0 kala II dengan preeklampsia berat
suspek BBLR dan potensial eklampsia
D.Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan klien, respon ibu dan keluarga baik
2. Meminta persetujuan untuk dilakukan tindakan, ibu menyetujui
tindakan yang akan dilakukan
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu sudah mengetahui
hasil pemeriksaannya.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter, advis dokter:
a. Observasi partograf
b. Lanjutkan terapi PEB
c. Berikan O2
5. Mengecek dan menyiapkan alat partus, sudah disiapkan
6. Melakuakn tindakan amniotomi,warna ketuban jernih
7. Memberikan asuhan sayang ibu bersalin:
a. Memberikan dukungan emosional,ibu tampak tenang
b. Mengajarkan cara mengedan dengan baik dan benar, ibu
melakukannya dengan baik
c. Memfasilitasi kebutuhan cairan dan nutrisi, ibu meminum air putih
±100 ml.
7. Memimpin ibu meneran ,ibu meneran dengan baik
8. Melakukan pertolongan persalinan secara normal. Pukul 05.20 WIB
bayi lahir spontan segera menangis,warna kulit kemerahan,gerakan
aktif dan jenis klamin perempuan
9. Melakukan jepit-jepit potong tali pusat dan melakukan IMD,sudah
dilakukan
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih mulas,tampak lega dan senang.
30
B. Data Objektif
Pukul 05.20 WIB bayi lahir spontan segera menangis,warna kulit
kemerahan,gerakan aktif dan jenis klamin perempuan, plasenta belum
lahir.
C. Analisa
Kala III
D. Penatalaksanaan
Melakukan menejemen aktif kala III
1. Mengecek bayi kedua, tidak ada bayi kedua
2. Mengecek kandung kemih, kandung kemih kosong.
3. Memberitahukan kepada ibu akan disuntik oksitosin ,ibu bersedia
4. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU secara IM di paha kanan,
oksitosin sudah di suntikan pada paha kanan ibu
5. Melakukan PTT searah dorsocranial, PTT dilakukan saat ada kontraksi,
tampak tali pusat memanjang, semburan darah dan uterus membulat,
plasenta lahir lengkap pukul 05.25 WIB, pengeluaran darah ±100 ml.
6. Melakukan massase fundus 15x15 detik,sudah dilakukan
A. Data Subjektif
Ibu merasa lelah, merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
B. Data Objektif
keadaan umum : Baik
kesadaran :Compos mentis
N: 80 x/m S: 36,50C
C. Analisa
Kala IV dengan riwayat PEB dan potensial perdarhan
D. Penatalaksanaan
1. Mengecek laserasi jalan lahir, ada laserasi derajat I (mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum).
2. Melakukan penjahitan tanpa anastesi,penjahitan sudah dilakukan
3. Mengecek kelengkapan plasenta, plasenta lahir lengkap
4. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu memungkinkn untuk dilakukan
pemasangan KB pasca salin (IUD), ibu dipasang IUD pasca salin.
5. Melakukan penjahitan laserasi dengan lidokain, sudah dilakukan.
6. Membersihkan dan memberikan kenyamanan pada ibu,ibu tampak
nyaman.
7. Melakukan dekontaminasi alat bekas pakai ke larutan klorin 0,5%,sudah
dilakukan
8. Mengecek kontraksi uterus dan pengeluaran darah, kontraksi baik dan
pengeluaran darah ± 20 cc
9. Mengecek tekanan darah,TD: 130/70 MmHg
10. Mengajarkan kepada ibu dan keluarga untuk massase fundus jika
kontraksi uterus lembek,ibu dan keluarga dapat melakukannya.
11. Memberikan ucapan selamat kepada ibu dan keluarga atas kelahiran
bayinya,ibu dan keluarga baik dan senang,
12. Menganjurkan kepada ibu untuk makan dan minum, ibu melakukannya.
13. Melakukan pemantauan kala IV, terlampir dilembar Patograf.
14. Memfasilitasi ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya, ASI sudah
keluar dan ibu mampu menyusukan bayinya.
15. Melakukan kolaborasi dengan dokter, advis dokter:
a. Observasi keadaan umum ibu
b. Kontraksi uterus dan risiko perdarahan pasca salin
c. Lanjutkan terapi rumatan ibu nifas dengan PEB sampai 24 jam
16. Mendokumentasikan hasil asuhan dengan metode SOAP, sudah
dilakukan.
33
A. Data Subjektif
1. Biodata Bayi
Nama bayi : By. Ny. I
TTL : 14 Februari 2018
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Biodata Orangtua
Nama Ayah : Tn.M
Nama Ibu : Ny. I
Alamat : Cirebon Girang
3. Riwayat Kelahiran
Bayi lahir spontan segera menangis, cukup bulan, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif.
B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Metis/aktif
Warna kulit : Kemerahan
Tangisan : Kuat
Gerakan : Aktif
C. Analisa
Neonatus cukup bulan segera setelah lahir normal.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu, respon ibu baik.
34
A. Data Subjektif
Bayi lahir spontan segera menangis, cukup bulan, warna kulit kemerahan,
gerakan aktif.
B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Metis/aktif
Warna kulit : Kemerahan
Tangisan : Kuat
Gerakan : Aktif
C. Analisa
Neonatus cukup bulan segera setelah lahirnormal dengan BBLR potensial
Hipotermi.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu, respon ibu baik.
2. Melakukan informed consent, ibu bersedia bayinya diperiksa dan
diberikan asuhan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu telah mengetahui hasil
pemeriksaan.BB : 2350 gram, PB : 47 gram, LK : 30 cm
4. Melakukan Konsul Dokter, advice dokter :
a. Observasi keadaan bayi
b. Memberikan terapi BBL (Vitamin K, salep mata dan imunisasi
Hb 0 setelah 1 jam pemberian vitamin K),
c. Pemeriksaan GDS, hasil pemeriksaan GDS bayi 61 mgdl.
36
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan ASI sudah keluar, bayinya sudah menyusu, bayi sudah BAB
dan BAK ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya. Bayi sudah
diberikan Vitamin K, salep mata dan imunisasi Hb 0.
B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis/aktif
Warna Kulit : Kemerahan
Tangisan : Kuat
Gerakan : Aktif
TTV : DJB :140x/menit, regular
R : 40 x/menit
S : 36,5°C
Kepala : Ubun – ubun tidak ada cekungan, sutura tidak ada
molase, tidak ada caput sucsedeneum, dan chephal
hematoma.
Telinga : Simetris, sejajar dengan mata
Mata : Bentuk simetris, sejajar dengan telinga, tidak ada
kelainan, dan tidak ada tanda infeksi.
Hidung : Tidak ada kelainan, terdapat lubang hidung,
tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
Mulut : Bibir kemerahan, tidak ada labioschizis, labio
palate schizis, terdapat reflex rooting, dan sucking.
37
A. Data Subjektif
Ibu tidak mengeluh tentang keadaan bayinya, bayi menyusu dengan kuat, ibu
memberikan ASI kepada bayinya, sudah BAB dan BAK, bayi menyusu setiap
satu sampai dua jam sekali
B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis/aktif
Warna Kulit : Kemerahan
Tangisan : Kuat
Gerakan : Aktif
TTV : DJB :147 x/menit,
R : 45 x/menit
S : 37,1°C
Antropometri : BB : 2400 gr
PB : 47 cm
Mata : Tidak ada tanda-tanda infeksi,tidak ada pus
Leher :Tidak ada pelebaran pembuluh darah
Dada : Tidak ada wezing dan bunyi dada regular, tidak
ada retraksi dinding dada
Perut : Tali pusat belum lepas, tidak ada perdarahan, tidak
ada distensi abdomen, tidak ada infeksi
System syaraf : Refleks Rooting (+), Refleks Sucking (+), Refleks
Grasping (+), Refleks Babinsky (+)
40
C. Analisa
Neonatus 3 hari Postnatal denganBBLR, keadaan umum baik terdapat
kenaikan berat badan.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan KIE kepada Ibu tentang :
a. Jaga kehangatan bayi
b. Pemberian ASI Eksklusif
c. Perawatan Tali Pusat di rumah
Evaluasi : ibu memahami informasi yang telah di sampaikan dan dapat
mengulang informasi yang telah di sampaikan
3. Memberi tahu tanda – tanda bahaya :
a. Susah menyusu
b. Bayi susah bernafas
c. Warna kulit bayi/ ikterus
d. Suhu bayi panas (Hipertermi) dan terlalu dingin (Hipotermi)
e. Mata bengkak atau bernanah
Evaluasi : ibu memahami informasi yang terlah di sampaikan dan dapat
mengulang informasi yang telah di sampaikan
4. Mendokumentasikan asuhan yang dilakukan
5. Mendokumentasikan asuhan dengan SOAP
41
A. Data Subjektif
Ibu tidak mengeluh tentang keadaan bayinya terdapat ruam popok dan biang
keringat, bayi menyusu dengan kuat, ibu memberikan ASI kepada bayinya,
sudah BAB dengan warna kuning dan BAK± 7 kali sehari. Bayi menyusu
setiap satu sampai dua jam sekali. Bayi sering dipakai pempers dan tidak
sering diganti oleh keluargasehingga bayi tidak bisa dihitung bayi BAK
berapa kali.
B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis/aktif
Warna Kulit : Kemerahan
Tangisan : Kuat
Gerakan : Aktif
TTV : DJB :138 x/menit,
R : 48 x/menit
S : 37,0 °C
Antropometri : BB : 3300 gr
Panjang Badan : 48 cm
Mata : Tidak ada tanda-tanda infeksi,tidak ada pus
Leher :Tidak ada pembengkakan, tidak ada pelebaran
pembuluh darah, terdapat miliariasis
Dada : Tidak ada wezing dan bunyi dada regular, tidak
ada retraksi dinding dada
42
C. Analisa
Ny. I 28 tahun P5A0 6 jam Post Partum dengan Riwayat PEB dan anemia
ringan.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dan rasa saling percaya , hubungan baik terjalin
2. Melakukan informed consent, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.
3. Memberi tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah mengetahui.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB, ibu mengikuti
anjuran.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu mengikuti anjuran.
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, ibu sudah dapat turun dari tempat
tidur.
7. Memberitahu ibu bahwa tidak ada pantangan makanan apapun sealama
masa nifas dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi
protein, ibu bersedia.
8. Memberikan KIE tentang :
a. Tanda- tanda bahaya masa nifas dengan PEB seperti tekanan darah
meningkat, pusing dan kejang, penglihatan terganggu, sakit
perut/nyeri ulu hati, pembengkakan terutama pada kaki dan wajah.
b. Perawatan tali pusat
c. Efek samping/ketidaknyamanan pasca pemasangan IUD
d. Personal hygiene
Evaluasi : repon ibu baik.
9. Mempersiapkan ibu pulang, Ibu dan keluarga meminta untuk
dipulangkan (Pulang paksa) jam 11.00 WIB.
10. Melakukan kolaborasi dengan dokter, advis dokter:
a. Jika ibu dan keluarga tetap memaksa pulang harus membuat surat
pernyataan.
b. Berikan terapi nifedipin 10mg 2xsehari, amoxicilin 3x1 , tablet fe
2x1, paracetamol 3x1 dan vitamin A 1x1.
45
C. Analisa
Ny. I 28 tahun P5A0 3 hari Post Partum dengan PEB.
47
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dan rasa saling percaya , hubungan baik terjalin
2. Melakukan informed consent, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.
3. Memberi tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah mengetahui.
4. Menganjurkan ibu untuk meminum obat penurun darah yang diberikan
oleh bidan, ibu bersedia meminumnya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu mengerti dan bersedia
istirahat yang cukup.
6. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa tidak ada pantangan makanan
apapun selama masa nifas dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan tinggi protein, ibu bersedia.
7. Melakukan kolaborasi dengan bidan desa setempat untuk pemeriksaan
lebih lanjut, dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh bidan desa setempat.
48
DATA SEKUNDER
C. Analisa
Ny. I 28 tahun P5A0 10 hari Post Partum dengan riwayat PEB.
50
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dan rasa saling percaya , hubungan baik terjalin.
2. Melakukan informed consent, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.
3. Memberi tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah mengetahui.
4. Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang diberikan oleh rumah sakit
yaitu Lansoprazol dan Eprinoc, ibu bersedia meminumnya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu mengerti dan bersedia
istirahat yang cukup.
6. Menganjurkan ibu untuk rutin memeriksakan kesehatanya di pelayanan
kesehatan, ibu melakukan kontrol rutin ke RS seminggu sekali.
7. Menjadwalkan kunjungan ulang berikutnya 1 bulan berikutnya atau
apabila ada keluhan, ibu bersedia datang.
51
BAB IV
PEMBAHASAN
E. Kehamilan (Data Sekunder)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku KIA, ini merupakan
kehamilan kelima, tidak pernah keguguran. HPHT Ny. I yaitu pada
tanggal 01 Juni 2018, dengan taksiran persalinan pada tanggal 08 Maret
2019, sehingga jika dihitung usia kehamilan, usia kehamilan Ny. I 40-41
mg. Dalam buku Asuhan Persalinan Normal (2017) usia kehamilan 40-
41 mg dikatakan sebagai kehamilan aterm. Dalam buku KIA (2017)
disebutkan bahwa LILA normal adalah > 23,5 cm, dan berdasarkan data
sekunder ukuran LILA Ny. I adalah 24 cm. DJJ yang dihitung dalam 1
menit normal yaitu antara 120-160x/menit yaitu 155x/menit. Hasil
pemeriksaan yang dilakukan Ny I dalam keadaan normal. Tinggi badan >
145 cm yaitu 151 cm, dalam buku KIA disebutkan bahwa apabila tinggi
ibu < 145 cm dapat mengindikasikan panggul sempit.
Selain itu, di dalam Buku KIA (2017) disebutkan bahwa dalam
melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan
yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal
dengan 10 T. Menurut Depkes RI (2009), pelayanan atau asuhan standar
minimal 10 T adalah sebagai berikut yaitu Timbang berat badan dan ukur
tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar
lengan atas), pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri), tentukan
presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi
Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), pemberian tablet Fe
minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus),
tatalaksana kasus, dan temu wicara (konseling).
Ari Sulistyawati (2008) peningkatan berat badan ibu yang
dianjurkan adalah 4 kg pada trimester pertama, 0,5 kg/minggu pada
kehamilan trimester II sampai III sehingga totalnya sekitar 11,5 – 16 kg,
kenaikan berat badan yang dialami Ny I selama kehamilan yaitu 9,4 kg.
Ibu memiliki riwayat kelahiran dengan BBLR/ prematur. Setelah dikaji
52
dari faktor risiko ibu termasuk ke dalam 4 T yaitu terlalu banyak anak,
jarak antar kelahiran yang terlalu dekat, terlalu muda. Ibu telah melakukan
pemeriksaan kehamilan 9 kali di Cirebon Girang. Kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan sedikitnya 4 kali selama masa kehamilan, yaitu : satu
kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali
pada triwulan ketiga. Maka Ny. I telah melakukan pemeriksaan kehamilan
lebih dari 4 kali sehingga tidak ada kesenjangan antara penatalaksanaan
kasus dan tinjauan teori.
Menurut Ari Sulistyawati (2008) peningkatan berat badan ibu yang
dianjurkan adalah 4 kg pada trimester pertama, 0,5 kg/minggu pada
kehamilan trimester II sampai III sehingga totalnya sekitar 11,5 – 16 kg,
kenaikan berat badan yang dialami Ny I selama kehamilan yaitu 9,4 kg.
Dalam buku KIA Ny. I disebutkan bahwa apabila tekanan darah normal
adalah 120/80 mmHg apabila tekanan darah > 140/90 mmHg dapat
mengindikasikan adanya faktor risiko hipertensi dalam kehamilan, tekanan
darah Ny I yaitu 180/100 mmHg. Maka dari itu, bidan melakukan
penatalaksanaan dengan memeriksa protein urine klien yang didapatkan
hasil +1 sehingga dapat disimpulkan jika klien tersebut preeklamsi berat,
hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku Ai Yayah Rukiyah
(2010) bahwa gejala dan tanda preeklampsia berat adalah: tekanan darah
sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik >110 mmHg, peningkatan
kadar enzim hati atau/dan ikterus, trombosit< 100.000/mm 3, oliguria <400
ml/24 jam, proteinuria >3 gr/liter, nyeri epigastrium, skotoma dan
gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina,
edema pulmonum.
F. Persalinan
Pada tanggal 14 Februari 2019 Ny. I bermaksud akan dilakukan rujukan
ke RSUD Arjawinangun oleh bidan desa dikarenakan preeklamsi berat. Akan
tetapi ketika sedang diperjalanan bidan yang mendampingi proses rujukan
tersebut memastikan bahwa Ny. I sudah dalam keadaan pembukaan lengkap
sehingga diputuskan untuk dilakukan pertolongan persalinan di Puskesmas
53
2. Kala III
Kala III pada Ny. I berlangsung 5 menit dimana segera setelah bayi
lahir dan dipastikan tidak ada janin kedua dilakukan penyuntikan
oksitosin 10 IU IM, melakukan PTT dan menilai pelepasan plasenta.
Setelah ada tanda pelepasan plasenta berupa uterus globular, tali pusat
bertambah panjang dan ada semburan darah tiba-tiba lahirkan plasenta,
plasenta lahir lengkap pukul 00.48 WIB kemudian melakukan masase
selama 15 detik.
Menurut Buku Asuhan Persalinan Normal (2017) disebutkan bahwa
tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan.
Tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu adanya perubahan bentuk
uterus, semburan darah mendadak dan tali pusat bertambah panjang.
Proses kala III berlangsung selama 5 menit sesuai dengan teori karena
disebutkan dalam buku Asuhan Persalinan Normal (2017) jika plasenta
tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin yang kedua
dan memeriksa kandung kemih serta melakukan kembali PTT. Jika
plasenta masih belum lahir sampai 30 menit baru dilakukan manual
plasenta, plasenta tersebut dinamakan retensio plasenta. Menurut Febi
Sukma (2017), TFU setelah plasenta lahir berada 2 jari di bawah pusat.
Hal ini tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan teori.
3. Kala IV
56
H. Masa Nifas
Tanggal 14 Maret 2019 pukul 11.40 WIB di PONED Watubelah Ny. I 6
jam postpartum mengeluh sedikit pusing, ASI sudah keluar. Penulis
melakukan pemeriksaan terhadap Ny. I dan didapatkan tekanan darah 140/90
63
mmHg dan protein urine +1. Maka dari itu, Ny. I masih mengalami
preeklamsia berat.
Pada kasus ini Ny. I saat pemeriksaan TFU adalah 2 jari dibawah pusat,
terdapat pengeluaran lochea rubra. Dalam buku Asuhan Kebidanan Pada
Masa Nifas menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara kasus dengan
teori. Menurut Febi Sukma (2017), macam-macam lochea yakni :Lochia
Rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban sel-sel
desidua (desidua, yakni selaput lendir Rahim dalam keadaan hamil), verniks
caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam
noda dan sel-sel epitel, yang menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu
halus pada anak yang baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup
bulan yang terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna
hijau kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan. Lochia Sanguinolenta :
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7
pasca persalinan. Lochia Serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak
berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Lochia Alba : Cairan putih
yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
Pada kasus ini Ny. I pada saat pemeriksaan genetalia terdapat
pengeluaran lochea dimana lochea tersebut berwarna merah segar yang biasa
disebut loche rubra, jika dilihat dari jenis lochea yang terdapat pada saat
pemeriksaan itu merupakan hal yang fisiologis. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa asuhan kebidanan pada penatalaksanaan kasus dan teori tidak ada
kesenjangan. Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. I adalah kebutuhan
nutrisi, pola istirahat, personal hygene dan dukungan emosional serta
memotivasi untuk terus memberikan ASI ekslusif serta pemantauan tekanan
darah dan protein urine.
Penulis melakukan kunjungan rumah pada hari ketiga yang didapatkan
hasil anamnesa obat penurun tekanan darah tinggi tidak diminum sejak
pulang dari PONED. Serta TD: 180/110 mmHg serta protein urine +1. Maka
dari itu penulis memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Bidan Koordinator
dan Bidan Desa sehingga pada tanggal 18 Februari 2019 pasien dilakukan
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam asuhan yang telah diberikan kepada Ny. I penyusun dapat
menyimppulkan bahwa:
1. Penyusun mampu melakukan pengkajian data sekunder namun ada
beberapa data sekunder yang kurang fokus seperti saat Ny. I dirawat di
Ruang ICU.
2. Penyusun mampu melakukan pengkajian data sekunder namun ada
beberapa data sekunder yang kurang fokus seperti saat Ny. I dirawat di
Ruang ICU.
3. Penyusun mampu melakukan analisis sesuai dengan data yang diperoleh
secara anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap Ny. I.
4. Penyusun mampu melakukan asuhan sesuai dengan kewenangan yang
telah diatur dalam UU No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.
5. Penyusun mampu mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan
kepada Ny. I dalam bentuk SOAP.
B. Saran
6. Bagi instansi kesehatan
Diharapkan melakukan deteksi dini faktor risiko pre eklampsia,
sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan yang sifatnya
promotive, preventive, kurative kepada ibu hamil dan melahirkan.
Sehingga dapat mengantisipasi adanya kegawatdaruratan pada ibu
maupun bayi dan segera melakukan rujukan dalam rangka membantu
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
7. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengenali tanda bahaya kehamilan pre
eklampsia (tensi tinggi, oedem, proteinuria) sehingga menerapkan
langkah-langkah promotive dan preventif dengan petunjuk dari petugas
66