20.eviana Permana Putri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 115

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN HIPERTENSI DI


PUSKESMAS MARGASARI KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2021

Oleh :

Nama : Eviana Permana Putri


NIM : P07220118080

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN HIPERTENSI DI


PUSKESMAS MARGASARI KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2021

Untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :

Nama : Eviana Permana Putri


NIM : P07220118080

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021

i
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan

bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk

memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun

baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia

menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku

Samarinda ,

Yang menyatakan

Eviana Permana Putri


NIM: P07220118080

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL, 20 AGUSTUS 2021

Oleh

Pembimbing

Ns.Asnah, S.Kep, M.Pd


NIDN. 4008047301

Pembimbing Pendamping

Ns. Grace C Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat


NIDN. 4013106302

Mengetahui,

Ketua Program Studi D-III Keperawatan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim

Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep


NIP. 196803291994022001

iii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
KLIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MARGASARI KOTA
BALIKPAPAN TAHUN 2021

Telah Diuji
Pada tanggal, 20 Agustus 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji

Ns. Rahmawati Shoufiah, S.ST,M.Pd (...................................)


NIDN. 4020027901

Penguji Anggota

1. Ns. Asnah S.Kep. M.Pd (..................................)


NIDN. 4008047301

2. Ns. Grace C Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat (......................................)


NIDN. 4013106302

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D-III
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep.
NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eviana Permana Putri


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal lahir : Pamekasan, 16 Februari 2000
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Soekarno Hatta Km.2 No.57 RT.44
Nama Ayah : Mohammad Jailani
Nama Ibu : Siti Judaibah
Email : evieyanap16@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Al-Munnawwaroh Tahun 2005 – 2006
2. SDN 005 Balikpapan Utara Tahun 2006 – 2012
3. SMPN 3 Balikpapan Tahun 2012 – 2015
4. SMAN 2 Balikpapan Tahun 2015 – 2018
5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2018 –
sampai sekarang.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala

yang dan salam selalu tercurahkan kepada bimbingan nabi kita Salallahu’alaihi

Wasalam, atas berkat dan Karunia-Nya telah diberikan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Keluarga Pada Klien Hipertensi Di Puskesmas Margasari Kota Balikpapan Tahun

2021”.

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

menyusun Karya Tulis Ilmiah yang ditekankan pada aspek Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Hipertensi Poltekkes Kemenkes Kaltim dan untuk memperoleh

gelar Ahli Madya Keperawatan.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun materil sehingga

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Andi Lis Aming G,M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

vi
4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab

Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur dan selaku Pembimbing II yang

telah banyak memberikan bimbingannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Ns. Asnah S.Kep,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan

bimbingannya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan

baik.

6. Kepada orang tua tersayangku Ibu Siti dan Pak Jai yang selalu mendo’akan

tanpa henti, mendukung serta memberikan semangat dan motivasi sehingga

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Mba Pi, Abang dan sahabatku yang selalu memberikan saya semangat dalam

menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman angkatan ke-7 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang

selalu mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,

saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Samarinda, 7 Agustus 2021

Penulis

Eviana Permana Putri

vii
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN DENGAN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS MARGASARI
KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2021
Pendahuluan Hipertensi merupakan kelainan sistem sirkulasi darah yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah
≥140/90 mmHg dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan
hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari dan memahami secara mendalam mengenai Asuhan keperawatan
keluarga pada klien dengan Hipertensi di wilayah kerja puskesmas Margasari
Balikpapan

Metode Penelitian deskriptif analitik studi kasus untuk mengeksplorasi masalah


asuhan keperawatan 2 keluarga dengan anggota keluarga mengalami Hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Margasari Balikpapan. Metode pengambilan data adalah
dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan 2 kasus
keluarga menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI. Instrumen pengumpulan data
menggunakan format Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di Prodi
keperawatan kampus poltekkes kemenkes kaltim yang meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Hasil dan Pembahasan Berdasarkan analisa data di peroleh pengkajian di


temukan 2 diagnosa untuk klien 1 dan 2. Dari 2 klien di temukan 2 diagnosa yang
sama pada klien 1 dan klien 2 yaitu Defisit Pengetahuan dan Manajemen
kesehatan tidak efektif. Dari diagnosa yg di temukan pada klien 1 dan 2 diperoleh
hasil evaluasi keperawatan yang teratasi. Perencanaan dan pelaksanaan ditunjang
dengan fasilitas dan sarana yang mendukung, evaluasi dilakukan secara langsung
baik formatif maupun sumatif.

Kesimpulan dan saran Proses keperawatan keluarga pad aklien hipertensi


berjalan sesuai harapan. Di harapkan untuk lebih diperhatikan lagi bagi tenaga
kesehatan setempat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi dalam memberikan
pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga terutama
dalam memberikan asuhkan keperawatan keluarga dengan klien Hipertensi
sehingga dapat menekan tingginya angka kematian dengan kasus Hipertensi di
Indonesia.

Kata kunci : Asuhan keperawatan, Hipertensi

viii
DAFTAR ISI

Sampul Depan ...........................................................................................................


Sampul Dalam...........................................................................................................i
Surat Pernyataan...................................................................................................................ii
Lembar Persetujuan.............................................................................................................iii
Abstrak...............................................................................................................................viii
Daftar Isi..............................................................................................................................ix
Daftar Gambar.....................................................................................................................xi
Daftar Tabel........................................................................................................................xii
Daftar Bagan......................................................................................................................xiii
Daftar Lampiran.................................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................7
1. Tujuan Umum..........................................................................................................7
2. Tujuan Khusus.........................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................................8
1. Bagi peniliti..............................................................................................................8
2. Bagi tempat penelitian..............................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................9
A. Konsep Keluarga..........................................................................................................9
1. Definisi Keluarga.....................................................................................................9
2. Tipe Keluarga...........................................................................................................9
3. Fungsi Keluarga.....................................................................................................10
4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.............................................................11
5. Peran Perawat Keluarga.........................................................................................11
B. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................................12
1. Definisi...................................................................................................................12
2. Anatomi Fisiologis Jantung....................................................................................12
3. Patofisiologi............................................................................................................23

ix
DAFTAR ISI
4. Pathway..................................................................................................................25
5. Etiologi...................................................................................................................26
6. Manifestasi Klinis..................................................................................................27
7. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................28
8. Penatalaksanaan......................................................................................................29
9. Komplikasi.............................................................................................................32
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga..........................................................35
1. Pengkajian Keperawatan........................................................................................35
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga...........................................................................42
3. Intervensi Keperawatan Keluarga..........................................................................47
4. Implementasi Keperawatan Keluarga....................................................................49
5. Evaluasi Keperawatan Keluarga............................................................................51
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................53
A. Pendekatan / Desain Penelitian..................................................................................53
B. Subjek Penelitian........................................................................................................53
C. Definisi Operasional...................................................................................................54
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian.....................................................................................55
E. Prosedur Penelitian.....................................................................................................55
F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data...............................................................55
G. Keabsahan Data......................................................................................................57
H. Analisis Data..........................................................................................................57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................59
A. Hasil........................................................................................................................... 59
B. Analisa Data............................................................................................................... 67
C. Diagnosa Prioritas Masalah........................................................................................ 72
D. Intervensi.................................................................................................................... 73
E. Implementasi dan Evaluasi........................................................................................ 75
F. Pembahasan................................................................................................................ 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................93
A. Kesimpulan.................................................................................................................93
B. Saran...........................................................................................................................95
Daftar Pustaka....................................................................................................................97
DAFTAR ISI
x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Jantung.....................................................................................13


Gambar 2.2 Letak Jantung......................................................................................14
Gambar 2.3 lapisan otot..........................................................................................15
Gambar 2.4 Anatomi Jantung.................................................................................17
Gambar 2.5 Anterior Jantung.................................................................................19
Gambar 2.6 Posterior jantung.................................................................................20
Gambar 2.7 Sirkulasi Arteri Koroner.....................................................................21

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7...........................................27


Tabel 2.2 Prioritas Masalah....................................................................................47
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................48
Tabel 4.1 Data umum.............................................................................................59
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik.........................................................................64
Tabel 4.3 Analisis Data..........................................................................................66
Tabel 4.4 Skoring Prioritas Masalah......................................................................69
Tabel 4.5 Prioritas Masalah....................................................................................71
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan..........................................................................72
Tabel 4.7 Implementasi dan Evaluasi Klien 1........................................................74
Tabel 4.8 Implementasi dan Evaliasu Klien 2........................................................78

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Hipertensi...............................................................................27

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Pre Planning Kunjungan
Lampiran 4 SAP
Lampiran 5 Leaflet
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Lembar Konsul

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Saat ini, pembangunan bidang kesehatan di Indonesia mempunyai masalah

beban ganda dimana selain masih tingginya penyakit infeksi juga disertai

dengan penyakit tidak menular yang juga mengalami peningkatan seperti

jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus (Nasution, 2013).

Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90

mmHg. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi

pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit

lainnya. Gejala penyakit hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk,

mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur,

telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Sutarga, 2017).

Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi.

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia.

Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi.

Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan

hampir

1
2

1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar

sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi

(WHO, 2015).

Di indonesia sendiri hipertensi merupakan kondisi yang sering di

temukan pada pelayanan kesehatan dan merupakan masalah kesehatan

dengan prevalensi yang tinggi, berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi

hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar

34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua

sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun

(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari

prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%

terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak

minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya

hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita

hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa

sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat

tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat

(11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%),

dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%) (Kemenkes.go.id, 2019).

Di Kalimantan Timur jumlah estimasi pendarita hipertensi berusia

perempuan (Profil Kesehatan Tahun 2018, 2019). Dan jumlah penderita


3

hipertensi di balikpapan sendiri sekitar 48.098 melalui jumlah kasus lama dan

kasus baru (Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, 2019).

Menurut data dari puskesmas Margasari sekitar 638 orang yang

terkena hipertensi pada tahun 2020, dengan data dari bulan Januari sekitar

187 orang, bulan Februari sekitar 64 orang, bulan Maret 82 orang, bulan April

54 orang, bulan Mei 45 orang, bulan Juni 42 orang, bulan Juli 42 orang, bulan

Agustus 40 orang, bulan September 24 orang, bulan Oktober 23orang, bulan

November 9 orang, bulan Desember 26 orang (Data Penyakit Hipertensi di

Margasari, 2020)

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi

primer atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak

diketahui dan hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit

ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung dan gangguan ginjal. Menurut

JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan

tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik

(TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda

(Tarigan, Lubis, & Syarifah, 2018).

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang menculnya oleh

karena interaksi berbagai fakor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan

darah juga akan meningkat. Setlah umur 45 tahun, dinding arteri akan

mengalami penebalan karena adanya penumpukkan zat kolagen pada lapisan

otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku.

Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia


4

lanjut terjadi peningkatan retensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan

tekanan darah reflek baroreseptor pada usia lanjut sessitivitasnya sudah

berkurang, dan peran ginjal juga berkurang dimana aliran darah ginjal dan

laju filtrasi glomerulus menurun (Nuraini, 2015).

Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga,

kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah

intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.

Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,

muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba,

tengkuk terasa pegal dan lainlain (Krisnanda, 2017).

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai

komplikasi, bila mengenai jantung kemunginan dapat terjadi infark miokard,

jantung koroner, gagal jantung konghesif, bila mengenai otak dapat terjadi

stroke, ensevalopati hipertensif, bila mengenai ginjal dapat terjadi gagal ginjal

kronis, dan apabila mengenai mata maka akan terjadi retinopati hipertensif.

Dari berbagai komplikasi yang timbul merupakan komplikasi yang serius dan

kualitas hidupnya rendah terutama pada stroke, gagal ginjal dan gagal

jantung. Hipertensi telah lama diketahui sebagai penyakit yang melibatkan

banyak faktor baik faktor internal seperti jenis kelamin, umur, genetik dan

faktor eksternal seperti pola makan, kebiasaan olahraga dan lain-lain.

Untuk
5

terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama

(common underlying risk factor) dengan kata lain satu faktor risiko saja

belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi. Oleh karena itu seberapa

besar angka prevalensi penyakit ini akan sangat dipengaruhi oleh gambaran

faktorfaktor tersebut di suatu populasi masyarakat (Sartik, Tjekyan, &

Julkarnain, 2017).

Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh

dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian

karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian

yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung

koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta

kematian pada tahun 2030 (Zaenurrohmah & Rachmayanti, 2017).

Komplikasi hipertensi dapat dicegah melalui edukasi atau pendidikan

kesehatan, penerapan pola hidup sehat, dan penggunaan terapi secara

farmakologi serta nonfarmakologi (Yanti, Asyrofi, & Arisdiani, 2020).

Penanganan hipertensi bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas

dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. fokus utama ginjal, target

tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Pencapaian tekanan darah target

secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, non farmakologis,

Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,

menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam

dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

Terapi Farmakologi, terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang

dianjurkan
6

oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron

antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist,

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor

Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB) diuretik tiazid

(misalnya bendroflumetiazid) (Nuraini, 2015). Upaya pencegahan yang dapat

dilakukan meliputi perubahan pola makan, pembatasan penggunaan garam

hingga 4-6 gr per hari, (makanan yang mengandung soda kue, bumbu

penyedap dan pengawet makanan), mengurangi makanan yang mengandung

kolesterol tinggi (jeroan, kuning telur, cumi-cumi, kerang, kepiting, coklat,

mentega, dan margarin), menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol,

olahraga teratur, hindari stress (Nuraini, 2015).

Peran perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran sebagai

edukator atau pendidik. Sebagai seorang pendidik, perawat membantu klien

mengenal kesehatan dan prosedur asuhan keperawatan yang perlu mereka

lakukan guna memulihkan atau memelihara kesehatan tersebut. Adanya

informasi yang benar dapat meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi

untuk melaksanakan pola hidup sehat begitu juga dengan dukungan dari

keluarga (Manoppo, Masy, & Silolonga, 2018).

Dukungan dari keluarga merupakan sesuatu yang esensial untuk

pasien dalam mengontrol penyakit. Keluarga merupakan dukungan utama

bagi pasien hipertensi dalam mempertahankan kesehatan. Keluarga

memegang peran penting dalam perawatan maupun pencegahan kesehatan

pada anggota keluarga lainnya. Oleh sebab itu, keluarga harus memiliki

pengetahuan tentang
7

hal tersebut. Pengetahuan keluarga mengenai penyakit hipertensi merupakan

hal yang sangat penting. Pendekatan secara holistik diperlukan dalam

penanganan kasus kesehatan individu. Pengaplikasian pengobatan secara

holistik mengintegrasikan terapi konvensional dan alternatif untuk mencegah

dan menyembuhkan penyakit, serta memberikan promosi kesehatan secara

optimal (Efendi & Larasati, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Dengan

Hipertensi”?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien dengan kasus

Hipertensi di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan keluarga pada

klien dengan hipertensi.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada klien

dengan hipertensi.

c. Mampu menyusun intervensi asuhan keperawatan keluarga pada

klien dengan hipertensi.


8

d. Mampu melaksanakan intervensi asuhan keperawatan keluarga pada

klien dengan hipertensi.

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga pada klien

dengan hipertensi.

D. Manfaat Penelitian :

1. Bagi peniliti

Hasil penelitian ini diharapkan penliti dapat menegakkan diagnosa

keperawatan, menentukan intervensi dengan tepat untuk klien dengan

masalah keperawatan pada sistem kardioavaskuler, khususnya dengan

klien dengan hipertensi.

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam upaya pengembangan asuhan keperawatan khususnya

asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu dan

teknologi terapan bidan keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang diberi

tanggung jawab untuk mengubah organisme biologi menjadi manusia.

Proses dalam mengubah organisme biologis menjadi organisme

sosiologis membutuhkan keluarga sebagai agen. Tugas agen adalah

mengenalkan dan memberikan pembelajaran mengenai prototype peran

tingkah laku yang dikehendaki dan modus orientasi penyesuaian diri

dengan yang dikehendaki (Rustina, 2014).

2. Tipe Keluarga

Ada 2 tipe keluarga yaitu (Solomon, 2009) :

a. Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan satu atau lebih anak.

Jenis keluarga ini cenderung memiliki anggota keluarga yang lebih

sedikit dibandingkan dengan extended family. Wewenang yang lebih

besar dalam melakukan pengambilan keputusan biasanya pada

nuclear family berada di tangan orang tua.Anak dapat melakukan

pengambilan keputusan ketika anak tersebut sudah dewasa dan

mampu untuk membuat keputusan.

9
10

b. Extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi dan tinggal bersama

yang biasanya terdiri dari kakek, nenek, paman, bibi dan keponakan.

Pola konsumsi extended family tentunya tidak sama dengan nuclear

family, dikarenakan jumlah anggota yang ada di rumah tersebut

lebih banyak. Pada saat akan membeli suatu produk tentunya

pertimbangan yang dilakukan akan lebih banyak.

3. Fungsi Keluarga

Beberapa fungsi keluarga diantaranya : fungsi keagamaan, fungsi

sosial budaya, fungsi cinta dan kasih sayang, fungsi reproduksi, fungsi

sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, fungsi pembinaan

lingkungan dan fungsi rekreasi serta fungsi pemberian status. Fungsi

keagamaan dan pendidikan merupakan faktor penting dalam keluarga

dimana peran orang tua memberikan pendidikan keagamaan kepada

anaknya sejak kecil. Sosialisasi merupakan sarana bagi pengenalan dasar-

dasar keagamaan di lingkungan keluarga maupun di masyarakat,

misalnya di tempat ibadah. Semua keluarga harus berusaha menjalankan

fungsi fungsi tersebut, terutama dalam hal ini tugas orang tua yang

merupakan aktor utama dalam berfungsinya keluarga. Masalah-masalah

keluarga timbul ketika salah satu atau beberapa fungsi tersebut tidak

dijalankan. Hal ini pun berkaitan denga pengaruh modernisasi dan

globalisasi yang terjadi pada masa sekarang. (Wirdhana, Grabowska,

Kaczmarczyk, & Slany, 2018).


11

4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan

oleh seseorang dalam konteks keluarga, peran keluarga dalam

mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan yang

tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,

menciptakan suasana rumah yang sehat, serta merujuk kepada fasilitas

kesehatan terutama dalam mengatasi penyakit hipertensi (Ratnawati,

2017). Pelaksanaan tugas keluarga di bidang kesehatan sangat diperlukan

dalam upaya pencegahan dan mengatasi masalah kesehatan keluarga,

khususnya lansia sebagai bagian dari anggota keluarga yang memerlukan

perawatan yang lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses

penuaan. Salah satunya adalah penanganan terhadap penyakit degeneratif

yang banyak diderita oleh lansia yang sering menimbulkan kecacatan

(Mubarak, 2010).

5. Peran Perawat Keluarga

Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran sebagai

edukator atau pendidik. Sebagai seorang pendidik, perawat membantu

klien mengenal kesehatan dan prosedur asuhan keperawatan yang perlu

mereka lakukan guna memulihkan atau memelihara kesehatan tersebut

(Kozier b.

, 2010). Adanya informasi yang benar dapat meningkatkan pengetahuan

penderita hipertensi untuk melaksanakan pola hidup sehat (Kurniapuri &

Supadmi, 2015).
12

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau

tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hipertensi merupakan silent killer dimana

gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama

dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit hipertensi adalah sakit

kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar,

mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan

mimisan. (Sutarga, 2017)

2. Anatomi Fisiologis Jantung

Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya

menyerupai piramid atau jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi

darah ke seluruh tubuh, terletak dalam rongga toraks pada bagian

madiastinum.

Hubungan jantung dengan alat sekitarnya :

a. Dinding depan berhubungn dengan sternum dan kartilago kostalis

setinggi kosta III-I.

b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.

c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II, berhubungan dengan aorta

pulmonalis, bronkus dextra, dan bronkus sinistra.

d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esofagus, aorta

descendens, vena azigos, dan kolumna vertebrata torakalis.


13

e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah

tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung

dari samping, diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah

besar yang keluar dan masuk jantung sehinggan jantung tidak

berpindah. (Syarifuddin, 2016)

Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Dari

beberapa referensi, ukuran jantung manusia mendekati ukuran

kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5" (12 cm)

dan lebar sekitar 3,5" (9 cm). Jantung terletak di belakang tulang

sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan

bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian

bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari

midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum.

Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke 5 atau tepatnya di

bawah puting susu sebelah kiri.

Gambar 2.1 posisi jantung


14

Gambar 2.2 letak jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan

perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3

lapisan yaitu :

a. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung

yang melindungi jantung ketika jantung mengalami

overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan

bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum

rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk

penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar

yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta,

pulmonal arteri dan vena pulmonal).

b. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa


15

c. Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan

lapisan luar dari otot jantung atau epikardium. Diantara lapisan

pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat

ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang

disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi

untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat

jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan

perikardium ini antara 15 - 50 ml, dan tidak boleh kurang atau

lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.

Gambar 2.3 lapisan otot

Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :

a. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau

pericardium visceral

b. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang

bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung.


16

c. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot

jantung atau lapisan tipis endotel sel yang berhubungan

langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk

aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada

pembuluh darah lainnya.

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang

menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup

atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi

sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.

Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup

yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan,

katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan

antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup

mitral atau bicuspid.

Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang

menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk,

katup semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara

ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta.

Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung

sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat

relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh

chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak

terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah.


17

Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut

muskulus papilaris.

Gambar 2.4 anatomi jantung

katup tricuspid 3 daun katup (tri =3), katup aorta dan katup

pulmonal juga mempunya 3 daun katup. Sedangkan katup mitral atau

bikuspid hanya mempunyai 2 daun katup.

Jantung dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu : 1. Atrium

(serambi) 2. Ventrikel (bilik) Karena atrium hanya memompakan

darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu

otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot ventrikel. Ruang

atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri.

Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu

ventrikel kanan dan ventrikel kiri.

Kedua atrium memiliki bagian luar organ masingmasing yaitu

auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang


18

berfungsi menampung darah apabila kedua atrium memiliki

kelebihan volume. Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal

atrium. Ada bagian septal atrium yang mengalami depresi atau yang

dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian septal atrium yang mengalami

depresi disebabkan karena penutupan foramen ovale saat janin lahir.

Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang

perlu anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :

a. Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang

terdapat diruang atrium kanan yang menghubungkan vena cava

superior dengan atrium kanan.

b. Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang

terdapat di atrium kanan yang menghubungkan vena cava

inferior dengan atrium kanan.

c. Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang

yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem

vena jantung dengan atrium kanan.

d. Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat

di atrium kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis

dengan atrium kiri yang mempunyai 4 muara.

Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal

ventrikel, baik ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot

jantung yang mana bagian lapisan dalam dari masing-masing ruangan

dilapisi oleh sel endotelium yang kontak langsung dengan darah.


19

Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-

tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot

atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang

juga membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2

sulcus yang lain adalah anterior dan posterior interventrikuler yang

keduanya menghubungkan dan memisahkan antara kiri dan kanan

kedua ventrikel.

Tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan

tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran

darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ

tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan

jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru

saja, sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel

sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.

Gambar 2.5 anterior jantung


20

Gambar 2.6 posterior jantung

Beberapa pembuluh besar, yaitu:

a. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah

kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.

b. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah

kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

c. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa

darah kotor dari jantung sendiri.

d. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa

darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis

e. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-

paru.

f. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.


21

g. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa

darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya

yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.

h. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah

bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian

bawah.

Gambar 2.7 sirkulasi arteri koroner

Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan

jantung sendiri,karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan

elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana

fungsinya. Apabila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya

ke jantung atau yang di sebut dengan ischemia, ini akan

menyebabkan terganggunya fungsi jantung sebagaimana mestinya.

Apalagi arteri koroner mengalami sumbatan total atau yang disebut

dengan serangan jantung mendadak atau miokardiac infarction dan

bisa menyebabkan
22

kematian. Begitupun apabila otot jantung dibiarkan dalam keadaan

iskemia, ini juga akan berujung dengan serangan jantung juga atau

miokardiac infarction.

Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik,

dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta atau

tepatnya di sinus valsava. Arteri koroner dibagi dua, yaitu: arteri

koroner kiri dan arteri koroner kanan

1. Arteri Koroner Kiri Arteri k oroner kiri mempunyai 2

cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumflek.

Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis

eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang

melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu

sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan

kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior jantung yang

merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks

jantung. Nodus AV (nodus atrioventrikuler) node berada pada titik

ini. LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot

ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum.

Sirkumflex arteri bertanggung jawab untuk mensuplai 45% darah

untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% bertanggung jawab

mensuplai SA node (sinoatrial).

2. Arteri Koroner Kanan Arteri koroner kanan bertanggung

jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel kanan,permukaan


23

bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node,dan

55% mensuplai SA Node (Nurhidayat, 2015).

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut

ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah

melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol


24

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi

untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional

pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang

(Nurhidayat, asuhan keperawatan pada pasien hipertensi, 2015).


25

4. Pathway

Bagan 2.1 Pathway Hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2016)

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, Aliran darah main cepat keseluruh
merokok, stress, kurang olahraga, Beban kerja tubuh sedangkan nutrisi dalam sel
geneitc, alkohol, konsentrasi gram, jantung sudah mencukupi
obesitas

Kerusakan vaskuler Tekanan sistemik


pembuluh darah HIPERTENSI
darah

Perubahan struktur Metode koping tidak efektif


Perubahan situasi Krisis situasional

Penyumbatan Informasi yang KOPING TIDAK EFEKTIF


pembuluh darah DEFISIT PENGETAHUAN
minim

Retensi
Vasokontriksi NYERI KEPALA
pembuluh darah

Gangguan sirkulasi Otak RISIKO PERFUSI SEREBRAL


Suplai O2 ke otak TIDAK EFEKTIF

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb Spasme arteriol


darah ginjal
Sistemik Koroner
RISIKO CIDERA
Blood flow darah Vasokonstriksi Iskemia miokard

Respon RAA HIPERVOLEMIA Afterload NYERI AKUT

Merangsang aldosteron Kelebihan volume Fatigu


cairan
INTOLERANSI AKTIVITAS
Retensi Na Edema
26

5. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongna yaitu,

a. Hipertensi Primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui

penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,

lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin

dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang

meningkatkan resiko yaitu, obesitas, merokok, alkohol dan

polisitemia.

b. Hipertensi Sekunder

Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,sindrom

cushing dan hipertensi yang berhubungna dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari

140 mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari

90 mmHg

b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar

dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada:

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku


27

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa

darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya

d. Kehilangan elastisitas pembuuh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi

e. Meningkatnya resistansi pembuluh darah perifer (Nurarif &

Kusuma, 2016).

Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa umur ≥18 tahun menurut

JNC 7 (Nuraini, 2015).

Klasifikasi tekanan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


darah
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥100
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi: (Nurarif &

Kusuma, 2016)

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini


28

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis (mimisan)

h. Kesadaran menurun

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi: (Nurarif & Kusuma, 2016)

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko

seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN/Kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/

fungsi ginjal

3) Glucosa: hiperglikemi (Dm adalah pencetur hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

4) Urinalisa: darah, protein, glukosa,mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM.


29

b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

c. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi

d. IUP: mengidentifikasian penyebab hipertensi sepert: Batu

ginjal, perbaikan ginjal

e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area

katup, pembesaran jantung.

8. Penatalaksanaan

a) Non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat

menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan

kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,

tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup

sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani

setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut,

tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau

didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat

dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.

Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak

guidelines adalah :

1) Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat


30

memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,

seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

2) Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam

dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan

daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan

garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan

dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga

bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada

pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam

tidak melebihi 2 gr/ hari

3) Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –

60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong

penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki

waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap

dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki

tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.

4) Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol

belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun

konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat seiring

dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di

kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria

atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan

darah. Dengan
31

demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat

membantu dalam penurunan tekanan darah.

5) Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum

terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi

merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit

kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti

merokok.

b) Terapi farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila

pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan

tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada

pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi

farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan

meminimalisasi efek samping, yaitu :

1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

2) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat

mengurangi biaya

3) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun )

seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor

komorbid

4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme

inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)

5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi

farmakologi
32

6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur (Nuraini,

2015)

9. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya

penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan

dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan

resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan

mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan

hidup sebesar 10-20 tahun. 20 Mortalitas pada pasien hipertensi lebih

cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan

komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi

adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal

ginjal.

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang

mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan

retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung

merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain

kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke dimana

terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang

dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah

proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient

Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi

hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi

maligna.
33

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan

bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat

langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak

langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin

II, stress oksidatif. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi

garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya

kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat

meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).

a) Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan,

tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga

aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang.

Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau

hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan

tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga

mendorong cairan masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh

susunan saraf
34

pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap

dan terjadi koma bahkan kematian.

b) Kardiovaskular

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami

arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga

miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.

Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan

terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.

c) Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.

Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke

unitunit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan

berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran

glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin

sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik

koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada

hipertensi kronik.

d) Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin

lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula


35

kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang

terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik

neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang

buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah

pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati hipertensif pada

awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat

menjadi kebutaan pada stadium akhir.

Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi

hipertensi maligna, di mana tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.

Manifestasi klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi secara

mendadak, antara lain nyeri kepala, double vision, dim vision, dan

sudden vision loss (Nuraini, 2015).

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahapan dalam mengidentifikasi data-data,

mengumpulkan informasi yang berkesinambungan secara terus-menerus

terhadap keluarga yang dibina. Sumber data pengkajian melalui proses

dari anamnesa (wawancara), pemeriksaan atau pengkajian fisik anggota

keluarga dan pemeriksaan diagnostik maupun laboratorium serta

dokumen rekam medik. Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu

perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan

menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori, dan konsep

yang berkaitan dengan permasalahan (Dion & Yasinta, 2015).


36

a. Pengkajian Keluarga Menurut (Donsu, Induniasih & Purwanti, 2015)

pengkajian yang dilakukan pada keluarga yaitu :

1) Data Umum : nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan, struktur

keluarga, genogram, dll

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan saat ini

2) Riwayat kesehatan keluarga inti

3) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

c. Pengkajian lingkungan : karakteristik lingkungan rumah, karakteristik

tetangga, dan interaksi dengan masyarakat, dll

d. Struktur dan fungsi keluarga

1) Pola komunikasi keluarga : cara berkomunikasi antar anggota

keluarga

2) Struktur kekuatan : kemampuan anggota keluarga mengendalikan

dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku (key person)

3) Struktur peran : peran masing-masing anggota baik formal maupun

nonformal

4) Nilai atau norma keluarga : nilai dan norma serta kebiasaan yang

berhubungan dengan kesehatan

5) Fungsi keluarga : dukungan keluarga terhadap anggota lain, fungsi

perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit,

kesanggupan keluarga)
37

a) Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga

yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang

lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga. perlu dikaji gambaran diri

anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,

bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan

yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan

belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi

dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina

sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku

sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan

nilai-nilai budaya keluarga. Perlu mengkaji bagaimana

berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi

untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

d) Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi


38

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

e) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health

Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas

yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga

di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam

pemeliharaan kesehatan adalah:

i. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap

anggota keluarganya,

ii. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang

tepat,

iii. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang

sakit,

iv. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan

untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya,

v. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga

dan fasilitas kesehatan.

6) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :

a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa

kesehatan
39

b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

mengenal tindakan kesehatan yang tepat

c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit

d) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara atau

memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

e) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan dimasyarakat

e. Stres dan koping keluarga

f. Keadaan gizi keluarga

g. Pemeriksaan yg perlu di kaji pada pasien hipertensi menurut

(Nurhidayat, asuhan keperawatan pada pasien hipertensi, 2015):

1) Keluhan utama

Tanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan

klien sehingga ia perlu pertolongan. Keluhan yang harus

diperhatikan antara lain sesak napas, nyeri dada menjalar ke arah

lengan, cepat lelah, batuk lendir atau berdarah, pingsan, berdebar-

debar, dan lainnya sesuai dengan patologi penyakitnya.

2) Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan tentang perjalanan penyakit sejak keluhan hingga

klien meminta pertolongan. Misal :

a) tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan,

b) berapa kali keluhan terjadi,


40

c) bagaimana sifat keluhan,

d) kapan dan apa penyebab keluhan,

e) keadaan apa yang memperburuk dan memperingan keluhan,

f) bagaimana usaha untuk mengatasi keluhan sebelum meminta

pertolongan,

g) berhasilkan tindakan tersebut

3) Riwayat penyakit terdahulu

Tanyakan tentang penyakit yang pernah dialami

sebelumnya:

a) tanyakan apakah klien pernah dirawat sebelumnya

b) dengan penyakit apa,

c) pernahkah mengalami sakit yang berat

d) Riwayat tambahan disesuaikan dengan patologi penyakitnya

e) riwayat keluarga

f) riwayat pekerjaan

g) riwayat geografi

h) riwayat alergi

i) kebiasaan social

j) kebiasaan merokok

4) Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : KU baik/sedang/lemah

Kesadaran : Compos Mentis, Apatis, Stupor, Koma

Vital sign : TD: mmHg, RR: x/mnt, N: x/mnt,


41

S: oC BB/TB :

Kepala :

Bentuk mesosepal ataukah ada kelainan, adakah

jejas Rambut

Telinga

Hidung

Mata

Mulut dan gigi :

Leher :

Kaji adanya pembesaran lnn, kaji adanya JVP (misal

pembesaran lnn (-), peningkatan JVP (-)

Thoraks :

i. Inspeksi : Lihat adanya jejas, lihat gerak dada dan


pengembangan dada, adakah kelainan, lihat adanya retraksi

dada, sesuaikan dengan alasan masuk.

ii. Palpasi : Kaji pengembangan dada, rasakan adakah

perbedaan antara dada kanan dan kiri.

iii. Perkusi : Lakukan perkusi pada semua area paru.

iv. Auskultasi: Lakukan auskultasi pada semua area paru dan


jantung.

5) Pemeriksaan lab diagnostik

I. Pemeriksaan Non Invasive


1. Foto Thorax
42

2. EKG

3. Treadmill exercise Chest test/ Treadmill test

4. Echocardiography

5. Nuclear cardiology

6. MRI / CT imaging

II. Pemeriksaan Invasive/ kateterisasi

1. Corangiography (untuk deteksi PJK)

2. Right / left heart study (untuk evaluasi kelainan

valvuler/ congenital)

3. Elektrofisiologi, untuk evaluasi aritmia

4. Angioskopi untuk menilai karakteristik plak aterosklerosis

h. Harapan keluarga Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat

(petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan yang terjadi

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan kesimpulan yang ditarik

dari data yang dikumpulkan tentang keluarga. Diagnosa ini berfungsi

sebagai alat untuk menggambarkan masalah keluarga yang dapat di

tangani oleh perawat. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik

mengenai respons individu, keluarga, dan komunitas terhadap

permasalahan kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial.

Diagnosa ini memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan

untuk mencapai hasil yang merupakan tanggungjawab perawat. Diagnosa


43

keperawatan keluarga merupakan hasil dari analisis data sari hasil

pengkajian keluarga, yang dimana diagnosisnya diangkat berdasarkan

masalah-masalah pada fungsi keluarga, struktur keluarga, dan lingkungan

keluarga (Andarmoyo, 2012).

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat muncul

pada pasien asma menurut NANDA/ICNP, NOC, NIC dalam Panduan

Asuhan Keperawatan :

1. Defisit Pengetahuan

2. Manajamen Kesehatan tidak efektif

Penyakit yang lazim muncul

1. Nyeri akut

2. Kelebihan volume cairan

3. Intoleransi aktivitas

4. Ketidakefektifan koping

5. Resiko perfusi serabral tidak efektif

6. Resiko cidera

7. Defisit pengetahuan

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada

sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan

meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign).

Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

a) Persepsi terhadap keparahan penyakit.


44

b) Pengertian.

c) Tanda dan gejala.

d) Faktor penyebab.

e) Persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

a) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.

b) Masalah dirasakan keluarga/Keluarga menyerah terhadap masalah

yang dialami.

c) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

d) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan informasi yang salah.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

c) Sumber – sumber yang ada dalam keluarga.

d) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

a) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.

b) Pentingnya higyene sanitasi.

c) Upaya pencegahan penyakit.

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga

a) Keberadaan fasilitas kesehatan.

b) Keuntungan yang didapat.

c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.


45

d) Pengalaman keluarga yang kurang baik.

e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

a. Bentuk Prioritas Masalah

Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah

dengan menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah

keperawatan keluarga adalah kriteria, bobot, dan pembenaran. Kriteria

prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini.

1) Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan

melihat katagori diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah,

diagnosis keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan

risiko skor 2, dan diagnosis keperawatan aktual dengan skor 3.

2) Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini

dapat ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya

keluarga, sumber daya perawatan yang tersedia, dan dukungan

masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah ini skornya

terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1, dan

tidak dapat dengan skor nol.

3) Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat

ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah,

dan tindakan yang sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri

atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan rendah

dengan skor 1.
46

4) Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat

ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah.

Penilaian dari kriteria ini terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak

perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan dengan skor nol 0.

Cara perhitungannya sebagai berikut.

1) Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap

masalah keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan

dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari

masing- masing kriteria. Bobot merupakan nilai konstanta dari

tiap kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x

bobot) Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap

diagnosis keperawatan keluarga.

2) Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan

keluarga yang prioritas. Skoring yang dilakukan di tiap-tiap

kriteria harus diberikan pembenaran sebagai justifikasi dari

skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang

diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan

keluarga ( Kemenkes RI, 2017).


47

No Kriteria Skorsing Bobot


1 Sifat masalah 1
a. tidak/ kurang sehat 3
b. ancaman kesehatan 2
c. krisis/ keadaan sejathera 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah 2
a. dengan mudah 2
b. hanya sebagian 1
c. tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk di cegah 1
a. tinggi 3
b. cukup 2
c. rendah 1
4 Menonjol masalah 1
a. masalah berat harus segera di tangani 2
b. ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
c. masalah tidak dirasakan 0
Skoring :

a. Tentukan skor untuk tiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot

SKOR

ANGKA TERTINGGI
× NILAI BOBOT

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama

dengan seluruh bobot

3. Intervensi Keperawatan Keluarga

Dalam melakukan tindakan keperawatan maka perlu dilakukan

perencanaan keperawatan. perencanaan keperawatan merupakan salah

satu tahap dari proses keperawatan yang dimulai dari penentuan

tujuan (khusus dan umum), penetapan standar dan kriteria serta

menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga. Adapun

beberapa tingkat tujuan yang disusun dalam jangka pendek (khusus)

dan jangka panjang (umum). Tingkatan ini digunakan untuk

membedakan masalah
48

yang dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga. Tujuan khusus atau

jangka pendek sifatnya spesifik, dapat di ukur, dapat dimotivasi atau

memberi kepercayaan pada keluarga bahwa kemajuan sedang dalam

proses dam membimbing keluarga ke arah tujuan jangka panjang atau

umum. Tujuan jangka panjang atau umum merupakan tujuan akhir

yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh keluarga

agar dapat tercapai. Selanjutnya terdapat penetapan kriteria dan

standar yang di dalamnya memuat komponen yaitu kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (tindakan) (Dion &

Yasinta, 2015).

Tabel intervensi keperawatan

No Masalah Tujuan Kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1 Defisit Setelah Tingkat Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan dilakukan pengetahuan Observasi
berhubungan kunjungan ke (L.12111) 1.1. Identifikasi kesiapan dan
dengan rumah selama 6  Pertanyaan kemampuan menerima
ketidakmampuan hari diharapkan tentang informasi
keluarga tingkat masalah yang 1.2. Identifikasi faktor-faktor
mengenal pengetahuan di hadapi yang dapat meningkatkan
masalah meningkat menurun (5) dan menurunkan motivasi
(D.00111)  Persepsi yang perilaku hidup bersih dan
keliru sehat
terhadap Terapeutik
masalah 1.3. Sedikan materi dan media
menurun (5) pendidikan kesehatan
 Perilaku 1.4. Jadwalkan pendidikan
membaik (5) kesehatan sesuai
 Kemampuan kesepakatan
menjelaskan 1.5. Berikan kesempatan
pengetahuan untuk bertanya
tentang suatu Edukasi
topik 1.6. Jelaskan faktor risiko
meningkat yang dapat
 Perilaku mempengaruhi kesehatan
sesuai dengan 1.7. Ajarkan perilaku hidup
pengetahuan bersih dan sehat
meningkat (5) 1.8. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
49

meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
2 Manajemen Setelah Manajemen Edukasi Program Pengobatan
Kesehatan Tidak dilakukan Kesehatan (I.12442)
Efektif kunjungan ke (L.12104) Observasi
berhubungan rumah selama 6  Melakukan 2.1. Identifikasi pengtahuan
dengan hari diharapkan tindakkan tentang pengobatan yang
ketidakmampuan keluarga untuk di rekomendasikan
keluarga mampu mengurangi 2.2. Identifikasi penggunaan
merawat anggota meningkatkan faktor resiko pengobatan tradisional
keluarga yang memanajemen meningkat (5) dan kemungkinan efek
sakit. (D.0116) kesehatan  Menerapakn terhadap pengobatan
program Terapeutik
perawatan 2.3. Fasilitasi informasi
meningkat (5) tertulis atau gambar
 Aktivitas untuk meningkatkan
hidup sehari pemahaman
hari efektif 2.4. Berikan dukungan untuk
memenuhi menjaani program
tujuan pengobatan dengan baik
kesehatan dan benar
meningkat (5) Edukasi
 Verbalisasi 2.5. Jelaskan manfaat dan
kesulitan efek samping pengobatan
dalam 2.6. Anjurkan mengkonsumsi
menjalani obat sesuai indikasi
program 2.7. Anjurkan bertanya jika
perawatan / ada sesuatu yang tidak
pengobatan dimengerti sebelum dan
(5) sesudah pengobatan
dilakukan
2.8. Ajarkan kemampuan
melakukan pengobatan
mandiri
4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu

kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk

meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan

lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan

adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tindakan keperawatan keluarga

mencakup hal-hal sebagai berikut.


50

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:

1) memberikan informasi;

2) memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat, dengan cara:

1) mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;

2) mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;

3) mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit, dengan cara:

1) mendemonstrasikan cara perawatan;

2) menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;

3) mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:

1) menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;

2) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara:

1) mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga;

2) membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.


51

(Kemenkes RI, 2017)

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan

keluarga. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan keluarga

dalam mencapai tujuan. Dalam evaluasi terdapat 2 jenis pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut:

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan

tindakan keperawatan. penulisannya lebih dikenal dengan

menggunakan format SOAP.

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara

subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai

dengan perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil

yang dicapai, keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai

dengan tindakan perlu ditinjau kembali. Ada beberapa metode

yang perlu
52

dilaksanakan dalam melakukan evaluasi diantaranya adalah

observasi langsung, wawancara, memeriksa laporan dan latihan

stimulasi (Dion & Yasinta, 2015).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan / Desain Penelitian

Jenis penulisan ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi

kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan

Hipertensi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam penellitian ini merupakan

asuhan keperawatan keluarga dengan kasus yang akan diteliti secara rinci

dan mendalam. Adapun kriteria subyek penelitian yang akan dipilih antara

lain:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik atau persyaratan umum yang

diharapkan penelitian untuk bisa memnuhi subyek penelitiannya

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a) Subyek terdiri dari 2 keluarga yang mempunyai anggota keluarga

yang di diagnosa dengan Hipertensi.

b) Pasien berjenis kelamin laki laki ataupun perempuan dengan usia

21 keatas.

c) Pasien kooperatif, bisa berbahasa indonesia.

53
54

d) Keluarga pasien bersedia dan menyetujui untuk menjadi

pertisipan selama penelitian studi kasus berlangsung

2. Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi adalah suatu kerakteristik dan polusi yang dapat

menyebabkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak

dapat disertakan menjadi subyek penelitian

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah:

a) Pasien hipertensi dengan komorbid lainnya

b) Pasien mengalami depresi

C. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut (Sugiyono, 2018) adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya :

1. Asuhan keperawatan keluarga adalah rangkaian interaksi perawat

dengan klien dan keluarga serta lingkungannya untuk mencapai tujuan

pemenuhan kebutuhan dan kemandirian.

2. Penderita Hipertensi adalah orang yang memiliki tekanan darah

sistolik 140- 159 dan tekanan darah diastolic 90-99 mmHg yaitu

masuk dalam kategori Hipertensi Stage 1: ringan.


55

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Studi kasus ini dilakukan selama 6 hari. Adapun tempat

dilaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan di rumah pasien

wilayah kerja Puskesmas Margasari Balikpapan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penulisan diawali dengan penyusunan proposal

penulisan dan menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh

tim penguji Karya Tulis Ilmiah maka penulisan dilanjutkan dengan

kegiatan pengumpulan data menggunakan pendekatan asuhan

keperawatan meliputi pengkajian, meumuskan diagnosa keperawatan,

membuat rencana tindakan, melakukan pelaksanaan, evaluasi dan

pendokumentasian terhadap kasus yang dijadikan subyek penulisan.

F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan

data yang digunakan:

a. Melakukan studi pendahuluan di Wilayah Kerja Puskesmas

Margasari Balikpapan, untuk mengambil data keluarga dengan

Hipertensi.

b. Keluarga dengan Hipertensi yang memeriksakan diri di Wilayah

Kerja Puskesmas Margasari Balikpapan.


56

c. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan tindakan studi kasus yang akan

dilakukan kepada calon responden.

d. Meminta calon responden untuk menandatangani lembar informed

consent sebagai bukti persetujuan penulisan.

e. Memberikan questioner pada keluarga serta melakukan pengecekan

tekanan darah pada keluarga dengan Hipertensi.

f. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan

lain-lain yang bersumber dari pasien, dan keluarga).

g. Observasi dan pemeriksaan fisik (IPPA: Inspeksi, Palpasi, Perkusi,

Auskultasi) pada sistem tubuh pasien dan seluruh anggota keluarga.

h. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada pasien

Hipertensi.

i. Menetapkan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa

keperawatan keluarga.

j. Melakukan implementasi keperawatan terhadap masalah

keperawatan keluarga.

k. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.

l. Dokumentasi dilakukan setiap hari setelah melakukan asuhan

keperawatan keluarga pada Hipertensi dan dilakukan dengan

menggunakan format asuhan keperawatan keluarga.

m. Menyusun dan mengumpulkan laporan hasil karya tulis ilmiah.


57

2. Instrument pengumpulan data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

pengkajian, penegakkan diagnosa menggunakan SDKI dan intervensi

menggunakan SIKI & SLKI, melakukan pelaksanaan dan evaluasi.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti

menjadi instrument utama), keabsahan data pada penelitian ini dilakukan

dengan cara peneliti melakukan Asuhan Keperawatan secara koheren dan

komprehensif, peneliti juga memperpanjang waktu pengamatan atau

tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah penelitian. Teknik


58

analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan di lingkup Margasari,Balikpapan.

Kelurahan Margasari terkenal akan kegiatan perdagangannya. Hal ini

sangat wajar mengingat pada kelurahan ini terdapat dua buah pasar

induk di balikpapan. Kelurahan margasari berbatasan dengan Baru Ilir

pada bagian utara, Buffer Zone Pertamina pada bagian selatan, barat

dengan Baru Tengah dan Timur dengan karang jati. Alamat

puskesmas Margasari di Jl. Pandan Barat 26 RT 015. Balikpapan

Barat. Kode Pos 76131, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Di puskesmas ini juga di lengkapi dengan fasilitas ambulance

yang berguna untuk membawa masyarakat kelurahan margasari yang

berada dalam kondisi darurat untuk di rujuk ke rumah sakit wilayah

lain. Namun, untuk sarana bersalin puskesmas margasari masih belum

menyediakannya tetapi jika hanya mengontrol kandungan dan suktik

KB dapat di lakukan di faskes ini. Puskesmas margasari kepalai oleh

ibu Susliani Pancawinasih selaku kepala UPTD Margasari.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 26 Juli 2021 hingga 4

agustus 2021 dan klien 2 dari tanggal 26 juli 2021 hingga 5 agustus

2021.

59
60

2. Gambaran Asuhan Keperawatan

Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada


kedua pasien akan dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien 1 Dan 2 Dengan Kasus Hipertensi di wilayah
kerja puskesmas Margasari

Data Klien 1 Klien 2


Anamnesis
Data Keluarga Nama kepala keluarga: Tn. J Nama kepala keluarga: Tn.W
Usia 49 tahun, pendidikan Usia 59 tahun, pendidikan terakhir
terakhir SLTA pekerjaan D-III teknik mesin pekerjaan
sebagai wirausaha (bengkel). sebagai wirausaha (cucian motor).
Alamat: Jl. pandansari No.1 Alamat : Jl. Pandansari No.94
Rt.18, Balikpapan Agama Rt.18, Balikpapan Agama Islam,
Islam. Suku Bugis, bahasa suku Bugis. Bahasa sehari-hari
sehari-hari bahasa Indonesia. bahasa indonesia. Pelayanan
Pelayanan kesehatan yang kesehatan yang terdekat yaitu
terdekat yaitu Puskesmas Puskesmas Margasari dengan jarak
Margasari dengan jarak sekitar 1 sekitar 1,5 km. Alat transportasi
km. Alat transportasi yang di yang di gunakan adalah motor.
gunakan adalah motor.
Data keluarga Tn.J berusia 49 tahun sebagai Tn.W berusia 59 tahun sebagai
tambahan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, pendidikan
terakhir SLTA bekerja sebagai terakhir D-III teknik mesin
wirausahawan (bengkel), status pekerjaan sebagai wirausahawan
imunisasi lengkap, dengan (cucian motor), status imunisasi
penampilan umum sehat dan lengkap, dengan penampilan
tidak memiliki riwayat umum sehat dan saat ini di
alergi/penyakit. Saat ini diagnosis Hipertensi sejak 6 tahun
tekanan darah 110/80mmHg. yang lalu . Saat ini tekanan darah
140/90mmHg.
Ny.E berusia 48 tahun sebagai
istri, pedidikkan terakhir SLTA Ny.E berusia 55 tahun sebagai
saat ini sebagai ibu rumah istri, pendidikan terakhir SLTA
tangga, status imunisasi saat ini sebagai ibu rumah tangga,
lengkap dengan penampilan status imunisasi lengkap dengan
umum sehat dan saat ini di penampilan umum sehat dan tidak
diagnosis Hipertensi sekitar 4 memiliki riwayat penyakit/alergi.
tahun lalu. Saat ini tekanan Saat ini tekanan darah
darah 160/90mmHg. 120/70mmHg.

An.R 8 tahun sebagai anak, Tn.S berusia 28 tahun sebgai anak,


pendidikkan terakhir pendidikan terakhir S1 teknik
TK/pelajar saat ini sedang elektro dan sekarang sedang
duduk di bangku SD kelas 3, bekerja di Jakarta dan setiap 2
status imunisasi bulan sekali pulang ke rumah orang
lengkap, dengan penampilan
61

umum sehat dan tidak memiliki tuanya. Status imunisasi lengkap


riwayat penyakit/alergi. Saat ini dengan penampilan umum sehat
tekanan darah 110/80mmHg. dan tidak memiliki riwayat
penyakit/alergi. Saat ini tekanan
darah 110/70.

Tn.D berusia 25 tahun sebgai


anak, pendidikan terakhir SLTA
saat ini bekerja di perusahaan
samator. Status imunisasi lengkap
dengan penampilan umum sehat
dan tidak memiliki riwayat
penyakit/alergi.
Saat ini tekanan darah 110/80.
Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga saat
tahap saat ini adalah tahap 4 yakni ini adalah tahap 8 yakni keluarga
perkembangan keluarga dengan anak sekolah dalam masa pensiunan dan usia
keluarga dikarenakan anak masih berusia lanjut karena kedua pasangan
8 tahun dan tahap sekolah memasuki masa pensiun. Klien
dasar.tuags perkembangan yang tetap rutin berkomunikasi dengan
belum terpenuhi pada keluarga anak-anaknya dan cucunya via
tahap 4 ini adalah khawatir telpon. Tugas perkembangan yang
tentang pendidikan anaknya. belum terpenuhi pada keluarga
Dalam keluarga inti, hanya dengan tahap 8 ini adalah kedua
hanya klien yang mengalami orang tua khawatir kepada anak
hipertensi. Klien terakhir anak yang belum menikah. Dalam
melakukan pemeriksaan sekitar keluarga inti, hanya klien yang
4 tahun yang lalu dengan hasil mengalami hipertensi. Klien
tekanan darah yang tinggi, mengalami hipertensi sudah sejak 6
namun klien tidak begitu tahun yang lalu. Klien rutin
memperdulikannya. Klien meminum obat penurun tekanan
sering mengeluh sakit darah. Saat ini tekanan darah klien
kepalanya di bagian tengkuk. tidak tinggi.
Klien mengatakan terkadang
membuat jus buah naga dan
sering memakan timun. Klien
mengatakan sudah tidak pernah
meminum obat penurun tekanan
darah setelah obatnya habis.
Keluarga klien memiliki riwayat
hipertensi dari ayah klien.
Keadaan Luas rumah klien 10x15m2 Luas rumah klien 8x12 m2 terdapat
lingkungan terdapat pintu keluar 2, kamar pintu keluar 2, kamar mandi 1,
mandi 1, 2 kamar tidur, 1 ruang kamar tidur 3, 1 ruang tamu, 1
tamu, 1 dapur, dan 1 ruang dapur, dan 1 ruang keluarga.
keluarga. Ventilasi dan Ventilasi dan penerangan klien
penerangan klien baik, terdapat baik, terdapat jendela di ruang tamu
jendela besar di ruang tamu, dan dapur klien, lantai rumah
lantai rumah menggunakan menggunakan keramik, rumah
semen di alaskan karpet, rumah terlihat bersih, penerangan
terlihat bersih, penerangan menggunakan listrik, sumber air
62

menggunakan listrik, sumber air menggunakan air PDAM dan air


menggunakan air PDAM dan air minum menggunakan air galon.
minum menggunakan air Pengelolaan sampah disatukan dan
rebusan PDAM. Pengelolaan di buang di tempat penampungan
sampah dengan di buang di sampah, keluarga mempunyai
tempat pembuangan sampah, jamban sendiri dan pembungan
keluarga mempunyai jamban tinja menggunakan saptic tank.
sendiri dan pembungan tinja Terdapat fasilitas kesehatan
menggunakan saptic tank. posyandu, puskesmas yang dapat di
Terdapat fasilitas kesehatan jangkau menggunakan alat
posyandu, puskesmas yang transportasi motor maupun mobil.
dapat di jangkau menggunakan Pada lingkungan sekitar, klien dan
alat transportasi motor maupun keluarga tinggal dilingkungan
mobil. Pada lingkungan sekitar, dengan mayoritas suku bugis,
klien dan keluarga tinggal hubungan antar tetangga
dilingkungan dengan mayoritas baik,saling menghormati,
suku bugis, hubungan antar kerukunan terjaga, keluarga klien
tetangga baik,saling tinggal mentap dan tidak pindah
menghormati, kerukunan rumah. Interaksi keluarga terjadi
terjaga, bila ada yang saat anak-anaknya berada di
mengalami kesulitan maka rumah. Klien juga sangat ramah
saling membantu, keluarga kepada para pelanggan yang
klien tinggal mentap dan tidak sedang mencuci motornya. Saat ini
pindah rumah. Interaksi pendukung keluarga terdekat
keluarga terjadi dengan saat adalah anak klien yang selalu
baik. Klien mengikuti arisan merasa khawatir dan datang ketika
yang di lakukan oleh RT dan klien sedang sakit, ketika klien
selalu berkumbul dengan terjatuh di kamar mandi, tetapi
ramahdengan tetangganya. Saat anak klien tidak begitu merawat
ini pendukung keluarga terdekat klien dan klien merawat dirinya
adalah suami dan anak klien sendiri.
yang selalu merasa khawatir
ketika klien terlihat lemah dan
menganjurkan klien untuk
segera ke Puskesmas dan rumah
sakit.
Struktur Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi keluarga
keluarga menggunakan komunikasi menggunakan komunikasi verbal
verbal dengan menggunakan dengan menggunakan bahasa
bahasa Indonesia untuk Indonesia untuk berkomunikasi
berkomunikasi sehari-hari sehari-hari dengan keluarga. Klien
dengan keluarga, tidak ada lebih sering bertukar kabar lewat
konflik yang terjadi dalam whatsapp ke anak-anaknya atau
keluarga. Keluarga melakukan bertemu langsung dengan
kompromi jika ada masalah menggunakan bahasa Indonesia.
yang terjadi, dengan Tidak ada konflik yang terjadi
membicarakan masalah dan dalam keluarga. Keluarga
saling menjaga kerukunan. melakukan kompromi jika ada
Pembagian peran dalam masalah yang terjadi, dengan
keluarga yaitu Tn.J sebagai membicarakan masalah dan saling
63

kepala keluarga, bapak dan menjaga kerukunan. Klien hidup


suami dan sebagai pencari dengan istri dan kedua anaknya
nafkah dengan berjualan sehari- dirumah karena anak pertamanya
harinya, sedangkan klien sudah menikah. Keluarga klien
sebagai istri dan ibu rumah hidup dengan uang dari hasil usaha
tangga serta membantu suami dan pemberian dari anak-anaknya
menpersiapkan dan ikut yang sudah bekerja. Keluarga
berjualan bersama demi klien tidak ada nilai-nilai tertentu
kebutuhan hidup sehari-hari. dan nilai agama yang bertentangan
Tidak ada penambahan peran dengan kesehatan karena menurut
ataupun konflik ketidaksesuaian keluarga kesehatan merupakan hal
peran dalam keluarga. Keluarga yang penting.
klien tidak ada nilai-nilai
tertentu dan nilai agama yang
bertentangan dengan kesehatan
karena menurut keluarga
kesehatan merupakan hal yang
penting.
Fungsi 1. Fungsi afektif 1. Fungsi afektif
keluarga Keluarga Tn. J saling Klien menyayangi dan selalu
menyayangi dan merawat mendukung anak-anaknya dan
dengan sangat baik ketika ada anaknya sekali kali datang
anggota keluarga yang sakit. kerumah.
2. Fungsi sosial 2. Fungsi sosial
Klien mengikuti arisan yang di Klien sangat ramah kepada para
lakukan oleh RT dan selalu pelanggan yang sedang mencuci
berkumbul dengan motornya.
ramahdengan tetangganya 3. Fungsi perawatan kesehatan
3. Fungsi perawatan kesehatan Klien memeriksakan kesehatannya
Keluarga Tn. J mengatakan sendiri ke puskesmas di temani
tidak mengetahui secara rinci oleh istrinya. Keluarga Tn. W
tentang penyakit Hipertensi mengatakan mengetahui tentang
yang diderita Ny.E dan penyakit Hipertensi.
keluarga belum mampu
mengidentifikasi masalah
kesehatan yang terjadi pada
anggota keluarga yang sakit.
Jika terdapat anggota keluarga
yang sakit, biasanya keluarga
merawat sendiri terlebih
dahulu. Terlebih lagi klien tidak
pernah meminum obat penurun
tekananannya lagi dan
memeriksakan dirinya ke
puskesmas atau rumah sakit
terdekat.
Stress dan 1. Stressor jangka pendek 1. Stressor jangka pendek Klien
koping Klien mengatakan mudah mengatakan mudah
keluarga kecapekan ketika pekerjaan kecapekan ketika pekerjaan
terlalu banyak dilakukan terlalu banyak dilakukan dan
dan mengeluh bagian pipi mengeluh terasa pegal dan
64

kiri terasa pegal dan tangan nyeri dari bagian pinggul


kiri sering bergerak dengan hingga jari–jari kaki dan
sendirinya dan berat mengeluh pusing jika kurang
dibagian tengkuk sebelah tidur
kiri. 2. Stressor jangka panjang Klien
2. Stressor jangka panjang merasa khawatir tentang
Klien khawatir ketika sakit sakitnya, jika sakit dan tidak
baik klien atau suaminya, membuka cucian motor maka
tidak ada yang bekerja akan kekurangan biaya untuk
untuk keperluan hidup keperluah hidupnya.
sehari-harinya 3. Kemampuan keluarga
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor :
berespon terhadap stressor : Klien slalu datang ke
Keluarga klien merasa Puskesmas apabila merasakan
selalu sehat–sehat saja dan keluhan yang tidak bisa
berobat ke Puskesmas atau ditangani sendiri terlebih
rumah sakit jika sakitnya dahulu.
tidak bisa ditangani sendiri 4. Strategi koping yang
terlebih dahulu. digunakan Anggota keluarga
4. Strategi koping yang menyesuaikan kondisi
digunakan Anggota keluarga, jika terdapat
keluarga menyesuaikan anggota keluarga yang sakit,
kondisi keluarga, jika mau atau tidak dibawa ke
terdapat anggota keluarga fasilitas kesehatan
yang sakit, mau atau tidak 5. Strategi adaptasi
dibawa ke fasilitas disfungsional Jika sakit, Tn.W
kesehatan isitrahat dan tidur.
5. Strategi adaptasi
disfungsional Jika sakit,
Ny.E isitrahat dan tidur.
Harapan Keluarga berharap selalu sehat Keluarga berharap selalu sehat dan
keluarga dan keluarga berharap petugas keluarga berharap petugas
kesehatan dapat memberikan kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang baik, pelayanan kesehatan yang baik,
tepat dan cepat kepada siapa tepat dan cepat kepada siapa saja
saja yang membutuhkan dan yang membutuhkan serta semoga
semoga wabah corona ini cepat corona cepat berlalu.
membaik
agar dapat berjualan dengan
maksimal.
Interpretasi Data :

Berdasarkan hasil pengkajian yang di lakukan pada keluarga klien 1 dan 2,

yaitu klien 1 ditemukan adanya riwayat hipertensi yaitu pada Ny.E. Sedangkan

pada klien 2 tidak ditemukan adanya alergi namun juga di temukan adanya riwata

penyakit hipertensi pada Tn.W.


65

Pada klien 1 di temukan bahwa klien khawatir tentang sumber

keuangannya apabila memfokuskan tentang penyakitnya dan sehingga klien tidak

terlalu memperdulikan penyakitnya. Pada klien 1 Ny. E jika merasakan nyeri

tengkuk, klien cenderung berbaring dan tidur, begitu pun pada klien 2 Tn.W jika

mengalami nyeri pingul sampai jari jari kaki klien cenderung banyakk beristirahat.

Pada kedua klien di dapatkan data bahwa baik klien maupun keluarga belum

memahami secara tepat riwayat penyakit klien tentang hipertensi.

B. Hasil Pemeriksaan fisik

Tabel 4.2 hasil pemeriksaan fisik klien 1 dan 2 dengan kasus hipertensi di

wilayah kerja puskesmas Margasari.

Pemeriksaan Klien 1 (Ny.E) Klien 2 (Tn.W)


Tanda tanda vital TD : 160/90mmHg TD : 140/90
Nadi : 88x/menit Nadi :90x/menit
Suhu :36oC Suhu :36oC
RR : 20x/menit RR :20x/menit

BB 60 Kg 65 Kg
TB 156 Cm 166 Cm
Keadaan umum Baik Baik
Kesadaran umum Compos mentis Compos mentis
Kepala Rambut bersih warna hitam ada Rambut bersih warna hitam, ada
uban tetapi sedikit, penyebaran uban, penyebaran merata, tidak
merata, tidak rontok, tidak ada rontok, ada bekas luka jatuh waktu
bekas luka kecil sekarang bekasnya tidak sakit
dan tidak ada masalah.

Mata Ny. E: Sklera tidak icterus, Tn.W: Sklera tidak icterus,


kunjungtiva tidak anemis, tidak ada kunjungtiva tidak anemis, tidak ada
peradangan. peradangan.
Telinga Ny. E: Bersih, tidak ada serumen, Tn.W: Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada luka. tidak ada luka.
Hidung Ny. E: Tidak ada pernafasan cuping Tn.W: Tidak ada pernafasan
hidung, bersih, tidak ada sumbatan. cuping hidung, bersih, tidak ada
sumbatan.
66

Mulut Ny.E : Mukosa bibir lembab, tidak Tn.W : Mukosa bibir lembab, tidak
ada karies pada gigi, lidah merah ada karies pada gigi namun ada gigi
muda. yang ompong karena goyang dan
telah dicabut, lidah merah muda
Leher dan Ny.E: Kesulitan menelan tidak ada, Tn.W: Kesulitan menelan tidak
tenggorokkan tidak ada pembesaran kelenjar ada, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar limfe dan tidak ada tiroid, kelenjar limfe dan tidak ada
bendungan vena jugularis bendungan vena jugularis
Dada dan paru Ny.E: Simetris, tidak ada retraksi Tn.W: Simetris, tidak ada retraksi
dinding dada, suara nafas vesikuler. dinding dada, suara nafas vesikuler.
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Stridor (-) Stridor (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
tidak ada otot bantu pernapasan. tidak ada otot bantu pernapasan.

Abdomen Ny.E: Tidak ada nyeri tekan, tidak Tn.W : Tidak ada nyeri tekan,
ada massa/pembesaran pada hepar, tidak ada massa/pembesaran pada
simetris, bising usus 16 x/menit. hepar, simetris.
Ekstrimitas Ny.E: Tidak ada kelainan, Tn.W : Tidak ada kelainan,
pergerakan bebas, tidak ada cidera, pergerakan bebas, tidak ada cidera,
kekuatan otot normal. kekuatan otot normal.
Kulit Ny.E: Warna kulit sawo matang, Tn.W : Warna kulit sawo matang,
turgor kulit baik. turgor kulit baik.
Kuku Ny.E: Pendek dan bersih Tn.W : Pendek dan bersih
CRT < 2 detik. CRT < 2 detik.

Interpretasi Data

Dari hasil pemeriksaan fisik klien 1 dan 2 di dapatkan hasil pada klien 1 yaitu

BB 60 kg dengan TB: 156 yang mana TB dan BB tersebut ialah berat badan

berebih, sedangkan pada klien 2 yaitu BB: 65 kg dengan TB: 166 yang mana TB

dan BB tersebut ialah normal. Tekanan darah pada klien 1 dan 2 termasuk dalam

kategori tinggi namun tidak ada keluahan pusing. Tekana darah klien 1 Ny.E

yaitu: 160/90mmHg, nadi: 88 x/menit, suhu: 36.0 oC, dan pernafasan: 20 x/menit.

Sedangkan pada klien 2 Tn.W tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi: 90 x/menit,

suhu: 36.0 oC, pernafasan: 20 x/menit. Tidak ada kelainan yang ditemukan dari

kedua klien.
67

C. Analisa Data

Tabel 4.3 Analisis data klien 1 dan 2 dengan kasus Hipertensi di wilayah

kerja puskesmas Margasari.

No Klien 1 Klien 2
urut Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Hari/tanggal Diagnosa keperawatan
ditemukan ditemukan
1 30 juni Defisit Pengetahuan 6 juli 2021 Defisit Pengetahuan
2021 berhubungan dengan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga ketidakmampuan
mengenal masalah keluarga mengenal
(D.00111) masalah (D.00111)
Yang ditandai dengan : Yang di tandai dengan :
DS: DS:
1. Klien menatakan tidak 1. Klien menatakan
mengtahui secara tidak mengtahui
spesifik tentang secara spesifik
hipertensi tentang hipertensi
2. Klien mengatakan
hanya mengira ngira 2. Klien
terkena hipertensi mengatakan tidak
karena turunan orang tahu mengapa
tuanya. bisa terkena
3. Klien mengatakan nyeri hipertensi
dibagian tengkuk ketika 3. Klien
beraktivitas berlebihan. mengatakan nyeri
4. Klien mengatakan skala 4. Klien
nyeri 5 dan dirasakan mengatakan nyeri
hilang timbul dari bagian
DO: pinggul sampai
1. Klien nampak kurang jari-jari kaki
memahami tentang sebelah kiri
penyakitnya. ketika melakukan
2. Klien menunjukkan aktivitas
daerah yang nyeri berlebihan
3. TD: 160/90 mmHg dengan skala
nyeri 5 dan nyeri
4. Nadi : 88x/menit
yang dirasakan
hilang timbul.
DO:
5. Klien nampak
kurang
memahami
tentang
penyakitnya
68

6. Klien ingin
mengetahui lebih
banyak tentang
hipertensi
7. Klien
menunjukkan
daerah yang
terasa nyeri
8. TD: 130/90
mmHg
9. Nadi: 90 x/menit
30 juni Manajemen Kesehatan 6 juli 2021 Manajemen Kesehatan
2021 Tidak Efektif berhubungan Tidak Efektif
dengan ketidakmampuan berhubungan dengan
keluarga merawat anggota ketidakmampuan
keluarga yang sakit. keluarga merawat
(D.0116) anggota keluarga yang
Yang ditandai dengan : sakit. (D.0116)
DS: Yang di tandai dengan :
1. Klien mengatakan DS:
sudah tidak pernah 1. Klien mengatakan
meminum obatnya kecapekan ketika
lagi pekerjaan terlalu
2. Klien mengatakan
banyak dilakukan
mudah kecapean
ketika banyak dan mengeluh terasa
perkerjaan yang pegal dan nyeri dari
dilakukan bagian pinggul
3. Klien mengatakan hingga jari–jari kaki
jarang ke faskes dan mengeluh
terdekat untuk pusing jika kurang
memeriksakan tidur
kondisinya atau 2. Klien merasa
pemeriksaan rutin khawatir tentang
4. Klien khawatir sakitnya, jika sakit
ketika sakit baik dan tidak membuka
klien atau suaminya, cucian motor maka
tidak ada yang akan kekurangan
bekerja untuk biaya untuk
keperluan hidup keperluan hidupnya.
sehari-harinya DO:
DO: 1. TD: 130/90 mmHg
1. Konsumsi garam 2. Nadi: 90 x/menit
pasien melebihi
2.400mg (1 sendok
teh) perharinya
2. TD: 160/90 mmHg
3. Nadi : 88x/menit
69

4. Gagal melakukan
tindakkan
pencegahan masalah
kesehatan
5. Menunjukkan
penolakkan terhadap
perubahan status
kesehatan seperti
merasa dirinya baik
baik saja
6. Kurang
menunjukkan minat
untuk meningkatkan
perilaku sehat
70

Tabel 4.4 Skoring Prioritas Masalah

Masalah Keperawatan Klien 1 Defisit Pengetahuan berhubungan Masalah Keperawatan Klien 2 Defisit Pengetahuan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah (D.00111) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
No. masalah (D.00111)
No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : 3 1 3/3 x 1 = 1 Ny. E mengatakan 1. Sifat Masalah : 3 1 3/3 x 1 = Tn.W mengatakan
a. Aktual tidak mengetahui a. Aktual 1 tidak mengetahui
b. Resiko secara rinci tentang b. Resiko secara rinci tentang
c. Sejahtera hipertensi c. Sejahtera hipertensi
2. Kemungkinan masalah dapat 2 2 2/2 x 2 = Tn.W mengatakan
diubah : 2 masalah ini dapat
2. Kemungkinan masalah 2 2 2/2 x 2 = 2 Ny. E mengatakan
a. Tinggi diubah apabila
dapat diubah : masalah ini dapat di
b. Sedang mendapatkan
a. Tinggi ubah apabila
c. Rendah penjelasan yang
b. Sedang mendapatkan
mendetail tentang
c. Rendah penjelasan
hipertensi.
3. Potensial masalah untuk 3 1 3/3 x 1 = Potensial masalah
3. Potensial masalah untuk 3 1 3/3 x 1 = 1 Potensial masalah diubah : 1 dapat dicegah tinggi
diubah : dapat dicegah tinggi a. Tinggi apabila
a. Tinggi apabila b. Cukup segera diberikan
b. Cukup segera diberikan c. Rendah penjelasan
c. Rendah penjelasan 4. Menonjolnya masalah 1 1 1/1 x 1 = Masalah kurang
4. Menonjolnya masalah 1 1 1/1 x 1 = 1 Masalah kurang a. Masalah dirasakan dan 1 pengetahuan tidak
a. Masalah dirasakan dan pengetahuan tidak perlu segera ditangani terlalu dirasakan Tn.W
perlu segera ditangani terlalu dirasakan Ny. b. Masalah dirasakan dan keluarga
b. Masalah dirasakan c. Masalah tidak dirasakan
E dan keluarga
c. Masalah tidak dirasakan TOTAL 5
TOTAL 5
71

Masalah Keperawatan Klien 1 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan Masalah Keperawatan Klien 2 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. (D.0116) keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran keluarga yang sakit. (D.00099)
1. Sifat Masalah : 3 1 3/3 x 1 = 1 Ny. E mengatakan No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
a. Aktual tidak mengetahui 1. Sifat Masalah : 3 1 3/3 x 1 = Tn.W mengatakan
b. Resiko pola hidupyang sehat Aktual 1 tidak mengetahui
c. Sejahtera terutama bagi Resiko pola hidupyang
penderita Hipertensi Sejahtera sehat terutama bagi
penderita
2. Kemungkinan masalah 1 2 ½x2=1 Ny. E mengatakan Hipertensi
dapat diubah : masalah ini dapat di
a. Tinggi ubah apabila 2. Kemungkinan masalah dapat 1 2 ½x2=1 Tn.W mengatakan
b. Sedang mendapatkan diubah : masalah ini dapat
c. Rendah penjelasan Tinggi di ubah apabila
Sedang mendapatkan
3. Potensial masalah untuk 3 1 3/3 x 1 = 1 Potensial masalah Rendah penjelasan
diubah : dapat dicegah tinggi 3. Potensial masalah untuk diubah : 3 1 3/3 x 1 = Potensial masalah
a. Tinggi apabila a. Tinggi 1 dapat dicegah
b. Cukup segera diberikan b. Cukup tinggi apabila
c. Rendah penjelasan c. Rendah segera diberikan
penjelasan
4. Menonjolnya masalah 1 1 1/2 x 1 = Masalah manajemen 4. Menonjolnya masalah 1 1 1/2 x 1 = Masalah
a. Masalah dirasakan dan 0.5 kesehatan tidak a. Masalah dirasakan dan ½ manajemen
perlu segera ditangani efektif tidak perlu segera ditangani kesehatan tidak
b. Masalah dirasakan terlalu dirasakan Ny. b. Masalah dirasakan efektif tidak
c. Masalah tidak E dan keluarga c. Masalah tidak dirasakan terlalu dirasakan
dirasakan Ny. E dan keluarga
TOTAL 3.5 TOTAL 3,5
72

D. Diagnosa Prioritas Masalah

Tabel 4.6 Prioritas Masalah Klien 1 dan 2 dengan Kasus Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Margasari

Klien 1 Klien 2
No Diagnosa Keperawatan Skor No Diagnosa keperawatan Skor
1 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan 5 1 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan 5
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
(D.00111) (D.00111)
2 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan 3.5 2 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan 3,5
dengan ketidakmampuan keluarga merawat dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
anggota keluarga yang sakit. (D.0116) keluarga yang sakit. (D.0116)
73

E. Intervensi

Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan Klien1 dan 2 dengan Kasus Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Margasari

No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Umum Khusus Kriteria Standar
1 Setelah dilakukan intervensi Setelah dilakukan tindakan Respon verbal Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
keperawatan selama 6 kali keperawatan selama 6x1 jam Respon psikomotor (L.12111) Observasi
kunjungan diharapkan diharapkan tingkat pengetahuan  Pertanyaan tentang masalah 1.1. Identifikasi kesiapan dan
keluarga dapat mengenal meningkat yang di hadapi menurun (5) kemampuan menerima
 Persepsi yang keliru informasi
masalah terkait penyakit
terhadap masalah menurun 1.2. Identifikasi faktor-faktor yang
hipertensi (5) dapat meningkatkan dan
 Perilaku membaik (5) menurunkan motivasi perilaku
 Kemampuan menjelaskan hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang suatu Terapeutik
topik meningkat 1.3. Sedikan materi dan media
 Perilaku sesuai dengan pendidikan kesehatan
pengetahuan meningkat (5) 1.4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
1.5. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1.6. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
1.7. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
1.8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
74

2 Setelah dilakukan kunjungan ke Setelah dilakukan tindakan Respon Verbal Manajemen Kesehatan Edukasi Program Pengobatan
rumah selama 6 hari diharapkan keperawatan selama 6x1 jam Respon Psikomotor (L.12104) (I.12442)
manajemen kesehatannya diharapkan keluarga mampu  Melakukan tindakkan untuk Observasi
meningkat meningkatkan memanajemen mengurangi faktor resiko 2.1. Identifikasi pengtahuan tentang
kesehatan meningkat (5) pengobatan yang di
 Menerapakn program rekomendasikan
perawatan meningkat (5) 2.2. Identifikasi penggunaan
 Aktivitas hidup sehari hari pengobatan tradisional dan
efektif memenuhi tujuan kemungkinan efek terhadap
kesehatan meningkat (5) pengobatan
 Verbalisasi kesulitan dalam Terapeutik
menjalani program 2.3. Fasilitasi informasi tertulis atau
perawatan / pengobatan (5) gambar untuk meningkatkan
pemahaman
2.4. Berikan dukungan untuk
menjaani program pengobatan
dengan baik dan benar
Edukasi
2.5. Jelaskan manfaat dan efek
samping pengobatan
2.6. Anjurkan mengkonsumsi obat
sesuai indikasi
2.7. Anjurkan bertanya jika ada
sesuatu yang tidak dimengerti
sebelum dan sesudah
pengobatan dilakukan
2.8. Ajarkan kemampuan
melakukan pengobatan mandiri
75

F. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 4.7 Implementasi dan Evaluasi Klien 1 dengan Kasus Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Margasari

No Diagnosa keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi


DX
1 Defisit Pengetahuan 28 juli 1.1. Identifikasi kesiapan dan S:
berhubungan dengan 2021 kemampuan menerima 1. Klien mengatakan nyeri dibagian tengkuk ketika
ketidakmampuan keluarga informasi beraktivitas berlebihan dan akan hilang jika
mengenal masalah (D.00111) 1.2. Identifikasi faktor-faktor yang beristirahat seperti tidur.
dapat meningkatkan dan 2. Klien memahami cara memonitor nyeri dengan skala
menurunkan motivasi perilaku dan apabila nyeri tidak berkurang dengan tidur dan
hidup bersih dan sehat nafas dalam,baru akan meminum obat nyeri kepala
1.6. Jelaskan faktor risiko yang O : Ny.E dan keluarga terlihat menyimak serta menanggapi
dapat mempengaruhi kesehatan penjelasan yang diberikan.
1.7. Ajarkan perilaku hidup bersih A : Masalah defisit pengetahuan teratasi sebagian
dan sehat P : lanjutkan intervensi
1.8. Ajarkan strategi yang dapat 1.3. Sedikan materi dan media pendidikan kesehatan
digunakan untuk meningkatkan 1.4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
perilaku hidup bersih dan sehat. 1.5. Berikan kesempatan untuk bertanya

2 Manajemen Kesehatan Tidak 28 juli 2.1. Identifikasi pengtahuan tentang S:


Efektif berhubungan dengan 2021 pengobatan yang di 1. Klien dan keluarga mengatakan memahami
ketidakmampuan keluarga rekomendasikan bagaimana cara pola hidup sehat terutama untuk
merawat anggota keluarga 2.2. Identifikasi penggunaan hipertensi
yang sakit. (D.0116) pengobatan tradisional dan 2. Klien akan mencoba mengurangi aktivitasnya untuk
mengurangi nyerinya
76

kemungkinan efek terhadap O :Ny.E dan keluarga terlihat menyimak, antusias dan
pengobatan mendengarkan serta menanggapi
TD: 150/90
N : 90 x/menit
RR :20 x/menit
T :36,4 oC
A : Masalah manajemen kesehatan tidak efektif teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
2.3. Fasilitasi informasi tertulis atau gambar untuk
meningkatkan pemahaman
2.4. Berikan dukungan untuk menjaani program
pengobatan dengan baik dan benar
2.5. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
2.6. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
2.7. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan
2.8. Ajarkan kemampuan melakukan pengobatan mandiri
1 Defisit Pengetahuan 31 juli 1.3. Sedikan materi dan media S:
berhubungan dengan 2021 pendidikan kesehatan 1. Ny.E mengatakan mulai memahami tentang
ketidakmampuan keluarga 1.4. Jadwalkan pendidikan hipertensi
mengenal masalah (D.00111) kesehatan sesuai 2. Ny.E mengatakan akan menjaga konsumsi
kesepakatan makanannya yang dimakan untuk
1.5. Berikan kesempatan untuk mengurangi tekanan yang akan terus naik.
bertanya O : klien dan keluarga tampak merasa lebih memahami
setelah di lakukan menyampaian materi, Ny.E
mempraktekkan bagaimana cara teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri tengkuk apabila muncul.
A : Masalah defisit pengetahuan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
77

1.6. Jelaskan faktor risiko yang dapat


mempengaruhi kesehatan
1.7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1.8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2 Manajemen Kesehatan Tidak 31 juli 2.5. Jelaskan manfaat dan efek S:
Efektif berhubungan dengan 2021 samping pengobatan 1. Keluarga mengatakan bahwa Ny.E sudah
ketidakmampuan keluarga 2.6. Anjurkan mengkonsumsi mengkonsumsi obatnya secara rutin.
merawat anggota keluarga obat sesuai indikasi 2. Ny.E mengatakan bahwa nyeriny sudah mulai
yang sakit. (D.0116) 2.7. Anjurkan bertanya jika ada berkurang semenjak meminum obatnya secara rutin
sesuatu yang tidak O : klien tampak lebih segar dan lebih semangat dari
dimengerti sebelum dan sebelumnya
sesudah pengobatan TD: 130/80
dilakukan N : 80 x/menit
2.8. Ajarkan kemampuan RR :20 x/menit
melakukan pengobatan T :36,4 oC
mandiri A : Masalah manajemen kesehatan tidak efektif teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
2.3. Fasilitasi informasi tertulis atau gambar untuk
meningkatkan pemahaman
2.4. Berikan dukungan untuk menjaani program
pengobatan dengan baik dan benar

1 Defisit Pengetahuan 2 Agustus 1.6. Jelaskan faktor risiko yang S : Ny.E mengatakan sudah memahami tentang penyakit
berhubungan dengan 2021 dapat mempengaruhi hipertensi dan tau bagaimana cara untuk mengurangi resiko
ketidakmampuan keluarga kesehatan komplikasi dari hipertensi
mengenal masalah (D.00111) 1.7. Ajarkan perilaku hidup O : Ny.E mempraktekkan kembali bagaimana cara teknik
bersih dan sehat nafas dalam untuk mengurangi nyeri tengkuk apabila muncul.
1.8. Ajarkan strategi yang dapat A : Masalah defisit pengetahuan teratasi
digunakan untuk P : hentikan intervensi
78

meningkatkan perilaku
hidup bersih dan
sehat.Mendukung keluarga
dan pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
2 Manajemen Kesehatan Tidak 2 Agustus 2.3. Fasilitasi informasi S : klien dan keluarga klien mengatakan bahwa sekarang
Efektif berhubungan dengan 2021 tertulis atau gambar untuk klien telah meminum obat pengontrol tekanan darahnya
ketidakmampuan keluarga meningkatkan pemahaman kembali.
merawat anggota keluarga 2.4. Berikan dukungan untuk Klien mengatakan sudah mengurangi konsumsi garamnya
yang sakit. (D.0116) menjaani program senjadi setengah sendok teh perharinya dalam
pengobatan dengan baik dan O : keluarga Ny.E mengatakan klien sudah rutin meminum
benar obatnya dan rajin memeriksakan dirinya ke puskesmas
terdekat.
TD: 120/80
N : 80 x/menit
RR :20 x/menit
T :36,5 oC
A : Masalah manajemen kesehatan tidak efektif teratasi
P : Hentikan intervensi
79

Tabel 4.8 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Klien 2 dengan Kasus Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas

Margasari

No Diagnosa keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi


DX
1 Defisit Pengetahuan 28 juli 1.1. Identifikasi kesiapan dan S:
berhubungan dengan 2021 kemampuan menerima 1. Tn.W dn keluarga mengatakan hanya memahami
ketidakmampuan keluarga informasi sebagian tentang hipertensi
mengenal masalah (D.00111) 1.2. Identifikasi faktor-faktor yang 2. Tn.W mengatakan jika aktivitas berlebihan akan
dapat meningkatkan dan mengalami nyeri pinggul sampai jari jari kaki sebelah
menurunkan motivasi perilaku kiri
hidup bersih dan sehat 3. Tn.W mengatakan akan melakukan teknik nafas
1.6. Jelaskan faktor risiko yang dalam jika masalah nyeri muncul
dapat mempengaruhi kesehatan 4. Tn.W mengatakan akan mengurangi sedikit
1.7. Ajarkan perilaku hidup bersih aktivitasnya
dan sehat O : Tn.W dan keluarga terlihat menyimak serta
1.8. Ajarkan strategi yang dapat menanggapi penjelasan yang diberikan.
digunakan untuk meningkatkan A : Masalah defisit pengetahuan teratasi sebagian
perilaku hidup bersih dan sehat. P : lanjutkan intervensi
1.3. Sedikan materi dan media pendidikan kesehatan
1.4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
1.5. Berikan kesempatan untuk bertanya
2 Manajemen Kesehatan Tidak 28 juli 2.1. Identifikasi pengtahuan tentang S:
Efektif berhubungan dengan 2021 pengobatan yang di 1. Klien dan keluarga mengatakan memahami
ketidakmampuan keluarga rekomendasikan bagaimana cara pola hidup sehat terutama untuk
merawat anggota keluarga 2.2. Identifikasi penggunaan hipertensi
yang sakit. (D.0116) pengobatan tradisional dan 2. Klien akan mencoba mengurangi aktivitasnya untuk
mengurangi nyerinya
80

kemungkinan efek terhadap O :Tn.W dan keluarga terlihat menyimak, antusias dan
pengobatan mendengarkan serta menanggapi
A : Masalah manajemen kesehatan tidak efektif teratasi
sebagaian
P : lanjutkan intervensi
2.3. Fasilitasi informasi tertulis atau gambar untuk
meningkatkan pemahaman
2.4. Berikan dukungan untuk menjaani program
pengobatan dengan baik dan benar
2.5. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
2.6. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
2.7. Anjurkan bertanya jika ada sesuatu yang tidak
dimengerti sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan
2.8. Ajarkan kemampuan melakukan pengobatan mandiri
1 Defisit Pengetahuan 31 juli 1.3. Sedikan materi dan media S : Tn.W mengatakan mulai memahami lebih dalam tentang
berhubungan dengan 2021 pendidikan kesehatan hipertensi dan akan mengontrol aktivitasnya
ketidakmampuan keluarga 1.4. Jadwalkan pendidikan O : klien dan keluarga tampak merasa lebih memahami
mengenal masalah (D.00111) kesehatan sesuai setelah di lakukan menyampaian materi, Tn.W
kesepakatan mempraktekkan bagaimana cara teknik nafas dalam untuk
1.5. Berikan kesempatan untuk mengurangi nyeri apabila muncul.
bertanya A : Masalah defisit pengetahuan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1.6. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
1.7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1.8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2 Manajemen Kesehatan Tidak 31 juli 2.5. Jelaskan manfaat dan efek S:
Efektif berhubungan dengan 2021 samping pengobatan 1. Keluarga mengatakan bahwa Tn.W mengkonsumsi
ketidakmampuan keluarga obatnya secara rutin.
81

merawat anggota keluarga 2.6. Anjurkan mengkonsumsi 2. Tn.W mengatakan bahwa nyerinya sudah mulai
yang sakit. (D.0116) obat sesuai indikasi berkurang dan jika muncul maka akan melakukan
2.7. Anjurkan bertanya jika ada nafas dalan setelah itu beristirahat tidur
sesuatu yang tidak O : klien tampak lebih segar dan lebih semangat dari
dimengerti sebelum dan sebelumnya
sesudah pengobatan A : Masalah manajemen kesehatan tidak efektif teratasi
dilakukan sebagian
2.8. Ajarkan kemampuan P : lanjutkan intervensi
melakukan pengobatan 2.3. Fasilitasi informasi tertulis atau gambar untuk
mandiri meningkatkan pemahaman
2.4. Berikan dukungan untuk menjaani program
pengobatan dengan baik dan benar
1 Defisit Pengetahuan 2 Agustus 1.6. Jelaskan faktor risiko yang S : Tn.W mengatakan sudah memahami tentang penyakit
berhubungan dengan 2021 dapat mempengaruhi hipertensi dan tau bagaimana cara untuk mengurangi resiko
ketidakmampuan keluarga kesehatan komplikasi dari hipertensi
mengenal masalah (D.00111) 1.7. Ajarkan perilaku hidup O : Tn.W mempraktekkan kembali bagaimana cara teknik
bersih dan sehat nafas dalam untuk mengurangi nyeri tengkuk apabila muncul.
1.8. Ajarkan strategi yang dapat A : Masalah defisit pengetahuan teratasi.
digunakan untuk P : hentikan intervensi
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan
sehat.Mendukung keluarga
dan pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
2 Manajemen Kesehatan Tidak 2 Agustus 2.3. Fasilitasi informasi S : klien dan keluarga klien mengatakan bahwa sekarang
Efektif berhubungan dengan 2021 tertulis atau gambar untuk klien telah meminum obat pengontrol tekanan darahnya
ketidakmampuan keluarga meningkatkan pemahaman kembali.
merawat anggota keluarga 2.4. Berikan dukungan untuk O : keluarga Tn.W mengatakan klien rutin meminum obatnya
yang sakit. (D.0116) menjaani program dan rajin memeriksakan dirinya ke puskesmas terdekat.
pengobatan dengan baik dan TD: 120/80
benar N : 80 x/menit
82

RR :20 x/menit
T :36,5 oC
A : Masalah manajemen kesehatan tidak efektif teratasi
P : Hentikan intervensi
G. Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan membahas kesenjangan data

berdasarkan pengalaman nyata studi kasus pada Klien 1 (Ny. E dan

keluarga) dan Klien 2 (Tn. W dan keluarga) di Wilayah Kerja Puskesmas

Margasari. Penulis akan membandingkan antara dasar teori dengan hasil

yang ada dilapangan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi yang akan diuraikan sebagai berikut.

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan tanggal 26 juli 2021. Keluarga klien 1

yaitu Ny.E mau berkomunikasi dan setuju untuk dilakukan asuhan

keperawatan, serta terbuka dalam menyampaikan informasi mengenai

keadaan dan masalah yang dialami kepada mahasiswa. Klien 1 adalah

Ny.E yang berusia 49 tahun, dengan jenis keamin perempuan,

pendidikan terakhir SLTA, alamat Jl. Pandansari No.1 Rt.18

balikpapan. Keluarga Ny.E memiliki riwayat hipertensi dari ayah klien.

Ny.E didiagnosa Hipertensi sekitar 4 tahun yang lalu, dan tidak rutin

meminum obat hipertensi, terakhir kali meminumnya sekitar 3 tahun

yang lalu karna klien enggan untuk ke puskesmas untuk memeriksakan

dirinya. Tekanan darah klien 160/90mmHg, Nadi: 88 x/menit, Suhu :

36.0oC, dan Pernafasan:20 x/menit.

Klien 2, pengkajian dilakukan tanggal 26 juli 2021 keluarga

klien 2 yaitu Tn.W mau berkomunikasi dan setuju untuk dilakukan

asuhan keperawatan, serta terbuka dalam menyampaikan informasi

mengenai

83
84

keadaan ataupun masalah yang sedang dialami. Klien 2 yait Tn.W

berusia 59 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir D-III

teknik mesin, alamat Jl. Pandansari No.94 Rt.18 balikpapan. Keluarga

Tn.W tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya. Klien 2

didiagnosa hipertensi sejak 6 tahun yang lalu. Dari pengkajian yang

telah dilakukan di dapatkan bahwa masalah kesehatan di keluarga yaitu

Tn.W yang menderita Hipertensi. Klien memiliki aktivitas yang

berebihan sehingga jarang untuk istirahat tidur dan sering makan

makanan yang asin,klien rutin meminum obatnya untuk menurunkan

tekanan darahnya yang di berikan oleh puskesmas margasari yaitu

amolidpine 10 mg. Pada pemeriksaan tekanan darah di dapatkan hasil

140/90 mmHg, Nadi 90 x/menit, Suhu : 36.0 oC, dan Pernafasan:20

x/menit.

Pada pengkajian ditemukan bahwa klien 1 dan 2 memerlukan

diet rendah gram untuk mengurangi konsumsi garam. Menurut

(Ramayulis, 2008) mengurangi asupan garam adapun diet yang

dimaksud yaitu dengan diet rendah garam dalam arti yang sebenarnya

adalah rendah sodium atau natrium (Na). Selain itu dari hasil

pengkajian di dapatkan pula data bahwa klien 1 tidak patuh dalam

meminum obat hipertensi, Penderita hipertensi yang menderita

hipertensi 5 tahun, hal ini dikarenakan pasien yang mengalami

hipertensi 5 tahun cenderung memiliki kepatuhan minum obat yang

lebih buruk yang dikarenakan pengalaman pasien yang lebih banyak

mengenai pengobatan yang tidak sesuai harapan sehingga pasien

cenderung pasrah dan tidak mematuhi


85

proses pengobatan (Puspita, 2016) dan dalam pengobatan hipertensi

kepatuhan meminum obat adalah utama dalam proses kesembuhan

menurut (Kozier & Barbara, 2010)

Kepatuhan merupakan suatu perilaku individu yang

menjalankan terapi dan pengobatan sesuai anjuran atau nasehat serta

brosur yang didapatkan dari seorang praktisi kesehatan.Kepatuhan

berpengaruh dalam menentukan keberhasilan pengobatan hingga 100%.

Hal ini berpengaruh kepada pemberian informasi yang diberikan kepada

petugas kesehatan yang dapat meningkatkan informasi kepada penderita

hipertensi terutama klien 1 dan 2 sehingga dapat merubah sikapnya dan

melakukan diet hipertensi serta patuh dalam meminum obat

hipertensinya.

Menurut asumsi peneliti, klien kooperatif saat dilakukan

pengkajian, namun menolak saat dilakukan pemeriksaan genetalia. Dari

pengkajian ditemukan bahwa kedua keluarga tidak mengetahui tentang

penyakit hipertensi dideritanya dan masih mengira-ngira. Tanda dan

gejala yang ditemukan pada kedua klien sudah sesuai dengan teori yang

ada.

2. Diagnosa

Terdapat 2 diagnosa yang sama pada klien 1 dan 2 yaitu sebagai

berikut :
86

a. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga mengenal masalah (D.00111)

Dari hasi pengkajian pada kelua klien didapatkan analisa data

bahwa baik klien maupun keluarga klien tidak memahami tentang

penyakit hipertensi. Pada Ny.E didapatkan hasil pengkajian bahwa

klien tidak mengetahui dengan pasti tentng penyakit hipertensi dan

mengira bahwa turunan dari ayahnya, begitupun pada Tn.W yang

mempertanyakan mengapa dia bisa terkena hipertensi.

Menurut (SDKI 2017) defisit pengetahuan yaitu keadaan atau

kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic

terntentu. Dari definisi tersebut penulis dapat berpendapat

bahwa kesesuaian antara dasar teori yang ada dengan kenyataan

yang ada pada klien 1 dan 2. Faktor pengetahuan pun

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti minat atau

ketertarikan pada suatu hal,

kemampuan mengingat, keterbukaan sumber informasi, interpretasi

informasi, maupun kemampuan kognitif. Pada klien 1 klien tidak

pernah memeriksaan kesehatannya di fasyankes terdekat jika sakit

klien hanya membeli obat di warung warung, pada keluarga Ny.E

suaminya tidak teralu memperdulikan istrinya yang kadang suka

mengeluh nyeri tengkuk dan menyuruhnya untuk istirahat saja

sehingga kurang perhatian pula yang di dapat oleh Ny.E. Pada

kondisi klien 2, Tn.W masih mempertanyakan mengapa bisa

terkena hipertensi padahal tidak memiliki keturunan hipertensi

dan tidak
87

memiliki waktu istirahat yang cukup dan jarang mendapatkan

perhatian dari anak anaknya juga karna terlalu sibuk bekerja.

b. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit. (D.0116)

Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa pada klien 1 tidak

pernah meminum obatnya lagi dan tidak pernah memeriksakan

dirinya ke puskesmas dan merasa kurang mampu dalam

memahami upaya untuk menjaga kondisi kesehatan. Klien kurang

menunjukkan perilaku hidup sehat ditinjau dari keacuhan dalam

pengobatan serta masih mengkonsumsi makanan yang engandung

tinggi garam, keluargapun tidak ada dukungan penuh kepada

klien dan terkadang klien mengacuhkan kondisi kesehatannya.

Pada klien 2 ingin mengetahui pola hidup yang sehat untuk

penderita hipertensi.

Menurut (SDKI , 2017) manajemen kesehatan tidak efektif

adalah pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah

kesehatan kedalam kebiasaan hidup sehari hari tidak memuaskan

untuk mencapai status kesehatan yang diahrapkan. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kurang terpapar

informasi, tuntutan berlebih dari keluarga atau individu,

ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga, serta

kekurangan dukungan sosial.


88

Penulis berasumsi bahwa ketidakpatuhan terhadap pengobatan dan

sikap klien dalam kehidupan sehari-hari diatas termasuk dalam indikasi

manajemen kesehatan yang kurang efektif. Dari dasar teori tersebut,

tidak terdapat kesenjangan dengan kondisi dari kedua klien. Dalam data

hasil pengkajian pada klien menunjukkan ketidakmampuan keluarga

dalam mengelola serta memodifikasi lingkungan yang akhirnya dapat

mempengaruhi penyakit Hipertensi pada anggota keluarga.

3. Intervensi keperawatan

Menurut (SIKI DPP PPNI, 2018), intervensi yang tepat untuk

diagnosa defisit pengetahuan/kurang pengetahuan meliputi pendidikan

kesehatan tentang pengertian Hipertensi, penyebab Hipertensi, tanda

dan gejala Hipertensi, dampak Hipertensi, cara mencegah Hipertensi,

dan komplikasi dari penyakit Hipertensi.

Intervensi yang dilakukan pada klien 1 dan 2 dalam mengatasi

defisit pengetahuan adalah edukasi proses penyakit dengan tindakan

mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,

menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan, menjadwalkan

pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, menjelaskan penyebab dan

faktor risiko penyakit, menjelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan

oleh penyakit, menjelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi, serta

memberikan kesempatan untuk bertanya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah pendidikan

kesehatan atau edukasi yang dilakukan oleh perawat, dimana salah satu
89

hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah

memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan

penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan dan apa

yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Suatu penjelasan

tetang penyebab penyakit dan bagaimana pengobatannya, dapat

membantu meningkatkan kepercayaan dari pasien, untuk melakukan

konsultasi dan selanjutnya dapat membantu meningkatkan kepatuhan

(Niven N, 2013).

Penulis berasumsi setelah dilakukan edukasi kesehatan maka harus

dilakukan evaluasi untuk menentukan seberapa paham klien terhadap

penyakitnya atau penyakit anggota keluarganya. Pada diagnosa

manajemen kesehatan tidak efektif, intervensi yang dibuat ditujukan

agar perilaku sehat klien dan keluarga meningkat dan tugas keluarga

yaitu memelihara serta memodifikasi lingkungan dengan upaya

pencegahan kambuhnya penyakit Hipertensi dapat terlaksana dengan

baik dan tidak menjadi komplikasi.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan oleh peneliti telah disesuaikan

dengan intervensi yang telah di buat. Implementasi yang di lakukan

pada klien 1 dan 2 merupakan edukasi untuk kedua klien dalam

mengatur manajemen kesehatan dan menambah pengetahuan klien dan

keluarga klien. Implementasi yang di lakukan pada defisit pengetahuan

adalah edukasi kesehatan tentang hipertensi lalu menyediakan

materi dan media


90

pendidikan serta mengajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala

yang dirasakan, mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

informasi, menjelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit, tanda dan

gejala yang ditimbulkan oleh penyakit, hingga komplikasi yang akan

ditimbulkan Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik. Proses ini

juga meliputi tanya jawab dengan klien 1 dan 2.

Sedangkan pada manajemen kesehatan penulis memberikan

edukasi proses pengobatan yang meliputi menjelaskan manfaat dan efek

samping dari pengobatan dan anjuran mengkonsumsi obat sesuai

indikasil, serta penggunaan pengobatan tradisional dan kemungkinan

efek terhadap pengobatan.

Penulis berasumsi pelaksaan tindakan keperawatan terhambat

karena terkadang klien masih kurang patuh dalam meminum obat

hipertensi, alternatifnya penulis menyarankan kepada keluarga untuk

terus mengingatkan kepada klien dalam meminum obatnya secara rutin

dan mengurangi aktivitasnya yang berlebihan.

5. Evaluasi keperawatan

Hasil evaluasi pada diagnosa defisit pengetahuan tentang penyakit

hipertensi pada hari ke 4 pertemuan di dapatkan bahwa klien dan

keluarga klien telah memahami materi pendidikan kesehatan tentang

hipertensi dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan

dan komplikasi dari hipertensi. Jadi disimpulkan bahwa masalah defisit


91

pengetahuan pada kedua klien yang berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah teratasi sebagian.

Dan dari hasil evaluasi pada hari ke 4 didapatkan pula pada

masalah manajemen kesehatan tidak efektif telah teratasi sebagian

dilihat dari peningkatan peningkatan pemahaman klien dan keluarga

tentang pentingnya memlihara perilaku kesehatan yang ada dan

perlunya saling mendukung dalam meningkatkan kesehatan keluarga.

Pada evaluasi hari ke 5 pada tanggal 31/07/2021 masalah

keperawatan defisit pengetahuan sudah teratasi sebagian di dapatkan

bahwa klien dan keluarga klien telah memahami lebih dalam materi

pendidikan kesehatan tentang hipertensi dari pengertian, penyebab,

tanda dan gejala, cara pencegahan dan komplikasi dari hipertensi.

Faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan memahami

bagaimana cara perilaku hidup bersih dan sehat.

Sedangkan pada masalah keperawatan manajemen kesehatan tidak

efektif pada hari ke 5 klien dan keluarga tentang pentingnya

memelihara perilaku kesehatan yang ada dan perlunya saling

mendukung dalam meningkatkan kesehatan keluarga. Serta mengetahui

manfaat dan efek samping pengobatan dan menganjurkan meminum

obat secara teratur untuk mengurangi komplikasi dari hipertensi.

Pada evaluasi hari ke 6 masalah keperawatan defisit pengetahuan

telah teratasi. Klien dan keluarga klien telah memahami betul tentang

penyakit hipertensi dan bagaimana cara pengobatannya serta mencegah


92

agar tidak komplikasi. Sedangkan pada masalah keperawatan

manajemen kesehatan tidak efektif, klien dan keluarga telah memahami

tantang pengobatan hipertensi, klienpun telah mengkonsumsi obat

hipertensi yaitu amlodipine 10mg secara rutin.

Menurut asumsi peneliti, pelaksanaan evaluasi keperawatan tidak

menemukan kesulitan, klien kooperatif dan bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan fisik, klien juga sangat antusias dalam pengobatannya dan

lebih banyak mencari tahu tentang penyakitnya. Sekarang klien pun

selalu rutin meminum obat tekanannya.


93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian bab terdahulu, maka penulis mengambil suatu

kesimpulan dan saran yang erat kaitannya dengan pengelolaan pada pemberian

asuhan keperawatan pada keluarga

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penulisan asuhan keperawatan pada keluarga 1 dan 2

Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Margasari, penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pengkajian dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga

memerlukan terbinanya hubungan “trust” antara keluarga dengan

mahasiswa sehingga pada proses pengakjian dapat di peroleh informasi

yang di butuhkan untuk ementukan masalah yang terjadi dalam keluarga 1

dan keluarga 2, informasi di peroleh melalui wawancara, observasi pada

lingkungan klien, pemeriksaan fisik pada klien dan membandingkan

keadaan normal untuk menetukan adanya data yang menimbulkan masalah

kesehatan yang muncul

2. Penentuan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dilakukan

melalui penentuan data senjang yang di peroleh kemudian prioritas

masalah di tentukan bersama-sama keluarga. Adapun diagnosa

keperawatan yang timbul pada kedua keluarga yaitu Defisit Pengetahuan

berhubungan dengan
94

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah dan Manajemen Kesehatan

Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit.

3. Intervensi ditentukan secara bersama-sama dengan keluarga, sehingga

keluarga memahami benar masalah yang terjadi pada keluarga itu sendiri.

Perencanaan berupa tindakan yang akan dilakukan untuk mencegah

masalah yang belum terjadi dan mengurangi akibat yang ditimbulkan dari

masalah yang sudah terjadi. Intervensi yang dilakukan oleh penulis yaitu

intervensi yang dilakukan secara mandiri tidak ada perbedaan dan dapat di

terapkan pada kedua keluarga

4. Implementasi dilakukan sejak tanggal 28 juli 2021 sampai dengan 4 agustus

2021 untuk keluarga 1 dan tanggal 29 juli 2021 sampai 5 agustus 2021

untuk keluarga 2 , berupa pendidikkan kesehatan tentang Hipertensi,

manajemen nyeri, teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat,

mengukur tanda tanda vital secara langsung agar kelaurga dapat

memahami masalah kesehatan yang ada sekaligus mulai mengenal

masalah dan cara penanggulangannya. Keluarga secara antusias dalam

menjalani implementasi yang dilakukan.

5. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua keluarga dilakukan

seama 6 hari kunjungan oleh penulis dan di buat dalam bentuk SOAP,

dengan cara mengulang kembali penjelasan yang di berikan pada proses

implementasi dan mengobservasi perubahan perilaku yang terjadi ,

sehingga penulis dapat


95

menilai berdasarkan kemampuan pada proses belajar yang menghasilkan

perubahan perilaku pada keluarga.

B. SARAN

1. Untuk keluarga

a. Agar kedua keluarga rutin memeriksakan diri ke Puskesmas dan

mengontrol tekanan darah melalui pendidikan kesehatan yang

telah diberikan.

b. Agar kedua keluarga dapat membantu mengingatkan serta

memotivasi keluarga untuk melakukan pola hidup sehat dengan

pengaturan diit Hipertensi yang dianjurkan.

c. Agar kedua keluarga dapat merawat anggota keluarga yang

menderita Hipertensi.

d. Agar kedua keluarga dapat mengambil keputusan atau tindakan

untuk mengatasi masalah serta dapat melanjutkan perawatan

tehadap angota keluarga

2. Untuk Perawat dan Petugas Puskesmas Pemegang Program

a. Agar melanjutkan tindakan keperawatan yang telah diberikan

kepada keluarga melalui program Puskesmas.

b. Melakukan kerjasama lintas program (Puskesmas) dan lintas

sektoral (RT, kelurahan) dan instasnsi yang terkait sehingga

memudahkan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada di masyarakat.


96

c. Agar dapat melakukan pengkajian pada lingkup keluarga, agar

memperoleh data yang akurat sebaiknya perawat mampu

meningkatkan kemampuan interpersonal serta sarana prasarana

yang menunjang untuk melakukan pengkajian dan menentukan

diagnosa yang muncul dari pengkajian yang dilakukan.

3. Institusi Pendidikan

a. Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan

referensi mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya yang berkaitan dengan topik Asuhan Keperawatan

Keluarga dengan Kasus Hipertensi bagi dosen dan mahasiswa di

lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2017). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas. 96.


Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga: Konsep Teori, Proses,dan Praktik
Keperawatan. yogyakarta: graha ilmu.
Carpenito. (2013). Pemeliharaan kesehatan tidak efektif. Jakarta : EGC.
Data Penyakit Hipertensi di Margasari (2020).
Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. (2019). profil kesehatan 2019, 9.
Dion, & Yasinta. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik.
yogyakarta: nuha media.
Donsu, Induniasih & Purwanti. (2015). Panduan Praktik Keperawatan Keluarga .
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Efendi, H., & Larasati, T. (2016). dukungan keluarga dalam manajemen penyakit
hipertensi. 3.
HERMAN & KAMITSURU. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2017). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas . 116-117.
Kemenkes.go.id. (2019, mei 17). Diambil kembali dari Kemenkes.go.id:
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html
kementrian kesehatan RI. (2017, juni 17). Diambil kembali dari
http://pispk.kemkes.go.id/id/2017/06/17/konsep-keluarga/
Kozier, & Barbara. (2010).
Kozier, b. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik.
Krisnanda, m. y. (2017, agustus). Diambil kembali dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3f252a705ddbef7a
bf69a6a9ec69b2fd.pdf
Kurniapuri, A., & Supadmi, W. (2015). pengaruh pemberian informasi obat
Antihipertensi Terhadap Kepatuhan pasien hipertensi di puskesmas
Umbulharjo Yogyakarta Periode november 2014. majalah Farmaseutik,
Vol. 11 No. 1 Tahun 2015, 268-274.
Manoppo, J. E., Masy, G., & Silolonga, W. (2018, mei). Diambil kembali dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/19476/19027

97
98

Mubarak, W. I. (2010). Konsep dan Aplikasi. Ilmu Keperawatan Komunitas.


Nasution, N. h. (2013). Diambil kembali dari
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16510/091000007.p
df?sequence=1
Niven N. (2013). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesi
Kesehatan Lain. . jakarta: egc.
Nuraini. (2015). pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Nuraini, b. (2015, febuari). Diambil kembali dari
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/602
/606
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS JILID
1. jogjakarta: mediaction jogja.
Nurhidayat, S. (2015, november). Diambil kembali dari
http://eprints.umpo.ac.id/2194/2/MONOGRAF%2C%20terbit%20Nopem
ber%202015%20revisi.pdf
Nurhidayat, S. (2015). asuhan keperawatan pada pasien hipertensi. ponorogo:
unmuhponorogo press.
pedoman teknis penemuan dan tatalaksana hipertensi . (2013).
Profil Kesehatan Tahun 2018. (2019). DINAS KESEHATAN PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2019, 103.
Puspita. (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
denganTekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Putih Samarinda. 498.
ramayulis. (2008). eprints.umpo. jakarta .
Ratnawati, E. (2017). keperawatan komunitas.
Rustina. (2014). keluarga dalam kajian sosiologi. musawa, 287-322.
Sartik, Tjekyan, S., & Julkarnain, M. (2017, november). Diambil kembali dari
http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/download/446/pdf
setiawati s, & agus, c. (2008). Penuntun Praktis Asuhan keperawatan keluarga.
jakarta : trans info media.
smeltzer , & bare. (2010). buku ajar medikal bedah brunner dan suddarth volume
1 dan 2 edisi 8. jakarta : EGC.
Solomon, m. (2009). Consumer Behavior: Buying,Having, and Being. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
99

Sugiyono. (2018). Diambil kembali dari


https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/801/jbptunikompp-gdl-meidihizar-
40021-9-unikom_m-i.pdf.
sumantri, a. (2014). Pengaruh Pendidikkan Kesehatan Hipertensi Pada Keluarga
Terhadap Kepatuhan Diit Rendah Garam Lansia Hipertensi Di
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. yogyakarta : stikes aisiyah.
Sutarga, i. m. (2017). Diambil kembali dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8632749571344b5
ee00a442860cce27b.pdf
Syarifuddin, H. (2016). ANATOMI FISIOLOGI. Dalam H. syaifuddin, anatomi
fisiologi: kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan & kebidanan,
Ed. 4 (hal. 314). jakarta.
Tarigan, a. r., Lubis, z., & Syarifah. (2018). Diambil kembali dari
http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/5107/4771
WHO. (2015). Diambil kembali dari
http://scholar.unand.ac.id/22316/3/2.%20BAB%20I.pdf
Wilkinson. (2016). Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC,
Hasil NOC Edisi 10. Jakarta: EGC.
Wirdhana, I., Grabowska, I., Kaczmarczyk, P., & Slany, K. (2018). Family
relations and gender equality in the context of migration. 108-130.
wulan , r. a. (2015). Pengaruh Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan
Skala Nyeri .
Yanti, S. E., Asyrofi, A., & Arisdiani, T. (2020, september). Diambil kembali dari
https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/
794/493/
Zaenurrohmah, d. h., & Rachmayanti, r. d. (2017, agustus). Diambil kembali dari
https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/viewFile/3886/3895

Anda mungkin juga menyukai