Filsafat Pendidikan (Kelompok 8)
Filsafat Pendidikan (Kelompok 8)
Filsafat Pendidikan (Kelompok 8)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
Hanifah 230411088
Herliani 230411092
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................. 1
A. Kesimpulan..................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada umumnya adalah masalah yang tidak pernah selesai, atau
agenda yang tidak selesai. Pendidikan selalu dibahas dan tidak pernah memenuhi
kebutuhan negara miskin, berkembang, atau maju. Menurut Ahmad Tafsir, hal ini
didasarkan pada fakta bahwa manusia secara naluriah menginginkan yang lebih
baik.1
Teori pendidikan selalu tertinggal dari kebutuhan masyarakat dan pengaruh
pandangan hidup yang semakin berkembang. Oleh karena itu, pendidikan tidak
dapat melepaskan diri dari sejarah dan dasar yang menjadi pijakan kehidupan
manusia pada saat itu. Selain itu, pendidikan Islam sebagai bagian dari
perkembangan agama Islam di seluruh dunia melibatkan pergeseran umat Islam
dari masyarakat yang relatif sederhana menjadi masyarakat Islam yang lebih
kompleks.
Makalah ini akan membahas tentang “Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar
pendidikan Islam”, meliputi pengertian dasar, pendidikan Islam, Al-Qur’an, dan
Sunnah serta kedudukan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dasar, pendidikan Islam, Al-Qur’an, dan Sunnah?
2. Bagaimana kedudukan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam?
3. Bagaimana kedudukan Sunnah sebagai dasar pedidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dasar, pendidikan Islam, Al-Qur’an, dan Sunnah.
2. Untuk mengetahui kedudukan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui kedudukan Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam.
1
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Rosdakarya, 2010, hlm.43.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, Cet-8, hlm. 121.
3
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 32.
4
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, 340.
2
Islam dan prinsip-prinsipnya dalam gaya hidup seseorang. Meskipun istilah
“pendidikan Islam” dapat dipahami dengan cara yang berbeda, pada dasarnya
mereka adalah satu dan berfungsi dalam sistem yang utuh.5
Menurut Muhaimin, ada dua dasar utama pendidikan Islam: pertama,
pendidikan Islam adalah aktivitas pendidikan yang dilakukan dengan hasrat dan
niat untuk mewujudkan ajaran dan nilai-nilai Islam; kedua, pendidikan Islam
adalah sistem pendidikan yang berasal dari dan disemengati atau dijiwai oleh
ajaran dan nilai-nilai Islam.6
Menurut Mohammad Fadhil al-Jamali, pendidikan adalah hal yang sangat
penting (inti) bagi manusia. Menurut Al-Qur’an, pendidikan bertujuan untuk
memberi tahu manusia tentang tanggung jawab mereka sebagai individu dalam
hubungan mereka dengan alam dan masyarakat. Pendidikan juga mengajarkan
manusia tentang hikmah penciptaan alam dan manfaat menjaganya sebagai bukti
rasa syukur seorang hamba yang harus selalu beribadah dan menyembah hanya
kepada Khaliknya.7
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, konsep at-Tarbiyah terdiri dari empat
komponen: (1) menjaga pertumbuhan fitrah manusia, (2) mengarahkan
pertumbuhan fitrah manusia menuju kesempurnaan, (3) mengembangkan potensi
insani (sumber daya manusia) untuk mencapai kualitas tertentu, dan (4)
melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama
perkembangan anak. Dalam pendidikan Islam, beberapa konsekuensi dari
penggunaan istilah dan konsep tarbiyah adalah sebagai berikut: (1) pendidikan
bersifat humanis-teoritis, artinya berfokus pada fitrah dan kebutuhan dasar
manusia yang diarahkan sesuai dengan sunnah (skenario) Tuhan “Pencipta”, (2)
pendidikan dianggap sebagai ibadah karena merupakan bagian dari tugas
kekhalifahannya, sedangkan pendidik yang sebenarnya adalah Allah Rabbul
‘alamin”, dan (3) tanggung jawab pendidikan tidak hanya kepada sesama
manusia, tetapi juga kepada Allah.8
5
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Cet. IV,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, 29-30.
6
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008, 14.
7
Mohammad Fadhil al-Jamali, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an, Surabaya: Bumi Ilmu,1986, 3.
8
Abdurrahman al-Nahlawi, Usul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fi alMadrasat wa al- Mujtama‟,
Damsyik: Darul Fikr, 1917, 29-30.
3
Menurut Ahmad Fuad al-Ahwani, pendidikan Islam didefinisikan sebagai
“usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan
(religiousitas) subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam.” Karena pengertian ini, pendidikan agama
Islam adalah bagian penting dari sistem pendidikan Islam. Tidak berlebihan untuk
mengatakan bahwa pendidikan Islam berfungsi sebagai cara untuk
mengintegrasikan wawasan tentang agama Islam dengan bidang studi
(pendidikan) lain. Dalam konteks ini, Ibn Khaldun berfokus pada pengajaran Al-
Qur’an karena dia percaya bahwa Al-Qur’an merupakan pelajaran pertama yang
diajarkan kepada anak-anak, dan karena itu, mengajarkan Al-Qur’an kepada
anak-anak akan menumbuhkan rasa keagamaan mereka.9
Menurut Sayid Husein Nasr, pendidikan Islam adalah pendidikan yang
membangun kesadaran siswa sehingga nilai-nilai etika Islam menentukan
perilaku mereka dalam kehidupan, tindakan, dan keputusan mereka, serta
pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan.10
3. Al-Qur’an
Secara etimologi, Al-Qur'an berasal dari kata “qara’a,” yang berarti
“membaca.” Secara terminologi menurut Prof. Quraish Shihab, Al-Qur’an berarti
“bacaan yang sempurna.” Hal ini karena Al-Qur’an merupakan wahyu pilihan
Allah Swt. Sejak manusia mengenal tulisan, tidak ada bacaan lain yang dapat
menandingi kesempurnaan dan kemuliaannya.11
Lebih lanjutnya, Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril. Kitab suci ini telah
diterima dan diwariskan oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa
perubahan sedikit pun.
4. Sunnah (Hadist)
Secara etimologi, “Hadist” berasal dari kata “al-Jadid” yang berarti “baru”,
lawan kata dari “al-Qadim” yang berarti “lama”. Hadist juga memiliki arti “al-
khabar”, yang berarti “berita” atau “ucapan” tentang sesuatu yang telah
disampaikan dan diwariskan kepada orang lain.
9
Ahmad Fu‟ad al-Ahwani, al-Tarbiyah fi al-Islam, Makkah: Darul Ma”arif, 249 dalam Achmadi, Ideologi
Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2010, 32.
10
Ali Asyraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Cet. III, ter. Sori Siregar (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), 23.
11
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), hlm, 3.
4
Secara terminologi, menurut Ibnu Hajar, Hadist dalam konteks syariat
(shara’) merujuk pada segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Hadist berfungsi sebagai pelengkap dan penjelas Al-Qur’an.12
B. Kedudukan Al-Qur’an sebagai Dasar Pendidikan Islam
Al-Qur’an adalah wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw
dengan tujuan untuk memberi petunjuk dalam kehidupan sehari-hari dan payung
hukum. Al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai panduan, tetapi juga merupakan
opsi lain bagi manusia untuk menggunakannya sebagai motivasi. Tujuannya
adalah agar manusia dapat mengejar hal-hal positif dalam kehidupan sehari-
harinya. Oleh karena itu, Al-Qur’an membahas tentang semua hal yang
diperlukan oleh manusia. Seperti yang ditunjukkan oleh fakta bahwa Al-Qur’an
mengandung banyak ayat-ayat yang memberikan penjelasan tentang berbagai
aspek kehidupan manusia, baik secara global maupun lokal. Kedua hal tersebut
pasti memerlukan penerimaan keimanan dan upaya aqli untuk mencapai tujuan
yang lebih baik bagi manusia sesuai dengan konsep Al-Qur’an, serta peningkatan
pendidikan.
Nabi Muhammad Saw adalah orang pertama yang menjadi pendidik, atau
disebut Al-Tarbiyab Al-Ula. Posisi ini ada sejak awal Islam, Al-Qur’an dan Hadits
adalah dua sumber rujukan yang Nabi Muhammad Saw gunakan. Oleh karena itu,
Al-Qur’an memiliki banyak manfaat bagi perkembangan manusia, menjadikannya
barometer utama untuk memahami pendidikan dalam berbagai aspek, termasuk
aspek sosial, moral, dan spiritual, serta aspek material yang ada di alam ini.13
Oleh karena itu, Al-Qur’an adalah sumber rujukan utama dalam
pendidikan karena semuanya berasal dari Al-Qur’an. Menurut pakar pendidikan
Islam, tiga sumber rujukan utama dalam pendidikan Islam adalah Al-Qur’an,
Hadist, dan Ijtihad. Dengan kata lain, Al-Qur’an adalah sumber rujukan pertama
dalam pendidikan.14 Karena Al-Qur’an merupakan kalam yang mulia dan
membutuhkan ilmu pengetahuan yang tinggi, Al-Qur’an merupakan pedoman
yang paling lengkap untuk hidup sebagai pedoman bagi semua orang, tanpa
12
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis (Surabaya: al-Muna, 2010), hlm, 1.
13
Saleh Abdul Aziz and Abdul Aziz Majid, Al-Tabiyah Wa Al-Tawauq Al Tadris (Mesir: Dar al-Ma‟arif, 1982),
hlm, 33.
14
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2001), p. hlm, 95.
5
pandang bulu.15 Esensi dari Al-Qur’an tidak dapat dipahami kecuali oleh mereka
yang memiliki jiwa yang suci dan akal yang cerdas untuk memahaminya.16
Al-Qur’an memiliki cakupan yang luas yang meliputi segala hal di dunia
ini untuk mengembangkan kebudayaan umat manusia. Oleh karena itu, Al-Qur’an
merupakan sumber rujukan yang paling lengkap untuk pendidikan, baik itu yang
mencakup sosial, moral, spritual, material, maupun segala hal yang ada di alam
semesta.17 Al-Qur’an juga merupakan sumber rujukan bagi seluruh umat manusia
yang memiliki nilai yang utuh dan absolut.18 Jadi, meskipun hanya satu ayat,
eksisistensinya tidak akan berubah hingga hari akhir. Yang berubah hanyalah
interpretasi setiap orang terhadap teks Al-Qur’an. Salah satu alasan utamanya
pasti karena ia menginginkan pemaknaan ayat Al-Qur’an tetap dinamis dan dapat
disesuaikan dengan zaman, situasi, dan kondisi, serta kemampuan manusia untuk
menginterpretasikan teksnya. Ini memberikan pedoman teoritis untuk pelaksanaan
pendidikan Islam, yang jelas membutuhkan penafsiran yang lebih mendalam.
Al-Qur’an mencakup semua dimensi manusia dan potensi mereka. Mulai
dari motivasi yang digunakan oleh pancaindra, yang digunakan untuk
memberikan tafsiran alam semesta, dengan tujuan agar dapat merangkai formulasi
untuk kelanjutan pendidikan manusia, termasuk pendidikan Islam; motivasi
supaya manusia dapat menggunakan akalnya melalui perumpamaan-
perumpamaan yang diberikan Allah Swt dalam Al-Qur’an dan motivasi supaya
manusia dapat menggunakan akalnya melalui perumpamaan-perumpamaan yang
diberikan Allah Swt dalam Al-Qur’an. Tidak diragukan lagi, Allah memberikan
hal ini kepada manusia untuk membantu mereka mendekatkan diri kepada-Nya
dengan mengambil kesimpulan dan menerapkan petunjuk tersebut dalam
kehidupan mereka.
Kemudian, seorang ilmuwan bernama Mourice Bucaile mengagumi isi Al-
Qur’an, mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang objektif dan
memberikan petunjuk untuk kemajuan ilmu pengetahuan modern. Kandungan
ajaran yang terkandung di dalamnya sangatlah sempurna dan tidak bertentangan
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm,13-14.
16
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manâr, Juz I (Mesir: Dar al-Manar, 1373), hlm, 143-151.
17
Muhammad Fikri Abdun Nasir and Mahmud Arif, ‘Sumbangan Studi AlQur’an Bagi Keilmuan Islam Dan
Pendidikan’, Basha’Ir: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Tafsir, (2021). https://doi.org/10.47498/bashair.v1i1.545>.
18
Syahrani, 'Manajemen Pendidikan Dengan Literatur Qur'an', DARUL ULUM Jurnal Ilmiah Keagamaan,
Pendidikan Dan Kemasyarakatan, 10 (2019), 205-22.
6
dengan temuan sains kontemporer. Setiap penafsiran dari konsep-konsep yang
terkandung dalam Al-Qur’an dapat memberikan kontribusi yang sangat luar biasa,
karena sains dapat berkembang dengan cepat dan memanfaatkannya sebagai
bagian dari membangun kehidupan di dunia ini sesuai dengan konteks dan
kebutuhan zaman saat ini.19 Abdurahman Saleh menyatakan bahwa Al-Qur’an
memberikan perspektif tentang hal-hal yang mengacu pada kehidupan ini, jadi
tidak mengherankan jika asas-asas dasar yang digunakannya harus memberikan
petunjuk tentang pendidikan Islam. Tidak mungkin seseorang berbicara tentang
pendidikan Islam tanpa mengambil Al-Qur’an sebagai landasan utama.20
Oleh karena itu, dalam memberikan pendidikan Islam kita harus selalu
mengacu pada sumber rujukan yang ada dalam Al-Qur’an. Dengan berpegang
teguh pada nilai-nilainya, terutama ketika diterapkan dalam pendidikan Islam,
karena nilai-nilai ini dapat mengarahkan dan membimbing manusia untuk menjadi
kreatif dan dinamis. Untuk membantu mencapai nilai-nilai ubudiyah kepada
Penciptanya, untuk dapat hidup sesuai dengan konsep yang ditentukan-Nya. Sikap
seperti inilah yang dapat mengarah pada proses pendidikan Islam yang terarah,
yang juga dapat menghasilkan individu yang berkualitas tinggi dan penuh rasa
tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Al-Qur’an, dalam sepertiga
ayatnya mengandung nilai-nilai yang mendorong manusia untuk membudayakan
dan mendorong mereka untuk mengambangkan diri mereka sendiri melalui proses
pendidikan. Dengan demikian, jelas bahwa Al-Qur’an menganjurkan perilaku
tersebut.
C. Kedudukan Hadist sebagai Dasar Pendidikan Islam
Hadist merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an,
berfungsi sebagai penguat dan penjelas berbagai masalah yang ada dalam Al-
Qur’an serta dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Hadist disampaikan oleh
Nabi Muhammad Saw sebagai landasan pendidikan Islam, memberikan
pemahaman dan penerapan syari’ah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Meskipun
Al-Qur’an mencakup banyak aspek syari’ah, tidak semua dapat mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia, sehingga Hadist diperlukan untuk menambah
penjelasan dan menerapkan hukum-hukum tersebut.
19
Maurice Bucaille, Bibel, Al-Qur’an Dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), p. hlm, 375.
20
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an, Terj. HH. M. Arifim Dan
Zainuddin (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), p. hlm, 20.
7
Hadist Nabi tidak hanya menjelaskan Al-Qur’an, tetapi juga menjadi dasar
penerapan pendidikan Islam. Contoh perilaku Nabi menjadi rujukan bagi umat
Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Robert L. Gullick menyatakan
bahwa Nabi Muhammad Saw adalah guru terbaik, mampu membimbing umat
menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan prosesnya menjadi dasar
pendidikan Islam.
Ada dua acuan pengambilan hukum berdasarkan teladan Nabi: pertama,
acuan syari’ah yang teoritis, dan kedua, acuan operasional-aplikatif yang
berkaitan dengan peran Nabi sebagai pendidik dan evaluator. Pendidikan Islam
yang dicontohkan Nabi bersifat fleksibel dan universal, dapat disesuaikan dengan
kemampuan siswa serta kondisi masyarakat, namun tetap harus didasarkan pada
pilar-pilar akidah Islamiah.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-
Qur'an dan Hadist adalah referensi utama dalam pendidikan. Al-Qur'an
memberikan perspektif tentang kehidupan manusia, dan prinsip-prinsip ini
membentuk dasar pendidikan Islam. Jadi, tidak mungkin berbicara tentang
pendidikan Islam tanpa mempertimbangkan Al-Qur'an sebagai satu-satunya
sumber rujukan.
Hadist adalah sumber rujukan nomor dua setelah Al-Qur'an, meskipun
keduanya berfungsi sebagai sumber rujukan utama dalam pendidikan Islam.
Namun, ada perbedaan antara keduanya. Karena Al-Qur'an merupakan rujukan
utama yang tersebar di seluruh dunia, sedangkan Hadist merupakan rujukan utama
bagi pendidikan Islam dan berfungsi sebagai penguat dan penjelas tentang semua
masalah yang ada di dunia ini, baik yang terkandung dalam Al-Qur'an maupun
masalah yang dihadapi oleh kaum muslim, dengan menyampaikan kepada mereka
dan memberikan praktik yang langsung dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan. Guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
9
DAFTAR PUSTAKA
Asyraf, Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, Cet. III, ter. Sori Siregar (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1996).
Aziz, Shaleh Abdul, and Abdul Aziz Majid, Al-Tabiyah Wa Al-Tawauq Al Tadris
(Mesir: Dar al-Ma‟arif, 1982).
Bucaille, Maurice, Bibel, Al-Qur’an Dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979).
Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Manâr, Juz I (Mesir: Dar al-Manar, 1373).
Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008).
10