Makalah Aik III Kelompok 6
Makalah Aik III Kelompok 6
Makalah Aik III Kelompok 6
Dosen Pengampu :
Iri Hamzah, M.H.I
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melinpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari
Allah SWT sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada Bapak Iri Hamzah, M.H.I, selaku dosen pengampu
dan teman teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...........................................................................................15
B. Saran .....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam bukan sekadar penyampaian ajaran-ajaran
agama, tetapi sebuah proses pembentukan karakter dan spiritualitas individu.
Dalam Islam, pendidikan memiliki peran yang sangat luas, mencakup aspek
keagamaan, moral, dan sosial. Pendidikan Agama Islam berfokus pada
pengembangan kesadaran akan Allah, penanaman nilai-nilai moral yang tinggi,
serta pengembangan sikap yang menjunjung tinggi kemanusiaan.
Sebagaimana. Pendidikan Agama Islam bukan sekadar pemberian pengetahuan
tentang agama, tetapi juga pembentukan karakter yang baik, serta pengenalan
nilai-nilai kemanusiaan yang kuat. Salah satu aspek kunci dari pendidikan
agama Islam adalah pengajaran tauhid, yaitu kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Tauhid adalah dasar dari seluruh ajaran Islam dan memainkan peran
sentral dalam membentuk keyakinan dan perilaku individu.
Pendidikan Agama Islam berusaha mengajarkan tauhid secara mendalam,
yang akan menjadi landasan keyakinan yang kuat bagi individu dalam
menghadapi tantangan kehidupan. Dalam era globalisasi dan kemajuan
teknologi, tantangan pendidikan semakin kompleks. Pendidikan modern tidak
hanya berkutat pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga
pada pembentukan karakter dan moral individu. Pendidikan Agama Islam,
dalam konteks pendidikan modern, memiliki urgensi yang tak terbantahkan.
Pendidikan Agama Islam membantu individu memahami peran mereka dalam
masyarakat yang semakin multikultural. Pendidikan Agama Islam mengajarkan
nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan keberagaman, yang sangat
penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dalam keragaman.
Pendidikan Agama Islam memberikan pandangan yang kokoh mengenai
ketidakpastian dalam kehidupan, sehingga individu dapat menghadapi
perubahan dengan ketenangan dan kebijaksanaan.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Bagaimana orientasi pendidikan islam?
2. Apa saja ruang lingkup pendidikan islam?
3. Bagaimana dasar pendidikan islam?
4. Apa saja batasan pendidikan islam?
5. Bagaimana perkembangan pendidikan islam di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui orientasi pendidikan islam
2. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan islam
3. Untuk mengetahui dasar pendidikan islam
4. Untuk mengetahui batasan pendidikan islam
5. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
institusi Pendidikan Islam, seperti observatorium, maktab-maktab, dan kuttab-
kuttab yang menandai kejayaan Islam. Secara operasional pendidikan Islam
diorientasikan kepada dua hal sekaligus :
1. Mendidik manusia untuk menjadi hamba Allah yang tugasnya mengabdi
kepada Allah (‘abd Allah) dan menghadirkan dirinya sendiri sebagai
manusia di muka bumi (khalfah fi- alrd). Orientasi pendidikan Islam yang
pertama ini jika mengacu kepada UndangUndang tertuang dalam tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi anak didik agar menjadi
manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yana Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warta
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam konteks ini
Pendidikan agama Islam karena itu diorentasikan pada pembentukan
manusia atau pemimpin bagi orang-orang yang beriman dan bertakqwa.
Orientasi yang pertama ini biasanya berguna untuk memuluskan jalan bagi
problematika manusia dewasa ini yaitu relasi yang kurang harmonis dengan
sesamanya dan lemahnya apresiasi terhadap ajaran akhlak. Keyakinan
adalah unsur terpenting dari keseluruhan tindakan manusia. Keyakinan
adalah sesuatu yang dapat menggerakkan keseluruhan potensi manusia
untuk berbuat. Keyakinan merupakan orientasi pertama dalam diri manusia
yang dipakainya dalam pembenaran seluruh tindakan nya. Karena itu Jenny
Teichman dalam karyan Social Ethic : A Student’s Guide mengatakan
bahwa semua tindakan dan cara orang bertindak dipengaruhii oleh
keyakinan-keyakinan mengenai apa yang baik dan jahat.
2. Mendidik manusia dalam rangka menumbehkembangkan kelengkapan dasar
dan potensi fitrah anak didik secara optimal untuk menuju kedewasaan
intelektual (intelectual ability) dan kematangan emosional (emotional
maturity). Dalam orientasi ini akan menyarankan desain operasional yang
proposionl dan proporsional. Dalam arti konsepsi ideal Pendidikan Agama
Islam harus bisa dilaksanakan dalam kerangka manajemen profesioanl mulai
dari perencanaan, strategi, metode, dan evaluasinya. Pendidikan
sebagaimana diyakini adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan anak,
memuaskan minatnya, menghormati kepribadiannya, dan senantiasa
4
memberikan kepadanya kesempatan untuk berkembang dengan baik. Setelah
itu anak tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baik. Untuk
tercapainya tujuan itu, maka tidak hanya sekedar materi yang baik saja yang
perlu disajikan kepada anak didik, tetapi perlu pula disajikan metode, dan
strategi yang baik agar materi tersebut dapat diinternalisasikan di dalam diri
anak didik. Materi yang baik yang tidak diiringi dengan penyajian yang baik
pula, maka akan menjadikan pekerjaan itu sia-sia belaka. Mengacu pada
orientasi kedua yaitu fitrah anak didik, maka yang menjadi substansial
adalah di dalam Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan pemahaman
terhadap anak didik secara utuh. Karena setiap anak didik pasti memiliki
fitrah yang berbeda. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang mengatakan
bahwa anak didik itu tidak seperti gerigi sebuah sisir yang sama rata,
melainkan sosok utuh yang mandiri dan berbeda satu sama lainnya dalam
berbagai Untuk itu di dalam penyajian materi-materi pendidikan Islam harus
disesuaikan dengan karakter dan kepribadian anak didik yang sangat khas
dan unik.
B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Ruang lingkup pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan pendidikan Islam, yang merupakan unsur-unsur utama yang sangat
penting sehingga membuat proses pendidikan Islam dapat berjalan dengan
lancar dan efektif untuk mencapai tujuan Pendidikan Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, di antaranya adalah:
1. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar Islam itu sendiri, yaitu Al-
Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW yang dapat dikembangkan dengan
ijma, qiyas, maslahah mursalah. Al-Qur'an dijadikan sumber pertama dan
utama dalam pendidikan Islam, karena nilai absolut yang terkandung di
dalamnya yang datang dari Tuhan. Dan dasar yang kedua yaitu As-
Sunnah, As-Sunnah adalah sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi SAW,
berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau penetapan dari Rasulullah SAW.
Tujuan pendidikan Islamterkait erat dengan tujuan penciptaan manusia
5
sebagai khalifah Allahdan sebagai ‘Abd Allah. Rincian rincian dari itu
telah diuraikan oleh banyak pakar pendidikan Islam. Diantaranya Atiyah
Rincian aplikasi dari tujuan pendidikan Islam tersebut, yaitu:
a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
c. Menumbuhkan roh ilmiyah (scientific spirity).
d. Menyiapkan peserta didik dari segi professional.
e. Persiapan untuk mencari Rezeki.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga Pendidikan,
bisa disebut juga sebagai murid, santri atau mahasiswa. Betapa Islam
mewajibkan dan memuliakan orang-orang yang menuntut ilmu tercermin
dalam firman-firman Allah.
3. Pendidik
Dalam konteks pendidikan Islam, "pendidik" sering disebut dengan
murabbi, muallim, mu'addib, mudarris, dan mursyid. Dan kadang kala
disebut melalui gelarnya, seperti istilah ustadz dan al syaikh. Pendidik
berarti juga orang dewasa, yang bertanggung jawab memberi pertolongan
pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi
tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya
sebagai hamba dan khalifah Allah Swt. dan mampu melakukan tugas
sebagai makhluk sosial serta sebagai makhluk individu yang mandiri.
4. Proses Mendidik atau Pembelajaran (Tarbiyah wa Ta'lum)
Proses mendidik atau pembelajaran merupakan kegiatan belajar dan
mengajar yang dipimpin oleh seorang amir ta'lum (guru, assatidz, dosen)
yang menyampaikan ilmu kepada murid (peserta didik) berisi keutamaan-
keutamaan beramal shalih atau ilmu-ilmu yang diridhai Allah Swt.
Diantara keutamaan ta'lim adalah sebagai berikut:
a. Mendapat rahmat dari Allah Swt.
b. Mendapatkan sakinah atau ketenangan jiwa.
c. Dinaungi oleh para malaikat.
6
d. Nama kita akan dibangga-banggakan oleh Allah Swt. di majlis para
malaikat yang berada di sisi-Nya.
5. Metode dalam Pendidikan Islam
Secara garis besar metode dalam pendidikan islam ada lima.yaitu:
a. Metode Keteladanan (UswahHasanah), dengan metode ini peserta
didik dapat melihat dan menyaksikan, serta mempunyai gambaran
secara langsung mengenai contoh 'uswah hasanah dari orangtua,
pendidik, atau orang yang menjadi teladan, sehingga mereka dapat
melaksanakan dengan lebih baik dan lebih mudah.
b. Metode Pembiasaan, dalam kehidupan sehari-hari pun, ada hal yang
harus dilaksanakan secara rutin, dan ada yang tidak rutin, untuk
melaksanakan hal, tugas, kewajiban yang rutin, maka perlu diterapkan
terhadap peserta didik adalah pembiasaan.
c. Metode Nasihat, metode nasihat merupakan metode yang sering
digunakan oleh orang tua, pendidik, da'i terhadap peserta didik dengan
cara memberikan nasihat- nasihatyang bersifat membangun diri peserta
didik menjadi lebih baik.
d. Metode Memberi Perhatian, metode ini biasanya berupa pujian dan
penghargaan, sehingga peserta didik senang dan dapat melaksanakan
apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya ditinggalkan.
e. Metode Hukuman, metode ini digunakan pada saat terpaksa saja,
artinya jika berbagai metode telah kita lakukan, akan tetapi peserta
didik masih tidak menurut, maka satu- satunya cara yaitu dengan
memberikan hukuman, yaitu hukuman yang bersifat memberi
pelajaran.
6. Evaluasi
Dalam Pendidikan islam evaluasi adalah suatu proses penaksiran terhadap
kemajuan pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan
pendidikan. Sedangkan evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan
untuk menentukan taraf kemajuan aktifitas atau pengetahuan peserta didik
di dalam pendidikan Islam. Evaluasi ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui kadar pemahaman peserta didik mengenai materi pelajaran,
7
hal ini juga bisa menentukan siapa peserta didik yang cerdas dan lemah,
kemudian peserta didik yang lemah kita berikan perhatian khusus agar
kekurangannya tadi bisa tertutupi.
7. Kelembagaan dalam Pendidikan Islam
Dalam suatu sistem pendidikan, satu hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan adalah suatu institusi atau
pranata yang menaungi, mengatur, dan melaksanakan suatu sistem
pendidikan dengan terorganisasi dan terorganisir untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dalam pendidikan.
C. Dasar Pendidikan Islam
Dasar ilmu pendidikan Islam tentu saja didasarkan pada falsafah hidup
umat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Ajaran itu bersumber dari al-Qur`an, sunnah
Rasulullah saw, (selanjutnya disebut Sunnah), dan ra`yu ( hasil pikir manusia).
Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-Qur`an harus
didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasan tidak ditemukan di dalam
al-Qur`an, maka harus dicari di dalam sunnah, apabila tidak ditemukan juga
dalam sunnah, barulah digunakan ra`yu. Sunnah tidak bertentangan dengan al-
Qur`an , dan ra`yu tidak boleh bertentangan dengan al-Qur`an dan sunnah.
Pada dasarnya semua dasar agama Islam akan kembali kepada kedua
sumber utama yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Hal ini sejalan dengan pesan
Rasulullah agar umat Islam tidak tersesat dalam menjalani hidupnya,
sebagaimana Sabdanya sebagai berikut:
8
sahabat, ijtihad, mashlahah mursalah, urf. Sedangkan dasar operasional
meliputi dasar historis, sosial, ekonomi, politik, psikologis dan fisikologis.
Dengan dasar-dasar pendidikan secara operasional bagaimana pendidikan
Islam secara idealitas dan bagaimana pendidikan Islam secara realitas telah
berjalan dalam kurun waktu 14 abad. Pendidikan Islam yang terjadi antara
suatu negara secara operasional akan mengalami perbedaan. Hal ini karena
perkembangan historisnya tidak sama, begitu pula secara sosial, psikologi,
politik yang menentukan arah dan pelaksanaan pendidikan Islam di suatu
negara.
D. Batasan Pendidikan Islam
Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup; awal dan akhir
berarti memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah
pengaktualisasian fitrah insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia
dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial,
religius).
1. Batas (awal) Pendidikan Islam
Yang dimaksud dengan batas awal pendidikan Islam ialah saat
kapan pendidikan Islam itu dimulai. Para ahli paedagogik muslim dan non
muslim mempunyai pendapat yang beragam akan hal ini. Mereka hanya
sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha dan proses mempunyai
batas-batas tertentu. Langevel, memberikan batas awal (bawah)
pendidikan pada saat anak sudah berusia kurang lebih 4 tahun, yakni pada
usia ini telah terjadi mekanisme untuk mempertahankan dirinya
(eksistensi) perubahan besar dalam jiwa seseorang anak di mana sang anak
telah mengenal aku-Nya. Sehingga si anak sudah mulai sadar/mengenal
kewibawaan (gezag). Kewibawaan dalam pendidikan adalah kesediaan
untuk mengalami adanya pengaruh dan menerima pengaruh (anjuran)
orang lain atas dasar sukarela. Bukan karena takut atau terpaksa.
Imam al-Gazali berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih
yang siap untuk ditulisi melalui orang tuanya sebagai pendidik sehingga
batas awal pendidikan pada saat anak dalam kandungan ibunya, lebih jauh
dari itu yakin pada saat memilih calon pasangan hidup (suami isteri). Di
9
mana anak akan lahir, tidaklah terlepas dari pengaruh perilaku orang
tuanya yang mendidik dan membesarkannya. Anak dalam kaitannya dalam
pendidikan menurut ajaran Islam adalah fitrah atau ajaran bagi orang
tuanya. Sebagaimana Hadis Rasulullah SAW. yang artinya setiap anak itu
dilahirkan atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan Nasrani
atau Majusi.
2. Batas Akhir Pendidikan Islam
Sebelum anak mengenal kewibawaan (gezag) dari pendidik maka
peristiwa pendidikan belum ada, dan yang ada hanya latihan dan
pembiasaan saja. Kewibawaan yang dimaksud adalah kekuatan batin yang
dimiliki oleh pendidik yang ditaati oleh anak didik. Langevel memandang
pendidikan itu sebagai suatu pergaulan antara anakdidik dengan pendidik.
Tugasi pendidik ialah mendewasakan anak didik (manusia muda) dengan
membimbing sampai pada tingkat kedewasaan (jasmani dan rohani).
Sehingga dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab secara etis.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam menurut Imam al-Gazali
adalah untuk mencapai keutamaan dan taqarrub (pendekatan diri kepada
Allah). Sejalan dengan hal di atas jelaslah bahwa batas pendidikan versi
Langevel agak realistik pragmatik, maka batas pendidikan Islam lebih
idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu berlangsung dari
buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi SAW.:
Artinya:
10
hidupnya dia membutuhkan pertolongan orang lain?, maka semakin
banyak kebutuhan hidup yang dibutuhkannya semakin pula ia
membutuhkan pendidikan.
Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya
manusia muttaqin yang secara sadar dan bertanggung jawab selalu
mencari keridaan Allah Swt. melalui jalur muamalah yang ubudiyah
sehingga sistem pendidikan Islam adalah suatu pola yang menyeluruh dari
suatu masyarakat, unsur-unsur lembaga formal atau non formal dengan
pemindahan pengetahuan dan pewarisan kebudayaan yang mempengaruhi
pertumbuhan sosial spiritual dan intelektual. Dengan munculnya sistem
pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri adalah suatu
fenomena baru dalam syariat Islam.
E. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
1. Pendidikan Islam di Masa Oede Baru
Pendidikan Islam pada masa Orde Baru menghadapi berbagai
macam persoalan baik dilihat dari dunia pendidikan sebagai suatu sistem
pembudayaan manusia ataupub pendidikan sebagai sebuah fenomena, dan
ini merupakan acuan penting dalam analisis makalah ini. Pendidikan Islam
sebagai sebuah fenomena dianggap penting dibahas mengingat kemajuan
dunia pendidikan Islam itu sendiri sangat ditentukan sejauh mana proses
pendidikan ini dapat mengakomodir perkembangan dan ilmu pengetahuan
dewasa ini. Persoalan utama Pendidikan Islam yang sering dimunculkan
oleh pakar adalah masalah dikotomi dalam sistem pendidikan. Pada
dasarnya, permasalahan ini tidak semestinya terjadi dalam sistem
pendidikan nasional mengingat dualisme tersebut merupakan produk
pendidikan barat yang dinasionalisasikan, tentunya dengan sedikit
modifikasi. Dikotomi dalam sistiem pendidikan ini tidak hanya menjadi
persoalan dalam dunia pendidikan di Indonesia namun hampie seluruh
negara yang mayoritas penduduknya muslim. Oleh karena itu, para pakar
pendidikan Islam dari berbagai penjuru dunia termotivasi mencari jalan
keluar dari masalah ini seperti mengadakan berbagai pertemua
Internasional yang dapat melahirkan gagasan baru seperti upaya islamisasi
11
ilmu yang saat ini sedang digalakkan untuk memecahkan persoalan
tersebut.
Diantaranya dilakukan dengan diadakan berbagai pertemuan
Internasional yang melahirkan berbagai gagasan baru, termasuk di
dalamnya upaya islamisasi ilmu. Bila dualisme ini berhasil ditumbangkan,
maka dapat dipastikan sistim pendidikan Islam akan m,engalami
perubahan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Untuk tingkat
pendidikan tinggi misalnya IAIN akan lembur secara integratif dengan
perguruan tinggi lain Peleburan ini berlangsung dengan dasar-dasar yang
filosofis. Sedangkan peleburan secara integratif hanya akan berlangsung
dalam jangka waktu panjang sebab akan sangat tergantung pada
keberhasilan proses Islamisasi ilmu di kalangan masyarakat Indonesia.
2. Pendidikan Islam di Zaman Formasi
Kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun seakan membuat
masyarakat Indonesia terlelap dalam tidur panjang. Mereka terbuai dalam
alam mimpi indah yang diciptakan oleh mesin-mesin kekuasaan Orde
Baru. Akhir kekuasaan orde baru adalah krisis ekonomi yang sangat parah.
Masyarakat baru menyadari bahwa pemerintah sangat lemah dan tidak
dapat berbuat banyak dalam menghadapi situasi tersebut. Kegagalan
pemerintah orde baru melahirkan Undang-Undang Otonomi Daerah No.22
Tahun 1999 yang mengatur tentang desentralisasi dalam bidang
pendidikan. Di mana masalah pendidikan diserahkan pada Pemerintah
Daerah bukan lagi pusat melaksanakannya. UU ini di satu sisi sangat
menguntungkan dunia pendidikan karena daerah dapat memasukkan nilai-
nilai budayanya dalam sistem pendidikan. Di balik itu semua, dunia
pendidikan pada masa ini dililit oleh berbagai persoalan, seperti yang
termaktup di bawah ini :
a. Kondisi perekonomian nasional yang buruk memberi pengaruh besar
terhadap kehidupan masyarakat. Menurunnya pendapatan rumah
tangga dan bahkan hilangnya pekerjaan dan penghasilan adalah
persoalan yang sangat krusial. Ditambah lagi dengan kenaikan harga
tang sangat tinggi yang mencapai 100-400%, termasuk diantaranya
12
harga peralatan sekolah seperti buku tulis, pensil, balpoin, kertas,
harga foto copy dan perlengkapan sekolah lainnya seperti sepatu,
seragam, tas dan lain sebagainya.
b. Persoalan lain yang dihadapi masyarakat Indonesia ialah situasi
keamanan yang sangat tidak jelas. Di beberapa daerah seperti Aceh,
Maluku, Irian Jaya terus berlangsung gejolak yang berkepanjamgan
yang menimbulkan bias yang besar bagi dunia pendidikan.
c. Akibat dari persoalan yang dihadapi pemerintah pada masa keruntuhan
ekonomi ini, maka kemampuan pemerintah dalam memperhatikan
pendidikan berkurang dibandingkan perhatian pemerintah pada
pemenuhan hajat pokok masyarakat. Terkesan pemerintah lebih
memprioritaskan ketersediaan pangan anak negeri dibandingkan
urusan lain. Akibatnya, kemampuan pemerintah dalam usaha
oeningkatan kualitas dan kuantitas pembelajaran menjadi berkurang
sehingga dengan sendirinya kualitas pendidikanpun menurun.
3. Pendidikan Islam di Era Teknologi Informasi
Pendidikan Islam saat ini ditantang untuk mampu memanfaatkan
tehnologi canggih, jika tidak ingin semakin jauh tertinggal. Aplikasi
tehnologi di bidang pendidikan telah mempercepat penyebaran informasi
dan ilmu pengetahuan. Penemua kertas mwmbawa kemajuan dalam
bidang kearsipan dan penyebaran pengetahuan, tetapi dengan penemuan
mesin tik dan percetakan membawa kemajuan lebih besar, jauh lebih besar
lagi dengan tehnologi elektronika di bidang informasi dan komunikasi
telpon, radio, photo copy, faksimil, Computer, Internet dan lain-lain.
Dalam bidang kearsipan. Dari bebatuan dan pelepah kayu ke kertas
dalam garis kemajuan tehnologi. Demikian juga di bidang perlengkapan
simulasi dan laboratorium. Kesemua ini menuntut kesiapan diri dari dunia
pendidikan Islam untuk turut mengambil manfaatntya. Sebagai contoh Ali
Shahab yang dikutip oleh Jabrohim & Saudi Berlian menyebutkan televisi
merupakan sarana belajar yang efektif, televisi merupakan sumber
pengetahuan, informasi dan sekaligus rileksasi. Ini memang tidak sepelik
persoalan epistemologi atau pandangan kemanusiaan modern. Yang
13
penting di sini adalah pengembangan sikap yang tepat terhadap tehnologi
dan berbagai kemudahan serta efek sampingnya. Terbuka terhadap
tehnologi baru tanpa menjadikannya sebagai “Tuhan” adalah sikap yang
tapat. Teknologi penting, tetapi ia tidak boleh ditempatkan sebagai tujuan
itu sendiri. Teknologi mesti ditempatkan pada posisi dimana ia
mempermudah pencapaian tujuan akhir pendidikan Islam dengan
menghindari kemungkinan efek negatif televivi dan internet terhadap
generasi muda adalah bukti bahwa masyarakat Islam cendrung menjadi
obyek dari teknologi, bukan menjadi subjek yang mengambil apa yang ia
butuhkan dari kemajuan teknologi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Orientasi Pendidikan Islam: Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk
individu yang beriman dan bertakwa, serta memiliki akhlak yang baik.
Orientasi ini menekankan pentingnya integrasi antara aspek spiritual dan
akademis dalam pendidikan.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam: Pendidikan Islam mencakup berbagai
aspek, termasuk pendidikan formal, non-formal, dan informal. Ruang
lingkup ini meliputi pengajaran agama, moral, serta ilmu pengetahuan
yang relevan dengan nilai-nilai Islam.
3. Dasar Pendidikan Islam: Dasar pendidikan Islam berlandaskan pada Al-
Qur'an dan Hadis, yang menjadi pedoman dalam penyampaian ilmu dan
pembentukan karakter. Prinsip-prinsip seperti keadilan, kesetaraan, dan
keberagaman juga menjadi landasan penting dalam pendidikan ini.
4. Batasan Pendidikan Islam: Batasan pendidikan Islam terletak pada tujuan
dan metode yang digunakan. Pendidikan ini harus sesuai dengan ajaran
Islam dan dapat diterima secara syar'i, serta tidak menyimpang dari nilai-
nilai dan norma-norma agama.
5. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia: Pendidikan Islam di
Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, mulai dari
pendidikan pesantren hingga lembaga pendidikan formal. Tantangan dan
peluang dalam konteks sosial dan budaya Indonesia mempengaruhi cara
pendidikan Islam diterapkan dan diadaptasi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana
Prenada Media,2006),h.87-90
Syed Hoosen Nasr, Islamic Life and Thought (London: George Allen and Unwin,
1981), hal. 9.
16