Proposal Metopel Pestaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Proposal Metopel Pestaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Proposal Metopel Pestaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Dalam mencapai kinerja yang maksimal, faktor lain yang diperlukan dalam
perusahaan yaitu harus memiliki budaya organisasi yang kuat. Menurut (Jufrizen et al., 2018)
Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana pegawai mempersepsikan karakteristik dari
budaya suatu organisasi, bukannya dengan apa mereka menyukai budaya itu atau tidak.
Artinya, budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif. Budaya organisasi merupakan suatu
persepsi bersama yang dianut oleh semua anggota organisasi. Sementara menurut (Hendra,
2020) menyatakan budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang
mengarahkan perilaku anggota organiassi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan
budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.
Kinerja karyawan adalah tingkat pencapaian tugas, tanggung jawab, dan hasil kerja
yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam suatu organisasi. Kinerja ini mencakup
seberapa baik karyawan dapat melaksanakan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan standar
yang ditetapkan dan seberapa besar kontribusinya terhadap pencapaian tujuan organisasi.
IV. Tujuan
4.1.5. Untuk mengetahui dan menganalisi komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan
Dalam melakukan penelitian ini penulis dapat membahasnya dalam enam bab yang natara
lain yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis akan mengungkapkan tentang latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Dalam bab ini, akan diuraikan teori-teori yng mendukung penelitin yang terdiri dari
penegertian kinerja, factor-faktor yang mempengaruhi kinerja jurnal, kerangka pemikiran dn
hipotesis.
Menurut (Kossek, Noe, dan DeMarr, 2017) berpendapat bahwa cara individu
mengelola batasan antara peran kerja dan peran keluarga mempengaruhi keseimbangan
mereka. Mereka mengidentifikasi tiga gaya utama dalam mengelola keseimbangan:
Segmenters: Mereka yang memisahkan secara ketat antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi. Segmentasi ini membantu menjaga fokus pada satu peran pada satu waktu.
Integrators: Mereka yang menggabungkan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Meskipun lebih fleksibel, integrator mungkin lebih rentan terhadap kebingungan atau
stres jika batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi terlalu kabur.
Volleyers: Mereka yang secara dinamis berpindah-pindah antara peran kerja dan
keluarga tergantung pada kebutuhan dan prioritas pada waktu tertentu.
Time-based conflict: Indikator ini menunjukkan konflik yang terjadi ketika waktu
yang dihabiskan untuk pekerjaan mengurangi waktu yang tersedia untuk kehidupan
pribadi atau keluarga, dan sebaliknya.
Strain-based conflict: Ketika stres yang berasal dari pekerjaan memengaruhi kinerja
dalam peran keluarga atau kehidupan pribadi, atau ketika stres di rumah mengganggu
pekerjaan.
Behavior-based conflict: Terjadi ketika perilaku yang dibutuhkan di pekerjaan tidak
sesuai dengan perilaku yang diharapkan dalam kehidupan pribadi atau keluarga.
Menurut Robbin and Judge (2015), mengatakan bahwa komitmen organisasi dapat didefinisikan
sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasi keterlibatan dirinya kedalam
bagian organisasi yang dicirikan oleh penerimaan nilai dan tujuan organisasi, kesediaan berusaha demi
organisasi dan keinginan mempertahankan keanggotaan dalam organisasi.
Luthans (2019) mengatakan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu sikap mengenai
kesetiaan karyawan terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Sikap ini merupakan suatu proses yang
berlangsung terus menerus (continue) dimana karyawan juga memperlihatkan kepedulian tinggi pada
organisasi, sehingga komitmen organisasi merupakan sikap kerja yang bersifat tahan lama (durable) dan
stabil.
Menurut Greenberg dan Baron (2016) Mereka mendefinisikan komitmen organisasi sebagai
"kesediaan karyawan untuk bekerja lebih keras demi organisasi dan bertahan dalam organisasi dalam
jangka panjang."
Jadi Kesimpulannya, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi umumnya merujuk pada
keterikatan psikologis dan emosional antara karyawan dan organisasi. Komitmen ini melibatkan
keinginan karyawan untuk tetap berada di organisasi, loyalitas, serta dedikasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
b) Karakteristik pekerjaan
c) Karakteristik struktur.
d) Pengalaman kerja
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2014)
a) Faktor Kesadaran,
b) Faktor Aturan,
c) Faktor Organisasi
d) Faktor Pendapatan,
Menurut Mowday (Boon & Aruumugam, 2017) faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen
organisasi, yaitu :
a) Karakter personal,
b) Karakteristik pekerjaan dan peran
c) karakteristik strukturan organisasi
d) Pengalaman kerja
6.1.2.3. Indikator Komitmen Organisasi
Menurut Allen dan Mayer dalam Robbins (2019) mengemukakan bahwa terdapat tiga
dimensi terpisah komitmen organisasi, yaitu :
1. Affective commitment
2. Continuance commitment
3. Normative
Menurut Keith Davis (2019) Menurut Davis, kepuasan kerja adalah seperangkat
perasaan yang dimiliki seorang karyawan tentang pekerjaannya. Ini mencakup sikap positif
terhadap berbagai aspek pekerjaan dan lingkungan kerja, seperti rekan kerja, atasan, kondisi
kerja, dan kebijakan perusahaan.
Menurut Robbins dan Judge (2015) Kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap
umum individu terhadap pekerjaannya. Ini mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
pekerjaannya secara keseluruhan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gaji, hubungan
dengan kolega, peluang pengembangan karier, serta kondisi kerja fisik.
Menurut (Edwin Locke, 2020), yang menyatakan bahwa kepuasan kerja ditentukan
oleh kesesuaian antara apa yang diinginkan karyawan dan apa yang mereka terima dari
pekerjaan. Menurut Locke, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah:
Gaji: Tingkat kepuasan dipengaruhi oleh kesesuaian antara gaji yang diharapkan dan
gaji yang diterima.
Kesempatan promosi: Karyawan akan merasa puas jika kesempatan promosi sesuai
dengan harapan mereka.
Supervisi: Kepuasan bergantung pada hubungan antara karyawan dan atasan.
Pekerjaan itu sendiri: Karyawan akan puas jika pekerjaan mereka sesuai dengan
nilai, minat, dan keahlian mereka.
Rekan kerja: Kepuasan dipengaruhi oleh kualitas hubungan sosial di tempat kerja.
Kondisi kerja: Lingkungan kerja yang nyaman dan aman akan meningkatkan
kepuasan.
Menurut (Hackman dan Oldham, 2014) yang mengidentifikasi lima dimensi utama
pekerjaan yang memengaruhi kepuasan kerja:
Menurut (Victor Vroom, 2016) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi
oleh keyakinan karyawan bahwa usaha mereka akan menghasilkan kinerja yang baik, yang
pada gilirannya akan memberikan imbalan yang diinginkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja menurut Vroom adalah:
Menurut (Edwin Locke, 2018) kepuasan kerja dipengaruhi oleh kesesuaian antara apa
yang diinginkan karyawan dan apa yang mereka terima dari pekerjaan. Indikator-
indikatornya meliputi:
Gaji (Pay)
Supervisi (Supervision)
Stoner dan Edwar dalam Wahyudi (2020), kinerja adalah mutu dan jumlah yang
dilihat dalam menyelesaikan pekerjaan oleh individu, kelompok, atau organisasi itu sendiri.
1. Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan
faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang
2. Faktor-faktor bawaan, seperti bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan.
Tinggi rendahnya kinerja seseorang pegawai tentunya ditentui oleh faktor faktor yang
mempengaruhinya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut (Fajrin & Susilo,
2018) menyatakan faktor faktor penentu kinerja adalah:
1. Kualitas kerja terdiri dari ketepatan, keterampilan, kebersihan dan ketelitian.
2. Kuantitas kerja, kerja terdiri dari output dan penyelesaian kerja dengan extra.
3. Keandalan, terdiri dari mengikuti instruksi, inisiatif, kehati - hatian, dan kerajinan.
4. Sikap, terdiri dari sikap kepada perusahaan, karyawan lain dan pekerja serta kerja
sama.
Menurut (Jufrizen & Lubis, 2020) faktor faktor yang mempengaruhi kinerja adalah
sebagai berikut yaitu faktor situasional meliputi :
1. Kepemimpinan
2. Prestasi kerja
3. Hubungan sosial
4. Lingkungan kerja
5. Budaya organisasi
Indikator kinerja mengacu kepada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal
hal yang bersifat hanya merupakan indikasi kinerja saja, sehingga bentuknya cenderung
kualitatif atau tidak dapat dihitung (peningkatan, ketepatan, perputaran, tingkat, efektivitas,
dan lain lain. Menurut (Hasin et al., 2016) indikator kinerja adalah sebagai berikut :
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Waktu Kerja
Tahun
1 JURNAL ILMIAH PENGARUH BUDAYA KEPUASAN Adapun simpulan
MAHASISWA ORGANISASI KERJA dalam penelitian
KESEHATAN TERHADAP KINERJA WORK-LIFE yang berjudul
MASYARAKAT PEGAWAI PADA BALANCE Pengaruh Work-
VOL. KANTOR BADAN (KESEIMBANGAN Life Balance
2/NO.5/ Januari PERENCANAAN KEHIDUPAN (Keseimbangan
2017; ISSN 250- PEMBANGUNAN Kehidupan Kerja)
731X , DAERAH di Badan Layanan
KABUPATEN Umum Daerah
KOLAKA UTARA (BLUD) Rumah
Sakit Konawe
Selatan Tahun
2016 yaitu: 1. 2. 3.
H1 di tolak dan H0
di teima. Artinya
tidak ada pengaruh
yang signifikan
antara
keseimbangan
waktu terhadap
kepuasan kerja
perawat di BLUD
Rumah Sakit
Konawe Selatan
tahun 2016. H0 di
tolak dan H1di
terima. Artinya
Ada pengaruh yang
signifikan antara
keseimbangan
keterlibatan
terhadap kepuasan
kerja perawat di
BLUD rumah Sakit
Konawe Selatan
tahun 2016. H0 di
tolak dan H1di
terima. Artinya
Ada pengaruh yang
signifikan antara
keseimbangan
kepuasan terhadap
kepuasan kerja
perawat di BLUD
Rumah Sakit
Konawe Selatan
tahun 2016baik
pula kinerja yang
dihasilkan oleh
para pegawai.
terdapat pengaruh
yang signifikan
variabel bebas
Komitmen dan
Budaya Organisasi
secara bersama-
sama terhadap
variabel terikat
Kinerja.
4. Koefisien
korelasi (r) adalah
0,622, hal ini
berarti ada
hubungan yang
positif antara
Komitmen dan
Budaya Organisasi
dengan Kinerja dan
hubungannya
masuk dalam
kategori kuat.
Adapun besaran
pengaruh
persamaaan model
Komitmen dan
Budaya Organisasi
terhadap variabel
terikat Kinerja
memiliki Koefisien
determinasi sebesar
0,387
menunjukkan
bahwa besarnya
kontribusi
Komitmen dan
Budaya Organisasi
secara bersama-
sama terhadap
Kinerja adalah
sebesar 38,7 %,
sisanya sebesar
61,3
% disebabkan oleh
faktor lain. seperti
kompensasi, beban
kerja, kepuasan
kerja dan
sebagainya.
6.2. KERANGKA PEMIKIRAN
Keseimbangan Kerja
(X1)
Kinerja Karyawan
Kepuasan kerja
(Z) (Y)
Komitmen Organisasi
(X2)
Keseimbangan kerja dan komitmen organisasi memiliki pengaruh simultan yang kuat
terhadap kepuasan kerja. Ketika karyawan mampu menyeimbangkan kehidupan pribadi
dengan pekerjaan dan merasa terikat secara emosional dengan organisasi, mereka cenderung
lebih bahagia, termotivasi, dan produktif. Organisasi yang mengelola kedua faktor ini secara
efektif dapat meningkatkan loyalitas, kinerja, dan kepuasan kerja karyawan secara
keseluruhan.
6.2.4. Pengaruh keseimbangan kerja terhadap kinerja karyawan
6.3. Hipotesis
6.4.1. Gambaran Umum tentang pengaruh keseimbangan kerja dan kepuasan kerja
terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan
Keseimbangan kehidupan kerja yang baik dapat berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja pegawai di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padang. Dengan
menjaga keseimbangan yang baik, pegawai tidak hanya akan merasa lebih puas dengan
pekerjaan mereka tetapi juga lebih berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dalam
penanggulangan bencana di masyarakat. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memberikan
rekomendasi praktis untuk meningkatkan kualitas kerja dan kesejahteraan pegawai di BPBD.
6.4.2.1. Visi
6.4.2.2. Misi
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan, BPBD di daerah kota padang
7.2.1. Populasi
Populasi yang dipakai yakni personil BPBD Kota Padang, sebanyak 32 orang, yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil.
7.2.2. Sampel
Teknnik pengambilan sampel yang dipakai yakni teknik sampling jenuh. Secara definisi,
sampling jenuh merupakan teknik pengambilan sejumlah sampel dimana jumlah sampel
tersebut mempunyai jumlah yang sama dengan jumlah populasi.
Jenis data berupa data kuantitatif, yakni data dalam bentuk angka, atau data yang
diberi angka (skoring). Data tersebut berasal dari jawaban pertanyaan kuesioner
yang diberikan.
Dalam penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian kerangka penelitian
penulis memiliki 4 variabel yaitu Gaya Kepemimpinan Transformasional, Budaya
Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Pegawai dan dalam penelitian ini peneliti
mengidentifikasi variable tersebut, sebagai berikut.
Tabel 3.1.
Dalam analisis data, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif. Yaitu menganalisa data yang diperoleh berdasarkan kenyataan yang
kemudian dihubungkan dengan teori yang menunjang pembahasan Perolehan data melalui
jawaban dari kuesioner yang disebarkan kepada responden yang dalam penelitian ini adalah
karyawan. Dan untuk pengolahan data dari keseluruhan jawaban dari responden akan
digunakan metodeanalisis deskriptif kuantitatif, yaitu metode perhitungan dengan
menggunakandata diperoleh kemudian dita bulasikan. Serta selanjutnya data akan dianalisis
dandiintepretasikan. Penilaian variabel dapat diberi nilai sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Penilaian Interprestasi Mean Variabel Penelitian
NILAI MEAN INTERPRESTASI
1, 80 - 2, 59 Tidak Setuju
2, 60 - 3, 39 Cukup Setuju
3, 40 - 4, 19 Setuju
Uji validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukuran
mampu mengukur apa yang diukur. Tingkat validitas dapat diukurdengan cara
membandingkan nilai r hitung (correlation item total correlation) dengan nilai r tabel dengan
ketentuan untuk degree of freedom (df) = n - k , dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah
konstruk dengan alpha 0,05 (α = 5%) Apa bila r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai r
positif, maka pernyataan tersebut dapat dikatakan valid.
Untuk menguji apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan berbeda
antara satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mengetahui adanya gejala heterokedasitas
dalam model persamaan regresi dapat menggunakan glejser dan Scatterplot.
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi antar variabel yang
diteliti, maka digunakan Uji Durbin-Watson yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin-
Watson yang dihitung dengan dl dan du yang ada dalam tabel dengan ketentuan sebagai
berikut
- Dasar Pengambilan Keputusan
a. Apabila d < dl atau d > 4-dl maka terdapat autokorelasi
b. Apabila du < d < 4-du maka tidak terdapat autokorelasi
c. Apabila dl < d < du atau 4-du < d < 4-dl tidak ada kesimpulan
Untuk menguji hipotesis data diolah, dan dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis Regresi Linear Berganda dengan menggunakan program Microsoft Excel dan
Software Statistik SPSS. Analisis Regresi Linier Berganda ini digunakan untuk menguji
pengaruh atau hubungan antara variabel independen gaya kepemimpinan transformasional
(X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) melalui variabel intervening
kepuasan kerja (Z). Perhitungan akan dilakukan dengan bantuan program SPSS pada toko
roti Rotte Bakery Umban Sari.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
R2 = 0% Tidak Berpengaruh
Uji t digunakan untuk menguji apakah pertanyaan hipotesis benar. Uji t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh variabel penjelas secara individualdalam
menerangkan variabel terikat. Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai ig < 0.05 atau t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh variable X
terhadap variabel Y.
b. Jika nilai sig > 0,05 atau t hitung <t tabel maka tidak terdapat pengaruh variabel X
terhadap variabel Y.
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu ujiuntuk melihat
bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara simultan terhadap variabel
terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau
tidak baik/non signifikan. Dalam artikel ini dijelaskan tentang Uji F dan Ujit dalam
penelitian. Jika model signifikan, maka model bisa digunakan untuk prediksi/peramalan,
sebaliknya jika non/tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk
peramaian. Cara melakukan uji F adalah sebagai berikut:
Buku:
Agussalim, 2018. Metodologi Penelitian. 2 ed. Padang: Ekasakti Press.
Akhirudin DC, M., 2015. Hidup Seimbang Hidup Bahagia. 1 ed. Tanggerang Selatan:
Gemilang.
Bintoro, M. & Daryanto, 2017. Manajemen Penilaian Kinerja Karyawan. 1 ed.
Yogyakarta: Gava Media.
Hudson, 2015. The Case for Work/Life Balance. North America: Hudson Highland
Group.
Junaidi, 2014. Deskripsi Data Melalui Box Plot. Jambi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Jambi.
Mangkunegara, A. P., 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. 11 ed.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nuryadi, 2017. Dasar-Dasar Staristik Penelitian. 1 ed. Yogyakarta: Sibuku Media.
Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Pendidikan. 3 ed. Bandung: Alfabeta.
Jurnal:
Asepta, U. Y., 2017. Analisis Pengaruh Work-Life Balance Dan Pengembangan Karir
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Telkomsel, Tbk Branch Malang. Jurnal
Jibeka, Volume 11, p. 79.
Delecta, P., 2011. Impact of Work-Life Balance in Improving Organizational
Performance - A Literature Review. International Journal of Current Research, 3(4),
pp. 186-189.
Ganapathi, M. D., 2016. Pengaruh Work-Life Balance Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan (Studi Pada PT. Bio Farma Persero). e-Proceeding of Management, Volume
3, p. 506.
Kristiani, T., 2015. Analisis Pengaruh Worklife Balance dan Kepuasan Kerja
Terhadap Komitmen Organisasi Pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi, Jakarta: Binus
University. Prasetio, E. Y. d. A. P., 2018. Kontribusi Work LIfe Balance terhadap Job
Satisfaction pada Karyawan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil. Jurnal Penelitian
Pendidikan..
Rondonuwu, F. A., 2018. Pengaruh Work-life Balance Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Pada Hotel Sintesa Peninsula Manado. Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 7,
no. 2, pp. 2338-9605.
KUISONER