TUGAS EPBK_F623096_NASTITI PINASTI
TUGAS EPBK_F623096_NASTITI PINASTI
TUGAS EPBK_F623096_NASTITI PINASTI
DISUSUN OLEH :
NASTITI PINASTI F623096
FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
LITERATURE REVIEW 1
Penulis Jurnal Renita Muzalfah, Yunita Dyah Puspita Santik, Anik Setyo Wahyu
Ningsih
LITERATURE REVIEW
Artikel history: Preeclampsia is one of the three highest factors in the death of a
Received; 30 November 2019 pregnant woman. WHO data states that 585,000 women die annually
during pregnancy or childbirth and more than half (58.1%) are caused
Revised; 02 Desember 2019 by preeclampsia and eclampsia. There is a triad of symptoms of
preeclampsia namely, proteinuria, edema, and hypertension. Although
Accepted; 05 Desember 2019 the cause of preeclampsia is still unknown, the initial stage of
pathogenesis begins with an abnormal placenta due to nutrition. One
nutrient that plays a role is folic acid. In pregnant women who
experience preeclampsia, their folic acid levels are very low and their
homocysteine is very high. The recommended intake of folic acid for
pregnant and lactating women, is 0.4 mg / day due to folic acid
deficiency resulting in preeclampsia suffering from maternal
hypertension, proteinuria, kidney damage, and increased fetal death.
Folic acid can be found in fresh fruit, yeast, liver, green leaves, and
mushrooms. Folic acid acts as a metal donor in the remetilation
reaction of homocysteine metabolism. If folic acid deficiency occurs,
there will be no change in homocysteine to methionine which ends in
hyperhomocysteinemia.
Abstrak
Preeklamsi merupakan satu dari tiga faktor tertinggi kematian ibu
hamil. Data WHO menyatakan bahwa 585.000 ibu meninggal per
tahunnya ketika hamil atau bersalin dan lebih dari setengahnya
(58,1%) diakibatkan oleh preeklamsi dan eklamsi. Terdapat trias dari
gejala preeklamsi yaitu, proteinuria, edema, dan hipertensi. Meskipun
masih belum dapat diketahui penyebab preeklamsi, namun tahap awal
pathogenesis dimulai dengan plasenta yang abnormal akibat nutrisi.
Salah satu nutrisi yang berperan adalah asam folat. Pada ibu hamil
yang mengalami preeklamsi, kadar asam folat yang dimiliki sangat
rendah dan homosistein yang dimiliki sangat tinggi. Asupan asam folat
yang dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui, adalah 0,4 mg/hari
Akibat kekurangan asam folat mengakibatkan penderita
preeklamsi mengalami hipertensi maternal, proteinuria,
kerusakan ginjal, serta peningkatan kematian fetus. Asam folat
bisa didapatkan dalam buah segar, ragi, hati, daun hijau, dan jamur.
Asam folat bertindak sebagai donor metal dalam reaksi remetilasi pada
metabolism homosistein. Bila terjadi kekurangan asam folat, tidak
akan terjadi perubahan homosistein
menjadi metionin yang berakhir pada hiperhomosisteinemia
Keywords: Coresponden author:
Preeklamsi; Email: lazulfainda29@gmail.com
Asam folat;
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0
Homosistein;
PENDAHULUAN
Masalah terbesar negara berkembang adalah morbiditas serta mortalitas pada wanita hamil dan
bersalin (Kartini, Fratidhina Y, 2019). Data WHO menyatakan bahwa 585.000 ibu meninggal per
tahunnya ketika hamil atau bersalin dan lebih dari setengahnya (58,1%) diakibatkan oleh preeklamsi
dan preklamsi (Lestariningsih, 2019). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (Depkes RI),
preeklamsi terjadi 3-10% frekuensi kehamilan. Terdapat tiga faktor tertinggi kematian ibu, yaitu
pendarahan (28%), toksemia (24%), dan dan infeksi (11%). Dan preeklamsi merupakan salah satu
kejadian dari toksemia yang mana bila preeklamsi tidak ditangani dengan serius akan menjadi menjadi
lebih parah dan terjadi eklamsi (Dewi VK, 2014).
Terdapat trias dari gejala preeklamsi yaitu, proteinuria, edema, dan hipertensi. Kejadian ini masih
belum dapat diketahui etiologi serta patofisiologinya akan tetapi terdapat kesepatakan bahwa terdapat
tiga keadaan penting yang dapat ditemukan seperti iskemia plasenta, hipertensi, dan DIC
(Disseminated Intravascular Coagulation).4 Meskipun masih belum dapat diketahui penyebab
preeklamsi, namun tahap 1 patogenesis dimulai dengan plasenta yang abnormal akibat nutrisi. Salah
satu nutrisi yang berperan adalah asam folat yang berfungsi untuk biosintesis DNA dan RNA,
metabolisme homosistein, fungsi enzimatik, serta proses diferensiasi(Malahayati I, 2016).
Pada keadaan normal, plasentasi memerlukan invasi trofoblas ekstravilus sempurna ke dalam arteri
spiralis uterus ibu. Terjadi perubahan arteri spiralis yang memungkinkan mudahnya pengiriman
sejumlah besar darah ke ruangan intervilus. Ketika kehamilan 8-12 minggu, sumbatan trofoblas
berakumulasi pada arteri spiralis yang mengakibatkan rusaknya sel endotel, invasi serta terjadi
modifikasi lapisan tunika muskularis media. Hal tersebut berakibat pada terjadinya stress oksidatif.
Untuk mengurangi stress oksidatif, asam folat berperan penting dalam menangkap radikal bebas dan
meningkatkan bioavilabilitas nitrat oksida.(Malahayati I, 2016).Namun pada ibu hamil yang
mengalami preeklamsi, kadar asam folat yang dimiliki sangat rendah dan homosistein yang dimiliki
sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan penderita preeklamsi mengalami hipertensi maternal,
proteinuria, kerusakan ginjal, serta peningkatan kematian fetus (Yusuf A, 2015)
Hasil Dan Pembahasan
Preeklamsi merupakan seuatu sindrom yang khas pada kehamilan dengan tanda-tanda hipertensi di
mana didapatkan adanya kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau kenaikan ≥ 30 mmHg dari
sebelum hamil atau kenaikan diastolik ≥ 90 mmhg atau kenaikan ≥ 15 mmHg dari sebelum hamil. Selain
hipertensi, ditemukan juga proteinuria dengan kadar protein urin 300 mg per 24 jam atau 30 mg/dk
(1+pada dipstick) dalam sampel urin acak dan edema. Serta sering juga disertai gangguan pada berbagai
sistem organ, dan biasanya terjadi pada primigravida. Penyakit ini sering dideteksi pada triwulan ke-3
kehamilan dan berkemungkinan bertambah parah seiring tuanya usia kehamilan. Kejadian preeklamsi
belum dapat diketahui, namun terdapat beberapa faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes
mellitus, riwayat hipertensi ibu, molahidatidosa, obesitas, sosial ekonomi rendah, primigravida (muda:
usia < 20 tahun dan tua: usia > 35 tahun)(Jayani DD, 2013).
Negara berkembang memiliki angka insidensi preeklamsi lebih tinggi dibanding negara maju. Karena
negara maju memiliki perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian preeklamsi dipengaruhi faktor
genetik, ras, paritas, serta lingkungan. Faktor lain yang mempengaruhi dalam kejadian preeklamsi
adalah usia, dan riwayat hipertensi. Menurut sebuah studi, riwayat hipertensi merupakan faktor yang
paling beresiko terhadap kejadian preeklamsi. Sangat berbahaya bila ibu hamil mengalami preeklamsi
karena dapat berdampak langsung kepada janinyaitu terjadi berat badan lahir rendah (BBLR) karena
terjadi spasmus anteriol spinalis deciduas menurun aliran darah ke plasenta yang berakibat gangguan
fungsi plasenta. Kerusakan plasenta dapat berakibat hipoksia janin, keterbatasan pertumbuhan
intrauterine (IUGR) dan kematian dalam kandungan. Selain berdampak buruk pada bayi, ibu hamil pun
dapat mengalami kejadian cukup serius seperti solusio plasenta, abruption plasenta, hipofibrinogemia,
hemolysis, perdarahan otak, kerusakan pembuluh kapiler, kebutaan, edema paru, nekrosis hati,
kerusakan jantung. Dan bila preeklamsi semakin memburuk akan terjadi eklamsi, dan komplikasi
terburuknya adalah kematian pada ibu (Dwikanthi R, 2015).
Menurut sebuah studi, kejadian preeklamsi berkaitan dengan defisiensi asam folat(Yusuf A, 2015).
Asam folat memiliki fungsi penting dalam patogenesis preeklamsi karena asam folat berperan dalam
metabolisme homosistein. Defisiensi asam folat terbukti menyebabkan tingginya kadar homosistein,
dinyatakan bahwa hamper dua per tiga kasus hiperhomosisteinemia disebabkan defisiensi vitamin B12
dan B5. Homosostein merupakan asam amino yang mengandung sulfur. Terdapat bukti eksperimental
yang meghasilkan kesimpulan bahwa kelebihan homosistein menyebabkan terjadinya kerusakan
endotel karena terjadi proses otooksidasi yang menghasilkan gugus oksigen reaktif yaitu superperoksida
dan hydrogen peroksida (Jayakusuma AAN dkk, 2007).
Asam folat berasal dari Bahasa Latin yang berarti daun, merupakan bagian dari vitamin B kompleks
yang bisa didapatkan dalam buah segar, ragi, hati, daun hijau, dan jamur. Asam folat disebut juga
folacin/liver lactobacillus cosil factor/factor u dan factor R atau vitamin B11. Asam folat bertindak
sebagai donor metal dalam reaksi remetilasi pada metabolism homosistein. Bila terjadi kekurangan
asam folat, tidak akan terjadi perubahan homosistein menjadi metionin yang berakhir pada
hiperhomosisteinemia (Hanafiah TM, 2007).
Asupan asam folat 3,1 mg/kgbb/hari dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan,
sedangkan untuk ibu hamil dan menyusui, asupan asam folat yang dianjurkan adalah 0,4
mg/hari. Dalam tubuh, poliglutamat merupakan bentuk dari asam folat kemudian di absorpsi di
duodenum dan jejunum. Setelah itu, asam folat yang telah diabsorpsi di angkut ke hati dan sumsum
tulang. Dan diekskresikan melalui empedu dan urin. Meskipun asam folat dengan mudah didapat,
namun ada beberapa hal yang membuat seseorang kekurangan asam folat seperti peningkatan
kebutuhan pada ibu hamil dan laktasi, akibat obat-obatan, defisiensi enzim, diet yang inadekuat, serta
penggunaan alcohol (Tangkilisan HA, 2002).
Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia megaoblastik (anemia pernisiosa). Cadangan
asam folat dalam tubuh sangat sedikit 5-10 µg dan kebutuhan akan asam folat sampai 50-100 µg/hari
pada wanita normal dan 300-400 µg/hari pada wanita hamil satu anak namun bila hamil kembar,
asupan asam folat lebih tinggi lagi. Asam folat berfungsi dalam perkembangan janin, organ serta
pembelahan sel. Beberapa hal penyebab dari kekurangan asamfolat, yaitu diet rendah folat sakit berat,
kekurangan vitamin C, muntah pada ibu hamil, anemia hemolitik, pemakaian obat-obatan
antikonvulsan, serta alcohol (Hanafiah TM, 2007).
Gejala yang didapatkan bila kekurangan asam folat adalah lesu, lemas, susah bernafas, edem, nafsu
makan menurun, depresi serta mual. Terkadang didapatkan glossitis, diare, dan pucat. Adapun
dijumpai kasus malnutrisi. Pada pemeriksaan laboratorium, kekurangan asam folat didapatkan Hb
rendah yaitu 4-6 gm/100ml, eritrosit 2 juta/mm3, terdapat leukosit perifer dominan berbentuk segmen,
ketika mengaspirasi sumsum tulang crista illiaka didapatkan sumsum tulang
hiperplastik/megaloblastik. Bila keadaaan bergeser ke arah komplikasi akan terjadi infeksi sekunder,
perdarahan, kematian janin dalam Rahim, dan kematian ibu. Selain itu, dapat terjadi gangguan
plasentasi abortus habitualis, solusio plasenta, dan kelainan kongenital jann (neural tube
defect)(Hanafiah TM, 2007)
Daftar Rujukan
Dewi VK. (2014). Hubungan Obesitas Dan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Preeklamsi Di
Puskesmas Rawat Inap Danau Panggang. An-Nadaa, 1(2), 57–61.
Dwikanthi R, I. (2015). Hubungan Antara Kompetensi (Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan) Bidan
Terhadap Ketepatan Rujukan Pada Kasus Preeklamsi di Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 6(3), 47–56. Retrieved from
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/131
Hanafiah TM. (2007). Perawatan Antenatal dan Peranan Asam Folat dalam Upaya Meningkatkan
Kesejahteraan Ibu Hamil dan Janin. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 31(4), 189–
DampakKejadianPreeklamsiadalamKehamilanTerhadap Pertumbuhan
Janin Intrauterine
ImpactofPreeclampsiaIncidenceinPregnancyonIntrauterineFetal Growth
HaslianaHaslan*1,IchsanTrisutrisno212I
nstitut Sains dan Kesehatan Bone
ArticleInfo Abstract
Article History: Pendahuluan: Penyebab kematian ibu terbanyak adalah
Received perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia dan
2022-07- eklamsia), dan infeksi. Tujuan: Menganalisis dampak
02 kejadian preeklamsia dalam kehamilan terhadap
pertumbuhan janin intrauterine. Metode: Penelitian
Accepted analitik observasional dengan desain longitudinal panel
2022-10- study. Populasi ibu hamil yang ada di dan sampel diambil
10 secara purposive sampling sebanyak 74 ibu hamil. Hasil:
Uji chi square nilai P-value 0,000 atau <0.05, preeklamsia
Published dan OR0.017(0.002-0.15) dananalisisregresi status
2022-12- preeklamsia memiliki pengaruh 0,017. Koefisien
01 determinan (Negelkerke R Square) menunjukan nilai
probabilitas ibu hamil yang mengalami preeklamsia dapat
Keyword menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin
s: terhambat sebanyak 48%. Kesimpulan: Bahwa
kehamilan; preeklamsia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
eklampsia; janin intrauterine. Konseling dapat dilakukan kepada ibu
pre-eklampsia; hamil untuk meningkatkan status gizi ibu dan janin
status gizi; intrauterine.
Pendahuluan
Preeklampsia adalah suatu kondisi dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan dan disertai dengan proteinuria. Pada kehamilan dengan preeklampsia, invasi sel
trofoblas hanya terjadi pada sebagian arteri spiralis di daerah miometrium sehingga terjadi
gangguan fungsi plasenta, maka plasenta tidak memenuhi kebutuhan darah untuk nutrisi dan
oksigenkejanin.Gangguanfungsiplasentatersebutdapatmenyebabkanpertumbuhanjaninyang
terhambat. Pertumbuhan janin yang terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)
merupakan salah satu penyebab dari berat bayi lahir rendah (BBLR) Diperlukan pengobatan
secara terkontrol untuk ibu hamil dengan preeklampsia untuk menghindari adanya faktor risiko
yangdapatmembahayakanibudanjaninpadasaatmasakehamilandanpadasaatbersalin (Dewiet al.,
2018). Salah satu tanda gejala preeklampsia dalam kehamilan adalah sakit kepala hebat
yangmenetapdantidakhilangdenganberistirahat.Preeklampsiamerupakanmasalahkomplikasi
kehamilanyangmenyumbangkematianibutertinggi.PreeklampsiadenganIndeksMassaTubuh ibu
obesitas akan meningkatkan perburukan luaran maternal dan perinatal (Rahmawati et al.,2021).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di
dunia yaitu 289.000 jiwa. Pada Preeklampsia ringan, gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada
preeklampsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala terutama daerah frontalis, rasa
nyeri di daerah epigastrium, gangguan mata, penglihatan menjadi kabur, mual muntah, gangguan
pernafasan sampai sianosis, dan terjadi gangguan kesadaran (Rudiyanti &Raidartiwi, 2018).
Hipertensi dan sakit kepala tersebut ibu hamil juga mengalami penglihatan kabur dapat
menyebakan terjadinya preeklampsia (Hamzah et al., 2021).
Preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia
remaja dan kehamilan pada Wanita di atas 40 tahun. Preeklampsia adalah penyebab utama
kematian ibu dan janin. Hal ini merupakan urgensi dalam kesehatan ibu, khususnya di negara
berkembang seperti Indonesia. Pasien dengan preeklampsia berat yang memiliki kondisi kritis
cenderung dirawat di ruang resusitasi untuk bantuan dari personel yang lebih terampil dan
teknologiyanglebihcanggih(Firmantoetal.,2022).Preeclampsiaisacomplicationofpregnancy
thathasahighmortalityandmorbidityrate. Preeklampsiaditandaidenganhipertensigestasional
onset baru danproteinuria. Salah satu teori mengenai mekanisme preeklampsia adalah disfungsi
endotel. Disfungsi endotel menyebabkan penurunan kadar oksida nitrat (Khairunnisa, 2020)
manajemen nyeri yang dilakukan dengan hasil nyeri pasien dapat diatasi dipengaruhi oleh
pemberian manajemen nyeri yang dikembangkan (Arda & Hartaty, 2021). Preeklampsia adalah
suatu penyakit yang dialami oleh ibu hamil yang ditandai dengan adanya tanda-tanda hipertensi
(tekanan darah tinggi), edema (pembengkakan), dan proteinuria (kadar protein dalam urin
meningkat). Dampak preeklampsia pada ibu adalah eklampsia, dan sindrom HELLP yaitu
hancurnyaseldarahmerah,peningkatanenzimhati,danjumlahtrombosityangrendahyangdapat
menyebabkankematianpadaibubahkanjaninnya (PutriAriyanetal.,2022).Sesardanprematur
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk preeklampsia berulang.Etiologidan faktor risiko
yangberbedamungkinterlibatdalamkekambuhanpreeklampsiasetelahonsetpreeklampsiaawal
versus akhir pertama (Wainstock & Sheiner, 2022).
Pre eklampsia diyakini menimbulkan iskemik uteroplasenta yang dapat menurunkan
suplai oksigen dannutrisi ke janin yang dapat mengganggu pertumbuhan janin hingga kematian
janin dalam kandungan. Insiden pre eklampsia adalah 7-10% dari kehamilan. Pada kehamilan
pertama terjadi pembentukan “Human Leucocyte Antigen Protein G “dalam modulasi respon
immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap
plasentasehinggaterjadipreeklamsia.Faktorrisikoyanglainadalahriwayattekanandarahtinggi
yang kronik sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat
preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan mengandung lebih dari satu orang
bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis. Preeklampsia dapat
mengancam kondisi janin dalam kandungan karena janin bergantung pada ibu lewat saluran
pembuluhdarahdidalamrahim.Peningkatankasuspreeklamsiayangmerupakansalahsatu
446
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
penyebabterbesardalammeningkatnyaAKI.Tujuanmenganalisisdampakkejadianpreeklamsia
dalam kehamilan terhadap pertumbuhan janin intrauterine.
Metode
Penelitian analitik observasional dengan desain longitudinal panel study untuk melihat
adanyadampakpreeklamsiadalamkehamilansebagaivariabelbebasyangterdiridariPendidikan,
pekerjaan, umur, paritas, berat badan, tekanan darah, dan status preeklamsia dalam kehamilan
terhadap pertumbuhan janin sebagai variabel terikat. Variabel terikat (pertumbuhan janin) akan
dilakukan pengukuran TBJ di setiap bulannya selama 3 bulan lamanya. Penelitian ini
dilaksanakan mulai pada bulan Juni -September 2022 di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cina
KabupatenBone.PengambilansampelawaldiUPTPuskesmasdandilanjutkan pemantauandari
rumah ke rumah ibu hamil yang menjadi responden dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.
Pemantauan dilakukan selama 3 bulan lamanya yaitu sebanyak 3 kali kunjungan. Populasi pada
penelitian ini adalah Ibu hamil yang ada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cina Kab Bone.
SampeldiambilsecarapurposivesamplingyangsesuaidengankriteriaInklusidaneksklusi.Besar
sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin didapatkan 74 sampel. Analisis data meliputi
analisis univariat dengan uji frekuensi, analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh preeklamsia
terhadap pertumbuhan janindenganujiChiSquarebilanilaiE≥5 dan ujiFisher’sExactbila nilai E<5.
Analisis multivariat dengan regresi logistik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable
preeklamsia terhadap pertumbuhan janin
HasilPenelitian
Tabel.1DisitribusiFrekuesiKarakteristikRespondenIbuHamil
Variabel N %
Pendidikan
Rendah 18 24.3
Tinggi 56 75.7
Pekerjaan
Tidak bekerja 70 94.6
Bekerja 4 5.4
Umur
Tidakberesiko 55 74.3
Beresiko 19 25.7
Tekanana Darah
Normal 43 58.1
Tinggi 31 41.9
BeratBadan
Tidakada kenaikan 31 41.9
Ada kenaikan 43 58.1
Paritas
447
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Tidak beresiko 43 58.1
Beresiko 31 41.9
Status Preeklamsia
Tidak preeklamsia 53 71.6
Preeklamsia 21 28.4
Sumber:DataPrimer 2022
Dari Tabel 1. Dapat diuraikan bahwa dari 74 responden ibu hamil di UPT Puskesmas Cina
didapatkan 56 (75,7%) ibu hamil dengan pendidikan tinggidan 18 (24,3%) ibu hamil yang
berpendidikan rendah. Pada kategori pekerjaan, diperoleh 70 (94,6%) ibu hamil yang dijadikan
responden dengan status tidak bekerja, dan hanya 4 (5,4%) ibu hamil yang bekerja. Dilihat dari
segi umur, sebanyak 55 (74,3%) ibu hamil dengan umur tidak beresiko yaitu umur 20-35 tahun
dan 19 (25,7%) ibu hamil dengan umur beresiko yaitu <20 dan >40 tahun. Berdasarkan Berat
Badan Ibu hamil, diperoleh hasil bahwa sebanyak 43 (58,1%) responden mengalami kenaikan
berat badan selama kehamilan, dan 31 (41,9%) responden yang tidak mengalami kenaikan berat
bada selama kehamilan. Pada kategori Paritas dapat diuraikan, bahwa dari 74 ibu hamil yang
dijadikan responden terdapat 43 (58,1%) ibu hamil dengan paritas tidak beresiko dalam hal ini
kehamilan keduadanketida, dan sebanyak31(41,9%)denganparitas beresiko yaitu ibu dengan
kehamilan pertama dan kehamilan lebih dari tiga. Hasil penelitian pada variabel status
preeklamsiadiperolehbahwadari74responden,terdapat21(28,4%)ibuhamilyangmengalami
preeklamsia dan sebanyak 53 (71,6) ibu hamil yang tidak mengalami preeklamsia.
Tabel 2. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Tekanan Darah, Berat Badan,
Paritas, Status Preeklamsia terhadap Pertumbuhan Janin
Pertu buhan Janin
Jumlah OR
Pendidikan m Baik p-value
(95%CI)
Tidak Baik F F %
F %
%
Rendah 7 38,9 11 61.1 12 100
Tinggi 5 8.9 51 91.1 62 100 0,006 6.491(1.734-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 24.291)
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
Pekerjaan TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak Bekerja 11 15.7 59 84.3 70 100
Bekerja 1 25 3 75 4 100 0,515 0.559(0.053-
Jumlah 12 36.6 62 83.8 74 100 5.882)
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
Umur TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak beresiko 4 7.3 51 92.7 55 100
Beresiko 8 42.1 11 57.9 19 100 0,001 0.108(0.028-
Jumlah 12 36.6 14.9 83.8 74 100 0.423)
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value (95%CI)
TekananDarah TidakBaik Baik
F % F % F %
Normal 3 7 40 93 43 100
Tinggi 9 29 22 71 31 100 0,026 0.183(0.045-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 0.748)
448
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
BBIbuHamil TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak ada 7 22.6 24 77.4 31 100
Kenaika 0,346 2.217(0.631-
n
Ada 5 11.6 38 88.4 43 100 7.786)
kenaikan
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
Paritas TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak beresiko 3 7 40 93 43 100
Beresko 9 29 22 71 31 100 0,026 0.183(0.045-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 0.748)
Pertumbuhan Janin OR
Status Jumlah p-value
TidakBaik Baik (95%CI)
Preeklamsia
F % F % F %
Tidakpreklamsia 1 1.9 52 98.1 53 100
Preklamsia 11 52.4 10 47.6 21 100 0,000 0.017(0.002-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 0.151)
Sumber:DataPrimer2022
Darihasilujichisquaredidapatkanpvalue0,006atau<0.05artinyaadapengaruhantara
pendidikan terhadap pertumbuhan janin pada Ibu hamil. Adapun hasil analisis diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) 6.491 (1.734-24.291) yaitu artinya Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang
rendah lebih memiliki peluang 6 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak
baikdibandingkanibuhamilyangmemilikipendidikantinggi. Darihasilujichisquaredidapatp
value0,515atau>0.05artinyatidakadanyapengaruhpekerjaanterhadappertumbuhanjaninpada
Ibu hamil. Dari hasil uji chi square didapatkan p value 0,001 atau <0.05 artinya ada pengaruh
umur terhadap pertumbuhan janin pada Ibu hamil. Adapun hasil analisis diperoleh nilai Odds
Ratio(OR)0.108(0.028-0.423)yaituartinyaIbuhamilyangtergolongumuryangberesikolebih
memiliki peluang 0,1 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak baik
dibandingkan ibu hamil yang tergolong tidak beresiko.
Dari hasil uji chi square didapat p value 0,026 atau <0.05 artinya ada pengaruh tekanan
darah terhadap pertumbuhan janin pada Ibu hamil. Adapun hasil analisis diperoleh nilai Odds
Ratio(OR)0.183(0.045-0.748)yaituartinyaIbuhamilyangmemilikitekanandarahtinggilebih
beresiko 0,18 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak baik dibandingkan
ibu hamil yang memiliki tekanan darah normal. Adapun responden yang mengalami kenaikan
beratbadandanmemilikipertumbuhanjaninyangbaiksebesar88.4%sedangkanyangtidakbaik
11.6%.Darihasilujichisquaredidapatpvalue0,346atau>0.05artinyatidakadapengaruhberat badan
ibuhamilterhadappertumbuhanjaninpadaIbuhamil. Hasilujichisquaredidapatpvalue 0,026atau
<0.05 artinyaadapengaruhvariable paritasterhadap pertumbuhan janinpadaIbuhamil.
AdapunhasilanalisisdiperolehnilaiOddsRatio(OR)0.183(0.045-0.748)yaituartinyaIbuhamil
(paritas) yang tergolong yang beresiko lebih memiliki peluang 0,18 kali untuk mengalami kejadian
pertumbuhan janin yang tidak baik dibandingkan ibu hamil (paritas) yang tergolong
tidakberesiko.Darihasilujichisquaredidapatpvalue0,000atau<0.05artinyaadanyapengaruh
preeklamsiadalam kehamilan terhadap pertumbuhan janinpadaIbuhamil. Adapunhasilanalisis
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) 0.017 (0.002-0.151) yaitu artinya Ibu hamil yang tidak
mengalamipreeklamsialebihmemilikipeluang0,02kaliuntukmemilikipertumbuhanjaninyang baik
dibandingkan ibu hamil yang mengalami preeklamsia.
449
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Tabel3.ModelAwaldanakhirAnalisisRegresiLogistik
Variabel NilaiP
Pendidikan 0,006
Umur 0.001
Tekanandarah 0,026
Paritas 0,026
StatusPreklamsia 0,000
Variabel NilaiP B NilaiExp(B)
StatusPreeklamsia 0,000 -4,047 0,017
Constant 0.000 3,951 52,000
Sumber:DataPrimer 2022
Status preeklamsia yang memiliki nilai Exp(B) yaitu 0,017 yang artinya status
preeklamsiamemilikipengaruh0,017terhadapkejadianpertumbuhanjanin.Berdasarkananalisis
yang dilakukan bahwa koefisien determinan (Negelkerke R Square) menunjukan nilai 0,514
artinyabahwamodelregresiyangdiperolehdapatmenjelaskan51,4%variasivariabeldependen.
Berdasarkanpersamaantersebut,makaprobabilitasIbuhamilyangmengalamipreeklamsiadapat
menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat sebanyak 48%.
Pembahasan
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara Pendidikan dengan
pertumbuhan janin dalam kandungan. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka semakin baik
pula pertumbuhan janinnya, Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-
nilaiyangbaru diperkenalkan.Ketidaktahuandapatdisebabkankarenapendidikanyangrendah,
seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna
pesan, dan informasi yang disampaikan.Tingkat pendidikan ibu hamil erat kaitannya dengan
pengetahuan tentang perencanaan dan penyusunan makanan yang sehat dan seimbang.
Pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam penerimaan informasi gizi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan (lama sekolah) seseorang, semakin mudah menerima hidup
sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan (Hasibuan & Mawarni, 2018).Kerangka
kerja risiko semi-bersaing memungkinkan karakterisasi risiko bersama dan waktu preeklampsia
dan persalinan, memberikan informasi yang ditingkatkan dan bermakna mengenai pengambilan
keputusan klinis selama kehamilan (Reeder et al., 2022).
Pendidikan ibumempengaruhistatusgiziibuhamilkarenatingginyatingkatpendidikan
akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu
pengetahuan, semakin tinggipendidikan makaseseorang akan lebih mudah menerimainformasi
tentanggizi.Denganpendidikangizitersebutdiharapkanterciptapolakebiasaanmakanyangbaik dan
sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi, dan pengetahuan yang terkait
denganpola makan lainnya (Kartikasari et al., 2013).Dengan terpenuhinya kandungan gizi pada
ibu hamil, maka pertumbuhan janin dalam kandungan juga akan berlangsung baik dan sehat.
BerbedadenganpenelitianTahir,(2021)denganhasilbahwatidakadahubunganyangsignifikan
antara pendidikan terhadap status gizi ibu hamil. Begitupun dengan penelitian (Prayitno et
al.,2019) dimana tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan status status gizi ibu
hamilpadakeluargadenganpendapatanrendah.Samahalnyadenganpenelitian Kartikasarietal.,
(2013) tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan status gizi ibu hamil
trimester III. Hal ini menyatakan bahwa pendidikan baik belum tentu memiliki status gizi yang
baik. Hal ini disebabkan karena pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal
saja tetapi bisa juga diperoleh dari pendidikaninformal,contohnya pendidikan informal dapat
450
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
diperolehdariperkumpulanibu-ibu,posyandu,atauarisanyangmembahasmasalahgizidanjuga
keaktifan ibu hamil dalam mengikuti penyuluhan yang berhubungan dengan perbaikan gizi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh umur terhadap pertumbuhan janin pada
Ibu hamil dengan nilai OR yang artinya Ibu hamil yang tergolong umur yang beresiko lebih
memiliki peluang 0,1 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak baik
dibandingkan ibu hamil yang tergolong tidak beresiko. Umur beresiko yang dimaksud peneliti
adalahumuribudibawah20tahundandiatas35tahun.SejalandenganpenelitianSuwarnietal.,
(2012)terdapathubunganantarausiaibudenganberatlahirbayidengantingkathubunganrendah.
Penelitian yang dilakukan Septputri, (2020)bahwa salah satu faktor maternal penyebab
pertumbuhan janin terhambat adalah usia ibu.Kadmium adalah polutan lingkungan di mana-
mana, yang dapat meningkatkan risiko preeklampsia (Li et al., 2022).Kami percaya indikator
terukur yang relevan dapat menetapkan model prediksi yang efektif, yang dapat memberikan
panduan untuk deteksi dini dan pencegahan preeklampsia berat (Zhang et al., 2022).
Mempertimbangkanbahwapreeklampsiaditandaiolehstresoksidatif,peradangan,dandisfungsi
endotel, kami berhipotesis bahwa keparahan preeklampsia dan preeklampsia dapat
mempengaruhi kadar telomerase ibu (Madendag et al., 2022).
Hasilpenenlitianmenunjukkanadanyapengaruhkejadianpreeklamsiadalamkehamilan
terhadap pertumbuhan janin. Ibu yang tidak mengalami preeklamsia selama hamil terlihat
pertumbuhan janinnya 98% lebih baik daripada ibu hamil yang mengalami preeklamsia dalam
kehamilan. Hal ini disebabkan karena implantasi plasenta yang abnormal akibat kegagalan
interaksi antara sitotrofoblas plasenta dan arteri spiralis dari ibu akan berakhir dengan iskemia
plasenta.Kondisiakhiryangdemikianakanmenyebabkancederareperfusiiskemiapadaplasenta,
sehinggaakanmenjadistimuluskuatuntukproduksiROS(ReactiveOxygenSpecies)(Mertetal.,2012)
. Sejalan dengan penelitian Nurokhim & Widyaningsih, (2019)terdapat hubungan yang signifikan
antara preeklampsia berat dan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hambatan pertumbuhan
selama kehamilan dikenal sebagai Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Kejadian IUGR
merupakan salah satu komplikasi dari preeklampsia. Perfusi abnormal pada plasenta dapat
memperlambat pertumbuhan janin dan mengakibatkan IUGR. Pada seorang ibu yang mengalami
preeklampsia berat, terjadi penurunan aliran darah ke uteroplasenta sehingga
dapatmenyebabkaniskemia.Penurunanalirandarahkeuteroplasentamerupakanpenyebabyang
dapat mengganggu pertumbuhan janin. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang menunjukan ada hubungan yang signifikan antara preeklamsia dengan berat badan bayi
rendah (BBLR) (Nurokhim & Widyaningsih, 2019). Penelitian Sri Lestariningsih adanya
hubungan preeklampsia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR secara statistik menunjukkan
signifikan (p=0,000) dengan OR=10,118 (95% CI:4,231–24,196) artinya bahwa kemungkinan
risiko melahirkan BBLR pada responden dengan preeklampsia adalah 10,12 kali lebih besar
dibandingkan pada responden yang tidak preeklampsia. Penelitian (Jumhati & Novianti, 2018)
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ibu hamil dengan PEB terhadap angka kejadian
BBLRdilihatdariHasil ujiSpearman dengan nilaisignifikan sebesar0,000 (p<0,05) koefisiensi
korelasi sebesar 0,699 yang menunjukkan korelasi yang kuat dan bernilai positif.Efek jangka
panjang dari stunting adalah menurunnya perkembangan kognitif, kemampuan belajar, dan
produktivitas. Ada beberapa faktor selain LBW yang dapat menyebabkan stunting, antara lain
pendidikan orang tua, pendapatan keluarga yang rendah, jumlah anggota keluarga, dan profesi
orang tua (Kamilia, 2019).
Ibuhamilyangmengalamipreeklampsiaakanmemgalamivasokontriksipembuluhdarah
sehingga dapat memnyebabkan berkurangnnya transport O2 dan nutrisi ke janin. Gangguan
pertumbuhanjanindapatterjadiakibatgangguansirkulasiretroplasenterdimanaspasmearteriola
yang menuju organ penting dalam tubuh yang menimbulkan kecilnya aliran darah yang menuju
retroplasenta sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran CO2, O2 dan nutrisi pada janin.
Dengan demikian dapat terjadi gangguan tumbuh kembang janin. Pada preeklampsia berat,
perfusiuteroplasentaberkurangsehinggamenyebabkanpeningkataninsidenIntraUterine
451
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Growth Retardation (IUGR), hipoksia janin dan kematian perinatal. Intra uterine growth
retardation ini dapat mempengaruhi setiap organ walaupun efeknya pada tiap organ tidak sama.
(Heldawati et al., 2018). Infeksi COVID-19 simtomatik selama kehamilan tampaknya tidak
meningkatkan risiko preeklampsia dengan kuat, meskipun ukuran sampel kita mencegah kita
mencapai kesimpulan tentang risiko rendah atau sedang. Oleh karena itu tampaknya tidak perlu
untuk memperkuat skrining preeklampsia pada pasien dengan infeksi COVID-19 simtomatik
selama kehamilan (Tran et al., 2022).
Hasil penelitian bahwa ibu hamil yang tidak mengalami preklamsia lebih memiliki
peluang 0,02 kali untuk memiliki pertumbuhan janin yang baik dibandingkan ibu hamil yang
mengalami preklamsia. Pada uji akhir analisis multivariat yang menguji besar pengaruh dari
beberapa variable didapatkan variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan janin
status preeklamsia yang memiliki nilai Exp(B) yaitu 0,017 yang artinya status preklamsia
memiliki pengaruh 0,017 terhadap kejadian pertumbuhan janin. Dari aplikasi persamaan
diperoleh untuk memprediksi probabilitas (kemungkinan) seseorang untuk mengalami
pertumbuhan janin diperoleh hasil bahwa probabilitas Ibu hamil yang mengalami preeklamsia
dapat menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat sebanyak 48%. Pada ibu
preeklamsia aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin. Pada preeklamsia dan eklamsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus premature.
Gangguan sirkulasi uteroplasenter, terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi janin akibat
bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia dan kematian janin. Dimana ibu
hamil dengan PEB awitan dini memiliki kemungkinan mengalami PJT sebesar 2 kali
dibandingkan dengan ibu hamil dengan PEB awitan lanjut. Preeklampsia dan eklampsia adalah
terjadi disfungsi endotel vaskuler dan perubahan patofisiologi yang terjadi adalah spasme
pembuluhdarah,peningkatantekanandarahperubahanyangterjadidalamsistemkardiovaskular
yang berupa spsme arteriol dapat mengganggu alirah darah uteroplasental. Plasenta banyak
mendapat suplai darah dari arteri uteroplasental dan secara keseluruhan berkembang pada
trimester pertama dan kedua kehamilan. Menurunnya aliran darah mengakibatkan gangguan
fungsiplasenta.Spasme arteriolyang mendadak dapatmenyebabkan asfeksiaberat. Jikaspasme
berlangsung lama akan mengganggu pertumbuhan janin
SimpulandanSaran
Bahwa terdapat pengaruhantara pendidikan,umur ibu tekanandarah,paritas, dan status
preeklamsia terhadap pertumbuhan janin. Status preeklamsia sangat berpengaruh dibandingkan
denganvariablelainterhadappertumbuhanjanin.Denganprobabilitasibuhamilyangmengalami
preeklamsia dapat menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat. Pihak Puskesmas
dan masyarakat supaya terus meningkatkan pelayanan antenatal care pada ibu hamil minimal 6
kaliselamakehamilanuntukmendeteksidinikejadianpreeklamsiapadakehamilandankonseling gizi
sangat diharapkan diberikan kepada setiap ibu hamil pemeriksaan kehamilan untuk
meningkatkan status gizi ibu dan janin intrauterine.
UcapanTerimakasih
UcapanterimakasihsayahaturkankepadaIbuRektorInstitutSainsdanKesehatanBone,
Kapala Puskesmas Cina Kab Bone beserta jajarannya, tim peneliti, dan keluargaku yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun material dalam penyelesaian penelitian ini.
Daftar Rujukan
Arda,D.,&Hartaty,H.(2021).PenerapanAsuhanKeperawatanPostOpSectionCaesareadalam
Indikasi Preeklampsia Berat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 447–451.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.631
Dewi, A.K.,Maulana,andimuh,Nugrahaputra,rizkaadi,&Nurokhim,A.(2018).Hubungan
452
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Preeklampsia Dan Paritas Dengan Kejadian Partus Prematurus Di RSUD Banyumas
Periode Januari Sampai Desember 2017. Herb-Medicine Journal, 1(2).
https://doi.org/10.30595/hmj.v1i2.3144
Firmanto, N. N., Maulydia, Mulawardhana, P., & Fitriati, M. (2022). Severe Preeclamptic
PatientsinTheResuscitationRoomofDr.SoetomoGeneralAcademicHospitalSurabaya: A
RetrospectiveStudy. IndonesianJournalofAnesthesiologyandReanimation,4(2),62–
71.https://doi.org/10.20473/ijar.V4I22022.62-71
Hamzah, S. T. R., Aminuddin, Idris, I., & Rachmat, M. (2021). Antenatal care parameters that are
the risk factors in the event of preeclampsia in primigravida. Gaceta Sanitaria, 35, S263–
S267. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.073
Hasibuan, S. P. B., & Mawarni, S. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan
Status Gizi Ibu Hamil Di Puskesmas Indra Puri Aceh Besar. Journal Of Healthcare
Technology And Medicine, 3(2), 363. https://doi.org/10.33143/jhtm.v3i2.1023
Heldawati, P. L., Kartasurya, M. I., & Nugraheni, S. A. (2018). Hubungan Status Preeklampsia Ibu
Hamil dan Berat Badan Lahir Bayi di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Sulawesi
Tengah. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 6(2), 98–106.
https://doi.org/10.14710/jmki.6.2.2018.98-106
Jumhati, S., & Novianti, D. (2018). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
BBLRdiRumahSakitPermataCibubur-Bekasi.JurnalIlmuKesehatanMasyarakat,7(02),
113–119. https://doi.org/10.33221/jikm.v7i02.113
Kamilia, A. (2019). Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting pada Anak. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 311–315.
https://doi.org/https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.175
Kartikasari, B. W., Mifbakhuddin, M., & Mustika, D. N. (2013). Hubungan pendidikan,paritas,
dan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu hamil trimester III di Puskesmas Bangetayu
Kecamatan Genuk Kota Semarang tahun 2011. Jurnal Kebidanan, 1(1), 9–18.
https://doi.org/https://doi.org/10.26714/jk.1.1.2012.9-18.
Khairunnisa,L.(2020).KonsumsiCokelatHitamUntukMencegahPreeklampsia. JurnalIlmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 517–521. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.341
Li,X.,Yu,T.,Zhai,M.,Wu,Y.,Zhao,B.,Duan,C.,Cheng,H.,Li,H.,Wei,Z.,Yang,Y.,&Yu,
Z. (2022). Maternal cadmium exposure impairs placental angiogenesis in preeclampsia
throughdisturbingthyroidhormonereceptorsignalling.EcotoxicologyandEnvironmental
Safety, 244, 114055. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2022.114055
Madendag, Y., Sahin, E., Col Madendag, I., Sahin, M. E., Kirlangic, M. M., & Muhtaroglu, S.
(2022). Maternal serum telomerase levels increase in pregnancies with mild and severe
preeclampsia. Placenta, 123, 41–45. https://doi.org/10.1016/j.placenta.2022.05.002
Mert,I.,SargınOruc,A.,Yuksel,S.,Cakar,E.S.,Buyukkagnıcı,U.,Karaer,A.,&Danısman,N.
(2012).Roleofoxidativestressinpreeclampsiaandintrauterinegrowthrestriction.Journal of
Obstetrics and GynaecologyResearch, 38(4), 658–664. https://doi.org/10.1111/j.1447-
0756.2011.01771.x
Nurokhim,A.,&Widyaningsih,W.(2019).AnalisisPreeklampsiaBerat (Peb)denganKejadian
PertumbuhanJaninTerhambat(PJT)DiRSUDDr.R.GoetengTarunadibrataPurbalingga
Periode Tahun 2013-2015. Sainteks, 15(1).
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.30595/sainteks.v15i1.6167
Prayitno, F. F., Angraini, D. I., Himayani, R., & Graharti, R. (2019). Hubungan pendidikan dan
pengetahuangizidengan statusgiziibu hamilpadakeluargadenganpendapatan rendahdi
Kota Bandar Lampung. Jurnal Medula, 8(2), 225–229.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2292
Putri Ariyan, F. A., Sukowati, E. G., & Fatmawati, W. (2022). Preeclampsia correlates with
maternalandperinataloutcomesinRegionalPublicHospital,Madiun,Indonesia. Majalah
453
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
159.https://doi.org/10.20473/imhsj.v3i2.2019.148-159
Reeder,H.T.,Haneuse,S.,Modest,A.M.,Hacker,M.R.,Sudhof,L.S.,&Papatheodorou,S.I. (2022). A novel
approach to joint prediction of preeclampsia and delivery timing using semi-competing risks.
American Journal of Obstetrics and Gynecology. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2022.08.045
Rudiyanti, N., & Raidartiwi, E. (2018). Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil dengan Kejadian
Preeklampsia di Sebuah RS Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2),
173. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.926
Septputri, A. L. (2020). Hubungan Preeklampsia Dengan Kejadian Pertumbuhan Janin
TerhambatDiRumahSakitDrWahidinSudirohusodoMakassar.UniversitasHasanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/1185%0A
Suwarni, Y.,Noor, M. S., & Rahayu, A. (2012). Hubungan antara Paritas, LILA, Kadar Hb dan Usia Ibu
Hamil dengan Berat Lahir Bayi. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20527/jpkmi.v1i1.602
Tahir, S. (2021). Hubungan Pendidikan Dan Pekerjaan Terhadap Status Gizi Ibu Hamil Di
PuskesmasPattallassangKabupatenGowa.JURNALANTARAKEBIDANAN,4(2),61–67.
https://doi.org/https://doi.org/10.37063/ak.v4i2.590
Tran, M., Alessandrini, V., Lepercq, J., & Goffinet, F. (2022). Risk of preeclampsia in patients with
symptomatic COVID-19 infection. Journal of Gynecology Obstetrics and Human Reproduction,
51(9), 102459. https://doi.org/10.1016/j.jogoh.2022.102459
Wainstock,T.,&Sheiner,E.(2022).Clinicalfactorsassociatedwithpreeclampsiarecurrence.
PregnancyHypertension,30,31–35.https://doi.org/10.1016/j.preghy.2022.08.004
Zhang,X.,Chen,Y.,Salerno,S.,Li,Y.,Zhou,L.,Zeng,X.,&Li,H.(2022).Predictionofsevere
preeclampsiainmachinelearning.MedicineinNovelTechnologyandDevices,15,100158.
https://doi.org/10.1016/j.medntd.2022.100158
90
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
UJPH5(2)(2016)
UnnesJournalofPublicHealth
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph
FAKTORRISIKOYANGBERHUBUNGANDENGANKEJADIAN
PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL
(STUDI KASUSDIRSUDKABUPATEN BREBESTAHUN 2014)
NuningSaraswati,Mardiana
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
SejarahArtikel: Kejadian preeklampsia di Kabupaten Brebes meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
DiterimaJanuari2015 2011sebanyak215kasus(1.547persalinan),tahun2012sebanyak170kasus(1.957persalinan),tahun
DisetujuiJanuari2015Dip 2013 sebanyak 225 kasus (1.811 persalinan) dan tahun 2014 sampai dengan bulan
ublikasikan April2016 Septembersebanyak180kasus(1.316persalinan).Tujuanpenelitianiniadalahmengetahuifaktorrisik
oyangberhubungandengankejadianpreeklampsiapadaibuhamildiRSUDKabupatenBrebestahun
Keywords: 2014.Jenispenelitianiniadalahsurveyanalitikdenganpendekatancasecontrol.Sampelsejumlah145or
Riskfactors;Preeclampsia;Pre anguntukmasing-
gnantwomen masingkelompokkasusdankontrolyangdiambildengantekniksimplerandomsampling. Analisis data
menggunakan uji chisquare dengan derajat kemaknaan (α) =
0,05.Hasilpenelitianmenunujukanbahwafaktorrisikoyangberhubungandengankejadianpreeklampsiaa
dalahumur(pvalue=0,0001;OR=15,731),statusgravida(pvalue=0,009;OR=2,173),riwayatketuruna
n(pvalue=0,033;OR=2,618),pemeriksaanantenatal(pvalue=0,0001;OR=17,111),riwayatpreeklam
psia(pvalue=0,0001;OR=20,529),riwayathipertensi(pvalue=0,0001;OR=6,026). Variabel yang
tidak berhubungan adalah jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
riwayatdiabetesmellitus,danriwayatkehamilanganda.
Abstract
TheincidenceofpreeclampsiainBrebesDistrictwasincreasingfromyeartoyear.In2011therewere215cases(1,547births
),in2012therewere170cases(1,957births),in2013therewere225cases(1,811births)anduntilSeptember 2014 there
were 180 cases (2,316 births). The purpose of this research was to determine the risk
factorsassociatedwiththeincidenceofpreeclampsiainpregnantwomenfromBrebesdistricthospitalin2014.Thisr
esearch was an analytical survey with case control approach. The total samplewas 145 people for each case
andcontrolgroupwhichwastakenwithsimplerandomsamplingtechnique.Thedatawasanalyzedusingchi-
squaretestwithα=0,05.Theresultsofthisresearchshowedthattheriskfactorsassociatedwiththeincidenceofpre
eclampsiawasage(pvalue=0,0001;OR=15,731),gravidastatus(pvalue=0,009;OR=2,173),heredityprofile(pvalue
=0,033;OR=2,618),antenatalexamination(pvalue=0,0001;OR=17,111),historyofpreeclampsia(pvalue=0
,0001;OR=20,529),historyofhypertension(pvalue=0,0001;OR=6,026).Thevariablesthatwerenotrelatedwasth
etypeofwork,levelofeducation,historyofdiabetesmellitus,andhistoryof multiple pregnancy.
©2016UniversitasNegeriSemarang
Alamatkorespondensi: ISSN2252-6781
GedungF1Lantai2FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang,
50229E-mail: nuningsaraswati@yahoo.co.id
91
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
PENDAHULUAN
Preeklampsiaadalahhipertensipada
BerdasarkanlaporanDinasKesehatan
kehamilan yang ditandai dengan tekanan
KabupatenBrebestahun2013,sebesar33%
darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur
preeklampsiamerupakanpenyebabutama
kehamilan 20 minggu, disertai dengan
kematian ibu se-kabupaten Brebes. Proporsi
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012:
kematianibuberdasarkansebabkematian tahun
1). Pada kondisi berat preeklampsia dapat
2013 yaitu preeklampsia sebesar 33%, kemudian
menjadi eklampsia dengan
di ikuti dengan pendarahan sebesar 23%,
penambahangejalakejang-kejang(Angsar,
Decomp Cordis sebesar 19%,
2009: 532). Preeklampsia merupakan
meningitissebesar7%,oedemparusebesar 5%,
penyebabke-2kematianibudiduniasetelah
infeksi sebesar 3%, gagal ginjal 3%, kehamilan
pendarahan (Saifuddin, 2009: 54).
etopik 3%, dehidrasi
BerdasarkandataWorldHealthOrganization
(hiperemesis)2%,asbeshepar2%,danlain- lain
(WHO) tahun 2008, angka kejadian
sebesar 2% (Dinas Kesehatan Kabupaten
preeklampsia di seluruh dunia berkisar 0,51%-
Brebes, 2013).
38,4%. Di negara maju, angka kejadian
RSUDkabupatenBrebesmerupakan
preeklampsia berkisar 5%–6%, frekuensi
rumahsakitrujukanbagibidanatauklinikdi
preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda
wilayahkabupatenBrebessehinggaRSUD
karena banyak faktor yang mempengaruhi. Di
kabupaten Brebes sebagai pusat rujukan
Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia
Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat
Komprehensif (PONEK) di Kabupaten
dilaporkan
Brebes.Berdasarkanstudipendahuluandi
bahwakejadianpreeklampsiasebanyak5%. Di
RSUD Kabupaten Brebes kejadian
Indonesia, preeklampsia merupakan penyebab
preeklampsia padatahun2011sebanyak 215
kematian ibu yang tinggi disamping
kasus(1.547persalinan),tahun2012
pendarahan dan infeksi, yaitu
sebanyak170kasus(1.957persalinan),
perdarahanmencapai28%,preeklampsia
tahun 2013 sebanyak 225 kasus (1.811
sebesar 24%,infeksi sebesar 11%, komplikasi
persalinan)dantahun2014sampaidengan
peuperium sebesar 8%, partus
bulanSeptembersebanyak180kasus(1.316
lamasebesar5%,danabortussebanyak5%
persalinan).
(Depkes RI, 2012).
Penyebab pasti preeklampsia masih
PrevalensikasuspreeklampsiadiJawa
belum diketahui secara pasti, sehingga
Tengah mengalami peningkatan setiap
preeklampsiadisebutsebagai‘’thediseaseof
tahunnya,daritahun2008sebesar1,87%,
theories’’. Menurut Angsar (2009: 532)
tahun 2009 sebesar 2,02%, tahun 2010 sebesar
beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia
3,30%, dan pada tahun 2011 sebesar 3,41%(Dinas
meliputi: primagravida, primipaternitas,
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2012). Di
hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan
Jawa Tengah
multipel, diabetes mellitus, bayi besar), riwayat
preeklampsiamerupakanpenyebabutama
keluarga
kematian ibu dengan presentase sebesar
pernahpreeklampsia/eklampsia,penyakit-
23,9%kemudiandiikutidenganpendarahan
penyakit ginjal yang sudah ada sebelum hamil
sebesar17,22%daninfeksisebesar4,04%
sedangkan menurut Norwitz dan
(DepkesRI,2013).
Schorge(2008:88)meliputi:nuliparitas,ras,
92
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
93
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
1 Januari – 30 September 2014 yaitu sebanyak Simple Random Sampling, dimana setiap
145 kasus. Sedangkan sampel kontrol dalam sampeldarisejumlahpopulasisampelyang
penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang mungkin mempunyai kesempatan yang
tidak menderita preeklampsia yang tercatat samauntukterpilih(Lemeshowetal,1997: 102).
dalam data Hal ini dimaksudkan agar setiap individu pada
catatanmedikdiRSUDKabupatenBrebes populasi kasus maupun
periode1Januari–30September2014yaitu populasikontrolmendapatkanpeluangyang sama
sebanyak 145 kontrol. Analisis data dilakukan sebagai sampel penelitian, sehingga hasil yang
secara univariat dan bivariat didapatkan dapat mewakili keseluruhan
denganujistatistikyangdigunakanadalah chi populasi.
square (α=0,05).
Teknik pengambilan sampel yang HASILDANPEMBAHASAN
digunakandalampenelitianiniadalah
94
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
95
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
96
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
97
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
riwayat diabetes mellitus dengan kejadian yangdilakukanolehRozikhan(2007),yang
preeklampsia pada ibu hamil. Berdasarkan menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
hasil penelitian yang dilakukan, responden yang riwayat kehamilan ganda dengan kejadian
memiliki riwayat diabetes mellitus pada preeclampsia,
kelompok kasus sebanyak 12 responden (8,3%) Hasil penelitian ini bertentangan dengan
sementara pada kelompok kontrol responden teori Norwitz (2008) yang
yang memilikiriwayatdiabetesmellitussebanyak menyatakanbahwakehamilankembaratau ganda
7 responden (4,8%). Hasil penelitian ini sesuai merupakan salah satu penyebab
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh preeklampsia.Berdasarkanpenelitianyang
Rozikhan (2007), yang menyatakan bahwa telahdilakukandilapangan,respondenyang
tidak memiliki riwayat kehamilan ganda pada
Berdasarkan penelitian Hosler et al kelompok kasus hanya sebanyak 8
(2011) menyatakan bahwa ibu hamil yang responden(5,5%)sementarapadakelompok
berumur≥35tahunberisiko4,05kaliuntuk kontrol responden yang memiliki riwayat
menderita diabetes melitus pada kehamilan ganda sebanyak 6 responden (4,1%),
kehamilannyadibandingkandenganumur selainitu mereka juga tidak memiliki riwayat
ibuhamil<35tahun.Sementarapenelitian yang keturunan dari keluarga yang pernah
telah saya lakukan dilapangan responden yang mengalami kehamilan ganda sehingga tidak ada
berumur <35 tahun sebanyak 187 (64,4%) lebih hubungan antara riwayat kehamilan ganda
besar jika dengan kejadian preeklampsia. Hasil
dibandingkanrespondenyangberumur<35 penelitian ini sesuai
tahunyaitu103(35,6%)sehinggatidakada denganhasilpenelitianyangdilakukanoleh
hubunganantarariwayatdiabetesmellitus Rozikhan(2007),yangmenyatakanbahwa tidak
dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil. ada hubungan antara riwayat kehamilan ganda
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dengan kejadian preeklampsia.
penelitian yang dilakukan oleh
Rozikhan(2007),yangmenyatakanbahwa KelemahanPenelitian
tidakadahubunganantarariwayatdiabetes
mellitusdengankejadianpreeklampsia. Penelitian ini menggunakan metode
kasus kontrol yang ditelusuri secara
Hubungan Riwayat Kehamilan Ganda dengan restropektif, sehingga mempunyai kelemahan
Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil recall bias, dimana responden harus mengingat
kembali pada kejadian yang telah lalu untuk
Hasil analisis bivariat menunjukan dapat memberikan
bahwa tidak tidak ada hubungan yang jawaban.Denganmemberikanpertanyaan yang
signifikanantarariwayatkehamilanganda terdahulu dengan kata-kata yang mudah
dengan kejadian preeklampsia pada ibu dipahami oleh responden diharapkan dapat
hamil.Halinididasarkanpadahasilanalisis membantu responden
denganujichisquareyangdiperolehpvalue= 0,584 untukmengingatkembalidenganbaik.
dimana nilai plebih besar dari 0,05 (0,584 >
0,05) yang artinya tidak ada SIMPULAN
hubunganantarariwayatkehamilanganda
dengankejadianpreeklampsia.Hasil
98
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
Ucapanterimakasihkamitunjukkan
Guerrier,Getal,2013,Factors AssociatedwithSevere
kepada Kepala KesbangPolinmas
PreeclampsiaandEclampsiainJahun,Nigeria,
KabupatenBrebes,KepalaDinasKesehatan
(Online),InternationalJournalofWomen’sHealth
Kabupaten Brebes, Kepala BAPPEDA
2013:5 , diakses 9 Januari 2014,
Kabupaten Brebes, Direktur RSUD (http://www.f_IJWH-47056-factors- associated-
KabupatenBrebes,sertaseluruhresponden with-severe-pre-eclampsia-and- eclampsia-
yangterlibatdalampenelitianini. 081713-17115.pdf).
DAFTARPUSTAKA
Hosleretal,2011,StressfulEvents,SmokingExposureand
Other Maternal Risk Factors Associated with
Angsar, MD, 2009,Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka GestationalDiabetesMellitus,JournalofPaediatric
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. andPerinatalEpidemiology2011:25,hal566–
574.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007,
Pedoman Pelayanan Antenatal, Dirjen Binkesmas
Lemeshow,Stanleyetal,1997,BesarSampeldalam
Depkes RI, Jakarta.
PenelitianKesehatan,GajahMadaUniversity
Press, Yogyakarta.
DepartemenKesehatanRepublikIndonesia,2012,
Laporanpwskiakabkota,AKIAKB,(Online),
99
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
Januari2014,(www.nice.org.uk/cg107).
NorwitzEdanSchorgeJ,2008,At aGlanceObstetridan
Ginekologi, Terjemahan oleh Diba
Artsiyanti EP, Erlangga, Jakarta.
10
0
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
Nuril, MA dkk, 2012, Pengaruh Faktor Usia, Paritas, Keturunan, Riwayat Preeklampsia, Riwayat Hipertensi, Status Gizi,
Kenaikan Berat Badan selama Hamil, dan ANC terhadap Kejadian Preeklampsia (di RSUD dr. Sayidiman Magetan
Tahun 2011), (Online), Volume II, No. 3, hal 117-125, diakses 17 Mei 2014, (http://2trik.webs.com/trik2-3.pdf).
Nuryani, Adedkk, 2013, HubunganPolaMakan,Sosial Ekonomi, Antenatal Care dan Karakteristik Ibu
HamildenganKasusPreeklampsiadiKota
417
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
Makassar,(Online),VolumeII,No.2,hal104- 112,diakses23Mei2014,(http://450-684-1-SM(2).pdf).
Rozikhan, 2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia Berat Di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal, Tesis,
Universitas Diponegoro Semarang.
Saifuddin, AB, 2009, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
WHO,2008,WorldHealth Statistic
Renita Muzalfah 1, Yunita Dyah Puspita Santik1, Anik Setyo Wahyuningsih1
1 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
418
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)
Sejarah Artikel: Preeklampsia merupakan salah satu 3 penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Brebes tahun
Diterima 6 Mei 2018 2016 (34,90%). Puskesmas Sirampog merupakan salah satu penyumbang kejadian preeklampsia
Disetujui 11 Juni 2018 tinggi di Kabupaten Brebes tahun 2016 yaitu 50 kasus, mengalami peningkatan dari tahun
Dipublikasikan 30 Juli sebelumnya. Penelitian ini dilaksanan pada tahun 2017 dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang
2018 mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu bersalin. Jenis penelitian ini adalah survei analitik
dengan rancangan case control. Sampel yang ditetapkan sebesar 35 kasus dan 35 kontrol
Keywords: menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil
Preeclampsia, Maternal, penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur (p value= 0,016), usia kehamilan (p
Immunologic value= 0,014), pemeriksaan ANC (p value= 0,031), riwayat hipertensi (p value= 0,026), pendapatan
keluarga (p value= 0,030), riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (p value= 0,028) dengan
DOI: kejadian preeclampsia pada ibu bersalin. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan
https://doi.org/10.15294 antara umur, usia kehamilan, pemeriksaan ANC, riwayat hipertensi, pendapatan keluarga, dan
/higeia/v2i3/21390 riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.
Abstract
Preeclampsia was one of the 3 main causes of maternal mortality in Brebes regency in 2016 (34,90%).
Sirampog public health center was one contributed to the high incidence of preeclampsia in Brebes in 2016 with
50 cases, an increased from previous year. This research was conducted in 2017 with the purpose was to
determine the factors of preeclampsia in maternal mother. This type of research was an analytical survey with
case control design. The samples of this research are 35 cases and 35 controls used purposive sampling
technique. Data were analyzed by chi square test. The results showed that there was a associated between age
(p value=0,016), gestational age (p value=0,014), ANC (p value=0,031), history of hypertension (p
value=0,026), family income (p value=0,030), and history of hormonal contraceptive used (p value=0,028)
with preeclampsia in maternal mothers. The conclusion of this study there was a association between age,
gestational age, ANC, history of hypertension, family income, and history of hormonal contraceptive used with
the incidence of preeclampsia in maternal mothers.
419
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
420
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
421
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
ibu bersalin dengan preeklampsia yang wawancara kepada responden menggunakan
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi di kuesioner. Data yang diambil meliputi data
wilayah kerja puskesmas Sirampog tahun 2016 karakteristik responden seperti nama, usia,
dan bulan Januari-April 2017 yang tercatat dalam pekerjaan, pendidikan, berat badan, tinggi
data rekam medis. Kriteria inklusi untuk sampel badan, pendapatan keluarga dan data mengenai
kasus adalah ibu bersalin denganpreeklampsia graviditas, paritas, usia gestasi, IMT, riwayat
yang tercatat dalam rekam medis; bertempat hipertensi, pemeriksaan ANC, pendapatan
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sirampog; keluarga, riwayat abortus dan riwayat
mempunyai buku KIA (Kesehatan Ibu dan pemakaian kontrasepsi hormonal. Sedangkan
Anak); bersedia menjadi responden. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini
kriteria eksklusi untuk sampel kasus yaitu ibu diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
bersalin dengan preeklampsia dengan alamat Brebes yaitu jumlah kejadian preeklampsia
tidak jelas atau telah 3 kali didatangi untuk Kabupaten Brebes dan dari Puskesmas
diwawancarai tetapi tidak berhasil ditemui dan Sirampog yaitu data ibu bersalin dengan
responden tidak lagi bertempat tinggal di preeklampsia dan data ibu persalinan normal
wilayah kerja Puskesmas Sirampog. yang diperoleh dari rekam medis. Instrumen
Sampel kontrol dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian adalah rekam
adalah semua ibu bersalin dengan tidak medis dari puskesmas dan kuesioner. Teknik
preeklampsia yang memenuhi kriteri inklusi dan pengambilan data yaitu dengan wawancara
kriteri eksklusi di wilayah kerja puskesmas langsung dengan responden terpilih guna
Sirampog tahun 2016 dan bulan Januari-April mendapatkan informasi tentang data-data yang
2017 yang tercatat dalam rekam medis. Kriteria dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu juga
inklusi untuk sampel kontrol yaitu ibu bersalin dilakukan pencatatan hasil wawancara dan
normal yang tercatat dalam rekam medis di dokumnetasi dalam bentuk foto.
Puskesmas Sirampog; responden bertempat Analisis data menggunakan analisis
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sirampog; univariat dan bivariat. Analisis univariat
mempunyai buku KIA (Kesehatan Ibu dan digunakan untuk melakukan analisis distribusi
Anak. Sedangkan kriteria eksklusi untuk sampel dan persentase dari masing-masing variabel.
kontrol adalah responden yang tempat Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini
tinggalnya sulit dijangkau dan responden tidak yaitu umur, graviditas, paritas, usia kehamilan,
bersedia berpartisipasi. IMT, pemeriksaan ANC, riwayat hipertensi,
Besar sampel dalam penelitian ini pendapatan keluarga, riwayat abortus, dan
sebanyak 70 orang yang terdiri dari 35 sampel riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal.
kasus dan 35 sampel kontrol. Pengambilan Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk
sampel menggunakan metode nonprobability mengetahuit hubungan variabel bebas dan
sampling dengan teknik purposive sampling. variabel terikat (kejadian preeklampsia) dengan
Sampel kasus dalam penelitian ini diambil menggunakan uji statistik yang disesuaikan
dengan cara mengambil data ibu bersalin dengan skala data yang ada. Uji statistik pada
dengan preeklampsia dari rekam medis. Begitu penelitian ini menggunakan uji chi square dengan
pula dengan cara pengambilan sampel kontrol tingkat signifikan p>0,05 (taraf kepercayaan
diambil data ibu bersalin dengan tidak 95%). Syarat uji Chi-Square adalah sel yang
preeklampsia yang diperoleh berdasarkan data mempunyai nilai expected kurang dari 5,
rekam medis di Puskesmas Sirampog. Baik maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji
sampel kasus maupun kontrol harus memenuhi chi square tidak terpenuhi, maka uji
kriteria inklusi dan eksklusi. Sumber data primer alternatifnya menggunakan uji fisher’s exact test.
422
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
Tabel 1. Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Bebas dengan Kejadian Preeklampsia
Frekuensi
No Variabel Jumlah
Kasus Kontrol p value OR (95%CI)
N % N % N %
1. Umur
Berisiko
21 60,0 10 28,6 31 44,3 3,750 (1,383-
(<20 atau >35 tahun) 0,016
10,169)
Tidak Berisiko
(20-35 tahun) 14 40,0 25 71,4 39 55,7
2. Graviditas
Berisiko (Primigravida) 12 34,3 11 31,4 23 32,9 1,138 (0,420-
1,000
Tidak Berisiko 3,089)
(Multigravida) 23 65,7 24 68,6 47 67,1
3. Paritas
0,741 (0,252-
Berisiko (<2 atau ≥4 kali) 25 71,4 27 77,1 52 74,3 0,784
2,175)
Tidak Berisiko (2-3 kali) 10 28,6 8 22,9 18 25,7
4. Usia Kehamilan
Berisiko (>37 minggu) 27 77,1 16 45,7 43 61,4 4,008 (1,428-
0,014
Tidak Berisiko 11,247)
(≤37 minggu) 8 22,9 19 54,3 27 38,6
5. IMT
Berisiko (IMT ≥25) 6 17,1 1 2,9 7 10,0
Tidak Berisiko 7,034 (0,800-
(IMT <25) 29 82,9 34 97,1 63 90,0 0,106 61,869)
6. Pemeriksaan ANC
Tidak Lengkap 21 60,0 11 31,4 32 45,7 3,273 (1,224-
Lengkap 14 40,0 24 68,6 38 54,3 0,031
8,748)
7. Riwayat Hipertensi
Ada Riwayat 18 51,4 8 22,9 26 37,1 3,574 (1,275-
0,026
Tidak Ada Riwayat 17 48,6 27 77,1 44 62,9 10,014)
8. Pendapatan Keluarga
Rendah 25 71,4 15 42,9 40 57,1 3,333 (1,235-
0,030
Tinggi 10 28,6 20 57,1 30 42,9 8,997)
9. Riwayat Abortus
Ada Riwayat 8 22,9 9 25,7 17 24,3 0,856 (0,287-
1,000
Tidak Ada Riwayat 27 77,1 26 74,3 53 75,7 2,556)
10. Riwayat Pemakaian Alat
Kontrasepsi Hormonal
Ada Riwayat 26 74,3 16 45,7 42 60,0 0,028 3,431 (1,251-
9,404)
Tidak Ada Riwayat 9 25,7 19 54,3 28 40,0
423
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
Tabel 1 menunjukkan analisis bivariat 1,0-5,9), preeklampsia pada usia ibu <20 tahun
yakni analisis hubungan antara variabel bebas lebih banyak 56,10% dari pada usia ibu 20-30
dan variabel terikat. Hasil analisis bivariat tahun yaitu 40,00%.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang Hasil penelitian di lapangan
signifikan antara umur dengan kejadian menunjukkan persamaan, dimana ibu yang
preeklampsia (p value= 0,016, OR= 3,750 memiliki umur berisiko (<20 tahun atau >35
dengan 95% CI= 1,383-10,169). Hasil penelitian tahun) pada kelompok kasus sebanyak 21 orang
ini sesuai dengan teori Cunningham dalam (60,0%) lebih banyak dari pada kelompok
Oktaria (2010) bahwa umur ibu pada masa kontrol yaitu 10 orang (28,6%). Pada kelompok
kehamilan merupakan salah satu faktor yang kasus ibu yang berusia <20 tahun sebanyak 5
menentukan tingkat risiko kehamilan dan orang (14,3%), hal ini menunjukkan masih
persalinan. Wanita dengan usia <20 tahun dan adanya pernikahan di usia muda yaitu usia <20
>35 tahun memiliki risiko tinggi terhadap tahun, sedangkan ibu yang berusia >35 tahun
kejadian preeklampsia. Pada usia <20 tahun sebanyak 16 orang (45,7%).
ukuran uterus belum mencapai ukuran yang Berdasarkan hasil penelitian
normal untuk kehamilan, sehingga menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan
kemungkinan terjadinya gangguan dalam yang signifikan antara graviditas dengan
kehamilan seperti preeklampsia menjadi lebih kejadian preeklampsia (p value= 1,000, OR =
besar. Pada usia >35 tahun terjadi proses 1,138 dengan 95% CI = 0,420-3,089. Hal ini
degeneratif yang mengakibatkan perubahan tidak sesuai dengan teori imunologik yang
sruktural dan fungsional yang terjadi pada menyatakan bahwa primigravida mempunyai
pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab risiko lebih besar terjadinya preeklampsia jika
terhadap perubahan tekanan darah, sehingga dibandingkan dengan multigravida. Pada
lebih rentan mengalami preeklampsia. kehamilan pertama sering terjadi blokcing
Preeklampsia sering mengenai wanita muda dan antibodies terhadap antigen plasenta sehingga
nulipara, sedangkan wanita yang lebih tua lebih menjadi penyebab hipertensi sampai dengan
berisiko mengalami hipertensi kronis yang terjadinya keracunan kehamilan (Manuaba,
bertumpang tindih dengan preeklampsia. 2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian ini sesuai dengan penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Imron (2013) Tika (2015) menyatakan bahwa dari hasil
yang menyatakan bahwa ada hubungan analisis data bivariat menunjukkan tidak ada
signifikan antara umur ibu dengan kejadian hubungan signifikan antara faktor risiko
preeklampsia. Dalam penelitian tersebut, graviditas dengan kejadian preeclampsia. Pada
persentase ibu yang memiliki umur berisiko penelitian tersebut mungkin disebabkan masih
(<20 atau >35 tahun) pada kelompok kasus adanya berbagai faktor yang turut menyebabkan
(46,7%) lebih banyak dari pada kelompok terjadinya preeklampsia/eklampsia pada ibu
kontrol (21,9%). Penelitian juga diperkuat oleh bersalin dengan gravida yang tidak dikendalikan
Oktaria (2014) menyatakan bahwa terdapat dalam penelitian tersebut misalnya faktor jarak
hubungan yang bermakna antara usia ibu kehamilan, faktor umur, faktor obesitas, faktor
dengan kejadian preeklampsia (p value= 0,001). riwayat preeklampsia pada kehamilan
Dalam penelitian Oktaria proporsi ibu yang sebelumnya atau pada keluarga, faktor stress
berusia dalam kategori usia risiko tinggi dan dan perilaku tidak sehat.
menderita preeklampsia 4,43 kali lebih banyak Hasil penelitian di lapangan
dari pada yang tidak mengalami preeklampsia. menunjukkan graviditas tidak mempengaruhi
Penelitian Fouedjio (2015), Kumari (2016) juga kejadian preeklampsia, hal ini karena ibu
menemukan bahwa ibu yang berumur <20 dengan primigravida pada kelompok kasus
tahun berhubungan dengan kejadian sebagian besar sebanyak 8 orang (22,9%) berusia
preeklampsia/eklampsia (AOR= 2,5, 95% CI= baik untuk hamil yaitu berumur 20-35 tahun,
424
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
sehingga lebih siap untuk menerima karena didukung oleh faktor ekonomi, dimana
kehamilannya. Umur 20-35 tahun merupakan ibu yang memiliki status ekonomi tinggi pada
umur yang paling aman bagi wanita untuk nullipara/primipara/grandemultipara bisa
hamil dan melahirkan. Selain itu, hasil di dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan
lapangan juga menunjukkan bahwa dari 12 ibu selama kehamilan jika dibandingkan ibu
(34,3%) dengan primigravida pada kelompok bersalin dengan paritas tidak berisiko namun
kasus ibu yang sudah memeriksakan memiliki status ekonomi rendah.
kehamilannya secara rutin (ANC lengkap) Hasil penelitian di lapangan
sebanyak 8 orang (22,9%), hal ini menunjukkan menunjukkan paritas tidak mempengaruhi
bahwa ibu primigravida dengan ANC lengkap kejadian preeklampsia karena sebagian besar ibu
lebih terjaga kehamilannya sehingga dapat pada kelompok kasus (74,3%) sudah
mendeteksi preeklampsia secara dini. menggunakan alat kontrasepsi untuk
Berdasarkan hasil penelitian merencanakan jumlah anak dalam keluarganya
menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan sehingga kelahiran dapat dibatasi. Pada ibu
yang signifikan antara paritas dengan kejadian kelompok kasus dengan paritas berisiko (<2
preeklampsia (p value= 0,784, OR= 0,741 atau ≥4 kali) yang sudah menggunakan alat
dengan 95% CI = 0,252-2,175). Hal ini tidak kontrasepsi sebanyak (37,1%).
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian
pada primipara sering mengalami stress dalam menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang
maenghadapi persalinan, stress emosi yang bermakna antara umur kehamilan dengan
terjadi pada nulli/primi/grandemultipara kejadian preeklampsia (p value= 0,014, OR=
menyebabkan peningkatan pelepasan 4,008 dan 95% CI= 1,428-11,247. Hal ini sesuai
corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh dengan teori iskemia implantasi plasenta yaitu
hipotalamus, yang kemudian menyebabkan bahwa kejadian preeklampsia semakin
peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah meningkat pada usia kehamilan tua, karena
mempersipkan tubuh untuk merespon terhadap pada usia kehamilan tua kadar fibrinogen
semua stressor dengan meningkatkan respons meningkat dan lebih meningkat lagi pada ibu
simpatis, termasuk respons yang ditujukan yang terkena preklampsia (Manuaba, 2007).
untuk meningkatkan curah jantung dan Hasil penelitian ini sesuai dengan
mempertahankan tekanan darah. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2012)
primipara sangat besar kemungkinan peluang menyatakan bahwa usia kehamilan terhadap
terjadinya blocking antibodies tubuh ibu dengan preeklampsia mempunyai hubungan yang
antigen plasenta sehingga memicu terjadinya signifikan dengan OR= 3,182 yang berarti
hipertensi sampai dengan bahwa ibu hamil dengan usia kehamilan >37
preeklampsia/eklampsia. Pada multipara, minggu mempunyai risiko 3,182 lebih besar
lingkungan endometrium disekitar tempat untuk mengalami preeklampsia dari pada saat
implantasi kurang sempurna dan tidak siap usia kehamilan 20-37 minggu. Penelitian ini
menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian juga diperkuat oleh Afridasari (2012)
nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi menyatakan bahwa umur kehamilan merupakan
kurang sempurna dan mengakibatkan faktor risiko kejadian preeklampsia. Dalam
pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu penelitian Afridasari, persentase umur
sehingga dapat menambah resiko terjadinya kehamilan >37 minggu pada kelompok kasus
preeklampsia (Wiknjosastro, 2008). (32,3%) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil (19,0%).
penelitian Tika (2015) menyatakan bahwa tidak Hasil penelitian dilapangan menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara faktor bahwa, terdapat hubungan yang bermakna
paritas dengan kejadian. Pada penelitian antara umur kehamilan dengan kejadian
tersebut menyatakan bahwa hal ini bisa terjadi preeklampsia. Hal ini terlihat dimana proporsi
425
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
umur kehamilan >37 minggu pada kelompok membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengancam
kasus (77,1%) lebih banyak dari pada kelompok keselamatan janin.
kontrol (45,7%). Hal lain disebabkan karena Hasil penelitian sesuai dengan hasil
pemeriksaan ANC ibu selama hamil yang tidak penelitian Rozikhan (2007) yang menyatakan
rutin dan lengkap, sehingga ibu tidak dapat bahwa status gizi yang diukur dengan IMT
mengenali secara dini komplikasi seperti tidak ada hubungan yang bermakna antara ibu
preeklampsia yang mungkin terjadi selama yang obesitas dengan kejadian preeklampsia.
kehamilan hingga menjelang persalinan. Pada penelitian tersebut responden dengan
Terlihat pada data bahwa ibu yang tidak obesitas yang mengalami preeklampsia sebesar
memeriksakan kehamilan secara rutin dan (9,0%), sedangkan yang tidak preeklampsia
lengkap pada kelompok kasus sebanyak 21 sebesar (6,0%). Dalam penelitian tersebut
orang (60,0 %) lebih banyak dari pada kelompok responden mempunyai status ekonomi tinggi
kontrol yaitu 14 orang (40,0%). Rendahnya yang berhubungan dengan status gizi ibu,
cakupan kunjungan ibu hamil kemungkinan sehingga dapat memenuhi asupan gizi sebelum
disebabkan karena pengetahuan ibu yang atau saat kehamilan.
rendah, hal ini ditunjukkan sebagian besar ibu Hasil penelitian di lapangan
berpendidikan tamat SMP. Sesuai dengan menunjukkan IMT sebelum hamil tidak
penelitian Nurmawati (2016) menyatakan berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan Terdapat perbedaan proporsi ibu pada
ibu dengan cakupan kunjungan ANC. kelompok kasus berada pada IMT tidak berisko
Berdasarkan hasil penelitian (IMT <25) yaitu sebanyak 29 orang (82,9%),
menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan sedangkan ibu dengan IMT berisiko (IMT ≥25)
yang signifikan antara IMT sebelum hamil lebih sedikit yaitu 6 orang (17,1%). Hal ini
dengan kejadian preeklampsia (p value= 0,106 menunjukkan bahwa IMT ibu sebelum hamil
dengan 95% CI = 0,800-61,869). Hal ini tidak tergolong normal, akan tetapi kejadian
sesuai dengan teori radikal bebas yang preeklampsia masih terjadi, kemungkinan
menjelaskan bahwa semakin bertambah berat dikarenakan adanya peningkatan berat badan
badan semakin peroksida lemak meningkat, selama kehamilannya tidak sesuai yang
sedangkan antioksidan dalam kehamilan direkomendasikan.
menurun, sehingga terjadi dominasi kadar Berdasarkan hasil penelitian
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang
Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat bermakna antara pemeriksaan ANC dengan
toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam kejadian preeklampsia (p value= 0,031, OR=
aliran darah dan akan maerusak membran sel 3,273 dengan 95% CI= 1,224-8,748).
endothel. Membran sel endothel lebih mudah Pemeriksaan ANC <4 kali akan meningkatkan
mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, risiko preeklampsia. Hal tersebut dikarenakan
karena letaknya langsung berhubungan dengan tidak terdeteksinya faktor risiko preeklampsia
aliran darah yang mengandung banyak asam dan apabila tidak dapat diberi penanganan
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh secara tepat oleh tenaga kesehatan dapat
sangat rentan terhadap oksidan radikal menyebabkan eklampsia atau kematian ibu
hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida (Djannah, 2010).
lemak (Manuaba, 2007). Status gizi yang baik Sedangkan ibu hamil yang melakukan
sebelum hamil sangat berpengaruh dalam hal kunjungan ANC lengkap dapat meningkatkan
persiapan kondisi kesehatan fisiologis tubuh ibu kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan
untuk menyediakan rahim yang menunjang kehamilan dengan cara mengatur aktivitas fisik
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dan memperhatikan kebutuhan energi san zatgizi
akan dikandungnya. Kurang gizi selama selama masa kehamilan, sehingga
kehamilan bukan hanya melemahkan fisik dan kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan
426
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
pada ibu dan janin sangat kecil (Kemenkes, dengan riwayat hipertensi akan mempunyai
2010). risiko yang lebih besar untuk mengalami
Hasil penelitian ini sesuai dengan Superimposed preeklampsia. Hal ini
penelitian Saraswati (2014) yang menyatakan dikarenakan hipertensi yang diderita sejak
bahwa ada hubungan yang signifikan antara sebelum hamil sudah mengakibatkan
pemeriksaan ANC dengan kejadian gangguan/kerusakan pada organ penting tubuh
preeklampsia. Pada penelitian tersebut dan ditambah lagi dengan adanya kehamilan
pemeriksaan ANC berisiko (<4 kali) pada maka kerja tubuh akan bertambah berat
kelompok kasus sebanyak (87,50%) lebih sehingga dapat mengakibatkan
banyak dibandingkan dengan pada kelompok gangguan/kerusakan yang lebih berat lagi
kontrol yaitu (29,03%). Penelitian ini juga dengan timbulnya edema dan proteinuria
diperkuat oleh penelitian Isnanda (2012), (Wiknjosastro, 2008).
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Hasil penelitian ini sesuai dengan
pelayanan ANC dengan kejadian preeklampsia(p penelitian yang dilakukan oleh Rosmiyati
value 0,004) dengan OR= 9,6 yaitu bagi ibu (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan
hamil yang tidak rutin memeriksakan yang bermakna antara riwayat hipertensi
kehamilannya mempunyai risiko 9,6 kali untuk dengan kejadian preeklampsia. Pada penelitian
mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu tersebut menyebutkan adanya hubungan antara
hamil yang rutin ANC. riwayat hipertensi dengan preeklampsia
Hasil penelitian di lapangan disebabkan karena responden yang memiliki
menunjukkan terdapat hubungan yang riwayat hipertensi terjadi pada ibu yang
signifikan antara pemeriksaan ANC dengan memiliki tingkat pendidikan rendah, hal ini
kejadian preeklampsia. Hal ini disebabkan berhubungan dengan kesehatan ibu dan
karena proporsi pemeriksaan ANC tidak kecenderungan untuk menganggap ringan suatu
lengkap (<4 kali) pada kelompok kasus penyakit. Dibandingkan dengan ibu dengan
sebanyak (60,0%) lebih banyak dari pada pendidikan yang tinggi cenderung lebih peduli
kelompok kontrol yaitu (31,4%). Ibu pada dengan perubahan pada dirinya. Peneltian
kelompok kasus dengan pemeriksaan ANC Mariza (2015) juga menyebutkan bahwa ada
tidak lengkap yang tidak memeriksakan hubungan yang signifikan antara riwayat
kehamilannya pada trimester II sebanyak hipertensi dengan kejadian preeklampsia. Pada
(22,9%), trimester I sebanyak (20,0%), dan penelitian Mariza, ibu yang memiliki riwayat
trimester III sebanyak (17,1%). Selain itu, hipertensi pada responden kasus (33,7%) lebih
penyebab lain adanya hubungan yang signifikan tinggi dari pada responden kontrol (8,7%).
antara pemeriksaan ANC dengan kejadian Penelitian Kartika (2016) juga menyatakan
preeklampsia adalah tingkat pendapatan serupa bahwa riwayat hipertensi mempunyai
keluarga ibu yang sebagian besar rendah hubungan dengan kejadian preeklampsia, pada
(71,4%). Pendapatan keluarga yang rendah penelitian tersebut riwayat hipertensi
tersebut berhubungan dengan kemampuan berhubungan dikarenakan sebagian ibu
keluarga ibu dalam menjangkau fasilitas mengalami obesitas yaitu sebanyak 40,3%.
kesehatan yang baik dan memadai serta Hasil penelitian di lapangan juga
kemampuan dalam pemenuhan gizi selama menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
kehamilan. hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
Berdasarkan hasil penelitian Proporsi ibu yang memiliki riwayat hipertensi
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang pada responden kasus (51,4%) lebih tinggi dari
bermakna antara riwayat hipertensi dengan pada responden kontrol (22,9%). Hasil
kejadian preeklampsia (p value= 0,026, OR= penelitian di lapangan juga menunjukkan
3,574 dengan 95% CI= 1,275-10,014). Hal ini bahwa kunjungan kehamilan pada trimester I
sesuai teori yang menyatakan bahwa ibu hamil masih rendah yaitu 20,0% sehingga ibu yang
427
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
menderita hipertensi kronik pada sebelum atau preeklampsia. Pada penelitian tersebut
pada kehamilan <20 minggu terlambat untuk responden kasus berpendapatan <4000 Rs lebih
diketahui. Selain itu riwayat hipertensi banyak yaitu 80% dibanding dengan responden
dikaitkan dengan adanya riwayat hipertensi kontrol (37%).
pada anggota keluarga yang memungkinkan Hasil penelitian di lapangan
adanya hubungan pada penelitian di lapangan. menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkat
Riwayat hipertensi sebelum atau saat kehamilan pendapatan keluarga dengan kejadian
juga dikaitkan dengan pengetahuan yang dapat preeklampsia. Hal ini terlihat dari kelompok
dilihat dari tingkat pendidikan responden pendapatan keluarga rendah pada kelompok
rendah, pendapatan keluarga rendah juga kasus lebih banyak yaitu sebesar 71,4%,
mempengaruhi adanya riwayat hipertensi. sedangkan pada kelompok kontrol sebesar
Berdasarkan hasil penelitian 42,9%. Selain itu penyebab lain adanya
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang hubungan tingkat pendapatan keluarga rendah
bermakna antara pendapatan keluarga dengan dengan preeklampsia yaitu dilihat dari
kejadian preeklampsia (p value= 0,03, OR= karakteristik ibu yang sebagian besar bekerja
3,333 dengan 95% CI= 1,235-8,997). Taraf sebagai ibu rumah tangga (68,6%) dan kepala
ekonomi keluarga berhubungan dengan keluarga yang sebagian besar hanya bekerja
kemampuan keluarga ibu dalam menjangkau sebagai petani (62,9%). Pendapatan keluarga
fasilitas kesehatan yang baik dan memadai serta yang rendah tersebut berhubungan dengan
kemampuan dalam pemenuhan gizi selama kurangnya kemampuan keluarga ibu dalam
kehamilan. Ibu hamil dari latar belakang menjangkau fasilitas kesehatan yang memadai
ekonomi yang tinggi akan lebih mudah dalam memeriksakan kehamilannya. Selain itu
menjangkau pelayanan kesehatan yang lebih juga pendapatan keluarga rendah meningkatkan
baik. Pendapatan keluarga merupakan jumlah hambatan untuk mendapatkan prioritas
hasil perolehan keluarga untuk memenuhi kesehatan dalam urutan lebih tinggi dari pada
kehidupan sehari-hari tiap bulannya. Tingkat prioritas kebutuhan pokok, sehingga
pendapatan keluarga ditetapkan berdasarkan memperlambat atau menyebabkan
Upah Minumun Regional (UMR) Kabupaten terabaikannya kunjungan ANC.
Brebes tahun 2016 Rp 1.310.000,00. Tingkat Berdasarkan hasil penelitian
pendapatan keluarga dikategorikan menjadi dua menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan
yaitu rendah apabila < UMR Kabupaten yang signifikan antara riwayat abortus dengan
Brebes, dan tinggi apabila ≥ UMR Kabupaten kejadian preeklampsia ( p value= 1,000, OR=
Brebes. 0,856 dengan 95% CI = 0,287-2,556). Hasil
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanien
penelitian yang dilakukan oleh Tika (2015) (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada
menyatakan bahwa ada hubungan status hubungan yang bermakna antara ibu yang
ekonomi dengan kejadian preeklampsia, ibu memiliki riwayat abortus dengan kejadian
bersalin dengan status ekonomi tinggi memiliki preeklampsia. Hasil penelitian diperkuat oleh
peluang lebih besar tidak terkena preeklampsia penelitian yang dilakukan oleh Bangkele (2014)
2,338 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
bersalin dengan status ekonomi keluarga antara riwayat abortus dengan kejadian
rendah. Hasil penelitian Rozikhan (2007) preeklamsia.
menyebutkan bahwa responden berpenghasilan Hasil penelitian di lapangan
<Rp 500.000,00 lebih berisiko 1,35 kali lebih menunjukkan bahwa riwayat abortus tidak
besar dari pada responden yang berpenghasilan berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
≥Rp 500.000,00. Penelitian Ramesh (2013) Hal ini disebabkab karena proporsi ibu yang
menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga pernah mengalami abortus terlalu kecil yaitu
bulanan berhubungan dengan kejadian dengan 22,9%, sedangkan ibu yang tidak pernah
428
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
mengalami abortus sebanyak 77,1% karena sudah banyak ibu yang menggunakan
memungkinan menjadi penyebab tidak KB untuk merencanakan kehamilannya.
signifikannya hubungan riwayat abortus dengan
kejadian preeklampsia. Hal ini karena memang PENUTUP
kejadian abortus yang sudah sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian dapat
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
bermakna antara riwayat pemakaian kontrasepsi umur, usia kehamilan, pemeriksaan ANC,
hormonal dengan kejadian preeklampsia (p riwayat hipertensi, pendapatan keluarga, dan
value= 0,028, OR= 3,431 dengan 95% CI= riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal
1,251-9,404). Pemakaian kontrasepsi pada dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.
sebelum kehamilan berpengaruh signifikan Sedangkan tidak terdapat hubungan antara
terhadap kejadian preeklampsia pada individu graviditas, paritas, IMT dan riwayat abortus
tersebut. Kontrasepsi hormonal berupa pil KB dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin
sebagian besar mengandung hormon estrogen di wilayah kerja Puskesmas Sirampog
dan pregesteron. Hormon dalam kontrsepsi ini Kabupaten Brebes.
telah diatur sedemikian rupa sehingga Saran bagi peneliti selanjutnya
mendekati kadar hormone dalam tubuh diharapkan agar mengembangkan penelitian ini
akseptor. Namun jika digunakan dalam jangka dengan menambahkan variabel yang belum
waktu yang lama akan menimbulkan efek diteliti dalam penelitian ini seperti stress selama
samping lain. Kedua hormon tersebut memiliki kehamilan atau saat persalinan.
kemampuan untuk mempermudah retensi ion
natrium dan sekresi air disertai kenaikan
aktivitas rennin plasma dan pembentukan
DAFTAR PUSTAKA
angiontensin sehingga dapat memicu terjadinya
Afridasari, S.N., Saimin, J. dan Sulastrianah. 2012.
peningkatan tekanan darah (Fajriansi, 2013).
Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Jurnal Medula UHO, 1(1): 31-35
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2014)
menyatakan bahwa ada hubungan antara Bangkele, E.Y., Lintin, G dan Anjar, S.A. 2014. Analisis
kontrasepsi dengan terjadinya preeklampsia. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pada penelitian Setiawan persentase aseptor KB Preeklampsia pada Ibu Hamil di Rumah Sakit
pada kelompok kasus lebih banyak Undata Palu Tahun 2014. Jurnal Ilmiah
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kedokteran, 3 (1): 52-62
Persentase aseptor KB kelompok kasus dan
Denantika, O., Serudji, J dan Revilla, G. 2010. Hubungan
kontrol berurut-urut sebanyak 35,3% dan 8,8.
Status Gravida dan Usia Ibu terhadap Kejadian
Selain itu penelitian Kartasurya (2015) juga
Preeklampsia di RSUP. DR. M. Jamil Padang
mengatakan hal yang sama yaitu penggunaan
Tahun 2012-2013. Jurnal Kesehatan Andalas,
kontrasepsi hormonal sebelum kehamilan
4(1): 212-217
mempunyai hubungan dengan kejadian
preeklampsia (OR= 2,5, 95% CI= 1.2-5.3). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2017. Profil
Hasil penelitian di lapangan juga Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016. Jakarta:
menunjukkan persamaan bahwa persentase ibu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
yang mempunyai riwayat kontrasepsi hormonal
pada kelompok kasus lebih banyak (74,3%) dari Djannah, S.N., Arianti, IS. 2009. Gambaran Epidemiologi
pada kelompok kontrol (45,7%). Dalam Kejadian
penelitian dilapangan riwayat pemakaian
Preeklampsia/Eklampsia di Rsu Pku
kontrasepsi hormonal dengan kejadian
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007– 2009.
preeklampsia mempunyai hubungan signifikan
Jurnal Penelitian Sistem Kesehatan, 13(4):
378–385
429
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
430
Fouedjio, J.H. 2015. Predictors of eclampsia among preeclamptic patients: a case control study in Yaounde, Cameroon.
International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics andGynecology, 5(7): 2204-2209
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
Imron, R dan Novadela, N.I.T. 2013. Faktor - Faktoryang Berhubungan dengan Kejadian Pre Eklampsia dan Eklamsia Pada Ibu
Bersalin. Jurnal Keperawatan, 10(1): 154-160
Indriani, N. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklampsia/Eklmapsia pada Ibu Bersalin di Rumah
Sakit Umum DaerahKota Tegal Tahun 2011. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Isnanda, E.P., Noor, M.S dan Musafaah. 2012. Hubungan Pelayanan Antenatal Care (Anc) dengan Kejadian Preeklampsia Ibu
Hamil di Rsud Ulin Banjarmasin. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia (JPKMI), 1(1): 67-72
Kartasurya, MI. 2015. Pre-eclampsia Risk factors of Pregnant women in Semarang, Indonesia. International Journal of
Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 22(1): 31-37
Kartika, A.R., Akbar, M.I.A dan Umiastuti, P. 2016. Risk Factor of Severe Preeclampsia in Dr. Soetomo Hospital Surabaya in
2015. Jurnal Obstetri & Ginekologi, 25(1): 6-9
Kumari, N. 2016. Relationship between Maternal Age and Preeclampsia. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences
(IOSR-JDMS), 15(12): 55-
57
Lusiana, N. 2014. Faktor-Faktor yang Beruhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin di Ruangan Camar II
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(1): 29-33
Jakarta: EGC.
Mariza, A., Siregar, R. 2015. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklampsia
Osungbade., Ige. 2011. Public Health Perspectives ofPreeclampsia in Developing Countries: Implication for Health
System Strengthening. The Hindawi Journal of Pregnancy: 1-6
Ramesh dan Gandi, S. (2013). Socio-Demographic and Other Risk Factors of Pre Eclampsia at aTertiary Care Hospital,
Karnataka: CaseControl Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8(9): 1-4
Rosmiyati. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah
Menggala Kaupaten Tulang Bawah Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Holistik, 8(3): 105-109
Rozikhan. 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal.
Skripsi. Semarang.Universitas Diponegoro
Saraswati, N. 2014. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di Rsud
Kabupaten Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health (UJPH), 5(2): 90-99
Setiawan, R.P. 2014. Hubungan Paritas dan Kontrasepsi dengan Preeklampsia Ringan di Puskesmas Jagir. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 4(1): 100–112
Tika, P., Didik dan Suryani, N. 2015. Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia-
Eklampsiapada Ibu Bersalin di RSUD Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015. IndonesianJournal on Medical
Science, 4(1): 133-146
ORIGINAL ARTICLE
p-ISSN: 2089-8789
Sutiati Bardja
*corresponding author
Sutiati Bardja
Abstrak
Preeklampsia merupakan penyakit yang disebabkan kehamilan dan penyebab kematian maternal.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Arjawinangun tahun2019. Populasi ibu bersalin di
ruang VK RSUD Arjawinangun periode Agustus 2019 s/d Januari 2020. Memilih sampel secara
purposive yaitu ibu hamil di ruang VK sehingga didapat 156 responden yang terdiri dari 39
responden yang mengalami preeklampsia berat/eklampsia sebagai sampel kasus dan 117
responden yang tidak mengalami preeklampsia berat/eklampsia sebagai sampel kontrol.Teknik
analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat. Hasil
penelitian menunjukan ada hubungan usia (p=0,000), Paritas (p = 0,003), pendidikan (p=0,000),
riwayat preeklampsia (p=0,000), riwayat penyakit keluarga (p=0,000), kenaikan berat badan
(p=0,000), jumlah janin (p=0,0061) dan konsumsi kalsium (p = 0,000) berisiko secara signifikan,
sedangkan ekonomi (p=0,640), perokok pasif (p=0,681) dan pekerjaan (p=0,469) tidak terdapat
hubungan yang signifikan dengan kejadian preeklampsia berat/eklampsi pada ibu hamil di RSUD
Arjawinangun tahun 2019. Hasil analisis multivariat menunjukan factor paling dominan terhadap
kejadian preeklampsia adalah adalah usia dengan Exp (B) atau OR 12,5.
severe preeclampsia/eclampsia as a case sample and 117 respondents who did not
experience severe preeclampsia/eclampsia as a control sample. Data analysis techniques
using univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis. The results showed
that there was a relationship between age (p = 0,000), parity (p = 0.003), education (p =
0,000), history of preeclampsia (p = 0,000), family history (p = 0,000), weight gain (p =
0,000) ), the number of fetuses (p = 0.0061) and calcium consumption (p = 0,000) have a
significant risk, while the economy (p = 0.640), passive smoking (p = 0.681) and occupation
(p = 0.469) have no significant relationship with the incidence of severe
preeclampsia/eclampsia in pregnant women in Arjawinangun District Hospital in 2019.
The results of multivariate analysis showed the most dominant factor in the incidence of
preeclampsia was age with Exp (B) or OR 12.5.
Hasil
Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk
memberikan gambaran tentang distribusi
frekuensi dari setiap variabel atau faktor
risiko
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Kejadian Responden yang masuk dalam kategori
Preeklampsia Berat/Eklampsiapada Ibu Hamil
paritas yang berisiko (primigravida dan
di Ruang VK RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon tahun grandemultigravida) sebanyak 32 orang
(20,5%). Untuk pendidikan yang memiliki
2019
pendidikan rendah (≤SMP) sebanyak 80
Variabel N % orang (51,3%). Untuk ekonomi responden
Usia yangmemiliki ekonomi rendah (<UMR Rp.
Berisiko (<20 Th &> 35 Th) 47 30,1
Tidak Berisiko (20 – 35 Th) 109 69,9
2.024.000) sebanyak 126 orang
Paritas (80,8%). Untuk riwayat
Berisiko (Primi &
32 20,5 preeklampsia/eklampsia, responden yang
Grandemultigravida
) pernah mengalami
Tidak Berisiko (Multigravida) 124 79,5
preeklampsia/eklampsia sebanyak 34 orang
Pendidikan
Rendah (≤SMP) 80 51,3 (21,8%). Untuk riwayat penyakit keluarga,
Tingggi (≥SMA) 76 48,7 responden yang orang tuanya memiliki
Ekonomi
riwayat penyakit terutama hipertensi
Rendah(<UMR Rp. 2.024.000) 126 80,8
sebanyak 27 orang (17,3%). Untuk kenaikan
Tinggi (≥ UMR Rp. 2.024.000) 30 19,2
RiwayatPreeklampsia/Ekslamsia berat badan, responden berisiko (kenaikan
Risiko (Ya) 34 21,8 berat badannya tidak sesuai dengan IMT)
Tidak Risiko (Tidak) 122 78,2
sebanyak
Riwayat Penyakit Keluarga
Risiko (Ya) 27 17,3
31 orang (19,9%). Untuk perokok pasif,
Tidak Risiko (Tidak) 129 82,7 responden yang terpapar asap rokok (perokok
Kenaikan Berat Badan pasif) sebanyak 149 orang (95,5%. Untuk
Risiko (Tidak Sesuai) 31 19,9
pekerjaan, responden yang bekerja sebanyak
Tidak Risiko (Sesuai) 125 80,1
Perokok Pasif 11 orang (7,1%). Untuk jumlah janin,
Risiko (Ya) 149 95,5 responden yang gemeli (janin>1) sebanyak 2
Tidak Risiko (Tidak) 7 4,5 orang (1,3%). Adapun untuk konsumsi
Pekerjaan
kalsium, responden yang berisiko
Risiko (Bekerja) 11 7,1
Tidak Risiko (Tidak Bekerja) 145 92,9 (konsumsi kalsium
Jumlah Janin
Risiko (Gemeli >1) 2 1,3
Tidak Risiko (Tunggal) 154 98,7
Konsumsi Kalsium
Risiko (< 450 Tablet) 63 40,4
Tidak Risiko (≥450 tablet) 93 59,6
Sumber: Hasil Penelitian, 2019
Tabel 2. Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia Pada Ibu Hamil di RuangVK RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon tahun 2019
Preeklampsia
Berat/Eklampsia p-
CI 95% OR
Variabel Positif Negatif value
N % N %
Usia
18,8
Berisiko (<20 &>35 Th) 25 64,1 22 3,5–17,2 7,7 0,000
Tidak Berisiko (>35 Th) 14 35,9 95 81,2
Paritas
Pendidikan
Rendah (≤SMP) 30 76,9 50 42,7 1,9-10,2 4,5 0,000
Tinggi (≥SMA) 9 23,1 67 57,3
Ekonomi
Rendah (< Rp.2.024.00) 33 84,6 93 79,5 0,5-3,8 1,4 0,640
Tinggi (≥ Rp.2.024.000) 6 15,4 24 20,5
Riwayat Preeklampsia
Ya 19 48,7 15 12,8
2,8-14,8 6,5 0,000
Tidak 20 51,2 102 87,2
Riwayat PE Keluarga
Pekerjaan
Bekerja 4 10,3 7 6 0,5-6,5 1,8 0,469
Tidak Bekerja 35 89,7 110 94
Jumlah Janin
Gemeli 2 5,1 0 0
3,1-5,5 4,2 0,061
Tunggal 37 94,9 117 100
Konsumsi Kalsium
Berisiko (<450 tab) 28 71,8 35 29,9
0,000), kenaikan berat badan (p 0,000), model penelitian. Dengan kata lain,model ini
jumlah janin (p 0,061), dankonsumsi kalsium adalah model persamaan logistik yang hanya
(p 0,000) dengan kejadian preeklampsia menggunakan konstanta saja untuk
berat/eklampsia pada ibu hamil di ruang VK memprediksi responden masuk ke dalam
RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon kategori preeklampsia atau tidak
tahun 2019. Hal ini karena nilai p-value untuk preeklampsia. Dari nilai signifikansi,
variabel-variabel tersebut lebih kecil dari nilai diketahui konstanta yang dihasilkan adalah
alpha (α) 0,05. Untuk variabel ekonomi (p 1,099(> 0.05), hal ini berarti bahwa dengan
0,640), perokok pasif (p 0,681) dan pekerjaan menggunakan model persamaan sederhana
(p 0,469)memiliki p-value > 0,05 maka secara (hanya konstanta saja) belum mampu
statistik tidak berhubungan dengan kejadian memberikan penjelasan proporsi kejadian
preeklampsia preeklampsia
berat/eklampsia. berat/eklampsia. Dari tabel 2 diketahui
Analisis Multivariat bahwa model dengan memasukkan sebelas
Hasil analisis multivariat dengan uji variabel independen ternyata telah terjadi
Regresi Logistik diketahui berdasarkan tabel perubahan dalam penaksiran parameter (-2
Case ProcessingSummary, dijelaskan bahwa Log likelihood) sebesar 85,514. Jika dilihat
seluruh kasus atau case ternyata teramati nilai R-square sebesar 0.438 atau 43.8%
semua sebanyak 156 sampel, artinyatidak ada (Cox &
sampel yanghilang/missing. Dijelaskan pula Snell) dan 0.649 atau 64,9% (Nagekerke).
kode preeklampsia adalah 0 dan tidak Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa
preeklampsia adalah 1. Sedangkan kode X1 dengan sebelasvariabel, yaitu X1 s/d X11 maka
(usia) s/d X11 (konsumsi kalsium) adalah 1 proporsi kejadian preeklampsia
untuk risiko dan 2 untuk tidak risiko. berat/eklampsia yang dapat dijelaskan
Pada tabel 2 dijelaskan bahwa proses sebesar 64,9%. Artinya secara simultan
inisialisasi artinya variabel X1 s/d X11 belum kesebelas variabel independen memberikan
dimasukkan ke dalam pengaruh terhadap variabel dependen
preeklampsia berat/eklampsia
Berdasarkan uji Regresi Logistik Cirebon tahun 2019 yang usianya berisiko
diketahui bahwa 8 faktoryaitu usia, paritas, 30,1%, paritas berisiko 20,5%, pendidikan
pendidikan, riwayat preeklampsia, riwayat rendah 51,3%,ekonomi rendah 80,8%, punya
hipertensi keluarga, kenaikan berat badan, riwayat preeklampsia/eklampsia 21,8%,
jumlah janin dan konsumsi kalsium memiliki punya riwayat penyakit keluarga 17,3%,
nilai p < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha kenaikan berat badan tidak sesuai 19,9%,
diterima jadi disimpulkan bahwa secara perokokpasif 95,5%, yang bekerja 7,1%,gemeli
gradual terdapat pengaruh yang signifikan 1,3%, konsumsi kalsium berisiko 40,4%.
usia, paritas, jarak kehamilan, pendidikan, Ada hubungan yang signifikan antara
riwayat preeklampsia, riwayat hipertensi usia (p 0,000), paritas (p0,003), pendidikan
keluarga, kenaikan berat badan, jumlah janin (p 0,000), riwayat preeklampsia (p 0,000),
dan konsumsi kalsium terhadap kejadian riwayat penyakit keluarga (p 0,000), kenaikan
preeklampsia berat/eklampsia ibu hamil di berat badan (p 0,000), jumlah janin (p0,061),
ruang VK RSUD Arjawinangun Kabupaten dan konsumsi kalsium (p 0,000) dengan
Cirebon tahun 2019. Sedangkan 3 variabel kejadian preeklampsiaberat/ eklampsia pada
lainnya yaitu ekonomi, perokok pasif dan ibu hamil di ruang VK RSUD Arjawinangun
pekerjaan memiliki nilai p > 0.05 yang berarti Kabupaten Cirebon tahun 2019.
Ho ditolak dan Ha diterima jadi disimpulkan Tidak ada hubungan signifikan
bahwasecara gradual tidak terdapat pengaruh ekonomi (p 0,640), perokok pasif (p 0,681)
yang signifikan ekonomi, perokok pasif dan dan pekerjaan (p 0,469) dengan kejadian
pekerjaan terhadapkejadian preeklampsia preeklampsia berat/eklampsia pada ibu hamil
berat/eklampsia ibu hamil di ruang VK RSUD di ruang VK RSUD Arjawinangun Kabupaten
Arjawinangun. Cirebon tahun 2019.
Faktor yang paling
Kesimpulan berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia
Distribusi ibu hamil di ruang VK berat/ eklampsia pada ibu hamil di ruang VK
Bandung.
Hofmeyr, G., Lawrie, T., Atallah, A., Duley, L., & Torloni, M. (2014). Calcium supplementation during
pregnancy for preventing hypertensive disorders andrelated problems ( Review ).John Wiley &
Sons, 1–132. https://doi.org/10.1002/14651858
.CD001059.pub2.Copyright
Isnawati, M. (2012). Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian
Preeklampsia di RSUD Dr. Moewardi.Universitas Sebelas Maret.
Kemenkes RI. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan (Pertama). Kemenkes RI,UNFPA Unicef, USAID.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Kementerian Kesehatan RI.
Legawati, & Utama, N. R. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud
Rujukan Kabupaten dan ProvinsiKalimantan Tengah. JurnalSurya Medika, 3(1), 1–18.
Prasetyo, R., Wijayanegara, H., & Yulianti, A. B. (2015). Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil
dengan Kejadian Preeklamsi diRSUD Al-Ihsan Kabupaten
https://doi.org/ISSN: 2460-675x
Sa’adah, N., Raharja, S., & Candrasari, A. (2013). HubunganAntara Penambahan Berat
Badan Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Preeklampsia di RSUD DR.
Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saraswati, N., & Mardiana. (2016). Faktor Risiko Yang BerhubunganDengan Kejadian Preeklampsia
Pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di RSUD Kabupaten Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of
PublicHealth, 5(2), 90–99.
Shamsi, U., Saleem, S., & Nishter, N.(2013). Epidemiology and Risk Factors of Preeclampsia ; An
Overview of Observational Studies. Al Ameen J Med Sci,6(4), 292–300.
Tolinggi, S., Mantulangi, K., & Nuryani. (2018). Kejadian Preeklampsia dan Faktor Risiko
yang Mempengaruhinya.Gorontalo Journal of Public Health,
1(2), 85–9