0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan67 halaman

TUGAS EPBK_F623096_NASTITI PINASTI

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 67

LAPORAN HASIL LITERATURE REVIEW DENGAN TEKNIK EBP

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah EBPK


Dosen Pengampu : Fathia Rizki, S.S.T.,M.Tr.Keb

DISUSUN OLEH :
NASTITI PINASTI F623096

FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
LITERATURE REVIEW 1

Penulis Jurnal Renita Muzalfah, Yunita Dyah Puspita Santik, Anik Setyo Wahyu

Ningsih

Judul Jurnal Heigea Journal Of Public Health Research And Development


Volume & Vol. 1 no.1 Hal. 1-12
Halaman Jurnal
Tahun Jurnal 2018
Tanggal Ulasan 30 Juli 2018
Tujuan Jurnal Tujuan Jurnal Ini Adalah Untuk Mengetahui Kejadian Preeklamsia
Pada Ibu Bersalin
Teori Hasil Penelitian Ini Sesuai Dengan Penelitian Yang Dilakukan Oleh
Imron (2013) Yang Menyatakan Bahwa Ada Hubungan Signifikan
Antara Umur Ibu Dengan Kejadian Preeklamsia.
Penelitian Ini Sesuai Dengan Penelitian Tika (2015) Menyatakan
Bahwa Dari Hasil Analisis Data Bivariat Menunjukan Tidak Ada
Hubungan Signifikan Antara Faktor Risiko Graviditas Dengan
Kejadian Preeklamsia
Metode Penelitian Penelitian Ini Menggunakan Metode Penelitian Survey Analitik Dengan
Desain Penelitian Case Control. Variabel Bebas Dalam Penelitian Ini
Umur, Graviditas, Parietas, Usia Kehamilan, IMT, Pemeriksaan ANC,
Riwayat Hipertensi, Pendapatan Keluarga, Riwayat Abortus Dan
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal. Sedangkan Variabel
Terikat Dalam Penelitian Ini Yaitu Preeklamsia Pada Ibu Bersalin.
Hasil Penelitian Populasi Kasus Dalam Penelitian Ini Yaitu Ibu Bersalin Dengan
Preeklamsia Dan Terdaftar Dalam Rekam Medis Di Puskesmas
Sirampog Tahun 2016 Dan Bulan Januari-April 2017. Populasi Kasus
Sebesar 57 Kasus Preeklamsia Pada Ibu Bersalin. Populasi Kontrol
Adalah Ibu Bersalin Tidak Preeklamsia Terdaftar Dalam Rekam Medis
Di Puskesmas Sirampog Tahun 2016. Populasi Kontrol Dalam
Penelitian Ini Yaitu Sejumlah 342 Ibu Bersalin.
LITERATURE REVIEW 2

Penulis Jurnal Sutiati Bardja


Judul Jurnal Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsiapada Ibu Hamil
Volume & Vol. 12 No. 1 Hal. 1-13
Halaman Jurnal
Tahun Jurnal 2020
Tanggal Ulasan Mei 2020
Tujuan Jurnal Untuk Mengetahui Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia
Berat/Eklampsiapada Ibu Hamil
Teori Beberapa penelitian tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya
preeklampsia sudah banyak dilakukan. Menurut penelitian Tolinggi,
Mantulangi dan Nuryani,(2018) kejadian preeklampsia danfaktor risiko
yang mempengaruhi antara lain: paritas, jarak kehamilan dan
pendidikan.
Metode Penelitian Metode Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik kuantatif dengan
desain case control
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa ada hubungan yang
signifikan antara usia, paritas, pendidikan, riwayat preeklampsia,
riwayat penyakit keluarga, kenaikan berat badan, jumlah janin, dan
konsumsi kalsium dengan kejadian preeklampsia berat/ eklampsia pada
ibu hami
LITERATURE REVIEW 3

Penulis Jurnal Renita Muzalfah


Judul Jurnal Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin
Volume & Vol. 1 No. 1 Hal. 1-12
Halaman Jurnal
Tahun Jurnal 2018
Tanggal Ulasan 02-03-2018
Tujuan Jurnal Untuk Mengetahui Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin
Teori Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Saraswati (2014) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemeriksaan
ANC dengan kejadian preeklampsia. Pada penelitian tersebut
pemeriksaan ANC berisiko (<4 kali) pada kelompok kasus sebanyak
(87,50%) lebih banyak dibandingkan dengan pada kelompok kontrol
yaitu (29,03%). Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Isnanda
(2012), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pelayanan ANC
dengan kejadian preeklampsia (p value 0,004) dengan OR= 9,6 yaitu bagi
ibu hamil yang tidak rutin memeriksakan kehamilannya mempunyai
risiko 9,6 kali untuk mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu hamil
yang rutin ANC.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan
desain penelitian case control.
Hasil Penelitian Hasil penelitian di lapangan menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara pemeriksaan ANC dengan kejadian preeklampsia.
LITERATURE REVIEW 4

Penulis Jurnal Hasliana Haslan


Judul Jurnal Dampak Kejadian Preeklamsia dalam Kehamilan Terhadap Pertumbuhan
Janin Intrauterine.
Volume & Vol. 11 no. 2 hal. 1-10
Halaman Jurnal
Tahun Jurnal 2022
Tanggal Ulasan 01-12-2022
Tujuan Jurnal Menganalisis dampak kejadian preeklamsia dalam kehamilan terhadap
pertumbuhan janin intrauterine.
Teori Pertumbuhan janin yang terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction
(IUGR) merupakan salah satu penyebab dari berat bayi lahir rendah (BBLR)
Diperlukan pengobatan secara terkontrol untuk ibu hamil dengan
preeklampsia untuk menghindari adanya faktor risiko
yangdapatmembahayakanibudanjaninpadasaatmasakehamilandanpadasaat
bersalin (Dewiet al., 2018). Salah satu tanda gejala preeklampsia dalam
kehamilan adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Preeklampsia merupakan masalah komplikasi kehamilan yang
menyumbang kematian ibu tertinggi. Preeklampsia dengan Indeks Massa
Tubuh ibu obesitas akan meningkatkan perburukan luaran maternal dan
perinatal (Rahmawati et al.,2021).
Metode Penelitian analitik observasional dengan desain longitudinal panel study.
Penelitian Populasi ibu hamil yang ada di dan sampel diambil secara purposive
sampling sebanyak 74 ibu hamil.
Hasil Penelitian Uji chi square nilai P-value 0,000 atau <0.05, preeklamsia dan
OR0.017(0.002-0.15) dan analisis regresi status preeklamsia memiliki
pengaruh 0,017. Koefisien determinan (Negelkerke R Square) menunjukan
nilai probabilitas ibu hamil yang mengalami preeklamsia dapat
menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat sebanyak 48%.
Kesimpulan: Bahwa preeklamsia sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan janin intrauterine. Konseling dapat dilakukan kepada ibu
hamil untuk meningkatkan status gizi ibu dan janin intrauterine.
LITERATURE REVIEW 5

Penulis Jurnal Lazulfa Inda Lestari


Judul Jurnal Pengaruh Asupan Asam Folat Terhadap Kejadian Preeklamsi
Volume & Vol. 10 no. 2 hal. 1-5
Halaman Jurnal
Tahun Jurnal 2019
Tanggal Ulasan 2 desember 2019
Tujuan Jurnal Untuk Mengetahui Pengaruh Asupan Asam Folat Terhadap Kejadian
Preeklamsi
Teori Meskipun masih belum dapat diketahui penyebab preeklamsi, namun
tahap 1 patogenesis dimulai dengan plasenta yang abnormal akibat
nutrisi. Salah satu nutrisi yang berperan adalah asam folat yang
berfungsi untuk biosintesis DNA dan RNA, metabolisme homosistein,
fungsi enzimatik, serta proses diferensiasi(Malahayati I, 2016).
Menurut sebuah studi, kejadian preeklamsi berkaitan dengan defisiensi
asam folat(Yusuf A, 2015). Asam folat memiliki fungsi penting dalam
patogenesis preeklamsi karena asam folat berperan dalam metabolisme
homosistein.
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data
Hasil Penelitian Asam folat sangat penting dikonsumsi bagi ibu hamil k
hususnya pada kehamilan triwulan ke-3. Sebab, kadar asupan asam
folat berpengaruh terhadap kejadian preeklamsi. Bila terjadi
defisiensi asam folat, akan berdampak buruk bagi janin maupun ibu
yang sedang mengandung.
KESAMAAN, MENSINTESIS, DAN RINGKASAN PADA KASUS PREEKLAMPSIA

1. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan janin


2. Preeklampsia bisa di pengaruhi oleh umur, parietas, jumlah janin, berat badan ibu hamil,
riwayat darah tinggi, riwayat preeklampsia sebelumnya, IMT atau status gizi ibu hamil
3. Preeklampsia dapat mempengaruhi pertumbuhan janin seperti IUGR dan BBLR
4. Preeklampsia terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu
5. Jumlah kunjungan (ANC)

KETIDAK SAMAAN, KRITIK, MENSINTESIS, DAN RINGKASAN


1. Dibuat pada tanggal bulan dan tahun yang berbeda
2. Menggunakan metode penelitian yang berbeda pula seperti metode penelitian analitik,
pengumpulan data, survei analitik, analitik kuantatif dengan desain case control,
3. Populasi yang berbeda
4. Priode penelitian yang berbeda, seperti dilakukan pada tanggal bulan dan tahun yang berbeda
5. Sumber data yang berbeda
DIAMBIL DARI BERBAGAI JURNAL DIANTARANYA

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada


https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH Vol
10, No, 2, Desember 2019, pp; 85-89

p-ISSN: 2354-6093 dan e-ISSN: 2654-4563


DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.115

LITERATURE REVIEW

Pengaruh Asupan Asam Folat Terhadap Kejadian Preeklamsi


Effects of Folic Acid Intake on Preeclampsia

Lazulfa Inda Lestari

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung


Artikel info
Abstract

Artikel history: Preeclampsia is one of the three highest factors in the death of a
Received; 30 November 2019 pregnant woman. WHO data states that 585,000 women die annually
during pregnancy or childbirth and more than half (58.1%) are caused
Revised; 02 Desember 2019 by preeclampsia and eclampsia. There is a triad of symptoms of
preeclampsia namely, proteinuria, edema, and hypertension. Although
Accepted; 05 Desember 2019 the cause of preeclampsia is still unknown, the initial stage of
pathogenesis begins with an abnormal placenta due to nutrition. One
nutrient that plays a role is folic acid. In pregnant women who
experience preeclampsia, their folic acid levels are very low and their
homocysteine is very high. The recommended intake of folic acid for
pregnant and lactating women, is 0.4 mg / day due to folic acid
deficiency resulting in preeclampsia suffering from maternal
hypertension, proteinuria, kidney damage, and increased fetal death.
Folic acid can be found in fresh fruit, yeast, liver, green leaves, and
mushrooms. Folic acid acts as a metal donor in the remetilation
reaction of homocysteine metabolism. If folic acid deficiency occurs,
there will be no change in homocysteine to methionine which ends in
hyperhomocysteinemia.

Abstrak
Preeklamsi merupakan satu dari tiga faktor tertinggi kematian ibu
hamil. Data WHO menyatakan bahwa 585.000 ibu meninggal per
tahunnya ketika hamil atau bersalin dan lebih dari setengahnya
(58,1%) diakibatkan oleh preeklamsi dan eklamsi. Terdapat trias dari
gejala preeklamsi yaitu, proteinuria, edema, dan hipertensi. Meskipun
masih belum dapat diketahui penyebab preeklamsi, namun tahap awal
pathogenesis dimulai dengan plasenta yang abnormal akibat nutrisi.
Salah satu nutrisi yang berperan adalah asam folat. Pada ibu hamil
yang mengalami preeklamsi, kadar asam folat yang dimiliki sangat
rendah dan homosistein yang dimiliki sangat tinggi. Asupan asam folat
yang dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui, adalah 0,4 mg/hari
Akibat kekurangan asam folat mengakibatkan penderita
preeklamsi mengalami hipertensi maternal, proteinuria,
kerusakan ginjal, serta peningkatan kematian fetus. Asam folat
bisa didapatkan dalam buah segar, ragi, hati, daun hijau, dan jamur.
Asam folat bertindak sebagai donor metal dalam reaksi remetilasi pada
metabolism homosistein. Bila terjadi kekurangan asam folat, tidak
akan terjadi perubahan homosistein
menjadi metionin yang berakhir pada hiperhomosisteinemia
Keywords: Coresponden author:
Preeklamsi; Email: lazulfainda29@gmail.com
Asam folat;
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0
Homosistein;

PENDAHULUAN
Masalah terbesar negara berkembang adalah morbiditas serta mortalitas pada wanita hamil dan
bersalin (Kartini, Fratidhina Y, 2019). Data WHO menyatakan bahwa 585.000 ibu meninggal per
tahunnya ketika hamil atau bersalin dan lebih dari setengahnya (58,1%) diakibatkan oleh preeklamsi
dan preklamsi (Lestariningsih, 2019). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (Depkes RI),
preeklamsi terjadi 3-10% frekuensi kehamilan. Terdapat tiga faktor tertinggi kematian ibu, yaitu
pendarahan (28%), toksemia (24%), dan dan infeksi (11%). Dan preeklamsi merupakan salah satu
kejadian dari toksemia yang mana bila preeklamsi tidak ditangani dengan serius akan menjadi menjadi
lebih parah dan terjadi eklamsi (Dewi VK, 2014).
Terdapat trias dari gejala preeklamsi yaitu, proteinuria, edema, dan hipertensi. Kejadian ini masih
belum dapat diketahui etiologi serta patofisiologinya akan tetapi terdapat kesepatakan bahwa terdapat
tiga keadaan penting yang dapat ditemukan seperti iskemia plasenta, hipertensi, dan DIC
(Disseminated Intravascular Coagulation).4 Meskipun masih belum dapat diketahui penyebab
preeklamsi, namun tahap 1 patogenesis dimulai dengan plasenta yang abnormal akibat nutrisi. Salah
satu nutrisi yang berperan adalah asam folat yang berfungsi untuk biosintesis DNA dan RNA,
metabolisme homosistein, fungsi enzimatik, serta proses diferensiasi(Malahayati I, 2016).
Pada keadaan normal, plasentasi memerlukan invasi trofoblas ekstravilus sempurna ke dalam arteri
spiralis uterus ibu. Terjadi perubahan arteri spiralis yang memungkinkan mudahnya pengiriman
sejumlah besar darah ke ruangan intervilus. Ketika kehamilan 8-12 minggu, sumbatan trofoblas
berakumulasi pada arteri spiralis yang mengakibatkan rusaknya sel endotel, invasi serta terjadi
modifikasi lapisan tunika muskularis media. Hal tersebut berakibat pada terjadinya stress oksidatif.
Untuk mengurangi stress oksidatif, asam folat berperan penting dalam menangkap radikal bebas dan
meningkatkan bioavilabilitas nitrat oksida.(Malahayati I, 2016).Namun pada ibu hamil yang
mengalami preeklamsi, kadar asam folat yang dimiliki sangat rendah dan homosistein yang dimiliki
sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan penderita preeklamsi mengalami hipertensi maternal,
proteinuria, kerusakan ginjal, serta peningkatan kematian fetus (Yusuf A, 2015)
Hasil Dan Pembahasan
Preeklamsi merupakan seuatu sindrom yang khas pada kehamilan dengan tanda-tanda hipertensi di
mana didapatkan adanya kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau kenaikan ≥ 30 mmHg dari
sebelum hamil atau kenaikan diastolik ≥ 90 mmhg atau kenaikan ≥ 15 mmHg dari sebelum hamil. Selain
hipertensi, ditemukan juga proteinuria dengan kadar protein urin 300 mg per 24 jam atau 30 mg/dk
(1+pada dipstick) dalam sampel urin acak dan edema. Serta sering juga disertai gangguan pada berbagai
sistem organ, dan biasanya terjadi pada primigravida. Penyakit ini sering dideteksi pada triwulan ke-3
kehamilan dan berkemungkinan bertambah parah seiring tuanya usia kehamilan. Kejadian preeklamsi
belum dapat diketahui, namun terdapat beberapa faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes
mellitus, riwayat hipertensi ibu, molahidatidosa, obesitas, sosial ekonomi rendah, primigravida (muda:
usia < 20 tahun dan tua: usia > 35 tahun)(Jayani DD, 2013).
Negara berkembang memiliki angka insidensi preeklamsi lebih tinggi dibanding negara maju. Karena
negara maju memiliki perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian preeklamsi dipengaruhi faktor
genetik, ras, paritas, serta lingkungan. Faktor lain yang mempengaruhi dalam kejadian preeklamsi
adalah usia, dan riwayat hipertensi. Menurut sebuah studi, riwayat hipertensi merupakan faktor yang
paling beresiko terhadap kejadian preeklamsi. Sangat berbahaya bila ibu hamil mengalami preeklamsi
karena dapat berdampak langsung kepada janinyaitu terjadi berat badan lahir rendah (BBLR) karena
terjadi spasmus anteriol spinalis deciduas menurun aliran darah ke plasenta yang berakibat gangguan
fungsi plasenta. Kerusakan plasenta dapat berakibat hipoksia janin, keterbatasan pertumbuhan
intrauterine (IUGR) dan kematian dalam kandungan. Selain berdampak buruk pada bayi, ibu hamil pun
dapat mengalami kejadian cukup serius seperti solusio plasenta, abruption plasenta, hipofibrinogemia,
hemolysis, perdarahan otak, kerusakan pembuluh kapiler, kebutaan, edema paru, nekrosis hati,
kerusakan jantung. Dan bila preeklamsi semakin memburuk akan terjadi eklamsi, dan komplikasi
terburuknya adalah kematian pada ibu (Dwikanthi R, 2015).
Menurut sebuah studi, kejadian preeklamsi berkaitan dengan defisiensi asam folat(Yusuf A, 2015).
Asam folat memiliki fungsi penting dalam patogenesis preeklamsi karena asam folat berperan dalam
metabolisme homosistein. Defisiensi asam folat terbukti menyebabkan tingginya kadar homosistein,
dinyatakan bahwa hamper dua per tiga kasus hiperhomosisteinemia disebabkan defisiensi vitamin B12
dan B5. Homosostein merupakan asam amino yang mengandung sulfur. Terdapat bukti eksperimental
yang meghasilkan kesimpulan bahwa kelebihan homosistein menyebabkan terjadinya kerusakan
endotel karena terjadi proses otooksidasi yang menghasilkan gugus oksigen reaktif yaitu superperoksida
dan hydrogen peroksida (Jayakusuma AAN dkk, 2007).
Asam folat berasal dari Bahasa Latin yang berarti daun, merupakan bagian dari vitamin B kompleks
yang bisa didapatkan dalam buah segar, ragi, hati, daun hijau, dan jamur. Asam folat disebut juga
folacin/liver lactobacillus cosil factor/factor u dan factor R atau vitamin B11. Asam folat bertindak
sebagai donor metal dalam reaksi remetilasi pada metabolism homosistein. Bila terjadi kekurangan
asam folat, tidak akan terjadi perubahan homosistein menjadi metionin yang berakhir pada
hiperhomosisteinemia (Hanafiah TM, 2007).
Asupan asam folat 3,1 mg/kgbb/hari dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan,
sedangkan untuk ibu hamil dan menyusui, asupan asam folat yang dianjurkan adalah 0,4
mg/hari. Dalam tubuh, poliglutamat merupakan bentuk dari asam folat kemudian di absorpsi di
duodenum dan jejunum. Setelah itu, asam folat yang telah diabsorpsi di angkut ke hati dan sumsum
tulang. Dan diekskresikan melalui empedu dan urin. Meskipun asam folat dengan mudah didapat,
namun ada beberapa hal yang membuat seseorang kekurangan asam folat seperti peningkatan
kebutuhan pada ibu hamil dan laktasi, akibat obat-obatan, defisiensi enzim, diet yang inadekuat, serta
penggunaan alcohol (Tangkilisan HA, 2002).
Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia megaoblastik (anemia pernisiosa). Cadangan
asam folat dalam tubuh sangat sedikit 5-10 µg dan kebutuhan akan asam folat sampai 50-100 µg/hari
pada wanita normal dan 300-400 µg/hari pada wanita hamil satu anak namun bila hamil kembar,
asupan asam folat lebih tinggi lagi. Asam folat berfungsi dalam perkembangan janin, organ serta
pembelahan sel. Beberapa hal penyebab dari kekurangan asamfolat, yaitu diet rendah folat sakit berat,
kekurangan vitamin C, muntah pada ibu hamil, anemia hemolitik, pemakaian obat-obatan
antikonvulsan, serta alcohol (Hanafiah TM, 2007).
Gejala yang didapatkan bila kekurangan asam folat adalah lesu, lemas, susah bernafas, edem, nafsu
makan menurun, depresi serta mual. Terkadang didapatkan glossitis, diare, dan pucat. Adapun
dijumpai kasus malnutrisi. Pada pemeriksaan laboratorium, kekurangan asam folat didapatkan Hb
rendah yaitu 4-6 gm/100ml, eritrosit 2 juta/mm3, terdapat leukosit perifer dominan berbentuk segmen,
ketika mengaspirasi sumsum tulang crista illiaka didapatkan sumsum tulang
hiperplastik/megaloblastik. Bila keadaaan bergeser ke arah komplikasi akan terjadi infeksi sekunder,
perdarahan, kematian janin dalam Rahim, dan kematian ibu. Selain itu, dapat terjadi gangguan
plasentasi abortus habitualis, solusio plasenta, dan kelainan kongenital jann (neural tube
defect)(Hanafiah TM, 2007)

Simpulan Dan Saran


Asam folat sangat penting dikonsumsi bagi ibu hamil khususnya pada kehamilan triwulan ke-3.
Sebab, kadar asupan asam folat berpengaruh terhadap kejadian preeklamsi. Bila terjadi defisiensi asam
folat, akan berdampak buruk bagi janin maupun ibu yang sedang mengandung.

Daftar Rujukan
Dewi VK. (2014). Hubungan Obesitas Dan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Preeklamsi Di
Puskesmas Rawat Inap Danau Panggang. An-Nadaa, 1(2), 57–61.
Dwikanthi R, I. (2015). Hubungan Antara Kompetensi (Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan) Bidan
Terhadap Ketepatan Rujukan Pada Kasus Preeklamsi di Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 6(3), 47–56. Retrieved from
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/131
Hanafiah TM. (2007). Perawatan Antenatal dan Peranan Asam Folat dalam Upaya Meningkatkan
Kesejahteraan Ibu Hamil dan Janin. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 31(4), 189–

195. Retrieved from http://inajog.com/index.php/journal/article/view/132. Jayakusuma


AAN dkk. (2007). Perbandingan Kadar Asam Folat Pada Kehamilan Dengan
Preeklamsia dan Kehamilan Normal. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 31(2), 62–
64. Retrieved from http://inajog.com/index.php/journal/article/view/117/111. Jayani DD,
K. B. (2013). Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Preeklamsi. E-Jurnal
Obstretika,1(1),1–11.Retrievedfrom
https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/Ejobs/article/view/141/135.
Kartini, Fratidhina Y, K. (2019). Pengaruh Mendengarkan Murottal Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Preeklamsi di RSIA PKU Muhammadiyah
Tanggerang. JKFT, 1(2), 40–
47. Retrieved from
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jkft/article/view/61/42
Lestariningsih. (2019). Pengaruh Usia Kehamilan Terhadap Risiko Pre Eklamsia – Eklamsi
Pada Kehamilan. Jurnal Medika Respati, 13(1), 37–41. Retrieved from
http://medika.respati.ac.id/index.php/Medika/article/view/241/205
Malahayati I. (2016). Perbandingan Kadar Asam Folat Plasma Pada Preeklamsia dan
Kehamilan Normal. Jurnal Bidan “Midwife Journal,” 2(2), 31–37. Retrieved
from http://jurnal.ibijabar.org/wp-
content/uploads/2017/03/Perbandinga
n-Kadar- Asam-Folat-Plasma-pada-Preeklampsia-%0Adan-Kehamilan-
Normal.pdf.%0A
Tangkilisan HA, R. D. (2002). Defisiensi Asam Folat. Sari Pediatri, 4(1), 21–25. Retrieved
from https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/972/903
Yusuf A. (2015). Pengaruh Asupan Asam Folat Serum Maternal terhadap Kejadian
Preeklamsia Berat. J Agromed Unila, 2(3), 272–277. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1359/pdf.
JurnalIlmiahKesehatanSandiHu
sada https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSHVolume 11| Nomor 2|
Desember|2022
e-ISSN:2654-4563danp-ISSN:2354-6093
DOI:https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i2.810
Researcharticle

DampakKejadianPreeklamsiadalamKehamilanTerhadap Pertumbuhan
Janin Intrauterine
ImpactofPreeclampsiaIncidenceinPregnancyonIntrauterineFetal Growth
HaslianaHaslan*1,IchsanTrisutrisno212I
nstitut Sains dan Kesehatan Bone

ArticleInfo Abstract
Article History: Pendahuluan: Penyebab kematian ibu terbanyak adalah
Received perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia dan
2022-07- eklamsia), dan infeksi. Tujuan: Menganalisis dampak
02 kejadian preeklamsia dalam kehamilan terhadap
pertumbuhan janin intrauterine. Metode: Penelitian
Accepted analitik observasional dengan desain longitudinal panel
2022-10- study. Populasi ibu hamil yang ada di dan sampel diambil
10 secara purposive sampling sebanyak 74 ibu hamil. Hasil:
Uji chi square nilai P-value 0,000 atau <0.05, preeklamsia
Published dan OR0.017(0.002-0.15) dananalisisregresi status
2022-12- preeklamsia memiliki pengaruh 0,017. Koefisien
01 determinan (Negelkerke R Square) menunjukan nilai
probabilitas ibu hamil yang mengalami preeklamsia dapat
Keyword menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin
s: terhambat sebanyak 48%. Kesimpulan: Bahwa
kehamilan; preeklamsia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
eklampsia; janin intrauterine. Konseling dapat dilakukan kepada ibu
pre-eklampsia; hamil untuk meningkatkan status gizi ibu dan janin
status gizi; intrauterine.

pregnanc Introduction: The most common maternal death causes


y; are bleeding, pregnancy hypertension (preeclampsia and
eclampsia eclampsia), and infections. Objective: Analyze the impact
; of preeclampsia in pregnancy on the growth of the fetus in
pre-eclampsia; the womb. Method: Observational analytical research
nutritionalstatu with longitudinal panel study design. The population of
s; pregnant
womeninsamplestakenbypurposivesamplingwas74pregn
ant women. Results: Chi-square test P-value of 0.000 or
<0.05, preeclampsia and OR 0.017 (0.002-0.15), and
regression analysis of preeclampsia status had an effect of
0.017. The determinant coefficient (Negelkerke R Square)
shows that the
probabilityvalueofpregnantwomenexperiencingpreeclam
psia can cause the possibility of fetal growth to be inhibited
by as much as 48%. Conclusion: That preeclampsia
dramatically affects the development of the intrauterine
fetus. To improve the
nutritionalstatusofintrauterinemothersandfetuses,counse
lling
can be done on pregnantwomen.
Corresponding author : Hasliana Haslan
Email :ahasliana@gmail.com
Thisworkislicensed underaCreativeCommonsAttribution
445
4.0InternationalLicense
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022

Pendahuluan
Preeklampsia adalah suatu kondisi dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan dan disertai dengan proteinuria. Pada kehamilan dengan preeklampsia, invasi sel
trofoblas hanya terjadi pada sebagian arteri spiralis di daerah miometrium sehingga terjadi
gangguan fungsi plasenta, maka plasenta tidak memenuhi kebutuhan darah untuk nutrisi dan
oksigenkejanin.Gangguanfungsiplasentatersebutdapatmenyebabkanpertumbuhanjaninyang
terhambat. Pertumbuhan janin yang terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)
merupakan salah satu penyebab dari berat bayi lahir rendah (BBLR) Diperlukan pengobatan
secara terkontrol untuk ibu hamil dengan preeklampsia untuk menghindari adanya faktor risiko
yangdapatmembahayakanibudanjaninpadasaatmasakehamilandanpadasaatbersalin (Dewiet al.,
2018). Salah satu tanda gejala preeklampsia dalam kehamilan adalah sakit kepala hebat
yangmenetapdantidakhilangdenganberistirahat.Preeklampsiamerupakanmasalahkomplikasi
kehamilanyangmenyumbangkematianibutertinggi.PreeklampsiadenganIndeksMassaTubuh ibu
obesitas akan meningkatkan perburukan luaran maternal dan perinatal (Rahmawati et al.,2021).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di
dunia yaitu 289.000 jiwa. Pada Preeklampsia ringan, gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada
preeklampsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala terutama daerah frontalis, rasa
nyeri di daerah epigastrium, gangguan mata, penglihatan menjadi kabur, mual muntah, gangguan
pernafasan sampai sianosis, dan terjadi gangguan kesadaran (Rudiyanti &Raidartiwi, 2018).
Hipertensi dan sakit kepala tersebut ibu hamil juga mengalami penglihatan kabur dapat
menyebakan terjadinya preeklampsia (Hamzah et al., 2021).
Preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia
remaja dan kehamilan pada Wanita di atas 40 tahun. Preeklampsia adalah penyebab utama
kematian ibu dan janin. Hal ini merupakan urgensi dalam kesehatan ibu, khususnya di negara
berkembang seperti Indonesia. Pasien dengan preeklampsia berat yang memiliki kondisi kritis
cenderung dirawat di ruang resusitasi untuk bantuan dari personel yang lebih terampil dan
teknologiyanglebihcanggih(Firmantoetal.,2022).Preeclampsiaisacomplicationofpregnancy
thathasahighmortalityandmorbidityrate. Preeklampsiaditandaidenganhipertensigestasional
onset baru danproteinuria. Salah satu teori mengenai mekanisme preeklampsia adalah disfungsi
endotel. Disfungsi endotel menyebabkan penurunan kadar oksida nitrat (Khairunnisa, 2020)
manajemen nyeri yang dilakukan dengan hasil nyeri pasien dapat diatasi dipengaruhi oleh
pemberian manajemen nyeri yang dikembangkan (Arda & Hartaty, 2021). Preeklampsia adalah
suatu penyakit yang dialami oleh ibu hamil yang ditandai dengan adanya tanda-tanda hipertensi
(tekanan darah tinggi), edema (pembengkakan), dan proteinuria (kadar protein dalam urin
meningkat). Dampak preeklampsia pada ibu adalah eklampsia, dan sindrom HELLP yaitu
hancurnyaseldarahmerah,peningkatanenzimhati,danjumlahtrombosityangrendahyangdapat
menyebabkankematianpadaibubahkanjaninnya (PutriAriyanetal.,2022).Sesardanprematur
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk preeklampsia berulang.Etiologidan faktor risiko
yangberbedamungkinterlibatdalamkekambuhanpreeklampsiasetelahonsetpreeklampsiaawal
versus akhir pertama (Wainstock & Sheiner, 2022).
Pre eklampsia diyakini menimbulkan iskemik uteroplasenta yang dapat menurunkan
suplai oksigen dannutrisi ke janin yang dapat mengganggu pertumbuhan janin hingga kematian
janin dalam kandungan. Insiden pre eklampsia adalah 7-10% dari kehamilan. Pada kehamilan
pertama terjadi pembentukan “Human Leucocyte Antigen Protein G “dalam modulasi respon
immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap
plasentasehinggaterjadipreeklamsia.Faktorrisikoyanglainadalahriwayattekanandarahtinggi
yang kronik sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat
preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan mengandung lebih dari satu orang
bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis. Preeklampsia dapat
mengancam kondisi janin dalam kandungan karena janin bergantung pada ibu lewat saluran
pembuluhdarahdidalamrahim.Peningkatankasuspreeklamsiayangmerupakansalahsatu

446
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
penyebabterbesardalammeningkatnyaAKI.Tujuanmenganalisisdampakkejadianpreeklamsia
dalam kehamilan terhadap pertumbuhan janin intrauterine.

Metode
Penelitian analitik observasional dengan desain longitudinal panel study untuk melihat
adanyadampakpreeklamsiadalamkehamilansebagaivariabelbebasyangterdiridariPendidikan,
pekerjaan, umur, paritas, berat badan, tekanan darah, dan status preeklamsia dalam kehamilan
terhadap pertumbuhan janin sebagai variabel terikat. Variabel terikat (pertumbuhan janin) akan
dilakukan pengukuran TBJ di setiap bulannya selama 3 bulan lamanya. Penelitian ini
dilaksanakan mulai pada bulan Juni -September 2022 di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cina
KabupatenBone.PengambilansampelawaldiUPTPuskesmasdandilanjutkan pemantauandari
rumah ke rumah ibu hamil yang menjadi responden dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.
Pemantauan dilakukan selama 3 bulan lamanya yaitu sebanyak 3 kali kunjungan. Populasi pada
penelitian ini adalah Ibu hamil yang ada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cina Kab Bone.
SampeldiambilsecarapurposivesamplingyangsesuaidengankriteriaInklusidaneksklusi.Besar
sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin didapatkan 74 sampel. Analisis data meliputi
analisis univariat dengan uji frekuensi, analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh preeklamsia
terhadap pertumbuhan janindenganujiChiSquarebilanilaiE≥5 dan ujiFisher’sExactbila nilai E<5.
Analisis multivariat dengan regresi logistik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable
preeklamsia terhadap pertumbuhan janin

HasilPenelitian
Tabel.1DisitribusiFrekuesiKarakteristikRespondenIbuHamil
Variabel N %
Pendidikan
Rendah 18 24.3
Tinggi 56 75.7
Pekerjaan
Tidak bekerja 70 94.6
Bekerja 4 5.4
Umur
Tidakberesiko 55 74.3
Beresiko 19 25.7
Tekanana Darah
Normal 43 58.1
Tinggi 31 41.9
BeratBadan
Tidakada kenaikan 31 41.9
Ada kenaikan 43 58.1
Paritas

447
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Tidak beresiko 43 58.1
Beresiko 31 41.9

Status Preeklamsia
Tidak preeklamsia 53 71.6
Preeklamsia 21 28.4

Sumber:DataPrimer 2022

Dari Tabel 1. Dapat diuraikan bahwa dari 74 responden ibu hamil di UPT Puskesmas Cina
didapatkan 56 (75,7%) ibu hamil dengan pendidikan tinggidan 18 (24,3%) ibu hamil yang
berpendidikan rendah. Pada kategori pekerjaan, diperoleh 70 (94,6%) ibu hamil yang dijadikan
responden dengan status tidak bekerja, dan hanya 4 (5,4%) ibu hamil yang bekerja. Dilihat dari
segi umur, sebanyak 55 (74,3%) ibu hamil dengan umur tidak beresiko yaitu umur 20-35 tahun
dan 19 (25,7%) ibu hamil dengan umur beresiko yaitu <20 dan >40 tahun. Berdasarkan Berat
Badan Ibu hamil, diperoleh hasil bahwa sebanyak 43 (58,1%) responden mengalami kenaikan
berat badan selama kehamilan, dan 31 (41,9%) responden yang tidak mengalami kenaikan berat
bada selama kehamilan. Pada kategori Paritas dapat diuraikan, bahwa dari 74 ibu hamil yang
dijadikan responden terdapat 43 (58,1%) ibu hamil dengan paritas tidak beresiko dalam hal ini
kehamilan keduadanketida, dan sebanyak31(41,9%)denganparitas beresiko yaitu ibu dengan
kehamilan pertama dan kehamilan lebih dari tiga. Hasil penelitian pada variabel status
preeklamsiadiperolehbahwadari74responden,terdapat21(28,4%)ibuhamilyangmengalami
preeklamsia dan sebanyak 53 (71,6) ibu hamil yang tidak mengalami preeklamsia.

Tabel 2. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Tekanan Darah, Berat Badan,
Paritas, Status Preeklamsia terhadap Pertumbuhan Janin
Pertu buhan Janin
Jumlah OR
Pendidikan m Baik p-value
(95%CI)
Tidak Baik F F %
F %
%
Rendah 7 38,9 11 61.1 12 100
Tinggi 5 8.9 51 91.1 62 100 0,006 6.491(1.734-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 24.291)
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
Pekerjaan TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak Bekerja 11 15.7 59 84.3 70 100
Bekerja 1 25 3 75 4 100 0,515 0.559(0.053-
Jumlah 12 36.6 62 83.8 74 100 5.882)
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
Umur TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak beresiko 4 7.3 51 92.7 55 100
Beresiko 8 42.1 11 57.9 19 100 0,001 0.108(0.028-
Jumlah 12 36.6 14.9 83.8 74 100 0.423)
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value (95%CI)
TekananDarah TidakBaik Baik
F % F % F %
Normal 3 7 40 93 43 100
Tinggi 9 29 22 71 31 100 0,026 0.183(0.045-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 0.748)

448
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
BBIbuHamil TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak ada 7 22.6 24 77.4 31 100
Kenaika 0,346 2.217(0.631-
n
Ada 5 11.6 38 88.4 43 100 7.786)
kenaikan
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100
Pertumbuhan Janin OR
Jumlah p-value
Paritas TidakBaik Baik (95%CI)
F % F % F %
Tidak beresiko 3 7 40 93 43 100
Beresko 9 29 22 71 31 100 0,026 0.183(0.045-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 0.748)
Pertumbuhan Janin OR
Status Jumlah p-value
TidakBaik Baik (95%CI)
Preeklamsia
F % F % F %
Tidakpreklamsia 1 1.9 52 98.1 53 100
Preklamsia 11 52.4 10 47.6 21 100 0,000 0.017(0.002-
Jumlah 12 16.2 62 83.8 74 100 0.151)
Sumber:DataPrimer2022

Darihasilujichisquaredidapatkanpvalue0,006atau<0.05artinyaadapengaruhantara
pendidikan terhadap pertumbuhan janin pada Ibu hamil. Adapun hasil analisis diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) 6.491 (1.734-24.291) yaitu artinya Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang
rendah lebih memiliki peluang 6 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak
baikdibandingkanibuhamilyangmemilikipendidikantinggi. Darihasilujichisquaredidapatp
value0,515atau>0.05artinyatidakadanyapengaruhpekerjaanterhadappertumbuhanjaninpada
Ibu hamil. Dari hasil uji chi square didapatkan p value 0,001 atau <0.05 artinya ada pengaruh
umur terhadap pertumbuhan janin pada Ibu hamil. Adapun hasil analisis diperoleh nilai Odds
Ratio(OR)0.108(0.028-0.423)yaituartinyaIbuhamilyangtergolongumuryangberesikolebih
memiliki peluang 0,1 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak baik
dibandingkan ibu hamil yang tergolong tidak beresiko.
Dari hasil uji chi square didapat p value 0,026 atau <0.05 artinya ada pengaruh tekanan
darah terhadap pertumbuhan janin pada Ibu hamil. Adapun hasil analisis diperoleh nilai Odds
Ratio(OR)0.183(0.045-0.748)yaituartinyaIbuhamilyangmemilikitekanandarahtinggilebih
beresiko 0,18 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak baik dibandingkan
ibu hamil yang memiliki tekanan darah normal. Adapun responden yang mengalami kenaikan
beratbadandanmemilikipertumbuhanjaninyangbaiksebesar88.4%sedangkanyangtidakbaik
11.6%.Darihasilujichisquaredidapatpvalue0,346atau>0.05artinyatidakadapengaruhberat badan
ibuhamilterhadappertumbuhanjaninpadaIbuhamil. Hasilujichisquaredidapatpvalue 0,026atau
<0.05 artinyaadapengaruhvariable paritasterhadap pertumbuhan janinpadaIbuhamil.
AdapunhasilanalisisdiperolehnilaiOddsRatio(OR)0.183(0.045-0.748)yaituartinyaIbuhamil
(paritas) yang tergolong yang beresiko lebih memiliki peluang 0,18 kali untuk mengalami kejadian
pertumbuhan janin yang tidak baik dibandingkan ibu hamil (paritas) yang tergolong
tidakberesiko.Darihasilujichisquaredidapatpvalue0,000atau<0.05artinyaadanyapengaruh
preeklamsiadalam kehamilan terhadap pertumbuhan janinpadaIbuhamil. Adapunhasilanalisis
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) 0.017 (0.002-0.151) yaitu artinya Ibu hamil yang tidak
mengalamipreeklamsialebihmemilikipeluang0,02kaliuntukmemilikipertumbuhanjaninyang baik
dibandingkan ibu hamil yang mengalami preeklamsia.

449
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Tabel3.ModelAwaldanakhirAnalisisRegresiLogistik
Variabel NilaiP
Pendidikan 0,006
Umur 0.001
Tekanandarah 0,026
Paritas 0,026
StatusPreklamsia 0,000
Variabel NilaiP B NilaiExp(B)
StatusPreeklamsia 0,000 -4,047 0,017
Constant 0.000 3,951 52,000
Sumber:DataPrimer 2022

Status preeklamsia yang memiliki nilai Exp(B) yaitu 0,017 yang artinya status
preeklamsiamemilikipengaruh0,017terhadapkejadianpertumbuhanjanin.Berdasarkananalisis
yang dilakukan bahwa koefisien determinan (Negelkerke R Square) menunjukan nilai 0,514
artinyabahwamodelregresiyangdiperolehdapatmenjelaskan51,4%variasivariabeldependen.
Berdasarkanpersamaantersebut,makaprobabilitasIbuhamilyangmengalamipreeklamsiadapat
menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat sebanyak 48%.

Pembahasan
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara Pendidikan dengan
pertumbuhan janin dalam kandungan. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka semakin baik
pula pertumbuhan janinnya, Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-
nilaiyangbaru diperkenalkan.Ketidaktahuandapatdisebabkankarenapendidikanyangrendah,
seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna
pesan, dan informasi yang disampaikan.Tingkat pendidikan ibu hamil erat kaitannya dengan
pengetahuan tentang perencanaan dan penyusunan makanan yang sehat dan seimbang.
Pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam penerimaan informasi gizi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan (lama sekolah) seseorang, semakin mudah menerima hidup
sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan (Hasibuan & Mawarni, 2018).Kerangka
kerja risiko semi-bersaing memungkinkan karakterisasi risiko bersama dan waktu preeklampsia
dan persalinan, memberikan informasi yang ditingkatkan dan bermakna mengenai pengambilan
keputusan klinis selama kehamilan (Reeder et al., 2022).
Pendidikan ibumempengaruhistatusgiziibuhamilkarenatingginyatingkatpendidikan
akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu
pengetahuan, semakin tinggipendidikan makaseseorang akan lebih mudah menerimainformasi
tentanggizi.Denganpendidikangizitersebutdiharapkanterciptapolakebiasaanmakanyangbaik dan
sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi, dan pengetahuan yang terkait
denganpola makan lainnya (Kartikasari et al., 2013).Dengan terpenuhinya kandungan gizi pada
ibu hamil, maka pertumbuhan janin dalam kandungan juga akan berlangsung baik dan sehat.
BerbedadenganpenelitianTahir,(2021)denganhasilbahwatidakadahubunganyangsignifikan
antara pendidikan terhadap status gizi ibu hamil. Begitupun dengan penelitian (Prayitno et
al.,2019) dimana tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan status status gizi ibu
hamilpadakeluargadenganpendapatanrendah.Samahalnyadenganpenelitian Kartikasarietal.,
(2013) tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan status gizi ibu hamil
trimester III. Hal ini menyatakan bahwa pendidikan baik belum tentu memiliki status gizi yang
baik. Hal ini disebabkan karena pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal
saja tetapi bisa juga diperoleh dari pendidikaninformal,contohnya pendidikan informal dapat

450
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
diperolehdariperkumpulanibu-ibu,posyandu,atauarisanyangmembahasmasalahgizidanjuga
keaktifan ibu hamil dalam mengikuti penyuluhan yang berhubungan dengan perbaikan gizi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh umur terhadap pertumbuhan janin pada
Ibu hamil dengan nilai OR yang artinya Ibu hamil yang tergolong umur yang beresiko lebih
memiliki peluang 0,1 kali untuk mengalami kejadian pertumbuhan janin yang tidak baik
dibandingkan ibu hamil yang tergolong tidak beresiko. Umur beresiko yang dimaksud peneliti
adalahumuribudibawah20tahundandiatas35tahun.SejalandenganpenelitianSuwarnietal.,
(2012)terdapathubunganantarausiaibudenganberatlahirbayidengantingkathubunganrendah.
Penelitian yang dilakukan Septputri, (2020)bahwa salah satu faktor maternal penyebab
pertumbuhan janin terhambat adalah usia ibu.Kadmium adalah polutan lingkungan di mana-
mana, yang dapat meningkatkan risiko preeklampsia (Li et al., 2022).Kami percaya indikator
terukur yang relevan dapat menetapkan model prediksi yang efektif, yang dapat memberikan
panduan untuk deteksi dini dan pencegahan preeklampsia berat (Zhang et al., 2022).
Mempertimbangkanbahwapreeklampsiaditandaiolehstresoksidatif,peradangan,dandisfungsi
endotel, kami berhipotesis bahwa keparahan preeklampsia dan preeklampsia dapat
mempengaruhi kadar telomerase ibu (Madendag et al., 2022).
Hasilpenenlitianmenunjukkanadanyapengaruhkejadianpreeklamsiadalamkehamilan
terhadap pertumbuhan janin. Ibu yang tidak mengalami preeklamsia selama hamil terlihat
pertumbuhan janinnya 98% lebih baik daripada ibu hamil yang mengalami preeklamsia dalam
kehamilan. Hal ini disebabkan karena implantasi plasenta yang abnormal akibat kegagalan
interaksi antara sitotrofoblas plasenta dan arteri spiralis dari ibu akan berakhir dengan iskemia
plasenta.Kondisiakhiryangdemikianakanmenyebabkancederareperfusiiskemiapadaplasenta,
sehinggaakanmenjadistimuluskuatuntukproduksiROS(ReactiveOxygenSpecies)(Mertetal.,2012)
. Sejalan dengan penelitian Nurokhim & Widyaningsih, (2019)terdapat hubungan yang signifikan
antara preeklampsia berat dan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hambatan pertumbuhan
selama kehamilan dikenal sebagai Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Kejadian IUGR
merupakan salah satu komplikasi dari preeklampsia. Perfusi abnormal pada plasenta dapat
memperlambat pertumbuhan janin dan mengakibatkan IUGR. Pada seorang ibu yang mengalami
preeklampsia berat, terjadi penurunan aliran darah ke uteroplasenta sehingga
dapatmenyebabkaniskemia.Penurunanalirandarahkeuteroplasentamerupakanpenyebabyang
dapat mengganggu pertumbuhan janin. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang menunjukan ada hubungan yang signifikan antara preeklamsia dengan berat badan bayi
rendah (BBLR) (Nurokhim & Widyaningsih, 2019). Penelitian Sri Lestariningsih adanya
hubungan preeklampsia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR secara statistik menunjukkan
signifikan (p=0,000) dengan OR=10,118 (95% CI:4,231–24,196) artinya bahwa kemungkinan
risiko melahirkan BBLR pada responden dengan preeklampsia adalah 10,12 kali lebih besar
dibandingkan pada responden yang tidak preeklampsia. Penelitian (Jumhati & Novianti, 2018)
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ibu hamil dengan PEB terhadap angka kejadian
BBLRdilihatdariHasil ujiSpearman dengan nilaisignifikan sebesar0,000 (p<0,05) koefisiensi
korelasi sebesar 0,699 yang menunjukkan korelasi yang kuat dan bernilai positif.Efek jangka
panjang dari stunting adalah menurunnya perkembangan kognitif, kemampuan belajar, dan
produktivitas. Ada beberapa faktor selain LBW yang dapat menyebabkan stunting, antara lain
pendidikan orang tua, pendapatan keluarga yang rendah, jumlah anggota keluarga, dan profesi
orang tua (Kamilia, 2019).
Ibuhamilyangmengalamipreeklampsiaakanmemgalamivasokontriksipembuluhdarah
sehingga dapat memnyebabkan berkurangnnya transport O2 dan nutrisi ke janin. Gangguan
pertumbuhanjanindapatterjadiakibatgangguansirkulasiretroplasenterdimanaspasmearteriola
yang menuju organ penting dalam tubuh yang menimbulkan kecilnya aliran darah yang menuju
retroplasenta sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran CO2, O2 dan nutrisi pada janin.
Dengan demikian dapat terjadi gangguan tumbuh kembang janin. Pada preeklampsia berat,
perfusiuteroplasentaberkurangsehinggamenyebabkanpeningkataninsidenIntraUterine

451
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Growth Retardation (IUGR), hipoksia janin dan kematian perinatal. Intra uterine growth
retardation ini dapat mempengaruhi setiap organ walaupun efeknya pada tiap organ tidak sama.
(Heldawati et al., 2018). Infeksi COVID-19 simtomatik selama kehamilan tampaknya tidak
meningkatkan risiko preeklampsia dengan kuat, meskipun ukuran sampel kita mencegah kita
mencapai kesimpulan tentang risiko rendah atau sedang. Oleh karena itu tampaknya tidak perlu
untuk memperkuat skrining preeklampsia pada pasien dengan infeksi COVID-19 simtomatik
selama kehamilan (Tran et al., 2022).
Hasil penelitian bahwa ibu hamil yang tidak mengalami preklamsia lebih memiliki
peluang 0,02 kali untuk memiliki pertumbuhan janin yang baik dibandingkan ibu hamil yang
mengalami preklamsia. Pada uji akhir analisis multivariat yang menguji besar pengaruh dari
beberapa variable didapatkan variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan janin
status preeklamsia yang memiliki nilai Exp(B) yaitu 0,017 yang artinya status preklamsia
memiliki pengaruh 0,017 terhadap kejadian pertumbuhan janin. Dari aplikasi persamaan
diperoleh untuk memprediksi probabilitas (kemungkinan) seseorang untuk mengalami
pertumbuhan janin diperoleh hasil bahwa probabilitas Ibu hamil yang mengalami preeklamsia
dapat menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat sebanyak 48%. Pada ibu
preeklamsia aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin. Pada preeklamsia dan eklamsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus premature.
Gangguan sirkulasi uteroplasenter, terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi janin akibat
bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia dan kematian janin. Dimana ibu
hamil dengan PEB awitan dini memiliki kemungkinan mengalami PJT sebesar 2 kali
dibandingkan dengan ibu hamil dengan PEB awitan lanjut. Preeklampsia dan eklampsia adalah
terjadi disfungsi endotel vaskuler dan perubahan patofisiologi yang terjadi adalah spasme
pembuluhdarah,peningkatantekanandarahperubahanyangterjadidalamsistemkardiovaskular
yang berupa spsme arteriol dapat mengganggu alirah darah uteroplasental. Plasenta banyak
mendapat suplai darah dari arteri uteroplasental dan secara keseluruhan berkembang pada
trimester pertama dan kedua kehamilan. Menurunnya aliran darah mengakibatkan gangguan
fungsiplasenta.Spasme arteriolyang mendadak dapatmenyebabkan asfeksiaberat. Jikaspasme
berlangsung lama akan mengganggu pertumbuhan janin

SimpulandanSaran
Bahwa terdapat pengaruhantara pendidikan,umur ibu tekanandarah,paritas, dan status
preeklamsia terhadap pertumbuhan janin. Status preeklamsia sangat berpengaruh dibandingkan
denganvariablelainterhadappertumbuhanjanin.Denganprobabilitasibuhamilyangmengalami
preeklamsia dapat menyebabkan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat. Pihak Puskesmas
dan masyarakat supaya terus meningkatkan pelayanan antenatal care pada ibu hamil minimal 6
kaliselamakehamilanuntukmendeteksidinikejadianpreeklamsiapadakehamilandankonseling gizi
sangat diharapkan diberikan kepada setiap ibu hamil pemeriksaan kehamilan untuk
meningkatkan status gizi ibu dan janin intrauterine.

UcapanTerimakasih
UcapanterimakasihsayahaturkankepadaIbuRektorInstitutSainsdanKesehatanBone,
Kapala Puskesmas Cina Kab Bone beserta jajarannya, tim peneliti, dan keluargaku yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun material dalam penyelesaian penelitian ini.

Daftar Rujukan
Arda,D.,&Hartaty,H.(2021).PenerapanAsuhanKeperawatanPostOpSectionCaesareadalam
Indikasi Preeklampsia Berat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 447–451.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.631
Dewi, A.K.,Maulana,andimuh,Nugrahaputra,rizkaadi,&Nurokhim,A.(2018).Hubungan

452
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
Preeklampsia Dan Paritas Dengan Kejadian Partus Prematurus Di RSUD Banyumas
Periode Januari Sampai Desember 2017. Herb-Medicine Journal, 1(2).
https://doi.org/10.30595/hmj.v1i2.3144
Firmanto, N. N., Maulydia, Mulawardhana, P., & Fitriati, M. (2022). Severe Preeclamptic
PatientsinTheResuscitationRoomofDr.SoetomoGeneralAcademicHospitalSurabaya: A
RetrospectiveStudy. IndonesianJournalofAnesthesiologyandReanimation,4(2),62–

71.https://doi.org/10.20473/ijar.V4I22022.62-71
Hamzah, S. T. R., Aminuddin, Idris, I., & Rachmat, M. (2021). Antenatal care parameters that are
the risk factors in the event of preeclampsia in primigravida. Gaceta Sanitaria, 35, S263–
S267. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.073
Hasibuan, S. P. B., & Mawarni, S. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan
Status Gizi Ibu Hamil Di Puskesmas Indra Puri Aceh Besar. Journal Of Healthcare
Technology And Medicine, 3(2), 363. https://doi.org/10.33143/jhtm.v3i2.1023
Heldawati, P. L., Kartasurya, M. I., & Nugraheni, S. A. (2018). Hubungan Status Preeklampsia Ibu
Hamil dan Berat Badan Lahir Bayi di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Sulawesi
Tengah. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 6(2), 98–106.
https://doi.org/10.14710/jmki.6.2.2018.98-106
Jumhati, S., & Novianti, D. (2018). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
BBLRdiRumahSakitPermataCibubur-Bekasi.JurnalIlmuKesehatanMasyarakat,7(02),
113–119. https://doi.org/10.33221/jikm.v7i02.113
Kamilia, A. (2019). Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting pada Anak. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 311–315.
https://doi.org/https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.175
Kartikasari, B. W., Mifbakhuddin, M., & Mustika, D. N. (2013). Hubungan pendidikan,paritas,
dan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu hamil trimester III di Puskesmas Bangetayu
Kecamatan Genuk Kota Semarang tahun 2011. Jurnal Kebidanan, 1(1), 9–18.
https://doi.org/https://doi.org/10.26714/jk.1.1.2012.9-18.
Khairunnisa,L.(2020).KonsumsiCokelatHitamUntukMencegahPreeklampsia. JurnalIlmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 517–521. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.341

Li,X.,Yu,T.,Zhai,M.,Wu,Y.,Zhao,B.,Duan,C.,Cheng,H.,Li,H.,Wei,Z.,Yang,Y.,&Yu,
Z. (2022). Maternal cadmium exposure impairs placental angiogenesis in preeclampsia
throughdisturbingthyroidhormonereceptorsignalling.EcotoxicologyandEnvironmental
Safety, 244, 114055. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2022.114055
Madendag, Y., Sahin, E., Col Madendag, I., Sahin, M. E., Kirlangic, M. M., & Muhtaroglu, S.
(2022). Maternal serum telomerase levels increase in pregnancies with mild and severe
preeclampsia. Placenta, 123, 41–45. https://doi.org/10.1016/j.placenta.2022.05.002
Mert,I.,SargınOruc,A.,Yuksel,S.,Cakar,E.S.,Buyukkagnıcı,U.,Karaer,A.,&Danısman,N.
(2012).Roleofoxidativestressinpreeclampsiaandintrauterinegrowthrestriction.Journal of
Obstetrics and GynaecologyResearch, 38(4), 658–664. https://doi.org/10.1111/j.1447-
0756.2011.01771.x
Nurokhim,A.,&Widyaningsih,W.(2019).AnalisisPreeklampsiaBerat (Peb)denganKejadian
PertumbuhanJaninTerhambat(PJT)DiRSUDDr.R.GoetengTarunadibrataPurbalingga
Periode Tahun 2013-2015. Sainteks, 15(1).
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.30595/sainteks.v15i1.6167
Prayitno, F. F., Angraini, D. I., Himayani, R., & Graharti, R. (2019). Hubungan pendidikan dan
pengetahuangizidengan statusgiziibu hamilpadakeluargadenganpendapatan rendahdi
Kota Bandar Lampung. Jurnal Medula, 8(2), 225–229.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/2292
Putri Ariyan, F. A., Sukowati, E. G., & Fatmawati, W. (2022). Preeclampsia correlates with
maternalandperinataloutcomesinRegionalPublicHospital,Madiun,Indonesia. Majalah

453
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022

Obstetri & Ginekologi, 30(1), 24–31. https://doi.org/10.20473/mog.V30I12022.24-31


Rahmawati,F.,AldikaAkbar,M.I.,&Atika,A.(2021).PengaruhIMTIbuHamilPreeklampsia
DenganLuaranPerinatal.IndonesianMidwiferyandHealthSciencesJournal,3(2),148–

159.https://doi.org/10.20473/imhsj.v3i2.2019.148-159
Reeder,H.T.,Haneuse,S.,Modest,A.M.,Hacker,M.R.,Sudhof,L.S.,&Papatheodorou,S.I. (2022). A novel
approach to joint prediction of preeclampsia and delivery timing using semi-competing risks.
American Journal of Obstetrics and Gynecology. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2022.08.045
Rudiyanti, N., & Raidartiwi, E. (2018). Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil dengan Kejadian
Preeklampsia di Sebuah RS Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2),
173. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.926
Septputri, A. L. (2020). Hubungan Preeklampsia Dengan Kejadian Pertumbuhan Janin
TerhambatDiRumahSakitDrWahidinSudirohusodoMakassar.UniversitasHasanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/1185%0A

Suwarni, Y.,Noor, M. S., & Rahayu, A. (2012). Hubungan antara Paritas, LILA, Kadar Hb dan Usia Ibu
Hamil dengan Berat Lahir Bayi. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20527/jpkmi.v1i1.602
Tahir, S. (2021). Hubungan Pendidikan Dan Pekerjaan Terhadap Status Gizi Ibu Hamil Di
PuskesmasPattallassangKabupatenGowa.JURNALANTARAKEBIDANAN,4(2),61–67.
https://doi.org/https://doi.org/10.37063/ak.v4i2.590
Tran, M., Alessandrini, V., Lepercq, J., & Goffinet, F. (2022). Risk of preeclampsia in patients with
symptomatic COVID-19 infection. Journal of Gynecology Obstetrics and Human Reproduction,
51(9), 102459. https://doi.org/10.1016/j.jogoh.2022.102459

Wainstock,T.,&Sheiner,E.(2022).Clinicalfactorsassociatedwithpreeclampsiarecurrence.
PregnancyHypertension,30,31–35.https://doi.org/10.1016/j.preghy.2022.08.004
Zhang,X.,Chen,Y.,Salerno,S.,Li,Y.,Zhou,L.,Zeng,X.,&Li,H.(2022).Predictionofsevere
preeclampsiainmachinelearning.MedicineinNovelTechnologyandDevices,15,100158.
https://doi.org/10.1016/j.medntd.2022.100158

90
JurnalIlmiahKesehatanSandiHusada
Volume 11 Nomor 2 Desember 2022
UJPH5(2)(2016)

UnnesJournalofPublicHealth
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

FAKTORRISIKOYANGBERHUBUNGANDENGANKEJADIAN
PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL
(STUDI KASUSDIRSUDKABUPATEN BREBESTAHUN 2014)

NuningSaraswati,Mardiana

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak

SejarahArtikel: Kejadian preeklampsia di Kabupaten Brebes meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
DiterimaJanuari2015 2011sebanyak215kasus(1.547persalinan),tahun2012sebanyak170kasus(1.957persalinan),tahun
DisetujuiJanuari2015Dip 2013 sebanyak 225 kasus (1.811 persalinan) dan tahun 2014 sampai dengan bulan
ublikasikan April2016 Septembersebanyak180kasus(1.316persalinan).Tujuanpenelitianiniadalahmengetahuifaktorrisik
oyangberhubungandengankejadianpreeklampsiapadaibuhamildiRSUDKabupatenBrebestahun
Keywords: 2014.Jenispenelitianiniadalahsurveyanalitikdenganpendekatancasecontrol.Sampelsejumlah145or
Riskfactors;Preeclampsia;Pre anguntukmasing-
gnantwomen masingkelompokkasusdankontrolyangdiambildengantekniksimplerandomsampling. Analisis data
menggunakan uji chisquare dengan derajat kemaknaan (α) =
0,05.Hasilpenelitianmenunujukanbahwafaktorrisikoyangberhubungandengankejadianpreeklampsiaa
dalahumur(pvalue=0,0001;OR=15,731),statusgravida(pvalue=0,009;OR=2,173),riwayatketuruna
n(pvalue=0,033;OR=2,618),pemeriksaanantenatal(pvalue=0,0001;OR=17,111),riwayatpreeklam
psia(pvalue=0,0001;OR=20,529),riwayathipertensi(pvalue=0,0001;OR=6,026). Variabel yang
tidak berhubungan adalah jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
riwayatdiabetesmellitus,danriwayatkehamilanganda.
Abstract

TheincidenceofpreeclampsiainBrebesDistrictwasincreasingfromyeartoyear.In2011therewere215cases(1,547births
),in2012therewere170cases(1,957births),in2013therewere225cases(1,811births)anduntilSeptember 2014 there
were 180 cases (2,316 births). The purpose of this research was to determine the risk
factorsassociatedwiththeincidenceofpreeclampsiainpregnantwomenfromBrebesdistricthospitalin2014.Thisr
esearch was an analytical survey with case control approach. The total samplewas 145 people for each case
andcontrolgroupwhichwastakenwithsimplerandomsamplingtechnique.Thedatawasanalyzedusingchi-
squaretestwithα=0,05.Theresultsofthisresearchshowedthattheriskfactorsassociatedwiththeincidenceofpre
eclampsiawasage(pvalue=0,0001;OR=15,731),gravidastatus(pvalue=0,009;OR=2,173),heredityprofile(pvalue
=0,033;OR=2,618),antenatalexamination(pvalue=0,0001;OR=17,111),historyofpreeclampsia(pvalue=0
,0001;OR=20,529),historyofhypertension(pvalue=0,0001;OR=6,026).Thevariablesthatwerenotrelatedwasth
etypeofwork,levelofeducation,historyofdiabetesmellitus,andhistoryof multiple pregnancy.
©2016UniversitasNegeriSemarang


Alamatkorespondensi: ISSN2252-6781
GedungF1Lantai2FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang,
50229E-mail: nuningsaraswati@yahoo.co.id

91
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

PENDAHULUAN

Preeklampsiaadalahhipertensipada
BerdasarkanlaporanDinasKesehatan
kehamilan yang ditandai dengan tekanan
KabupatenBrebestahun2013,sebesar33%
darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur
preeklampsiamerupakanpenyebabutama
kehamilan 20 minggu, disertai dengan
kematian ibu se-kabupaten Brebes. Proporsi
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012:
kematianibuberdasarkansebabkematian tahun
1). Pada kondisi berat preeklampsia dapat
2013 yaitu preeklampsia sebesar 33%, kemudian
menjadi eklampsia dengan
di ikuti dengan pendarahan sebesar 23%,
penambahangejalakejang-kejang(Angsar,
Decomp Cordis sebesar 19%,
2009: 532). Preeklampsia merupakan
meningitissebesar7%,oedemparusebesar 5%,
penyebabke-2kematianibudiduniasetelah
infeksi sebesar 3%, gagal ginjal 3%, kehamilan
pendarahan (Saifuddin, 2009: 54).
etopik 3%, dehidrasi
BerdasarkandataWorldHealthOrganization
(hiperemesis)2%,asbeshepar2%,danlain- lain
(WHO) tahun 2008, angka kejadian
sebesar 2% (Dinas Kesehatan Kabupaten
preeklampsia di seluruh dunia berkisar 0,51%-
Brebes, 2013).
38,4%. Di negara maju, angka kejadian
RSUDkabupatenBrebesmerupakan
preeklampsia berkisar 5%–6%, frekuensi
rumahsakitrujukanbagibidanatauklinikdi
preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda
wilayahkabupatenBrebessehinggaRSUD
karena banyak faktor yang mempengaruhi. Di
kabupaten Brebes sebagai pusat rujukan
Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia
Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat
Komprehensif (PONEK) di Kabupaten
dilaporkan
Brebes.Berdasarkanstudipendahuluandi
bahwakejadianpreeklampsiasebanyak5%. Di
RSUD Kabupaten Brebes kejadian
Indonesia, preeklampsia merupakan penyebab
preeklampsia padatahun2011sebanyak 215
kematian ibu yang tinggi disamping
kasus(1.547persalinan),tahun2012
pendarahan dan infeksi, yaitu
sebanyak170kasus(1.957persalinan),
perdarahanmencapai28%,preeklampsia
tahun 2013 sebanyak 225 kasus (1.811
sebesar 24%,infeksi sebesar 11%, komplikasi
persalinan)dantahun2014sampaidengan
peuperium sebesar 8%, partus
bulanSeptembersebanyak180kasus(1.316
lamasebesar5%,danabortussebanyak5%
persalinan).
(Depkes RI, 2012).
Penyebab pasti preeklampsia masih
PrevalensikasuspreeklampsiadiJawa
belum diketahui secara pasti, sehingga
Tengah mengalami peningkatan setiap
preeklampsiadisebutsebagai‘’thediseaseof
tahunnya,daritahun2008sebesar1,87%,
theories’’. Menurut Angsar (2009: 532)
tahun 2009 sebesar 2,02%, tahun 2010 sebesar
beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia
3,30%, dan pada tahun 2011 sebesar 3,41%(Dinas
meliputi: primagravida, primipaternitas,
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2012). Di
hiperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan
Jawa Tengah
multipel, diabetes mellitus, bayi besar), riwayat
preeklampsiamerupakanpenyebabutama
keluarga
kematian ibu dengan presentase sebesar
pernahpreeklampsia/eklampsia,penyakit-
23,9%kemudiandiikutidenganpendarahan
penyakit ginjal yang sudah ada sebelum hamil
sebesar17,22%daninfeksisebesar4,04%
sedangkan menurut Norwitz dan
(DepkesRI,2013).
Schorge(2008:88)meliputi:nuliparitas,ras,

92
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

riwayat preeklampsiasebelumnya, umur ibu keputusan bupati Brebes nomor 440/667


yangekstrim(<20atau>35tahun),riwayat tahun 2013. MCH CC mendorong agar
preeklampsia dalam keluarga, kehamilan setiapdesamemilikiperaturandesa(Perdes)
kembar,hipertensikronik,penyakitginjal kesehatan ibu dan anak sebagai bentuk
kronik. pemberdayaan masyarakat, termasuk
Gambaranklinikpreeklampsiamulai penguatan fungsi PKD. Sementara upaya yang
dengankenaikanberatbadandiikutiedema telah dilakukan RSUD Kabupaten Brebes
kakiatautangan,kenaikantekanandarah, dan untuk mengurangi jumlah kasus preeklampsia
terakhir terjadi proteinuria. Preeklampsia yaitu upaya peningkatan
merupakan komplikasi kehamilan yang fasilitasruangandanalatkesehatandiunit
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. maternal risiko tinggi agar dapat meningkatkan
Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis pelayanan maternal sehingga dapat mengurangi
dini dapat mengurangi kejadian dan angka kejadian preeklampsia, rumah sakit juga
menurunkan melayani pemeriksaan antenatal yang dilayani
angkakesakitandankematian.Untukdapat oleh bidan dan dokter spesialis kebidanan dan
menegakkan diagnosis dini diperlukan kandungan,sertapelaksanaanhomevisite yang
pengawasan hamil yang teratur dengan dilakukan pada ibu hamil yang tidak datang
memperhatikan kenaikan berat badan, kontrol sesuai dengan anjuran
kenaikantekanandarah,danpemeriksaan urin terutamapadakehamilanrisikotinggi.
untuk menentukan proteinuria. Kejadian Berdasarkan latar belakang di atas,
preeklampsia dapat dicegah dengan menjadikan alasan bagi penulis untuk meneliti
memberikan nasehat tentang diet faktor risiko yang berhubungan dengan
makanan,cukupistirahatdanpengawasan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD
antenatal (Manuaba, 2010). Kabupaten Brebes.
BerdasarkanNationalInstituteforHealth and
Clinical Excellence (2010) gangguan hipertensi METODE
pada kehamilan membawa dampak bagi bayi.
Di Inggris dilaporkan
Jenis penelitian yang digunakan adalah
kematianperinatalyaitu1dari20kelahiran bayi
penelitian observasional analitik, dengan
mengalami bayi lahir mati tanpa
rancangan penelitian yang
kelainankongenitalyangterjadipadawanita
digunakanadalahkasuskontrol(casecontrol) yaitu
denganpreeklampsia.Kelahiranprematur juga
penelitian epidemiologi analitik observasional
terjadi pada ibu hamil dengan
yang menelah hubungan antara efek (penyakit
preeklampsiayaitu1dari250wanitapada
atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor
kehamilanpertamamerekaakanmelahirkan
risiko tertentu. Desain penelitian kasus kontrol
sebelum 34 minggu, dan 14-19 % pada wanita
digunakanuntukmenelitiberapabesarkah
dengan preeklampsia mengalami bayi berat
peranfaktorrisikodalampenyakit(Sudigdo
lahir rendah (BBLR).
Sastroasmoro, 2011).
Upaya yang telah dilakukan oleh
Sampel kasus dalam penelitian ini
DinasKesehatanKabupatenBrebesuntuk
adalahsebagianibuhamilyangmenderita
mengurangi angka kejadian preeklampsia
preeklampsia yang tercatat dalam catatan
yangdapatmenyebabkankematianibuyaitu
dengan pembentukan Maternal and Child medikdiRSUDKabupatenBrebes periode
HealthCrisisCenter(MCHCC)atas

93
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

1 Januari – 30 September 2014 yaitu sebanyak Simple Random Sampling, dimana setiap
145 kasus. Sedangkan sampel kontrol dalam sampeldarisejumlahpopulasisampelyang
penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang mungkin mempunyai kesempatan yang
tidak menderita preeklampsia yang tercatat samauntukterpilih(Lemeshowetal,1997: 102).
dalam data Hal ini dimaksudkan agar setiap individu pada
catatanmedikdiRSUDKabupatenBrebes populasi kasus maupun
periode1Januari–30September2014yaitu populasikontrolmendapatkanpeluangyang sama
sebanyak 145 kontrol. Analisis data dilakukan sebagai sampel penelitian, sehingga hasil yang
secara univariat dan bivariat didapatkan dapat mewakili keseluruhan
denganujistatistikyangdigunakanadalah chi populasi.
square (α=0,05).
Teknik pengambilan sampel yang HASILDANPEMBAHASAN
digunakandalampenelitianiniadalah

Tabel1.DistribusiFaktor-FaktoryangberhubungandenganKejadianPreeklampsia pada Ibu hamil


KejadianPreeklampsia
Total p.value
No. Variabel Kasus Kontrol
n % n % n %
1. Umur
Berisiko 102 84,29 19 15,71 121 100
0,0001
TidakBerisiko 43 25,44 126 74,56 169 100
2. StatusGravida
Berisiko 39 65,00 21 35,00 60 100
0,009
TidakBerisiko 106 46,10 124 53.90 230 100
3. RiwayatKeturunan
Berisiko 17 70,83 7 29,17 24 100
0,033
TidakBerisiko 128 48,12 138 51,88 266 100
4. PemeriksaanAntenatal
Berisiko 91 87.50 13 12,50 104 100
0,0001
TidakBerisiko 54 29,03 132 70,97 186 100
5. RiwayatPreeklampsia
Berisiko 91 89,21 11 10,79 102 100
0,0001
TidakBerisiko 54 28,72 134 71,28 188 100
6. RiwayatHipertensi
Berisiko 105 70,47 44 29,53 149 100
0,0001
TidakBerisiko 40 28,37 101 71,63 141 100
7. JenisPekerjaan
Berisiko 86 52,77 77 47,23 163 100
0,287
TidakBerisiko 59 46,46 68 53,54 127 100
8. TingkatPendidikan
Berisiko 56 57,14 42 42,86 98 100
0,082
TidakBerisiko 89 46,36 103 53,64 192 100
9. RiwayatDiabetesMellitus
Berisiko 12 63,16 7 36,84 19 100 0,235

94
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

TidakBerisiko 133 49,07 138 50,93 271 100


10 RiwayatKehamilanGanda
Berisiko 8 57,14 6 42,86 14 100
TidakBerisiko 137 49,64 139 50,36 276 100 0,584

Hubungan Umur dengan Kejadian HubunganStatusGravidadenganKejadianPreeklampsia


Preeklampsia pada Ibu Hamil pada Ibu Hamil

Hasil analisis bivariat menunjukan Hasil analisis bivariat menunjukan


bahwaadahubunganyangsignifikanantara bahwaadahubunganyangsignifikanantara
umurdengankejadianpreeklampsiapada ibu statusgravidadengankejadianpreeklampsia pada
hamil. Hal ini didasarkan pada hasil analisis ibu hamil. Hal ini didasarkan pada hasil
denganuji chisquare yang di peroleh pvalue = analisis dengan uji chisquare yang di
0,0001 dimana nilai p lebih kecil perolehpvalue=0,009dimananilaiplebih
dari0,05(0,0001<0,05)yangartinyaada kecildari0,05(0,009<0,05)yangartinya
hubungan antara umur dengan kejadian adahubunganantarastatusgravidadengan
preeklampsiapadaibuhamildannilaiOR= 15,731 kejadianpreeklampsiapadaibuhamildan nilai
artinya bahwa responden yang berumur <20 OR = 2,173 artinya bahwa responden
dan >35 tahun mempunyai risiko 15,731 yangprimigravidamempunyairisiko2,173 kali
mengalami kejadian preeklampsia mengalami kejadian preeklampsia
dibandingkan dengan responden yang dibandingkan dengan responden yang
berumur 20 – 35 tahun. multigravida.
Hasilpenelitianinidiperkuatdenganhasil Hasilpenelitianinimembuktikanteori
penelitian yang dilakukan oleh Nuril dkk Angsar (2009) yaitu teori imunologik antara ibu
(2012), yang menyatakan bahwa ada hubungan dan janin yang menyatakan bahwa
antara umur dengan kejadian primigravidamempunyairisikolebihbesar
preeklampsiadengannilaipvalue=0,020 terjadinya hipertensi dalam kehamilan
(<0,05) dan OR =2,71. (preeklampsia) jika dibandingkan dengan
Hasilpenelitianinimembuktikanteori multigravida.Hasilpenelitianinidiperkuat
Norwitz (2008) yang menyatakan bahwa umur denganhasilpenelitianyangdilakukanoleh
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Gafurdkk(2011),yangmenyatakanbahwa
hipertensi dalam kehamilan. Kehamilan pada adahubunganantarastatusgravidadengan
umur ibu yang ekstrem kejadian preeklampsia dengannilaipvalue = 0,010
(<20dan>35tahun)merupakankehamilan (<0,05) dan OR =2,263.
berisiko tinggi yang dapat menyebabkan
komplikasi dalam kehamilan. Hasil penelitian Hubungan Riwayat Keturunan dengan
ini juga membuktikan teori Nugroho (2012) Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil
yang menyatakan bahwa
komplikasiutamakehamilandibawahumur Hasil analisis bivariat menunjukan
<20 dan >35 tahun ini yakni terjadinya bahwaadahubunganyangsignifikanantara
preeklampsia. Ibu mengalami hipertensi riwayat keturunan dengan kejadian
disertaikakibengkakdanditemukanprotein pada preeklampsia pada ibu hamil. Hal ini
air seni. didasarkanpadahasilanalisisdenganujichi
squareyangdiperolehnilaipvalue=0,033
dimananilaiplebihkecildari0,05(0,033<0,05)ya
ngartinyaadahubunganantara

95
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

riwayat keturunan dengan kejadian bahwaadahubunganpemeriksaanantenatal


preeklampsiapadaibuhamildannilaiOR= 2,618 dengan kejadian preeklampsia dengan p
artinya bahwa responden yang memiliki value=0,01(<0,05).DepartemenKesehatan RI
riwayat keturunan mempunyai risiko 2,618 kali (2007) menyatakan bahwa melalui
mengalami kejadian preeklampsia pemeriksaan antenatal dapat mencegah
dibandingkan dengan responden yang tidak perkembanganpreeklampsia,karenasalah satu
memiliki riwayat keturunan. Hasil penelitian tujuan dari pemeriksaan antenatal adalah
ini diperkuat mengenali secara diri adanya penyulit-penyulit
denganhasilpenelitianyangdilakukanoleh atau komplikasi yang terjadi pada masa
Rozikhan(2007),yangmenyatakanbahwa ada kehamilan.
hubungan antara keturunan dengan kejadian
preeklampsia dengan p value = 0,001 (<0,05) Hubungan Riwayat Preeklampsia dengan
dan OR = 5,8. Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil
Hasilpenelitianinimembuktikanteori
Norwitz (2008) yang menyatakan bahwa Hasil analisis bivariat menunjukan
preeklampsia merupakan penyakit yang bahwaadahubunganyangsignifikanantara
diturunkan, penyakit ini lebih sering riwayat preeklampsia dengan kejadian
ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita preeklampsia pada ibu hamil. Hal ini
preeklampsia atau mempunyai riwayat didasarkan pada analisis dengan uji chi square
preeklampsia dalam keluarga. yang di peroleh p value = 0,0001
Faktorgenetik/keturunanmerupakanfaktor dimananilaiplebihbesardari0,05(0,0001
risikoterjadinyapreeklampsia. <0,05)yangartinyaadahubunganantara riwayat
preeklampsia dengan kejadian
Hubungan Pemeriksaan Antenatal dengan preeklampsiapadaibuhamildannilaiOR= 20,529
Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil artinya bahwa responden yang memiliki riwayat
preeklampsia sebelumnya mempunyai risiko
Hasil analisis bivariat menunjukan 20,5 kali mengalami
bahwaadahubunganyangsignifikanantara kejadianpreeklampsiadibandingkandengan
pemeriksaan antenatal dengan kejadian responden yang tidak memiliki riwayat
preeklampsia pada ibu hamil. Hal ini preeklampsia.Hasilpenelitianinidiperkuat
didasarkanpadahasilanalisisdenganujichi denganhasilpenelitianyangdilakukanoleh
squareyangdiperolehnilaipvalue=0,0001 Rozikhan(2007),yangmenyatakanbahwa
dimananilaiplebihkecildari0,05(0,0001<0,05) adahubunganantarariwayatpreeklampsia
yang artinya ada hubungan antara dengankejadianpreeklampsiadengannilai
pemeriksaan antenatal dengan kejadian pvalue=0,001 (<0,05) dan OR=8,81.
preeklampsiapadaibuhamildannilaiOR=
17,111artinyabahwarespondenyangtidak Hubungan Riwayat Hipertensi denganKejadian
melakukan pemeriksaan antenatal mempunyai Preeklampsia pada Ibu Hamil
risiko 17,111 kali mengalami
kejadianpreeklampsiadibandingkandengan Hasil analisis bivariat menunjukan
responden yang melakukan pemeriksaan bahwaadahubunganyangsignifikanantara
antenatal. riwayat hipertensi dengan kejadian
Hasilpenelitianinidiperkuatdengan preeklampsia pada ibu hamil. Hal ini
hasil penelitian yang dilakukan oleh didasarkanpadahasilanalisisdenganujichi
Nuryanidkk(2013),yangmenyatakan squareyangdiperolehnilaipvalue=0,0001
dimananilaiplebihkecildari0,05(0,0001<

96
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

0,05) yang artinya ada hubungan antara antarajenispekerjaandengankejadian preeklampsia


riwayat hipertensi dengan kejadian
preeklampsiapadaibuhamildannilaiOR= 6,026 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
artinya bahwa responden yang memiliki Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil
riwayat hipertensi sebelumnya mempunyai
risiko 6,026 kali mengalami Hasil analisis bivariat menunjukan
kejadianpreeklampsiadibandingkandengan bahwatidakadahubunganyangsignifikan
responden yang tidak memiliki riwayat antaratingkatpendidikandengankejadian
hipertensi. preeklampsia pada ibu hamil. Hal ini
Hasilpenelitianinidiperkuatdengan hasil didasarkan pada analisis dengan uji chi
penelitian yang dilakukan oleh Nuril dkk squareyangdiperolehpvalue=0,082dimana
(2012) dan penelitian Guerrier et al (2013) yang nilaiplebihbesardari0,05(0,082>0,05) yang
menyatakan bahwa ada artinya tidak ada hubungan antara tingkat
hubunganantarariwayathipertensidengan pendidikan dengan kejadian preeklampsia
kejadianpreeklampsia dengannilaipvalue = pada ibu hamil.
0,001(<0,05),OR=4,148danpvalue= Berdasarkan penelitian yang telah
0,001(<0,05),OR=10,5. dilakukan dilapangan, responden yang
menderitapreeklampsiayangberpendidikan
Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kejadian rendahbelumtentumemilikipengetahuan yang
Preeklampsia pada Ibu Hamil rendah pula, hal ini dikarenakan mereka
mendapat pengetahuan dari
Hasil analisis bivariat menunjukan penyuluhanyangdilakukanolehbidandesa
bahwatidakadahubunganyangsignifikan dalamacaraPKKdesaatauarisandesayang biasa
antara jenis pekerjaandengan kejadian dilakukan setiap sebulan sekali
preeklampsia pada ibu hamil. Hal ini sehinggamerekacenderungmemperhatikan
didasarkanpadahasilanalisisdenganujichi squre kesehatannya dengan melakukan
yang diperoleh nilai p value = 0,287 pemeriksaan antenatal secara lengkap
dimananilaiplebihbesardari0,05(0,287>0,05) sehinggatidakadahubunganantaratingkat
yang artinya tidak ada hubungan antara jenis pendidikandengankejadianpreeklampsia. Hasil
pekerjaan dengan kejadian preeklampsia pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
ibu hamil. yang dilakukan oleh Rozikhan
Berdasarkan hasil penelitian yang (2007),yangmenyatakanbahwatidakada
dilakukan, responden yang memiliki jenis hubunganantaratingkatpendidikandengan
pekerjaanyangberisiko(Iburumahtangga kejadian preeklampsia.
tanpamenggunakanmesin,buruh,petani, dan
pedagang) pada kelompok kasus HubunganRiwayatDiabetesMellitusdengan Kejadian
sebanyak86responden(59,3%)sementara pada Preeklampsia pada Ibu Hamil
kelompok kontrol responden yang
memilikijenispekerjaanyangberisiko(Ibu Hasil analisis bivariat menunjukan
rumahtanggatanpamenggunakanmesin, bahwatidakadahubunganyangsignifkan antara
buruh,petani,danpedagang)sebanyak77 riwayat diabetes mellitusdengan
responden (53,1%). Hasil penelitian ini sesuai kejadianpreeklampsiapadaibuhamil.Hal
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh inididasarkanpadahasilanalisisdenganuji
Rozikhan (2007), yang chisquareyangdiperolehnilaipvalue=0,235
menyatakanbahwatidakadahubungan dimananilaiplebih besar dari 0,05(0,235>

97
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
riwayat diabetes mellitus dengan kejadian yangdilakukanolehRozikhan(2007),yang
preeklampsia pada ibu hamil. Berdasarkan menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
hasil penelitian yang dilakukan, responden yang riwayat kehamilan ganda dengan kejadian
memiliki riwayat diabetes mellitus pada preeclampsia,
kelompok kasus sebanyak 12 responden (8,3%) Hasil penelitian ini bertentangan dengan
sementara pada kelompok kontrol responden teori Norwitz (2008) yang
yang memilikiriwayatdiabetesmellitussebanyak menyatakanbahwakehamilankembaratau ganda
7 responden (4,8%). Hasil penelitian ini sesuai merupakan salah satu penyebab
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh preeklampsia.Berdasarkanpenelitianyang
Rozikhan (2007), yang menyatakan bahwa telahdilakukandilapangan,respondenyang
tidak memiliki riwayat kehamilan ganda pada
Berdasarkan penelitian Hosler et al kelompok kasus hanya sebanyak 8
(2011) menyatakan bahwa ibu hamil yang responden(5,5%)sementarapadakelompok
berumur≥35tahunberisiko4,05kaliuntuk kontrol responden yang memiliki riwayat
menderita diabetes melitus pada kehamilan ganda sebanyak 6 responden (4,1%),
kehamilannyadibandingkandenganumur selainitu mereka juga tidak memiliki riwayat
ibuhamil<35tahun.Sementarapenelitian yang keturunan dari keluarga yang pernah
telah saya lakukan dilapangan responden yang mengalami kehamilan ganda sehingga tidak ada
berumur <35 tahun sebanyak 187 (64,4%) lebih hubungan antara riwayat kehamilan ganda
besar jika dengan kejadian preeklampsia. Hasil
dibandingkanrespondenyangberumur<35 penelitian ini sesuai
tahunyaitu103(35,6%)sehinggatidakada denganhasilpenelitianyangdilakukanoleh
hubunganantarariwayatdiabetesmellitus Rozikhan(2007),yangmenyatakanbahwa tidak
dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil. ada hubungan antara riwayat kehamilan ganda
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dengan kejadian preeklampsia.
penelitian yang dilakukan oleh
Rozikhan(2007),yangmenyatakanbahwa KelemahanPenelitian
tidakadahubunganantarariwayatdiabetes
mellitusdengankejadianpreeklampsia. Penelitian ini menggunakan metode
kasus kontrol yang ditelusuri secara
Hubungan Riwayat Kehamilan Ganda dengan restropektif, sehingga mempunyai kelemahan
Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil recall bias, dimana responden harus mengingat
kembali pada kejadian yang telah lalu untuk
Hasil analisis bivariat menunjukan dapat memberikan
bahwa tidak tidak ada hubungan yang jawaban.Denganmemberikanpertanyaan yang
signifikanantarariwayatkehamilanganda terdahulu dengan kata-kata yang mudah
dengan kejadian preeklampsia pada ibu dipahami oleh responden diharapkan dapat
hamil.Halinididasarkanpadahasilanalisis membantu responden
denganujichisquareyangdiperolehpvalue= 0,584 untukmengingatkembalidenganbaik.
dimana nilai plebih besar dari 0,05 (0,584 >
0,05) yang artinya tidak ada SIMPULAN
hubunganantarariwayatkehamilanganda
dengankejadianpreeklampsia.Hasil

98
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

Berdasarkan hasil penelitian dan diakses pada tanggal 1 Mei


pembahasandiperolehkesimpulansebagai 2014,(http://ilmukebidananstikeskend
berikut: edesmalang. blogspot.com/2012/11/laporan-
Adahubunganantarafaktor(umurp. pws-kia- kabkota aki-akb.html).
value0,0001;statusgravidadenganpvalue 0,009;
riwayat keturunan dengan p value DepartemenKesehatanRepublikIndonesia,2013,
0,033;pemeriksaanantenataldenganpvalue
0,0001;riwayatpreeklampsiadenganpvalue ProfilKesehatanIndonesia,Jakarta.
0,0001; riwayat hiperetnsi dengan p value
0,0001) terhadap kejadian preeklampsia pada DinasKesehatanPropinsiJawaTengah,2012,Profil
ibu hamil (studi kasus di RSUD Kabupaten Kesehatan Jawa Tengah.
Brebes tahun 2014).
Tidak ada hubungan antara faktor (jenis
Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, 2013, Upaya
pekerjaan dengan p value 0,287; tingkat pendidikan
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
dengan p value 0,083; riwayat diabetes mellitus
Kabupaten Brebes, Brebes.
dengan p value 0,235; riwayat kehamilan ganda
dengan p value
0,584)terhadapkejadianpreeklampsiapada Gafur,Abduldkk,2011,HubunganantaraPrimigravida
ibuhamil(studikasusdiRSUDKabupaten denganPreeklampsia yang dilaksanakan di
Brebes tahun 2014. beberapa Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Selatan
yaitu RSKD Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar,RSKDIbudanAnakSitiFatimah, RSU Haji
UCAPANTERIMAKASIH Makassar, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Makasar.

Ucapanterimakasihkamitunjukkan
Guerrier,Getal,2013,Factors AssociatedwithSevere
kepada Kepala KesbangPolinmas
PreeclampsiaandEclampsiainJahun,Nigeria,
KabupatenBrebes,KepalaDinasKesehatan
(Online),InternationalJournalofWomen’sHealth
Kabupaten Brebes, Kepala BAPPEDA
2013:5 , diakses 9 Januari 2014,
Kabupaten Brebes, Direktur RSUD (http://www.f_IJWH-47056-factors- associated-
KabupatenBrebes,sertaseluruhresponden with-severe-pre-eclampsia-and- eclampsia-
yangterlibatdalampenelitianini. 081713-17115.pdf).

DAFTARPUSTAKA
Hosleretal,2011,StressfulEvents,SmokingExposureand
Other Maternal Risk Factors Associated with
Angsar, MD, 2009,Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka GestationalDiabetesMellitus,JournalofPaediatric
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. andPerinatalEpidemiology2011:25,hal566–

574.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007,
Pedoman Pelayanan Antenatal, Dirjen Binkesmas
Lemeshow,Stanleyetal,1997,BesarSampeldalam
Depkes RI, Jakarta.
PenelitianKesehatan,GajahMadaUniversity
Press, Yogyakarta.
DepartemenKesehatanRepublikIndonesia,2012,

ProfilKesehatanIndonesia,Jakarta. Manuaba, Ide Ayu Chandranita dkk, 2010, Ilmu


Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
DepartemenKesehatanRepublikIndonesia,2012,

Laporanpwskiakabkota,AKIAKB,(Online),

99
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

National Institute for Health and Clinical for


Excellence (NHS), 2010, Hypertension in
Pregnancy,(Online),hal1-53,diakses14

Januari2014,(www.nice.org.uk/cg107).

NorwitzEdanSchorgeJ,2008,At aGlanceObstetridan
Ginekologi, Terjemahan oleh Diba
Artsiyanti EP, Erlangga, Jakarta.

10
0
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

Nugroho, Taufan, 2012, Patologi Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Nuril, MA dkk, 2012, Pengaruh Faktor Usia, Paritas, Keturunan, Riwayat Preeklampsia, Riwayat Hipertensi, Status Gizi,
Kenaikan Berat Badan selama Hamil, dan ANC terhadap Kejadian Preeklampsia (di RSUD dr. Sayidiman Magetan
Tahun 2011), (Online), Volume II, No. 3, hal 117-125, diakses 17 Mei 2014, (http://2trik.webs.com/trik2-3.pdf).

Nuryani, Adedkk, 2013, HubunganPolaMakan,Sosial Ekonomi, Antenatal Care dan Karakteristik Ibu
HamildenganKasusPreeklampsiadiKota

417
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

Makassar,(Online),VolumeII,No.2,hal104- 112,diakses23Mei2014,(http://450-684-1-SM(2).pdf).

Rozikhan, 2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia Berat Di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal, Tesis,
Universitas Diponegoro Semarang.

Saifuddin, AB, 2009, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sastroasmoro, S, 2011, Dasar-Dasar Metodologi Klinis(Edisike-4),CV.SagungSeto,Jakarta.

WHO,2008,WorldHealth Statistic

HIGEIA 2 (3) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin

Renita Muzalfah 1, Yunita Dyah Puspita Santik1, Anik Setyo Wahyuningsih1

1 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

418
NuningSaraswatidanMardiana/UnnesJournalofPublicHealth5(2)(2016)

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Preeklampsia merupakan salah satu 3 penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Brebes tahun
Diterima 6 Mei 2018 2016 (34,90%). Puskesmas Sirampog merupakan salah satu penyumbang kejadian preeklampsia
Disetujui 11 Juni 2018 tinggi di Kabupaten Brebes tahun 2016 yaitu 50 kasus, mengalami peningkatan dari tahun
Dipublikasikan 30 Juli sebelumnya. Penelitian ini dilaksanan pada tahun 2017 dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang
2018 mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu bersalin. Jenis penelitian ini adalah survei analitik
dengan rancangan case control. Sampel yang ditetapkan sebesar 35 kasus dan 35 kontrol
Keywords: menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil
Preeclampsia, Maternal, penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur (p value= 0,016), usia kehamilan (p
Immunologic value= 0,014), pemeriksaan ANC (p value= 0,031), riwayat hipertensi (p value= 0,026), pendapatan
keluarga (p value= 0,030), riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (p value= 0,028) dengan
DOI: kejadian preeclampsia pada ibu bersalin. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan
https://doi.org/10.15294 antara umur, usia kehamilan, pemeriksaan ANC, riwayat hipertensi, pendapatan keluarga, dan
/higeia/v2i3/21390 riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.

Abstract

Preeclampsia was one of the 3 main causes of maternal mortality in Brebes regency in 2016 (34,90%).
Sirampog public health center was one contributed to the high incidence of preeclampsia in Brebes in 2016 with
50 cases, an increased from previous year. This research was conducted in 2017 with the purpose was to
determine the factors of preeclampsia in maternal mother. This type of research was an analytical survey with
case control design. The samples of this research are 35 cases and 35 controls used purposive sampling
technique. Data were analyzed by chi square test. The results showed that there was a associated between age
(p value=0,016), gestational age (p value=0,014), ANC (p value=0,031), history of hypertension (p
value=0,026), family income (p value=0,030), and history of hormonal contraceptive used (p value=0,028)
with preeclampsia in maternal mothers. The conclusion of this study there was a association between age,
gestational age, ANC, history of hypertension, family income, and history of hormonal contraceptive used with
the incidence of preeclampsia in maternal mothers.

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: renitamuza@gmail.com

419
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

PENDAHULUAN 2014 adalah sebanyak 301 kasus, pada tahun


2015 mengalami penurunan menjadi 151 kasus,
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala sedangkan pada tahun 2016 mengalami
yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan peningkatan menjadi 947 kasus, sedangkan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan pada bulan Januari 2017 tercatat kasus
proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 preeklampsia/eklampsia sebanyak 2 kasus.
minggu sampai akhir minggu pertama setelah Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu
persalinan. Preeklampsia merupakan masalah 3 penyebab utama kejadian kematian ibu di
yang serius dan memiliki tingkat kompleksitas Kabupaten Brebes tahun 2016 yaitu sebanyak
yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya (34,90%), sedangkan penyebab lain dari
karena preeklampsia berdampak pada ibu saat kematian ibu di Kabupaten Brebes yaitu
hamil dan melahirkan, namun juga decompensasi cordis, gagal ginjal, penyakit
menimbulkan masalah pasca persalinan akibat jantung, dan gagal nafas (37,73%), perdarahan
disfungsi endotel di berbagai organ, seperti (22,64%) dan infeksi (4,72%) (Dinkes Kab
risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi Brebes, 2016). Puskesmas dengan jumlah kasus
lainnya. WHO (World Health Organization) preeklampsia tinggi di Kabupaten Brebes salah
memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali satunya adalah Puskesmas Sirampog.
lebih tinggi di negara-negara berkembang dari Preeklampsia pada ibu bersalin tahun 2014
pada di negara maju (Osungbade, 2011). sebanyak 2 kasus, tahun 2015 terdapat 7 kasus,
Prevalensi preeklampsia di negara maju adalah dan tahun 2016 meningkat menjadi 50 kasus
1,3%-6%, sedangkan di negara berkembang sedangkan tahun 2017 terhitung dari bulan
adalah 1,8%-18%. Laporan terbaru dari WHO Januari-April terdapat 7 kasus. Kasus
memperkirakan bahwa preeklampsia preeklampsia pada ibu bersalin tahun 2016 di
menyumbang 70.000 kematian ibu setiap wilayah kerja Puskesmas Sirampog lebih banyak
tahunnya di dunia. Selain angka kematian dan dari pada kasus preeklampsia pada ibu hamil.
kesakitan ibu preeklampsia juga menyumbang Pada ibu bersalin sebanyak 50 kasus dan pada ibu
500.000 kematian bayi setiap tahunnya. hamil sebanyak 4 kasus. Dari beberapa
Prevalensi preeklampsia di Jawa Tengah kejadian komplikasi ibu bersalin di Puskesmas
mengalami peningkatan setiap tahunnya dari Sirampog kejadian preeklampsia pada ibu
tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 prevalensi bersalin lebih banyak dari pada komplikasi ibu
preeklampsia sebanyak 24,44% dari 711 bersalin lainnya, sehingga perlu adanya
kematian per 100.000 kelahiran hidup, pada penelitian tentang preeklampsia. Untuk cakupan
tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi kunjungan ibu hamil di wilayah kerja
26,34% dari 619 kematian per 100.000 kelahiran Puskesmas Sirampog adalah 86,2% mengalami
hidup, sedangkan tahun 2016 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu
peningkatan menjadi 27,08% dari 602 kematian sebanyak 95,36% kunjungan ibu hamil (Dinkes
per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 Kab Brebes, 2016).
dan tahun 2015 preeklampsia merupakan Preeklampsia merupakan kondisi spesifik
penyebab kematian utama di provinsi Jawa pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
Tengah, sedangkan pada tahun 2016 disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap
preeklampsia penyebab kematian nomor dua adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi
setelah perdarahan (Dinas Kesehatan Provinsi endotel dan koagulasi. Penyebab pasti
Jawa Tengah 2017). Berdasarkan data dari preeklampsia masih belum diketahui secara
Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, kejadian pasti, sehingga preeklampsia disebut sebagai “the
preeklampsia/eklampsia setiap tahunnya selalu disease of theories”. Namun ada beberapa faktor
tinggi dan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi preeklampsia yaitu ibu yang
kematian ibu. Data menunjukkan bahwa berusia >35 tahun, nulipara, jarak antar
kejadian preeklampsia/eklampsia pada tahun kehamilan, riwayat preeklampsia

420
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

sebelumnya, riwayat keluarga preeklampsia, sebanyak 2 orang (20%), ibu dengan


kehamilan multipel, obesitas sebelum hamil dan primigraviditas sebanyak 1 orang (10%).
Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama kali Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
ANC, riwayat penyakit (diabetes, ginjal, pemerintah untuk menurunkan preeklampsia,
hipertensi) (POGI, 2016). Menurut Manuaba seperti melalui pelayanan kesehatan ibu hamil.
(2007), pada preeklampsia didapatkan gejala Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan
tekanan darah ≥140/90 - 160/110 mgHg, melalui pemberian pelayanan antenatal
proteinuria ≥300 mg/24 - 2,0 gr/24 jam, sekurang-kurangnya 4 kali selama masa
trombosit <100.000/mm3, sakit kepala, dan kehamilan dengan distribusi waktu minimal 1
gangguan penglihatan serta sakit pada kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-
epigastrium. Etiologi dan patofisiologi dari 12 minggu), minimal 1 kali pada trimester
preeklampsia disebabkan oleh gangguan kedua (usia kehamilan 12-24 minggu) dan
imunologik dimana produksi antibodi minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia
penghambat berkurang. Hal ini dapt kehamilan 24 minggu sampai lahir). Standar
menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk
trofoblas sampai batas tertentu hingga menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan
mengganggu fungsi plasenta. atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko,
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk pencegahan dan penanganan dini komplikasi
mencari faktor-faktor risiko terjadinya kebidanan seperti preeklampsia. (Dinas
preeklampsia, namun adanya faktor risiko Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).
tersebut tidak selalu menyebabkan terjadinya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
preeklampsia, dan hasil penelitian-penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
terdahulu yang pernah dilakukan masih kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di
menimbulkan inkonsistensi atau perbedaan hasil wilayah kerja Puskesmas Sirampog Kabupaten
penelitian. Penelitian yang dilakukan Rianti dan Brebes.
Nora (2013) dengan ada hubungan antara umur,
paritas, distensi rahim, riwayat METODE
preeklampsi/eklampsi, dan riwayat hipertensi
dengan kejadian preeklampsia. Berbeda dengan Penelitian ini menggunakan metode
penelitian yang dilakukan Lusiana (2014) penelitian survey analitik dengan desain
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penelitian case control. Variable bebas dalam
faktor umur, faktor paritas, faktor kehamilan penelitian ini umur, graviditas, paritas, usia
kembar dengan kejadian preeklampsia. kehamilan, IMT, pemeriksaan ANC, riwayat
Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja hipertensi, pendapatan keluarga, riwayat
Puskesmas Sirampog dengan jumlah sampel abortus, dan riwayat pemakaian kontrasepsi
sebanyak 10 diketahui bahwa faktor risiko yang hormonal. Sedangkan variable terikat dalam
paling banyak adalah usia kehamilan >37 penelitian ini yaitu preeklampsia pada ibu
minggu sebanyak 9 orang (90%), ibu dengan bersalin. Populasi kasus dalam penelitian ini
pendapatan keluarganya rendah sebanyak 8 yaitu ibu bersalin dengan preeklampsia dan
orang (80%), Ibu dengan pemeriksaan ANC terdaftar dalam rekam medis di Puskesmas
tidak lengkap sebanyak 7 orang (70%), Sirampog tahun 2016 dan bulan Januari-April
sedangkan faktor lainnya adalah ibu yang 2017. Populasi kasus sebesar 57 kasus
memiliki riwayat penyakit hipertensi sebanyak 6 preeklampsia pada ibu bersalin. Populasi
orang (60%), ibu dengan paritas >3 sebanyak 3 kontrol adalah ibu bersalin tidak preeklampsia
orang (30%), ibu dengan riwayat abortus terdaftar dalam rekam medis di Puskesmas
sebanyak 2 orang (20%), usia ibu <20 tahun Sirampog tahun 2016. Populasi kontrol dalam
sebanyak 1 orang (10%) dan >35 tahun penelitian ini yaitu sejumlah 342 ibu bersalin.

421
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
ibu bersalin dengan preeklampsia yang wawancara kepada responden menggunakan
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi di kuesioner. Data yang diambil meliputi data
wilayah kerja puskesmas Sirampog tahun 2016 karakteristik responden seperti nama, usia,
dan bulan Januari-April 2017 yang tercatat dalam pekerjaan, pendidikan, berat badan, tinggi
data rekam medis. Kriteria inklusi untuk sampel badan, pendapatan keluarga dan data mengenai
kasus adalah ibu bersalin denganpreeklampsia graviditas, paritas, usia gestasi, IMT, riwayat
yang tercatat dalam rekam medis; bertempat hipertensi, pemeriksaan ANC, pendapatan
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sirampog; keluarga, riwayat abortus dan riwayat
mempunyai buku KIA (Kesehatan Ibu dan pemakaian kontrasepsi hormonal. Sedangkan
Anak); bersedia menjadi responden. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini
kriteria eksklusi untuk sampel kasus yaitu ibu diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
bersalin dengan preeklampsia dengan alamat Brebes yaitu jumlah kejadian preeklampsia
tidak jelas atau telah 3 kali didatangi untuk Kabupaten Brebes dan dari Puskesmas
diwawancarai tetapi tidak berhasil ditemui dan Sirampog yaitu data ibu bersalin dengan
responden tidak lagi bertempat tinggal di preeklampsia dan data ibu persalinan normal
wilayah kerja Puskesmas Sirampog. yang diperoleh dari rekam medis. Instrumen
Sampel kontrol dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian adalah rekam
adalah semua ibu bersalin dengan tidak medis dari puskesmas dan kuesioner. Teknik
preeklampsia yang memenuhi kriteri inklusi dan pengambilan data yaitu dengan wawancara
kriteri eksklusi di wilayah kerja puskesmas langsung dengan responden terpilih guna
Sirampog tahun 2016 dan bulan Januari-April mendapatkan informasi tentang data-data yang
2017 yang tercatat dalam rekam medis. Kriteria dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu juga
inklusi untuk sampel kontrol yaitu ibu bersalin dilakukan pencatatan hasil wawancara dan
normal yang tercatat dalam rekam medis di dokumnetasi dalam bentuk foto.
Puskesmas Sirampog; responden bertempat Analisis data menggunakan analisis
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sirampog; univariat dan bivariat. Analisis univariat
mempunyai buku KIA (Kesehatan Ibu dan digunakan untuk melakukan analisis distribusi
Anak. Sedangkan kriteria eksklusi untuk sampel dan persentase dari masing-masing variabel.
kontrol adalah responden yang tempat Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini
tinggalnya sulit dijangkau dan responden tidak yaitu umur, graviditas, paritas, usia kehamilan,
bersedia berpartisipasi. IMT, pemeriksaan ANC, riwayat hipertensi,
Besar sampel dalam penelitian ini pendapatan keluarga, riwayat abortus, dan
sebanyak 70 orang yang terdiri dari 35 sampel riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal.
kasus dan 35 sampel kontrol. Pengambilan Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk
sampel menggunakan metode nonprobability mengetahuit hubungan variabel bebas dan
sampling dengan teknik purposive sampling. variabel terikat (kejadian preeklampsia) dengan
Sampel kasus dalam penelitian ini diambil menggunakan uji statistik yang disesuaikan
dengan cara mengambil data ibu bersalin dengan skala data yang ada. Uji statistik pada
dengan preeklampsia dari rekam medis. Begitu penelitian ini menggunakan uji chi square dengan
pula dengan cara pengambilan sampel kontrol tingkat signifikan p>0,05 (taraf kepercayaan
diambil data ibu bersalin dengan tidak 95%). Syarat uji Chi-Square adalah sel yang
preeklampsia yang diperoleh berdasarkan data mempunyai nilai expected kurang dari 5,
rekam medis di Puskesmas Sirampog. Baik maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji
sampel kasus maupun kontrol harus memenuhi chi square tidak terpenuhi, maka uji
kriteria inklusi dan eksklusi. Sumber data primer alternatifnya menggunakan uji fisher’s exact test.

422
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Bebas dengan Kejadian Preeklampsia
Frekuensi
No Variabel Jumlah
Kasus Kontrol p value OR (95%CI)

N % N % N %
1. Umur
Berisiko
21 60,0 10 28,6 31 44,3 3,750 (1,383-
(<20 atau >35 tahun) 0,016
10,169)
Tidak Berisiko
(20-35 tahun) 14 40,0 25 71,4 39 55,7

2. Graviditas
Berisiko (Primigravida) 12 34,3 11 31,4 23 32,9 1,138 (0,420-
1,000
Tidak Berisiko 3,089)
(Multigravida) 23 65,7 24 68,6 47 67,1

3. Paritas
0,741 (0,252-
Berisiko (<2 atau ≥4 kali) 25 71,4 27 77,1 52 74,3 0,784
2,175)
Tidak Berisiko (2-3 kali) 10 28,6 8 22,9 18 25,7
4. Usia Kehamilan
Berisiko (>37 minggu) 27 77,1 16 45,7 43 61,4 4,008 (1,428-
0,014
Tidak Berisiko 11,247)
(≤37 minggu) 8 22,9 19 54,3 27 38,6

5. IMT
Berisiko (IMT ≥25) 6 17,1 1 2,9 7 10,0
Tidak Berisiko 7,034 (0,800-
(IMT <25) 29 82,9 34 97,1 63 90,0 0,106 61,869)
6. Pemeriksaan ANC
Tidak Lengkap 21 60,0 11 31,4 32 45,7 3,273 (1,224-
Lengkap 14 40,0 24 68,6 38 54,3 0,031
8,748)
7. Riwayat Hipertensi
Ada Riwayat 18 51,4 8 22,9 26 37,1 3,574 (1,275-
0,026
Tidak Ada Riwayat 17 48,6 27 77,1 44 62,9 10,014)
8. Pendapatan Keluarga
Rendah 25 71,4 15 42,9 40 57,1 3,333 (1,235-
0,030
Tinggi 10 28,6 20 57,1 30 42,9 8,997)
9. Riwayat Abortus
Ada Riwayat 8 22,9 9 25,7 17 24,3 0,856 (0,287-
1,000
Tidak Ada Riwayat 27 77,1 26 74,3 53 75,7 2,556)
10. Riwayat Pemakaian Alat
Kontrasepsi Hormonal
Ada Riwayat 26 74,3 16 45,7 42 60,0 0,028 3,431 (1,251-
9,404)
Tidak Ada Riwayat 9 25,7 19 54,3 28 40,0

423
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

Tabel 1 menunjukkan analisis bivariat 1,0-5,9), preeklampsia pada usia ibu <20 tahun
yakni analisis hubungan antara variabel bebas lebih banyak 56,10% dari pada usia ibu 20-30
dan variabel terikat. Hasil analisis bivariat tahun yaitu 40,00%.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang Hasil penelitian di lapangan
signifikan antara umur dengan kejadian menunjukkan persamaan, dimana ibu yang
preeklampsia (p value= 0,016, OR= 3,750 memiliki umur berisiko (<20 tahun atau >35
dengan 95% CI= 1,383-10,169). Hasil penelitian tahun) pada kelompok kasus sebanyak 21 orang
ini sesuai dengan teori Cunningham dalam (60,0%) lebih banyak dari pada kelompok
Oktaria (2010) bahwa umur ibu pada masa kontrol yaitu 10 orang (28,6%). Pada kelompok
kehamilan merupakan salah satu faktor yang kasus ibu yang berusia <20 tahun sebanyak 5
menentukan tingkat risiko kehamilan dan orang (14,3%), hal ini menunjukkan masih
persalinan. Wanita dengan usia <20 tahun dan adanya pernikahan di usia muda yaitu usia <20
>35 tahun memiliki risiko tinggi terhadap tahun, sedangkan ibu yang berusia >35 tahun
kejadian preeklampsia. Pada usia <20 tahun sebanyak 16 orang (45,7%).
ukuran uterus belum mencapai ukuran yang Berdasarkan hasil penelitian
normal untuk kehamilan, sehingga menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan
kemungkinan terjadinya gangguan dalam yang signifikan antara graviditas dengan
kehamilan seperti preeklampsia menjadi lebih kejadian preeklampsia (p value= 1,000, OR =
besar. Pada usia >35 tahun terjadi proses 1,138 dengan 95% CI = 0,420-3,089. Hal ini
degeneratif yang mengakibatkan perubahan tidak sesuai dengan teori imunologik yang
sruktural dan fungsional yang terjadi pada menyatakan bahwa primigravida mempunyai
pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab risiko lebih besar terjadinya preeklampsia jika
terhadap perubahan tekanan darah, sehingga dibandingkan dengan multigravida. Pada
lebih rentan mengalami preeklampsia. kehamilan pertama sering terjadi blokcing
Preeklampsia sering mengenai wanita muda dan antibodies terhadap antigen plasenta sehingga
nulipara, sedangkan wanita yang lebih tua lebih menjadi penyebab hipertensi sampai dengan
berisiko mengalami hipertensi kronis yang terjadinya keracunan kehamilan (Manuaba,
bertumpang tindih dengan preeklampsia. 2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian ini sesuai dengan penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Imron (2013) Tika (2015) menyatakan bahwa dari hasil
yang menyatakan bahwa ada hubungan analisis data bivariat menunjukkan tidak ada
signifikan antara umur ibu dengan kejadian hubungan signifikan antara faktor risiko
preeklampsia. Dalam penelitian tersebut, graviditas dengan kejadian preeclampsia. Pada
persentase ibu yang memiliki umur berisiko penelitian tersebut mungkin disebabkan masih
(<20 atau >35 tahun) pada kelompok kasus adanya berbagai faktor yang turut menyebabkan
(46,7%) lebih banyak dari pada kelompok terjadinya preeklampsia/eklampsia pada ibu
kontrol (21,9%). Penelitian juga diperkuat oleh bersalin dengan gravida yang tidak dikendalikan
Oktaria (2014) menyatakan bahwa terdapat dalam penelitian tersebut misalnya faktor jarak
hubungan yang bermakna antara usia ibu kehamilan, faktor umur, faktor obesitas, faktor
dengan kejadian preeklampsia (p value= 0,001). riwayat preeklampsia pada kehamilan
Dalam penelitian Oktaria proporsi ibu yang sebelumnya atau pada keluarga, faktor stress
berusia dalam kategori usia risiko tinggi dan dan perilaku tidak sehat.
menderita preeklampsia 4,43 kali lebih banyak Hasil penelitian di lapangan
dari pada yang tidak mengalami preeklampsia. menunjukkan graviditas tidak mempengaruhi
Penelitian Fouedjio (2015), Kumari (2016) juga kejadian preeklampsia, hal ini karena ibu
menemukan bahwa ibu yang berumur <20 dengan primigravida pada kelompok kasus
tahun berhubungan dengan kejadian sebagian besar sebanyak 8 orang (22,9%) berusia
preeklampsia/eklampsia (AOR= 2,5, 95% CI= baik untuk hamil yaitu berumur 20-35 tahun,

424
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

sehingga lebih siap untuk menerima karena didukung oleh faktor ekonomi, dimana
kehamilannya. Umur 20-35 tahun merupakan ibu yang memiliki status ekonomi tinggi pada
umur yang paling aman bagi wanita untuk nullipara/primipara/grandemultipara bisa
hamil dan melahirkan. Selain itu, hasil di dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan
lapangan juga menunjukkan bahwa dari 12 ibu selama kehamilan jika dibandingkan ibu
(34,3%) dengan primigravida pada kelompok bersalin dengan paritas tidak berisiko namun
kasus ibu yang sudah memeriksakan memiliki status ekonomi rendah.
kehamilannya secara rutin (ANC lengkap) Hasil penelitian di lapangan
sebanyak 8 orang (22,9%), hal ini menunjukkan menunjukkan paritas tidak mempengaruhi
bahwa ibu primigravida dengan ANC lengkap kejadian preeklampsia karena sebagian besar ibu
lebih terjaga kehamilannya sehingga dapat pada kelompok kasus (74,3%) sudah
mendeteksi preeklampsia secara dini. menggunakan alat kontrasepsi untuk
Berdasarkan hasil penelitian merencanakan jumlah anak dalam keluarganya
menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan sehingga kelahiran dapat dibatasi. Pada ibu
yang signifikan antara paritas dengan kejadian kelompok kasus dengan paritas berisiko (<2
preeklampsia (p value= 0,784, OR= 0,741 atau ≥4 kali) yang sudah menggunakan alat
dengan 95% CI = 0,252-2,175). Hal ini tidak kontrasepsi sebanyak (37,1%).
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian
pada primipara sering mengalami stress dalam menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang
maenghadapi persalinan, stress emosi yang bermakna antara umur kehamilan dengan
terjadi pada nulli/primi/grandemultipara kejadian preeklampsia (p value= 0,014, OR=
menyebabkan peningkatan pelepasan 4,008 dan 95% CI= 1,428-11,247. Hal ini sesuai
corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh dengan teori iskemia implantasi plasenta yaitu
hipotalamus, yang kemudian menyebabkan bahwa kejadian preeklampsia semakin
peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah meningkat pada usia kehamilan tua, karena
mempersipkan tubuh untuk merespon terhadap pada usia kehamilan tua kadar fibrinogen
semua stressor dengan meningkatkan respons meningkat dan lebih meningkat lagi pada ibu
simpatis, termasuk respons yang ditujukan yang terkena preklampsia (Manuaba, 2007).
untuk meningkatkan curah jantung dan Hasil penelitian ini sesuai dengan
mempertahankan tekanan darah. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2012)
primipara sangat besar kemungkinan peluang menyatakan bahwa usia kehamilan terhadap
terjadinya blocking antibodies tubuh ibu dengan preeklampsia mempunyai hubungan yang
antigen plasenta sehingga memicu terjadinya signifikan dengan OR= 3,182 yang berarti
hipertensi sampai dengan bahwa ibu hamil dengan usia kehamilan >37
preeklampsia/eklampsia. Pada multipara, minggu mempunyai risiko 3,182 lebih besar
lingkungan endometrium disekitar tempat untuk mengalami preeklampsia dari pada saat
implantasi kurang sempurna dan tidak siap usia kehamilan 20-37 minggu. Penelitian ini
menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian juga diperkuat oleh Afridasari (2012)
nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi menyatakan bahwa umur kehamilan merupakan
kurang sempurna dan mengakibatkan faktor risiko kejadian preeklampsia. Dalam
pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu penelitian Afridasari, persentase umur
sehingga dapat menambah resiko terjadinya kehamilan >37 minggu pada kelompok kasus
preeklampsia (Wiknjosastro, 2008). (32,3%) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil (19,0%).
penelitian Tika (2015) menyatakan bahwa tidak Hasil penelitian dilapangan menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara faktor bahwa, terdapat hubungan yang bermakna
paritas dengan kejadian. Pada penelitian antara umur kehamilan dengan kejadian
tersebut menyatakan bahwa hal ini bisa terjadi preeklampsia. Hal ini terlihat dimana proporsi

425
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

umur kehamilan >37 minggu pada kelompok membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengancam
kasus (77,1%) lebih banyak dari pada kelompok keselamatan janin.
kontrol (45,7%). Hal lain disebabkan karena Hasil penelitian sesuai dengan hasil
pemeriksaan ANC ibu selama hamil yang tidak penelitian Rozikhan (2007) yang menyatakan
rutin dan lengkap, sehingga ibu tidak dapat bahwa status gizi yang diukur dengan IMT
mengenali secara dini komplikasi seperti tidak ada hubungan yang bermakna antara ibu
preeklampsia yang mungkin terjadi selama yang obesitas dengan kejadian preeklampsia.
kehamilan hingga menjelang persalinan. Pada penelitian tersebut responden dengan
Terlihat pada data bahwa ibu yang tidak obesitas yang mengalami preeklampsia sebesar
memeriksakan kehamilan secara rutin dan (9,0%), sedangkan yang tidak preeklampsia
lengkap pada kelompok kasus sebanyak 21 sebesar (6,0%). Dalam penelitian tersebut
orang (60,0 %) lebih banyak dari pada kelompok responden mempunyai status ekonomi tinggi
kontrol yaitu 14 orang (40,0%). Rendahnya yang berhubungan dengan status gizi ibu,
cakupan kunjungan ibu hamil kemungkinan sehingga dapat memenuhi asupan gizi sebelum
disebabkan karena pengetahuan ibu yang atau saat kehamilan.
rendah, hal ini ditunjukkan sebagian besar ibu Hasil penelitian di lapangan
berpendidikan tamat SMP. Sesuai dengan menunjukkan IMT sebelum hamil tidak
penelitian Nurmawati (2016) menyatakan berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan Terdapat perbedaan proporsi ibu pada
ibu dengan cakupan kunjungan ANC. kelompok kasus berada pada IMT tidak berisko
Berdasarkan hasil penelitian (IMT <25) yaitu sebanyak 29 orang (82,9%),
menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan sedangkan ibu dengan IMT berisiko (IMT ≥25)
yang signifikan antara IMT sebelum hamil lebih sedikit yaitu 6 orang (17,1%). Hal ini
dengan kejadian preeklampsia (p value= 0,106 menunjukkan bahwa IMT ibu sebelum hamil
dengan 95% CI = 0,800-61,869). Hal ini tidak tergolong normal, akan tetapi kejadian
sesuai dengan teori radikal bebas yang preeklampsia masih terjadi, kemungkinan
menjelaskan bahwa semakin bertambah berat dikarenakan adanya peningkatan berat badan
badan semakin peroksida lemak meningkat, selama kehamilannya tidak sesuai yang
sedangkan antioksidan dalam kehamilan direkomendasikan.
menurun, sehingga terjadi dominasi kadar Berdasarkan hasil penelitian
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang
Peroksida lemak sebagai oksidan yang sangat bermakna antara pemeriksaan ANC dengan
toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam kejadian preeklampsia (p value= 0,031, OR=
aliran darah dan akan maerusak membran sel 3,273 dengan 95% CI= 1,224-8,748).
endothel. Membran sel endothel lebih mudah Pemeriksaan ANC <4 kali akan meningkatkan
mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, risiko preeklampsia. Hal tersebut dikarenakan
karena letaknya langsung berhubungan dengan tidak terdeteksinya faktor risiko preeklampsia
aliran darah yang mengandung banyak asam dan apabila tidak dapat diberi penanganan
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh secara tepat oleh tenaga kesehatan dapat
sangat rentan terhadap oksidan radikal menyebabkan eklampsia atau kematian ibu
hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida (Djannah, 2010).
lemak (Manuaba, 2007). Status gizi yang baik Sedangkan ibu hamil yang melakukan
sebelum hamil sangat berpengaruh dalam hal kunjungan ANC lengkap dapat meningkatkan
persiapan kondisi kesehatan fisiologis tubuh ibu kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan
untuk menyediakan rahim yang menunjang kehamilan dengan cara mengatur aktivitas fisik
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dan memperhatikan kebutuhan energi san zatgizi
akan dikandungnya. Kurang gizi selama selama masa kehamilan, sehingga
kehamilan bukan hanya melemahkan fisik dan kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan

426
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

pada ibu dan janin sangat kecil (Kemenkes, dengan riwayat hipertensi akan mempunyai
2010). risiko yang lebih besar untuk mengalami
Hasil penelitian ini sesuai dengan Superimposed preeklampsia. Hal ini
penelitian Saraswati (2014) yang menyatakan dikarenakan hipertensi yang diderita sejak
bahwa ada hubungan yang signifikan antara sebelum hamil sudah mengakibatkan
pemeriksaan ANC dengan kejadian gangguan/kerusakan pada organ penting tubuh
preeklampsia. Pada penelitian tersebut dan ditambah lagi dengan adanya kehamilan
pemeriksaan ANC berisiko (<4 kali) pada maka kerja tubuh akan bertambah berat
kelompok kasus sebanyak (87,50%) lebih sehingga dapat mengakibatkan
banyak dibandingkan dengan pada kelompok gangguan/kerusakan yang lebih berat lagi
kontrol yaitu (29,03%). Penelitian ini juga dengan timbulnya edema dan proteinuria
diperkuat oleh penelitian Isnanda (2012), (Wiknjosastro, 2008).
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Hasil penelitian ini sesuai dengan
pelayanan ANC dengan kejadian preeklampsia(p penelitian yang dilakukan oleh Rosmiyati
value 0,004) dengan OR= 9,6 yaitu bagi ibu (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan
hamil yang tidak rutin memeriksakan yang bermakna antara riwayat hipertensi
kehamilannya mempunyai risiko 9,6 kali untuk dengan kejadian preeklampsia. Pada penelitian
mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu tersebut menyebutkan adanya hubungan antara
hamil yang rutin ANC. riwayat hipertensi dengan preeklampsia
Hasil penelitian di lapangan disebabkan karena responden yang memiliki
menunjukkan terdapat hubungan yang riwayat hipertensi terjadi pada ibu yang
signifikan antara pemeriksaan ANC dengan memiliki tingkat pendidikan rendah, hal ini
kejadian preeklampsia. Hal ini disebabkan berhubungan dengan kesehatan ibu dan
karena proporsi pemeriksaan ANC tidak kecenderungan untuk menganggap ringan suatu
lengkap (<4 kali) pada kelompok kasus penyakit. Dibandingkan dengan ibu dengan
sebanyak (60,0%) lebih banyak dari pada pendidikan yang tinggi cenderung lebih peduli
kelompok kontrol yaitu (31,4%). Ibu pada dengan perubahan pada dirinya. Peneltian
kelompok kasus dengan pemeriksaan ANC Mariza (2015) juga menyebutkan bahwa ada
tidak lengkap yang tidak memeriksakan hubungan yang signifikan antara riwayat
kehamilannya pada trimester II sebanyak hipertensi dengan kejadian preeklampsia. Pada
(22,9%), trimester I sebanyak (20,0%), dan penelitian Mariza, ibu yang memiliki riwayat
trimester III sebanyak (17,1%). Selain itu, hipertensi pada responden kasus (33,7%) lebih
penyebab lain adanya hubungan yang signifikan tinggi dari pada responden kontrol (8,7%).
antara pemeriksaan ANC dengan kejadian Penelitian Kartika (2016) juga menyatakan
preeklampsia adalah tingkat pendapatan serupa bahwa riwayat hipertensi mempunyai
keluarga ibu yang sebagian besar rendah hubungan dengan kejadian preeklampsia, pada
(71,4%). Pendapatan keluarga yang rendah penelitian tersebut riwayat hipertensi
tersebut berhubungan dengan kemampuan berhubungan dikarenakan sebagian ibu
keluarga ibu dalam menjangkau fasilitas mengalami obesitas yaitu sebanyak 40,3%.
kesehatan yang baik dan memadai serta Hasil penelitian di lapangan juga
kemampuan dalam pemenuhan gizi selama menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
kehamilan. hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
Berdasarkan hasil penelitian Proporsi ibu yang memiliki riwayat hipertensi
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang pada responden kasus (51,4%) lebih tinggi dari
bermakna antara riwayat hipertensi dengan pada responden kontrol (22,9%). Hasil
kejadian preeklampsia (p value= 0,026, OR= penelitian di lapangan juga menunjukkan
3,574 dengan 95% CI= 1,275-10,014). Hal ini bahwa kunjungan kehamilan pada trimester I
sesuai teori yang menyatakan bahwa ibu hamil masih rendah yaitu 20,0% sehingga ibu yang

427
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

menderita hipertensi kronik pada sebelum atau preeklampsia. Pada penelitian tersebut
pada kehamilan <20 minggu terlambat untuk responden kasus berpendapatan <4000 Rs lebih
diketahui. Selain itu riwayat hipertensi banyak yaitu 80% dibanding dengan responden
dikaitkan dengan adanya riwayat hipertensi kontrol (37%).
pada anggota keluarga yang memungkinkan Hasil penelitian di lapangan
adanya hubungan pada penelitian di lapangan. menunjukkan bahwa adanya hubungan tingkat
Riwayat hipertensi sebelum atau saat kehamilan pendapatan keluarga dengan kejadian
juga dikaitkan dengan pengetahuan yang dapat preeklampsia. Hal ini terlihat dari kelompok
dilihat dari tingkat pendidikan responden pendapatan keluarga rendah pada kelompok
rendah, pendapatan keluarga rendah juga kasus lebih banyak yaitu sebesar 71,4%,
mempengaruhi adanya riwayat hipertensi. sedangkan pada kelompok kontrol sebesar
Berdasarkan hasil penelitian 42,9%. Selain itu penyebab lain adanya
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang hubungan tingkat pendapatan keluarga rendah
bermakna antara pendapatan keluarga dengan dengan preeklampsia yaitu dilihat dari
kejadian preeklampsia (p value= 0,03, OR= karakteristik ibu yang sebagian besar bekerja
3,333 dengan 95% CI= 1,235-8,997). Taraf sebagai ibu rumah tangga (68,6%) dan kepala
ekonomi keluarga berhubungan dengan keluarga yang sebagian besar hanya bekerja
kemampuan keluarga ibu dalam menjangkau sebagai petani (62,9%). Pendapatan keluarga
fasilitas kesehatan yang baik dan memadai serta yang rendah tersebut berhubungan dengan
kemampuan dalam pemenuhan gizi selama kurangnya kemampuan keluarga ibu dalam
kehamilan. Ibu hamil dari latar belakang menjangkau fasilitas kesehatan yang memadai
ekonomi yang tinggi akan lebih mudah dalam memeriksakan kehamilannya. Selain itu
menjangkau pelayanan kesehatan yang lebih juga pendapatan keluarga rendah meningkatkan
baik. Pendapatan keluarga merupakan jumlah hambatan untuk mendapatkan prioritas
hasil perolehan keluarga untuk memenuhi kesehatan dalam urutan lebih tinggi dari pada
kehidupan sehari-hari tiap bulannya. Tingkat prioritas kebutuhan pokok, sehingga
pendapatan keluarga ditetapkan berdasarkan memperlambat atau menyebabkan
Upah Minumun Regional (UMR) Kabupaten terabaikannya kunjungan ANC.
Brebes tahun 2016 Rp 1.310.000,00. Tingkat Berdasarkan hasil penelitian
pendapatan keluarga dikategorikan menjadi dua menunjukkan bahwa, tidak terdapat hubungan
yaitu rendah apabila < UMR Kabupaten yang signifikan antara riwayat abortus dengan
Brebes, dan tinggi apabila ≥ UMR Kabupaten kejadian preeklampsia ( p value= 1,000, OR=
Brebes. 0,856 dengan 95% CI = 0,287-2,556). Hasil
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanien
penelitian yang dilakukan oleh Tika (2015) (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada
menyatakan bahwa ada hubungan status hubungan yang bermakna antara ibu yang
ekonomi dengan kejadian preeklampsia, ibu memiliki riwayat abortus dengan kejadian
bersalin dengan status ekonomi tinggi memiliki preeklampsia. Hasil penelitian diperkuat oleh
peluang lebih besar tidak terkena preeklampsia penelitian yang dilakukan oleh Bangkele (2014)
2,338 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
bersalin dengan status ekonomi keluarga antara riwayat abortus dengan kejadian
rendah. Hasil penelitian Rozikhan (2007) preeklamsia.
menyebutkan bahwa responden berpenghasilan Hasil penelitian di lapangan
<Rp 500.000,00 lebih berisiko 1,35 kali lebih menunjukkan bahwa riwayat abortus tidak
besar dari pada responden yang berpenghasilan berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
≥Rp 500.000,00. Penelitian Ramesh (2013) Hal ini disebabkab karena proporsi ibu yang
menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga pernah mengalami abortus terlalu kecil yaitu
bulanan berhubungan dengan kejadian dengan 22,9%, sedangkan ibu yang tidak pernah

428
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

mengalami abortus sebanyak 77,1% karena sudah banyak ibu yang menggunakan
memungkinan menjadi penyebab tidak KB untuk merencanakan kehamilannya.
signifikannya hubungan riwayat abortus dengan
kejadian preeklampsia. Hal ini karena memang PENUTUP
kejadian abortus yang sudah sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian dapat
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
bermakna antara riwayat pemakaian kontrasepsi umur, usia kehamilan, pemeriksaan ANC,
hormonal dengan kejadian preeklampsia (p riwayat hipertensi, pendapatan keluarga, dan
value= 0,028, OR= 3,431 dengan 95% CI= riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal
1,251-9,404). Pemakaian kontrasepsi pada dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.
sebelum kehamilan berpengaruh signifikan Sedangkan tidak terdapat hubungan antara
terhadap kejadian preeklampsia pada individu graviditas, paritas, IMT dan riwayat abortus
tersebut. Kontrasepsi hormonal berupa pil KB dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin
sebagian besar mengandung hormon estrogen di wilayah kerja Puskesmas Sirampog
dan pregesteron. Hormon dalam kontrsepsi ini Kabupaten Brebes.
telah diatur sedemikian rupa sehingga Saran bagi peneliti selanjutnya
mendekati kadar hormone dalam tubuh diharapkan agar mengembangkan penelitian ini
akseptor. Namun jika digunakan dalam jangka dengan menambahkan variabel yang belum
waktu yang lama akan menimbulkan efek diteliti dalam penelitian ini seperti stress selama
samping lain. Kedua hormon tersebut memiliki kehamilan atau saat persalinan.
kemampuan untuk mempermudah retensi ion
natrium dan sekresi air disertai kenaikan
aktivitas rennin plasma dan pembentukan
DAFTAR PUSTAKA
angiontensin sehingga dapat memicu terjadinya
Afridasari, S.N., Saimin, J. dan Sulastrianah. 2012.
peningkatan tekanan darah (Fajriansi, 2013).
Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Jurnal Medula UHO, 1(1): 31-35
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2014)
menyatakan bahwa ada hubungan antara Bangkele, E.Y., Lintin, G dan Anjar, S.A. 2014. Analisis
kontrasepsi dengan terjadinya preeklampsia. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pada penelitian Setiawan persentase aseptor KB Preeklampsia pada Ibu Hamil di Rumah Sakit
pada kelompok kasus lebih banyak Undata Palu Tahun 2014. Jurnal Ilmiah
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kedokteran, 3 (1): 52-62
Persentase aseptor KB kelompok kasus dan
Denantika, O., Serudji, J dan Revilla, G. 2010. Hubungan
kontrol berurut-urut sebanyak 35,3% dan 8,8.
Status Gravida dan Usia Ibu terhadap Kejadian
Selain itu penelitian Kartasurya (2015) juga
Preeklampsia di RSUP. DR. M. Jamil Padang
mengatakan hal yang sama yaitu penggunaan
Tahun 2012-2013. Jurnal Kesehatan Andalas,
kontrasepsi hormonal sebelum kehamilan
4(1): 212-217
mempunyai hubungan dengan kejadian
preeklampsia (OR= 2,5, 95% CI= 1.2-5.3). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2017. Profil
Hasil penelitian di lapangan juga Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2016. Jakarta:
menunjukkan persamaan bahwa persentase ibu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
yang mempunyai riwayat kontrasepsi hormonal
pada kelompok kasus lebih banyak (74,3%) dari Djannah, S.N., Arianti, IS. 2009. Gambaran Epidemiologi
pada kelompok kontrol (45,7%). Dalam Kejadian
penelitian dilapangan riwayat pemakaian
Preeklampsia/Eklampsia di Rsu Pku
kontrasepsi hormonal dengan kejadian
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007– 2009.
preeklampsia mempunyai hubungan signifikan
Jurnal Penelitian Sistem Kesehatan, 13(4):

378–385

429
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

Fajriansi, A. 2013. Hubungan antara Penggunaan


Kontrasepsi Oral dengan Peningkatan
Tekanan Darah pada Akseptor KB Aktif di
Puskesmas Maningpajo Kecamatan Wajo.
Jurnal Stikes Nani Hasanuddin, 3(4): 30-33.

430
Fouedjio, J.H. 2015. Predictors of eclampsia among preeclamptic patients: a case control study in Yaounde, Cameroon.
International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics andGynecology, 5(7): 2204-2209
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
Imron, R dan Novadela, N.I.T. 2013. Faktor - Faktoryang Berhubungan dengan Kejadian Pre Eklampsia dan Eklamsia Pada Ibu
Bersalin. Jurnal Keperawatan, 10(1): 154-160

Indriani, N. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklampsia/Eklmapsia pada Ibu Bersalin di Rumah
Sakit Umum DaerahKota Tegal Tahun 2011. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Isnanda, E.P., Noor, M.S dan Musafaah. 2012. Hubungan Pelayanan Antenatal Care (Anc) dengan Kejadian Preeklampsia Ibu
Hamil di Rsud Ulin Banjarmasin. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia (JPKMI), 1(1): 67-72

Kartasurya, MI. 2015. Pre-eclampsia Risk factors of Pregnant women in Semarang, Indonesia. International Journal of
Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 22(1): 31-37

Kartika, A.R., Akbar, M.I.A dan Umiastuti, P. 2016. Risk Factor of Severe Preeclampsia in Dr. Soetomo Hospital Surabaya in
2015. Jurnal Obstetri & Ginekologi, 25(1): 6-9

Kumari, N. 2016. Relationship between Maternal Age and Preeclampsia. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences
(IOSR-JDMS), 15(12): 55-

57

Lusiana, N. 2014. Faktor-Faktor yang Beruhubungan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin di Ruangan Camar II
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(1): 29-33

Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.F dan Manuaba,

I.B.G.C. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.

Jakarta: EGC.

Mariza, A., Siregar, R. 2015. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklampsia

18 Open acces : jurnal.unipasby.ac.id/index.php/embrio


Berat pada Ibu Bersalin di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal Kebidanan, 2(4):
183-187
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)
Nurmawati., Indrawati, F. 2016. Cakupan Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil. HIGEIA (Journal of Public
Helath Research andDevelopment), 2(1): 113-124

Osungbade., Ige. 2011. Public Health Perspectives ofPreeclampsia in Developing Countries: Implication for Health
System Strengthening. The Hindawi Journal of Pregnancy: 1-6

Ramesh dan Gandi, S. (2013). Socio-Demographic and Other Risk Factors of Pre Eclampsia at aTertiary Care Hospital,
Karnataka: CaseControl Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8(9): 1-4

Rosmiyati. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah
Menggala Kaupaten Tulang Bawah Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Holistik, 8(3): 105-109

Rozikhan. 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal.
Skripsi. Semarang.Universitas Diponegoro

Saraswati, N. 2014. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di Rsud
Kabupaten Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health (UJPH), 5(2): 90-99

Setiawan, R.P. 2014. Hubungan Paritas dan Kontrasepsi dengan Preeklampsia Ringan di Puskesmas Jagir. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 4(1): 100–112

Tika, P., Didik dan Suryani, N. 2015. Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia-
Eklampsiapada Ibu Bersalin di RSUD Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015. IndonesianJournal on Medical
Science, 4(1): 133-146

Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

18 Open acces : jurnal.unipasby.ac.id/index.php/embrio


Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

ORIGINAL ARTICLE

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1

p-ISSN: 2089-8789

Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia


pada Ibu Hamil

Sutiati Bardja

Prodi Kebidanan, Akademi Isma Husada Cirebon

*corresponding author

Sutiati Bardja

Jalan Binawan V, Cirebon


Sutiati.bardja55@gmail.com

Abstrak

Preeklampsia merupakan penyakit yang disebabkan kehamilan dan penyebab kematian maternal.
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Arjawinangun tahun2019. Populasi ibu bersalin di
ruang VK RSUD Arjawinangun periode Agustus 2019 s/d Januari 2020. Memilih sampel secara
purposive yaitu ibu hamil di ruang VK sehingga didapat 156 responden yang terdiri dari 39
responden yang mengalami preeklampsia berat/eklampsia sebagai sampel kasus dan 117
responden yang tidak mengalami preeklampsia berat/eklampsia sebagai sampel kontrol.Teknik
analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat. Hasil
penelitian menunjukan ada hubungan usia (p=0,000), Paritas (p = 0,003), pendidikan (p=0,000),
riwayat preeklampsia (p=0,000), riwayat penyakit keluarga (p=0,000), kenaikan berat badan
(p=0,000), jumlah janin (p=0,0061) dan konsumsi kalsium (p = 0,000) berisiko secara signifikan,
sedangkan ekonomi (p=0,640), perokok pasif (p=0,681) dan pekerjaan (p=0,469) tidak terdapat
hubungan yang signifikan dengan kejadian preeklampsia berat/eklampsi pada ibu hamil di RSUD
Arjawinangun tahun 2019. Hasil analisis multivariat menunjukan factor paling dominan terhadap
kejadian preeklampsia adalah adalah usia dengan Exp (B) atau OR 12,5.

Kata Kunci: Preeklampsia; Ibu Hamil; Faktor Risiko

Risk Factor for The Occurrence of Severe


Preeclampsia/Eclampsia in Pregnant Woman

18 Open acces : jurnal.unipasby.ac.id/index.php/embrio


Abstract
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3) (2018)

Preeclampsia is a disease caused by pregnancy and causes of maternal death. The


purpose of this study is to determine the risk factors associated with the incidence of
preeclampsia in pregnant women in Arjawinangun Regional Hospital in 2019. The
population of maternity women in the VK room of Arjawinangun Hospital in the August 2019
to January 2020 period. Selecting the sample purposively namely pregnant womenin the
VK Room so that 156 respondents consisted of 39 respondents who experienced

18 Open acces : jurnal.unipasby.ac.id/index.php/embrio


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

severe preeclampsia/eclampsia as a case sample and 117 respondents who did not
experience severe preeclampsia/eclampsia as a control sample. Data analysis techniques
using univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis. The results showed
that there was a relationship between age (p = 0,000), parity (p = 0.003), education (p =
0,000), history of preeclampsia (p = 0,000), family history (p = 0,000), weight gain (p =
0,000) ), the number of fetuses (p = 0.0061) and calcium consumption (p = 0,000) have a
significant risk, while the economy (p = 0.640), passive smoking (p = 0.681) and occupation
(p = 0.469) have no significant relationship with the incidence of severe
preeclampsia/eclampsia in pregnant women in Arjawinangun District Hospital in 2019.
The results of multivariate analysis showed the most dominant factor in the incidence of
preeclampsia was age with Exp (B) or OR 12.5.

Keywords: Preeclampsia; Pregnant Women; Risk Factors

Pendahuluan per 100.000 kelahiran hidup), akibat penyakit


Angka Kematian Ibu (AKI) bawaan 19,41 (56,44 per
merupakan salah satu indikator untukmelihat 100.000 kelahiran hidup), dan infeksi 5,88%
keberhasilan upayakesehatan ibu. AKI adalah (17,09 per 100.000 kelahiran hidup)
rasio kematian ibu selama masa kehamilan, (Kemenkes RI, 2019).
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh Dari data-data tersebut di atas dapat
kehamilan, persalinan, dan nifas atau dilihat adanya peningkatan jumlah kematian
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab- ibu maupun pergeseran urutan penyebab
sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh kematian akibat preeklampsia beratyaitu yang
disetiap 100.000 kelahiran hidup. Hasil semula tahun 2012 berada diurutan ke-3
SUPAS Tahun 2015 memperlihatkan angka sebanyak 30,7 per
kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan 100.000 kelahiran hidup (10%) menjadi
target MDGs (Kemenkes RI, 2019). Pada urutan ke-2 yaitu sebanyak 76,97 per 100.000
tahun 2015 AKI mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup (26,47%). Preeklampsia berat
kelahiran hidup yang disebabkan karena dan komplikasinya (eklampsia) juga menjadi
perdarahan mencapai 38,24% (111,2 per salah satu penyebab utama kematian ibu
100.000 kelahiran hidup), (Kemenkes RI, 2019). Preeklampsia adalah

preeklampsia berat 26,47% (76,97 tekanan darah sekurang kurangya 140/90


mmHgpada dua kali pemeriksaan yang

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1 19


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

berjarak 4-6 jam pada wanita yang


memburuk bergantung kepada saat
sebelumnya normotensi setelah kehamian 20
preeklampsia menjelma dan keparahan
minggu atau pada periode pasca salin dini
preeklampsia. Kematian perinatal sebesar ±
disertai dengan proteinuria. Proteinurin
20% dan sangat dipengaruhi oleh
minimal positif 1 atau pemeriksaan protein
prematuritas. Ada ahli yang berpendapat
kuantitatif menunjukan hasil > 300 mg per 24
bahwa preeklampsia dapat menyebabkan
jam (Kemenkes RI, 2013 ; Mose dan Irianti,
hipertensi menetap terutama bila
2018).
preeklampsia berlangsung lama atau dengan
Di negara maju angka kejadian
kata lain bila gejala - gejala preeklampsia
preeklampsia berat berkisar 6-7% dan
timbul dini. Sebaliknya ahli lain menganggap
eklampsia 0,1-0,7%. Menurut World Health
bahwa penderita hipertensi menetap seusai
Organization (WHO) menyatakan angka
persalinan sudah menderita hipertensi
kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51%
sebelum hamil (Mose dan Irianti, 2018).
- 38,4 %, sedangkan angka kejadian di
Menurut Hennyati, Syafrullah dan Syahfitri,
Indonesia sekitar 3,4% - 8,5% (Legawati &
(2017) WHO mencatat bahwa Angka
Utama, 2017). Angka kejadian preeklampsia
Kematian Ibu (AKI) di dunia tahun 2016
di Indonesia berkisar antara 3-10% dari
sebanyak
seluruh kehamilan (Gloria, 2017). Angka
289.000 jiwa perempuan yang meninggal
kejadian preeklampsia/eklampsia di
karena hamil danmelahirkan.
Kabupaten Cirebon tahun 2017 sebanyak 46%
AKI di Indonesia sangat tinggi
(Dinkes Kabupaten Cirebon, 2018).
ditahun 2016 yaitu sekitar 305 per
Prognosis bergantung kepada terjadinya
100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Barat
eklampsiaa. Di negara-negara majukematian
tahun 2015 AKI sebesar 359per 100.000 KH
akibat preeklampsiasebesar ± 0,5%.
tertinggi di Indonesia (Dinkes Provinsi Jabar,
Namun, jika eklampsia terjadi,
2018). Di Kabupaten Cirebon jumlah
prognosisnya menjadi kurang baik. Kematian
kematian ibu pada tahun 2017 sebanyak 39
akibat eklampsia sebesar ± 5%. Prognosis
dari 47.585 kelahiran hidup. Tahun 2016
sang anak juga turut
jumlah kematian ibu naik menjadi 48
orang dari 47.115

20 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

kelahiran hidup. Dari jumlah kematian ibu


mengontrol berat badan ibu hamil, status
(absolute) tahun 2017 mengalami penurunan
gravida dan status ANC. Menurut penelitian
dibanding tahun 2016 (Dinkes Kabupaten
Sa’adah, Raharja dan Candrasari, (2013)
Cirebon, 2018). Penyebab preeklampsia dan
terdapat hubungan antara berat badan ibu
eklampsia sampai saat ini belum diketahui
hamil dengan preeklampsia, namun untuk
secara pasti. Beberapa penelitian tentang
usia dan graviditas tidak ada hubungan.
faktor yang mempengaruhi terjadinya
Menurut penelitian Hofmeyr et al., (2014)
preeklampsia sudah banyak dilakukan.
suplementasi dengan dosis rendah kalsium
Menurut penelitian Tolinggi, Mantulangi dan
secara signifikan mengurangi risiko
Nuryani, (2018) kejadian preeklampsia dan
preeklampsia (RR 0,38, 95% CI 0,28 hingga
faktor risiko yang mempengaruhi antara lain:
0,52; I² = 0%). Ada juga pengurangan
paritas, jarak kehamilan dan pendidikan.
hipertensi, berat lahir rendah dan neonatal
Menurut penelitian
masuk unit perawatan intensif.
Radjamuda dan Montolalu, (2014)faktor yang
Kesimpulan suplemen kalsium
berhubungan dengan kejadian preeklampsia
(≥1g/hari) dikaitkan dengan penurunan yang
adalah umur, dan riwayat hipertensi
signifikan dalam risiko preeklampsia,
(preeklampsia- eklampsia). . Menurut
terutama untuk wanita dengan diet rendah
penelitian Prasetyo, Wijayanegara dan
kalsium. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Yulianti, (2015) terdapat hubungan antara
Saraswati dan Mardiana, (2016) di antaranya
karakteristik ibu hamil dengan kejadian
adalah riwayat keluarga, usia, status gravida,
preeklampsia diantaranya ditinjau dari segi
pemeriksaan antenatal, riwayat hipertensi
pekerjaan, usia, dan paritas. Menurut
dan riwayat preeklampsia. Menurut Shamsi,
penelitian Isnawati (2012) Ibu hamil yang
Saleem dan Nishter, (2013) bahwa terdapat
terpapar asap rokok memiliki risiko
hubungan antara riwayat preeklampsia
mengalamipreeklampsia 8.38 kali lebih besar
sebelumnya, diabetes yang sudah ada
daripada ibu hamil yang tidak terpapar asap
sebelumnya, kehamilan kembar, nulliparitas,
rokok setelah
riwayat keluarga dan

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1 21


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

peningkatan tekanan darah (diastolik> 80


berat/eklampsia pada ibu hamil di RSUD
mmhg). Berdasarkan data RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon tahun
Arjawaningan Kabupaten Cirebon tahun
2019. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk
2016-2018, diketahui tahun 2016 jumlah ibu
mengetahui faktor risiko yang berhubungan
yang datang dan bersalin berjumlah 2565.
dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil
Dari jumlah persalinan tersebut terdapat ibu
di RSUD Arjawinangun tahun 2019.
bersalin dengan PEB sebanyak 375 orang
(14,61%). Tahun 2017 jumlah ibu bersalin di
ruang VK RSUD Arjawinangun berjumlah Metode
1953 orang dan jumlah ibu bersalin dengan Metode Penelitian ini adalah jenis
PEB 214 orang (10,95%). penelitian analitik kuantatif dengan desain
Tahun 2018 jumlah ibu bersalin case control, yaitu suatu rancangan
berjumlah 1743 orang jumlah ibu bersalin epidemologis yang mempelajari hubungan
dengan PEB 200 orang (11,47%). Sehingga antara paparan dan penyakit dengan cara
terdapat tren penurunan kasus PEB dari membandingkan kelompok kasus dan
tahun 2016 ke tahun 2017 sebanyak 3,66%. kelompok kontrol berdasarkan status
Namun mengalami kenaikan kembali pada paparannya. Penelitian ini dilakukandi ruang
tahun 2018 sebanyak 0,52%.tahun 2018 dari VK RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon
kasus PEB menyumbang kematian ibu periode Juni 2019 – Januari 2020. Populasi
sebanyak 8 kasus (RSUD Arjawinangun, dalam penelitian ini sebanyak 1.373 pasien,
2019).Berdasarkan hal tersebut maka peneliti kemudian berdasarkan hasil perhitungan
tertarik untuk melakukan penelitian tentang diperoleh sampel sebanyak 39 responden
12 faktor yang berhubungan serta meneliti kasus PEB dengan
faktor yang paling berpengaruh terhadap pembanding 1:3.
kejadian preeklampsia Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling.

22 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

Gambar 1. Diagram alur penelitian

Pengukuran variabel preeklampsia berat/eklampsia yang diteliti


menggunakan instrumen (alat ukur) lembar dalam hal ini adalah variabel usia, paritas,
observasi atau lembar ceklist. Sedangkan pendidikan, ekonomi, riwayat
pengamatan variabel (cara ukur) dilakukan prekelamisa/eklampsia,
dengan wawancara dan rekap data buku KIA riwayat penyakit keluarga, kenaikan berat
ibu yang menjadi respondenpenelitian secara badan, perokok pasif, pekerjaan, jumlah janin
langsung.Pengumpulan data dilakukan ketika dan konsumsikalsium pada ibu hamil di ruang
responden mau pindah ke ruang nifas(2 jam VK RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon
postpartum). Teknik analisis data tahun 2019. Gambaran distribusi frekuensi
menggunakan analisis univariat, analisis faktor risiko kejadian preeklampsia
bivariat dengan uji Chi Square, analisis berat/eklampsia pada ibu hamil di ruang VK
multivariat menggunakan analisis regresi RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon
logistik. Tahun 2019adalah sebagai berikut :

Hasil
Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk
memberikan gambaran tentang distribusi
frekuensi dari setiap variabel atau faktor
risiko

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1 23


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Kejadian Responden yang masuk dalam kategori
Preeklampsia Berat/Eklampsiapada Ibu Hamil
paritas yang berisiko (primigravida dan
di Ruang VK RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon tahun grandemultigravida) sebanyak 32 orang
(20,5%). Untuk pendidikan yang memiliki
2019
pendidikan rendah (≤SMP) sebanyak 80
Variabel N % orang (51,3%). Untuk ekonomi responden
Usia yangmemiliki ekonomi rendah (<UMR Rp.
Berisiko (<20 Th &> 35 Th) 47 30,1
Tidak Berisiko (20 – 35 Th) 109 69,9
2.024.000) sebanyak 126 orang
Paritas (80,8%). Untuk riwayat
Berisiko (Primi &
32 20,5 preeklampsia/eklampsia, responden yang
Grandemultigravida
) pernah mengalami
Tidak Berisiko (Multigravida) 124 79,5
preeklampsia/eklampsia sebanyak 34 orang
Pendidikan
Rendah (≤SMP) 80 51,3 (21,8%). Untuk riwayat penyakit keluarga,
Tingggi (≥SMA) 76 48,7 responden yang orang tuanya memiliki
Ekonomi
riwayat penyakit terutama hipertensi
Rendah(<UMR Rp. 2.024.000) 126 80,8
sebanyak 27 orang (17,3%). Untuk kenaikan
Tinggi (≥ UMR Rp. 2.024.000) 30 19,2
RiwayatPreeklampsia/Ekslamsia berat badan, responden berisiko (kenaikan
Risiko (Ya) 34 21,8 berat badannya tidak sesuai dengan IMT)
Tidak Risiko (Tidak) 122 78,2
sebanyak
Riwayat Penyakit Keluarga
Risiko (Ya) 27 17,3
31 orang (19,9%). Untuk perokok pasif,
Tidak Risiko (Tidak) 129 82,7 responden yang terpapar asap rokok (perokok
Kenaikan Berat Badan pasif) sebanyak 149 orang (95,5%. Untuk
Risiko (Tidak Sesuai) 31 19,9
pekerjaan, responden yang bekerja sebanyak
Tidak Risiko (Sesuai) 125 80,1
Perokok Pasif 11 orang (7,1%). Untuk jumlah janin,
Risiko (Ya) 149 95,5 responden yang gemeli (janin>1) sebanyak 2
Tidak Risiko (Tidak) 7 4,5 orang (1,3%). Adapun untuk konsumsi
Pekerjaan
kalsium, responden yang berisiko
Risiko (Bekerja) 11 7,1
Tidak Risiko (Tidak Bekerja) 145 92,9 (konsumsi kalsium
Jumlah Janin
Risiko (Gemeli >1) 2 1,3
Tidak Risiko (Tunggal) 154 98,7
Konsumsi Kalsium
Risiko (< 450 Tablet) 63 40,4
Tidak Risiko (≥450 tablet) 93 59,6
Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Keterangan : N = Jumlah ; % = Persentase

Berdasarkan tabel di atas diketahui


bahwa dari 159 ibu hamil di ruang VK RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon tahun 2019
yang usianya berisiko (<20 tahun dan >35
tahun) sebanyak 47 orang (30,1%).

24 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

<450 tablet) sebanyak 63 orang


dengan kejadian preeklampsia
(40,4%).
berat/eklampsia pada ibu hamil di ruang VK
Analisis Bivariat RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon
Berdasarkan hasil analisis bivariat tahun 2019 adalah sebagai berikut:
dengan uji Chi Square diketahui hubungan
faktor risiko

Tabel 2. Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia Pada Ibu Hamil di RuangVK RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon tahun 2019

Preeklampsia

Berat/Eklampsia p-
CI 95% OR
Variabel Positif Negatif value

N % N %
Usia
18,8
Berisiko (<20 &>35 Th) 25 64,1 22 3,5–17,2 7,7 0,000
Tidak Berisiko (>35 Th) 14 35,9 95 81,2
Paritas

Berisiko (Primi &Grande) 15 38,5 17 14,5 1,6–8,4 3,7 0,003

Tidak Berisiko (Multi) 24 61,5 100 85,5

Pendidikan
Rendah (≤SMP) 30 76,9 50 42,7 1,9-10,2 4,5 0,000
Tinggi (≥SMA) 9 23,1 67 57,3
Ekonomi
Rendah (< Rp.2.024.00) 33 84,6 93 79,5 0,5-3,8 1,4 0,640
Tinggi (≥ Rp.2.024.000) 6 15,4 24 20,5
Riwayat Preeklampsia
Ya 19 48,7 15 12,8
2,8-14,8 6,5 0,000
Tidak 20 51,2 102 87,2
Riwayat PE Keluarga

Ya 14 35,9 13 11,1 1,9-10,7 4,5 0,001


Tidak 25 64,1 104 88,9
Kenaikan Berat Badan
Berisiko 20 51,3 11 9,4 4,2-24,5 10,1 0,000
Tidak Berisiko 19 48,7 106 90,6
Perokok Pasif
Ya 38 97,4 111 94,9
0,2-17,6 2,1 0,681
Tidak 1 2,6 6 5,1

Pekerjaan
Bekerja 4 10,3 7 6 0,5-6,5 1,8 0,469
Tidak Bekerja 35 89,7 110 94
Jumlah Janin
Gemeli 2 5,1 0 0
3,1-5,5 4,2 0,061
Tunggal 37 94,9 117 100
Konsumsi Kalsium
Berisiko (<450 tab) 28 71,8 35 29,9

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1 25


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil
2,7-13,3 5,9 0,000
Tidak Berisiko (≥450 tab) 11 28,2 82 70,1

Berdasarkan tabel di atas,


paritas (p 0,003), pendidikan (p 0,000),
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
riwayat preeklampsia (p 0,000), riwayat
signifikan antara usia (p 0,000),
penyakit keluarga (p

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1 25


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

0,000), kenaikan berat badan (p 0,000), model penelitian. Dengan kata lain,model ini
jumlah janin (p 0,061), dankonsumsi kalsium adalah model persamaan logistik yang hanya
(p 0,000) dengan kejadian preeklampsia menggunakan konstanta saja untuk
berat/eklampsia pada ibu hamil di ruang VK memprediksi responden masuk ke dalam
RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon kategori preeklampsia atau tidak
tahun 2019. Hal ini karena nilai p-value untuk preeklampsia. Dari nilai signifikansi,
variabel-variabel tersebut lebih kecil dari nilai diketahui konstanta yang dihasilkan adalah
alpha (α) 0,05. Untuk variabel ekonomi (p 1,099(> 0.05), hal ini berarti bahwa dengan
0,640), perokok pasif (p 0,681) dan pekerjaan menggunakan model persamaan sederhana
(p 0,469)memiliki p-value > 0,05 maka secara (hanya konstanta saja) belum mampu
statistik tidak berhubungan dengan kejadian memberikan penjelasan proporsi kejadian
preeklampsia preeklampsia
berat/eklampsia. berat/eklampsia. Dari tabel 2 diketahui
Analisis Multivariat bahwa model dengan memasukkan sebelas
Hasil analisis multivariat dengan uji variabel independen ternyata telah terjadi
Regresi Logistik diketahui berdasarkan tabel perubahan dalam penaksiran parameter (-2
Case ProcessingSummary, dijelaskan bahwa Log likelihood) sebesar 85,514. Jika dilihat
seluruh kasus atau case ternyata teramati nilai R-square sebesar 0.438 atau 43.8%
semua sebanyak 156 sampel, artinyatidak ada (Cox &
sampel yanghilang/missing. Dijelaskan pula Snell) dan 0.649 atau 64,9% (Nagekerke).
kode preeklampsia adalah 0 dan tidak Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa
preeklampsia adalah 1. Sedangkan kode X1 dengan sebelasvariabel, yaitu X1 s/d X11 maka
(usia) s/d X11 (konsumsi kalsium) adalah 1 proporsi kejadian preeklampsia
untuk risiko dan 2 untuk tidak risiko. berat/eklampsia yang dapat dijelaskan
Pada tabel 2 dijelaskan bahwa proses sebesar 64,9%. Artinya secara simultan
inisialisasi artinya variabel X1 s/d X11 belum kesebelas variabel independen memberikan
dimasukkan ke dalam pengaruh terhadap variabel dependen
preeklampsia berat/eklampsia

26 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

sebesar 64,9% sedangkan sisanya yang 35,1% bertambahnya umur seseorang,


dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak maka pengetahuan yang
diteliti. Variabel yang paling besar diperolehnya juga akan mengalami
pengaruhnya terhadap kejadian pertambahan, tetapi pada umur–umur
preeklampsia tertentu atau menjelang usia lanjut
berat/eklampsia pada ibu hamil di ruang VK kemampuan menerima, merespon
RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon dan daya ingat seseorang terhadap suatu
tahun 2019 adalah variabel usia dengan pengetahuan akan berkurang. Hasil Analisis
Exp(B) atau OR 12,5 dan yang terkecil
Bivariat
pengaruhnya adalah riwayat keluargaOR 3,2.
Berdasarkan hasil analisis bivariat
Dan pada akhir step 4 ada pengeluaran 3
diketahui bahwa ada hubungan yang
variabel dari model yaitu variabel paritas,
signifikan antara usia (p 0,000), paritas (p
riwayat penyakit keluarga dan jumlah janin. 0,003), pendidikan (p 0,000), riwayat
preeklampsia (p 0,000), riwayat penyakit
Pembahasan keluarga (p 0,000), kenaikan berat badan (p
0,000), jumlah janin (p0,061), dan konsumsi
Hasil Analisis Univariat
kalsium (p 0,000) dengan kejadian
Berdasarkan hasil analisis univariat preeklampsiaberat/ eklampsia pada ibu hamil
diketahui bahwa dari 159 ibu hamil di ruang diruang VK RSUD Arjawinangun Kabupaten
VK RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon Cirebon tahun 2019. Hal ini karena nilai p-
tahun 2019 yang usianya berisiko (<20 tahun value untuk variabel- variabel tersebut lebih
dan >35 tahun) sebanyak kecil dari nilai alpha (α) 0,05. Untuk variabel
47 orang (30,1%). Menurut Ali dalam ekonomi (p 0,640), perokok pasif (p 0,681)
Radjamuda dan Montolalu (2014) usia atau dan pekerjaan (p 0,469) memiliki p-value >
umur adalah lama waktu hidup. Jadi umur 0,05 maka secara statistik tidak berhubungan
adalah rentang waktu yang telah dilalui dengan kejadian preeklampsia
seseorang yang dihitung sejak waktu
berat/eklampsia.
dilahirkan. Umur merupakan salah satu
Hasil Analisis Multivariat
faktor yang dapat mempengaruhi memori
atau daya ingat seseorang. Dengan

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1 27


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

Berdasarkan uji Regresi Logistik Cirebon tahun 2019 yang usianya berisiko
diketahui bahwa 8 faktoryaitu usia, paritas, 30,1%, paritas berisiko 20,5%, pendidikan
pendidikan, riwayat preeklampsia, riwayat rendah 51,3%,ekonomi rendah 80,8%, punya
hipertensi keluarga, kenaikan berat badan, riwayat preeklampsia/eklampsia 21,8%,
jumlah janin dan konsumsi kalsium memiliki punya riwayat penyakit keluarga 17,3%,
nilai p < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha kenaikan berat badan tidak sesuai 19,9%,
diterima jadi disimpulkan bahwa secara perokokpasif 95,5%, yang bekerja 7,1%,gemeli
gradual terdapat pengaruh yang signifikan 1,3%, konsumsi kalsium berisiko 40,4%.
usia, paritas, jarak kehamilan, pendidikan, Ada hubungan yang signifikan antara
riwayat preeklampsia, riwayat hipertensi usia (p 0,000), paritas (p0,003), pendidikan
keluarga, kenaikan berat badan, jumlah janin (p 0,000), riwayat preeklampsia (p 0,000),
dan konsumsi kalsium terhadap kejadian riwayat penyakit keluarga (p 0,000), kenaikan
preeklampsia berat/eklampsia ibu hamil di berat badan (p 0,000), jumlah janin (p0,061),
ruang VK RSUD Arjawinangun Kabupaten dan konsumsi kalsium (p 0,000) dengan
Cirebon tahun 2019. Sedangkan 3 variabel kejadian preeklampsiaberat/ eklampsia pada
lainnya yaitu ekonomi, perokok pasif dan ibu hamil di ruang VK RSUD Arjawinangun
pekerjaan memiliki nilai p > 0.05 yang berarti Kabupaten Cirebon tahun 2019.
Ho ditolak dan Ha diterima jadi disimpulkan Tidak ada hubungan signifikan
bahwasecara gradual tidak terdapat pengaruh ekonomi (p 0,640), perokok pasif (p 0,681)
yang signifikan ekonomi, perokok pasif dan dan pekerjaan (p 0,469) dengan kejadian
pekerjaan terhadapkejadian preeklampsia preeklampsia berat/eklampsia pada ibu hamil
berat/eklampsia ibu hamil di ruang VK RSUD di ruang VK RSUD Arjawinangun Kabupaten
Arjawinangun. Cirebon tahun 2019.
Faktor yang paling
Kesimpulan berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia

Distribusi ibu hamil di ruang VK berat/ eklampsia pada ibu hamil di ruang VK

RSUD Arjawinangun Kabupaten RSUD

28 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

Arjawinangun Kabupaten Cirebontahun 2019 preeklampsia berat/eklampsia dapat


adalah variabel usia dengan Exp(B) atau OR antisipasi secara dini khususnya bagi ibu yang
12,5 dan yang terkecil pengaruhnya adalah memiliki faktor risiko.
riwayat keluarga OR 3,2. Bagi Pihak Manajemen RSUD
Karena ada pengeluaran 3 variabel Arjawinangun hendaknya terus
dari model yaitu variabel paritas, riwayat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
penyakit keluarga dan jumlah janin maka baik melalui peningkatanketerampilan bidan,
hanya 5 variabel (usia, kualitas dan kuantitas sarana prasarana
pendidikan, riwayat maupun kualitas pelayanan pasien sehingga
preeklampsia, kenaikan berat badan dan menjadi rumah sakit yang profesional sesuai
konsumsi kalsium) yang benar- benar dengan visi misinya.
memberikan pengaruh signifikan terhadap Para peneliti lain diharapkan dapat
kejadian preeklampsia berat/eklampsia pada melakukan penelitian lanjutan tentang
ibu hamil di ruang VK RSUD Arjawinangun kejadian preeklampsia berat/eklampsia pada
Kabupaten CirebonTahun 2019. ibu hamil dengan variabel dan rancangan
penelitian yang lebih komprehensif.

Saran DAFTAR PUSTAKA


Ibu hamil diharapkan lebih Dinkes Kabupaten Cirebon. (2018).

meningkatkan pemahamannya PROFIL kESEHATAN tAHUN


terhadap faktor risiko bahaya kehamilan
2017. Dinkes Kab. Cirebon.
khususnya
preeklampsia/eklampsia sehingga dapat Dinkes Provinsi Jabar. (2018). Profil
mengatur pola kehamilan yang aman. Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Tenaga kesehatan khususnya bidan Tahun 2017. Dinkes Provinsi Jabar.
hendaknya dapat
Gloria. (2017). Terapi Preeklampsia
meningkatkan pelayanan antenatal,
Perlu Dikembangkan untuk
intranatal dan postnatal baik dari segiedukasi,
Menekan Angka Kematian Ibu.
konsultasi maupun asuhan kebidanan
sehingga kejadian Hennyati, S., Syafrullah, H., & Syahfitri.
(2017). Gambaran Angka
Kejadian Preeklampsia Berat
Berdasarkan Karakteristik Ibu di
RSUD Ciereng Kabupaten
Subang Periode Tahun 2014-
2016. STIKes Dharma Husada

EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1 29


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

30 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

Bandung.

Hofmeyr, G., Lawrie, T., Atallah, A., Duley, L., & Torloni, M. (2014). Calcium supplementation during
pregnancy for preventing hypertensive disorders andrelated problems ( Review ).John Wiley &
Sons, 1–132. https://doi.org/10.1002/14651858
.CD001059.pub2.Copyright

Isnawati, M. (2012). Hubungan Ibu Hamil Sebagai Perokok Pasif dengan Kejadian
Preeklampsia di RSUD Dr. Moewardi.Universitas Sebelas Maret.

Kemenkes RI. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan (Pertama). Kemenkes RI,UNFPA Unicef, USAID.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Kementerian Kesehatan RI.

Legawati, & Utama, N. R. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat Di Rsud
Rujukan Kabupaten dan ProvinsiKalimantan Tengah. JurnalSurya Medika, 3(1), 1–18.

Mose, J. C., & Irianti, S. (2018). Hipertensi Dalam Kehamilan. In


D. Martaadisoebrata, F. Wirakusumah, & J. S. Effendi (Eds.), Obstetri Patologi (3rd ed.,pp. 95–
101). EGC.

Prasetyo, R., Wijayanegara, H., & Yulianti, A. B. (2015). Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil
dengan Kejadian Preeklamsi diRSUD Al-Ihsan Kabupaten

30 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1


Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu Hamil

Bandung. Prosiding PendidikanDokter, 2, 1030–1033.

https://doi.org/ISSN: 2460-675x

Radjamuda, N., & Montolalu, A. (2014). Faktor-Faktor RisikoYang Berhubungan DenganKejadian


Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Poli Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1), 33–40.

RSUD Arjawinangun. (2019). Laporan Tahunan RSUD Arjawinangun Tahun 2016-


2018.

Sa’adah, N., Raharja, S., & Candrasari, A. (2013). HubunganAntara Penambahan Berat
Badan Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Preeklampsia di RSUD DR.
Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Saraswati, N., & Mardiana. (2016). Faktor Risiko Yang BerhubunganDengan Kejadian Preeklampsia
Pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di RSUD Kabupaten Brebes Tahun 2014). Unnes Journal of
PublicHealth, 5(2), 90–99.

Shamsi, U., Saleem, S., & Nishter, N.(2013). Epidemiology and Risk Factors of Preeclampsia ; An
Overview of Observational Studies. Al Ameen J Med Sci,6(4), 292–300.

Tolinggi, S., Mantulangi, K., & Nuryani. (2018). Kejadian Preeklampsia dan Faktor Risiko
yang Mempengaruhinya.Gorontalo Journal of Public Health,
1(2), 85–9

30 EMBRIO: Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai