teori pelayanan IGD
teori pelayanan IGD
teori pelayanan IGD
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS … khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat
di IGD harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RS Sumber Sejahtera.
B.Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi
1. Trauma / cedera,
2. Infeksi,
3. Keracunan ( poisoning ),
4. Degerenerasi ( failure),
5. Asfiksi,
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of
water and electrolit ),
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan
sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Nomo Kualifikasi
r Nama Jabatan Formal Keterangan
D III Bersertifikat
2 Ka Ru IGD Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat ACLS/ATLS
Ka Instalasi Dokter Umu
3 Gawat Darurat m
Bersertifikat
Perawat D III BLS/BTCLS/PPGD
4 Pelaksana IGD Keperawatan
Bersertifikat ACLS/ATLS
Dokter
5 Dokter IGD Umum
6 TPK SMU
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
Pengaturan Jaga.
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD.
Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten
Manajer Pelayanan Keperawatan.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan..
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift
( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan
masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang
kegawat daruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 2 jam
sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat yang
bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat
yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka
KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat
yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu IGD akan
mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat IGD yang
tinggal di asrama. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan,
maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai
SOP terlampir).
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD
Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka
Instalasi Gawat Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan.
Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta
sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1
minggu sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
A. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3
hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk
dokter jaga
B. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila
dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat
Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu
digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu libur atau
dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga
pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga
dokter IGD sesuai SOP terlampir).
C. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila
dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat
Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu
digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu libur atau
dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga
pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga
dokter IGD sesuai SOP terlampir).
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana.
IGD RS Sumber Sejahtera berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri
dari ruangan Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan
tindakan non bedah dan ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan
bedah terdiri dari satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah
terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 2
( dua ) tempat tidur.
2. Peralatan.
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus
kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator.
Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1. Mesin suction ( 1 set ),
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set ),
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set ),
4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah ).
5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan ).
6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah ).
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang ( 1 buah ).
8. Gunting besar (1 buah ).
9. Defribrilator ( 1 buah ).
10. Monitor EKG ( 1 buah ).
11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1
buah ).
12. Papan resusitasi ( 1 buah ).
13. Ambu bag ( 1 buah ).
14. Stetoskop ( 1 buah ).
15. Tensi meter ( 1 buah ).
16. Thermometer ( 1 buah ).
17. Tiang Infus ( 1 buah ).
Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini memiliki 2 ( dua ) unit
ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
Vaksin Engerik B-
34 In-1 Tube 3 Vaksinasi hepatitis
37 Meylon 25 ml Flacon 9
1. Tablet
Anti hypertensi /
2. Adalat 10 mg Tablet 10 Betabloker
c. Cairan Infus
Satua Jenis Obat
No Nama Obat n Jumlah
1. Asering Kolf 4
7. Kaen 3 B Kolf 1
8. Kaen 3 A Kolf 1
9. Larutan 2 A Kolf 7
# Suppositoria
Satua Jenis Obat
No Nama Obat n Jumlah
Anti piretik,
4. Paracetamol Sup Supp 1 Analgetik
Anti piretik,
5. Propyretic 160 mg Supp 1 Analgetik
Anti piretik ,
6. Proris Sup Supp 6 Analgetik
2. OBAT PENUNJANG
3. Injeksi
Satua Jumla
No Nama Obat n h Jenis Obat
1. Obat tablet
Satua Jumla Jenis Obat
No Nama Obat n h
3. Inopamil Tablet 5
Antacid&
7. Strocain Tablet 5 Antiulcerant
8. Norit Tablet 15
Analgetic&
9. Ponstan Tablet 2 Antipiretic
BAB IV – TATA LAKSANA PELAYANAN.
–Perangkat Kerja
– Stetoscope
– Tensimeter
– Status medis
Perangkat Kerja
– Formulir Persetujuan Tindakan
– Supir Ambulan
Perangkat Kerja
– Ambulan
– Alat Tulis
BAB V – LOGISTIK
…
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
1. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI
angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas
harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
Tindakan yang beresiko terpajan
Cuci tangan yang kurang benar.
Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.