Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok
orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya
kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien
gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan
bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat,
maka diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang
diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke fasilitas
pelayanan kesehatan maupun di fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat
perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua
pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien
pada umumnya dan pasien IGD RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera
Selatan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan
pelayanan gawat darurat di IGD SUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera
Selatan. harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat SUD Siti
Fatimah Provinsi Sumatera Selatan.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency Yaitu pasien dengan :
Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya - Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
C. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa
yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan
memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan
mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi
cacat ) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik,
mental dan sosial. Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan
menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga Kecelakaan di
lingkungan pekerjaan Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya :
tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing,
tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik
atau radiasi.
b. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan
dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of
water and electrolit )
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan a. Ditempat
kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
C. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI /
1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS /
GDE / VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 5.
Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
Nomor Nama Kualifikasi Forma Keterangan
Jabatan l
Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Formal
Keterangan
1 Penanggung jawab
Pelayanan Keperawatan IGD
SKp / SKM / Setingkat
Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD
2 Ka Ru IGD D III
Keperawatan
Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
3 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS
4 Perawat Pelaksana IGD D III
Keperawatan
Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
5 Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS
6 TPK SMU
-B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu : a. Untuk Dinas
Pagi :
Kategori : 1 orang Ka Ru 1 orang Pelaksana b. Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift 1 orang Pelaksana
c. Untuk Dinas Sore :
yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift 1 orang Pelaksana
C. Pengaturan Jaga
I. Pengaturan Jaga Perawat IGD
Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan
oleh Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten Manajer
Pelayanan Keperawatan
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana IGD setiap satu bulan..
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang
ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja
minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4
jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu
IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu IGD akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas
pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan
jadwal dinas perawat IGD sesuai SOP terlampir).
II. Pengaturan Jaga Dokter IGD
Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi
Gawat Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan
Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta
dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai
SOP terlampir).
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai
SOP terlampir).
III. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager
Pelayanan.
(10)
Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari
sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
konsulen pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan
di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Manager
Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.
( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai SOP terlampir).
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana
IGD RS XXX berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari ruangan Triase,
ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan
ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah
terdiri dari satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2
( dua ) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur
II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan
Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defribrilator
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi : 1. Mesin suction ( 1 set )
(12)
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah ) 5. Oropharingeal air way
( sesuai kebutuhan ) 6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang ( 1 buah )
8. Gunting besar (1 buah ) 9. Defribrilator ( 1 buah ) 10. Monitor EKG ( 1 buah )
11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1
buah ) 12. Papan resusitasi ( 1 buah )
13. Ambu bag ( 1 buah ) 14. Stetoskop ( 1 buah ) 15. Tensi meter ( 1 buah ) 16.
Thermometer ( 1 buah ) 17. Tiang Infus ( 1 buah )
b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah
1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set ) 2.
Verban segala ukuran :
- 4 x 5 em ( 5 buah ) - 4 x10 em ( 5 buah ) 3. Vena seksi set ( 1 set ) 4. Extraksi
kuku set ( 2 set ) 5. Hecting set ( 5 set )
6. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran: - Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1
buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah ) - Jarum ( 1 set )
7. Lampu sorot ( 1 buah ) 8. Kassa ( 1 tromel )
(13)
9. Cirkumsisi set ( 1 set ) 10. Ganti verban set ( 3 set )
11. Stomach tube / NGT - Nomer 12 ( 3 buah ) - Nomer 16 ( 3 buah ) - Nomer
18 ( 2 buah ) 12. Spekulum hidung ( 2 buah ) 13. Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc ( 5 buah ) - 2.5 cc ( 5 buah ) 14. Infus set ( 1 buah )
15. Dower Catheter segala ukuran - Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah ) 16. Emergency lamp ( 1 buah ) 17. Stetoskop ( 1 buah )
18. Tensimeter ( 1 buah ) 19. Thermometer ( 1 buah )
20. Elastis verban sesuai kebutuhan - 6 inchi ( 1 buah )
- 4 inchi ( 2 buah ) - 3 inchi ( 1 buah ) 21. Tiang infus ( 2 buah )
c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah : 1. Stomach tube / NGT
- Nomer 16 ( 2 buah ) - Nomer 18 ( 2 buah ) - Nomer 12 ( 3 buah )
(14)
2. Urine bag ( 3 buah ) 3. Otoscope ( 1 buah ) 4. Nebulizer ( 1 buah ) 5. Mesin
EKG ( 1 buah ) 6. Infus set ( 1 buah )
7. IV catheter semua nomer ( 1 set ) 8. Spuit sesuai kebutuhan :
- 1 cc ( 5 buah ) - 2.5 cc ( 5 buah ) - 5 cc ( 5 buah ) - 10 cc ( 5 buah ) - 20 cc ( 3
buah ) - 50 cc ( 3 buah ) 9. Tensimeter ( 1 buah ) 10. Stetoskop ( 1 buah )
11. Thermometer ( 1 buah ) 12. Tiang infus ( 1 buah )
d. Alat – alat untuk ruang observasi 1. Tensi meter ( 1 buah )
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah ) 3. Termometer ( 1 buah )
4. Stetoskop ( 1 buah ) 5. Standar infus ( 1 buah ) 6. Infus set ( 1 set )
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set ) 8. Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc ( 5 buah ) - 2.5 cc ( 5 buah ) - 5 cc ( 5 buah ) - 10 cc ( 5 buah )
(15)
- 20 cc ( 3 buah ) - 50 cc ( 3 buah )
d. Alat – alat dalam trolly emergency
I. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RSSS II. Obat penunjang (
terlampir pada standar obat IGD RSSS III. Alat – alat kesehatan
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah ) 2.
Oropharingeal airway
- Nomer 3 ( 2 buah ) - Nomer 4 ( 2 buah )
3. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set ) 4. Magyl forcep
5. Face mask ( 1 buah )
6. Urine bag non steril ( 5 buah ) 7. Spuit semua ukuran
8. Infus set ( 1 set)
9. Endotracheal tube ( dewasa & anak ) - Nomer 2.5 ( 1 buah )
- Nomer 3 ( 1 buah ) - Nomer 4 ( 1 buah ) - Nomer 7 ( 1 buah ) - Nomer 7.5 ( 1
buah ) - Nomer 8 ( 1 buah )
10. Slang oksigen sesuai kebutuhan 11. Stomach tube / NGT
- Nomer 16 ( 2 buah ) - Nomer 18 ( 2 buah ) - Nomer 12 ( 3 buah )
(16)
12. IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah ) - Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16
buah ) - Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah ) 13. Suction catheter
segala ukuran
- Nomer 10 ( 3 buah ) - Nomer 12 ( 2 buah )
14. Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1 ) e. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini memiliki 2 ( dua )
unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian
umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
A. Perlengkapan Ambulance 1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater 4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak 6. Lemari untuk alat medis 7. Lampu ruangan
8. Wastafel B. Alat & Obat
1. Tabung Oksigen ( 1 buah ) 2. Mesin suction ( 1 buah ) 3. Monitor EKG 1
buah ) 4. Stretcher ( 1 buah )
(17)
6. Piala ginjal ( 5 buah ) 7. Tas Emergency yang berisi : Obat – obat untuk life
saving (
Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf ) Senter ( 2 buah )
Stetoskop ( 3 buah ) Tensimeter ( 1 buah ) Piala ginjal ( 5 buah ) Oropharingeal
air way Gunting verban ( 2 buah ) Tongue Spatel ( 1 buah ) Reflex hummer
( 2 buah ) Infus set ( 1 buah )
IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN
I. Petugas Penanggung Jawab Perawat IGD
(18)
II. Perangkat Kerja Status Medis
III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga
dibagian admission ( SPO – IGD – 002 )
2. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk
mencari identitas pasien
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan
memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian admission
B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD
I. Petugas Penanggung Jawab Petugas Operator
Dokter / perawat IGD II. Perangkat Kerja
(19)
Hand phone
III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
1. Antara IGD dengan unit lain dalam RS XXX adalah dengan nomor extension
masing-masing unit ( SPO – IGD – 026 )
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan
pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone
langsung dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang dimiliki oleh dokter
jaga atau melalui bagian operator ( SPO - IGD – 027 )
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan
pesawat telephone dan handphone ( SPO – IGD – 025 )
4. Dari luar RS XXX dapat langsung melalui operator
C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE
I. Petugas Penanggung Jawab - Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja - Stetoscope
(20)
- Status medis
III. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission ( SPO – IGD –
002 )
2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah /
non bedah
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Pasien ditempatkan diruang non bedah
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT
I. Petugas Penangung Jawab - Dokter jaga IGD II. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan III. Tata Laksana Informed Consent
(21)
1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga pasien ( SPO – IGD – 009 )
disaksikan oleh perawat
2. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.
E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN
I. Petugas Penanggung Jawab - Perawat IGD
- Supir Ambulan II. Perangkat Kerja
(22)
- Ambulan - Alat Tulis
III. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS XXX sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD ( SPO- IGD – 022
) 2. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama
pasien ruang
rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
3. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
4. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.
D. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY
I. Petugas Penanggung Jawab Perawat Admission Dokter jaga IGD II.
Perangkat Kerja
(23)
Tensi meter Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission ( SPO – IGD – 002 )
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission. 6.
Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang 7.
Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
E. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM
I. Petugas Penanggung Jawab Petugas Rekam Medis Dokter jaga IGD II.
Perangkat Kerja
Formulir Visum Et Repertum IGD
(24)
1. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian ( SPO – IGD – 030 )
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
yang menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang
asli diberikan pada pihak kepolisian
H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )
I. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD Petugas Satpam II. Perangkat Kerja
Senter Stetoscope
(25)
EKG
Surat Kematian
III. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD ( SPO – IGD
– 029 ) 2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan
perawatan jenazah 3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan
meninggal 4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah
dengan bagian umum / keamanan
I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT
I. Petugas Penanggung Jawab Perawat IGD II. Perangkat Kerja
Ambulan Handphone
(26)
III. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi
pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD RS XXX.
2. Isi informasi mencakup :
Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )
Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care ( SPO – IGD – 024 )
Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta menyiapkan
hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas
ambulan.
I. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN
I. Petugas Penanggung Jawab Dokter IGD
Perawat IGD II. Perangkat Kerja
Ambulan
(27)
Formulir rujukan
III. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD 1. Alih Rawat
Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein ( SPO - IGD – 020 )
Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi
RS XXX / ambulan 118 sesuai kondisi pasien
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS XXX
3. Spesimen
Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
(28)
(29)
BAB V
LOGISTIK
Standar Obat IGD
I. OBAT LIVE SAVING a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
1. Adona AC 10 ml Ampul 6 Haemostatic
2. Alupent Ampul 2 Anti asthmatic dan COPD
preparations
3. Aminophilin Ampul 14 Anti asmatic dan COPD preparations
4 Atropin sulfat Ampul 125 Anti spasmodics
5. Buscopan Ampul 14 Anti spasmodics
6 Catapres Ampul 3 Other Anti hypertensives
7 Cedation Ampul 5 Anti emetics
8 Cortidex Ampul 6 Corticosteroid Hormones
9 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer
10 Dicynone Ampul 5 Haemostatics
11 Dormicum Asmpul Hypnotics dan sedatives
12 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal & general
13 Lasik Ampul 16 Diuretics
14 Lidocain Ampul 94 Anastetic lokal
15 Metro clopramide Ampul 5 Anti emetik 16 Nicholin 250 mg Ampul 2
Neuroprotector 17 Nicholin 100 mg Ampul 2 Neoroprotector 18 Naotropil 1
gr Ampul 5 Neuroprotector
19 Novalgin Ampul 5 Analgetik
20 Orodexon Ampul 4 Anti inflamasi
21 Phenobarbital Ampul 2 Sedatif
22 Pethidine Ampul 2 Sedatif
23 Pulmicortn Naspv Ampul 8 Broncodilator
24 Ranitidine Ampul 5 Antacida
25 Remopain Ampul 5 Analgetik
26 Renatoc Ampul 2 Antacida
(30)
28 Panadol Ampul 5 Analgetik
29 Transamin Ampul 7 Haemostatics
30 Valium Ampul 14 Sedatif
31 Vit k Ampul 2 Anti perdarahan
32 Tramal 100 mg Ampul 1 Analgetik
33 ATS 1500 u Ampul 10 Anti tetanus
34 Vaksin Engerik B-In-1 Tube 3 Vaksinasi hepatitis 35 Vaccin Engerik o,5 ml
Tube 2 Vaksinasi hepatitis 36 Kallium clorida Flacon 6 Elektrolit
37 Meylon 25 ml Flacon 9
38 Meylon 100 ml Flacon 1
b. Tablet
No Nama Obat Satuan Jumla
h
Jenis Obat
1. Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/ Betabloker 2. Adalat 10 mg Tablet 10
Anti hypertensi /
Betabloker 3. Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal
4. Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida
c. Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumla
h
Jenis Obat
1. Asering Kolf 4
2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2 3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8 4 Dextrose 10 %
500ml Kolf 5 5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2 6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf
3
7. Kaen 3 B Kolf 1
8. Kaen 3 A Kolf 1
9. Larutan 2 A Kolf 7
(31)
12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
13. Nacl 3 % Kolf 1
14. Ringer Dextrose Kolf 6
15 Ringer Lactat Kolf 13
16. Ringer Solution Kolf 2
17. Dex 40 % 25 ml Flalon 6
d. Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumla
h
Jenis Obat
1. Amicain Supp Supp 2 Anti emetik
2. Primperan sup Child Supp 3 Anti emetik 3. Primperan Sup Adult Supp 1 Anti
emetik 4. Paracetamol Sup Supp 1 Anti piretik,
Analgetik 5. Propyretic 160 mg Supp 1 Anti piretik,
Analgetik
6. Proris Sup Supp 6 Anti piretik ,
Analgetik 7. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif 8. Stesolid 10 mg rect Tube 7
Sedatif
2. OBAT PENUNJANG a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumla
h
Jenis Obat
1. Cedantron Ampul 5 Antiemetik
2. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Ampul 5 Antasida
4. Lanoxin Ampul 2 Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin
6. Papaverin Ampul 12 Anti spasmudics
7. Sotatik Ampul 8 Anti emetik
8 Cortison Asetat Flacon 4 Anti inflamasi 9. Kanamycin 1 gr Flacon 10 Antibiotik
10. Procain Penicillin Flacon 2 Antibiotik
(32)
b. Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumla
h
Jenis Obat
1. Aspilet
Tablet
(33)
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
(34)
Sistem tersebut meliputi : Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya Implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh : Kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
(35)
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC ) Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission )
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena “ keberuntungan” Karena “ pencegahan ” Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
(36)
KEJADIAN SENTINEL Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga d. Mengobservasi
keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak
(37)
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun
terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku
seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik,
penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution”
yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk
(38)
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.
III. Tindakan yang beresiko terpajan a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat. c. Penutupan kembali jarum
suntik secara tidak aman. d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak
aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat. f. Praktek
kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan e. Pengelolaan
limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
(39)
Indikator mutu yang digunakan di RS XXX dalam memberikan pelayanan
adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan
varibel jumlah penderita yang dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah
penderita gawat darurat hari yang sama
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format
tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu
dan direktur pelayanan
(1)
Sistem tersebut meliputi : Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya Implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh : Kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
(2)
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD ) ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC ) Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission )
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena “ keberuntungan” Karena “ pencegahan ” Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
(3)
KEJADIAN SENTINEL Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga d. Mengobservasi
keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak
(4)
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun
terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku
seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik,
penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution”
yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk
(5)
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.
III. Tindakan yang beresiko terpajan a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat. c. Penutupan kembali jarum
suntik secara tidak aman. d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak
aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat. f. Praktek
kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan e. Pengelolaan
limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
(6)
Indikator mutu yang digunakan di RS XXX dalam memberikan pelayanan
adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan
varibel jumlah penderita yang dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah
penderita gawat darurat hari yang sama
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format
tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu
dan direktur pelayanan