Identifikasi Masalah Pertambangan Mineral Di Indonesia
Identifikasi Masalah Pertambangan Mineral Di Indonesia
Identifikasi Masalah Pertambangan Mineral Di Indonesia
PERTAMBANGAN MINERAL DI
INDONESIA
Oleh:
Fachri Rahmat 03021281520147
M. Ibnu Hajar03021181520137
Maudy Handayani 03021181520027
Raudhoh Safitri 03021181520117
Haris Wijanarko 03021181520022
Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Karena Limbah
tersebut mengandung belerang (b), Merkuri (Hg), Asam Sianida (HCN), Mangan (Mn), Asam sulfat
(H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang
dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi
saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah
atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.
12. Kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak
sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat :seperti arsenik,
timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium,
tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat
berbahaya jika dibuang di lingkungan.
13. Terganggunya Arus Jalan Umum
Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara
berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya
kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah
sebagian dari dampak yang ditimbulkan.
14. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal
yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan
menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati
persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka
memberikan ganti rugi yang tidak seimbang dengan hasil yang akan
mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang
juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat
pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan
kerusakan moral pun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.
15. Pembakaran batubara dan ancaman terbesar terhadap
iklim kita
Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah
dahsyat. Air dalam jumlah yang besar dalam pengoperasian PLTU
mengakibatkan kelangkaan air di banyak tempat. Polutan beracun yang
keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan masyarakat dan
lingkungan sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama
penyakit pernapasan akut, merkuri perusak perkembangan saraf anak-anak
balita dan janin dalam kandungan ibu hamil yang tinggal di sekitar PLTU.
Dan yang tak kalah penting, pembakaran batubara di PLTU adalah sumber
utama gas rumah kaca penyebab perubahan iklim seperti karbon dioksida,
sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang memperburuk kondisi
iklim kita.
Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaan-kecelakaan
yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh dari tanah.
Kecelakaan baik itu jatuh, tertimpa benda-benda, ledakan-ledakan maupun akibat pencemaran
atau keracunan oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan tindakan penyelamatan
sangatlah diperlukan, misalnya memakai pakaian pelindung saat bekerja dalam pertambangan
seperti topi pelindung, but, baju kerja, dan lain lain.
Contoh sederhana karena kecelakaan kerja adalah terjadinya lumpur lapindo yang terdapat di
Porong, sidoarjo. Tragedi semburan lumpur lapindo yang terjadi beberapa tahun silam,
setidaknya menjadi bukti adanya kelalaian pekerja tambang minyak yang lupa menutup bekas
lubang untuk mengambil minyak bumi. Semburan di Porong, Sidoarjo bukan fenomena baru di
kawasan Jawa Timur. Fenomena yang sama terjadi di Mojokerto, Surabaya, Gunung Anyar,
Rungkut, Purwodadi, Jawa Tengah.
Bila melihat empat lokasi tersebut, Porong ternyata berada pada jalur gunung api purba. Gunung
api ini mati jutaan tahun yang lalu dan tertimbun lapisan batuan dengan kedalaman beberapa
kilometer dibawah permukaan tanah saat ini. Tinjauan aspek geologi dan penelitian sempel
material lumpur di laboratorium yang dilakukan Tim Ahli Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
sejak juni hingga pertengahan juli menunjukkan, material yang dikeluarkan ke permukaan bumi
memang berasal dari produk gunung berap purba.
21. Penyehatan Lingkungan Pertambangan
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan
kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan
kesehatan.
Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
(1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
(2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
(3) Pengendalian dampak risiko lingkungan
(4) Pengembangan wilayah sehat.
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan
masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan
penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan
antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut
serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll.) baik kebijakan dan
pembangunan fisik dan Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada
hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
Penulis mengambil masalah ke-19 mengenai Pertambangan Tanpa Izin
(PETI). Alasan penulis mengambil tema tersebut dikarenakan tema tersebut
berkaitan dengan aspek lingkungan, kehidupan sosial, dan kehidupan
ekonomi masyarakat di sekitar area pertambangan.
Pertambangan Tanpa Izin (PETI) adalah usaha pertambangan yang
dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan yayasan
berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin dan instansi
pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. PETI
diawali oleh keberadaan para penambang tradisional, yang kemudian
berkembang karena adanya faktor kemiskinan, keterbatasan lapangan
kerja dan kesempatan usaha, keterlibatan pihak lain yang bertindak
sebagai cukong dan backing, ketidakharmonisan hubungan antara
perusahaan dengan masyarakat setempat, serta krisis ekonomi ber
kepanjangan yang diikuti oleh penafsiran keliru tentang reformasi. Di sisi
lain, kelemahan dalam penegakan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang menganaktirikan pertambangan (oleh) rakyat, juga ikut
mendorong maraknya PETI.
Terima Kasih