Uji Disolusi

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

UJI DISOLUSI

Dra. Hermini Tetrasari, M.Si, Apt


2017
UJI DISOLUSI <1231>
PENDAHULUAN.
I. TEORI DASAR.
II. PERALATAN DISOLUSI.
III. MEDIA DISOLUSI.
IV. PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2.
V. PROSEDUR ALAT TIPE 3.
VI. PROSEDUR ALAT TIPE 4.
VII. INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI
VIII. KESIMPULAN.
DAFTAR PUSTAKA.
Pendahuluan : Alur Obat Bentuk Sediaan Padat
mencapai Situs Aktif
Disintegrasi Deagregasi
SEDIAAN PADAT GRANUL PARTIKEL HALUS

Disolusi terbatas Disolusi (mayor)


(minor) Disolusi (mayor)

LARUTAN OBAT
(In vitro dan in vivo)

Absorpsi (in vivo)

SIRKULASI DARAH

SITUS AKTIF

EFEK TERAPI 3
I. TEORI DASAR
 Suatu sediaan mengandung bahan obat dan jumlah obat yang
sama tidak menjamin mempunyai efek terapi yang sama.
Contoh :
 kapsul fenitoin menyebabkan keracunan setelah eksipien
kalsium sulfat dihidrat diganti dgn laktosa karena absorpsi dalam
darah meningkat sehingga konsentrasi fenitoin dalam darah
meningkat, maka ketersediaan biologis obat tsb meningkat.
 Ketersediaan hayati /biologis atau bioavailability adalah
keadaan yang menggambarkan efisiensi (kecepatan dan
jumlah) obat yang terabsorpsi dari sediaan.
 Uji disolusi bertujuan mengukur jumlah zat aktif yang terlarut
dalam media cair yang diketahui volumenya pada suatu waktu
tertentu, menggunakan alat tertentu yang didisain untuk menguji
parameter disolusi.
4
Uji Disolusi lebih penting daripada
Uji Disintegrasi
 Uji disintegrasi hanya mengukur hancurnya sediaan
padat secara fisik, tidak menjamin akan terdisolusi, apalagi
dihubungkan dengan ketersediaan hayati.
 Obat harus terdisolusi sehingga berada dalam bentuk
larutan agar dapat diabsorpsi.
 Asumsi : setiap hasil disolusi / larutan dapat diabsorpsi
maka ketersediaan hayati dapat diperkirakan melalui uji
disolusi.
 Uji disolusi merupakan uji yang penting untuk mendeteksi
variasi dari batch ke batch atau didalam suatu batch
tertentu walaupun tidak semua uji disolusi mempunyai
korelasi yang baik dengan ketersediaan hayati.
5
Uji Disolusi dapat digunakan untuk memperkirakan
Indeks Ketersediaan Biologis
Harus memenuhi dua kriteria yaitu
 Obat yang terdisolusi harus dalam bentuk bebas dan utuh
dalam saluran cerna (tidak membentuk kompleks dengan
komponen dalam saluran cerna atau terurai dalam
saluran cerna).
 Absorpsi bukan merupakan rate limiting step.
 Bila larutan yang terbentuk diabsorpsi dengan cepat,
maka jumlah yang diabsorpsi akan mempunyai korelasi
yang baik dengan kecepatan disolusi (in vitro), tetapi bila
diabsorpsi lambat / terbatas, maka ketersediaan hayati
(in vivo) tidak proposional dengan kecepatan disolusi
(in vitro).
6
Kecepatan Disolusi (1)

 Kecepatan disolusi adalah jumlah zat aktif obat dalam


sediaan padat yang dapat larut dalam suatu waktu tertentu
pada kondisi antar permukaan cair / padat, suhu dan
komposisi media yang dibakukan.
 Kecepatan disolusi dirumuskan oleh Noyes dan Whitney :
dw / dt = k s ( c sat − c sol )
dw/dt = kecepatan disolusi
k = konstanta disolusi
c sat = konsentrasi larutan jenuh
s = luas permukaan zat padat
c sol = konsentrasi zat aktif yang larut pada waktu tertentu
7
Kecepatan Disolusi (2)

 Rumus kecepatan disolusi dikembangkan oleh Nernst –


Brunner menjadi rumus sebagai berikut :

dw / dt = { [d . s] / v . h } . (c sat − c sol )

 Pada proses disolusi :


molekul zat aktif meninggalkan lapisan difusi menuju
media, kemudian molekul yang berdifusi tadi diganti oleh
molekul lain yang dilepaskan oleh zat padat, demikian
seterusnya.

8
Faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi

1. Faktor teknologi :
 gaya kompresi dan porositas
 jenis mesin tablet
 metode pabrikasi : metode granulasi (basah dan kering)
yang mempengaruhi kekerasan dan porositas granul
2. Faktor formulasi : jenis dan jumlah zat pengisi, zat
pengikat, zat desintegran / penghancur luar dan dalam, zat
lubrikan / pelincir.
3. Faktor zat aktif : pengaruh ukuran partikel dan kelarutan
zat aktif
4. Faktor yang berhubungan dengan lingkungan disolusi :
 pengadukan
 sifat media disolusi : pH, suhu, viskositas dan komposisi
media disolusi.
9
Uji Disolusi (1)

 Uji disolusi dilakukan untuk menentukan kesesuaian dengan


persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing
monografi untuk sediaan yang digunakan secara oral kecuali
pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah.
 Bila pada etiket tertera sediaan salut enterik, sedangkan dlm
monografi, uji disolusi dan uji waktu hancur tidak secara khusus
dinyatakan untuk sediaan lepas tunda, prosedur dan interpretasi
yang tertera pada sediaan lepas tunda dapat digunakan, kecuali
dinyatakan lain pada tiap monografi.
 Bila pd uji disolusi dilakukan pengukuran jumlah zat aktif terlarut
dalam periode waktu tertentu, maka didapat profil disolusi.
 Profil disolusi digunakan untuk penelitian kecepatan disolusi,
jumlah maksimum zat aktif terlarut dan kinetika kecepatan
disolusi.
10
Uji Disolusi (2)

 Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin


lunak kecuali dinyatakan dalam masing-masing monografi.

 Untuk kapsul gelatin keras atau lunak dan tablet salut


gelatin yang TMS uji disolusi, ulangi uji sbb:
 Jika media pada monografi adalah air atau media
dengan pH < 6,8 maka gunakan media yang sama
dengan ditambah pepsin yang dimurnikan hingga
didapat aktivitas tidak >750.000 unit per 1000 ml.
 Untuk media dengan pH ≥ 6,8 dapat ditambah
pankreatin hingga didapat tidak lebih dari 1750 unit
aktivitas protease per 1000 ml.
11
II. PERALATAN DISOLUSI

Berdasarkan kontinuitas penetapan zat aktif terlarut :


 Alat uji disolusi manual : semua proses (pemipetan larutan
sampel dari wadah alat uji disolusi sampai mengukur kadar
zat aktif terlarut) masih dilakukan oleh penguji.
 Alat uji disolusi semi otomatis : larutan sampel tersampling
otomatis sesuai program waktu dan volume sampling.
Pengukuran kadar zat aktif terlarut dilakukan oleh Penguji.
 Alat uji disolusi otomatis : alat uji disolusi tersampling
otomatis sesuai program waktu dan volume sampling serta
dihubungkan dengan spektrofotometer untuk penetapan
kadar dan data prosessor untuk mendapatkan kurva
kecepatan disolusi / profil disolusi.
12
Tipe Alat 1 dan 2 Disolusi

13
Tipe Alat Disolusi (1)

Alat tipe 1 : alat pengaduk basket


/ keranjang
 Digabung dengan perangkat labu
disolusi dengan bentuk dan ukuran
tertentu serta perangkat lain untuk
memanaskan medium serta motor
penggerak.
 Digunakan untuk Sediaan Oral :
• Lepas Segera
• Lepas Lambat
• Lepas Tunda
Alat Disolusi Tipe 1 ( Keranjang )

Alat disolusi tipe 1 terdiri dari :


 Wadah kaca / transparant yang inert, berbentuk silinder dengan
dasar setengah bola, tertutup dan tercelup sebagian di dalam
tangas air untuk mempertahankan suhu di dalam wadah 37ºC ±
0,5ºC serta mempunyai penutup yang berlubang untuk
memasukkan termometer dan mengambil larutan sampel.
 Suatu motor yang dilengkapi dengan alat pengatur kecepatan
pengaduk sesuai monografi ± 4 % selama pengujian.
 Suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang
berbentuk silinder, dengan posisi sumbunya tidak lebih dari 2
mm pada tiap titik dari sumbu vertikel wadah, berputar halus
dan tanpa goyangan berarti serta jarak antara dasar wadah
dan keranjang 25 mm ± 2 mm selama pengujian.
15
Tipe Alat Disolusi (2)

Alat tipe 2 : alat pengaduk dayung /


paddle
 Digabung dengan perangkat labu
disolusi dengan bentuk dan
ukuran tertentu serta perangkat
lain untuk memanaskan medium
serta motor penggerak.
 Rangkaian yang sama dengan alat
disolusi tipe 1. Berbeda hanya
pada ujung batang logam yang
berbentuk dayung.
 Untuk sediaan lepas segera, lepas
lambat dan lepas tunda.
Alat Disolusi Tipe 2 ( Dayung )

 Jarak antara dasar wadah dan


bagian bawah dayung : 25 mm
± 2 mm selama pengujian.
 Sediaan padat yang akan diuji
dibiarkan tenggelam ke dasar
wadah sebelum dayung diputar.
 Untuk sediaan yang
mengapung pada media
disolusi misalnya kapsul gelatin  Gambar . Pemberat
keras, dapat digunakan (sinker)
gulungan kawat berbentuk
spiral yang inert.
Tipe Alat Disolusi (3)

Alat tipe 3 (USP Alat 3) :


Alat pengaduk silinder kaca bolak
balik (reciprocating cylinder)
 Digabung dengan alat pemanas
medium dan motor penggerak.
 Suatu alat pengatur kecepatan
digunakan agar memungkinkan
memilih dan mempertahankan
kecepatan bolak balik seperti
tertera pada monografi dalam
batas ± 5 %.
 Untuk sediaan lepas segera,
lepas lambat dan lepas tunda.
Tipe Alat Disolusi (4)

Alat tipe 4 (USP Alat 4) :


Alat pengaduk Sel yang dapat
dialiri (flow through cell)
 Alat terdiri dari sebuah wadah
dan sebuah pompa untuk Media
disolusi; sebuah sel yang dapat
dialiri media disolusi; sebuah
tangas air yang
mempertahankan suhu Media
disolusi pada 37º ± 0,5º C.
 Untuk sediaan lepas segera,
lepas lambat dan lepas tunda.
UJI KESESUAIAN ALAT (1)

Penetapan uji kesesuaian dari uji disolusi :


 Kesesuaian terhadap ukuran dan toleransi alat disolusi.
 Parameter uji kritis dipantau secara periodik selama
pengujian, meliputi :
 volume, suhu media disolusi 37 ± 0,5ºC, kecepatan
rotasi sesuai monografi ± 4 % (alat 1 dan alat 2),
 kecepatan turun naik (alat 3),
 laju alir media (alat 4).
 Penetapan kinerja penerimaan uji disolusi dilakukan
secara periodik.
 Kesesuaian untuk masing masing alat dilakukan dengan
verifikasi kinerja.
20
UJI KESESUAIAN ALAT (2)

 Verifikasi kinerja, Alat 1 dan 2 Lakukan pengujian


masing-masing wadah menggunakan 1 tablet kalibrator
Prednison sesuai kondisi operasional yang ditentukan.
 Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada
dalam rentang yang diperbolehkan seperti tertera pada
sertifikat dari tablet yang bersangkutan.
 Contoh : Tablet Prednison 10 mg lot M, menggunakan
500 ml media air selama 30 menit dan ditetapkan kadar
terlarut secara spektrofotometri UV, λ = 242 nm. Syarat
terlarut : 64 – 91 % untuk alat tipe 1 pada 100 rpm dan
syarat terlarut : 23 – 42 % untuk alat tipe 2 pada 50 rpm.

21
UJI KESESUAIAN ALAT (3)

 Verifikasi kinerja, Alat 3


Lakukan pengujian masing-masing wadah
menggunakan 1 tablet kalibrator lepas lambat
Klorfeniramin Maleat sesuai dengan kondisi
operasional yang ditentukan.

 Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada


dalam rentang yang diperbolehkan dalam sertifikat
dari tablet yang bersangkutan.

22
PEMELIHARAAN ALAT UJI DISOLUSI

 Alat disolusi harus diletakkan pada meja yang stabil,


terhindar dari sumber vibrasi dan gas korosif serta
cahaya matahari langsung.
 Segera setelah digunakan, wadah media disolusi,
tangkai dayung/keranjang, penyaring dan alat sampling
harus segera dibersihkan dengan cara membilas
dengan air suling.
 Untuk mencegah tumbuhnya jamur, tangas air harus
dibersihkan secara berkala minimal sekali dalam tiga
bulan dan airnya diganti dengan air suling baru.

23
III. MEDIA DISOLUSI (1)

 Gunakan media disolusi seperti tertera pada monografi.


Pengukuran volume dilakukan pada suhu 20º  25º C.
 Ada beberapa jenis media disolusi, yaitu
 air
 larutan asam pH = 1 mis. cairan lambung buatan pH ±
1,2 dan larutan HCl 0,1 N.
 larutan asam pH 3 – 5 mis. Larutan dapar asetat.
 larutan dapar mis. dapar fosfat pH 5,8 ; 6,8 ; 7,2 ; 7,4.
 larutan netral pH 6 – 7,5 mis. cairan usus buatan.
 larutan surfaktan dalam air mis. natrium lauril sulfat
0,54 % dalam air.

24
MEDIA DISOLUSI (2)

 Bila media disolusi berupa dapar, atur pH nya hingga batas


± 0,05 satuan pH dari pH yang tertera pada monografi.
 Media disolusi harus bebas gas / udara terlarut karena :
 Gas terlarut dapat membentuk gelembung yang dapat
mempengaruhi hasil pengujian.
 Gelembung yang menempel pada permukaan partikel
akan memperkecil luas permukaan yang kontak dengan
media disolusi sehingga menghambat proses disolusi.
 Gelembung udara dapat menutup lubang keranjang
sehingga menganggu aliran media disolusi ke dan dari
keranjang.
 Udara terlarut dapat menyebabkan perubahan pH media
disolusi.
25
MEDIA DISOLUSI (3)

 Cara menghilangkan gas / udara terlarut :


 air dididihkan dan dibiarkan mendidih selama 10 menit,
dinginkan dan digunakan untuk membuat media disolusi.
 metode pengawaudaraan / deaeration :
- media disolusi di ultrasonik selama 15 menit atau
- media disolusi dipanaskan sambil diaduk perlahan
hingga 41ºC, segera saring menggunakan penyaring
dengan porositas ≤ 0,45 µm, aduk kuat dalam hampa
udara selama 5 menit.
 teknik awaudara yang sudah divalidasi : mis. cara FDA
yang menggunakan pompa vakum / hampa udara pada
tekanan 140 – 150 mmHg. Media disolusi tsb dapat
digunakan dalam waktu 8 jam untuk uji disolusi.
26
IV. PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (1)

A. SEDIAAN LEPAS SEGERA


 Periksa sentrisitas pengaduk thd wadah media disolusi.
 Periksa jarak antara bagian bawah pengaduk (dayung /
keranjang) & dasar wadah media disolusi : 25 ± 2 mm.
 Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai
monografi ke dalam wadah pada alat.
 Jalankan pemanas alat hingga media disolusi mencapai
suhu 37º ± 0,5ºC.
 Masukkan 1 unit sediaan ke dalam masing-masing wadah,
jaga agar gelembung udara tidak menempel pada
permukaan sediaan.
 Segera operasikan alat pada kecepatan yang sesuai
monografi ± 4 %.
27
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (2)

 Dalam interval waktu yang ditentukan, atau pada tiap waktu


yang tertera, ambil sejumlah sampel pada daerah
pertengahan antara permukaan Media disolusi dan bagian
atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari
dinding wadah.
 Bila pengambilan sampel dinyatakan pada beberapa waktu:
• ganti volume alikot yang diambil dengan volume Media
disolusi yang sama yang bersuhu 37ºC, atau
• lakukan perhitungan koreksi terhadap perubahan volume,
bila volume alikot tidak diganti.
 Jaga labu tetap tertutup selama pengujian dan amati suhu
pada saat pengadukan sesuai waktu yang tertera pada
monografi ± 2 %.
28
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (3)

 Larutan Uji disaring segera pada saat sampling kecuali


proses penyaringan tidak diperlukan. Gunakan penyaring
yang inert yang tidak menyebabkan absorbsi zat aktif atau
dapat mempengaruhi analisis.
 Lakukan analisis seperti tertera pada masing masing
monografi, menggunakan metode penetapan kadar yang
sesuai. Ulangi pengujian menggunakan sediaan uji
tambahan bila diperlukan.
 Bila cangkang kapsul mengganggu penetapan, larutkan
6 cangkang kapsul dalam sejumlah volume media disolusi
yang digunakan dalam pengujian dan buat koreksi. Faktor
koreksi > 25 % dari kadar etiket tidak dapat diterima.

29
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (4)

B. GABUNGAN SAMPEL UNTUK SEDIAAN LEPAS


SEGERA
 Gunakan prosedur ini bila prosedur untuk gabungan
sampel dinyatakan pada masing- masing monografi.
 Lakukan seperti pada pada A. SEDIAAN LEPAS
SEGERA DAN LEPAS LAMBAT.
 Campur sejumlah sama filtrat larutan dari 6 atau 12
sampel yang diambil, dan gunakan gabungan sampel
sebagai sampel uji.
 Tentukan nilai rata-rata jumlah zat terlarut dalam
gabungan sampel.
30
IV. PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (5)

C. SEDIAAN LEPAS LAMBAT


 Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas Segera”.
 Media disolusi digunakan seperti pada “Sediaan
Lepas Segera”.
 Waktu pengambilan cuplikan : umumnya tiga titik,
dinyatakan dalam satuan jam.
 Ganti alikot yang diambil untuk analisis dengan sejumlah
volume sama media disolusi yang baru pada suhu yang
dinyatakan dalam monografi atau lakukan perhitungan
koreksi terhadap perubahan volume.
 Jaga wadah agar selalu tertutup selama penetapan dan
periksa suhu campuran uji pada waktu tertentu
31
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (6)

D. SEDIAAN LEPAS TUNDA


 Gunakan metoda A atau metoda B dan alat yang
ditentukan dalam masing-masing monografi.
 Kecuali dinyatakan lain pengambilan cuplikan harus
dilakukan pada waktu yang dinyatakan dengan
toleransi  2%.
METODE A
 Prosedur (kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi).
 Ada dua tahap prosedur yaitu Tahap Asam dan
Tahap Dapar.
32
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (7)

 Tahap asam :
 Masukkan 750 ml asam klorida 0,1 N dalam wadah
dan pasang alat.
 Biarkan media hingga suhu 37º ± 0,5ºC.
 Masukkan satu satuan sediaan ke dalam alat, tutup
wadah, jalankan alat pada kecepatan yang tertera pada
masing-masing monografi.
 Setelah 2 jam pengujian tahap asam, ambil sejumlah
cairan alikot dan lanjutkan segera seperti tertera pada
tahap dapar.
 Lakukan penetapan kadar terhadap alikot seperti
dinyatakan dalam masing-masing monografi.
33
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (8)

 Tahap basa :
 Lakukan penambahan dapar dan pengaturan pH dalam
waktu tidak lebih dari 5 menit.
 Tambahkan 250 ml Na3PO4 0,2 M bersuhu 37º ± 0,5ºC
ke dalam labu. Jika perlu atur pH hingga 6,8 ± 0,05
dengan penambahan HCl 2 N atau NaOH 2N.
 Lanjutkan pengujian selama 45 menit atau selama
waktu seperti dinyatakan pada monografi.
 Pada akhir periode pengujian, ambil sejumlah cairan
alikot.
 Lakukan penetapan kadar terhadap alikot seperti
dinyatakan dalam masing-masing monografi.
34
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (9)

METODE B
 Prosedur (kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi).
 Tahap asam :
 Masukkan 1000 ml HCl 0,1 N dalam labu dan pasang
alat. Biarkan media disolusi hingga suhu 37º ± 0,5ºC.
 Masukkan satu unit sediaan ke dalam alat, tutup wadah,
jalankan alat pada kecepatan seperti tertera pada
monografi.
 Setelah 2 jam pengujian tahap asam, ambil sejumlah
cairan alikot, lanjutkan segera seperti pada tahap dapar.
 Lakukan penetapan kadar terhadap alikot seperti
dinyatakan dalam masing-masing monografi.
35
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (10)

 Tahap basa :
 Pada tahap ini gunakan dapar yang terlebih
dahulu dipanaskan hingga suhu 37º ± 0,5ºC.
 Buang larutan asam dari labu, tambahkan ke
dalam labu 1000 ml dapar fosfat pH 6,8 yang
dibuat dengan cara mencampur HCl 0,1 N
dengan Na3PO4 0,2 M (3:1), jika perlu atur pH
hingga 6,8 ± 0,05 dengan penambahan HCl 2 N
atau NaOH 2 N.

36
PROSEDUR ALAT TIPE 1 DAN 2 (11)

 Tahap basa (Lanjutan) :


 Penggantian media disolusi dapat juga dilakukan
dengan mengeluarkan labu berisi larutan asam dari
alat dan menggantinya dengan labu lain yang berisi
larutan dapar dan memindahkan sediaan uji ke
dalam labu yang berisi larutan dapar tsb.
 Jalankan kembali alat selama 45 menit atau selama
waktu yang dinyatakan pada monografi.
 Pada akhir periode pengujian, ambil sejumlah cairan
alikot.
 Lakukan penetapan kadar terhadap alikot seperti
dinyatakan dalam masing-masing monografi.
37
V. PROSEDUR ALAT TIPE 3 (1)

A. SEDIAAN LEPAS SEGERA


 Masukkan sejumlah volume media disolusi ke dalam labu,
pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 37º± 0,5º.
 Masukkan satu unit sediaan pada masing- masing dari
enam silinder, hati-hati jangan sampai ada gelembung
udara pada permukaan tiap unit sediaan, segera jalankan
alat seperti tertera pada masing-masing monografi.
 Pada gerakan turun naik, silinder bergerak melalui jarak
total 9,9 cm hingga 10,1 cm.
 Dalam selang waktu yang dinyatakan atau pada setiap
waktu yang dinyatakan, naikkan silinder, dan ambil
sebagian larutan uji dari tengah-tengah antara permukaan
media disolusi dan alas masing-masing labu.
38
PROSEDUR ALAT TIPE 3 (2)

 Lakukan penetapan kadar seperti tertera pada monografi.


Jika perlu, ulangi pengujian dengan sediaan lain.
 Media disolusi Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas
Segera” pada “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2”.
 Waktu Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas Segera”
pada “ Prosedur Tipe Alat 1 dan 2”.
B. SEDIAAN LEPAS LAMBAT
 Lakukan seperti pada “Sediaaan Lepas Segera” dalam
“Prosedur Alat Tipe 3”.
 Media disolusi Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas
Lambat dalam “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2”.
 Waktu Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas Lambat”
dalam “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2”.
39
VI. PROSEDUR ALAT TIPE 4 (1)

A. SEDIAAN LEPAS SEGERA


 Masukkan butiran kaca ke dalam sel seperti yang tertera
pada masing-masing monografi.
 Masukkan 1 unit sediaan di atas butiran atau pada sebuah
kawat pembawa jika dinyatakan dalam monografi.
 Pasang bagian atas penyaring, dan kencangkan bagian-
bagiannya dengan penjepit yang sesuai.
 Masukkan Media disolusi yang sebelumnya sudah
dipanaskan hingga suhu 37º ± 0,5º dengan pompa melalui
bagian dasar sel dengan laju alir seperti tertera pada
masing-masing monografi dan ukur dengan ketelitian 5%.

40
PROSEDUR ALAT TIPE 4 (2)

 Kumpulkan larutan tiap fraksi pada tiap waktu yang


ditentukan. Lakukan penetapan kadar seperti pada
monografi. Jika perlu, ulangi pengujian dengan sediaan lain.
 Media disolusi Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas
Segera” dalam “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2”.
 Waktu Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas Segera”
dalam “ Prosedur Tipe Alat 1 dan 2”.

B. SEDIAAN LEPAS LAMBAT


 Lakukan seperti pada “Sediaaan Lepas Segera” dalam
“Prosedur Alat Tipe 3”.
 Media disolusi Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas
Lambat dalam “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2”.
41
PROSEDUR ALAT TIPE 4 (3)

 Waktu Lakukan seperti pada “Sediaan Lepas Lambat”


dalam “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2”.

C. SEDIAAN LEPAS TUNDA


 Lakukan seperti tertera pada “Sediaan Lepas Tunda”
dalam “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2” menggunakan
media yang telah ditentukan.
 Waktu Lakukan seperti tertera pada “Sediaan Lepas
Tunda” dalam “Prosedur Alat Tipe 1 dan 2”.

42
VII. INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (1)

A. SEDIAAN LEPAS SEGERA


 Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif terlarut dari unit
sediaan yang diuji sesuai dengan Tabel Penerimaan 1.
 Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil
pengujian memenuhi tahap S1 atau S2.
 Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti
tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam
persentase kadar pada etiket.
 Angka 5%, 15%, dan 25% dalam tabel adalah
persentase terhadap kadar yang tertera pada etiket,
dengan demikian mempunyai arti = Q.
43
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (2)

Tabel Penerimaan 1 :

Jumlah
Tahap Kriteria Penerimaan
yang diuji
S1 6 unit tiap unit tidak kurang dari Q + 5 %

rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) ≥ Q %


S2 6 unit
dan tidak satu unit < Q – 15 %

rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) ≥


S3 12 unit Q % , tidak lebih dari 2 unit < Q – 15 %
dan tidak satu unit < Q – 25 %

44
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (3)

B. SEDIAAN LEPAS SEGERA – GABUNGAN SAMPEL


 Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif
terlarut dari Gabungan sampel sesuai dengan Tabel
Penerimaan 2.
 Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila
hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2.
 Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti
tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan
dalam persentase terhadap kadar yang tertera pada
etiket.

45
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (4)

Tabel Penerimaan 2 Gabungan sampel :

Jumlah
Tahap Kriteria Penerimaan
yang diuji
rata-rata jumlah zat aktif terlarut tidak
S1 6 unit
kurang dari Q + 10 %
rata-rata jumlah zat aktif terlarut dari
S2 6 unit
12 unit ( S1 + S2 ) ≥ Q + 5 %

rata-rata jumlah zat aktif terlarut


S3 12 unit
dari 24 unit (S1 + S2 + S3) ≥ Q %

46
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (5)

C. SEDIAAN LEPAS LAMBAT


 Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif terlarut dari unit
sediaan yang diuji sesuai dengan Tabel Penerimaan 3.
 Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil
pengujian memenuhi tahap L1 atau L2.
 Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti
tertera pada monografi, dinyatakan dalam persentase
terhadap kadar yang tertera pada etiket.
 Q adalah nilai rata-rata dari Qi, jumlah zat aktif yg terlarut
pada tiap-tiap dosis per interval waktu.
 Jika monografi menyatakan lebih dari satu rentang waktu,
kriteria penerimaan pada Tabel Penerimaan 3 berlaku
pada masing-masing rentang waktu.
47
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (6)

Tabel Penerimaan 3 :
Jumlah
Tahap Kriteria Penerimaan
yang diuji
- Tidak satu nilaipun diluar rentang penerimaan
dan
L1 6 unit
- tidak satupun nilai yang kurang dari jumlah yang
dinyatakan pada waktu penetapan akhir.
- Nilai rata-rata dari 12 unit sediaan (L1 +L2) ada
dalam tiap rentang penerimaan dan
- tidak kurang dari jumlah yang dinyatakan pada
waktu pengujian akhir,
L2 6 unit - Tidak ada satupun > 10% dari jumlah yg tertera
pada etiket diluar tiap rentang penerimaan,
- Tidak ada satupun > 10% dari jumlah yg tertera
pada etiket di bawah jumlah yang dinyatakan
pada waktu pengujian akhir. 48
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (7)

Jumlah
Tahap Kriteria Penerimaan
yang diuji
- Nilai rata-rata dari 24 unit sediaan (L1 +L2+L3) ada
dalam tiap rentang penerimaan dan tidak kurang dari
jumlah yang dinyatakan pada waktu pengujian akhir,
- Tidak lebih 2 dari 24 unit sediaan yang diuji > 10%
dari jumlah yang tertera pada etiket di luar rentang
yang dinyatakan,
- Tidak lebih 2 dari 24 unit sediaan yang diuji > 10%
L3 12 unit
dari jumlah yang tertera pada etiket di bawah jumlah
yang dinyatakan pada waktu pengujian akhir,
- Tidak satupun dari keseluruh unit yang diuji > 20%
dari jumlah yang tertera pada etiket diluar tiap
rentang yang dinyatakan, atau > 20% dari jumlah
yang tertera pada etiket di bawah jumlah yang
dinyatakan pada waktu pengujian akhir.
49
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (8)

D. SEDIAAN LEPAS TUNDA


TAHAP ASAM :
 Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, persyaratan tahap tersebut dipenuhi
jika jumlah zat aktif terlarut berdasarkan persentase
kandungan yang tertera pada etiket sesuai dengan
Tabel Penerimaan 4.
 Lakukan penetapan sampai tahap 3 kecuali jika kedua
tahap asam dan dapar memenuhi persyaratan pada
tahap sebelumnya.

50
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (9)

Tabel Penerimaan 4 :
Jumlah
Tahap Kriteria Penerimaan
yang diuji
Tidak satupun jumlah zat aktif yang terlarut >
A1 6 unit
10%.
Rata-rata jumlah zat aktif yang terlarut dari 12
A2 6 unit unit sediaan (A1+A2) ≤ 10% dan tidak satu unit
pun dari jumlah zat aktif yang terlarut > 25%.
Rata-rata jumlah zat aktif terlarut dari 24
A3 12 unit unit (A1 + A2 + A3) ≤ 10 % dan tidak satupun
dari jumlah zat aktif terlarut > 25%.

51
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (10)

TAHAP BASA :
 Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, persyaratan dipenuhi
jika jumlah zat aktif terlarut dari unit sediaan uji memenuhi Tabel
Penerimaan 5.
 Lakukan penetapan hingga tahap 3 kecuali hasil pada tahap
sebelumnya telah memenuhi.
 Nilai Q pada Tabel Penerimaan 5 adalah 75% terlarut, kecuali
dinyatakan lain pada monografi.
 Nilai Q yang dinyatakan pada monografi adalah jumlah total zat
aktif terlarut pada tahap asam dan tahap dapar, dinyatakan
dalam persen terhadap kadar yang tertera pada etiket.
 Nilai 5%, 15% dan 25% pada Tabel Penerimaan 5 adalah
persentase thd kadar yang tertera pada etiket hingga nilai-nilai
ini dan Q memilki satuan yang sama. 52
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (11)

Tabel Penerimaan 5 :
Jumlah
Tahap Kriteria Penerimaan
yang diuji
B1 6 unit tiap unit tidak kurang dari Q + 5 %

rata-rata dari 12 unit (B1 + B2) ≥ Q %


B2 6 unit
dan tidak satu unit < Q – 15 %

rata-rata dari 24 unit (B1 + B2 + B3) ≥


B3 12 unit Q % , tidak lebih dari 2 unit < Q – 15 %
dan tidak satu unit < Q – 25 %

53
INTERPRETASI HASIL UJI DISOLUSI (BP 2015)

 Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, persyaratan


dipenuhi jika jumlah zat aktif terlarut selama 45 menit
dalam setiap tablet / kapsul dari 6 tablet / kapsul tidak
kurang dari 70 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
 Jika satu tablet / kapsul tidak memenuhi syarat, ulangi
uji disolusi menggunakan 6 tablet / kapsul tambahan.
 Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, persyaratan
dipenuhi jika jumlah zat aktif terlarut selama 45 menit
dalam setiap tablet / kapsul tambahan tidak kurang
dari 70 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

54
VIII. KESIMPULAN

 Uji disolusi merupakan salah satu uji yang dipersyarat-


kan dalam uji mutu sediaan oral.
 Uji disolusi tetap merupakan uji yang penting untuk
mendeteksi variasi dari batch ke batch atau variasi
didalam suatu batch tertentu walaupun tidak semua uji
disolusi mempunyai korelasi yang baik dengan
ketersediaan hayati.
 Obat harus terdisolusi sehingga berada dalam bentuk
larutan agar dapat diabsorpsi dan dapat diperkirakan
ketersediaan hayatinya.

55
DAFTAR PUSTAKA

 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,


Farmakope Indonesia , edisi ke 5, Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta, 2014, hlm. 1605 – 1612.
 The United States Pharmacopoeial Convention, The United
States Pharmacopoeia, 39th ed., and The National
Formulary, 34th ed., United States Pharmacopeial
Convention Inc., Rockville, 2016.
 Medicines Commissions, British Pharmacopoeia, London
Her Majesty’s Stationary Office, London, 2016.
 Abdou, H.M., Dissolution, Bioavailability and Bioequivalence,
Mack Publishing Company, Easton-Pennsylvania, 1989, hlm.
53 − 66, 115 − 139.
 Umesh V.Banakar, Pharmaceutical Dissolution Testing,
Marcel Dekker Inc., New York, 1992, 172 – 176.
56
UJI DISOLUSI

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai