Evaluasi Program Model Michael Scriven
Evaluasi Program Model Michael Scriven
Evaluasi Program Model Michael Scriven
MICHAEL SCRIVEN
Roy Yani Prasetyo (180731651521)
Suliswantoro Bangkit Primantono (180731851515)
BIOGRAFI MICHAEL SCRIVEN
• Michael Scriven lahir di Bealieu, Hamspire Inggris pada 28 Maret 1928.
• Ilmu pengetahuan yang ditekuninya adalah Matematika dan filsafat
• Ia mencetuskan dua evaluasi program yaitu: model goal free evaluation dan formative-
summantive evaluation.
• Sudah banyak tulisan yang ia buat, lebih dari 400 publikasi ilmiah dan telah lama menjadi
reviewer dari 42 jurnal. Pernah menjabat menjadi kepala American Educational Research
Association dan American Association Evaluation. Ia juga editor dan co-pendiri Journal of
Multidisiplin Evaluasi.
MODEL GOAL FREE EVALUATION
• Berlawanan dengan model tyler
• Jika dalam model yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus-menerus memantau tujuan,
yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai, dalam
model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan
• Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu
memerhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program
tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-
penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal
negatif (yang sebetulnya memang tidak diharapkan).
ALASANNYA
• Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator
terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus.
• Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi
evaluator lupa memerhatikan seberapa jauh masing-masing penampilan tersebut mendukung
penampilan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan
khusus ini tidak banyak manfaatnya
FORMATIVE-SUMMANTIVE
EVALUATION
• Formative summantive
• Evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau
program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan
tujuan untuk melakukan perbaikan (Scriven dalam Badrujaman, 2009).
• Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang
dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikusi hambatan.
• Secara keseluruhan evaluasi formatif adalah evaluasi dari dalam yang menyajikan untuk
perbaikan atau meningkatkan hasil yang dikembangkan (Agustanico,2017:11).
FORMATIVE-SUMMANTIVE
EVALUATION
• Menurut Scriven (1991) Badrujaman (2009), Evaluasi sumatif dilakukan setelah program
berakhir.
• Tujuan dari evaluasi sumatif menilai manfaat suatu program sehingga dari hasil evaluasi
akan dapat ditentukan suatu program tertentu akan diteruskan atau dihentikan.
• Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana
untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu di dalam kelompoknya.
• Evaluasi sumatif mengemukakan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah
produk tersebut lebih efektif dan lebih kompetitif.
BAGAN
NEEDS PROGRAM
ASSESMENTS PLANNING
SUMMATIVE FORMATIVE
EVALUATION EVALUATION
• Needs assessment, dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan
masalah. a) Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan
program. b) Kebutuhan apakah yang terpenuhi dengan adanya pelaksanaan program
tersebut. c) Apa tujuan jangka panjang dalam program tersebut.
• Program planning, dalam tahap kedua evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung
dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi
pada tahap kesatu. Dalam tahap perencanaan ini program pembelajaran dievaluasi dengan
cermat untuk mengetahui apakah rencana pembelajaran telah disusun berdasarkan hasil
analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah dirumuskan.
• Formatif evaluation, Dalam tahap ketiga ini evaluator memusatkan perhatian pada
keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan terlibat dalam program
karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pengembang program.
• Summative evaluation, Dalam tahap keempat, yaitu evaluasi sumatif, para evaluator
diharapkan dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.
Melalui evaluasi sumatif ini, diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang dirumuskan
untuk program sudah tercapai, dan jika belum, dicari bagian mana yang belum dan apa
penyebabnya.
OPINI
• Kelemahan pada evaluasi ini menurut kelompok kami adalah belum adanya langkah-langkah
atau tahap evaluasi yang konkrit.
• Meskipun demikian, menurut Arikunto dan Jabar (2014: 61-62) menyatakan rancangan
evaluasi diantaranya: a. Judul kegiatan, b. Alasan dilaksanakannya evaluasi, c. Tujuan, d.
Pertanyaan evaluasi, e. Metodologi yang digunakan dan f. Prosedur kerja dan langkah-
langkah kegiatan.
• Sedangkan dalam langkah-langkah kegiatan ada 5 tahap, antara lain: 1. persiapan petugas, 2.
Penyiapan instrumen, 3. Pengumpulan data, 4. Analisis data, 5. Pengadaan dan penyerahan
laporan.
PERTANYAAN
• Wiga: misalnya dalam evaluasi, sebuah program ada beberapa tujuan khusus yang mungkin bisa dilakukan secara lebih terperinci
dengan tujuan yang baik. Bagaimana jika indikator yang lain mungkin belum bisa tercapai?
• Jawab: tidak ada indikatornya, namun model ini lebih menitikberatkan pada tujuan umum yang ada pada program tersebut. Jadi
tidak mengevaluasi keterlaksanaan tujuan khususnya, namun lebih menyoroti hal-hal positif dan negatif pada pelaksanaan
program/pembelajaran.
• Ica:
• program M. Scriven apa cocok digunakan pembelajaran sejarah, mengingat Scriven menekuni ilmu Matematika?
• Jawab: sangat cocok, dari sini dapat dilihat dari oerientasi evaluator dalam mengevaluasi program, kalau goal free evaluation lebih
menyoroti pada tujuan umum program. Scriven hanya menawarkan model evaluasi program yang sifatnya umum.
• Bagaimana cara yang efektif untuk program evaluasi M. Scriven agar objektif dalam proses penilaian pada siswa?
• Jawab: melihat tanggapan peserta didik atas pembelajaran tertentu, seperti majapahit ada yang tertarik ada yang tidak. Hal tersebut
dapat dijadikan indikator evaluasi.
• Rakai: bagaimana kelebihan dan kelemahan model Scrive jika diterapkan dalam kurikulum 2013?
• Untuk formati-sumantive evaluation sudah sering digunakan dalam pembelajaran pada kurikulum 2013, untuk yang goal free
evaluation lebih menekankan pada tujuan umumnya.