0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan74 halaman

TB Anak

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 74

Tuberculosis Anak

IDAI MALANG
Malang 11 – 13 Nopember 2019
TB management in Indonesia
Healthcare provider

Public Private
,
Government Private Private
PHC hospital hospital clinic

BKPM Specialist, GP &


RSP
assisted by GP Specialist
GP
Pulm
2
‘Separated’ TB management
‘public’
Healthcare provider
mass, simple,
optimal
Government Private

PHC
,
Government ‘private’
Private Private
hospital hospital complete,
individual, clinic
high standard
BKPM Specialist, GP &
dots
RSP
assisted by GP
Guidelines: Specialist
PDPI, PAPDI,
GP
strategy IDAI: PNTA
Pulm
3
Bridging the ....

DOTS & ISTC about


advocation 100.000
by IDI members !!!

Less cooperative!
Less cooperative!
Awal langkah baru
Epidemiologi
& transmisi
Epidemiologi TB pada anak
 Sebagian besar kasus terjadi pada anak balita

 Sebagian besar penyakit terjadi dalam 2 tahun


setelah kontak dengan sumber penularan

 Sebagian besar kasus TB pada anak adalah TB


paru, bukan ekstra paru
– Sebagian besar BTA negatif atau tidak dilakukan
pemeriksaan BTA sputum
– BTA positif biasanya ditemukan pada anak yang lebih
besar
Mengapa TB pada anak penting ?

 TB anak merupakan 10-15% dari seluruh kasus


TB di Indonesia
 Anak berisiko tinggi untuk:
– Berkembang menjadi sakit setelah terinfeksi
– Menderita sakit TB berat (meningitis TB, TB milier)
 Infeksi laten TB pada anak
 Jika tidak diobati dengan benar akan menjadi
kasus TB di masa dewasanya, yang merupakan
sumber penularan baru.
Transmisi TB
Pasien TB
Dewasa

BTA (-) Biakan TB (-)


BTA (+) Biakan TB (+) Foto Toraks (+)

65% 26% 17%


Rapid assessment of child TB - Indonesia

 Puskesmas - dokter umum


– Jumlah kasus sedikit
– Masalah:
• Fasilitas Mantoux test dan Ro dada tidak ada
• Tenaga kesehatan tidak percaya diri

 RS Daerah/RS Swasta - dokter spesialis anak


– Jumlah kasus banyak
– Kecenderungan overdiagnosis
– Dasar terapi: LED, jumlah limfosit
Infeksi TB vs Sakit TB

Sehat Infeksi TB Sakit TB


• Gejala (-) • Gejala (-) • Gejala (+)
• TST (-) • TST (+) • TST (+/-)
• Rontgen (-) • Rontgen (-) • Rontgen (+/-)
• BTA /biakan • BTA /biakan • BTA/biakan
(-) (-) (+/-)
Diagnosis
Diagnosis TB anak

Didasarkan pada 4 hal:


1. Konfirmasi bakteriologis TB
2. Gejala klinis yang sesuai TB
3. Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin
positif atau kontak erat dengan pasien TB)
4. Gambaran foto toraks sugestif TB.
Pendekatan diagnosis TB anak
1. Anamnesis yang cermat. lengkap
a. gejala TB
b. riwayat kontak dg pasien TB paru dewasa
2. Pemeriksaan fisis
- status gizi
- tanda TB ekstra paru
3. Pemeriksaan penunjang:
o Uji tuberkulin, IGRA
o Foto Rontgen dada
o Konfirmasi bakteriologi jika memungkinkan
o Pemeriksaan penunjang terkait TB ekstra paru
o Uji HIV
Anamnesis

a. Gejala sesuai TB
 Batuk >2 minggu, tidak membaik dengan
antibiotika atau obat asma (atau penyebab yg lain)
 Demam >2 minggu, tidak membaik dengan
antibiotika atau anti malaria (sesuai indikasi)
 Berat badan tidak naik atau turun dalam 2 bulan
terakhir, yang tidak membaik dengan asupan nutrisi
yang optimal
 Malaise, lesu dan tidak aktif
COUGH
PATTERNS
BATUK PERSISTEN

Batuk akut dengan penyembuhan lambat


Batuk kambuh-kambuhan
Batuk persisten, non-remitting
INTENSITAS BATUK

1 2 3 4
DURASI (minggu)
16
Shield M, et al. Thorax 2008:63;iii1-15
ANAMNESIS

BERAT BADAN TURUN/ GAGAL TUMBUH


 Anoreksia
 Terutama bayi dan balita lebih rentan
 Bila ibu sakit TB; terlalu lemah untuk mengasuh anak
dengan adekuat
 Daerah endemis HIV banyak ibu yang koinfeksi TB/HIV

Failure to Thrive : Berat badan mendatar atau turun yang


memotong garis sejak 3-6 bulan sebelumnya
Anamnesis
b. Riwayat kontak erat
 seberapa erat kontaknya dengan sumber penularan
 BTA sumber penularan: positif/negatif ?
Kapan kontak terjadi ? Sakit TB biasanya berkembang
dlm 2 th setelah kontak
Jika sumber penularan tidak dapat diidentifikasi, selalu
tanyakan apakah ada yang batuk lama. Jika ya, anjurkan
orang tersebut untuk pelacakan TB
Pemeriksaan fisis
• Tanda utama: suhu dan frekuensi napas
• Tanda distres respirasi
• Pembesaran kelenjar limfonodi cervical
• Perkusi dan auskultasi: biasanya normal
• Pada TB paru berat atau efusi pleura TB 
bisa ditemukan kelainan
PEMERIKSAAN FISIK

TIDAK SPESIFIK
TB PARU

TB EKSTRA PARU
BEBERAPA ADA YANG SPESIFIK

 LIMFADENITIS TB
MENGGEROMBOL, ASIMETRIS, TIDAK NYERI
 SPONDILITIS TB
GIBBUS, TIDAK NYERI
 PERITONITIS TB
ASITES TANPA NYERI
Pemeriksaan penunjang TB anak

 Pemeriksaan bakteriologis
– BTA sputum
– Kultur
– Tes cepat molekular (TCM)
 Uji tuberkulin, IGRA
 Foto toraks
BTA dan biakan TB sputum
 BTA (+) pada anak dengan sakit TB: 10-
15%
 Biakan TB (+) pada anak dengan sakit
TB: 30%
 Masalah: pengambilan sputum pada
anak sulit dilakukan.
 Cara: bilas lambung, induksi sputum
Cara mendapatkan
spesimen anak
TB PARU
Berdahak langsung
Bilas lambung
Induksi sputum
 aman untuk anak semua umur

TB EKSTRAPARU
Aspirasi KGB
Cairan serebrospinal
Induksi sputum
 Anak puasa 3-4 jam
 Nebulisasi dengan salbutamol
 Nebulisasi dengan NaCl hipertonik
 “Fisioterapi dada”
 Tampung sputum:
o Anak besar: batukkan sputum ke dalam pot
o Anak kecil: isap lendir dengan mucus extractor
 Segera kirim ke lab untuk pemeriksaan
BTA/kultur
Prosedur tindakan

 Sebelum tindakan, jika pasien sudah


besar/kooperatif lakukan pembersihan rongga
mulut dengan berkumur dan sikat gigi.
 Pasien diposisikan dalam kondisi duduk, dengan
postur tubuh yang baik.
 Berikan premedikasi ß2 agonis kerja pendek
untuk mencegah bronkokonstriksi yang
berlebihan.
 Berikan nebulisasi dengan larutan hipertonik 3% selama
15-20 menit untuk merangsang sekresi bronkus.

 Setelah itu, minta pasien menarik napas dalam secara


perlahan, menahan napas selama 2 – 3 detik, lalu
bernapas secara normal sebanyak 10 napas. Lalu lakukan
kembali napas dalam dan ulangi langkah sebelumnya,
selama 20 – 30 menit.

 Bernapas dalam dapat menyebabkan penumpukan CO2


(ditandai dengan rasa pusing dan melayang), jika hal ini
terjadi hentikan prosedur dan biarkan pasien bernapas
secara normal. Jika pasien sudah merasa baik, lanjutkan
prosedur.
 Instruksikan pasien untuk mengeluarkan sputum
dari dalam dada, bukan untuk mengeluarkan air
liur atau post nasal drip.

 Untuk anak yang tidak dapat mengeluarkan


sputum (misalnya anak kecil), dapat dilakukan
penghisapan saluran hidung untuk mengeluarkan
sekret hidung, atau apirasi nasofaring untuk
mengumpulkan spesimen yang diperlukan.

 Beri label pada spesimen tersebut (nama pasien,


tanggal dan jam pengambilan sampel) dan
dituliskan metode pengambilan sampelnya.
Pembacaan & penafsiran

METODE SOKAL
• Gunakan ballpoint untuk menyusuri indurasi, mulai dari
luar indurasi sampai menemukan tepinya
• Beri tanda pada tepi tsb
• Lakukan juga dari tepi kontra lateralnya, sehingga
didapatkan kedua tepi indurasi transversal kemudian
diukur dalam milimeter
POSITIF:
 Imunokompeten: diameter indurasi > 10mm
 Imunokompromais: diameter indurasi > 5 mm
Foto toraks dada
 Masih merupakan pemeriksaan penunjang yang
penting untuk TB anak
 Gambaran tidak khas.
 Kunci: diskonkruensi klinis vs radiologis
 Yang paling sering: pembesaran kelenjar hilus,
biasanya asimetri
 Masalah:
 Tidak bisa membedakan antara: TB aktif, TB tidak aktif
 kualitas foto kurang baik
 kesepakatan antar pembaca tidak baik
 Foto Lateral tidak dikerjakan

8/19/19 2
9
Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan LED dan jumlah limfosit


– Tidak digunakan untuk menegakkan diagnosis
TB pada anak
– Tidak digunakan untuk evaluasi terapi

 Pemeriksaan serologi: TB-DOT, IgG TB, PAP


TB, ICT TB, Mycodot, ELISA, A60, 38kD, dsb
– Tidak digunakan untuk menegakkan diagnosis
TB pada anak
Sistem Skoring TB Anak IDAI
Objek 0 1 2 3 Score
Kontak Tidak - terlapor, BTA+
jelas BTA(-)
TST - - - positif
BB (KMS) - <garis merah, Malnutrisi -
BB berat
Demam - Tidak - -
dijelaskan
Batuk <3 >3 minggu - -
minggu
Pembesaran - >1 nodus, >1cm, - -
Nodus tidak nyeri
Tulang,sendi - pembengkakan - -
CXR normal sugestif - -
Skor Maksimal 13
Catatan untuk Sistem Skoring IDAI
 Diagnosis oleh dokter
 Penilaian BB pada waktu pasien datang
 Demam & batuk yang tidak berrespons terhadap
terapi standar
 CXR bukan instrumen diagnostik utama pada anak
 Semua reaksi BCG yang cepat muncul harus
dievaluasi dengan sistem skoring
 Total skor >6= Diagnosis TB
 Skor 4 pada anak balita atau terduga kuat, dirujuk
ke RS
 Profilaksis INH untuk kontak BTA(+) dengan skor <5
01/07/2022 32
Petunjuk Praktis

2016

Sistem skoring IDAI


dipadukan dengan
pemeriksaan
bakteriologis
menggunakan uji
cepat molekuler
Definisi & klasifikasi
 TB Anak, terduga: simtomatologis
 TB Anak:
o Konfirmation bakteriologis
o Klinis

 Klasifikasi:
o Lokasi: Paru & Ekstraparu
o Pengobatan: Baru, Sedang pengobatan, Tidak jelas
o Obat: Sensitif & Resisten
o Status HIV
DEFINISI –DEFINISI
Terduga TB anak
mempunyai keluhan atau gejala klinis mendukung TB

terkonfirmasi bakteriologis
yang terdiagnosis dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis positif.
Pasien TB anak

terdiagnosis secara klinis


yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis
secara bakteriologis tetapi didiagnosis
sebagai pasien TB oleh dokter, dan
diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
Klasifikasi TB
Berdasar riwayat pengobatan
1. Pasien baru: belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (˂ dari
28 dosis)

2. Pasien yang pernah diobati: pernah menelan OAT selama 1 bulan


atau lebih (≥ dari 28 dosis).
a. Pasien kambuh: pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap dan saat ini sakit TB lagi
b. Pasien yang diobati kembali setelah gagal: pernah diobati
dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
c. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat : pernah
diobati dan dinyatakan lost to follow up
d. Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui


Tata-laksana
TUJUAN & PRINSIP TATALAKSANA TB
TUJUAN
Menyembuhkan
Mencegah kematian atau kecacatan
Mencegah kekambuhan
Mencegah terjadinya resistansi obat
Mencegah transmisi TB & reservasi sumber infeksi

PRINSIP
1. OAT diberikan dalam paduan obat, tidak boleh tunggal.
2. Pengobatan setiap hari.
3. Pemberian gizi adekuat.
4. Mencari dan menatalaksana penyakit penyerta
PENGOBATAN TB ANAK
PRINSIP PENGOBATAN PADA TB ANAK :
o OAT diberikan dalam bentuk kombinasi
• minimal 3 macam obat
• untuk mencegah terjadinya resistensi obat
• untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler
o Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan.
• untuk membunuh kuman (eradikasi) : fase intensif
• mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan
(‘sterilizing’ effect, prevent relaps) : fase lanjutan
• obat harus diminum setiap hari secara teratur
• butuh pengawasan ketat
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
• Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap
intensif, diberikan minimal 3 macam obat, tergantung
hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya
penyakit.
• Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya,
tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat
ringannya penyakit.
Paduan & durasi OAT
Fase
Kategori Diagnostik Fase Intensif
Lanjutan
TB paru BTA negatif 2HRZ 4HR
TB Kelenjar
Efusi pleura TB
TB paru BTA positif 2HRZE 4HR
TB paru dengan kerusakan luas
TB ekstraparu (selain TB Meningitis
dan TB Tulang/sendi)

TB Tulang/sendi 2HRZE 10 HR
TB Millier
TB Meningitis
 Bayi <5 kg pemberian OAT secara
Kombinasi Dosis terpisah (bukan KDT)
 Dosis obat menyesuaikan kenaikan BB
Tetap (KDT)  Untuk anak obesitas, dosis KDT
menggunakan Berat Badan ideal (sesuai
Berat 2 bulan 4 bulan umur).
badan RHZ (RH  OAT KDT diberikan secara utuh (tidak
(kg) (75/50/150) (75/50) boleh dibelah atau digerus)
 Obat dapat ditelan utuh,
dikunyah/dikulum (chewable), atau
dimasukkan air dalam sendok
5–7 1 tablet 1 tablet (dispersable).
 Obat ditelan saat perut kosong, atau
8 – 11 2 tablet 2 tablet
paling cepat 1 jam setelah makan
12 – 16 3 tablet 3 tablet  Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin,
dosis INH tidak boleh melebihi 10
17 – 22 4 tablet 4 tablet mg/kgBB/hari
 Apabila OAT lepas diberikan dalam
23 – 30 5 tablet 5 tablet bentuk puyer, maka semua obat tidak
boleh digerus bersama dan dicampur
>30 OAT  
dalam satu puyer
dewasa
Pemantauan pengobatan

 Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu


selama fase intensif, dan sekali sebulan pada fase
lanjutan
 Pada setiap kunjungan dievaluasi respon
pengobatan, kepatuhan, toleransi dan kemungkinan
adanya efek samping obat.
 Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan
sputum harus dilakukan pada akhir bulan ke­2, ke­5
dan ke­6.
 Foto rontgen tidak rutin dilakukan
Evaluasi setelah OAT 6 bulan

 Perbaikan klinis
 Pemeriksaan penunjang: Foto Toraks (tidak
menunjukkanperubahan signifikan)
 PPD tes (uji tuberkulin) tidak dapat digunakan
untuk menilai perbaikan penyakit
 Bila dahak BTA pos  periksa ulang sesuai alur
pemeriksaan pasien BTA pos
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan
penyebab kegagalan terapi.
Jika:
– anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau
> 2 bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan gejala TB
 beri pengobatan kembali mulai dari awal.
– anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau
<2 bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan gejala TB 
lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.
Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko
terjadinya TB resistan obat akan meningkat.
Pengobatan ulang TB pada anak
 Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila
datang kembali dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah
anak tersebut menderita TB.

 Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan dahak


atau sistem skoring. Evaluasi dengan sistem skoring harus
lebih cermat dan dilakukan di fasilitas rujukan.

 Apabila hasil pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif,


maka anak diklasifikasikan sebagai kasus Kambuh.

 Pada pasien TB anak yang pernah mendapat pengobatan


TB, tidak perlu untuk dilakukan uji tuberkulin ulang. 
Tuberkulosis Perinatal
TB Neonatal
TB Kongenital :
Tertular saat dalam rahim
Mekanisme penularan :
• Hematogen melalui v umbilikalis
• Persalinan (aspirasi/cairan amnion)
Gejala muncul mingu pertama
Pemeriksaan penunjang : M.tuberculosis vena umbilikalis/plasenta

TB Neonatal/TB Perinatal :
Terinfeksi setelah lahir
Terpapar kasus BTA (+) (ibu/kontak dekat lain)
Penularan : droplet
Neonatus dengan ibu TB
Ibu suspek/terbukti TB

Tingkat infeksi ibu

Dibuktikan bayi sakit/tidak :


• Sakit : terapi
• Asimptomatik : INH 10 mg/kgbb/hr selama 6 bulan.
Bila asimptomatik sampai 6 bulan, Mtx test bila
negatif dilakukan BCG 2 minggu setelah Mtx test

Tidak perlu memisahkan bayi, tetap ASI, kecuali : ibu


MDR TB

Tunda imunisasi BCG


Tatalaksana TB Perinatal
NEONATUS
Investigasi kontak
& pencegahan
Pencegahan TB

Sehat Infeksi TB Sakit TB


• Gejala (-) • Gejala (-) • Gejala (+)
• TST (-) • TST (+) • TST (+/-)
• Rontgen (-) • Rontgen (-) • Rontgen (+/-)
• BTA /biakan • BTA /biakan • BTA/biakan
(-) (-) PROFILAKSI(+/-)
S INH
Prinsip
Diberikan kepada kontak yang tidak terbukti sakit TB.
Prioritas pemberian pengobatan pencegahan adalah anak
balita dan anak dengan infeksi HIV positif semua usia.

Tujuan
Menurunkan beban TB pada anak.
Efek perlindungan pengobatan pencegahan dengan
pemberian selama 6 bulan dapat menurunkan risiko TB
pada anak tersebut di masa datang.
Pengobatan Pencegahan TB
Pencegahan sakit TB dengan INH pada anak
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950-an
Profilaksis INH menurunkan angka kematian akibat TB
hingga 72%
Yang perlu profilaksis  kontak terutama dengan pasien
TB aktif
Saat ini padua pengobatan pencegahan bukan hanya 6H
(INH selama 6 bulan), tetapi juga 3RH dan paduan baru
3HP (Rifapentine dan INH)
Risiko terjadinya sakit TB dipengaruhi oleh umur

5
9
Indikasi
Pengobatan pencegahan diberikan kepada anak dengan
kontak TB namun anak tidak terbukti sakit TB dengan
kriteria berikut :
Durasi profilaksis

Union againts TB and Lung disease: membandingkan


plasebo dengan INH profilaksis 3,6, dan 12 bulan
– 3 bulan : menurunkan insidens TB 20%
– 6 bulan : menurunkan insidens TB 66%
– 12 bulan : menurunkan insidens TB 75%
ATS / CDC : merekomendasikan 9 bulan terapi INH
(karena di atas 9 bulan dianggap sudah optimal)
Indonesia : 6 bulan
Untuk kontak pasien TB yang kasus indeksnya sensitif atau tidak
terbukti resistan OAT, digunakan Pengobatan Pencegahan
dengan Isoniazid (PP INH)
Dosis PP INH 10 mg/kg BB (maks 300 mg/hari).
Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang
sama dan saat perut kosong.

• Pada pasien dengan gizi buruk dan infeksi HIV, diberikan


Vitamin B6 10 mg untuk dosis INH ≤200 mg/hari, dan 2x10
mg untuk dosis INH >200 mg/hari

• Lama pemberian 6 bulan (1 bulan = 28 hari pengobatan).


INH tab
50 mg
• Obat tetap diberikan sampai 6 bulan, walaupun kasus
INH tab
100 mg indeks meninggal atau BTA kasus indeks sudah menjadi
negatif.
• Dosis obat disesuaikan dengan kenaikan BB setiap bulan.
Alur Anak berkontak dengan
Investigasi pasienTB sensitif OAT
Kontak TB Gejala TB

Tidak Ada

Umur > 5 thn dan Umur < 5 thn atau HIV (+)
HIV (-)

Tidak perlu PP INH PP INH

Follow up rutin

Timbul gejala atau tanda YA Lihat alur diagnosis TB


TB pada Anak
TIDAK

Observasi Lengkapi pemberian


INH selama 6 bulan
Evaluasi munculnya gejala TB
1. Pantau gejala: Lesu, nafsu makan kurang, demam menetap >2
minggu dan atau keringat malam, batuk menetap >3 minggu,
pembengkakan di leher, diare menetap > 2 minggu
2. Pantau Berat Badan (BB) sesuai grafik CDC WHO. Waspadai arah
garis pertumbuhan BB pada grafik (tidak ada kenaikan, ada
penurunan, atau naik tidak sesuai arah garis).
3. Periksa apakah ada pembesaran kelenjar getah bening di leher,
ketiak dan inguinal, serta gejala TB di organ lain.
Pengobatan Menyelesaikan pengobatan
lengkap pencegahan INH selama 6
bulan
Putus berobat Tidak minum obat INH selama
1 bulan secara berturut turut
Hasil akhir atau lebih
pemberian Gagal Dalam pengobatan PP INH
PP INH menjadi sakit TB
Meninggal meninggal sebelum
menyelesaikan PP INH
selama 6 bulan dengan
sebab apapun
Kapan Curiga Anak TB RO ?
1. Kontak erat dengan pasien TB RO
2. Kontak erat dengan pasien yang meninggal akibat TB,
gagal pengobatan TB atau tidak patuh dalam pengobatan
TB
3. Tidak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan
dengan OAT lini pertama selama 2-3 bulan
4. Riwayat pengobatan TB 6-12 bulan sebelumnya
5. Anak dengan TB-HIV yang tidak respons terhadap
pemberian OAT.
Investigasi Kontak pada Anak Kontak dengan Pasien
TB RO

1. Kasus indeks adalah pasien TB RO


2. Anak yang berkontak dengan pasien TB RO dirujuk
untuk pemeriksaan lebih lanjut, sbb :
a. Jika kontak bergejala, periksa sputum atau
spesimen lain dengan Tes Cepat Molekuler (TCM).
b. Pengobatan TB sesuai hasil pemeriksaan uji
kepekaan obat anak atau hasil uji kepekaan obat
kasus indeks.
c. Jika anak terbukti tidak sakit TB, tentukan 
observasi atau pengobatan pencegahan.
Investigasi Kontak pada Anak Kontak dengan
Pasien TB RO
d. Pengobatan pencegahan untuk anak idealnya berdasarkan
resistensi OAT kasus indeks. Paduan yang dapat diberikan adalah
Levofloxacin dan Etambutol selama 6 bulan
 Levofloxacin 15-20 mg / kgBB/ hari
 Ethambutol 15-25 mg / kgBB / hari
 Obat yang disediakan program LFX tablet 250 mg dan E tablet
400mg
 Obat diminum 1-2 jam sebelum makan.

e. Anak yang tidak bergejala baik yang mendapatkan maupun yang


tidak mendapatkan pengobatan pencegahan harus diobservasi
setiap bulan selama 2 tahun.
Alur Investigasi Kontak dan Pengobatan Pencegahan pada Anak
yang Berkontak dengan Pasien TB RO
7
0
PEMBERIAN
KORTIKOSTEROID
Pada kondisi :
TB meningitis,
sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
perikarditis TB.
TB milier dengan gangguan napas yang berat,
efusi pleura
TB abdomen dengan ascites.

Sering digunakan:
Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari pada kasus sakit
berat, dosis maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu.

Tappering ­off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis:


tappering off setelah 4 minggu.
Hasil Pengobatan
Hasil pengobatan Definisi
  Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif
Sembuh pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada
akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu
pemeriksaan sebelumnya.
  Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap
Pengobatan dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan
hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan
lengkap
bakteriologis pada akhir pengobatan.
  Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
  menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
atau kapan saja apabila selama dalam pengobatan diperoleh hasil
Gagal
laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai
atau sedang dalam pengobatan.
Putus berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang
(loss to follow-up) pengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus atau lebih.
 Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.
Termasuk dalam kriteria ini adalah ”pasien pindah (transfer out)” ke
kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak
diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.
semua pasien TB yang merupakan kasus pertama
Kasus
indeks
yang ditemukan di suatu rumah atau tempat-tempat
lain (kantor, sekolah, tempat penitipan anak,
lapas/rutan, panti, dsb).
orang yang terpajan/berkontak dengan kasus
Kontak indeks, misalnya orang serumah, sekamar, satu
asrama, satu tempat kerja, satu kelas, atau satu
penitipan/pengasuhan
orang yang tinggal serumah minimal satu malam,
Kontak
atau sering tinggal serumah pada siang hari dengan
serumah
kasus indeks dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus
indeks mulai mendapat (OAT).

Kontak
orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering
erat bertemu dengan kasus indeks dalam waktu yang
cukup lama, yang intensitas pajanan/berkontaknya
hampir sama dengan kontak serumah.
Alternatif Paduan Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai