0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan36 halaman

PT 12 Langkah - Langkah Penanganan Kespro

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 36

LANGKAH-LANGKAH

PENANGANAN KESEHATAN
REPRODUKSI PADA TIAP
TAHAPAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
Apa yang anda ketahui tentang kesehatan
reproduksi??
Kesehatan Reproduksi
Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Tujuan Umum
Meningkatkan kesiapsiagaan dan kualitas pelaksanaan pelayanan
Kesehatan Reproduksi dalam situasi bencana.
Tujuan Khusus
1. Terbentuk dan terkoordinasinya tim yang melibatkan seluruh
pihak yang terkait baik dari pemerintah maupun non
pemerintah termasuk komponen masyarakat
2. Tersedianya rencana kesiapsiagaan di masing-masing tingkatan.
3. Terjaminnya pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum
untuk Kesehatan Reproduksi pada fase awal bencana.
DASAR HUKUM
Dasar hukum penanganan kesehatan reproduksi pada penyelenggaraan
penanggulangan kesehatan reproduksi adalah:
1. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
2. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi CEDAW
(Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan).
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah.
5. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
6. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2000 tentang Pelimpahan
Tugas dan Wewenang.
7. Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender.
8. Kepmenkes Nomor 131/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
9. UU no 21 tahun 2007 tentang Trafiking.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
145/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan.
11. Undang – Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Pasal 55,
ayat (1) menyatakan bahwa perlindungan terhadap kelompok rentan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 huruf e dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan,
evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Ayat (2) menyebutkan bahwa kelompok rentan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. bayi, balita, dan anak-anak;
b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
c. penyandang cacat;
d. orang lanjut usia.
• Tiap-tiap fase bencana memiliki karakteristik/kondisi yang
tertentu.
• Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang berbeda
untuk setiap tahapan bencana.
Rencana yang disusun oleh Tim Siaga Kesehatan Reproduksi harus
bersifat spesifik untuk tiap tahapan bencana yaitu:

Pada Tahap Prabencana baik dalam situasi normal dan potensi


bencana, dilakukan penyusunan Rencana kesiapsiagaan yang dapat
dipergunakan untuk segala jenis bencana.
Pada Tahap Tanggap Bencana, dilakukan pengaktifan Rencana Operasi
(Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi Rencana
Kesiapsiagaan.
Pada Tahap Pasca Bencana, dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan
(Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi.
TAHAP PRABENCANA
Tindakan yang dilakukan adalah penyusunan
rencana kesiapsiagaan kesehatan reproduksi
pada setiap tingkat pemerintahan, mulai dari
tingkat kabupaten/kota, propinsi dan tingkat
pusat.
Rencana Kesiapsiagaan
Rencana kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.
Tujuan rencana Kesiapsiagaan
1. Membangun kesadaran stakeholder agar turut aktif dalam
program penanganan bencana.
2. Memastikan koordinasi yang efektif dari respon bencana.
3. Memastikan respon bencana yang cepat, tepat dan efisien melalui
penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum untuk Kesehatan
Reproduksi sejak fase awal bencana.
PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimal)
PPAM adalah paket intervensi minimum yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi bencana.
Tujuan :
1. Mengidentifikasi satu atau beberapa organisasi dan individu yang mampu
mengkoordinasi dan menyelenggarakan PPAM
2. Mencegah dan mengelola kekerasan seksual dan akibatnya
3. Menekan penularan HIV ( kondom gratis,pencegahan HIV)
4. Mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal dan bayi baru lahir
(alat yang steril dan aman , sistem rujukan yang baik)
5. Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif,
terintegrasi dengan puskesmas dan rumah sakit.
Evaluasi PPAM Kesehatan Reproduksi
Langkah-langkah yang dilakukan:
1. Menetapkan ruang lingkup evaluasi
2. Melakukan evaluasi
3. Menganalisa
4. Mengambil Kesimpulan
5. Mendokumentasikan
6. Melaporkan Hasil
Waktu penyusunan
• Pada kondisi normal sebelum terjadi bencana
Rencana kesiapsiagaan disusun pada kondisi normal sebelum terjadi
bencana dan harus direview dan direvisi secara berkala sesuai dengan
perkembangan kondisi daerah setempat (minimal 1 tahun sekali).
• Pada saat terdapat potensi bencana
Rencana kesiapsiagaan harus disesuaikan dengan kondisi daerah
setempat. Pada saat terdapat potensi bencana dimana sering terjadi
perubahan kondisi daerah, maka frekuensi review dan revisi rencana
kesiapsiagaan harus ditingkatkan. Disamping itu harus pula ditingkatkan
persiapan operasionalisasi dari rencana kesiapsiagaan tersebut.
Tahap penyusunan rencana kesiapsiagaan
Tahap persiapan
a. Pembentukan tim kesehatan reproduksi.
b. Mengadakan pertemuan/lokakarya untuk mendapatkan kesepahaman
tentang konsep PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum) dan
penerapannya dalam penyusunan rencana kesiapsiagaan pada tahap
berikutnya.
Tahap penyusunan rencana kesiapsiagaan
a. Identifikasi data-data kesehatan reproduksi (baik data cakupan
maupun data sarana yang ada), termasuk data kerentanan di
wilayah tsb.
b. Pembuatan peta.
c. Tindakan untuk mengurangi kerentanan dan risiko kesehatan
reproduksi.
d. Penyiapan komponen rencana kesiapsiagaan.
Proses identifikasi kerentanan kesehatan reproduksi dalam masyarakat
melalui ;
a. Menilai status kesehatan reproduksi setempat berdasarkan
indikator kesehatan reproduksi yang ada seperti angka kematian
ibu, pelayanan belum optimal, rujukan dll. (apendiks 3)
b. Mengenali faktor – faktor kerentanan kesehatan reproduksi seperti
faktor kemiskinan, akses terbatas ke pelayanan kesehatan
reproduksi, ketrampilan tenaga kesehatan dll. (appendix 4 dan
lampiran 2)
Peta Kerentanan dan Risiko

Peta adalah salah satu dari cara terbaik untuk mempresentasikan


hasil dari penilaian kerentanan, dan analisa risiko.
Langkah – Langkah Menggambar Peta
1. Membuat simbol – simbol yang menggambarkan
a. Kelompok – kelompok rentan seperti ibu hamil dan bayi
b. Kelompok risiko tinggi kesehatan reproduksi pada populasi yang ada
dalam wilayah setempat seperti : wilayah dengan prevalensi HIV, IMS, dll.
c. Masalah kesehatan reproduksi pada masyarakat seperti tingginya jumlah
kematian ibu, bayi dll.
d. Tenaga kesehatan khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi.
e. Fasilitas kesehatan dan alur rujukan pelayanan kesehatan reproduksi
(puskesmas PONED dan Rumah sakit PONEK)

2. Menggambar alur yang menghubungkan antara populasi setempat


dengan fasilitas layanan kesehatan reproduksi terdekat dan alur
rujukan antar fasilitas layanan kesehatan reproduksi.
Penyiapan Komponen Kesiapan Penanggulangan Bencana meliputi;
1. Sumber daya manusia
Tim siaga kesehatan reproduksi bertanggung jawab untuk menyiapkan
kemampuan sumber daya manusia untuk pelaksanaan rencana
kesiapsiagaan sesuai bidangnya masing-masing.
2. Pengorganisasian
3. Fasilitas, alat , bahan dan Langkah-langkah:
a. Mengidentifikasi kebutuhan logistik kesehatan reproduksi
b. Mengidentifikasi tempat penyimpanan logistik
c. Mengidentifikasi tempat pelayanan 
d. Mengidentifikasi institusi/organisasi (nasional/ internasional) yang
memiliki potensi dalam penyediaan logistik dan fasilitas kesehatan
reproduksi
Penyediaan dan penyiapan kebutuhan material Kesehatan Reproduksi
yang terdiri dari:
1. RH kit (alat dan bahan yang bibutuhkan untuk pelayan dasar untuk
ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita dalam situasi darurat)
2. Bidan kit (di luar paket RH kit)
3. Individual kit: hygiene kit, kit bayi, kit ibu hamil, kit ibu bersalin
4. Peralatan penunjang Kesehatan Reproduksi: tenda, generator,
lampu penerangan dll
Selengkapnya lihat pada appendiks 5 dan lampiran 3.
4. Perencanaan anggaran
5. Tiap tingkatan pemerintahan perlu menyiapkan alokasi anggaran
dan memobilisasi anggaran untuk membiayai rencana kegiatan pada
rencana kesiapsiagaan.
Langkah Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang dilakukan adalah:
Penyusunan materi KIE yang berkaitan dengan situasi bencana
seperti:
a. Bagaimana mendapatkan pelayanan dalam kondisi bencana
b. Tempat-tempat pelayanan yang tersedia dan menyebarkannya
secara luas kepada masyarakat.
6. Penyiapan Mekanisme Respon
Penyiapan mekanisme respon dapat dilakukan dengan melakukan
gladi/simulasi pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dalam
situasi tanggap bencana.
Simulasi pelaksanaan berdasarkan rencana kesiapsiagaan dan
tindakan operasional.
Tindak Lanjut Pasca Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan
1. Pengesahan dan penetapannya dengan landasan hukum
2. Sosialisasi kepada pihak-pihak terkait
3. Pelaksanaan rencana kesiapsiagaan
SAAT TANGGAP BENCANA
Panduan Tindakan Operasional 
Tindakan yang dilakukan:
operasionalisasi dari rencana kesipasiagaan dibawah koordinasi
koordinator tim siaga kesehatan reproduksi.
Tujuan pelaksanaan tindakan operasional :
Untuk memberikan respon yang cepat, tepat dan sistematis segera
setelah dan selama tanggap bencana, sehingga efek yang ditimbulkan
bencana terhadap kesehatan reproduksi dapat seminimal mungkin.
Tahapan Tindakan Operasional
Tindakan operasional dari rencana kesiapsiagaan dibedakan menjadi
respon awal dan respon lanjutan.
1. Respon Awal
a. Penentuan Tingkat wewenang penanganan bencana: tingkat
kabupaten/propinsi/nasional
Keterangan
Dalam hal terjadi bencana, maka tanggung jawab pertama upaya
penanganan kesehatan reproduksi ada pada tingkatan kabupaten/kota,
Manakala masalah Kesehatan Reproduksi yang timbul tidak tertangani
oleh tim tingkat kabupaten, maka upaya penanganan akan mendapat
dukungan dari tingkat di atasnya.
b. Mengintegrasikan tim siaga kespro ke dalam tim koordinasi Badan
Penanggulangan Bencana
2. Mobilisasi tim siaga kesehatan reproduksi untuk melakukan
penilaian awal dan kegiatan lain secara simultan sesuai fungsi dari
masing-masing sub tim. Penilaian Awal Kesehatan Reproduksi
secara Cepat
a.  Tujuan:
untuk mengukur besarnya masalah yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi akibat bencana, dampak yang terjadi
maupun yang mungkin terjadi terhadap kesehatan reproduksi.
menjadi acuan bagi upaya kesehatan reproduksi yang tepat
dalam penanggulangan dampak bencana terhadap kesehatan
reproduksi.
b. Penanggung jawab: koordinator bidang penilai pada tim siaga kesehatan
reproduksi
c. Waktu pelaksanaan: terintegrasi dengan penilaian kesehatan secara
umum, dan waktu pelaksanaannya tidak lebih dari 72 jam setelah
bencana terjadi.

Penilaian awal kesehatan


secara cepat
dilakukan melalui alur berikut:
PASCA BENCANA
Kegiatan difokuskan pada upaya pemulihan kondisi kesehatan
reproduksi.
Secara definisi pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan
sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi dan
difokuskan pada perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi
komprehensif.
Pelayanan kespro komprehensif meliputi :
1.  KIA
2.  KB
3.  IMS, HIV dan AIDS
4.  Kespro Remaja
5.  Kespro usia lanjut
6.  Kasus kekerasan berbasis gender termasuk kekerasan seksual
Kegiatan Pemulihan ini meliputi kegiatan:
1. Melakukan assessment untuk menilai kesiapan pelayanan Kesehatan
Reproduksi sesuai kondisi normal
Penanggung jawab: Koordinator bidang data & informasi Data yang
dikumpulkan meliputi:
a. Validasi data penduduk pasca bencana (mengacu pada apendiks 3)
b. Lihat data-data awal kesehatan reproduksi sebelum bencana
c. Mengidentifikasi sarana dan pra sarana (fasilitas kesehatan,
ketersediaan staff, termasuk ketersediaan alat dan bahan) yang dapat
direhabilitasi dan dikembangkan untuk pelaksanaan pelayanan RH
yang komprehensif terpadu.
2. Perencanaan pelaksanaan Kesehatan Reproduksi komprehensif
terpadu
Perencanaan disusun berdasarkan hasil dari proses assessment.
Komponen perencanaan meliputi : sumber daya manusia, fasilitas,
alat dan bahan, anggaran. 
3. Pelaksanaan Upaya Pemulihan Kesehatan Reproduksi
Operasionalisasi dari perencanaan pelaksanaan kespro
komprehensif terpadu.
Monitoring dan evaluasi
Tujuan :
mengukur efektifitas program, identifikasi permasalahan, mendapat
pelajaran, dan meningkatkan performance secara keseluruhan.
Ativitas Monev digunakan untuk menilai kemajuan dari pelaksanaan
hasil perencanaan dan menemukan kelemahan dalam penyusunan
rencana. (lampiran 5).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai