PT 12 Langkah - Langkah Penanganan Kespro
PT 12 Langkah - Langkah Penanganan Kespro
PT 12 Langkah - Langkah Penanganan Kespro
PENANGANAN KESEHATAN
REPRODUKSI PADA TIAP
TAHAPAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
Apa yang anda ketahui tentang kesehatan
reproduksi??
Kesehatan Reproduksi
Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Tujuan Umum
Meningkatkan kesiapsiagaan dan kualitas pelaksanaan pelayanan
Kesehatan Reproduksi dalam situasi bencana.
Tujuan Khusus
1. Terbentuk dan terkoordinasinya tim yang melibatkan seluruh
pihak yang terkait baik dari pemerintah maupun non
pemerintah termasuk komponen masyarakat
2. Tersedianya rencana kesiapsiagaan di masing-masing tingkatan.
3. Terjaminnya pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum
untuk Kesehatan Reproduksi pada fase awal bencana.
DASAR HUKUM
Dasar hukum penanganan kesehatan reproduksi pada penyelenggaraan
penanggulangan kesehatan reproduksi adalah:
1. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
2. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi CEDAW
(Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan).
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah.
5. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
6. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2000 tentang Pelimpahan
Tugas dan Wewenang.
7. Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender.
8. Kepmenkes Nomor 131/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
9. UU no 21 tahun 2007 tentang Trafiking.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
145/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan.
11. Undang – Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Pasal 55,
ayat (1) menyatakan bahwa perlindungan terhadap kelompok rentan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 huruf e dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan,
evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Ayat (2) menyebutkan bahwa kelompok rentan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. bayi, balita, dan anak-anak;
b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
c. penyandang cacat;
d. orang lanjut usia.
• Tiap-tiap fase bencana memiliki karakteristik/kondisi yang
tertentu.
• Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang berbeda
untuk setiap tahapan bencana.
Rencana yang disusun oleh Tim Siaga Kesehatan Reproduksi harus
bersifat spesifik untuk tiap tahapan bencana yaitu: