Referat 1 Obat-Obatan Kardiovaskular

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 102

OBAT-OBATAN

KARDIOVASKULAR

Oleh:
Anjas Julianto, S.Ked
Athiatul Aufa, S.Ked
Sofi Aridah, S.Ked
Ananda Cantika Azhari, S.Ked

Pembimbing:
Obat-obat kardiovaskular
1. Obat Antihipertensi

2. Obat Antiaritmia

3. Obat Antiangina

4. Obat Antihipolipidemik

5. Obat Gangguan Pembukan Darah


1. Obat Antihipertensi
● Diuretik
● ACE-inhibitor
● ARB
● Vasodilator
● Beta Bloker
DIURET Meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler
IK

Terdiri dari
● Thiazide
● Loop Diuretik (Diuretik Kuat)
● Diuretik Hemat Kalium
Mekanisme: menghambat transport bersama Na-Cl di tubulus distal
ginjal sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.

Diuretik Diuretik tiazid diindikasikan pada keadaan edema, hipertensi, gagal


Thiazid jantung kongestif, sirosis hepatik, diabetes insipidus, serta
hiperkalsiuria.

Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal

Efek samping yang dapat ditimbulkan hipokalemia, hypovolemia, hipokloremia,


hipomagnesia, hiperurisemia serta hiperkalsemia sehingga penggunaan obat ini sebaiknya
tidak diberikan kepada orang dengan gangguan elektrolit, gout arthritis, hiperkalsemia
dan lainnya.
LOOP DIURETIK (DIURETIK KUAT)

Farmakodinamik
Loop dieuretik terutama bekerja dengan menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa
henle ascenden bagian epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel bagian luminal (yang
menghadap ke lumen tubuli).
Farmakokinetik
• Metabolisme
• Absorbsi
Obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin
loop diuretic mudah diserap melelui saluran cerna,
sekali di tempat kerjadidaerah yang lebih distal
dengan derajat yang berbeda-beda. Bioavalabilitas
lagi.
furosemid 65% sedangkan bumetenid hamper 100%.
• Eksresi
• Distribusi
Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan IV
ekstensif, sehingga tidak difiltrasi glomerulus tetapi diekskresi melalui ginjaldalam bentuk utuh dan
cepat sekali disekresi melalui system transportasam dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidil
organic di tubulus proksimal. terutamasistein dan N-asetil sistein.
LOOP DIURETIK (DIURETIK KUAT)

indikasi

Gagal jantung, edema refrakter, asites dan edema akibat gagal ginjal, gagal ginjal akut,
menurunkan kadar kalsium plasma.

Kontraindikasi Efek samping


1) Gagal ginjal yang disertai anuria 1) Gangguan cairan elektrolit
2) Hipokalemia 2) Ototoksisitas
3) Gout 3) Efek metabolic
4) Hiperkalsemia, 4) Reaksi alergi
5) Pengguna digitalis Sirosis hepatik 5) Nefritis intersisialis alergik
6) Tidak dianjurkan pada wanita hamil.
SEDIAAN DAN DOSIS
SEBAIKNYA DIBERIKAN SECARA ORAL, KECUALI BILA DIPERLUKAN UNTUK
DIERESIS SEGERA, MAKA DAPAT DIBERIKAN IM SATU IV

Obat Sediaan Dosis Efek


Furosemid ∙ Tab 20&40 mg ∙ Hipertensi : 10-40 mg ∙ Diuresis dalam 10-20
∙ Inj 20mg/amp 2 ml oral 2x/hari menit
∙ CHF : 20-80 mg iv, 2- ∙ Efek maksimal 1,5
3x/hari jam
∙ Lama kerja 4-5 jam
Butenamid ∙ Tab 0,5 & 1 mg ∙ 0.5-2 mg, oral 1-2x/hari ∙ Onset 75-90 menit
∙ Inj 5 mg ∙ Maksimum 10mg/hari ∙ Lama kerja 4-5 jam
Asam etakrinat ∙ Tab 25 & 50 mg ∙ 50-200 mg/hari
∙ Inj 50mg/amp ∙ 0,5-1 mg/kgBB
Mekanisme: Bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus
kologentes daerah korteks. Menghambat reabsorpsi natrium
dan sekresi kalium.

Diuretik Indikasi : Pasien dengan hiperaldosteronisme primer,


hiperurisemia, hipokalemia dengan intoleransi glukosa
Hemat Kontra Indikasi : Penggunaan harus dihindarkan bila kreatinin

Kalium serum lebih dari 2,5 mg/dL atau gagal ginjal

Efek samping: gangguan haid pada wanita, hiperkalemia pada


pasien gagal ginjal

Obat Dosis Pemberian

Amilorid 5-10 mg 1-2x/hari

Spironolakton 25-100 mg 1x/hari

Triamteren 25-300 mg 1x/hari


B. PENGHAMBAT ANGIOTENSIN-CONVERTING
ENZYME (ACE-INHIBITOR)
PENGHAMBAT ANGIOTENSIN-CONVERTING
ENZYME (ACE-INHIBITOR)
• INDIKASI
• Hipertensi ringan, sedang dan berat.
• Krisis hipertensi (kaptopril dan enalaprilat)
• Gagal jantung
• Diabetes
• Sindroma koroner akut
• Sindroma nefrotik
• Nefropati DM.
Angiotensin-converting Enzyme (ACE-Inhibitor)

Mekanisme Kerja
menghambat perubahan AI menjadi AII
sehingga terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron.

Efek Samping
batuk kering, hipotensi, hiperkalemia,
skin rush, edema angioneurotik, gagal
ginjal akut
KONTRAINDIKASI
• Wanita hamil
• Ibu menyusui
• Hipertensi dengan penyakit ginjal kronik dengan hiperkalemia
• Stenosis arteri renalis

EFEK SAMPING
• Hipotensi
• Batuk kering
• Hiperkalemia
• Rash
• Edema angioneurotik,
• Gagal ginjal akut
• Proteinuria
• Efek teratogenik
DOSIS DAN SEDIAAN
Angiotensin-converting Enzyme (ACE-Inhibitor)

DOSIS DAN SEDIAAN

Catopril Enalapril Lisinopril Ramipril


• 12,5 mg 25 • 5 mg, 10 mg • 5 mg, 10 mg, • 1,25 mg, 2,5 mg, 5
mg, 50 mg • 1-2x sehari 20 mg mg, 10 mg dibagi
• 2-3x sehari • 1x sehari dalam 1-2 dosis
C. ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER
(ARB)
• ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensin-2 tipe 1 (AT1) yang
memediasi efek Angiotensin-2 yaitu vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,
aktivasi saraf simpatik, pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriol
eferen dari glomerulus.

• ARB tidak memblok reseptor Angiotensin-2 tipe 2 → menimbulkan efek


menguntungkan seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan
pertumbuhan sel tetap utuh dengan penggunaan ARB.
Pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, ARB dapat digunakan
sebagai:
• Alternatif ACE-Inhibitor pada HF dengan EF ≤ 40% yang tidak dapat
mentoleransi ACE-Inhibitor karena batuk

• ARB dan ACE-Inhibitor memiliki efikasi yang sebanding pada HF sistolik


dengan EF ≤ 40% terhadap mortalitas dan morbiditas. Pada infark miokard
akut dengan gejala HF atau disfungsi ventrikel kiri, ARB dan ACE-Inhibitor
memiliki efek yang sebanding terhadap mortalitas.

• ARB dapat dipertimbangkan dalam kombinasi dengan ACE-Inhibitor pada


pasien bergejala untuk mengurangi mortalitas dan hospitalisasi karena gagal
jantung.
Efek Samping
• Hipotensi
• Hiperkalemia
• Fetotoksik

Kontraindikasi
• Menyusui,
• Stenosis aorta berat
• Kadar kalium serum >5,5 mmol/L
• Pasien yang diterapi dengan ACE-I bersamaan
• Stenosis arteri bilateral atau stenosis pada satu-satunya ginjal yang
masih berfungsi.
Frekuensi
Obat Dosis(mg/hari) Sediaan
pemberian

Losartan 25-100 1-2x Tab 50 mg

Valsartan 80-320 1x Tab 40 dan 80 mg

Irbesartan 150-300 1x Tab 75 dan 150 mg

Telmisartan 20-80 1x Tab 20, 40, dan 80 mg

Candesartan 8-32 1x Tab 4, 8, dan 16 mg


D. VASODILATOR
E. BETA BLOCKER
Penghambat Adrenoreseptor Beta (Beta Blocker)

KONTRAINDIKASI
• Asma
• Bradikardi
• Sindrom QT panjang atau yang pernah mengalami torsades de pointes
• Fenomena Raynaud
• Pada pasien gagal jantung kongestif, yaitu terdiri dari kontraindikasi mutlak dan relatif :

Kontra-indikasi mutlak
1. Blok jantung meningkat, kecuali sebuah alat pacu permanen
2. Bradikardi sinus kurang dari 50 kali/menit, kecuali ada sebuah alat pacu
3.Tekanan darah sistolik kurang dari 85 mmHg.
4. Asma atau penyakit jalan nafas reversible labil.

Kontraindikasi relatif
1. Penyakit paru obstruktif kronis (COPD) biasanya bukan sebuah masalah bahkan untuk beta-bloker
non-selektif.
2. Penyakit vaskular perifer biasanya dinyatakan sebagai kontraindikasi relatif.
DOSIS DAN SEDIAAN
Obat Dosis awal Dosis Frekuensi Sediaan
(mg/hari) maksimal pemberian
(mg/hari)
Kardioselektif

Asebutolol 200 800 1-2x Cap 200mg,


tab 400mg
Atenolol 25 100 1x Tab 50mg,
100mg
Bisoprolol 2,5 10 1x Tab 5mg
Metoprolol
Lepas lambat 100 200 1x Tab 100 mg
Nonselektif
Alprenolol 100 200 2x Tab 50mg
Karteolol 2,5 10 2-3x Tab 5mg
Nadolol 20 160 1x Tab 40mg,
80mg
Propanolol 40 160 2-3x Tab 10mg,
20mg
Timolol 20 40 2x Tab 25mg.
F. ADRENOLITIK SENTRAL
ADRENOLITIK SENTRAL

Mekanisme Kerja

Adrenolitik sentral bekerja pada reseptor α2 di pusat


vasomotor medula oblongata dan otak.

Menghambat saraf dan menurunkan efek simpatis di sistem


saraf pusat. Selain itu juga menurunkan curah jantung dan
resistensi perifer.
METILDOPA KLONIDIN
• Mekanisme kerja : Metildopa merupakan • Mekanisme kerja : bekerja pada reseptor α-2
prodrug yang dalam SSP menggantikan disusunan saraf pusat dengan efek penurunan
kedudukan DOPA dalam sintesis katekolamin simpathetic outflow. Efek hipotensif klonidin
dengan hasil akhir α-metilnorepinefrin. terjadi karena penurunan resistensi perifer dan
Metildopa mengurangi sintesis nor adrenalin curah jantung.
sehingga aktivitas saraf simpatis berkurang. • Indikasi : Sebagai obat ke-2 atau ke-3 bila
• Indikasi : obat antihipertensi tahap kedua penurunan diuretik belum optimal. Untuk
untuk pengobatan hipertensi pada kehamilan. beberapa hipertensi darurat. Untuk diagnosik
• Efek samping : sedasi, hipotensi postural, feokromositoma.
pusing, mulut kering dan sakit kepala • Efek samping : Mulut kering dan sedasi
• Dosis : Dosis efektif minimal adalah 2 x 125 setelah beberapa minggu pengobatan. pusing,
mg per hari dan dosis maksimal 3 gr perhari. mulut kering, mual atau impotensi
• Dosis :
Oral : 1-6 mcg/kgBB per 8-12 jam
IV : 1-5 mcg/kgBB diberikan IV lambat
2. ANTI ARITMIA
Anti Aritmia

Artimia —> gangguan urutan irama/ gangguan kecepatan dari proses depolarisasi, repolarisasi, atau kedua-
duanya pada jantung.

Keadaan ini dapat disertai dengan atau tanpa penyakit jantung, dapat juga dengan atau tanpa gejala klinis.

Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah :


• Hambatan saluran natrium.
• Hambatan efek otonom simpatis pada jantung.
• Perpanjangan periode refrakter yang efektif.
• Hambatan pada saluran kalsium.
Klasifikasi obat anti aritmia berdasarkan mekanisme kerjanya
(Vaughan – Williams)

Kelas Mekanisme Kerja Obat

I Penyakit Kanal Natrium


IA Depresi sedang fase 0 dan konduksi lambat Procainamide, disopyramide, qunidine
(2+), memanjangkan repolarisasi
IB Depresi minimal fase 0 dan konduksi lambat Phenytoin, lidocaine, tokainid, mexiletine
(0-1+), mempersingkat repolarisasi
IC Depresi kuat fase 0, konduksi lambat (3+ - Enkainid, flekainid, indekainid, propafenon
4+), efek ringan terhadap repolarisasi
II Beta Blocker Esmolol, propranolol, asebutolol
III Memanjangkan repolarisasi Bretilium, amiodarone, sotalol, dofetilid,
ibutilide
IV Penyekat kanal kalsium Diltiazem, verapamil
V Lain-lain Adenosin, magnesium, digitalis
Obat Anti Aritmia Kelas I
• Kelas IA : Mekanisme kerjanya melambatkan depolarisasi fase 0.

A. Prokainamid
Farmakokinetik Dosis
Tablet dan kapsul (250-500 mg) dan tablet
Didistribusikan dengan cepat hampir ke
lepas lambat (250-1000 mg).
semua jaringan kecuali ke otak. Dieliminasi
melalui ekskresi ginjal dan metabolisme di
Bila diberikan secara intramuskular atau
hati
intravena berisi 100 atau 500 mg/mL.
Waktu paruh : 3 jam pada orang normal, 5-
8 jam pada pasien penyakit jantung.
Bila diberikan secara Intravena
• Pengobatan jangka pendek atau dapat menyebabkan hipotensi,
jangka panjang aritmia peroral dapat menyebabkan
supraventrikel dan ventrikel anoreksia, mual, muntah, diare.
Tidak digunakan untuk
• Pengobatan takikardia pengobatan takikardia Efek samping SSP : pusing,
supraventrikel proksimal (PSVT) ventrikular menetap dan psikosis, halusinasi, dan depresi.
baik yang disebabkan oleh arus- aritmia yang disebabkan digitalis
balik di nodus AV, maupun pada karena efek toksiknya mudah Komplikasi yang paling berat dapat
sindrom Wolff-Parkinson-White. timbul. terjadi perdarahan perikardial
yang disertai tamponade.

Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


B. Disopiramid

Farmakokinetik Dosis
90% dosis oral diabsorpsi dalam waktu Tersedia dalam bentuk tablet (100-150 mg).
1-2 jam setelah diminum, sebagian kecil Dosis total harian adalah 400-800 mg yang
mengalami metabolisme lintas pertama pemberiannya terbagi atas 4 dosis.
di hati.

Waktu paruh : 5-7 jam


• Pengobatan jangka pendek atau
Efek samping antikolinergik
jangka panjang aritmia
supraventrikel dan ventrikel mulut kering, konstipasi,
penglihatan kabur, dan
• Pengobatan takikardia hambatan miksi.
Tidak digunakan untuk
supraventrikel proksimal
pengobatan takikardia Efek kardiovaskular lebih
(PSVT) baik yang disebabkan
oleh arus-balik di nodus AV, ventrikular menetap dan menonjol dibanding obat kelas
maupun pada sindrom Wolff- aritmia yang disebabkan IA lain, tekanan darah biasanya
Parkinson-White. digitalis karena efek toksiknya meningkat sementara setelah
mudah timbul. pemberian secara intravena.
• Pencegahan fibrilasi ventrikel.

Kontraindi Efek
Indikasi kasi Samping
C. Kuinidin

Farmakokinetik Dosis

Didistribusikan dengan cepat Dosis oral: 200-300 mg yang diberikan 3


hampir ke semua jaringan kecuali atau 4 kali sehari untuk pasien dengan
ke otak. kontraksi atrium dan ventrikel prematur
atau untuk terapi pemeliharaan.
Waktu paruh: 6 jam

Kuinidin difiltrasi diglomeruli dan


diekskresi oleh tubuli proksimal.
• Pengobatan jangka pendek atau kadar obat yang tinggi 🡪 efek
jangka panjang aritmia toksik terhadap jantung menjadi
supraventrikel dan ventrikel berat, 🡪 blokade atau henti SA,
blokade AV derajat tinggi, aritmia
• Pengobatan takikardia
Tidak digunakan untuk ventrikel atau asistol.
supraventrikel proksimal
pengobatan takikardia
(PSVT) baik yang disebabkan
oleh arus-balik di nodus AV, ventrikular menetap dan Selain itu juga dapat
maupun pada sindrom Wolff- aritmia yang disebabkan menyebabkan takikardia
Parkinson-White. digitalis karena efek toksiknya ventrikel pleomorfik sehingga
mudah timbul. dapat mengancam jiwa. Kadang-
• Pencegahan fibrilasi ventrikel. kadang menyebabkan sinkop atau
kematian mendadak.

Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


• Kelas IB: Mekanisme kerja memendekkan repolarisasi fase 3.
A. Fenitoin

Farmakokinetik Dosis
Setelah pemberian intravena, fenitoin disebar Suntikan intravena intermiten adalah
dengan cepat ke jaringan, dieliminasi melalui 100 mg yang diberikan tiap 5 menit
hidroksilasi di hati dan metabolit yang sampai aritmia terkendali atau timbul
terbentuk tidak berkhasiat antiaritmia. efek samping.

Metabolisme berlangsung lambat dan tidak Pengobatan peroral hari pertama diberi
dipengaruhi oleh perubahan aliran darah hati. 15 mg/kgBB, hari kedua 7,5 mg/kgBB,
dan selanjutnya diberi dosis
pemeliharaan 4-6 mg/kgBB (umumnya
antara 300-400 mg/hari).
Kontraindikasi
Fenitoin tidak efektif
untuk aritmia atrium
seperti flutter,
fibrilasi atrium dan
Indikasi SVT. Efek Samping
Digunakan untuk pengobatan Efek samping paling menonjol
aritmia ventrikel dan atrium dalam jangka pendek
yang disebabkan oleh digitalis. merupakan gejala SSP yaitu
Efektif untuk mengatasi aritmia mengantuk, nistagmus, vertigo,
ventrikel yang timbul setelah ataksia, dan mual.
bedah jantung terbuka dan
infark miokard serta efektif
untuk mengobati berbagai
bentuk aritmia ventrikel yang
timbul karena intoksikasi
digitalis.
B. Lidokain
Farmakokinetik
Dosis

Walaupun lidokain diserap dengan baik


setelah pemberian peroral, obat ini 0,7 – 1,4 mg/kgBB secara intravena,
mengalami metabolisme yang ekstensif berikutnya diperlukan 5 menit kemudian,
sewaktu melewati hati dan hanya 1/3 tetapi jumlahnya tidak lebih dari 200-300
yang dapat mencapai sirkulasi sistemik. mg dalam waktu 1 jam. Bila diberikan
intramuskular sebesar 4-5 mg/kg BB, kadar
Obat ini hampir sempurna diserap efektif tercapai dalam waktu 15 menit dan
setelah pemberian intramuskular. Waktu kadar terapi bertahan selama 90 menit.
paruh eliminasi sekitar 100 menit.
Indikasi kontraindikasi
Hanya digunakan untuk pengobatan Gangguan nodus SA, semua derajat
aritmia ventrikel, terutama di ruang blok AV, depresi miokard yang berat
perawatan intensif. Efektif terhadap
aritmia ventrikel yang disebabkan infark
miokard akut, bedah jantung terbuka
dan digitalis.
Efek Samping
Pada kadar plasma mendekati 5 mg/ml,
gejala SSP seperti disosiasi, parestesia,
mengantuk dan agitasi. Pada dosis lebih
tinggi, menyebabkan pendengaran
berkurang, disorientasi, kedutan otot,
kejang, dan henti napas.
C. Tokainid

Farmakokinetik Dosis

Diabsorpsi dengan sempurna setelah Tersedia tablet 400 mg dan 600 mg.
pemberian peroral, kadar puncak dalam Dosis oral biasanya 400-600 mg tiap
plasma muncul dalam waktu 1-2 jam. 8 jam, tak boleh melebihi 2.400
Sekitar 40% diekskresi dalam urin dalam mg/hari dan harus diturunkan kurang
bentuk utuh. Waktu paruh dalam plasma dari 1.200 mg pada pasien dengan
adalah 11-15 jam dan nilai ini naik dua gangguan fungsi ginjal atau hati.
kali lipat pada pasien gagal ginjal atau
gagal hati.
Indikasi Efek Samping

Diindikasikan untuk pengobatan aritmia Gejala SSP :


ventrikel. Pusing, tremor, mual, muntah, dan
anoreksia.
Kontraindikasi
Selain itu juga dapat menyebabkan
Kurang efektif dalam memperlambat agranulositosis, depresi sum-sum tulang
frekuensi denyut atrium pada flutter dan dan trombositopenia. Selanjutnya
fibrilasi atrium atau dalam mengubah agranulositopenia dapat menyebabkan
aritmia menjadi irama sinus infeksi, sepsis dan kematian.
D. Meksiletin

Farmakokinetik
Dosis
Peroral, meksiletin diabsorpsi dengan
baik dan bioavailabilitas sistemiknya ●Tersedia dalam kapsul 150, 200,
adalah sekitar 90%. dan 250 mg. Dosis oral biasa 3x200-
300 mg (maksimal 400 mg) yang
Obat ini dieliminasi melalui diberikan tiap 8 jam dengan
metabolisme hati, sekitar 10% dosis makanan atau antacid.
ditemui dalam bentuk yang tak
berubah dalam urin. Waktu paruhnya
sekitar 10 jam. Obat ini sudah jarang
digunakan
Kontraindikasi

Tokainid kurang efektif


Indikasi dalam memperlambat
frekuensi denyut atrium
Diindikasikan untuk pada flutter dan fibrilasi
pengobatan aritmia atrium atau dalam
ventrikular. mengubah aritmia menjadi Efek Samping
irama sinus.
Gejala SSP berupa
pusing, ringan
kepala dan tremor,
mual, muntah, dan
anoreksia.
• Kelas IC: Mekanisme kerja melambatkan depolarisasi fase 0 secara
bermakna.
A. Enkainid
Farmakokinetik Dosis

Diabsorpsi hampir sempurna setelah Tersedia untuk pemberian peroral


pemberian peroral, tetapi bioavailabilitas sebagai kapsul 25, 35, dan 50 mg.
nya turun menjadi 30% melalui Dosis awal adalah 25 mg, diberikan
metabolisme lintas pertama di hati. 3x sehari. Dosis dapat dinaikan tiap
3-5 hari hingga 4x 50 mg/hari.
Kadar puncak dalam plasma tercapai
dalam waktu 30-90 menit.

Waktu paruh: 2-3 jam


Efek Samping

Resiko kematian mendadak


dan henti jantung pada pasien
Indikasi yang pernah mengalami
infark miokard dan aritmia
Diindikasikan untuk ventrikel asimptomatik
aritmia ventrikel
yang mengancam
Kontraindikasi
jiwa
Aritmia ventrikel
benigna atau
belum menjadi
maligna.
B.Flekainid
Farmakokinetik Dosis

Pemberian peroral sebagai tablet 50, 100,


Flekainid dimetabolisme oleh hati,
dan 150 mg. Dosis awal adalah 2 kali 100
sekitar 40% diekskresikan dalam urin
mg/hari. Dosis dapat dinaikan tiap 4 hari
dalam bentuk tak berubah. Waktu
dengan menambahkan 100 mg/hari yang
paruh eliminasi rata-rata 11 jam.
diberikan 2 atau 3 kali sehari.
Indikasi
A Diindikasikan untuk aritmia ventrikel yang
mengancam jiwa.

Kontraindikasi
B
Aritmia ventrikel benigna atau belum
menjadi maligna.

C Efek Samping
Meningkatkan resiko kematian mendadak
dan henti jantung pada pasien yang pernah
mengalami infark miokard dan aritmia
ventrikel asimptomatik. Selain itu juga
dapat menyebabkan disfungsi sinus dan
memperberat gagal jantung.
Obat Anti Aritmia Kelas II
Mekanisme kerjanya menurunkan depolarisasi fase 4 sehingga memanjangkan konduksi nodus AV,
menurunkan kontraktilitas dan denyut jantung.
A. Esmolol

Farmakokinetik Dosis
Hanya diberikan secara infus Diberikan secara intravena untuk
intravena, waktu paruh pengobatan jangka pendek atau
distribusinya hanya 2 menit. Ikatan sebagai pengobatan kegawatan
esternya dihidrolisis dalam darah pada takikardia supraventrikel.
dengan cepat oleh esterase sel
darah merah. Waktu paruh
eliminasi adalah 8 menit dan
metabolitnya tidak aktif.
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping

Untuk mengontrol Secara faali pada


dengan cepat pasien gagal jantung
kecepatan denyut terdapat aktivitas
Untuk mengontrol dengan cepat
ventrikel pada pasien simpatis tinggi untuk
kecepatan denyut ventrikel pada
dengan fibrilasi dan mempertahankan
pasien dengan fibrilasi dan flutter
flutter atrium pasca kontraksi ventrikel.
atrium pasca bedah atau keadaan
bedah atau keadaan Sebab itu, bila
darurat lain dimana diperlukan
darurat lain dimana digunakan β-bloker
pengendalian dengan obat yang
diperlukan sebagai antiaritmia
masa kerjanya singkat.
pengendalian dengan akan terjadi hipotensi
obat yang masa atau gagal ventrikel
kerjanya singkat. kiri.
B. Propanolol

Farmakokinetik
Pemberian per oral, diabsorpsi
sangat baik, tetapi metabolisme Dosis
tingkat pertama menurunkan
Dosis 30-320 mg/hari untuk aritmia
bioavailabilitasnya menjadi 25%.
yang sensitif terhadap obat ini. Untuk
Waktu paruh eliminasi adalah 4 jam.
menekan beberapa jenis aritmia
Eliminasi dapat berkurang sendiri
ventrikel diperlukan dosis 1000 mg/hari.
dengan cara menurunkan curah
Dalam keadaan darurat diberikan secara
jantung dan aliran darah hati
intravena, dengan dosis 1-3 mg
terutama pada pasien gagal jantung
diberikan dalam beberapa menit disertai
kiri.
pemantauan EKG, tekanan darah dan
tekanan arteri pulmonalis.
kontraindikasi
Tidak efektif untuk pengobatan
Indikasi depolarisasi prematur ventrikel yang
bergejala klinis pada pasien yang
berpenyakit jantung organik.
Pengobatan takiaritmia supraventrikel meliputi
fibrilasi, atrium, takikardia supraventrikel
paroksismal. Propanolol 3 x 60-80 mg/hari efektif
untuk menurunkan kematian dan infark non fatal
dalam waktu satu tahun setelah serangan infark
pertama.
Efek Sampng
hipotensi atau gagal ventrikel kiri
Obat Anti Aritmia Kelas III
Mekanisme kerjanya menghambat kanal kalium sehingga menurunkan arus kalium selama
fase repolarisasi.
A. Bretilium

Farmakokinetik Dosis
Absorpsi oral bretilium buruk Dosisnya 5-10 mg/kgBB yang diberikan per
karena merupakan amonium infus selama 10-30 menit. Dosis berikutnya
kwatemer. Setelah pemberian diberikan 1-2 jam kemudian bila aritmia
intramuskular, bretilium belum teratasi atau setiap 6 jam sekali untuk
dieliminasi hampir semuanya pemeliharaan. Pemberian intramuskular, 5-10
melalui ginjal, tanpa mg/KgBB tanpa pengenceran dan diulangi
dimetabolisme. Waktu paruh tiap 1-2 jam bila aritmia belum tertasi atau
adalah sekitar 9 jam dan naik dilanjutkan dengan pembelian tiap 6-8 jam
menjadi 15-30 jam pada pasien untuk pemeliharaan.
gagal ginjal.
Indikasi
Aritmia ventrikel yang mengancam jiwa dan gagal
A diobati pada dengan obat-obat antiaritmia lini
pertama seperti lidokain.

Kontraindikasi
B
Adanya hipotensi ortostatik.

C Efek Samping
Hipotensi bila diberikan secara intravena
untuk pengobatan aritmia akut. Pemberian
intravena cepat dapat menimbulkan mual
dan muntah.
B. Amiodaron

Farmakokinetik Dosis
Diabsorpsi secara lambat dan tidak Tersedia tablet 200 mg. Kadar terapi
sempurna pada pemberian per oral. efektif pada pengobatan jangka lama
Bioavailabilitasnya adalah 30% adalah 1-2,5 mg/ml.
dan berbeda antar individu. Pada
pemberian per oral, kadar puncak
tercapai 5-6 jam. Waktu parunya
panjang, 25-60 hari.
Indikasi
A Untuk fibrilasi atrium berulang dan untuk
takikardia ventrikel yang tidak stabil dan
berkelanjutan.

Kontraindikasi
B
Pengobatan jangka lama terjadi sinus
bradikardia simtomatik.

C Efek Samping
Setelah satu tahun pengobatan dapat
mengenai berbagai organ dan dapat
membawa kematian.
Obat Anti Aritmia Kelas IV
Mekanisme kerjanya penyekat kanal kalsium sehingga meyebabkan penurunan kecepatan depolarisasi spontan
fase 4 dan melambatkan konduksi pada jaringan yang tergantung pada arus masuk kalsium seperti nodus AV,
otot polos vaskuler dan jantung.

A. Verapamil
Farmakokinetik Dosis
Efek klinis penting dari antagonis Dosis pertama 2,5-5 mg IV bolus selama 2
kalsium untuk pengobatan aritmia menit (3 menit pada usia lanjut). Dosis
adalah penekanan potensial aksi berikutnya 5-10 mg IV jika diperlukan
yang kalsium dependent dan dengan interval waktu 15-30 menit dari
perlambatan konduksi di nodus AV. pemberian dosis pertama. Dosis maksimum
Verapamil merupakan turunan 20 mg IV. Dosis alternatif 5 mg bolus tiap 15
papaverin, menyekat kanal kalsium menit dengan total dosis 30 mg.
di membran otot polos dan otot
jantung.
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping

Menghentikan Penderita hipersensitivitas,


Konstipasi, pusing,
SVT re-entri syok kardiogenik, infark
mual, hipotensi,
dengan kompleks miokard akut dengan
sakit kepala, edema,
QRS sempit dan komplikasi, gagal jantung
edema paru,
tekanan darah kongestif, flutter atau fibrilasi
fatigue, dispnea,
yang adekuat dan atrium dengan jalur bypass
bradikardia, AV
fungsi ventrikel (misal sindrom Wolff-
blok dan ruam.
kiri yang baik. Parkinson-White).
Obat Anti Aritmia Kelas V
A. Adenosin

Farmakokinetik

Adenosin mengaktifkan aliran ion kalium Dosis


yang sensitif asetilkolin di atrium, sinus, dan
Letakkan pasien pada posisi mild-reverse
nodus AV yang menghasilkan pemendekan
tredelenburg (kepala lebih tinggi daripada kaki)
lama aksi potensial, hiperpolarisasi dan
sebelum pemberian obat). Pergunakan three way.
perlambatan automatisitas normal. Adenosin
Bolus 6 mg adenosin (10 mg ATP) IV cepat dalam
juga menghambat efek elektrofisiologi dari
waktu 1-3 detik diikuti bolus saline normal 200 ml,
AMP siklik yang meningkat karena stimulasi
simpatis. Adenosin dieliminasi dengan waktu kemudian lengan diangkat. Bila diperlukan, dosis
paruh yang singkat, yaitu beberapa detik kedua adenosin 12 mg (20 mg ATP) IV dapat
saja. diberikan dalam 1-2 menit setelah pemberian
pertama.
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping

Menimbulkan
Untuk perlambatan irama
pengobatan sinus dan kondiksi
takikardia Blok AV derajat 2 atau 3
AV dan
dan sindrom gangguan
ventrikel yang meningkatkan rasa
sinus, asma, takikardi
terjadi karena refrakter nodus A,
yang disebabakan oleh menyebabkan
delayed after obat.
depolarization hipotensi jika
atau DAD. diberikan dalam
infus.
3. Anti Angina
1. NITRAT ORGANIK
a) Mekanisme Kerja

Nitrat organik adalah pro drug yaitu menjadi aktif setelah dimetabolisme dan mengeluarkan nitrogen monoksida (NO).
Nitrat organik melalui pembentukan radikal bebas nitrogen oksida (NO) menstimulasi guanilat siklase sehingga kadar
siklik-GMP dalam sel otot polos meningkat. Selanjutnya siklik-GMP menyebabkan defosforilisasi miosin sehingga terjadi
relaksasi otot polos. Efek vasodilatasi pertama ini bersifat non-endothelium-dependent.
1. NITRAT ORGANIK
b) Farmakokinetik

Absorpsi :
- Biovaibilitas oral rendah (<20%) → rute sublingual
- Rute lain pemberian yang tersedia untuk nitrogliserin adalah transdermis dan penyerapan melalui pipi dari preparat
lepas lambat
Distribusi :
- Pemberian sublingual, kadar puncak plasma nitrogliserin tercapai dalam 4 menit dengan waktu paruh 1-3 menit
Metabolisme :
- Dari berbagai metabolit nitrogliserin (dua bentuk dinitrogliserin dan dua mononitro), turunan 1,2-dinitro memiliki
efek vasodilatasi signifikan dan mungkin menghasilkan sebagian besar dari efek terapeutik nitrogliserin yang
diberikan per oral. Metabolit 5-mononitrat dari isosorbid dinitrat merupakan metabolit aktif dan tersedia untuk
pemakaian oral sebagai isosorbid mononitrat. Obat ini memiliki bioavaibilitas 100%.
Eksresi :
- Ekskresi, yang terutama dalam bentuk turunan glukuronida metabolit denitrasi, terutama melalui ginjal
1. NITRAT ORGANIK
c) Farmakodinamik

- Nitrat organik menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vaskular

- Nitrat organik menimbulkan vasodilatasi semua sistem vaskular

- Venous pooling ini meyebabkan berkurangnya alir balik darah ke dalam jantung, sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dan kanan (preload) menurun, menyebabkan kebutuhan oksigen miokard akan menurun.

- Nitrat organik menyebabkan dilatasi pembuluh darah koroner yang besar di daerah epikardial maka redistribusi
aliran darah pada daerah iskemik mejadi lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya
1. NITRAT ORGANIK
d) Efek samping

Toksisitas akut utama nitrat organik adalah kelanjutan langsung vasodilatasi terapeutik: hipotensi ortostatik, takikardia,
dan nyeri kepala berdenyut. Namun, nitrat dikontraindikasikan jika tekanan intrakranium meningkat

e) Toleransi

Jika terus-menerus terpajan ke nitrat, isolat otot polos dapat memperlihatkan toleransi total (takifilaksis), dan manusia
secara progresif menjadi toleran jika menggunakan preparat-preparat kerja-lama (oral, transdermis) atau infus intravena
kontinyu selama lebih dari beberapa jam tanpa terputus
1. NITRAT ORGANIK
2. Penghambat Adrenoreseptor B- Bloker

a) Mekanisme Kerja

Beta Blocker efektif untuk pengobatan angina stabil kronik karena mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan
cara mengurangi frekuensi denyut jantung, kontraktilitas miokard dan tekanan darah melalui penghambatan adrenoseptor-
di jantung, sewaktu kerja fisik. Selain itu, meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara mengurangi tegangan
dinding ventrikel selama sistol, serta memperlambat denyut jantung sehingga perfusi subendokard meningkat.. Sedangkan
apabila reseptor β2 berikatan dengan beta blocker akan terjadi bronkokonstriksi sehingga penggunaan β2 reseptor
antagonis bagi pasien dengan COPD dan asma dapat mengancam nyawa
2. Penghambat Adrenoreseptor B- Bloker

b) Farmakodinamik

Beta blocker yang memblok reseptor β1, curah jantung dipertahankan dengan penurunan resistensi perifer yang lebih
besar. Beta blocker juga memiliki efek yang signifikan pada ritme jantung dan otomatisitas yang kemungkinan
dipengaruhi oleh blokade reseptor β1 dan β2. Reseptor β3 terdapat pada miokardium normal, tempat reseptor ini bersama
dengan G1 dan menghambat kontraksi dan relaksasi jantung. Peran fisiologis β3 masih belum dapat dipastikan. Beta
blocker menurunkan denyut sinus dan denyut spontan depolarisasi pacu jantung ektopik, memperlambat konduksi di
atrium dan nodus AV, serta memperpanjang refrakter nodus AV
2. Penghambat Adrenoreseptor B- Bloker

Kontraindikasi

Secara tradisional, beta-blocker telah dikontraindikasikan pada pasien asma. Pasien yang mengalami bradikardia
akut atau kronis dan/atau hipotensi memiliki kontraindikasi yang relatif terhadap penggunaan beta-blocker. Hipotensi,
Bradikardia simptomatik, Blok AV derajat 2-3, Gagal jantung kongestif, Eksaserbasi seranngan asma, Diabetes melitus
dengan episode hipoglikemi.

Efek samping

Efek samping obat penghambat β pada angina antara lain adalah meningkatnya volume diastolik akhir dan
peningkatan waktu semburan (ejection time), yang keduanya cenderung meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium.
Efek-efek merugikan dari obat penghambat β ini dapat diimbangi oleh pemakaian secara bersamaan nitrat.
2. Penghambat Adrenoreseptor B- Bloker
4. HIPOLIPIDEMIK
1. Asam Fibrat
Contohnya : Gemfibrozil, Fenofibrat, Bezafibrat

- Gemfibrozil diserap secara kuantitatif dari usus dan terikat erat ke protein plasma. Obat ini mengalami sirkulasi
enterohepatik dan mudah menembus plasenta. Waktu-paruh plasma adalah 1,5 jam. Sebanyak 70% dieliminasi di
ginjal, sebagian besar tidak diubah

- Fenofibrat adalah suatu ester isopropil yang terhidrolisis sempurna di usus. Waktu-paruh plasmanya adalah 20 jam.
Enam puluh persen diekskresikan di urin sebagai glukuronida, dan sekitar 25% di tinja.
● Efek utama adalah meningkatnya oksidasi asam lemak di hati dan otot lurik. Mereka meningkatkan
lipolisis trigliserida lipoprotein melalui LPL. Lipolisis intrasel di jaringan adiposa berkurang

● Efek samping yang jarang dari golongan fibrat adalah ruam, gejala pencernaan, miopati, aritmia,
hipokalemia, dan peningkatan kadar aminotransferase atau alkali fosfatase darah

● Kontraindikasi penggunaan obat ini pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal, pada wanita hamil
dan masa menyusui.

● Dosis klofibrat tersedia sebagai kapsul 500 mg. Diberikan 2-4 kali sehari dengan dosis total sampai
2 g. Dosis obat harus dikurangi pada pasien hemodialisis. Fenofibrat diberikan tunggal 200-400
mg/hari. Bezafibrat diberikan 1-3 kali 200 mg sehari. Gemfibrozil biasanya diberikan 600 mg 2 x
sehari ½ jam sebelumnya makan pagi dan makan malam
2. Resin
● Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam sarluran cerna,
dan menganggu sirkulasi enterohepatic sehingga ekskresi steroid bersifat asam dalam tinja
meningkat. Karena sirkulasi enterohepatic dihembat oleh resin maka kolesterol yang diabsorbsi
lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar Bersama tinja. Hal ini akan menyebabkan
penurunan kolesterol dalam hati.
● Pada kolestiramin efek samping yang sering terjadi adalah mual, muntah, dan konstipasi.
● Contoh dari golongan obat ini adalah Kolestiramin dan Kolestipol
3. Statin/ Penghambat HMG CoA Reduktase

● Farmakodinamik Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati,
dengan menghambat enzim hmg coa reduktase
● Indikasinya berupa hiperkolesterolemia primer, menurunkan kadar kolesterol pada pasien
hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia.
● Kontraindikasi penggunaan obat ini yaitu hamil, menyusui, pasien dengan penyakit hati
aktif atau peningkatan serum transaminase yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
● Contoh obat : Lovastatin, Simvastatin, Pravastatin. Fluvastatin. Atorvastatin
4. Asam Nikotinat
● Niasin (Asam Nikotinat) menurunkan kadar VLDL dan LDL, dan Lp(a),
meningkatkan kadar HDL
● Indikasi penggunaannya merupakan lini pertama untuk pengobatan semuia jenis
hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia
● Kontraindikasi penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada penderita penyakit
hati, ulkus peptikum dan diabetes mellitus, dan wanita hamil
● Efek samping yang paling berbahaya adalah gangguan fungsi hati ditandai dengan
kenaikan kadar fosfatase alkali dan transaminase pada dosis tinggi (diatas 3 gr)
5. OBAT GANGGUAN
PEMBEKUAN
DARAH
Antiplatelet : 1. Aspirin
Mekanisme Kerja : Aspirin bekerja secara reversible menghambat enzim sikloksigenase (COX-1)
yang diperlukan sebagai precursor trombokson dengan plaelet. Obat ini menghambat sintesis
tromboksan. Tromboksan diperlukan untuk memfasilitasi agregasi platelet dan menstimulasi aktivasi
platelet
Indikasi : penyakit jantung coroner tanpa adanya kontraindikasi (alergi aspirin atau komplikasi).
Namun obat ini sebagikanya tidak diberikan secara rutin dengan tujuan pencegahan primer pada
pasien sehat dengan risiko rendah penyakit kardiovaskuler.
Dosis : 75-325 mg/hari pada pasien dengan penyakit jantung coroner tanpa kontra indikasi.
Efek Samping : dyspepsia, mual, hingga efek perdarahan di gastrointestinal, reaksi alergi, dan
eksaerbasi asma pada pasien yang sensitive terhadap aspirin.
Antiplatelet : 2. Clopidogrel
Clopidogrel adalah prodrug inaktif yang membutuhkan konversi enzimatis menjadi metabolit aktif
dengan bantuan enzim sitokrom p450(CYP) di hati. Metabolit aktif dari klopidogrel akan berikatan
dengan reseptor adenosin dipospat (ADP) P2Y12 di permukaan platelet dan membantu menghambat
agregasi platelet secara ireversibel
Indikasi : Clopidogrel sering digunakan bersamaan dengan aspirin dalam menangani kasus Acute
Coronary Syndrome dan pasien yang sedang menjalani intervensi Percutaneus coronary syndrome
karena mampu meningkatkan keadaan klinis pasien menjadi lebih baik untuk jangka Panjang
Dosis : 300mg lalu dilanjutkan dengan dosis 75mg 1 kali sehari.
Efek samping : Sakit kepala, pusing, ruam, insomnia, sembelit, dan muntah.
Kontraindikasi : pada pasien perdarahan seperti ulkus peptikum atau perdarahan intracranial.
Penghambatan Glikoprotein IIB/IIIA
Absiksimab. Merupakan antibodi monoklonal chimeric mencit/manusia.
Absiksimab bekerja memblokade reseptor glikoprotein llb/llla sehingga
menghambat agregasi trombosit.
Indikasi : Pencegahan komplikasi iskemik jantung pada pasien yang menjalani
PCI, pasien dengan angina tidak stabil,
Dosis : 0,25 mg/kgBB diberikan secara bolus IV 10 menit sebelum tindakan,
dilkuti dengan infus 10 µg/menit selama 12 jam
Efek samping : Perdarahan ringan, perdarahan besar, hipotensi, mual, muntal dll.
Integrilin atau Eptifibatide
Integrilin atau eptifibatide merupakan suatu peptida sintetik ,yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor glikoprotein llb/llla. lntegrilin
digunakan untuk pengobatan angina tidak stabil dan untuk angioplasti koroner.
Dosis diberikan sebagai bolus 135-180 µg/kgBB diikuti dengan 0,5-3,0
g/kgBB/menit untuk sampai 72 jam. Untuk angioplasti koroner integrilin dapat
mengurangl infark miokard atau kematian sekitar 20%.
Efek samping antara lain perdarahan dan trombositopenia. ·
Antikoagulan
● Mekanisme Kerja : mencegah pembekuan darah dengan cara menghambat
pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
● Efek : menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik
untuk mengurangi insidens tromboemboli terutama pada vena.
● Dibagi menjadi 3 kelompok :
1) heparin;
2) antikoagulan oral (dikumarol, warfarin dan anisindion)
3) antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium.
1. Heparin
● Mukopolisakarida yang mengandung sulfat
● Farmakodinamik : Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya
dengan AT-III → mempercepat pembentukan kompleks tersebut sampai
1000 kali → heparin dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru
dengan antitrombin → menghambat pembekuan darah
● Farmakokinetik :
1) Diberikan secara SK atau IV
2) Pemberian secara SK → bioavailabilitasnya bervariasi, mula kerjanya
lambat 1-2 jam, masa kerjanya lebih lama
3) Pada suntikan bolus IV → Efek antikoagulan segera timbul 20-30 menit
4) Masa paruh (tergantung dosis) suntikan IV 100, 400, dan 800 unit/kgBB
→ 1, 2½ dan 5 jam
1. Heparin
● Efek samping : Perdarahan
● Indikasi : Untuk pencegahan dan pengobatan trombosis vena, emboli paru,
pengelolaan awal pasien angina tidak stabil atau infark miokard akut, selama
dan sesudah angioplasti koroner atau pemasangan stent, dan selama operasi
yang membutuhkan bypass kardiopulmoner.
● Kontraindikasi : Pasien hemofilia, permeabilitas kapiler yang meningkat,
threatened abortion, endokarditis bakterial subakut, perdarahan intrakranial,
lesi ulseratif terutama pada saluran cerna, anestesi lumbal atau regional,
hipertensi berat, syok.
● Dosis : Pengobatan tromboemboli vena → dimulai dengan satu suntikan
bolus 5000 U→ diikuti dengan 1200-1600 U/jam (IV)
2. Antikoagulan Oral
● Mekanisme kerja : antagonis vitamin K → mencegah reduksi vitamin K teroksidasi
sehingga aktivasi faktor-faktor pembekuan darah terganggu/ tidak terjadi
● Farmakokinetik :
- diberikan per oral dan IV/IM (warfarin)
- Absorpsi dikumarol dari saluran cema lambat dan tidak sempurna, sedangkan warfarin
diabsorpsi lebih cepat dan hampir sempurna.
- Masa paruh warfarin 48 jam, sedangkan masa paruh dikumarol 10-30 jam
- Efek terapi baru tercapai 12-24 jam setelah kadar puncak obat dalam plasma
● Efek samping: Efek toksik yang paling sering akibat pemakaian antikoagulan oral
adalah perdarahan (24%)
2. Antikoagulan Oral
● Indikasi : untuk mencegah progresifitas atau kambuhnya trombosis vena dalam
atau emboli paru setelah terapi awal dengan heparin.
● Kontraindikasi : perdarahan, diskrasia darah, tukak saluran cerna, divertikulitis,
kolitis, endokarditis bakterial subakut, keguguran yang mengancam, operasi otak
dan medula spinalis, anestesi lumbal, defisiensi vitamin K serta penyakit hati dan
ginjal yang berat.
● Dosis :
- Natrium warfarin: oral, IV. dimulai dengan dosis kecil 5-10 mg/hari, selanjutnya
didasarkan pada masa protombin. (5-7 mg/hari)
- Dikumarol : Oral, dosis dewasa 200-300 mg pada hari pertama, selanjutnya 25-
100 mg/hari tergantung hasil pemeriksaan waktu protrombin. (25-150 mg/hari)
- Anisindion : Oral, dosis dewasa 300 mg pada hari pertama, 200 mg pada hari
kedua dan 100 mg pada hari ketiga. (25-250 mg/hari)
3. Antikoagulan Pengikat Ion Kalsium
● Natrium sitrat → mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat.
Digunakan untuk transfusi karena tidak toksik. Dosis terlalu tinggi sampai ±
1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung.
● Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan in
vitro.
● Natrium edetat mengikat kalsium menjadi suatu kompleks dan bersifat
sebagai antikoagulan.
Trombolitik
● Mekanisme Kerja : melarutkan trombus yang sudah terbentuk
● Indikasi : infark miokard akut, trombosis vena dalam dan emboli paru,
tromboemboli arteri, melarutkan bekuan darah pada katup jantung buatan
dan kateter intravena
● Obat-obat yang termasuk golongan trombolitik adalah streptokinase,
urokinase, aktivator plasminogen, rt-PA (Recombinant Human Tissue-Type
Plasminogen Activator.
1. Streptokinase
● Mekanisme kerja : Streptokinase mengaktivasi plasminogen dengan bergabung
terlebih dahulu dengan plasminogen untuk membentuk kompleks aktivator (tidak
langsung) → kompleks aktivator tersebut mengkatalisis perubahan plasminogen
bebas menjadi plasmin
● Untuk pengobatan fase dini emboli paru akut dan infark miokard akut
● Farmakokinetik : Masa paruhnya bifasik. Fase cepat ± 11-13 menit dan fase
lambat 23 menit.
● Dosis:
1) Infark miokard akut dianjurkan dosis total 1,5 juta IU secara IV selama 1 jam
2) Trombosis vena akut, emboli paru, trombosis arteri akut atau emboli → dosis
muat 250.000 IU (IV) selama 30 menit diikuti dengan 100.000 IU/jam
2. Urokinase
● Mekanisme : urokinase langsung mengaktifkan plasminogen
● Farmakokinetik : bila diberikan infus intravena urokinase mengalami
klirens yang cepat oleh hati. Masa paruh sekitar 20 menit. Sejumlah kecil
obat diekskresi dalam empedu dan urin
● Dosis : dosis muat 1.000-4.500 IU/kgBB secara IV dilanjutkan dengan infus
IV 4.400 IU/kgBB/jam.
3. Tissue Plasminogen Activator (t-PA)
● Mekanisme : Obat ini bekerja lebih selektif mengaktivasi plasminogen yang
mengikat fibrin daripada plasminogen bebas di dalam darah → lebih selektif
terhadap bekuan darah/fibrin
● Farmakokinetik : Masa paruh t-PA ±5-10 menit mengalami metabolisme di hati
dan kadar plasma bervariasi karena aliran darah ke hati yang bervariasi
● Dosis
- Alteplase diberikan secara infus IV sejumlah 60 mg selama jam pertama dan
selanjutnya 40 mg diberikan dengan kecepatan 20 mg/jam.
- Reteplase 2 kali 10 unit diberikan sebagai suntikan bolus IV dengan interval
pemberian 30 menit
● Efek samping : perdarahan
6. FIBRINOLITIK
FIBRINOLITIK
Fibrinolitik bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen untuk
membentuk plasmin, yang mendegradasi fibrin dan kemudian memecah trombus.

Indikasi terapi fibrinolitik ACCF-AHA bila tidak dapat dilakukan PCI:

a. Kelas I :
Jika tidak ada kontraindikasi, terapi fibrinolitik harus dilakukan pada pasien STEMI dengan onset gejala <
12 jam yang dalam 120 menit tidak dapat dilakukan PCI.
b. Kelas IIa :
Jika tidak ada kontraindikasi, dipertimbangkan terapi fibrinolitik pada pasien STEMI dengan onset mulai
dari < 12 jam sampai 24 jam yang mengalami gejala iskemi yang terus berlanjut yang dilihat dari
pemeriksaan klinis dan EKG ditemukan kerusakan yang luas atau ditemukan kondisi hemodinamik yang
tidak stabil
c. Kelas III :

Fibrinolitik tidak boleh diberikan pada pasien dengan ST depresi kecuali dicurigai STEMI posterior atau
lead avR mengalami ST elevasi
Kontraindikasi absolut
Setiap riwayat perdarahan intraserebral, Terdapat lesi vaskular serebral
struktural (malformasi AV), Terdapat neoplasia ganas intrakranial, Strok
iskemik dalam 3 bulan kecuali strok iskemik akut dalam 3 jam, Dicurigai
diseksi aorta, Perdarahan aktif atau diastasis berdarah (kecuali menstruasi),
Trauma muka atau kepala tertutup yang bermakna dalam 3 bulan.
Kontraindikasi relatif
Riwayat hipertensi kronik berat, tak terkendali, Hipertensi berat tak terkendali saat
masuk ( TDS >180 mmHg atau TDS>110 mmHg), Riwayat strok iskemik
sebelumnya >3 bulan, dementia, atau diketahui patologi intrakranial yang tidak
termasuk kontraindikasi, Resusitasi jantung paru traumatik atau lama (>10menit) atau
operasi besar (<3 minggu), Perdarahan internal baru dalam 2-4 minggu, Pungsi
vaskular yang tak terkompresi, Untuk streptase anisreplase : riwayat penggunaan >5
hari sebelumnya atau reaksi alergi sebelumnya terhadap obat ini, Kehamilan, Ulkus
peptikum aktif, Penggunaan antikoagulan baru : makin tinggi INR makin tinggi risiko
perdarahan.
EFEK SAMPING
Dapat menyebabkan perdarahan. Bila perdarahan hebat obat
harus dihentikan dan diperlukan transfusi darah. Pemeriksaan
laboratorium yang dianjurkan adalah pemeriksaan Thrombin
time, prothrombin time, activated partial thromboplastin,
hematokrit, kadar fibrinogen dan trombosit. Nilai TT dan APTT
harus kurang dari 2 x nilai normal pada awal terapi.
Kontraindikasi relatif
Riwayat hipertensi kronik berat, tak terkendali, Hipertensi berat tak terkendali saat
masuk ( TDS >180 mmHg atau TDS>110 mmHg), Riwayat strok iskemik
sebelumnya >3 bulan, dementia, atau diketahui patologi intrakranial yang tidak
termasuk kontraindikasi, Resusitasi jantung paru traumatik atau lama (>10menit) atau
operasi besar (<3 minggu), Perdarahan internal baru dalam 2-4 minggu, Pungsi
vaskular yang tak terkompresi, Untuk streptase anisreplase : riwayat penggunaan >5
hari sebelumnya atau reaksi alergi sebelumnya terhadap obat ini, Kehamilan, Ulkus
peptikum aktif, Penggunaan antikoagulan baru : makin tinggi INR makin tinggi risiko
perdarahan.
Terima kasih
Mohon Bimbingan dan
Arahannya Dokter

Anda mungkin juga menyukai