Lompat ke isi

Tatanan simbolik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Februari 2024 21.37 oleh Mrmw (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Simpul Borromean Jacques Lacan
Simpul Borromean Jacques Lacan

Tatanan simbolik (bahasa Inggris: The Symbolic or Symbolic Order) adalah salah satu konsep dasar psikoanalisis Jacques Lacan, mengenai struktur pembentukan Subjek, dalam mendapatkan konsepsi ke-diri-annya yang membentuk formasi simpul Borromean. Pembentukan Subjek tersebut harus melewati tiga tahap yang berhubungan erat dengan tiga tatanan yaitu: tahap sebelum kompleks Oedipus pada tatanan riil, tahap cermin pada tatanan imajiner, dan tahap kompleks Oedipus pada tatanan simbolik.[1] Tatanan simbolik mengacu pada simbol sebagai sebuah "penanda",[a] di mana "penanda" di sini tidak memiliki makna pada dirinya sendiri, melainkan hanya berfungsi untuk menunjuk kepada "yang ditandakan". Tatanan ini disebut juga tatanan yang paling utama, di mana sang Subjek mulai terbentuk. Dimensi bahasa berpengaruh besar dalam tatanan simbolik, karena bahasa dalam tatanan ini bersifat sebagai penanda yang tidak memiliki keberadaannya sendiri, tetapi hanya berfungsi untuk menandakan apa yang bukan dirinya atau Liyan. Tatanan simbolik dipahami sebagai tempat bagi Liyan atau tempat terhubungnya manusia yang satu dengan manusia lainnya.[2] Pada tatanan simbolik seorang bayi mengalami fase kompleks Oedipus, di mana dia kehilangan otoritas dalam menentukan dirinya, karena harus "kalah" oleh otoritas "Ayah" yang "mengancam akan mengebirinya". "Ayah" merupakan metafora bagi Liyan, yang merupakan pusat yang mengatur struktur bahasa. Sedangkan "ancaman pengebirian" merupakan metafora bagi seluruh ide tentang kekurangan sebagai suatu konsep struktural. Dalam tatanan ini, bahasa merupakan satu-satunya cara agar sang diri dapat masuk ke dalam realitas kebudayaan; agar dapat dipahami oleh orang lain, dan sang Subjek dapat menjadi "ada".[1] Selain itu, dalam tatanan simbolik, mulai munculnya konsep waktu dan sejarah seperti kesadaran akan kekinian dan harapan akan masa depan, serta kesadaran akan kematian.[2] Menurut Lacan, dimensi bahasa sangat penting dalam tatanan simbolik, karena bahasa muncul sebagai akibat dari “rasa kehilangan”, serta dengan adanya hasrat tidak sadar akan sesuatu yang hilang tersebut, maka sang anak mulai mengidentifikasikan dirinya dengan sesuatu yang diproyeksikannya dalam imago. Oleh karenanya, kegagalan sang anak untuk masuk ke dalam tatanan simbolik menjadikan seorang anak mengalami psikosis. Ini terjadi karena sang anak tidak berhasil membentuk Subjeknya sendiri yang terlepas dari ibunya.[2]

  1. ^ Istilah "penanda" di sini mengacu pada konsep strukturalisme Saussure; di mana Lacan membedakan antara simbol dan penanda. Menurut Lacan, simbol adalah bentuk dasar yang mengandung banyak makna; simbol dapat menjadi penanda, tetapi tidak semua simbol adalah penanda. Simbol dipahami berada dalam wilayah tidak sadar dan berperan dalam tatanan imajiner dan tatanan riil. Simbol hadir dalam tatanan simbolik sebagai penanda.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Polimpung, Hizkia Yosie. (2014). Asal-usul Kedaulatan: Telusur Psikogenealogis Atas Hasrat Mikrofasis Bernegara. Depok: Penerbit Kepik. ISBN 9786021426128. 
  2. ^ a b c d Lukman, Lisa. (2011). Proses Pembentukan Subjek: Antropologi Jacques Lacan (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Penerbit Kanisisus. ISBN 978-979-21-3031-7.