Lompat ke isi

Diabetes melitus tipe 1

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diabetes melitus tipe 1 atau diabetes tipe 1 (biasanya disingkat DM tipe-1) adalah salah satu jenis dari diabetes melitus.[1] Penyebab terjadinya DM tipe 1 adalah kerusakan sel beta pada pankreas. DM tipe-1 umum diderita oleh manusia dalam usia remaja. Penyakit ini tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor keturunan, melainkan utamanya akibat autoimun.[2] Penderitanya harus memperoleh asupan insulin dari luar tubuhnya.[3] Penderita DM tipe-1 jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan penderita diabetes melitus tipe 2.[4]

Pemakaian istilah

[sunting | sunting sumber]

Organisasi Kesehatan Dunia pernah mengajukan penggantian istilah "diabetes melitus tipe 1" dan "diabetes melitus tipe 2" pada tahun 1985. Tujuannya adalah sebagai revisi atas klasifikasi diabetes melitus. Organisasi Kesehatan Dunia mengajukan penggunaan istilah "diabetes melitus ketergantungan insulin" dan "diabetes melitus tanpa ketergantungan insulin". Usulan ini tidak ditindaklanjuti sehingga publikasi-publikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia tetap menggunakan istilah "diabetes melitus tipe 1" dan "diabetes melitus tipe 2".[5] Istilah "DM tipe 1" tetap disamakan dengan istilah " diabetes melitus ketergantungan insulin" dala klasifikasi diabetes oleh American Diabetes Association.[6]

Penyebab utama dari diabetes melitus tipe 1 adalah kegagalan produksi insulin dari pankreas. Pankreas dalam hal ini tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang semestinya atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.[7] Gangguan produksi insulin pada pankreas dapat terjadi ketika sel beta mengalami kerusakan dan menimbulkan peradangan. Peradangan pada pankres kemudian menimbulkan reaksi autoimun.[8]

Kondisi autoimun ini menghasilkan kekeliruan fungsi dari sistem imun. Sistem ini menyerang sel-sel yang dalam kondisi sehat.[9] Mekanisma autoimun ini diawali dengan masuknya limfosit T dan limfosit B di dalam pulau pankreas. Respon imun kemudian menyebabkan kerusakan pada limfosit T.[10] Proses autoimun yang bersifat merusak ini belum diketahui secara pasti. Penjelasan yang memiliki kemungkinan menjadi penyebab timbulnya autoimun ini adalah kombinasi kerentanan genetik yang dipicu oleh kondisi lingkungan. Kerentanan genetik timbul akibat banyak gen, sedangkan pemicu dari lingkungan dapat berupa infeksi virus, racun atau jenis makanan tertentu.[11] Sementara itu, kerusakan sel beta disebabkan oleh induksi dari streptozotosin.[12]

Usia penderita

[sunting | sunting sumber]

DM tipe-1 sebagian besar diderita oleh pasien dengan rentang usia anak-anak hingga remaja. Sementara pada usia dewasa setelah usia 30 tahun, jenis diabetes melitus yang banyak diderita pasien adalah diabetes melitus tipe 2.[13]

Pemberian insulin

[sunting | sunting sumber]

Penderita DM tipe-1 mengalami ketergantungan terhadap insulin.[14] Penderita DM tipe-1 diberikan suntikan insulin gabungan yaitu insulin basal dan insulin prandial secara bersamaan. Suntikan insulin basal dilakukan sebanyak 1atau 2 kali dalam sehari, sedangkan suntikan prandial diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari.[15] Jenis dan banyaknya dosis insulin yang diberikan kepada pasien DM tipe-1 ditentukan oleh spesialis di bidang penyakit dalam atau spesialis sistem endokrin. Penetapannya dilakukan dengan metode konsultasi.[16]

Komplikasi

[sunting | sunting sumber]

Hiperandrogenisme dan sindrom ovarium polikistik

[sunting | sunting sumber]

Wanita yang menderita DM tipe-1 akan mudah mengalami hiperandrogenisme dan sindrom ovarium polikistik ketika mengalami kenaikan berat badan.[17]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Decroli, Eva (2019). Kam, A., dkk., ed. Diabetes Melitus Tipe 2 (PDF). Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. hlm. 1. ISBN 978-602-1332-25-2. 
  2. ^ Febrinasari, R. P., dkk. (2020). Febrinasari, Ratih Puspita, ed. Buku Saku Diabetes Melitus untuk Awam (PDF). Surakarta: UNS Press. hlm. 5. ISBN 978-602-397-409-2. 
  3. ^ Pangribowo, Supriyono (2020). Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. hlm. 2. ISSN 2442-7659. 
  4. ^ Kurniyanto dan Tanggo, Y. (2012). "Diabetes Melitus Tipe 1 pada Orang Dewasa" (PDF). Majalah Kedokteran FK UKI. XXVIII (4): 189. 
  5. ^ Inayati, I., dan Qoriani, H. F. (2016). "Sistem Pakar Deteksi Penyakit Diabetes Melitus (DM) Dini Berbasis Android" (PDF). Jurnal Link. 25 (2): 3–11. ISSN 1858-4667. 
  6. ^ Sari, Dyah Wiji Puspita (2018). Buku Panduan Pelatihan Kader Kesehatan Kelompok Pendamping Diabetes Self Management Education Berbasis Keluarga (KP-DSME Keluarga) (PDF). Semarang: UNISSULA Press. hlm. 11. 
  7. ^ Gayatri, R. W., dkk. (2019). Diabetes Mellitus dalam Era 4.0 (PDF). Malang: Wineka Media. hlm. 1. ISBN 978-602-5973-58-1. 
  8. ^ Marzel, Rivaldi (2021). "Terapi pada DM Tipe 1". Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 3 (1): 52. ISSN 2715-6885. 
  9. ^ Astuti, A. T., dkk. (2021). "Edukasi dan Pelatihan Deteksi Dini Diabetes Mellitus pada Kelompok Ibu PKK sebagai Upaya Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi di Desa Bakti Seraga" (PDF). Proceeding Senadimas Undiksha 2021: 1945. ISBN 978-623-7482-72-7. 
  10. ^ Ridwan, Z. dkk. (2016). "Ketodasidosis Diabetik di Diabetes Melitus Tipe 1". Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik. 22 (2): 201. ISSN 0854-4263. 
  11. ^ Romli. L. Y., dan Baderi (2020). Sholeh, M., ed. 5 Pilar di Era Pandemi: Langkah Antisipatif bagi Penderita Diabetes (PDF). Jombang: ICME Press. hlm. 13–14. ISBN 978-623-95367-0-1. 
  12. ^ Saputra, N. T. dkk. (2018). "Agen Diabetagonik Streptozotocin untuk Membuat Tikus Putih Jantan Diabetes Mellitus". Buletin Veteriner Udayana. 10 (2): 117. doi:10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p02. ISSN 2085-2495. 
  13. ^ Faida, A. N., dan Santik, Y. D. P. (2020). "Kejadian Diabetes Melitus Tipe I pada Usia 10-30 Tahun". Higeia. 4 (1): 34. 
  14. ^ Prawitasari, Dita Sukmaya (2019). "Diabetes Melitus dan Antioksidan". Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran. 1 (1): 47. doi:10.24123/kesdok.v1i1.2496. 
  15. ^ Mansyur, Andi Makbul Aman (2018). Hipoglikemia dalam Praktik Sehari-hari (PDF). Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. hlm. 116. ISBN 978-602-61363-4-3. 
  16. ^ Wibisono, S., dkk. (2019). Pedoman Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus 2019 (PDF). PB PERKENI. hlm. 1. ISBN 978-602-53035-4-8. 
  17. ^ UKK Endokrinologi Anak dan Remaja (2015). Konsensu Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1 (PDF). Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. hlm. 94. ISBN 978-979-8421-38-9.