Hematofobia
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Hematofobia adalah nama lain dari ketakutan berlebihan seseorang terhadap darah[2] mau itu terkait dengan situasi yang berhubungan langsung dengan darah ataupun tidak.[3] Karena itulah biasanya para penderita merasa sangat ketakutan tidak hanya ketika mereka melihat atau berada di sekitar darah, namun mereka juga akan merasa sangat ketakutan jika melihat luka keropeng dan suntikan vaksinasi. Dengan demikian, selain ketakutan akan melihat atau berada di sekitar darah sendiri ataupun darah orang lain, hematofobia juga dilandasi oleh perspektif lain yaitu ketakutan akan indikasi yang menyebabkan hal ini.[3]
Tanda dan gejala
[sunting | sunting sumber]Hematofobia adalah salah satu fobia yang unik. Karena selain terdiri dari dua fase yang dimana fase kedua akan membatalkan fase pertama, hematofobia juga sering menyebabkan penderitanya kehilangan kesadaran atau pingsan. Pada fase pertama gejala awal yang dapat timbul adalah berupa rasa jijik yang mendalam, mual, pusing, detak jantung meningkat, dan kewaspadaan meningkat secara ekstrem. Selanjutnya pada fase kedua, sering terjadi penurunan tekanan darah secara tajam secara tiba-tiba sehingga otak kekurangan oksigen yang menyebabkan penderita akan pingsan. Berbeda dengan fobia-fobia yang lain yang gejalanya merupakan perwujudan dari peningkatan ketegangan secara mendadak, yang diikuti dengan hadirnya tingkat stres dan ketakutan yang luar biasa tinggi yang kemudian akan diikuti oleh desakan untuk meninggalkan sumber ketakutannya.[3]
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Faktor gen dan keturunan diduga merupakan salah satu faktor terkuat kenapa seseorang dapat mengidap hematofobia ini. Namun faktor lingkungan dan trauma masa kecil juga sangat berpengaruh. Karena dari perspektif perilaku, pengidap fobia terhadap darah ini akan mengasosiasikan stimulus yang mereka terima dengan rasa sakit yang pernah mereka alami. Entah itu dari kecelakaan ataupun dari pengalaman perawatan kesehatan mereka. Tetapi, sampai sekarang alasan pasti penyebab hematofobia ini tidaklah diketahui.[3]
Pengobatan
[sunting | sunting sumber]Dibutuhkan pendekatan secara langsung pada pengidap fobia dan perlakuan khusus di bawah perawatan dan pengawasan pribadi dari seorang ahli. Salah satu perlakuan yang acap kali digunakan untuk menyembuhkan hematofobia adalah dengan menerapkan terapi kognitif-perilaku, yang dilandaskan pada pendekatan perilaku dan menekankan desentisasi sehingga pengidap menjadi terbiasa dengan darah.[3]
Cara lain yang juga sering digunakan adalah exposure. Yaitu pengidap diberi paparan secara bertahap akan stimulus fobianya. Selama sesi-sesi itu mereka yang terdiagnosis secara bertahap akan menghadapkan diri mereka pada situasi yang menimbulkan rasa takut pada diri mereka. Dimulai dari yang paling mudah serta ringan hingga yang melibatkan kontak yang lebih langsung dan dekat dengan darah.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Semua fobia darah perlu diketahui tentang hematofobia / Psikologi klinis". Psikologi, filsafat dan pemikiran tentang kehidupan. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hematofobia
- ^ a b c d e f https://id.sainte-anastasie.org/articles/psicologa-clnica/fobia-a-la-sangre-todo-lo-que-hay-que-saber-sobre-la-hematofobia.html