Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan (gaya bercerita) dalam novel Mencari Perempuan ... more Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan (gaya bercerita) dalam novel Mencari Perempuan Yang Hilang karya Imad Zaki dalam bentuk dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat (temuan) sebuah gaya yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari pergantian tokoh dalam bercerita sehingga mengungkapkan beberapa sifat manusia dalam novel ini. Analisa dalam naratologi mencoba mengungkapkan sifat tesebut dengan tiga bentuk Analisa, yakni fokalisasi internal lalu eksternal dan fokalisir luar dan dalam. Fokalisasi internal berupaya menggambarkan dialog "akuan" dari dalam diri dan fokalisasi eksternal adalah perasaan yang digambarkan orang lain. Bentuk fokalisasi alinnya yakni keluar dan ke dalam. Fokalisasi keluar yakni pendeskripsian tokoh berdasarkan lahiriahnya. Lain hal dengan fokalisor keluar, fokalisor ke dalam menggunakan unsur batin dan ingatan saat menganalisanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Interpretasi teks didapat dari monolog dan dialog yang adal pada tiap teks novel ini. Menggunakan teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik (gaya) bercerita; 1. Fokalisasi interen ("saya") berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut.
Penelitian ini berusaha menjelaskan novel perempuan berkalung sorban dilihat dari sudut analisis ... more Penelitian ini berusaha menjelaskan novel perempuan berkalung sorban dilihat dari sudut analisis wacana kritis terutama pada aspek kosa kata, metafora, gramatikal, dan kendali intraksional. Metode yang diguakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Teknik analisis teks dari wacana yang mengindikasikan paragraf-paragraf baik itu berupa dialog maupun pernyataan yang muncul dari penutur yang ada pada wacana teks. Hasil penelitian menunjukan bahwa novel Perempuan Berkalung Sorban dari segi aspek kosa kata, terdapat nilai eksperiensial, relasional, dan ekspresif. Dari segi aspek kendali interaksional, Setiap tokoh dalam wacana novel saling mengutarakan tuturannya dengan maksud untuk memengaruhi lawan bicaranya untuk mengikuti kehendaknya dan kejelasan identitas dari antarpenutur. Dalam mengakhiri dialog, pihak dominan menghadirkan adanya hubungan yang tidak setara antara sesama penutur pun karena melihat dari status sosial salah satu penutur. Unsur ...
Background: There was a different technique when the Critical Discourse Analysis (CDA) framework... more Background: There was a different technique when the Critical Discourse Analysis (CDA) framework came into effect, from elements, Fairclough analysis frameworks that explained the historical side of text production to the impact on society and the framework of CDA van Dijk that characterized the cognition of the producer of the text (journalist). Purpose: This study tries to find elements of cognition and sociocultural from the article Evaluation of Evaluasi Pemilu Serentak Mendesak from Tempo newspaper with the framework model of CDA Fairclough and van Dijk model. Design and methods: This research uses a qualitative approach with data collection methods using library methods. Content analysis techniques. Results: The authors found several techniques in dissecting the text; 1. CDA Fairclough model focuses more on changes in social patterns, 2. Social cognition only reads events and conveys them to the reader so that the responsibility is centered on journalists.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy ... more Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dari unsur cerita (narasi) dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat sebuah teknik yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari simbol ikan, bus, dan kecoa serta obyek beliau yang selalu hadir kala di awal dan akhir bahkan seluruh bab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik bercerita; 1. Fokalisasi interen ("saya") berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut.
Hortatori : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2019
The object of this research is to describe and comprehensively understand cognition in second lan... more The object of this research is to describe and comprehensively understand cognition in second language acquisition in children aged 1; 5 years: a formal approach to the type of Krashen monitor theory. The method in this study uses a qualitative approach. Qualitative because based on taking a historical data in the form of observation and recording using electronic media as a recorder of speech forms.Data is collected through data collection by recording and then recording one word and two words from the child's speech then describing it syntactically the words that the child uttered. The method used is observation and conversation by asking a few questions. The object in this study was a child named Raffasya Wirayudha who was 1; 5 years old.. The findings in this study were to test the development of second language acquisition with the type of monitor theory. The model theory is applied in children aged 1, 5 years who have a first language (Sundanese) and a second language (Indonesian). So that we can know the level of mastery of each language with the type of monitor model. The findings are: 1. Language acquisition and learning can be carried out in the family sphere, 2. The development of B2 language learning is more interactive if using media, and 3. Language problems can be solved if it gives the child the opportunity to talk and control unstable emotions in the speakers when speaking.
Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy... more Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dari unsur cerita (narasi) dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat sebuah teknik yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari simbol ikan, bus, dan kecoa serta obyek beliau yang selalu hadir kala di awal dan akhir bahkan seluruh bab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik bercerita; 1. Fokalisasi interen ("saya") berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut. Kata Kunci: Fokalisasi, simbol, naratologi PENDAHULUAN Jika kita hendak memahami strukturalisme dalam naratologi melalui pengertian struktur sebagai "sebuah bangun abstrak yang terdiri atas sejumlah komponen yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk struktur itu" (Hoed, 2011). maka ada dua aspek penting yang perlu digarisbawahi (Ridho, 2013). Pertama, yang penting di dalam struktur adalah abstraksi atau model, bukan benda atau material. Dari segi ini, pandangan dunia yang disebut strukturalisme pada dasarnya lebih dekat dengan asumsi-asumsi idealisme daripada realisme. Kesenjangan ini yang di kemudian hari hendak dicoba diatasi dalam perkembangan strukturalisme itu sendiri. Kedua, struktur mengandaikan adanya hubungan (relasi) antar komponen (unsur) yang membentuknya, yang disebut juga dengan istilah difference. Berbeda dengan positivisme yang cenderung mengutamakan kausalitas yang ketat sebagai landasan dalam setiap relasi unsur-unsur alamiah maupun sosial, strukturalisme lebih menekankan relasi maknawi atau simbolik, dan hal ini membuka jalan bagi ilmu-ilmu sosial dan budaya untuk dapat keluar dari dominasi paradigma positivistik ilmu-ilmu alam.
Hakikat wacana sebagai hierarki tertinggi dalam struktur linguistik memunyai konteks yang jelas d... more Hakikat wacana sebagai hierarki tertinggi dalam struktur linguistik memunyai konteks yang jelas dalam penyampaian informasi secara lengkap secara tekstual dan konteks. Muatan dalam wacana secara kebahasaan memuat berbagai bentuk kepentingan baik yang secara terlihat kasat mata maupun yang tersirat. Secara kasat mata dalam hal ini ada instrumeninstrumen bahasa seperti tata bahasa, unsur idiom, dan hal lainnya secara linguistik dapat diteliti secara linguistik fungsional (Halliday,1985) bahwa bahasa tidak berdiri sendiri sebagaimana, unsur-unsur struktur, ia mempunyai sebuah ideasional, interpersonal, dan tekstual. Mengutip dari pandangan Saussure tentang signifiant dan signifie, 'penanda' dan yang ditandakan bahwa makna dibentuk dengan mekanisme pembedaan, mana yang menjadi acuan dan kemudian diinterpetasikan sehingga munculnya konsensus. Pada dasarnya Halliday membentuk sebuah dasar dari sebuah bentuk komunikasi yang berdasarkan bahasa tidak hanya dilihat sebagai teks tetapi juga ada pemaknaan lebih jauh tentang bahasa berdasarkan tiga struktur di atas, dalaam Wodak dan Meyer, 2001 Halliday distinguished three metafunctions of language which are continuously interconnected: ®rstly, the ideational function through which language lends structure to experience (the ideational structure has a dialectical relationship with social structure, both re¯ecting and in¯uencing it); secondly, the interpersonal function which constitutes relationships between the participants; and thirdly, the textual function which constitutes coherence and cohesion in texts. Namun hal itu tidak cukup hanya dengan analisis kebahasaan karena persoalan bahasa terutama wacana membutuhkan konteks dalam kohesi dan koherensi-hal ini menjadi unsur dalam wacana yang tersirat. Wacana yang memunyai konstruksi makna yang lengkap dalam menentukan suatu tema dengan tatabahasa maupun secara konteks wacana. Dalam tatanan bahasa, wacana memperhatikan aspek linguistik seperti sintaksis, morfologi,dan semantik. Namun hari ini wacana tidak hanya dimaknai dengan tataran teks namun juga menghubungkannya dengan hegemoni, kesadaran palsu, ideologi, bahkan membaca wacana tandingan dalam masyarakat yang makin plural ini. Ranah yang sudah menyentuh persoalan isu kritis, maka ini yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Wacana adalah satuan bahasa tertinggi yang memiliki unsur kelengkapan lebih dari unsur bahasa lainnya. Wacana yang terdiri atas lisan dan tuisan memiliki keterkaitan antara paragraf dengan paragraf lainnya yang disebut kooteks. Sementara kaitan antara paragaf dengan realitas di luar dirinya (situasi masyarakat) disebut konteks. Unsur dalam wacana yang bisa membentuk kesatuan ide satu dengan lainnya dengan menggunakan unsur linguistik yang disebut sebagai kohesi, contohnya seperti elipsis, substitusi, repetisi, dan lain sebagainya. Dalam unsur lainnya, wacana mengenal istilah koherensi. Antarparagraf dalam wacana selalu mempunyai unsur yang berkaitan-ide terutama logika sangat dipehatikan dalam hal ini, peran yang sentral karena mengatur teknik bercerita secara dedkutif maupun induktif sehingga menjadi bacaan yang padu, unsur bermula-tegangan-klimaks dan saling mendukug antarpaagraf lainny agar informasi menjadi utuh (kohesi) dan padu (koherensi). Kaum struktural mendominasi pada saat itu. Sejarah wacana menjadi bagian dari kegiatan ilmiah saat Alain de Beaugrande, 1981 mengenalkan tekstualitas dengan tujuh syarat yang dipenuhi sebuah teks, yakni kohesi, koherensi, intensionalitas, akseptabiitas, informativitas, kontekstualitas, dan intertekstualitas. Setelah dianalisa secara tekstual, maka analisis wacana tiba pada tiga paradigma setelah dipengaruhi oleh beberapa ilmuwan teori kritis seperti, Faucoult, Habermas, dan Karl Marx Hakikat Analisis Wacana Kritis Menurut Hikam (1996:78-86) ada tiga pandangan untuk mengetahui persoalan bahasa yang ada dalam wacana, pandangan positivisme empiris, pandangan konstruktivisme, dan pandangan kritis.. Pandangan Positivisme empiris mencoba untuk menekankan wacana pada konsep struktural dan telah tertata secara sintaksis, logis, dan memiliki hubungan dengan
Penelitian ini bertujuan (1) untuk menjelaskan ruang publik dan strategi literasi, (2) mendeskrip... more Penelitian ini bertujuan (1) untuk menjelaskan ruang publik dan strategi literasi, (2) mendeskripsikan wacana tandingan dengan ruang publik, dan (3) bentuk strategi literasi dalam ruang publik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan teknik observasi dan wawancara. Dari penelitian ini dihasilkan tiga temuan: (1) ruang publik adalah sarana untuk meningkatkan literasi, (2) alternatif ruang publik sebagai wacana tandingan dari wacana dominan gaya anak muda menjadi daya tarik dalam literasi di ruang publik. Kata kunci: Ruang publik, wacana tandingan, dan literasi PENDAHULUAN Kajian ini memfokuskan pada penempatan ruang pubik untuk sarana edukasi dan hiburan pada awalnya. Namun dalam kajian selanjutnya penulis akan mencoba menjabarkan kajian yang lebih luas lagi, yakni kajian literasi dan wacana tandingan dalam dominasi neoliberal di dalam pendidikan nasional.
Objek penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan memahami secara komprehensif kognisi dalam ... more Objek penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan memahami secara komprehensif kognisi dalam pemerolehan bahasa kedua pada anak usia 1;5 tahun: sebuah pendekatan formal dengan jenis teori monitor Krashen. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif karena berdasarkan pengambilan sebuah data yang bersifat historis berupa observasi dan perekaman menggunakan media eletktronik sebagai perekam bentuk tuturan. Data dikumpulkan melalui pendataan dengan merekam kemudian mencatat satu kata dan dua kata dari tuturan anak tersebut kemudian menguraikannya secara sintaksis kata-kata yang menjadi tuturan anak tersebut. Metode yang digunakan adalah observasi dan percakapan dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Objek dalam penelitian ini adalah seorang anak bernama Raffasya Wirayudha yang berumur 1;5 tahun. Temuan pada penelitian ini adalah menguji perkembangan pemerolehan bahasa kedua dengan jenis teori monitor. Teori model yang diterapkan dalam pada anak usia 1;5 tahun yang mempunyai bahasa pertama (Sunda) dan bahasa kedua (Indonesia). Sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan masing-masing bahasa dengan jenis 2 model monitor. Temuan yang didapat adalah, 1. Pemerolehan dan pembelajaran bahasa bisa dilaksanakan pada lingkup keluarga, 2. Perkembangan belajar bahasa B2 lebih interaktif jika menggunakan media, dan 3. Permasalahan berbahasa bisa diselesaikan jika memberikan kesempatan anak untuk berbicara dan mengontrol emosi yang tidak stabil pada si penutur ketika berbicara. Kata Kunci: pemerolehan bahasa kedua, pendekatan kognisi, teori monitor Krashen Abstract The object of this research is to describe and comprehensively understand cognition in second language acquisition in children aged 1; 5 years: a formal approach to the type of Krashen monitor theory. The method in this study uses a qualitative approach. Qualitative because based on taking a historical data in the form of observation and recording using electronic media as a recorder of speech forms. Data is collected through data collection by recording and then recording one word and two words from the child's speech then describing it syntactically the words that the child uttered. The method used is observation and conversation by asking a few questions. The object in this study was a child named Raffasya Wirayudha who was 1; 5 years old. The findings in this study were to test the development of second language acquisition with the type of monitor theory. The model theory is applied in children aged 1, 5 years who have a first language (Sundanese) and a second language (Indonesian). So that we can know the level of mastery of each language with the type of monitor model. The findings are: 1. Language acquisition and learning can be carried out in the family sphere, 2. The development of B2 language learning is more interactive if using media, and 3. Language problems can be solved if it gives the child the opportunity to talk and control unstable emotions in the speakers when speaking.
9906918006 Tugas yang dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UAS) PROGRAM DOKTOR ILMU PENDI... more 9906918006 Tugas yang dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UAS) PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN BAHASA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2019 1 Rendy Pribadi 9906918006 Abstrak:
Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Zigg... more Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dari unsur cerita (narasi) dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat sebuah teknik yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari simbol ikan, bus, dan kecoa serta obyek beliau yang selalu hadir kala di awal dan akhir bahkan seluruh bab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik bercerita; 1. Fokalisasi interen (“saya”) berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut. Kata Kunci: Fokalisasi, simbol, naratologi
Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan (gaya bercerita) dalam novel Mencari Perempuan ... more Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan (gaya bercerita) dalam novel Mencari Perempuan Yang Hilang karya Imad Zaki dalam bentuk dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat (temuan) sebuah gaya yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari pergantian tokoh dalam bercerita sehingga mengungkapkan beberapa sifat manusia dalam novel ini. Analisa dalam naratologi mencoba mengungkapkan sifat tesebut dengan tiga bentuk Analisa, yakni fokalisasi internal lalu eksternal dan fokalisir luar dan dalam. Fokalisasi internal berupaya menggambarkan dialog "akuan" dari dalam diri dan fokalisasi eksternal adalah perasaan yang digambarkan orang lain. Bentuk fokalisasi alinnya yakni keluar dan ke dalam. Fokalisasi keluar yakni pendeskripsian tokoh berdasarkan lahiriahnya. Lain hal dengan fokalisor keluar, fokalisor ke dalam menggunakan unsur batin dan ingatan saat menganalisanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Interpretasi teks didapat dari monolog dan dialog yang adal pada tiap teks novel ini. Menggunakan teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik (gaya) bercerita; 1. Fokalisasi interen ("saya") berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut.
Penelitian ini berusaha menjelaskan novel perempuan berkalung sorban dilihat dari sudut analisis ... more Penelitian ini berusaha menjelaskan novel perempuan berkalung sorban dilihat dari sudut analisis wacana kritis terutama pada aspek kosa kata, metafora, gramatikal, dan kendali intraksional. Metode yang diguakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Teknik analisis teks dari wacana yang mengindikasikan paragraf-paragraf baik itu berupa dialog maupun pernyataan yang muncul dari penutur yang ada pada wacana teks. Hasil penelitian menunjukan bahwa novel Perempuan Berkalung Sorban dari segi aspek kosa kata, terdapat nilai eksperiensial, relasional, dan ekspresif. Dari segi aspek kendali interaksional, Setiap tokoh dalam wacana novel saling mengutarakan tuturannya dengan maksud untuk memengaruhi lawan bicaranya untuk mengikuti kehendaknya dan kejelasan identitas dari antarpenutur. Dalam mengakhiri dialog, pihak dominan menghadirkan adanya hubungan yang tidak setara antara sesama penutur pun karena melihat dari status sosial salah satu penutur. Unsur ...
Background: There was a different technique when the Critical Discourse Analysis (CDA) framework... more Background: There was a different technique when the Critical Discourse Analysis (CDA) framework came into effect, from elements, Fairclough analysis frameworks that explained the historical side of text production to the impact on society and the framework of CDA van Dijk that characterized the cognition of the producer of the text (journalist). Purpose: This study tries to find elements of cognition and sociocultural from the article Evaluation of Evaluasi Pemilu Serentak Mendesak from Tempo newspaper with the framework model of CDA Fairclough and van Dijk model. Design and methods: This research uses a qualitative approach with data collection methods using library methods. Content analysis techniques. Results: The authors found several techniques in dissecting the text; 1. CDA Fairclough model focuses more on changes in social patterns, 2. Social cognition only reads events and conveys them to the reader so that the responsibility is centered on journalists.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy ... more Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dari unsur cerita (narasi) dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat sebuah teknik yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari simbol ikan, bus, dan kecoa serta obyek beliau yang selalu hadir kala di awal dan akhir bahkan seluruh bab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik bercerita; 1. Fokalisasi interen ("saya") berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut.
Hortatori : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2019
The object of this research is to describe and comprehensively understand cognition in second lan... more The object of this research is to describe and comprehensively understand cognition in second language acquisition in children aged 1; 5 years: a formal approach to the type of Krashen monitor theory. The method in this study uses a qualitative approach. Qualitative because based on taking a historical data in the form of observation and recording using electronic media as a recorder of speech forms.Data is collected through data collection by recording and then recording one word and two words from the child's speech then describing it syntactically the words that the child uttered. The method used is observation and conversation by asking a few questions. The object in this study was a child named Raffasya Wirayudha who was 1; 5 years old.. The findings in this study were to test the development of second language acquisition with the type of monitor theory. The model theory is applied in children aged 1, 5 years who have a first language (Sundanese) and a second language (Indonesian). So that we can know the level of mastery of each language with the type of monitor model. The findings are: 1. Language acquisition and learning can be carried out in the family sphere, 2. The development of B2 language learning is more interactive if using media, and 3. Language problems can be solved if it gives the child the opportunity to talk and control unstable emotions in the speakers when speaking.
Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy... more Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dari unsur cerita (narasi) dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat sebuah teknik yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari simbol ikan, bus, dan kecoa serta obyek beliau yang selalu hadir kala di awal dan akhir bahkan seluruh bab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik bercerita; 1. Fokalisasi interen ("saya") berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut. Kata Kunci: Fokalisasi, simbol, naratologi PENDAHULUAN Jika kita hendak memahami strukturalisme dalam naratologi melalui pengertian struktur sebagai "sebuah bangun abstrak yang terdiri atas sejumlah komponen yang berkaitan satu sama lain untuk membentuk struktur itu" (Hoed, 2011). maka ada dua aspek penting yang perlu digarisbawahi (Ridho, 2013). Pertama, yang penting di dalam struktur adalah abstraksi atau model, bukan benda atau material. Dari segi ini, pandangan dunia yang disebut strukturalisme pada dasarnya lebih dekat dengan asumsi-asumsi idealisme daripada realisme. Kesenjangan ini yang di kemudian hari hendak dicoba diatasi dalam perkembangan strukturalisme itu sendiri. Kedua, struktur mengandaikan adanya hubungan (relasi) antar komponen (unsur) yang membentuknya, yang disebut juga dengan istilah difference. Berbeda dengan positivisme yang cenderung mengutamakan kausalitas yang ketat sebagai landasan dalam setiap relasi unsur-unsur alamiah maupun sosial, strukturalisme lebih menekankan relasi maknawi atau simbolik, dan hal ini membuka jalan bagi ilmu-ilmu sosial dan budaya untuk dapat keluar dari dominasi paradigma positivistik ilmu-ilmu alam.
Hakikat wacana sebagai hierarki tertinggi dalam struktur linguistik memunyai konteks yang jelas d... more Hakikat wacana sebagai hierarki tertinggi dalam struktur linguistik memunyai konteks yang jelas dalam penyampaian informasi secara lengkap secara tekstual dan konteks. Muatan dalam wacana secara kebahasaan memuat berbagai bentuk kepentingan baik yang secara terlihat kasat mata maupun yang tersirat. Secara kasat mata dalam hal ini ada instrumeninstrumen bahasa seperti tata bahasa, unsur idiom, dan hal lainnya secara linguistik dapat diteliti secara linguistik fungsional (Halliday,1985) bahwa bahasa tidak berdiri sendiri sebagaimana, unsur-unsur struktur, ia mempunyai sebuah ideasional, interpersonal, dan tekstual. Mengutip dari pandangan Saussure tentang signifiant dan signifie, 'penanda' dan yang ditandakan bahwa makna dibentuk dengan mekanisme pembedaan, mana yang menjadi acuan dan kemudian diinterpetasikan sehingga munculnya konsensus. Pada dasarnya Halliday membentuk sebuah dasar dari sebuah bentuk komunikasi yang berdasarkan bahasa tidak hanya dilihat sebagai teks tetapi juga ada pemaknaan lebih jauh tentang bahasa berdasarkan tiga struktur di atas, dalaam Wodak dan Meyer, 2001 Halliday distinguished three metafunctions of language which are continuously interconnected: ®rstly, the ideational function through which language lends structure to experience (the ideational structure has a dialectical relationship with social structure, both re¯ecting and in¯uencing it); secondly, the interpersonal function which constitutes relationships between the participants; and thirdly, the textual function which constitutes coherence and cohesion in texts. Namun hal itu tidak cukup hanya dengan analisis kebahasaan karena persoalan bahasa terutama wacana membutuhkan konteks dalam kohesi dan koherensi-hal ini menjadi unsur dalam wacana yang tersirat. Wacana yang memunyai konstruksi makna yang lengkap dalam menentukan suatu tema dengan tatabahasa maupun secara konteks wacana. Dalam tatanan bahasa, wacana memperhatikan aspek linguistik seperti sintaksis, morfologi,dan semantik. Namun hari ini wacana tidak hanya dimaknai dengan tataran teks namun juga menghubungkannya dengan hegemoni, kesadaran palsu, ideologi, bahkan membaca wacana tandingan dalam masyarakat yang makin plural ini. Ranah yang sudah menyentuh persoalan isu kritis, maka ini yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Wacana adalah satuan bahasa tertinggi yang memiliki unsur kelengkapan lebih dari unsur bahasa lainnya. Wacana yang terdiri atas lisan dan tuisan memiliki keterkaitan antara paragraf dengan paragraf lainnya yang disebut kooteks. Sementara kaitan antara paragaf dengan realitas di luar dirinya (situasi masyarakat) disebut konteks. Unsur dalam wacana yang bisa membentuk kesatuan ide satu dengan lainnya dengan menggunakan unsur linguistik yang disebut sebagai kohesi, contohnya seperti elipsis, substitusi, repetisi, dan lain sebagainya. Dalam unsur lainnya, wacana mengenal istilah koherensi. Antarparagraf dalam wacana selalu mempunyai unsur yang berkaitan-ide terutama logika sangat dipehatikan dalam hal ini, peran yang sentral karena mengatur teknik bercerita secara dedkutif maupun induktif sehingga menjadi bacaan yang padu, unsur bermula-tegangan-klimaks dan saling mendukug antarpaagraf lainny agar informasi menjadi utuh (kohesi) dan padu (koherensi). Kaum struktural mendominasi pada saat itu. Sejarah wacana menjadi bagian dari kegiatan ilmiah saat Alain de Beaugrande, 1981 mengenalkan tekstualitas dengan tujuh syarat yang dipenuhi sebuah teks, yakni kohesi, koherensi, intensionalitas, akseptabiitas, informativitas, kontekstualitas, dan intertekstualitas. Setelah dianalisa secara tekstual, maka analisis wacana tiba pada tiga paradigma setelah dipengaruhi oleh beberapa ilmuwan teori kritis seperti, Faucoult, Habermas, dan Karl Marx Hakikat Analisis Wacana Kritis Menurut Hikam (1996:78-86) ada tiga pandangan untuk mengetahui persoalan bahasa yang ada dalam wacana, pandangan positivisme empiris, pandangan konstruktivisme, dan pandangan kritis.. Pandangan Positivisme empiris mencoba untuk menekankan wacana pada konsep struktural dan telah tertata secara sintaksis, logis, dan memiliki hubungan dengan
Penelitian ini bertujuan (1) untuk menjelaskan ruang publik dan strategi literasi, (2) mendeskrip... more Penelitian ini bertujuan (1) untuk menjelaskan ruang publik dan strategi literasi, (2) mendeskripsikan wacana tandingan dengan ruang publik, dan (3) bentuk strategi literasi dalam ruang publik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan teknik observasi dan wawancara. Dari penelitian ini dihasilkan tiga temuan: (1) ruang publik adalah sarana untuk meningkatkan literasi, (2) alternatif ruang publik sebagai wacana tandingan dari wacana dominan gaya anak muda menjadi daya tarik dalam literasi di ruang publik. Kata kunci: Ruang publik, wacana tandingan, dan literasi PENDAHULUAN Kajian ini memfokuskan pada penempatan ruang pubik untuk sarana edukasi dan hiburan pada awalnya. Namun dalam kajian selanjutnya penulis akan mencoba menjabarkan kajian yang lebih luas lagi, yakni kajian literasi dan wacana tandingan dalam dominasi neoliberal di dalam pendidikan nasional.
Objek penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan memahami secara komprehensif kognisi dalam ... more Objek penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan memahami secara komprehensif kognisi dalam pemerolehan bahasa kedua pada anak usia 1;5 tahun: sebuah pendekatan formal dengan jenis teori monitor Krashen. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif karena berdasarkan pengambilan sebuah data yang bersifat historis berupa observasi dan perekaman menggunakan media eletktronik sebagai perekam bentuk tuturan. Data dikumpulkan melalui pendataan dengan merekam kemudian mencatat satu kata dan dua kata dari tuturan anak tersebut kemudian menguraikannya secara sintaksis kata-kata yang menjadi tuturan anak tersebut. Metode yang digunakan adalah observasi dan percakapan dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Objek dalam penelitian ini adalah seorang anak bernama Raffasya Wirayudha yang berumur 1;5 tahun. Temuan pada penelitian ini adalah menguji perkembangan pemerolehan bahasa kedua dengan jenis teori monitor. Teori model yang diterapkan dalam pada anak usia 1;5 tahun yang mempunyai bahasa pertama (Sunda) dan bahasa kedua (Indonesia). Sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan masing-masing bahasa dengan jenis 2 model monitor. Temuan yang didapat adalah, 1. Pemerolehan dan pembelajaran bahasa bisa dilaksanakan pada lingkup keluarga, 2. Perkembangan belajar bahasa B2 lebih interaktif jika menggunakan media, dan 3. Permasalahan berbahasa bisa diselesaikan jika memberikan kesempatan anak untuk berbicara dan mengontrol emosi yang tidak stabil pada si penutur ketika berbicara. Kata Kunci: pemerolehan bahasa kedua, pendekatan kognisi, teori monitor Krashen Abstract The object of this research is to describe and comprehensively understand cognition in second language acquisition in children aged 1; 5 years: a formal approach to the type of Krashen monitor theory. The method in this study uses a qualitative approach. Qualitative because based on taking a historical data in the form of observation and recording using electronic media as a recorder of speech forms. Data is collected through data collection by recording and then recording one word and two words from the child's speech then describing it syntactically the words that the child uttered. The method used is observation and conversation by asking a few questions. The object in this study was a child named Raffasya Wirayudha who was 1; 5 years old. The findings in this study were to test the development of second language acquisition with the type of monitor theory. The model theory is applied in children aged 1, 5 years who have a first language (Sundanese) and a second language (Indonesian). So that we can know the level of mastery of each language with the type of monitor model. The findings are: 1. Language acquisition and learning can be carried out in the family sphere, 2. The development of B2 language learning is more interactive if using media, and 3. Language problems can be solved if it gives the child the opportunity to talk and control unstable emotions in the speakers when speaking.
9906918006 Tugas yang dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UAS) PROGRAM DOKTOR ILMU PENDI... more 9906918006 Tugas yang dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UAS) PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN BAHASA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2019 1 Rendy Pribadi 9906918006 Abstrak:
Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Zigg... more Penelitian ini berupaya mengaji unsur penceritaan dalam novel Semua Ikan Di Langit karangan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dari unsur cerita (narasi) dialog, dan laku dari tokoh-tokohnya. Terdapat sebuah teknik yang berbeda saat beberapa tokoh menceritakan kehidupannya, mulai dari simbol ikan, bus, dan kecoa serta obyek beliau yang selalu hadir kala di awal dan akhir bahkan seluruh bab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan. Teknik analisis isi. Penulis menemukan sejumlah teknik bercerita; 1. Fokalisasi interen (“saya”) berdasarkan narator, 2. Fokalisasi ekstern dengan bentuk simbol, 3. Cerita harmonis dan miris dalam satu bingkai novel tersebut. Kata Kunci: Fokalisasi, simbol, naratologi
Uploads
Papers by rendy pribadi
Drafts by rendy pribadi
Kata Kunci: Fokalisasi, simbol, naratologi
Kata Kunci: Fokalisasi, simbol, naratologi