Ada is a successful woman with her career, however she is afraid to fall in love with someone else. However with the help of her friend (Reza Rahadian) she meet with Rafian. Rafian is able to makes her fall for him, however the big question is, will she be in love ? will both of them will meet together again ?
Indonesia
Indonesia
Ada: The number of all probabilities is equal to one. You got that, right?
Rafian: Of course.
Ada: Now if you got that, you know something for sure would happen... What's the point of trying to make sense of it? Worse yet, try and weave everything together to make sense of it.
This movie has incredible amounts of dialogue that I'm just amazed how Richard Oh found a way to fit it all into one movie. The sum of all probabilities equals to one. So, 1+1=1? *Oops wrong movie :v
====================================================================
Rafian dan Ada pertama kali bertemu di salah satu sudut kota metropolitan. Rafian yang sedang berjalan di seberang menoleh ke arah Ada yang tengah duduk di sebuah restoran. Saking…
“Keindahan ternyata tak abadi.. atau mungkin kita yang harus beradaptasi kepada skala keindahan itu sendiri yang berubah dari tahun ke tahun.”
Dibalut dengan visualnya yang cantik ditambah dialog-dialog yang cukup berat menjadikan film ini memiliki 2 haluan resensi, ada yang kagum dengan bagaimana si sutradara menyampaikan ceritanya dengan secara baik yang diiringi dengan dialog-dialog bermutunya dan ada juga yang kurang paham maksud dari film ini apa. Raline Shah dan Fachri Albar memainkan perannya secara apik disini.
“Ingat, jumlah semua probabilitas sama dengan satu.”
Agak susah untuk mencerna terutama di menit-menit awal, Rafian punya teori A ketika pertama kali bertemu dengan Ada, namun sebaliknya Ada mempunyai teori B ketika bertemu Rafian. Keduanya pun mulai terlibat dalam percakapan yang lumayan njelimet, mulai bisa enjoy menikmati percakapan mereka ketika masuk di pertengahan film.
kalau tadi aku bilang pertanyaanmu aneh, sekarang aku bilang dugaanmu itu lucu.
Richard Oh menciptakan sebuah film romansa yang rumit sekali. Bayangin buku sastra, filsafat dan sains yang tebel-tebel dikumpulin dalam satu film yang penuh metafora dan puitis ini. Lo bakal butuh waktu yang agak lama untuk mampu mencerna makna film ini. Layaknya Before Sunrise, bedanya, film ini mampu membuat kita berpikir akan eksistensi kita di dunia ini dengan berbagai hal dan teori yang ada. Terpana bukan sembarang film dan butuh pemeran yang mumpuni untuk mampu menghasilkan film se-luar biasa ini. Dan Richard Oh berhasil menciptakan film romansa yang anti mainstream. Luar biasa! 7,5/10
Premisnya menarik, tetapi gadapet aja feel nya di gua, apa emang guanya yang goblok yak tapi dengan segala ke asburd-an nya chemistry Raline-Fachri terasa natural tanpa terasa dipaksakan walaupun ya tidak spesial, but Reza panggungnya film ini, scene dia memang sedikit, tetapi dia menarik di film ini bahkan lebih terasa memorable dibandingkan Fachri
Dialektika
Memangnya mudah untuk memahami sesama tanpa ada persamaan ataupun perbedaan? Walaupun rumit, bukankah mempertanyakan semua tesa, antitesa, dan sintesa dari sesuatu itulah yang mengisi kehidupan kita secara perlahan?
Contoh kasus: kematian. Saya sangat benci dengan konsep kematian. Yang di benak hanya warna hitam, kosong melompong, datar, tanpa suara, tanpa cerita, selesai. Tapi sayangnya kematian itu pastilah eksis. Pasti? Tahu darimana saya?
Catatan: semua yang saya sebutkan diatas hanyalah tesa dan antitesa. Hanya pengalaman akan kematianlah yang membuat sintesa muncul dan membenarkan/menyalahkan saya.
-Christian Putra
Jujur aga berat sih menerima dialognya🙂
"Yang ku takuti, kita diberikan kebebasan total untuk membuat keputusan apapun. Padahal pada akhirnya apapun yang kita lakukan, parameter hasilnya sudah ditentukan.
"Keindahan ternyata tak abadi, atau mungkin kita yang harus beradaptasi kepada skala keindahan itu sendiri yang berubah dari tahun ke tahun
"Jumlah semua probabilitas sama dengan satu."
(Bahasa) : Banyak yang tidak menyangka film ini memberikan kesan baru dalam film indonesia. Menonton film ini kedua kalinya tidak pernah menyesal akting fachri albar dan raline shah sangat kuat dalam film ini memainkan karakternya.
[The first part of this log is a rant; feel free to jump to the 5th paragraph for my opinions.]
First of all: I made the fatal mistake of watching this film with my cousin, whose disdain was made clear as I mentioned that this was an Indonesian film, in particular a romance film. He had scoffed and said that "ya udah lah daripada gabut", and so he complied. Right before the film started, he complained about it being romance and that he probably will fall asleep, and then right after the starting scene played out after the opening credit, he had complained once more. You could guess that at the end, he had trashed this film, saying that it…
#BulanFilmIndonesia
Richard Oh dan dunia surealisnya. Beberapa tahun lalu pernah dijelasin langsung soal filmnya oleh Almarhum Richard Oh. Secara tema masih berhubungan sama film sebelum ini, Melancholy is a Movement. Karena otak aing gak sampe jadi tetap gak ngerti 😂
