Ada sesuatu yang begitu dingin dan mengunci dalam Red Rooms. Bukan sekadar thriller psikologis, tapi pengalaman mendekam di kepala seseorang yang begitu tenggelam dalam obsesinya, sampai batas antara rasa ingin tahu dan persekongkolan jadi kabur.
Dari awal, film ini tidak memberikan pegangan moral. Tidak ada yang benar-benar dijelaskan, tidak ada yang pasti. Kelly-Anne bukan protagonis, bukan antagonis—hanya sosok yang perlahan menghilang ke dalam dunia yang seharusnya tetap berada di balik layar. Dan kita, sebagai penonton, dipaksa untuk terus mengikutinya, meskipun…