Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Husnayain business review: jurnal ilmiah STEI Husnayain, 2022
Systematic literature review ini bertujuan untuk mensintesis beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini disusun menggunakan Prefered Reporting Item for Systematic Review and Meta Analysis dari penelitiaan yang memiliki kaitan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Metode pengumpulan data menggunakan metode Popuation, Intervention, Comparison, and Outcome dengan menggunakan 2 akses yaitu Google Cendikia dan Garba Rujukan Digital (garuda). Sejumlah 144 data disaring menggunkan kriteria inklusi data sehingga didapatkan sejumlah 33 data yang sesuai dengan standar kelayakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 17 data dengan pengaruh positif dan signifikan serta mendominasi pengaruh dibandingkan dengan variabel lain, 13 data dengan pengaruh positif dan signifikan namun tidak mendominasi, 1 data dengan pengaruh negatif dan signifikan, serta 2 data menunjukan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan melalui variabel mediasi. Kata kunci: Sytematic Literature Review, Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan PENDAHULUAN Budaya organisasi adalah cara penyelesaian tugas serta pola interaksi yang terjadi di dalam sebuah organisasi sebagai usaha pencapaian tujuan organisasi (Yusuf, 2017). Pola interaksi yang terjadi diantara bermacam-macam latar belakang suku, agama dan ras serta antar golongan (SARA). Kesamaan nilai budaya, norma serta keyakinan yang berlaku dalam setiap individu akan memperkuat budaya organisasi yang ada pada sebuah organisasi (Hakim, 2012). Perbedaan latar belakang budaya antara karyawan dan tempat bekerja juga diidentifikasi sebagai faktor yang memengaruhi penyesuaian yang sukses (Soetjipto, 2013:17). Kesamaan pemahaman terhadap budaya organisasi akan mempermudah komunikasi dalam pembagian peran, tugas serta tanggung jawab setiap karyawan sehingga akan menimbulkan rasa saling percaya antar anggota organisasi. Selain itu, (Mustomi, 2021) juga mengungkapkan bahwa rasa saling percaya akan mempermudah penyelesaian tugas dan tanggung jawab setiap karyawan karena akan meredam konflik internal perusahaan. Guna mencapai visi misi organisasi, karyawan akan bekerja lebih keras manakala mereka merasa menjadi bagian dalam pembentukan budaya perusahaan (Sutoro, 2020). Budaya organisasi yang kuat dan melekat pada suatu perusahaan mengindikasikan perusahaan tersebut maju, terkendali serta dapat dikontrol dengan baik. Budaya organisasi yang tinggi dapat menimbulkan kondusifitas dalam bekerja, terkait dengan kenyamanan serta ketertiban karyawan. Setiap individu dalam organisasi harus memahami budaya organisasi sebagai pola yang disepakati bersama serta sebagai petunjuk arah demi pertumbuhan internal organisasi. Selaras dengan pernyataan (Qomaruddin, 2019) yang mengatakan bahwa budaya organisasi bersifat mengikat ke dalam organisasi. Menurut Soetjipto (2013:19) tanpa adanya sebuah pengertian atau penerimaan terhadap budaya di tempat kerja dapat menimbulkan berbagai dampak untuk setiap individu dalam organisasi. Erhamwilda
Salah satu variabel yang berhubungan dengan penentuan peningkatan kinerja perusahaan atau organisasi adalah Budaya Organisasi. Budaya organisasi merupakan sistem nilai dan kepercayaan yang dianut bersama yang di ilhami suatu keyakinan dan kebiasaan yang berinteraksi dengan orang-orang pada suatu perusahaan, struktur organisasi dan sistem pengawasan untuk menghasilkan norma-norma perilaku. Budaya organisasi memiliki beberapa fungsi didalam suatu organisasi antara lain memiliki suatu peran dalam batas-batas penentu, yaitu menciptakan perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. Budaya Organisasi juga berfungsi untuk menyampaikan rasa identitas kepada anggota-anggota organisasi, mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai batasan yang lebih luas, membantu mengikat kebersamaan organisasi dengan menyediakan standar-standar yang sesuai mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan karyawan, pembentuk peningkatan kinerja karyawan.
2010
An organization’s culture is formed by the founder of the organization as meaning together to enhance the progress and effectiveness of a company. Much evidence suggests that a strong culture of an organization has led the organization in a better success rate. But in this era of globalization, as now, there are challenges facing the organization, which could affect the culture of an organization. With the disappearance of borders between countries, facilitate the entry of the culture of the countries (developed countries) to other countries. This is also true for an organization. Cultural organizations have been formed would be a challenge due to organization. Cultural organization formed to improve corporate performance an corporate activities will be more effective. Organizations wherever it operates, will not be separated from the influence of globalization. If the organization does not anticipate the rapid cultural changes coused by globalization, the globalization that...
Ingvar Kamprad, pendiri IKEA. Sumber dari budaya organisasi yang tumbuh di IKEA adalah pendirinya.
Pendidikan Administrasi Perkantoran, 2012
Jurnal Manajemen Kantor 2
Indonesia sebagai negara berkembang tidak terlepas dari masalah-masalah yang berkaitan dengan ketenaga kerjaan. Masalah ketenagakerjaan yang dihadapi oleh indonesia adalah pesatnya peningkatan jumlah angkatan kerja. Badan pusat statistik (BPS) mencatat angkatan kerja di indonesia pada Agustus 2014 mencapai 121,87 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat sebesar 1,41% (1,7 juta jiwa) dibandingkan keadaan pada Agustus 2013. Pada tahun 2014, diperkirakan jumlah penduduk indonesia mncapai 252,7 juta jiwa, dimana 48,23% (121,9 juta jiwa) diantaranya menjadi bagian dari angkatan kerja. Jumlah lapangan kerja meningkat sebesar 1,7% dari bulan agustus 2013 hingga Agustus 2014, angkatan kerja meningkat sebesar 1,4%, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sebesar 0,47% pada periode yang sama. Meskipun TPT mengalami penurunan, namun penurunan nilai TPT tersebut masih kecil dibandingkan peningkatan angkatan kerja di Indonesia (ILO, 2015). Keadaan pasar tenaga kerja di Indonesia juga hampir sama terjadi di Pulau Jawa, meskipun dengan proporsi yang berbeda. Hingga saat ini pulau jawa masih menjadi pulau yang memiliki jumlah angkatan kerja tertinggi di Indonesia. Angkatan kerja pulau jawa tahun 2014 mencapai 71,1 juta jiwa atau sekitar 58% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan yaitu memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah minimum. Pada tahun 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan upah minimum di enam provinsi di Pulau Jawa mengalami kenaikan beragam mulai dari 4%-18% di bandingkan tahun 2013, sedangkan peningkatan upah rata-rata berkisar 2%-7% pada periode yang sama. Melalui peningkatan upah tersebut diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Penelitian Ikka Dewi (2013) mengenai pengaruh investasi dan tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Jawa Timur menemukan bahwa tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja. Ketika upah meningkat sebesar 1% maka kesempatan kerja juga meningkat sebesar 1,604143961. Peningkatan upah ditandai dengan meningkatnya konsumsi para pekerja sehingga terjadi kenaikkan permintaan barang dan jasa. Kenaikkan permintaan barang dan jasa akan menyebabkan produksi barang dan jasa perusahaan meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikkan upah secara tidak langsung dapat meningkatkan kesempatan kerja para pekerja sehingga terjadi kenaikkan permintaan barang dan jasa. Kenaikkan permintaan barang dan jasa akan menyebabkan produksi barang dan jasa perusahaan meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikkan upah secara tidak langsung dapat meningkatkan kesempatan kerja. Menurut Sumarsono (2009: 106) perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Gindling dan Terrel (2006) dalam penelitiannya mengatakan bahwa tingkat upah memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, dimana setiap 10% kenaikkan upah minimum terjadi penurunan pekerja di masing-masing sektor sebesar 1,09%. Menurut Kuncoro (2002), kenaikkan upah akan mengakibatkan penurunan
A Terra É Redonda, 2022
Ekphrasis, 2019
Words in Space and Time: A Historical Atlas of Language Politics in Modern Central Europe, 2021
BUSSINES PLAN MANAJEMEN DESAIN, 2019
isara solutions, 2023
Review of International Studies, 2024
İstanbul Hukuk Mecmuası, 2023
Can cellular cementum in bovine teeth alter the results of microleakage tests? (Atena Editora), 2024
Zenodo (CERN European Organization for Nuclear Research), 2023
Korean Journal of Chemical Engineering, 2007
Journal of Education and Training Studies, 2015
Journal of Applied Solution Chemistry and Modeling
Biology of Blood and Marrow Transplantation, 2017
“Leito, mapa, a terra e todos os seus nomes": paisagens da memória na poesia de Paula Tavares e Conceição Lima
Revista de Ştiinţe Politice. Revue des Sciences Politiques, 2024
Biochemistry & Molecular Biology Journal, 2018
Mikrobiyoloji Bulteni, 2022
European Journal of Paediatric Neurology, 2014
Geophysical Journal International, 1998