Read your PDF for free
Sign up to get access to over 50 million papers
By continuing, you agree to our Terms of Use
Continue with Email
Sign up or log in to continue reading.
Welcome to Academia
Sign up to continue reading.
Hi,
Log in to continue reading.
Reset password
Password reset
Check your email for your reset link.
Your link was sent to
Please hold while we log you in
Academia.eduAcademia.edu

Pengolahan Data

Abstract

Penelitian dilakukan di PT Wahana Baratama secara khusus pada Pit Barat Blok 80-81 selama 1 bulan (5 Juni -1 Juli 2014). Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1. Pola peledakan yang dibandingkan adalah burden x spasi masing-masing 7.5 m x 8.5 m dan 8.0 m x 9.0 m dengan panjang kolom stand off normal dan dikurangi 25%. Pembagian lokasi uji coba, dapat dilihat pada Gambar 5.2 dan Tabel 5.1.

BAB V DATA DAN PENGOLAHAN DATA Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Wahana Baratama secara khusus pada Pit Barat Blok 80-81 selama 1 bulan (5 Juni – 1 Juli 2014). Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1. Pola peledakan yang dibandingkan adalah burden x spasi masing-masing 7.5 m x 8.5 m dan 8.0 m x 9.0 m dengan panjang kolom stand off normal dan dikurangi 25%. Pembagian lokasi uji coba, dapat dilihat pada Gambar 5.2 dan Tabel 5.1. Data Teknis Bahan Peledak Pemilihan jenis bahan peledak yang digunakan mempengaruhi hasil akhir dari proses peledakan sendiri. Perlu dilihat kebutuhan dari PT Wahana yang berkatian dengan proses peledakan untuk dapat menentukan jenis bahan peledak yang digunakan. Faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan peledak antara lain kondisi air di lokasi peledakan, dimana pada Pit Wahana kondisi air tanahnya melimpah, sehingga hampir selalu menyebabkan kondisi lubang ledak menjadi basah. V-1 Pada kondisi lubang basah, bahan peledak yang cocok untuk digunakan pada proses peledakan Thru Seam Blast (TSB) di PT Wahana adalah bahan peledak jenis Fortis Coal™ dengan densitas 1.2 ton/m3. Karakteristik Fortis Coal™ dapat dilihat pada Tabel 5.2 Sumber : PT Orica Mining Services Gambar 5.2 Pembagian Lokasi Uji Coba Tabel 5.1 Pembagian Lokasi Uji Coba Sumber : Penelitian Tugas Akhir Tabel 5.2 Data Teknis Bahan Peledak Fortis Coal Sifat Bahan Peledak Fortis Fortis Coal™ Fortis (Fortis Coal) Coal™ S Coal™ H Berat isi (g/cm3) 1,15 - 1,25 Diameter minimal lubang 115 tembak (mm) Kedalaman maksimal 50 lubang tembak (m) Panjang maksimal kolom 45 bahan peledak (m) Kondisi lubang tembak kering, berair, atau lubang yang dikeringkan Cara Pengisian dipompakan ke dasar lubang tembak VOD (km/s) (1) 3.7 – 6.5 3.7 – 6.5 3.7 – 6.5 Relative Effective Energy (2)   Relative Weight Strength 100 - 107 103 - 110 107 - 113 Relative Bulk Sterength 144 - 167 148 - 172 154 - 177 Jumlah CO2 yang 145 - 133 140 - 135 151 - 148 dihasilkan (kg/ton) (3) Sleep Time 7 hari Sumber : Penelitian Tugas Akhir Keterangan : Nilai VOD aktual bergantung kepada derajat pengungkungan dan diameter lubang tembak, rentang nilai diatas adalah dari nilai VOD minimal dengan kondisi unconfined sampai nilai VOD ideal berdasarkan perhitungan. REE adalah nilai energi efektif terhadap ANFO pada densitas 0,8 g/cm3. ANFO memiliki nilai energi efektif sebesar 2,3 MJ/kg. Nilai ini didasarkan kepada perhitungan detonasi ideal dengan nilai cut off pressure 100 MPa. Karbondioksida adalah penghasil utama gas rumah kaca. Nilai CO2 dihitung berdasarkan asumsi detonasi ideal. Data Acuan Desain Isian (Loading Guidelines) Dalam kegiatan Thru Seam Blast di Wahana, terdapat acuan yang disesuaikan dengan kondisi geologi batuan di pit Wahana, yang berguna untuk mempermudah desain isian bahan peledak. Pada loading guidelines ini, ada beberapa desain yang dikhususkan untuk masing-masing target interburden yang diledakkan dan juga parameter panjang deck yang tersedia untuk diisi bahan peledak maupun stemming material ditunjukan oleh Tabel 5.3 dengan ilustrasi seperti pada Gambar 5.3. Dalam penelitian ini desain yang akan dilihat dikhususkan pada interburden antara seam 7 dan seam 8, yang merupakan lapisan sandstone dengan tebal ± 13 m. Perlapisan batuannya dapat dilihat pada Gambar 5.4. Tabel 5.3 Acuan Desain Isian Panjang Deck Tipe Kolom 2.5m 4m 7m 10m 12m Stemming 1 0.9m 1.2m 2.2m 2.7m 3m Bahan Peledak 0.9m 1.5m 3.3m 5.5m 7m Stemming 2 0.7m 0.8m 1.2m 1.4m 1.5m Sumber : Wahana Technical Services Thru Seam Blast Pattern and Loading Guidelines Explosive Seam 8 Deck Length Seam 7 Sumber : Wahana Technical Services Thru Seam Blast Pattern and Loading Guidelines Gambar 5.3 Ilustrasi Desain Isian pada Interburden Seam 7 dan Seam 8 Sumber : Penelitian Tugas Akhir Gambar 5.4 Lapisan Batuan antara Seam 7 dan Seam 8 Desain Isian Uji Coba Karena sifat batuan yang keras, sering kali material hasil peledakan pada interburden antara seam 7 dan seam 8 memiliki fragmentasi yang buruk dan sulit digali. Maka dilakukan uji coba dengan melebarkan pola peledakan dan mengurangi panjang kolom stand off sebesar 25% dengan ilustrasi seperti pada Gambar 5.5. Deck Length Stand off -25% Explosive Seam 8 Seam 7 Sumber : Penelitian Tugas Akhir Gambar 5.5 Ilustrasi Desain Isian pada Interburden Seam 7 dan Seam 8 dengan Pengurangan Panjang Kolom Stand Off Pada proses TSB, panjang deck yang paling sering digunakan adalah 4 m sampai 12 m, dimana digunakan stand off di bawah batubara sepanjang 1.2 m hingga 3 m yang ditunjukan pada Tabel 5.3. Dengan dikurangi sebesar 25%, maka panjang kolom stand off menjadi 0.9 m hingga 2.3 m dengan perhitungan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Desain Isian Uji Coba Panjang Deck Pengurangan Stand Off 25% Tipe Kolom 4 m 7 m 10 m 12 m Stemming 1 ( Stand Off) 0.9 1.7 2.0 2.3 Bahan Peledak 1.8 3.9 6.2 7.8 Stemming 2 0.8 1.2 1.4 1.5 Sumber : Penelitian Tugas Akhir Powder Factor (PF) Definisi dari powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan perbandingan antara jumlah bahan peledak dengan jumlah material yang diledakan atau dibongkar. PF dipengaruhi oleh densitas bahan peledak dan desain isian lubang ledak. Hasil perhitungan PF aktual dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Perhitungan Powder Factor Aktual Sumber : Penelitian Tugas Akhir Fragmentasi Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan berbanding lurus dengan keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, dimana material yang memiliki ukuran seragam lebih diharapkan daripada material yang berukuran bongkahan. Tingkat fragmentasi yang kecil akan menaikkan digging rate dari alat gali muat dan secara tidak langsung menaikkan produktivitas dari kegiatan penambangan. Hasil perhitungan fragmentasi berdasarkan software Powersieve dapat dilihat pada Tabel 5.6 untuk lokasi TSB 490 B1 dengan berdasarkan Swebrec Fit lulus saringan sebanyak 80% sebesar 0.193 m. Pada Tabel 5.7 untuk lokasi TSB 490 B2 dengan berdasarkan Swebrec Fit lulus saringan sebanyak 80% sebesar 0.271m. Pada Tabel 5.8 untuk lokasi TSB 490 C1 dengan berdasarkan Swebrec Fit lulus saringan 80% sebesar 0.111m. Pada Tabel 5.9 untuk lokasi TSB 490 C2 dengan berdasarkan Swebrec Fit lulus saringan sebanyak 80% sebesar 0.152m. Tabel 5.6 Perhitungan Fragmentasi TSB 490 B1 Sumber : Orica Fragmentation Analysis TSB 490 B1 Tabel 5.7 Perhitungan Fragmentasi TSB 490 B2 Sumber : Orica Fragmentation Analysis TSB 490 B2 Tabel 5.8 Perhitungan Fragmentasi TSB 490 C1 Sumber : Orica Fragmentation Analysis TSB 490 C1 Tabel 5.9 Perhitungan Fragmentasi TSB 490 C2 Sumber : Orica Fragmentation Analysis TSB 490 C2 Digging Rate Digging rate menunjukkan kemampuan alat gali dan dapat didefinisikan sebagai jumlah produksi yang dapat dicapai oleh sebuah excavator yang berdasarkan waktu operasi/cycle time dari excavator itu sendiri. Perhitungan waktu operasi dimulai saat bucket alat gali menyentuh material hasil peledakan hingga bucket terangkat dari tanah. Hasil perhitungan digging rate berdasarkan jigsaw PT Leighton dapat dilihat di Tabel 5.10. 6 V-2