Academia.eduAcademia.edu

MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2016, CV. Pustaka Abadi

MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Buku Referensi untuk Guru, Mahasiswa dan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ii Asrorul Mais, ST., S.Pd., M.Pd. MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Buku Referensi untuk Guru, Mahasiswa, dan Umum Penerbit Pustaka Abadi iii MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Hak Cipta © 2016, Asrorul Mais All rights reserved Penulis: Asrorul Mais Editor: Hermawan Septian Abadi )lustrasi Sampul: Achmad Lutfi Sanggar Seni Banitas Diterbitkan oleh: CV Pustaka Abadi Jl. Agus Salim No. 11 Jombang, Jember 68168 Website: www.pustakaabadi.com E-mail: pustakaabadi@yahoo.com Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Cetakan I: Januari 2016 x + 190 hlm; 15,5cm x 23,5cm ISBN: 978-602-72754-2-3 Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit iv Kata Pengantar Pterselesaikannya penyusunan buku dengan judul Media uji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Seperti anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermartabat, namun kenyataannya layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus masih kurang optimal. Salah satu penyebabnya adalah kurang optimalnya pengguaan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus di sekolah baik segregasif maupun inklusif. Untuk mencoba menjawab permasalahan tersebut, buku ini berusaha memberikan pengetahuan tentang media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang sampai saat ini masih jarang ditemukan literasinya. Buku ini merupakan buku panduan bagi guru, mahasiswa, orang tua dan umum untuk menambah wawasan tentang media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Penyajian materi dalam buku ini sengaja menggunakan banyak gambar sebagai contoh media untuk setiap jenis anak berkebutuhan khusus agar pembaca dapat lebih memahami istilah dan fungsi media pembelajaran tersebut. Dengan demikian v pembaca dapat dengan mudah membeli atau membuat tiruan media tersebut sesuai dengan tujuan media tersebut dibuat agar dapat diimplementasikan dalam pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Dalam penyusunan buku ini tentunya banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan guna adanya perbaikan yang lebih baik agar buku ini lebih bermanfaat. Semoga Tuhan memberikan kemudahan bagi hambanya yang senantiasa ingin berbuat baik dan membantu sesamanya. Amin. Jember, Januari 2016 Penulis vi Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi v vii BAB 1 KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN 1.1 Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi 1.2 Tingkatan Pemahaman dalam Belajar BAB 2 PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN 2.1 Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran 2.2 Pengertian Media Pembelajaran 2.3 Ciri-ciri Media Pembelajaran BAB 3 PERAN DAN KEDUDUKAN MEDIA PEMBELAJARAN 3.1 Manfaat Media Pembelajaran 3.2 Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar 3.3 Nilai Praktis Media Pembelajaran 3.4 Posisi Media Pembelajaran 3.5 Fungsi Media Pembelajaran BAB 4 KELAYAKAN MEDIA PEBELAJARAN 4.1 Kelayakan Media Pembelajaran 4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran BAB 5 JENIS MEDIA PEMBELAJARAN 5.1 Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran 5.2 Media-media yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran 5.2.1 Media Visual 5.2.2 Media Audio 5.2.3 Media Dua Dimensi Non Proyeksi 5.2.4 Media Proyeksi Diam vii 1 1 5 7 7 9 10 12 12 13 14 15 16 19 19 20 26 26 28 29 32 33 37 5.2.5 Media Proyeksi Gerak dan Audia Visual 5.2.6 Multimedia 5.2.7 Benda BAB 6 TAKSONOMI MEDIA PEMBELAJARAN 6.1 Rudy Bretz 6.2 Duncan 6.3 Briggs 6.4 Gagne 6.5 Edling BAB 7 PRINSIP MEDIA PEMBELAJARAN 7.1 Prinsip Umum Pembuatan Media Pembelajaran 7.2 Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran BAB 8 KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN 8.1 Pengelompokan Media oleh Para Tokoh 8.1.1 Seel & Glasgow (1950) 8.1.2 Kemp & Dayton (1985) 8.1.3 Sahtoso S. Hamjaya (1985) 8.1.4 Gerlach (1971) 8.1.5 Edgar Dale (1975) 8.1.6 R. Murry Thomas (1984) 8.1.7 Jerold E. Kemp (1975) 8.1.8 Lashin, Pollock & Regeluth (1992) 8.2 Association for Education Communication and Technology 8.3 Perpustakaan sebagai Sumber Belajar BAB 9 MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT 9.1 Pembelajaran Multimedia 9.2 E-Learning 9.2.1 Internet sebagai Media Pembelajaran 9.2.2 Pembelajaran Berbasis Website 9.2.3 Pembelajaran Berbantu Komputer 9.2.3.1 Bentuk-bentuk Penggunaan Komputer untuk Pembelajaran viii 39 41 41 43 44 44 45 45 46 47 47 47 49 49 49 49 50 50 50 50 50 51 51 52 54 54 55 55 58 59 60 BAB 10 MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERALATAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 10.1 Ruang Lingkup 10.2 Perencanaan 10.3 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus, Kebutuhan Pendidikan dan Media Pembelajaran 10.3.1 Tunanetra 10.3.1.1 Low Vision 10.3.1.2 Tenaga Ahli yang Terlibat dalam Pendidikan bagi Anak Tunanetra 10.3.2 Tunarungu 10.3.2.1 Anak Tunarungu 10.3.2.2 Karakteristik Ketunarunguan 10.3.2.3 Sarana Fisik Sekolah 10.3.2.4 Tata Letak Ruang 10.3.2.5 Sarana Pendidikan 10.3.2.6 Tenaga Ahli 10.3.3 Tunagrahita 10.3.4 Tunadaksa 10.3.4.1 Karakteristik Anak Tunadaksa 10.3.4.2 Ketenagaan 10.3.4.3 Alat atau edia Pebelajaran 10.3.5 Tunalaras 10.3.5.1 Jenis Gangguan atau Hambatan 10.3.5.2 Teknik Mengenal Anak Tunalaras 10.3.5.3 Alat atau Media Pembelajaran 10.3.6 Berkesulitan dan Lamban Belajar 10.3.7 Autis 10.3.8 Anak Berbakat 10.4 Unsur Pelaksana 10.5 Evaluasi 10.6 Faktor Pendukung 10.7 Faktor Penghambat Daftar Pustaka Tentang Penulis 64 64 65 67 67 88 95 96 96 97 98 101 101 116 117 135 136 137 139 157 157 159 160 163 165 181 183 184 185 185 187 189 ix x BAB 1 KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN 1.1 Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses Komunikasi Dalam pembelajaran (instructional), sumber informasi adalah dosen, guru, instruktur, peserta didik, bahan bacaan dan sebagainya. Menurut Schramm (1977), media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs mendifinisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sedang menurut Arief S. Sadiman (1986) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar terjadi. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran (media) tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran (media) dan penerima pesan adalah komponen1 2 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pembelajaran dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non-verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan (bisa siswa, peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri) menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbolsimbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding. Adakalanya penafsiran tersebut berhasil, adakalanya tidak. Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan atau kekurangberhasilan dalam memahami apa-apa yang didengar, dibaca, atau dilihat dan diamatinya. Pada gambar 1.1 akan kita lihat kegagalan proses komunikasi tersebut. Guru menyampaikan pesan A, dari kelima siswa hanya siswa pertama yang tepat dalam menafsirkannya. Tiga di antaranya kurang tepat (Al, A2, A3) sedang satu lainnya salah sama sekali. Gambar 1.1 Proses komunikasi yang gagal Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 3 Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers atau noises. Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. Kita kenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Siswa yang senang terhadap mata pelajaran, topik serta gurunya tentu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang benci atau tak menyukai semua itu. Anda jangan terlalu banyak berharap dari siswa yang lagi sakit karena pesan-pesan yang anda sampaikan padanya akan terhambat karenanya. Anda juga jangan berharap pada siswa yang sehat sekalipun untuk mengamati kehidupan binatang satu sel dengan mata telanjang. Dua jenis hambatan yang lain; pertama hambatan kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan 4 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan nilai-nilai panutan; kedua hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses belajar mengajar di tempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan berjubel. Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham. Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa, baik sewaktu mengcode pesan maupun mendecodenya, proses komunikasi belajar mengajar sering kali berlangsung secara tidak efektif dan efisien. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, inteligensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran. Gambar berikut memperlihatkan proses komunikasi yang berhasil berkat ikut sertanya media dengan proses belajar mengajar. Sumber pesan bisa penulis buku, pelukis, fotografer, produser dan guru sendiri. Medianya bisa berupa buku, poster, foto, program kaset audio, film, kaset video. Pesan A yang disampaikan oleh guru maupun media dan sumber pesan ditafsirkan sebagai A pula oleh para siswa. Guru dan media bekerja sama, bahu-membahu dalam menyajikan pesan. Gambar 1.2 Proses komunikasi yang berhasil Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 5 Mungkin saja guru tidak banyak berperan karena proses belajar mengajar terjadi dalam jarak jauh. Pada situasi seperti ini penulis buku, modul atau produser program-program audio, video maupun film merupakan sumber pesan. Siswa berinteraksi dengannya secara tak langsung lewat media-media yang mereka buat. Gambar 1.3 Proses Komunikasi Jarak Jauh 1.2 Tingkatan Pemahaman dalam Belajar Manusia pada hakikatnya dapat tingkatan (Vemon A. Magnesen), yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. belajar melalui 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Gambar 1.4 “Kerucut Pengalaman” (Cone Experience) Edgar Dale enam 6 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Menurut Peoples, (1988) seluruh pengetahuan yang kita peroleh didapatkan dari: 1. 75% dari melihat, 2. 13% dari mendengar, 3. 12% dari mengecap, mencium, dan meraba. Berikut ini adalah filosofi China dari Confusius silam mengenai media pembelajaran: 1. Saya mendengar, saya dapat lupa. 2. Saya melihat, saya akan ingat. 3. Saya melakukan, saya lebih paham. tahun BAB 2 PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN 2.1 Perkembangan Konsepsi Media Pembelajaran Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos Camenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Jika kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru, dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar grafts atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkret, memotivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio. Dari hal ini, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha 7 8 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkret terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi tingkat pengalaman belajar dari yang paling konkret sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “Kerucut Pengalaman” (Cone Experience) Edgar Dale. Gambar 2.1 “Kerucut Pengalaman” (Cone Experience) Edgar Dale Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Begitupun dalam dunia. pendidikan. Alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkanjuga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Pada tahun 1960-an, para ahli mulai memerhatikan siswa sebagai komponen utama dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviorisme dari BF. Skinner mulai memengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya Teaching Machine (mesin pengajar) dan Programmed Instruction (pembelajaran terprogram). Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, jika saat ini kita mendengar kata media, hendaklah kata tersebut diartikan dalam Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 9 pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). 2.2 Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’ atau ’pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002: 137). Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 17). Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar tujuan pengajaran tercapai. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Media belajar dan sumber belajar: 1. Media belajar merupakan bagian dari sumber belajar. 2. Sumber belajar dapat berupa; pesan, orang, bahan, alat, teknik, 10 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan lingkungan. 3. Media belajar merupakan kombinasi antara alat (hardware) dan bahan (software). 4. Guru hanya merupakan salah satu jenis sumber belajar yang berupa “orang”. Dua jenis sumber belajar yaitu: 1. By Design Learning Resources Sumber belajar yang sengaja dirancang khusus untuk tujuan pembelajaran. Misalnya: buku pelajaran, modul, program audio, program video, transparansi OHP, dan lain-lain. 2. Learning Resources by Utilization Sumber belajaryang bukan dirancang untuk tujuan pembelajaran, namun sudah tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Misalnya sawah, pasar, surat kabar, siaran televisi, pabrik, terminal, dan lain-lain. 2.3 Ciri-ciri Media Pembelajaran Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien melakukannya, yaitu: 1. Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. 2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 11 tiga menit dengan teknik pengambilan gambar timelapse recording. Suatu kejadian dapat dipercepat dan dapat juga diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. 3. Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. BAB 3 PERAN DAN KEDUDUKAN MEDIA PEMBELAJARAN 3.1 Manfaat Media Pembelajaran Manfaat umum media pembelajaran antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menyeragamkan penyampaian materi. Pembelajaran lebih jelas dan menarik. Proses pembelajaran lebih interaksi. Efisiensi waktu dan tenaga. Meningkatkan kualitas hasil belajar. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi belajar. 8. Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Manfaat khusus media pembelajaran anatara lain: 1. Memperjelas penyajian pesan (tidak verbalis). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. 3. Objek bisa besar atau kecil. 12 Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 4. 5. 6. 7. 8. 13 Gerak bisa cepat atau lambat. Kejadian masa lalu, objek yang kompleks. Konsep bisa luas atau sempit. Mengatasi sikap pasif peserta. Menciptakan persamaan pengalaman, dan persepsi peserta yang heterogen. 3.2 Kegunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya: a. objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model; b. objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; e. objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain; f. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. 3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: 14 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS a. menimbulkan kegairahan belajar; b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam: a. memberikan perangsang yang sama, b. mempersamakan pengalaman, c. menimbulkan persepsi yang sama. 3.3 Nilai Praktis Media Pembelajaran Sebagai komponen dari sistem instruksional, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan, antara lain untuk: 1. Konkritisasi konsep yang abstrak (sistem peredaran darah). 2. Membawa pesan dari objek yang berbahaya dan sukar, atau bahkan tidak mungkin dibawa ke dalam lingkungan belajar (binatang buas, letusan gunung berapi). 3. Menampilkan objek yang terlalu besar (Candi Borobudur, Monas). 4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati oleh mata telanjang (bakteri, struktur logam). 5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat (lompat indah, putaran roda yang keduanya slow motion). 6. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 15 7. Memungkinkan pengamatan dan persepsi yang seragam bagi pengalaman belajar siswa. 8. Membangkitkan motivasi siswa. 9. Memberi kesan perhatian individual bagi anggota kelompok belajar. 10. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. 3.4 Posisi Media Pembelajaran Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Posisi media dalam sistem pembelajaran 16 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Gambar 3.2 Peran media dalam keterampilan, metode, strategi, dan model pembelajaran 3.5 Fungsi Media Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada gambar 3.3. Gambar 3.3 Fungsi media dalam proses pembelajaran Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 17 Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio. Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu: 1. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui over head projector (OHP) dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. 2. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. 3. Fungsi kognitif, media visual terlihat dari temuan-temuan 18 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. BAB 4 KELAYAKAN MEDIA PEMBELAJARAN 4.1 Kelayakan Media Pembelajaran Dikenal adanya tiga macam kelayakan media yaitu: 1. Kelayakan Praktis Berdasarkan pada kemudahan dalam mengajarkannya bahan ajar dengan menggunakan media, seperti: (a) media yang digunakan telah lama diakrabi, sehingga mengoperasikannya dapat terlaksana dengan mudah dan lancar, (b) mudah digunakan tanpa memerlukan alat tertentu, (c) mudah diperoleh dari sekitar, tidak memerlukan biaya mahal, (d) mudah dibawa atau dipindahkan (mobilitas tinggi), dan (e) mudah pengelolaannya. 2. Kelayakan Teknis Kelayakan teknis adalah potensi media yang berkaitan dengan kualitas media. Di antara unsur yang menentukan kualitas tersebut adalah relevansi media dengan tujuan belajar, potensinya dalam memberi kejelasan informasi, kemudahan untuk dicerna. Dan segi susunannya adalah sistematik, masuk akal, apa yang terjadi tidak 19 20 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS rancu. Kualitas suatu media terutama berkaitan dengan atributnya. Media dinyatakan berkualitas apabila tidak berlebihan dan tidak kering informasi. 3. Kelayakan Biaya Mengacu pada pendapat bahwa pada dasarnya ciri pendidikan modern adalah efisiensi dan keefektifan belajar mengajar. Salah satu strategi untuk menekan biaya adalah dengan simplifikasi dan memanipulasi media atau alat bantu dan material pengajaran. 4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran Dalam menentukan media pembelajaran yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar, pertama-tama seorang guru harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik media yang akan dipilihnya. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan, maka pemilihan media dapat dilakukan berdasarkan: 1. Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai? 2. Apakah ada sumber informasi, katalog mengenai media yang bersangkutan? 3. Apakah perlu dibentuk tim untuk memonitor yang terdiri dari para calon pemakai? (Sadiman, 1986). Dalam pemilihan media, salah satu cara yang dapat digunakan untuk memilih yaitu dengan menggunakan matriks. Selain dari itu, dapat dikemukakan pula bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan media antara lain adalah : (a) tujuan instruksional yang ingin dicapai, (b) karakteristik siswa, (c) jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual), keadaan latar atau lingkungan, dan gerak atau diam, (d) keterssediaan sumber setempat, (e) apakah media siap pakai, ataukah media rancang, (f) kepraktisan dan ketahanan media, g efektifitas biaya dalam jangka waktu panjang. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 21 Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah ASSURE. ASSURE adalah singkatan dari Analyze learner characteristics, State objective, Select or modify media, Utilize, Require learner response and Evaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut: (A) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi, anggota organisasi pemuda, perusahaan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya dan sosial ekonomi, serta menganalisis karakteristik khusus mereka yang meliputi antara lain pengetahuan, keterampilan dan sikap awal mereka. (S) Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang diharapkan siswa miliki dan kuasai setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan media dan urutan penyajian dan kegiatan belajar. S Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan media itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Di samping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media itu akan mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, telah terbukti efektif jika pernah diuji cobakan, dan menyiapkan petunjuk untuk berdiskusi atau kegiatan follow up. Apabila materi dan media yang ada tidak cocok dengan tujuan atau tidak sesuai dengan sasaran partisipan, materi dan media itu dapat dimodifikasi. Jika tidak memungkinkan untuk memodifikasi yang telah tersedia, barulah memilih alternatif ketiga yaitu merancang dan mengembangkan materi dan media yang baru. Tentu saja kegiatan ini jauh lebih mahal dari segi biaya, waktu dan tenaga. Namun demikian kegiatan ini memungkinkan untuk menyiapkan materi dan media yang tetap dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 22 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (U) Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan media yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu diperlukan untuk menggunakannya. Di samping praktik dan latihan menggunakannya, persiapan ruangan juga diperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti meja peralatan, listrik, layar, dan lain-lain harus dipersiapkan sebelum penyajian. (R) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai keefektifan proses belajar mengajar. Respons siswa dapat bermacam-macam, seperti mengulangi fakta-fakta, mengemukakan ikhtisar atau rangkuman informasi (pelajaran), atau menganalisis alternatif pemecahan masalah (kasus). Dengan demikian, siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar. (E) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi di sini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektivan media, pendekatan dan guru sendiri. Dari segi teori belajar, Arsyad (1997: 72) menyatakan bahwa berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut: 1. Motivasi Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu. 2. Perbedaan Individual Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 23 kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman. 3. Tujuan Pembelajaran Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Di samping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran. 4. Organisasi Isi Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari. 5. Persiapan sebelum Belajar Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa. 6. Emosi Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media 24 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respon emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap. 7. Partisipasi Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepada siswa. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu. 8. Umpan Balik Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan. 9. Penguatan (Reinforcement) Apabila siswa berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang. 10. Latihan dan Pengulangan Sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 25 11. Penerapan Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Siswa mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau tugas baru. BAB 5 JENIS MEDIA PEMBELAJARAN 5.1 Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran Sesuai dengan klasifikasinya, maka setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat dilihat menurut kemampuan media pembelajaran untuk membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun pembauan (penciuman). Dari karakteristik ini, untuk memilih suatu media pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang guru pada saat melakukan proses belajar mengajar, dapat disesuaikan dengan suatu situasi tertentu. Media pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas, berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: . Media Grafis Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal. Simbol-simbol tersebut artinya perlu dipahami 26 Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 27 dengan benar, agar proses penyampaian pesannya dapat berhasil dengan baik dan efisien. Selain fungsi tersebut secara khusus, grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat terlupakan bila tidak digrafiskan divisualkan . Bentuk-bentuk media grafis antara lain adalah: a gambar foto, b sketsa, c diagram, (d) bagan (chart), e grafik, f kartun, g poster, h peta, i papan flannel, dan j papan buletin. 2. Media Audio Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, balk verbal maupun non-verbal. Bebarapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok media audio antara lain: (a) radio, dan (b) alat perekam pita magnetik, alat perekam pita kaset. 3. Media Proyeksi Media proyeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis, dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Bahan-bahan grafis banyak digunakan juga dalam media proyeksi diam. Media proyeksi gerak, pembuatannya juga memerlukan bahan-bahan grafis, misalnya untuk lembar peraga captions). Dengan menggunakan perangkat komputer (multi media), rekayasa proyeksi gerak lebih dapat bervariasi, dan dapat dikerjakan hampir keseluruhannya menggunakan perangkat komputer. Untuk mengajarkan skill (keterampilan motorik) proyeksi gerak mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan proyeksi diam. Beberap media projeksi antara lain adalah: a film bingkai, b film rangkai, c film gelang loop , d film transparansi, e film gerak mm, 16 mm, 32 mm, dan (f) televisi dan video. Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Heinich dan Molenda (2005) yaitu: 1. Teks Merupakan elemen dasar bagi menyampaikan suatu 28 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS informasi yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi. 2. Media Audio Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara dan lainnya. 3. Media Visual Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya. 4. Media Proyeksi Gerak Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD). 5. Benda-benda Tiruan (Miniatur) Seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik. 6. Manusia Termasuk di dalamnya guru, siswa, pakar atau ahli di bidang tertentu. Menurut Oemar (amalik media pengajaran yaitu: : ada empat klasifikasi 1. Alat-alat visual yang dapat dilihat. 2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar. 3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar. 4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya. 5.2 Media-media yang digunakan dalam Proses Pembelajaran Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 29 5.2.1 Media Visual Seperti halnya media yang lain, media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol visual. Selain itu, fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak divisualkan. Data numerik, skema, gambar umum, tabel, atau bahkan sindiran dan kritik, dapat divisualisasikan dalam bentuk media dua dimensi non-proyeksi yang biasa digunakan antara lain adalah bentuk-bentuk: 1. Gambar atau Foto Kita sering menggunakan gambar atau foto sebagai media pembelajaran karena gambar merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja oleh siapa saja. Manfaat atau kelebihan gambar atau foto sebagai media pembelajaran adalah: a. Memberikan tampilan yang sifatnya konkret. b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. c. Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. d. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja. e. Murah harganya dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. 2. Sketsa Sketsa merupakan gambar yang merupakan draft kasar yang menyajikan bagian-bagian pokoknya saja tanpa detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian peserta atau siswa juga dapat menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan. 3. Diagram 30 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk-petunjuk. Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol, diagram menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifatsifat proses yang ada. Ciri-ciri dari sebuah diagram yang baik adalah: benar, digambar rapi, diberi judul, label dan penjelasan-penjelasan yang perlu cukup besar dan ditempatkan strategis penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum, dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. 4. Bagan (Chart) Terdapat dua jenis chart yaitu chart yang menyajikan pesannya secara bertahap dan chart yang menyajikan pesannya sekaligus. Chart yang menyajikan pesannya secara bertahap misalnya adalah flipchart atau hidden chart, sementara bagan atau chart yang menyajikan pesannya secara langsung misalnya bagan pohon (tree chart), bagan alir (flow chart), atau bagan garis waktu (time line chart). Bagan atau chart Berfungsi untuk menyajikan ideide atau konsep-konsep yang sulit jika hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Dalam bagan biasanya kita menjumpai jenis media visual lain seperti gambar, diagram, atau lambang-lambang verbal. Ciri-ciri bagan sebagai media yang baik adalah: a. Dapat dimengerti oleh pembaca b. Sederhana dan lugas tidak rumit atau berbelit-belit c. Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap d. Mengikuti perkembangan jaman juga tidak kehilangan daya tarik . Grafik Grafik adalah visualisasi data yang menggambarkan hubungan numerik antara dua variabel. Macam-macam grafik Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 31 antara lain adalah: a grafik garis line graph , b grafik batang (bar graph , c grafik lingkaran circle/pie graph , d grafik luasan (area graph , e grafik solid solid graph , dan f grafik piktorial (pictorial graph). Grafik disusun berdasarkan prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif, grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau simbol-simbol verbal yang berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Dengan menggunakan grafik kita dapat melakukan analisis dengan cepat, interpretasi dan perbandingan data-data yang disajikan baik dalam hal ukuran, jumlah, pertumbuhan dan arah. Terdapat beberapa macam grafik diantaranya adalah grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik gambar. 6. Kartun Kartun adalah gambaran piktorial karikatur, simbolisme dan humor. Kartun dapat mengekspresikan ide secara tunggal ataupun secara berurutan yang menggambarkan suatu cerita atau dongeng sehingga terwujud apa yang sering disebut dengan komik. Suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbolsimbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau suatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadiankejadian tertentu. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana dengan menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan diingat serta dimengerti dengan cepat. 7. Poster Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng dan sebagainya. Poster tidak saja penting untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Ciri-ciri poster yang baik adalah: 32 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS a. b. c. d. e. f. Sederhana Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok Berwarna Slogan yang ringkas dan jitu Ulasannya jelas Motif dan desain bervariasi 8. Peta dan Globe Peta (chart) yang biasa juga diistilahkan karta, merupakan kombinasi dari piktorial, grafik, numerik, atau material verbal yang bersama-sama akan menunjukkan visualisasi yang jelas dan ringkas dari suatu proses atau hubungan. Macam-macam peta (chart), antara lain adalah: (a) peta pohon (tree chart), (b) peta arus (flow chart), (c) peta garis-besar (outline chart), dan (d). peta tabulasi (tabular chart). Peta berfungsi untuk menyajikan data-data yang berhubungan dengan lokasi suatu daerah baik berupa keadaan alam, hasil bumi, hasil tambang atau lain sebagainya. Secara khusus peta dan globe dapat memberikan informasi tentang: a. Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai, gunung, lautan dan bentuk daratan serta perairan lainnya. b. Tempat-tempat serta arah dan jarak dengan tempat yang lain. c. Data-data budaya dan kemasyarakatan. d. Data-data ekonomi, hasil pertanian, industri dan perdagangan. 5.2.2 Media Audio Media audio adalah jenis media yang berhubungan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif. Beberapa jenis media yang dapat digolongkan ke dalam media audio adalah sebagai berikut: 1. Radio Media ini dapat merangsang partisipasi aktif dari pendengar. Siaran radio sangat cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 33 Bahkan radio juga dapat digunakan sebagai pemberi petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa dalam pembelajaran. 2. Alat Perekam Magnetik Alat perekam magnetik atau tape recorder adalah salah satu media yang memiliki peranan yang sangat penting dalam penyampaian keakuratan sebuah informasi. Melalui media ini kita dapat merekam audio, mengulang dan menghapusnya. Selain itu pita rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi suara, sehingga dapat menimbulkan berbagai kegiatan diskusi atau dramatisasi. 5.2.3 Media Dua Dimensi Non Proyeksi Jenis media yang termasuk kelompok ini antara lain: 1. Papan Tulis Papan tulis yang bersih, belum bertuliskan isi pesan, belum merupakan media, melainkan sebagai alat perlengkapan kelas. Sebagai alat atau perlengkapan mengajar, papan tulis adalah alat yang paling tua, murah, dan mudah menggunakannya. Papan tulis juga dapat dipergunakan sebagai media komunikasi atau informasi yang luwes. Sebagai misal penggunaan papan tulis untuk pengumuman atau pemberitahuan, papan catatan atau catatan agenda pada kantorkantor dan tempat kerja lain. 2. Papan Putih dan Papan Magnet Bahan papan putih atau magnet adalah pelat baja yang dapat menangkap gaya medan magnet, kemudian dilapis dengan cat atau lembaran lapisan bahan yang tidak mengisolasi gaya medan magnet dengan warna putih. Alat tulis papan putih atau magnet menggunakan spidol khusus (boardmarker) yang bersifat nonpermanen atau soluble sehingga dapat dihapus. Karena sifatnya yang dapat menangkap gaya medan magnet, maka benda lain yang bersifat magnetis dapat melekat dan dipaparkan pada papan putih atau magnet. Alat atau benda magnetis yang dapat dimanfaatkan 34 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS untuk suatu paparan antara lain yaitu keping magnetis (magnetic button) dan pita magnetis (magnetic tape). Sebagai contoh, bila sebuah ALG (Alat Lebar Gantungan) akan dipaparkan menggunakan papan magnet, maka ALG direntangkan pada papan magnet kemudian pada keempat sudutnya dilekatkan keping magnetis. Maka ALG terpapar pada papan magnet, dan melepaskan kembali sangat mudah. 3. Papan Electronic Print Papan electronic print, misalnya panaboard adalah papan putih yang dilengkapi dengan perlengkapan elektronik yang dapat merekam segala yang telah ditulis pada papan. Setelah selesai suatu presentasi dengan menggunakan papan ini, segala tulisan dan gambar yang ada pada permukaan papan dapat secara langsung di print (cetak) sampai sebanyak sembilan cetak. Suplai kertas untuk mencetak berupa kertas gulungan khusus diperuntukkan keperluan papan electronic print. Dengan kemampuan yang demikian, kiranya penggunaan papan perlu memperhatikan tata letak, kejelasan tulisan, efisiensi luasan, dan keefektifan materi. 4. Papan Flanel Papan flanel tidak digunakan untuk tulis menulis, melainkan untuk memaparkan benda-benda dua dimensi yang relatif ringan, misalnya huruf-huruf kertas atau susunan satu kata pada kertas dan kartun yang pada bagian belakangnya ditempel dengan potongan kertas amril (ampelas kasar) untuk melekatkan. Untuk melekatkan juga dapat digunakan potongan kain flanel. Penggunaan papan flanel harus dijauhkan atau bahkan dipisahkan dengan penggunaan papan tulis, karena debu kapur akan merusak flanel. Papan flanel terbuat dari papan biasa yang dilapis kain flanel. Warna flanel yang digunakan biasanya warna gelap, misalnya hitam, biru, merah atau hijau. Papan flanel hampir tidak digunakan sama sekali dalam proses belajar mengajar di atas tingkat sekolah dasar. 5. Papan Buletin Papan ini tidak dilapisi oleh kain flanel, tetapi langsung Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 35 ditempeli gambar atau tulisan. Papan ini berfungsi untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Media visual lainnya seperti gambar, poster, sketsa atau diagram dapat dipakai sebagai bahan pembuatan papan buletin. 6. Alat Lebar Gantungan (ALG) Alat lebar gantungan yang biasa juga disebut sebagai wallchart, merupakan media dua dimensi non-proyeksi yang dikomunikasikan kepada kelas. Maka ukuran kertas, gambar dan tulisannya harus disesuaikan dengan kebutuhan informasi oleh seluruh kelas. Agar tujuan komunikasi visual menggunakan ALG dapat dicapai secara optimal, maka dipersyaratkan agar: (a) ukuran kertas cukup besar, dan gambar serta huruf-hurufnya terbaca oleh kelas, (b) visualisasi ide dan pesan mudah ditangkap dan dipahami, (c) penampilan cukup menarik atau atraktif, (d) komposisi warna serasi dan seimbang dengan luas kertas, (e) penggunaan dan penyimpanan serta pemeliharaan mudah, (f) tahan dipergunakan berkali-kali dan tahan lama, dan (g) mudah dan sederhana pembuatannya. Macam-macam hal yang dapat divisualisasikan menggunakan ALG antara lain adalah: peta, diagram, grafik, tabel, poster, kartun, dan sejenisnya. Tinggi dan besar huruf serta jarak antar huruf dapat dicoba-coba dengan jalan menuliskan jenis-jenis karakter huruf tersebut, kemudian dilihat (baca) dari jarak maksimum sesuai dengan keadaan kelas. 7. Alat Lebar Sampiran (ALS) Alat lebar sampiran atau yang sering disebut flipchart, adalah alat lebar yang terdiri dari lembar kertas ukuran plano (luas 9 kali luas ukuran folio), yang disusun tumpang tindih dan salah satu ujung (sisi pendek) di bagian atas dijepit pada kerangka yang berkaki. Bila halaman pertama telah terisi, kemudian disingkapkan ke atas dan disampirkan ke belakang, sehingga dapat diteruskan ke halaman berikutnya, dan seterusnya. Apabila kertas yang dijepit berupa kertas kosong, maka ALS yang demikian dapat dipergunakan 36 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS sebagai pengganti papan tulis atau papan putih. Ada kemungkinan bahwa kertas yang dijepit telah dipersiapkan terlebih dahulu, dan diurutkan sesuai dengan kebutuhan presentasi. Di dalam penggunaan sehari-hari terdapat dua macam ALS, yaitu ALS kosong seperti dijelaskan di atas, dan satunya ALS siap pakai (ready made). ALS yang siap pakai telah dipersiapkan lebih dahulu oleh guru. Ada kemungkinan bahwa ALS terdiri dari beberapa ALG yang telah dipersiapkan sebelumnya. Alat tulis yang digunakan adalah marker permanen. Besar dan tinggi huruf disesuaikan dengan ukuran kelas, atau jumlah siswa yang ada. Beberapa keuntungan pemakaian ALS adalah : (a) dapat digunakan lebih dari sekali, (b) sangat mudah dibawa (dipindahkan), dan (c) pada penggunaan kelas-kelas paralel, penggunaan ALS sangat membantu guru, karena materi yang diberikan kepada kelas yang satu dapat sama persis dengan yang diberikan kepada kelas yang lain. 8. Poster Poster dirancang untuk menyalurkan informasi dengan visualisasi ide atau pesan yang meriah, atraktif, akan tetapi ekonomis. Poster yang baik menunjukkan adanya: (a) tujuan untuk sesuatu keperluan tertentu, (b) penampillan yang tegas dan jelas, sehingga orang yang membaca atau mengamati tidak raguragu akan pesan yang terkandung, (c) warna-warna yang meriah dan menarik perhatian berfokus pada topik atau judul tertentu, (d) cukup lebar agar mudah dibaca dan dicerna dalam sekejap. 9. Handouts Handouts merupakan selebaran yang dibagikan (to hand out) oleh dosen atau guru kepada mahasiswa atau siswa berisi tentang bagian materi pelajaran, kutipan, tabel, dan sejenisnya, untuk memperlancar pelaksanaan proses belajar mengajar. Handouts dapat dirancang (disusun) secara lengkap (complete), ataupun tidak lengkap (in-complete). Yang tidak lengkap dimaksud agar mahasiswa atau siswa masih harus melengkapi ketika mengikuti pelajaran (aktif), sehingga subjek belajar tersebut akan lebih Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 37 memperhatikan pelajaran. Rambu-rambu penyusunan handouts adalah sebagai berikut: (a) kalimat singkat, mudah dimengerti, penuh dengan kata-kata kunci, (b) tata letak dan perwajahan menarik, diberi ruang (bagian) yang sela atau kosong untuk tempat subjek belajar menuliskan sesuatu atau perlu melengkapi, (c) tidak panjang lebar sehingga menyerupai diktat mini, (d) untuk lebih menarik dan memberikan variasi, handouts digandakan dengan kertas berwarna yang berbeda-beda untuk hal (topik) yang berbeda. 5.2.4 Media Proyeksi Diam Beberapa media yang termasuk ke dalam media proyeksi diam diantaranya adalah: 1. Film Bingkai Film bingkai adalah suatu film positif baik hitam putih ataupun berwarna yang berukuran 35 mm, dan umumnya dibingkai dengan ukuran 2 x 2 inchi. Untuk melihatnya perlu ditayangkan dengan proyektor slide. Beberapa keuntungan penggunaan film bingkai sebagai media pembelajaran adalah: a. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan kepada seluruh siswa secara serentak. b. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada satu persoalan, sehingga dapat menghasilkan keseragaman pengamatan. c. Fungsi berpikir siswa dirangsang dan dikembangkan secara bebas. d. Penyimpanannya mudah dan praktis. e. Film bingkai dapat mengatasi keterbatasan ruang waktu dan indera. f. Program dapat dibuat dalam waktu singkat tergantung kebutuhan dan perencanaan. 2. Film Rangkai Film rangkai hampir sama dengan film bingkai, bedanya pada 38 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS film rangkai frame atau gambar tidak memerlukan bingkai dan merupakan rangkaian berurutan dari sebuah film atau gambar tertentu. Jumlah gambar pada rol film rangkai adalah sekitar 50 sampai dengan 75 gambar dengan panjang kurang lebih 100 cm sampai dengan cm tergantung pada isi film itu. Film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pembelajaran yang berbeda dalam satu rangkai sehingga cocok untuk mengajarkan keterampilan, penyimpanannya mudah serta dapat digunakan untuk bahan belajar kelompok atau individu. 3. Over Head Transparancy (OHT) OHT adalah media visual proyeksi, dibuat di atas bahan transparan, biasanya film acetate atau plastik berukuran 8,5 x 11 inchi. Media ini memerlukan alat khusus untuk memproyeksikannya yang dikenal dengan sebutan Over Head Projector (OHP). Beberapa keuntungan penggunaan OHT sebagai media pembelajaran diantaranya adalah: a. Gambar yang diproyeksikan lebih jelas bila dibandingkan jika digambarkan di papan tulis. b. Ruangan tidak perlu digelapkan. c. Sambil mengajar, guru dapat berhadapan dengan siswa. d. Mudah dioperasikan sehingga tidak memerlukan bantuan operator. e. Menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang-ulang. f. Praktis dapat digunakan untuk semua ukuran kelas atau ruangan. 4. Opaque Projektor Proyektor yang tidak tembus pandang, karena yang diproyeksikan bukan bahan transparan tetapi bahan-bahan yang tidak tembus pandang (opaque). Kelebihan media ini sebagai media pembelajaran adalah bahwa bahan cetak pada buku, majalah, foto, grafis, bagan atau diagram dapat diproyeksikan secara langsung tanpa dipindahkan ke permukaan transparansi terlebih dahulu. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 39 Kelebihan proyektor tidak tembus pandang adalah: a. Dapat digunakan untuk hampir semua bidang studi yang ada di kurikulum. b. Dapat memperbesar benda kecil menjadi sebesar papan sehingga bahan yang semula hanya untuk individu menjadi untuk seluruh kelas. . Mikrofis Mikrofis adalah lembaran film transparan yang terdiri atas lambang-lambang visual yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibaca dengan mata telanjang. Keuntungan dari media ini adalah sebagai berikut: a. Mudah diduplikasi dengan biaya relatif murah. b. Dapat diproyeksikan ke layar lebar karena dalam bentuk lembaran, ringkas, hemat tempat dan praktis untuk dikirim. c. Memudahkan identifikasi informasi kepustakaan karena letaknya berada di bagian atas lembaran. 5.2.5 Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual Beberapa jenis media yang masuk dalam kelompok ini adalah: 1. Film Gerak Film gerak merupakan sebuah media pembelajaran yang sangat menarik karena mampu mengungkapkan keindahan dan fakta bergerak dengan efek suara, gambar dan gerak, film juga dapat diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, beberapa keunggulan film sebagai media pembelajaran adalah: a. Keterampilan membaca atau menguasai penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi dengan menggunakan film. b. Sangat tepat untuk menerangkan suatu proses. c. Dapat menyajikan teori atau praktik yang bersifat umum ke sifat yang khusus atau sebaliknya. 40 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS d. Film dapat mendatangkan seorang yang ahli dan memperdengarkan suaranya di depan kelas. e. Film dapat lebih realistis, hal-hal yang abstrak dapat terlihat menjadi lebih jelas. f. Film juga apat merangsang motivasi kegiatan siswa. 2. Film Gelang Film gelang atau film loop adalah jenis media yang terdiri atas film berukuran mm dan mm masing-masing ujungnya saling bersambungan sehingga film ini akan berulang terus menerus jika tidak dimatikan. Kelebihan penggunaan media ini sebagai media pembelajaran adalah: a. Ruangan tidak perlu digelapkan. b. Dapat berputar terus berulang-ulang sehingga pengertian yang kabur menjadi jelas. c. Mudah diintegrasikan ke dalam pelajaran dan dipakai bersama dengan media lain. d. Siswa juga dapat menggunakannya sendiri karena sederhana. e. Film dapat dihentikan kapan saja untuk diselingi oleh penjelasan atau diskusi. 3. Program Televisi Televisi merupakan media menarik dan modern karena merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Televisi dapat menjadi sebuah media pembelajaran yang menarik dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur gerak. 4. Video Pesan yang disajikan dalam media video dapat berupa fakta maupun fiktif, dapat bersifat informatif, edukatif maupun instruksional. Beberapa kelebihan penggunaan media video dalam pembelajaran adalah: a. Dengan alat perekam video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari para ahli. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 41 b. Demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar seorang guru dapat memusatkan perhatian pada penyajiannya. c. Menghemat waktu karena rekaman dapat diputar ulang. d. Dapat mengamati lebih dekat dengan objek yang berbahaya ataupun objek yang sedang bergerak. e. Ruangan tidak perlu digelapkan pada saat penyajian. 5.2.6 Multimedia Vaughan (2004) menjelaskan bahwa multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi dan video yang diterima oleh pengguna melalui komputer. Sejalan dengan hal di atas, Heinich et. al. (2005) multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer. Namun kelemahan dari media ini adalah harus didukung oleh peralatan memadai seperti LCD proyektor dan adanya aliran listrik. Keuntungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran diantaranya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak dengan lebih mudah, selain itu juga penggunaan media komputer dalam bentuk multimedia dapat memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat membantu guru menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar, menghemat waktu dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 5.2.7 Benda Benda-benda yang ada disekitar dapat digunakan pula sebagai media pembelajaran, baik benda asli maupun benda tiruan atau miniatur. Benda-benda ini dapat membantu proses pembelajaran dengan baik terutama jika metode yang digunakan adalah metode demonstrasi atau praktik lapangan. Sedangkan menurut Aqib (2013: 52) menyatakan: 42 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS . Media Grafis simbol-simbol komunikasi visual antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. gambar/foto sketsa diagram bagan/chart grafik/graphs kartun poster peta/globe papan flannel, papan buletin. 2. Media Audio (dikaitkan dengan indra pendengaran) antara lain: a. radio b. alat perekam pita magnetik . Multimedia dibantu proyektor LCD , misalnya file program komputer multimedia. BAB 6 TAKSONOMI MEDIA PEMBELAJARAN Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan, melalui saluran atau perantara tertentu, ke penerima pesan. Di dalam proses belajar mengajar pesan tersebut berupa materi ajar yang disampaikan oleh dosen atau guru, sedang saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar adalah media pembelajaran atau disebut juga sebagai media instruksional. Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk : (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) menghilangkan sikap pasif pada subjek belajar, (4) membangkitkan motivasi pada subjek belajar. Untuk mendapatkan gambaran yang rinci tentang macam-macam media pembelajaran, perlu diadakan pembahasan seperlunya tentang taksonomi media pembelajaran. 43 44 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 6.1 Rudy Bretz Bretz mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu unsur suara, visual, dan gerak. Media visual sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu gambar, garis, dan simbol, yang merupakan suatu bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping ciri tersebut, Bretz (1972) juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam (recording , sehingga terdapat delapan klasifikasi media, yaitu: (1) media audio visual gerak, (2) media audio visual diam, (3) media visual gerak, (4) media visual diam, (5) media semi gerak, (6) media audio, dan (7) media cetak. 6.2 Duncan Duncan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Dalam hal ini hirarki disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media. Semakin tinggi satuan biaya, semakin umum sifat penggunaannya. Namun sebaliknya kemudahan dan keluwesan penggunaannya, semakin luas lingkup sasarannya. Menurut Duncan, hirarki media seperti gambar 6.1. Gambar 6.1 Hirarki media audio visual dari C.J Duncan Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 45 6.3 Briggs Taksonomi oleh Briggs lebih mengarah kepada karakteristik siswa, tugas instruksional, bahan dan transmisinya. Briggs mengidentifikasikan tiga macam media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film rangkai, film gerak, televisi dan gambar. Matrik taksonomi media menurut Briggs dilukiskan seperti gambar 6.2. Gambar 6.2 Taksonomi Media menurut Briggs 6.4 Gagne Gagne membagi media menjadi tujuh macam pengelompokan media yang dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkan. Pengelompokan tersebut antara lain meliputi: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar 46 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasuk-alihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik. 6.5 Edling Menurut Edling media merupakan bagian dari unsur-unsur rangsangan belajar, yaitu dua unsur untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjek audio, dan kodifikasi objek visual, dua unsur pengalaman belajar tiga dimensi, meliputi pengalaman langsung dengan orang, dan pengalaman langsung dengan benda-benda. Dipandang dari banyaknya isyarat yang diperlukan, pengalaman subjektif, objektif, dan langsung menurut Edling merupakan suatu kontinum kesinambungan pengalaman belajar yang dapat disejajarkan dengan kerucut pengalaman menurut Edgar Dale. BAB 7 PRINSIP MEDIA PEMBELAJARAN 7.1 Prinsip Umum Pembuatan Media Pembelajaran Menurut Aqib (2013:52) ada 7 prinsip dalam pembuatan media pembelajaran yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Visible Interesting Simple Useful Accurate Legitimate Structured : mudah dilihat : menarik : sederhana : bermanfaat bagi pelajar : benar dan tepat sasaran : sah dan masuk akal : tersusun secara baik dan runtut 7.2 Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran Menurut Aqib (2013:53) ada 7 prinsip dalam pembuatan media pembelajaran yaitu: 1. Kompetensi pembelajaran 2. Karakteristik sasaran didik 47 48 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 3. 4. 5. 6. 7. 8. Karakteristik media yang bersangkutan Waktu yang tersedia Biaya yang diperlukan Ketersediaan fasilitas (peralatan) Konteks penggunaan Mutu teknis media Sedangkan prinsip penggunaan media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan. Gunakan media seperlunya, jangan berlebihan. Penggunaan media mampu mengaktifkan pelajar. Pemanfaatan media harus terencana dalam program pembelajaran. 5. Hindari penggunaan media yang hanya sekadar mengisi waktu. 6. Perlu persiapan yang cukup sebelum menggunakan media. Dalam proses pembelajaran, media pembelajaran hendaknya menyesuaikan dengan pola pembelajaran. Aqib (2013:53) membagi pola tersebut dalam 4 macam yaitu: Pola 1 : Guru sebagai satu-satunya penyampaian materi pelajaran (pola teacher contered). Pola 2 : Pola guru dibantu oleh media. Pola 3 : Pola guru dan media berbagi tugas. Pola 4 : Media sebagai satu-satunya penyampaian bahan pelajaran (pola medium contered). Gambar 7.1 Pola pembelajaran dengan menggunakan media BAB 8 KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN 8.1 Pengelompokan Media oleh Para Tokoh 8.1.1 Seels & Glasgow (1950) 1. Media tradisional (visual, audio, multimedia, cetak, permainan, realita) 2. Media teknologi mutakhir: a. media berbasis telekomunikasi (Teleconference, kuliah jarak jauh), dan b. media berbasis mikroprosesor (Computer assisted instruction, permainan computer, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia, compact/video disc). 8.1.2 Kemp & Dayton (1985) 1. Media cetak (teks terprogram) 2. Media pajang (papan tulis, papan magnet, papan kain, dan Iain-lain) 3. Over Head Transparies (OHP) 4. Rekaman audio tape 49 50 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 5. Multi image slide, film dan video, televisi 6. Komputer 8.1.3 Sahtoso S. Hamjaya (1985) 1. Media dengan penggunaan cara massal televisi, film, slide, dan radio). 2. Media dengan penggunaan cara individual (kelas, laboratorium, alat otoinstruktif, kotak unit instruksional). 3. Media dengan penggunaan cara konvensional. 4. Media pembelajaran modern (ruang kelas otomatis, sistem proyeksi berganda, sistem interkomunikasi). 8.1.4 Gerlach(1971) 1. 2. 3. 4. 5. Benda asli dan manusia. Gambar dan gambar yang disorotkan. Benda-benda yang didengar. Benda-benda cetakan. Benda-benda yang dipanaskan. 8.1.5 Edgar Dale (1975) Berdasarkan pengalaman belajar siswa, dari yang bersifat konkret hingga abstrak. 8.1.6 R. Murry Thomas (1984) 1. Pengalaman dari benda asli (reliefe experience). 2. Pengalaman dari benda tiruan gambar, film, model, sandiwara). 3. Pengalaman dari kata-kata (bulan, majalah, kaset, program radio, piringan hitam). 8.1.7 Jerold E. Kemp (1975) Media cetak, media display, OHP, audio tape, slide dan filmstrips, montipicture, komputer. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 51 8.1.8 Lashin, Pollock & Regeluth (1992) 1. 2. . . Media berbasis manusia (guru, tutor). Media berbasis cetak (buku, dsb). Media berbasis visual grafik, peta, globe, dsb . Media berbasis audiovisual video, film, tv, dsb . 8.2 Association for Education Communication and Technology (AECT) AECT mengklasifikasikan sumber belajar menjadi berikut: sebagai 1. Pesan (messages), yaitu informasi yang ditransmisikan (diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Termasuk ke dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi atau mata kuliah yang harus diajarkan kepada peserta didik. 2. Orang (peoples), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, penyaji pesan. Dalam kelompok ini misalnya seorang guru, dosen, tutor, peserta didik, tokoh masyarakat atau orang-orang lain yang mungkin berinteraksi dengan peserta didik. 3. Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori bahan, misalnya transparansi, slide, film, filmstrip, audio, video, buku, modul, majalah, bahan instruksional terprogram, dan lain-lain. 4. Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya, proyektor slide, overhead, video tape, pesawat radio, pesawat televisi, dan lain-lain. 5. Teknik (techniques), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contohnya instruksional terprogram, 52 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS belajar sendiri, belajar tentang permainan simulasi, demonstrasi, ceramah, tanya jawab, dan lain-lain. 6. Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik gedung sekolah, kampus, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, museum, taman maupun lingkungan non-fisik suasana belajar, dan lain-lain). 8.3 Perpustakaan sebagai Sumber Belajar Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi terdapat perpustakaan sekolah. Bahkan unit-unit perpustakaan keliling (mobile library) dari departemen pendidikan dan kebudayaan tersedia di kota-kota besar guna melayani kebutuhan para pelajar. Perpustakaan merupakan pusat sarana akademis. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku, majalah atau jurnal ilmiah, peta, surat kabar, karya-karya tulis berupa monografi yang belum diterbitkan, serta bahan-bahan non-cetakan seperti micro-fish, micro-film, foto-foto, film, kaset audio atau video, lagu-lagu dalam piringan hitam, rekaman pidato (dokumenter), dan Iain-lain. Oleh karena itu, perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh pelajar, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang keilmuan baik untuk tujuan akademis maupun untuk rekreasi. Bahan-bahan yang tersedia itu dapat dikelompokkan ke dalam jenis (a) referensi, (b) reserve, (c) pinjaman. Bahan-bahan referensi yang biasanya ditata dalam satu ruang khusus merupakan sumber-sumber untuk fakta-fakta tertentu yang sudah baku, misalnya ensiklopedia, kamus, statistik, buku tahunan, biografi, buku pegangan, atlas, indeks (tesis, disertasi, artikel ilmiah), abstrak dan lain-lain yang sejenis. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 53 Bahan-bahan sumber ini diperlukan oleh banyak orang sehingga tidak dipinjamkan untuk dibawa keluar perpustakaan. Dengan demikian seseorang yang memerlukan informasi dari bahan dan buku-buku referensi ini hanya diperbolehkan membacanya dalam ruang yang telah disediakan. Bahan-bahan reserve biasanya terdiri dari buku-buku, artikel-artikel, atau hand out untuk mata pelajaran tertentu atas permintaan tenaga pengajarnya. Ini dimaksudkan agar semua pelajar maupun mahasiswa yang mengikuti mata pelajaran itu dapat memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan bagian dari penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan oleh pengajar. Dengan jumlah pelajar dan mahasiswa yang banyak, sementara jumlah buku atau artikel pada perpustakaan sangat terbatas, bahan-bahan reserve hanya dapat dibaca oleh seorang pelajar dan mahasiswa antara satu sampai dua jam. Buku-buku dalam berbagai bidang keilmuan pada umumnya siap untuk dipinjamkan dalam jangka waktu antara dua minggu sampai satu bulan kepada pelajar dan mahasiswa atau masyarakat umum yang memiliki kartu anggota perpustakaan. Untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan, pelajar-mahasiswa perlu mengetahui sistematika penataan dan penyimpanan bukubuku pada perpustakaan. Klasifikasi buku yang umum digunakan pada perpustakaan adalah Klasifikasi Desimal Dewey dan Klasifikasi Library of Congress. Klasifikasi Desimal Dewey mengidentifikasi bidang-bidang ilmu dengan kode angka tiga digit, sedangkan Klasifikasi Library of Congress menggunakan abjad, misalnya bidang bahasa: 400 (Desimal Dewey), P (Library of Congress). Oleh karena itu, pelajar dan mahasiswa yang ingin menemukan bahan atau buku di perpustakaan haras mengetahui nomor klasifikasi buku tersebut. Nomor klasifikasi itu terekam pada kartu katalog, biasanya satu buku memiliki tiga kartu katalog yaitu kartu subyek, kartu judul, dan kartu pengarang. BAB 9 MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT 9.1 Pembelajaran Multimedia Hingga saat ini masih ada anggapan bahwa untuk belajar, guru-lah yang mendatangi rumah atau kantor. Guru masuk ke ruangan menyajikan materi pembelajaran, membagi pengalaman atau menginformasikan sesuatu. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena belajar dapat dilakukan melalui berbagai cara, apakah itu melalui media audio-visual; televisi, video cassette, video compact disc (VOID), atau melalui komputer; CBT (Computer Based Training), CDI (Compact Disc Interactive), CAI (Computer Assisted Instruction), dan IMI (Interactive Multimedia Instruction). Walaupun tersedia beragam sumber belajar, kita sebagai makhluk otonom dan mandiri dapat bebas memilih informasi yang tepat untuk masing-masing individu. Setiap individu dapat memilih cara belajar dan menyesuaikan diri dengan tipe (learning styles) masing-masing, apakah tipe audio, visual, atau keduanya. Setiap individu dapat menentukan dari media sumber belajar 54 Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 55 mana yang akan digunakan, dari radio, TV, internet (web-based instruction), buku, majalah, atau surat kabar, atau mungkin melalui kegiatan eksperimen. Kalaupun kita tidak termasuk di antaranya, ternyata alam sekitar dengan segala fenomenanya cukup menjadi pelajaran buat mereka yang mau berpikir. 9.2 E-Learning Karena e-learning kepanjangan dari electronic learning, ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik radio, televisi, film, komputer, internet, dan lain-lain). Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu, e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Ada tiga kemungkinan dalam pengembangan pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric couse, dan web enhanceed course. Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dengan tatap muka (konvensional). Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. 9.2.1 Internet sebagai Media Pembelajaran Internet lahir pada masa perang dingin, yaitu sekitar tahun 1969 dan digunakan pertama kali untuk keperluan militer (Ahmad Bustari). Melalui internet, faktor jarak dan waktu sudah tidak 56 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS menjadi masalah. Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan informasi global, yaitu “the largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other¨. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus tahun 1962. Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik. Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts). Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates). Pembelajaran melalui internet di dapat diberikan dalam beberapa format di antaranya : (a) electronic mail (b) bulletin boards/newsgroups for discussion of special group, (c) downloading of course materials or tutorials, (d) interactive tutorials on the web, Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 57 dan (e) real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) Systems or Internet Relay Chat. Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet, maka kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan ketersediaan program pembelajaran tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat luas khususnya para calon peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola dengan baik penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui intenet. Karakteristik (potensi) internet sebagaimana yang telah diuraikan di atas tentunya masih dapat diperkaya lagi dengan yang lainnya. Namun, setidaknya ketiga karakteristik (potensi) internet tersebut dipandang sudah memadai sebagai dasar pertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui internet. Internet memiliki banyak fasilitas yang digunakan dalam berbagai bidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, telnet, internet, relay chart, newsgroup, mailing list (milis), file trasnsfer protocol (FTP), atau world wide web (WWW). Di antara banyak fasilitas tersebut ada lima aplikasi standar internet yang dapat dipergunakan untuk keperluan pendidikan yaitu e-mail, mailing list (milis), newsgroup, file transper protocol (FTP), dan world wide web (www). Electronic mail (e-mail) mulai diperkenalkan tahun 1971 (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini sering disebut sebagai surat elektronik. Selain itu juga merupakan fasilitas yang paling sederhana dan mudah digunakan. Mailing List mulai diperkenalkan setelah e-mail, yaitu sejak tahuin 1972 (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan untuk membuat kelompok diskusi atau penyebaran informasi. Newgroup adalah fasilitas internet yang dapat dilakukan untuk komunikasi antar dua orang atau lebih secara serentak (waktu bersamaan) atau bersifat langsung (synchronous). Bentuk pertemuan 58 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ini sering disebut konferensi dengan fasilitas video conferencing atau teks saja, atau bisa audio dengan menggunakan fasilitas chat (IRC). Melalui fasilitas file transfer protocol (FTP) ini, orang dapat mentransfer data atau file dari satu komputer ke internet upload) sehingga bisa diakses pengguna internet di seluruh dunia. Di samping itu fasilitas ini dapat mengambil arsip file dari situs internet ke dalam komputer pengguna (download). World wide web (www) atau sering disebut web mulai diperkenalkan tahun 1990-an (hltp://www.livinginternet.com). Fasilitas ini merupakan kumpulan dokumentasi terbesar yang tersimpan dalam berbagai server yang terhubung menjadi suatu jaringan. Menurut Budi Rahardjo manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses sumber informasi, akses narasumber, dan sebagai media kerja sama. Akses sumber informasi, yaitu sebagai perpustakaan online, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses materi kuliah. Akses narasumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerja sama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama. 9.2.2 Pembelajaran Berbasis Website Dengan pertumbuhan internet yang pesat, web telah menjadi suatu medium belajar dan mengajar jarak jauh yang penuh daya, interaktif, dinamik, ekonomis dan demokratis (Khan). Web menyediakan suatu kesempatan mengembangkan pembelajaran dan pelatihan yang sesuai tuntutan dan berorientasi pada yang belajar (learning centered). Web juga merupakan representasi suatu paradigma baru mengenai pembelajaran terutama bagaimana pembelajaran diorganisasikan dan disajikan. Informasi dalam web diorganisasikan dalam suatu jaringan yang terus berkembang dan dikaitkan pada domain pengetahuan tradisional. Mengembangkan pembelajaran berbasis web yang efektif, memerlukan penerapan suatu pendekatan sistem dan prinsip-prinsip desain pembelajaran. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 59 9.2.3 Pembelajaran Berbantu Komputer Secara umum pembelajaran berbasis komputer dapat dimasukkan dalam dua kategori, yaitu komputer mandiri (stand alone) dan komputer dalam jaringan. Perbedaan yang utama antara keduanya terletak pada aspek interaktivitas. Dalam pembelajaran melalui komputer mandiri, interaktivitas peserta ajar terbatas pada interaksi dengan materi ajar yang ada dalam program pembelajaran. Pada pembelajaran dengan komputer dalam jaringan, interaktivitas peserta ajar menjadi lebih banyak alternatifnya. Pada pembelajaran dengan komputer dalam jaringan dikenal dua jenis fungsi komputer, yaitu komputer server dan komputer client. Interaksi antara peserta ajar dengan tenaga pengajar dilakukan melalui kedua jenis komputer tersebut. Dalam era kemajuan teknologi diabad modern ini, komputer merupakan sarana penunjang aktivitas manusia di dalam bekerja dan berusaha demi tercapainya hasil kerja yang optimal efisien, efektif, dan ekonomis). Di dunia pendidikan misalnya, proses pengolahan nilai siswa, pembuatan modul pembelajaran, demonstrasi materi belajar, dan proses penerimaan siswa merupakan contoh-contoh aktivitas pendidikan yang akhir-akhir telah menggunakan teknologi komputer. Keuntungan pembelajaran menggunakan media komputer antara lain : 1. Pembelajaran berbantu komputer bila dirancang dengan baik, merupakan media pembelajaran yang efektif, dapat memudahkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Mendukung pembelajaran individual sesuai kemampuan siswa. 4. Dapat digunakan sebagai penyampai-balikkan langsung. 5. Materi dapat diulang-ulang sesuai keperluan, tanpa menimbulkan rasa jenuh. Sedangkan keterbatasan pembelajaran menggunakan media komputer adalah : 60 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 1. Keterbatasan bentuk dialog atau komunikasi. 2. Keterseringan menggunakan komputer dapat menyebabkan ketergantungan yang berakibat kurang baik. 3. Mengurangi sikap interaksi sosial yang seharusnya merupakan bagian penting dalam pendidikan (Krismanto, 2003 : 8). Setting kegiatan pembelajaran dengan menggunakan komputer dibagi menjadi 2 yaitu: Pertama, Computer Based Instruction (CBI) merupakan istilah umum untuk segala kegiatan belajar yang berbasis pada komputer, baik sebagian maupun secara keseluruhan. Pembelajaran Berbasis Komputer (CBI) adalah sebuah konsep baru yang sampai saat ini banyak jenis desain dan implementasinya, tentunya dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Kedua adalah Computer Assisted Instruction (CAI), kemudian mengalami perbaikan menjadi Intelligent Computer Assisted Instruction (ICAI), dengan dasar orientasi aktivitas yang berbeda muncul pula Computer Assisted Learning (CAL), Computer Based Learning (CBL), Computer Assisted Personalized Assigment (CAPA), dan Intelligent Tutoring System (ITS). CAI adalah pembelajaran dengan menggunakan alat bantu komputer, seperti untuk presentasi, sebagai alat peraga dan sebagainya. 9.2.3.1 Bentuk-bentuk Penggunaan Komputer untuk Pembelajaran Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia). Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi: 1. Penggunaan Multimedia Presentasi Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materimateri yang bersifat teoritis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan kelompok belajar yang cukup banyak diatas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 61 proyektor yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan suara menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik. Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung oleh perkembangan sejumlah perangkat keras penunjangnya. Salah satu produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan monitor, chard video, sound chard serta perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan berbagai karakteristik audien. Tentu saja hal ini menyebabkan perubahan besar pada tren metode presentasi saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk mengajar di jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk multimedia proyektor (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode pembelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat basar bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam 62 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada teoriteori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Diantaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer. 2. Multimedia Interaktif Secara umum multimedia interaktif disajikan dalam bentuk CD, sehingga sangat cocok dalam pembelajaran individual. Manfaat dari pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif antara lain: a. Mendorong siswa belajar secara mandiri. b. Membantu siswa meningkatkan pemahaman materi. c. Membantu dan mendorong guru dalam menjelaskan hal-hal yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multimedia terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif berbasis komputer yaitu: a. Model Drill: Model drill dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkret melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Biasanya dalam bentuk latihan soal-soal. b. Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi tujuan, materi pelajaran dan evaluasi pembelajaran. Metode tutorial dalam CBI pola dasarnya mengikuti pengajaran berprogram tipe branching dimana informasi atau mata pelajaran disajikan dalam unit- Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 63 unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan dan respon jawaban dari komputer. c. Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptaan simulasi-simulasi dalam bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. d. Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran yang menyenangkan”, dimana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games. BAB 10 MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERALATAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 10.1 Ruang Lingkup Ruang lingkup media pembelajaran segregatif atau inklusif sebaiknya mencakup semua jenis media pembelajaran untuk semua peserta didik termasuk didalamnya anak berkebutuhan khusus, seperti; tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, tunawicara, tunaganda, HIV/AIDS, gifeted, talented, kesulitan belajar, lamban belajar, autis, korban penyalahgunaan narkoba, indigo, dan lain sebagainya. Sementara itu bentuk atau tampilan media pembelajarannya sendiri dapat berupa: 1. 2. 3. 4. 5. Gambar (bagan, diagram, penampang, gambar situasi, notasi) Kartu Model (tiruan benda, binatang, tumbuhan, manusia) Komponen alat (komponen mandiri, komponen rakitan) Instrumen (quesioner, skala sikap, observasi) 64 Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 65 Bentuk dan tampilan media pembelajaran sedapat mungkin dari yang nyata sampai yang abstrak, sebagai contoh: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Benda asli Model (benda tiruan) Benda tiga dimensi Foto Gambar Skema (sketsa) Tulisan Suara dan lain-lain Sampai saat ini kebutuhan akan media pembelajaran bagi peserta didik terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus termasuk sekolah penyelenggara pendidikan segregatif atau inklusif dirasakan belum memadai. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, maka media pembelajaran diupayakan sesuai dengan yang diharapkan. Disinilah pentingnya perencanaan, pelaksanaan dan monitoring terhadap pengadaan dan pengelolaan media pembelajaran pada sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan segregatif atau inklusif. 10.2 Perencanaan Dalam merencanakan pengadaan media pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi agar sesuai dengan materi pelajaran, kondisi serta potensi peserta didik, maka perlu memperhatikan kriteria-kriteria antara lain: 1. Kriteria Umum a. Segi edukatif Segi edukatif berarti bahwa media pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yang harus mengacu kepada kompetensi yang diharapkan, materi, metode pembelajaran dan sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan serta tingkat perkembangan anak. 66 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS b. Segi teknis Segi teknis meliputi kebenaran media (validity), ketepatan ukuran media, ketelitian media, keamanan dan kemudahan penggunaan, keawetan dan ketahanan serta kejelasan panduan. c. Segi estetika Segi estetika menyangkut bentuk dan warna. Bentuk dan warna yang menarik dan estetik (indah) akan dapat menjadi daya tarik bagi peserta didik. d. Efektivitas dan efisiensi Media pembelajaran yang efektif dan efisien adalah apabila penggunaan media pembelajaran tersebut dapat menghemat waktu, tenaga dan tepat mencapai sasaran atau tujuan. 2. Kriteria Khusus Kriteria khusus adalah kriteria yang dituangkan dalam bentuk spesifikasi media yang biasanya meliputi bentuk, ukuran, bahan, dan warna dari media pembelajaran tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengadaan media pembelajaran yaitu perlu dilakukan analisis kurikulum, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi yang diharapkan, materi pembelajaran, strategi dan metode yang akan dipakai. Contoh analisis kebutuhan media pembelajaran: Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas : .................................................. : .................................................. : .................................................. Kompetensi/ Sub Komptnsi Materi Metode 1 2 3 Media Pembelajaran yang Dibutuhkan Nama Bentuk Ukuran Bahan 4 5 6 7 Ket. 8 Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 67 Secara umum langkah-langkah dalam merencanakan pembuatan media untuk anak berkebutuhan khusus baik di sekolah luar biasa atau khusus maupun sekolah inklusif adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. )dentifikasi karakteristik dan kebutuhan siswa. Perumusan tujuan pembelajaran (instructional objective). Perumusan butir-butir materi yang terperinci. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan. Menuliskan media. Merumuskan instrumen dan tes serta revisi (Budianto, dkk: 2009). 10.3 Karakteristik Anak Berkubutuhan Khusus, Kebutuhan Pendidikan dan Media Pembelajarannya 10.3.1 Tunanetra Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain: 1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 meter. 2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada jarak 20 kaki. 3. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20o (Heward & Orlansky, 1988: 296). Tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan antara lain: 1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan. 2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan 68 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal. 3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat. Dari karakteristik tunanetra tersebut di atas, tunanetra memiliki beberapa keterbatasan antara lain: 1. Keterbatasan dalam memahami konsep visual dan pengalaman baru. 2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan khususnya lingkungan yang baru. 3. Keterbatasan mengorientasi dan mobilitas di tempat yang baru. Untuk itu pendidikan bagi tunanetra harus mengacu pada: 1. Pemberian pengalaman yang bersifat konkret. 2. Pemberian pengalaman yang bersifat mendeskripsikan konsep visual. 3. Pemberian pembelajaran terpadu antara teori dengan praktik sehingga memiliki konsep yang utuh. 4. Pengalihan fungsi indera dari indera penglihatan menjadi indera peraba (taktual). Alat atau media yang dibutuhkan oleh anak tunanetra antara lain: 1. Alat Bantu Pembelajaran/Akademik Alat pendidikan khusus anak tunanetra antara lain pada gambar berikut ini: a. Reglet plastik kecil dan pena Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. b. Reglet stainless kecil dan pena c. Reglet stainless besar dan pena d. Keyboard Braille e. Abacus 69 70 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS f. Riglet generasi baru g. Penggaris Braille h. Alat berhitung permulaan i. Penggaris busur derajat Braille Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. j. Jam peraga k. Meteran Braille l. Kotak berhitung Braille m. Kertas Braille 71 72 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS n. Papan baca dan tulis Braille (Braille text) o. Al Quran 30 juz Braille p. Buku-buku dengan huruf Braille q. Botol aroma Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. r. Printer Braille - Romeo50 s. Printer Braille ET Juliet t. Mesin ketik Braille - Perkins Brailler u. Gelas rasa 73 74 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS v. Braille kit w. Blokies (kubus matematika) 2. Alat Bantu Auditif Alat pendidikan untuk alat bantu auditif antara lain pada gambar berikut ini: a. Talking books (buku bicara) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. b. Kaset dan walkman c. CD Bicara/Victor Reader d. Kamus bicara e. MP3 Player/Recorder 75 76 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS f. View scan g. Radio h. Software Braille dan Talking Sreen Reader i. Komputer bicara Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. j. Jam dinding bicara k. Talking watch l. Alat-alat musik 77 78 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS m. Kompas bicara n. Kalkulator bicara 3. Alat Latihan Fisik Alat bantu latihan fisik antara lain pada gambar berikut ini: a. Catur tunanetra Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. b. Tenis meja tunanetra c. Bola bunyi d. Papan keseimbangan e. Alat-alat masage 79 80 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS f. Braille bridge cards g. Power rider h. Static bycicle i. Domino timbul Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 81 4. Alat Peraga Taktual Alat peraga taktual yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan seperti pada gambar-gambar berikut ini: a. Benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing, ayam, ikan hias), tubuh anak itu sendiri, tumbuhan/tanaman, alat elektronik, kaset, dan sebagainya. b. Benda asli yang diawetkan: binatang liar (buas) atau yang sulit di dapatkan c. Benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium) 82 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS d. Benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat pernafasan, dll. e. Gambar timbul sesuai dengan bentuk asli; grafik, diagram, dll. f. Peta timbul; provinsi, pulau, negara, daratan, benua. g. Topografi timbul Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. h. Globe timbul i. Papan paku j. Papan grafik k. Papan geometri 83 84 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS l. Torso anatomi tubuh manusia m. Alat Peraga KESPRO n. Puzzle Ball 5. Alat Asesmen Alat asesmen seperti pada gambar-gambar berikut ini: Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. a. Survival lens set b. Ishihara test c. Snellen chart d. Snellen chart electronics 85 86 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS e. Trial lens set 6. Alat Orientasi Mobilitas Alat orientasi mobilitas seperti pada gambar-gambar berikut ini: a. Tongkat panjang b. Tongkat lipat c. Tongkat elektrik Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. d. Blind fold e. Bel f. Lonceng g. Pelindung kepala 87 88 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS h. Miniatur rumah (bagian-bagian rumah) i. Gambar timbul skematik, denah, dll. 10.3.1.1 Low Vision Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan low vision apabila: 1. Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi dan atau koreksi refraksi standart (kacamata atau lensa). 2. Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima persepsi cahaya. 3. Luas penglihatan kurang dari derajat dari titik fiksasi. 4. Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan dan atau pelaksanaan suatu tugas. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 89 Alat atau media yang dubutuhkan oleh anak tunanetra antara lain: 1. Alat Bantu Visual Optik a. Kacamata perbesaran b. Kacamata c. Syand magnifier d. Hand magnifier 90 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS e. Magnifer lens set f. Mikroskop g. Teleskop h. CCTV (Closed Circuit Television) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. i. Televisi j. Prism monocular k. Typoscope l. Screen Reader Lens 91 92 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS m. Proyektor 2. Alat Bantu Visual Non Optik a. Kertas bergaris tebal b. Metal writting guide kit c. Spidol hitam Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. d. Pensil hitam tebal e. Buku-buku dengan huruf yang diperbesar f. Penyangga buku g. Lampu senter 93 94 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS h. Lampu meja i. Bingkai untuk menulis dan menggambar j. Color sorting box k. Lampu warna-warni Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 95 3. Alat Peraga a. Gambar-gambar yang diperbesar. b. Benda asli; makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing, ayam, ikan hias, dsb), anggota tubuh anak itu sendiri, tumbuhan (tanaman), elektronik, kaset. c. Benda asli yang diawetkan; binatang liar (buas) atau yang sulit di dapatkan. d. Benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium). e. Benda (model) tiruan; model kerangka manusia, model alat pernafasan. 10.3.1.2 Tenaga Ahli yang Terlibat dalam Pendidikan bagi Anak Tunanetra . Guru dengan kualifikasi: a. Sarjana (S-1) PLB b. Pasca Sarjana (S-2) PLB c. Sarjana (S-1) bukan PLB tetapi memiliki latar belakang keahlian tertentu/khusus yang dibutuhkan anak tunanetra, seperti; Pendidikan Agama, Musik, Massage. d. Guru sekolah umum yang diberi training minimal 6 bulan. 2. Psikolog Psikolog diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan intelegensi anak tunanetra. Disamping itu membantu guru dalam assesment. Tujuan assesment adalah untuk mengetahui sejauh mana potensi dan kekurangan/hambatan yang dimiliki anak tunanetra, sehingga dapat diketahui apa kebutuhan anak tunanetra dalam proses pembelajaran. 3. Dokter mata Rekomendasi dari dokter mata sangatlah diperlukan bagi lembaga penyelenggara pendidikan tunanetra. Seorang dokter mata memiliki kewenangan untuk menentukan bahwa seseorang memiliki hambatan dalam penglihatan. 96 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 4. Optometris Kemampuan penglihatan anak tunanetra dapat dikatehui salah satunya dari hasil assessment klinis yang dilakukan oleh seorang optometris. Kondisi anak tunanetra dapat diketahui melalui laporan hasil assessment, misalnya: a. b. c. d. e. f. ketajaman penglihatan, lapang pandang, kebutuhan media baca tulis, alat bantu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak, alat peraga yang dibutuhkan, penempatan di dalam kelas. 10.3.2 Tunarungu 10.3.2.1 Anak Tunarungu Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya. Orang akan mengetahui bahwa anak penyandang ketunarunguan pada saat berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya atau bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka hanya berisyarat. Ketunarunguan yang berdampak kepada kemiskinan bahasa dan hambatan dalam berkomunikasi, dianggap menyulitkan orang lain termasuk dalam layanan pendidikannya. Hal ini dapat dibuktikan terutama di Indonesia, hingga kini layanan pendidikan bagi anak tunarungu sebagian besar bersifat segregatif, yaitu pelayanan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus yang terpisah dari satuan pendidikan pada umumnya. Wujud dari pendidikan segregatif ini adalah yang lazim dikenal Sekolah Khusus (SKh) atau Sekolah Luar Biasa (SLB). Sistem segregatif ini baik, jika hanya untuk kepentingan pembelajaran, namun jika sampai kepada layanan pendidikan, segregatif tentu saja akan merugikan anak. Mereka akan kehilangan haknya untuk belajar, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 97 teman sebayanya yang mendengar. Sistem pendidikan segregatif (SKh) sangat tidak membantu perkembangan sosialitas peserta didik. Sehingga tetap sulit bagi anak khusus, khususnya anak tunarungu yang sudah tamat dari SKh untuk dapat diterima sebagai anggota masyarakat. Hal ini merupakan akibat dari adanya penyederhanaan strategi pembelajaran yang tidak memperhitungkan bahwa pergaulan antar peserta didik dalam komunitasnya merupakan bentuk proses pembelajaran natural yang seharusnya tidak boleh diabaikan. Berdasarkan tingkat kerusakan atau kehilangan kemampuan mendengar percakapan (bicara) orang digolongkan dalam 5 kelompok, yaitu: a. b. c. d. e. Sangat ringan: 27 – 40 dB Ringan: 41 – 55 dB Sedang: 56 – 70 dB Berat: 71 – 90 dB Ekstrim: 91 dB ke atas tuli 10.3.2.2 Karakteristik Ketunarunguan Kognisi anak tunarungu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah dibandingkan kemampuan verbal anak mendengar. 2. Namun kemampuan IQ anak tunarungu sama dengan anak mendengar. 3. Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah daripada anak mendengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif atau berurutan. 4. Namun pada informasi serempak antara anak tunarungu dan anak mendengar tidak ada perbedaan. 5. Daya ingat jangka panjang hampir tidak ada perbedaan, walaupun prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah. Dengan demikian, pendidikan bagi tunarungu harus mengacu pada: 1. Pemberian pembelajaran yang bersifat konkret. 98 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2. Penyampaian materi pembelajaran disampaikan dengan bahasa yang sederhana, lugas dan menggunakan kalimat yang tidak terlalu panjang. 3. Pengenalan kosakata baru yang relevan dengan materi pembelajaran untuk menambah kosakata anak tunarungu. 4. Pembelajaran dilakukan dengan praktik untuk membantu pemahaman konsep pembelajaran. 5. Pembelajaran disajikan dengan lebih mengoptimalkan penggunaan media visual (gambar atau video) untuk membantu memahami pemahaman yang bersifat verbal. 10.3.2.3 Sarana Fisik Sekolah Dalam membangun kampus pendidikan khusus untuk anak tunarungu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain: 1. Karakteristik Faktor edukasi harus menjadi titik tolak perencanaan bentuk sekolah harus diciptakan dalam hubungan yang harmonis dengan tujuan yaitu untuk mengembangkan potensi anak tuna rungu semaksimal mungkin termasuk didalamnya beberapa persyaratan pedagogi yang bersifat umum dan khusus antara lain: a. Suasana yang tentram, tidak berdekatan dengan pasar atau bengkel, pabrik-pabrik. Suasana yang ramai dari hiruk pikuk dengan segala macam bunyian yang merusak telinga tidak menguntungkan anak-anak tuli apa lagi kalau anak tuli itu sedang mengadakan latihan mendengar dengan hearing aid. b. Tanah yang disediakan selain untuk membangun juga cocok bagi latihan berkebun, beternak dan sebagainya. c. Adanya fasilitas air dan listrik yang dapat menjadi penunjang sarana pendidikan. 2. Bangunan-bangunan yang diperlukan di sekolah pendidikan khusus tunarungu adalah sebagai berikut: a. Ruang belajar Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 1) Ruang teori 2) Ruang bina wicara 3) Ruang latihan mendengar (ruang training 1 ruang) 4) Ruang audiologi 99 100 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 5) Ruang observasi 6) Ruang laboratorium 7) Ruang keterampilan putri 8) Ruang keterampilan putra 9) Ruang serba guna/kesenian b. Ruang penunjang 1) Ruang perpustakaan 2) Ruang bimbingan dan penyuluhan 3) Ruang klinik ruang dokter anak, dokter THT dan psikolog 4) Ruang UKS 5) Ruang audiometer 6) Ruang pameran 7) Ruang kepala sekolah 8) Ruang tata usaha 9) Ruang guru 10) Ruang ibadah 11) Gudang 12) Kamar mandi murid 13) Kamar mandi guru 14) Ruang koperasi (kantin) 15) Ruang tunggu atau bangsal pertemuan 16) Bangsal kendaraan 17) Rumah penjaga 18) Ruang latihan keterampilan menjahit, seni lukis, pekerjaan tangan, perbengkelan, dan koleksi hasil pekerjaan tangan Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 101 19) Rumah kepala sekolah 20) Ruang guru 10.3.2.4 Tata Letak Ruang 1. Ruang-ruang di Sekolah a. Ruang kelas biasa. Bangunan dan ruang kelas untuk anak tunarungu dan anak normal pada umumnya tidak berbeda dengan sekolah umum yaitu bangunan harus kokoh, udara harus cukup untuk anak dan selalu segar karena ventilasi yang sempurna, dinding dan lantai harus kering tidak boleh lembab, penerangan harus cukup dan cahaya dari luar hendaknya datang dari sebelah kiri anak. Persyaratan mengenai papan tulis dan bentuk bangku yang tidak membahayakan kesehatan anak. b. Ruang latihan bicara dan ruang audiometri. Agar tidak terganggu oleh anak-anak lain pada saat pelajaran latihan bicara diberikan dalam suatu ruang khusus, cukup untuk 1 guru 2 anak dan alat-alat yang diperlukan. Jika ruangan latihan bicara sekaligus dipakai untuk latihan mendengar dengan menggunakan alat bantu dengar, sebaiknya dinding ruang dilapisi dengan peredam suara semacam gabus/ stereofoam. c. Ruang audiometri, yaitu ruang untuk keperluan meneliti dan mengukur (sisa) pendengaran dengan audimeter, merupakan ruang khusus yang letaknya jauh dari sumber kegaduhan. Ruang itu dibuat kedap suara sedemikian rupa sehingga tidak ada suara yang dapat masuk ke dalam ruangan. Dinding dibagian dalam sebaiknya dilapisi bahan peredam suara. 10.3.2.5 Sarana Pendidikan 1. Alat Pendidikan Khusus Berhubung dengan ketulian yang diderita, maka sangat 102 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS diperlukan alat bantu khusus untuk meningkatkan potensi yang masih dapat diperbaiki dan dikembangkan terutama masalah komunikasi baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Kebutuhan minimal alat kebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak tunarungu antara lain: a. Audiometer Yaitu alat penelitian yang dapat mengukur segala aspek dari pendengaran seseorang. Dengan audiometer dapat dibuat sebuah audigram yang dapat memberitahukan angka dari sisa pendengaran anak. b. Alat bantu mendengar (Hearing Aid) Dengan mempergunakan alat bantu dengar (hearing aid) perorangan dan alat bantu dengan (group hearing aid) kelompok, anak-anak tunarungu diberikan latihan mendengar. Latihan-latihan tersebut dapat diberikan secara individual atau secara kelompok. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 103 c. Cermin Untuk memberikan contoh-contoh ucapan dengan artikulasi yang baik diperlukan sebuah cermin. Dengan bantuan cermin kita dapat menyadarkan anak terhadap posisi bicara yang kurang tepat. Dengan bantuan cermin kita dapat mengucapkan beberapa contoh konsonan, vokal dan kata-kata atau kalimat dengan baik. 2. Alat Bantu Wicara (Speech Trainer) Speech trainer ialah sebuah alat elektronik terdiri dari amplifaer, headphone dan microphone. Gunanya untuk memberikan latihan bicara individual. Bagi yang masih mempunyai sisa pendengaran cukup banyak akan sangat membantu pembentukan ucapannya. Bagi yang sisa pendengarannya sedikit akan membantu dalam pembentukan suara dan irama. 104 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 3. Alat Peraga Untuk memperkaya perbendaharaan bahasa anak hendaknya jangan dilupakan alat-alat peraga tradisional seperti: a. b. c. d. e. Miniatur binatang-binatang Miniatur manusia Gambar-gambar yang relevan Buku perpustakaan yang bergambar Alat-alat permainan anak Sesuai dengan kemampuan anak tunarungu dalam kurikulum lebih diutamakan mata pelajaran keterampilan yang menuju kearah irama. Untuk itu diperlukan alat-alat keterampilan untuk pria dan atau wanita antara lain sebagai berikut: a. Alat pertukangan b. Alat pertanian c. Alat perbengkelan d. Alat tenun e. Alat masak memasak f. Alat jahit menjahit g. Alat salon kecantikan h. Alat potong rambut (barber shop) i. Ukir j. Anyam k. Sablon l. Tata boga m. Peternakan n. Keramik 4. Alat Asesmen a. Scan tes Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. b. Garputala c. Bunyi–bunyian: gendang, krincingan, dll d. Audiometer dan blanko audiogram e. Sound level meter 105 106 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS f. Mobile sound proof 5. Alat Bantu Dengar (Hearing Aid) a. Model saku b. Model belakang telinga dan dalam telinga 1) Behind the Ear (BTE) adalah alat bantu dengar yang dipasang pada bagian belakang telinga dan dihubungkan ke earmould yang dipasang tepat ditelinga luar. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 107 2) In the Ear (ITE) atau model dalam telinga adalah alat bantu dengar model dalam telinga (In the ear aids) 3) In the Canal (ITC) adalah alat bantu dengar bentuk kanal tersebut terdiri atas dua jenis yaitu ITC dan ICC. Alat bantu dengar jenis ITC bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan penggunanya. Alat bantu jenis ini relatif berukuran kecil. Jenis lain adalah ICC. Alat ini terletak di dalam saluran telinga. 4) Completely in the Canal (CIC) adalah jenis alat bantu dengar ini berukuran lebih kecil yang diletakan agak ke dalam lubang telinga. Dilengkapi dengan tangkai mini sehingga memudahkan pemasangan dan pelepasan. 108 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 5) Cochlear Implant adalah sebuah alat elektronik kecil yang dapat membantu orang untuk mendengar. Implan ini biasanya digunakan pada tunarungu ataupun orang yang kesulitan mendengar. Cochlear implant tidak sama dengan hearing aid (alat bantu dengar) karena alat ini ditanamkan dengan pembedahan dan bekerja dengan cara yang berbeda. Tidak seperti alat bantu dengar (hearing aid), cochlear implant tidak memperkuat suara, akan tetapi bekerja secara langsung merangsang fungsi nervus auditorius di dalam koklea menggunakan medan listrik. Bagian cochlear implant ada dua yaitu bagian pertama komponen eksternal yang bertempat di belakang telinga dan bagian kedua yang ditanamkan secara bedah dibawah kulit kepala (bagian temporal). 6) Bone Conducting Implant (Implan Hantaran Tulang) digunakan untuk penderita dengan gangguan pendengaran konduktif dan memiliki masalah otologi, misalnya masalah otitis media dan kelainan telinga luar. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. c. Model kacamata d. Group hearing e. Loop induction system 109 110 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 6. Alat Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) a. Speech trainner and sound simulation b. Spatel c. Alat latihan meniup (seruling, kapas, terompet, peluit) d. Lampu aksen (kontrol suara) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. e. Alat musik perkusi (gong, gendang, tamborin, triangle, drum) f. Sikat terapi wicara g. Cermin dan meja latihan wicara 111 112 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 7. Alat Bantu Belajar/Akademik a. Miniatur benda b. Finger Alphabet and Number System (Isyarat Bahasa Indonesia/SIBI) c. Finger Alphabet and Number (Bahasa Isyarat Indonesia/ BISINDO) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. d. Kartu kata e. Kartu kalimat f. Menara Lingkaran g. Menara Segitiga atau Segi Banyak 113 114 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS h. Model Geometri i. Globe j. Peta dinding k. Komputer dan gadget Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. l. Alat elektronik (TV/ VCD/ DVD) m. Proyektor n. Alat-alat drumband o. Alat-alat olahraga 115 116 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS p. Jaringan ICT 10.3.2.6 Tenaga Ahli Ahli-ahli yang diperlukan antara lain: 1. Dokter THT (dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan) Bertugas mengevaluasi hidung, tenggorokan dan telinga, untuk menetapkan apakah organ-organ tersebut berfungsi normal, apakah terjadi pembesaran tonsil, terjadi infeksi dan apakah ada kelainan pada organ pendengaran tersebut. 2. Audiometris Bertugas memeriksa derajat sisa pendengaran anak, memeriksa anak mendengar dengan kondisi hawa atau dengan kondisi tulang, ia juga menentukan sisa pendengaran pada telinga kiri dan kanan serta menentukan jenis alat. 3. Psikolog Bertugas menentukan tingkat kecerdasan anak, menentukan kalainan-kelainan psikologis lainnya yang berpengaruh negatif pada diri anak misalnya perkembangan kepribadian anak, kemampuan ingatan anak, kemajuannya di sekolah, tingkah laku anak, keadaan emosinya dan sebagainya. 4. Pekerja Sosial Bertugas mengumpulkan data terutama yang berhubungan dengan latar belakang sosial anak problem-problem yang terjadi hubungan antar keluarga, latar belakang ekonomi keluarganya, sikap sosial anak, orangtua dan masyarakat sekitar. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 117 5. Orto Pedagogis Seorang ahli pendidikan anak luar biasa bertugas dan berwenang menentukan jenis program pendidikan untuk setiap kelompok anak tunarungu. Bimbingan dan Penyuluhan selama anak mengikuti pendidikan di sekolah perlu diselenggarakan bimbingan dan penyuluhan yang positif dalam berbagai keaktifan hidup mereka. Bimbingan dan penyuluhan tersebut bertujuan memberikan kemampuan kepada anak supaya dapat menyelesaikan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi mereka dalam bermacam-macam situasi bimbingan dan penyuluhan yang diperlukan antara lain: a. Bimbingan dan penyuluhan dalam pendidikan b. Bimbingan dan penyuluhan dalam kejuruan/kerja c. Bimbingan dan penyuluhan dalam segi kemasyarakatan d. Bimbingan dan penyuluhan dalam segi pribadi e. Bimbingan dan penyuluhan dalam segi kesehatan sosial/ 10.3.3 Tunagrahita American Asociation on Mental Deficiency (AAMD) dalam B PTKSM, p. , mendefinisian tunagrahita sebagai kelainan: 1. Meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes. 2. Muncul sebelum usia 16 tahun. 3. Menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: 1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku. 2. Kekurangan dalam perilaku adaptif. 3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. 118 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Dari karakteristik tunagrahita tersebut di atas, tunagrahita memiliki beberapa keterbatasan antara lain: 1. Keterbatasan dalam memahami konsep yang bersifat abstrak. 2. Keterbatasan dalam mamahami pembelajaran yang bersifat teoritis. 3. Mudah merasakan kejenuhan dalam pembelajaran 4. Keterbatasan dalam hal interaksi sosial. 5. Memiliki usia kronoligis yang lebih tua dibandingkan usia mentalnya. 6. Pada umumnya memiliki limit dalam hal kemampuan kognitif untuk menerima pembelajaran yang bersifat akademis disebabkan oleh rendahnya IQ. Untuk itu, pendidikan bagi tunanetra harus mengacu pada: 1. Pemberian pembelajaran yang bersifat konkrit dan realistik (langsung diperlihatkan pada situasi dan kondisi sesungguhnya). 2. Pemberian pembelajaran dilakukan dengan banyak melakukan praktik menggunakan alat peraga sesugguhnya. 3. Pembelajaran dan setting kelas dikondisikan sedimikian rupa sehingga tercipta suasana bermain sambil belajar. 4. Pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan berbagai macam pendekatan dan strategi pembelajaran. 5. Pembelajaran dilakukan dengan mempertimbangkan aspek psikologis dalam hal menyikapi usia kronologis dan aspek kognitif dalam menyikapi hal usia mental. 6. Pembelajaran tidak menitikberatkan pada aspek akademis melainkan pada kemampuan kemandirian dalam mengurus dan merawat diri, berinteraksi dengan lingkunga dan keterampilan sebagai modal untuk mencari penghidupannya kelak. Alat atau media yang dubutuhkan oleh anak tunagrahita antara lain: 1. Alat Assesmen Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 119 a. Tes intelegensi (WISC-R) b. Tes intelegensi Stanford Binet c. Cognitive visual 2. Alat Sensori Visual a. Gradasi Kubus (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran yang bervariasi untuk melatih kemampuan/pemahaman perbandingan ukuran). b. Gradasi Balok 1 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi satu warna). c. Gradasi Balok 2. 120 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS d. Silinder 1 (bentuk silinder untuk melatih motorik mata dan tangan pada usia dini). e. Silinder 2 f. Gradasi Silinder (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran dan warna yang bervariasi untuk melatih kemampuan/ pemahaman warna dan ukuran silinder) g. Menara segitiga h. Box Shape Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. i. Multisensori (Sensory Integration Room) j. Puzzle Binatang k. Puzzle Konstruksi 121 122 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS l. Puzzle Bola m. Box Sortir Warna n. Puzzle Set 3. Latihan Sensori Perabaan a. Keping Raba 1 (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur bervariasi) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 123 b. Keping Raba 2/Gradasi keping (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur/tingkat kehalusan tinggi) c. Keping Raba 3/Gradasi Kain (berbagai kain dengan tingkat kekasaran/pakan/serta kain yang bervariasi) d. Alas Raba/Tactile Footh (melatih kepekaan kaki pada lantai yang dikasarkan) 124 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS e. Fub and Hand (Siluet tangan dan kaki) f. Tactila (melatih kepekaan perabaan melalui diskriminasi tactual dan visual) 4. Sensori Pengecap dan Perasa a. Gelas Rasa (gelas yang berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas rasa b. Botol Aroma (Botol berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas bau Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. c. Tactile Perception (untuk mengukur analisis perabaan) d. Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit ) 5. Latihan Bina Diri a. Berpakaian (bentuk kancing) 125 126 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS b. Berpakaian (bentuk resleting) c. Berpakaian (bentu tali) d. ADL Training Equipment 1) ADL Training Equipment Used in Occupational Therapy (untuk melatih kemampuan mengoperasikan jendela dan pintu) 2) Dressing Frame Sets (rangkaian pemasangan pakaian kancing, resleting dan tali dikemas dalam satu bingkai) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 127 3) Door Latch Frame Set (untuk melatih kemampuan membuka dan menutup aneka peralatan yang dilengkapi system pengunci) 4) Electro Equipment Frame Set (untuk melatih kemampuan menggunakan aneka saklar dan stop kontak elektronika) e. Alat-alat mandi 128 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS f. Alat-alat merias diri g. Perlengkapan pakaian h. Perlengkapan rumah tangga i. Alat-alat keterampilan: pertukangan/kerajinan kayu, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan tata boga Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 129 j. Alat-alat olahraga k. Alat-alat kesenian 6. Konsep dan Simbol Bilangan a. Keping pecahan (peraga bentuk lingkaran yang menunjukkan bagian benda yang bernilai pecahan) b. Balok bilangan (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan satuan) 130 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS c. Balok bilangan (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan puluhan) d. Geometri Tiga Dimensi e. Abacus (alat untuk melatih pemahaman konsep bilangan dan nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, dst) f. Papan Bilangan /Cukes (untuk melatih kemampuan memahami bilangan dan dasar-dasar operasi hitung) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 131 g. Tiang Bilangan /Seguin Bretter (papan bersekat dengan angka puluhan dan nilai tempat) h. Kotak Bilangan (kotak dilengkapi angka 1 s.d. 10) i. Uang Asli 7. Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi a. Tetris (kotak berisi potongan kayu untuk disusun beraturan sesuai petunjuk gambar. 132 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS b. Box konsentrasi mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik bentuk kotak) c. Puzzle Konstruksi (puzzle bentuk kontruksi) d. Rantai bentuk-bentuk bangun Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. e. Lego/Lazi 8. Alat Pengajaran Bahasa a. Alphabet Loweincase b. Alphabet Fibre Box c. Pias Kata 133 134 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS d. Pias Kalimat 9. Latihan Perseptual Motor a. Bak pasir b. Papan keseimbangan c. Gradasi Papan Titian Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 135 d. Keping keseimbangan e. Power rider 10.3.4 Tunadaksa Tunadakasa berasal dari kata “ tuna “ yang berarti rugi (kurang) dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan . (al ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik atau tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita). Pada dasarnya kelainan pada 136 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System). 10.3.4.1 Karakteristik Anak Tunadaksa Derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tunadaksa antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelainan perkembangan (intelektual) Ganguan pendengaran Gangguan penglihatan Gangguan taktik dan kinestetik Gangguan pesepsi Gangguan emosi Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain: 1. 2. 3. 4. Latihan wicara (speech Therapy) Fisioterapi Occupational therapy Hydro therapy Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari fisik dan psiko-sosial. Dari segi fisik, mereka dapat makan, minum, dan kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalam beberapa menit yaitu bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial, mereka memerlukan rasa aman dalam beraktivitas, perlu afiliasi, butuh kasih sayang dari orang lain, diterima dan perlu pendidikan. Adapun unsur kesamaan Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 137 kebutuhan antara anak tunadaksa dan anak normal, karena pada dasarnya mereka memiliki fitrah yang sama sebagai manusia. Pandangan yang melihat anak tunadaksa dan anak normal dari sudut kesamaan akan lebih banyak memberikan layanan optimal untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, ketimbang pandangan yang semata-mata mengekspos segi kekurangannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang sering melihat orang lain tentang kelemahannya, sehingga yang muncul adalah kritik atau cemoohan. Kiranya demikian, andaikata kita melihat anak tunadaksa semata-mata dari kecacatannya. Oleh karena itu, pandangan yang mendahulukan sifat positif pada anak tunadaksa perlu dimasyarakatkan supaya kesempatan perkembangan dirinya yang baik semakin lebar. Pendidikan yang juga merupakan kebutuhan anak tunadaksa perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuan masing-masing anak tunasaksa. Melalui pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Anakanak tunadaksa diharapkan memiliki masa depan yang tidak selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat. Optimalisasi pendidikan bagi tunadaksa harus mengacu pada: 1. Rehabilitasi medis (terapis) yang bersifat promotif, preventif dan kuratif. 2. Rehabilitasi sosial yang berorientasi pada pembangunan mental dan pemberian motivasi untuk menyikapi kondisi yang dihadapi dan implikasinya dalam kehidupan. 3. Melakukan bimbingan dan konseling terhadap bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki anak tunadaksa. 10.3.4.2 Ketenagaan 1. Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan untuk Pendidikan Luar Biasa bagian D (tunadaksa) adalah guru yang secara khusus mempersiapkan diri untuk mengajar anak tunadaksa yang mempunyai berbagai masalah dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan Tingkat Menengah. 138 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Disamping itu juga dapat merencanakan dan melaksanakan tugas pendidikan bagi anak yang sedang dalam perawatan karena operasi. a. Tenaga Guru yang diperlukan adalah : 1) 2) 3) 4) Guru kelas atau guru bidang studi Guru keterampilan Guru agama Guru olahraga b. Persyaratan Tenaga Guru/Pendidik adalah: 1) Tamatan minimal sarjana pendidikan luar biasa dari IKIP/ Universitas. 2) Untuk guru agama dari S1 IAIN atau sederajat. 3) Untuk guru olahraga dari S1 IKIP atau Universitas. 4) Untuk guru keterampilan S1 IKIP/Universitas 5) Untuk guru bidang studi minimal S1 IKIP/Universitas dari jurusan yang sesuai. 2. Tenaga Ahli Tenaga Ahli yang diperlukan untuk: a. Remedial Teaching Guru yang mendapat tugas khusus untuk remedial atau bertugas memberi bimbingan dan penyuluhan. b. Team Rehabilitasi 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Dokter umum Dokter anak Dokter anak pediatry Dokter orthopedic Psikolog Orthopedagogik Speech therapist Occupational therapist Pekerja sosial Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 139 10.3.4.3 Alat atau Media Pembelajaran Alat atau media pembelajaran yang dubutuhkan oleh anak tunadaksa antara lain: 1. Assesment a. Finger goniometer (alat ukur sendi daerah gerak) b. Flexometer (alat ukur kelenturan) c. Plastik goniometer (alat ukur sendi) d. Anthropometrics 140 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS e. Reflex hammer palu untuk mengukur gerak reflek kaki f. Postur evaluation set (mengukur posisi tubuh dan kelainan tulang belakang) g. Aesthesiometer h. Ground rhytm timbre instrument Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. i. Cabinet geometri insert j. Color sorting box k. Collor sorting insert l. Tactile board set 141 142 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS m. Kolam bola-bola n. Bola besar 2. Alat Latihan Fisik a. Pulley weight b. Kanavel table Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. c. Squeeze ball d. Exerciser Leg Restorator e. Exerciser Hand Restorator f. Arm Exerciser 143 144 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS g. Treadmill jogger h. Safety walking strap i. Straight Staircase j. Sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi) k. Pivotal Therapy System Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. l. Exercise mat m. Incline mat n. Wall mat o. Neurodevelopment rolls 145 146 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS p. Height adjustable crawler q. Floor sitter r. Kursi khusus anak CP s. Commode Chair & Kursi Toilet Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. t. Individual stand-in table u. Standing-positioner-with-tray v. Walking paralel w. Walker khusus CP 147 148 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS x. Cerebral palsy wheelchair y. Vestibular board z. Balance beam set aa. Dynamic body and balance Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. ab. Kolam bola-bola ac. Vibrator ad. Infrared lamp infra film ae. Dual speed messager 149 150 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS af. Speed Training Devices ag. Bola karet ah. Balok berganda ai. Balok titian 3. Alat Bina Diri a. Swivel Utensil Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. b. Wrist Support c. Adaptive Eating Utensils d. Dressing Frame Set e. Lacing Shoes f. Mobile Shower Commodes (alat latih kloset berjalan) 151 152 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 4. Alat Orthotic dan Prosthetic a. Cock-up resting splint b. Rigit immobilization elbow brace c. Ankle Immobilize d. Flexion extention Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. e. Back splint/brace f. X–splint g. O–splint h. Long leg brace set 153 154 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS i. Ankle or short leg brace j. Simple cervical brace k. Corset l. Crutch (kruk) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. m. Walking Stick n. Tripod Cane Set o. Walker p. Wheel Walker 155 156 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS q. Club foot walker shoes r. Whell chair (kursi roda) s. Kaki dan tangan palsu (protese) 5. Alat-alat Kesenian Musik a. Sound system b. LCD c. Komputer d. Handycam e. Camera Photo Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 157 6. Alat -alat olahraga 7. Alat-alat keterampilan 8. Alat bantu belajar akademik (pada anak tunadaksa yang mengalami kelambanan dalam hal belajar, media yang dibutuhkan sama dengan media pada anak tunagrahita) 10.3.5 Tunalaras Anak tunalaras, yang dimaksud disini adalah anak yang mengalami hambatan atau kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan dalam kehidupan sehari-hari sering disebut anak nakal sehingga dapat meresahkan (mengganggu) lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 10.3.5.1 Jenis Gangguan atau Hambatan 1. Gangguan Emosi Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas. Gangguan atau hambatan terutama tertuju pada keadaan dalam dirinya. Macam-macam gejala hambatan emosi, yaitu: a. Gentar, yaitu suatu reaksi terhadap suatu ancaman yang tidak disadari, misalnya ketakutan yang kurang jelas obyeknya. b. Takut, yaitu rekasi kurang senang terhadap macam benda, mahluk, keadaan atau waktu tertentu. Pada umumnya anak merasa takut terhadap hantu, monyet, tengkorak, dan sebagainya. c. Gugup nervous, yaitu rasa cemas yang tampak dalam perbuatan-perbuatan aneh. Gerakan pada mulut seperti meyedot jari, gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh sekitar hidung, seperti mencukil hidung, mengusap-usap atau menghisutkan hidung. Gerakan sekitar jari seperti mencukil 158 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS d. e. f. g. kuku, melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari. Gerakan sekitar rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar rambut. Demikian pula gerakan-gerakan seperti menggosok-menggosok, mengedip-ngedip mata dan mengrinyitkan muka, dan sebagainya. Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang apabila orang lain memperoleh keuntungan dan kebahagiaan. Perusak, yaitu memperlakukan bedan-benda di sekitarnya menjadi hancur dan tidak berfungsi. Malu, yaitu sikap yang kurang matang dalam menghadapi tuntunan kehidupan. Mereka kurang berang menghadapi kenyataan pergaulan. Rendah diri, yaitu sering minder yang mengakibatkan tindakannya melanggar hukum karena perasaan tertekan. 2. Gangguan Sosial Gangguan atau merasa kurang senang menghadapi pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain. Beberapa data tentang anak tunalaras dengan gangguan sosial antara lain adalah: a. Mereka datang dari keluarga pecah (broken home) atau yang sering kena marah karena kurang diterima oleh keluarganya. b. Biasa dari kelas sosial rendah berdasarkan kelas-kelas sosial. c. Anak yang mengalami konflik kebudayaan yaitu, perbedaan pandangan hidup antara kehidupan sekolah dan kebiasaan pada keluarga. d. Anak berkecerdasan rendah atau yang kurang dapat mengikuti kemajuan pelajaran sekolah. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 159 e. Pengaruh dari kawan sekelompok yang tingkah lakunya tercela dalam masyarakat. f. Dari keluarga miskin. g. Dari keluarga yang kurang harmonis sehingga hubungan kasih sayang dan batin umumnya bersifat perkara. Salah satu contoh, kita sering mendengar anak delinkwensi. Sebenarnya anak delinkwensi merupakan salah satu bagian anak tunalaras dengan gangguan sosial karena perbuatannya menimbulkan kegoncangan ketidak bahagiaan atau ketidak tentraman bagi masyarakat. Perbuatannya termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri, menipu, menganiaya, membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap ganja, anak kecanduan narkotika, dan sebagainya. 10.3.5.2 Teknik Mengenal Anak Tunalaras Ada beberapa cara untuk menetapkan tunalaras, yaitu: 1. Psikotes Psikotes dilakukan untuk mengetahui kematangan sosial dan gangguan emosi. Sedangkan alat tes yang lain yaitu tes proyektif yang memiliki beberapa jenis tes yaitu : a. Tes Rorchach. Tes ini memberikan gambaran mengenai keseluruhan kepribadian, kelainan dan perlunya psikoterapi. Gambaran ini ditafsirkan dari reaksi anak terhadap gambargambar yang terbuat dari tetesan tinta. b. Thematic Apperception Test (TAT). Tes ini memperlihatkan berbagai situasi-emosi dalam bentuk gambar-gambar. Gambaran kepribadian nampak dari tafsiran anak mengenai situasi emosi tersebut untuk itu disediakan skala khusus. c. Tes Gambar Orang. Dalam tes ini persoalan-persoalan emosi nampak dari gambar yang harus dibuat oleh anak. Gambarnya ialah seorang laki-laki dan seorang perempuan. d. Dispert Fable Tes. Tes ini memberikan gambaran mengenai: iri hati, rasa dosa, rasa cemas, tanggapan terhadap diri sendiri, ketergantungan kepada orang tua, dan sebagainya. 160 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Yang berhak melakukan psikotes dan mengumumkannya adalah psikolog, psikiater, dan counselor, atau orang lain di bawah bimbingannya. Tenaga-tenaga ini ada yang membuka praktek sendiri, ada pula yang tidak membuka praktek sendiri tetapi bekerja di Fakultas Psikologi, Fakultas Kedokteran, Lembaga Kesehatan Jiwa, Balai Bimbingan dan Penyuluhan, Biro Konsultasi Psikologi, dan sebagainya. 2. Sosiometri Sosiometri adalah alat tes yang digunakan untuk melihat/ mengetahui suka atau tidaknya seseorang. Caranya ialah tanyakan kepada para anggota kelompok siapa diantara anggotanya yang mereka sukai. Setiap anggota hendaknya memilih menurut pilihannya sendiri. Dari jawaban itu akan diketahui siapa yang lain disukai oleh para anggota. Perlu diperingatkan bahwa hasil-hasil sosiometri adalah hasil sementara yang perlu ditelaah lebih lanjut. Anak yang terpencil dalam suatu saat belum tentu anak yang tunalaras, bahkan mungkin tidak terpencil lagi dalam sosiometri berikutnya. Walaupun demikian, sosiometri dapat dipakai bersama-sama dengan cara yang lain. 3. Membandingkan dengan tingkah laku anak pada umumnya Keadaan tunalaras dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku anak dengan tingkah laku anak pada umumnya. Pekerjaan membandingkan boleh dilakukan oleh setiap orang dewasa. 10.3.5.3 Alat atau Media Pembelajaran 1. Alat assesmen a. Adaptive Behavior Inventory Child Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. b. AAMD Adaptve Behaveor Scale 2. Alat terapi perilaku a. Puzzle (untuk melatih memecahkan masalah) b. Sarung tinju (untuk menyalurkan rasa emosi) c. Samsak 161 162 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS d. Hoopla (untuk latihan koordinasi mata dan tangan) e. Matching game (untuk melatih mencocokkan) f. Musik Instrumental (untuk melatih kepekaan, kesenian, dan mengekspresikan musik) g. Torso (untuk mengenal organ tubuh manusia) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 163 h. Sand pits i. Konsentrasi mekanik . Alat-alat terapi fisik 4. Alat-alat keterampilan: a. batik b. bubut c. pertukangan kayu d. pertukangan batu e. ukir f. sablon 5. Alat-alat pertanian a. peternakan b. pertanian c. perikanan d. Alat-alat kesenian : musik dan tari e. Alat-alat olahraga 10.3.6 Berkesulitan dan Lamban Belajar Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya: (1) learning disorder; (2) learning disfunction; (3) underachiever; (4) slow 164 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS learner, dan (5) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat pria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh: siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola voli, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola voli, maka dia tidak dapat menguasai permainan voli dengan baik. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ= 130–140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 165 Media pembelajaran yang digunakan untuk anak yang mengalami masalah lamban dan berkesulitan belajar sama dengan media belajar yang digunakan anak tunagrahita. 10.3.7 Autis Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000). Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial (Mardiyatmi, 2000). 1. Tanda-tanda Anak Autistik a. Komunikasi anak autistik 1) Sebagian tidak berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal. 2) Tidak mampu mengekpresikan perasaan maupun keinginan. 3) Sukar memahami kata-kata bahasa orang lain dan sebaliknya kata-kata/bahasa mereka sukar dipahami maknanya. d) Berbicara sangat lambat, monoton, atau tidak berbicara sama sekali. 4) Kadang-kadang mengeluarkan suara-suara aneh. 5) Berbicara tetapi bukan untuk berkomunikasi. 6) Suka bergumam. 7) Dapat menghafal kata-kata atau nyanyian tanpa memahami arti dan konteksnya. 8) Perkembangan bahasa sangat lambat bahkan sering tidak tampak. 9) Komunikasi terkadang dilakukan dengan cara menarik-narik tangan orang lain untuk menyampaikan keinginannya. b. Pergaulan anak austistik 1) Tidak ada kontak mata 166 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2) Menyembunyikan wajah 3) Menghindar bertemu dengan orang lain 4) Menundukkan kepala 5) Membuang muka 6) Hanya mau bersama dengan ibu atau keluarganya 7) Acuh tak acuh, interaksi satu arah. 8) Kurang tanggap isyarat sosial. 9) Lebih suka menyendiri. 10) Tidak tertarik untuk bersama teman. 11) Tidak tanggap (empati) terhadap reaksi orang lain atas perbuatan sendiri. c. Sikap anak autistik 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) Menarik diri Seolah-olah tidak mendengar (acuk tak acuh/tambeng) Dapat melakukan perintah tanpa respon bicara Asik berbaring atau bermain sendiri selama berjam-jam. Lebih senang menyendiri Hidup dalam alam khayal (bengong) Konsentrasi kosong Menggigit-gigit benda Menyakiti diri sendiri Sering tidak diduga-duga memukul teman. Menyenangi hanya satu/terbatas jenis benda mainan Sering menangis/tertawa tanpa alasan Bermasalah tidur/tertawa di malam hari Memukul-mukul benda (meja, kursi) Melakukan sesuatu berulang-ulang (menggerak-gerakkan tangan, mengangguk-angguk dsb). 16) Kurang tertarik pada perubahan dari rutinitas d. Kepekaan sensori integratif anak autistik 1) Sangat sensitif terhadap sentuhan ,seperti tidak suka dipeluk. 2) Sensitif terhadap suara-suara tertentu 3) Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. 4) Sangat sensitif atau sebaliknya, tidak sensitif terhadap rasa sakit. Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 167 e. Pola bermain anak autistik 1) 2) 3) 4) Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. Kurang/tidak kreatif dan imajinatif Tidak bermain sesuai fungsi mainan Menyenangi benda-benda berputar, seperti kipas angin roda sepeda, dan lain-lain. 5) Sering terpaku pada benda-benda tertentu f. Emosi anak autistik 1) Sering marah tanpa alasan. 2) Sering mengamuk tak terkendali (temperantrum) bila keinginan tidak dipenuhi. 3) Tiba-tiba tertawa terbahak-bahak atau menangis tanpa alasan. 4) Kadang-kadang menyerang orang lain tanpa diduga-duga. g. Kondisi kognitif anak autistik Menurut Penelitian di Virginia University di Amerika Serikat diperkirakan 75–80% penyandang autis mempunyai kemampuan berpikir di bawah rata-rata/retardasi mental, sedangkan 20% sisanya mempunyai tingkat kecerdasan normal ataupun di atas normal untuk bidang-bidang tertentu. 1) Sebagian kecil mempunyai daya ingat yang sangat kuat terutama yang berkaitan denga obyek visual (gambar). 2) Sebagian kecil memiliki kemampuan lebih pada bidang yang berkaitan dengan angka. h. Terapi untuk anak autistik Anak autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain: 1) Terapi wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik. 2) Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak. 3) Terapi bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain. 4) Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk 168 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang. 5) Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/ mengurangi tingkat gangguan autisme. 6) Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak autis (pendengaran, penglihatan, perabaan) 7) Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna 8) Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb) 9) Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air. 10) Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi. 2. Media untuk Anak Autis a. Media pembelajaran di bidang akademik 1) Educard 2) Memory game Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 3) Smart card 4) Finger spacer 5) Reading tracker 6) Bangku khusus terapi b. Peralatan untuk melatih koordinasi motorik 1) Solo grip 169 170 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2) Regular pencil grip 3) Streto grip 4) Ridged foam grip 5) Extreme gel grip Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 6) Triangular grip 7) Jumbo pencil grip 8) Medium CLAW 9) Squiggle wriggle pen 171 172 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 10) Super ferby graphite 11) Popcorn fork 12) Textured pop beads 13) Counting links 14) Giant nuts and bolts Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 15) Meronce packs 16) Rapper snapper 17) Easi grip blunt scissors 18) Stretchy 173 174 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 19) Linking cubes c. Peralatan untuk melatih integrasi sensori 1) Sensory brush 2) Massage ball 3) Mini massager Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 4) Gym ball 5) Face up roller 6) Bola duri 7) REP putty 175 176 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 8) REP band 9) Peanut ball 10) Squeezer 11) Twister ring 12) Yuk e ball Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 13) Olive massage ball d. Peralatan untuk melatih motorik organ bicara 1) Siren whistle 2) Duck call whistle 3) Mini harmonica 177 178 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 4) Two tone whistle 5) Lip whistle 6) Mini pan whistle 7) Slide whistle Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 8) Magic ball pipe 9) Kazoo 10) Toucha bubbles 11) Lip Block 179 180 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 12) Chewy tubes 13) REP tubing 14) ARK Z vibe tips 15) Infadent with case 16) Wooden tongue depressor Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 181 17) Flavoured tongue depressor 18) Assorted straw 19) Whistle sipper 20) Horn 10.3.8 Anak Berbakat Marland (1972 dalam Gallagher, l985) menyatakan bahwa anak-anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh ahli sebagai anak yang mempunyai potensi dan prestasi unggul. 182 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Sifat multidimensional keberbakatan dikemukakan oleh Renzuli (1979) melalui teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” atau Three-Ring Conception tentang keberbakatan. Menurut Renzulli keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu kecakapan diatas rata-rata, kreativitas dan komitment pada tugas. Secara lebih rinci Martison (1974) mengemukakan ciri anak berbakat sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. . 25. Membaca pada usia lebih muda. Membaca lebih cepat dan lebih banyak. Memiliki perbendaharaan kata yang luas. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat. Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa. Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri. Menunjukan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal. Memberi jawaban-jawaban yang baik. Dapat memberikan banyak gagasan. Luwes dalam berpikir. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan. Mempunyai pengamatan tajam. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri. Senang mencoba hal-hal baru. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah. Cepat menangkap hubungan-hubungan sebab akibat. Berperilaku terarah kepada tujuan. Mempunyai daya imajinasi yang kuat. Mempunyai banyak kegemaran (hobi). Mempunyai daya ingat yang kuat. Tidak cepat puas dengan prestasinya. Peka sensitif dan menggunakan firasat intuisi . Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan. Alat atau media pembelajaran untuk anak berbakat adalah Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 183 sebagai berikut: 1. Alat assesmen a. Test intelegensi WISC-R b. Test intelegensi Stanford Binet c. Cognitive Ability Test d. Differential Aptitude Test 2. Sarana sebagai sumber belajar a. Buku-buku perpustakaan b. Internet/ICT (komputer) c. CD, VCD, DVD, OHP d. Kaset Rekaman e. Slide Proyektor, LCD f. Laboratorium MIPA g. Laboratorium Bahasa h. Alat-alat kesenian i. Alat-alat olahraga j. Handycam k. Kamera digital l. Studio musik atau kesenian m. Alat-alat keterampilan seperti: 1) batik 2) bubut 3) pertukangan kayu 4) pertukangan batu 5) ukir 6) sablon 3. Alat-alat pertanian seperti: a. peternakan b. pertanian c. perikanan 4. Alat-alat olahraga 10.4 Unsur Pelaksana Komponen-komponen yang terkait dengan media pembelajaran 184 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sumber daya manusia Bahan Peralatan Lingkungan Teknik Pesan Sedangkan unsur pelaksana media pembelajaran dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Guru reguler 2. Guru Pendidkan Khusus 3. Dokter 4. Psikolog 5. Ahli pendidikan luar biasa 6. Ahli olah raga 7. Ahli gizi 8. Konselor 9. Sosial worker 10. Speechtherapy 11. Fisiotherapi 12. Ahli teknologi komunikasi (ICT) dan lain-lain 10.5 Evaluasi Untuk mengetahui apakah media pembelajaran yang digunakan efektif dan efisien, maka perlu dilakukan evaluasi secara menyeluruh. Dalam evaluasi hendaknya mempertimbangkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) aspek yang terkait, yakni: 1. Evaluasi terhadap media pembelajaran Apakah media pembelajaran berguna untuk menimbulkan motivasi belajar peserta didik dan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. 2. Evaluasi terhadap pendidik (fasilitator) Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 185 Apakah pendidik (fasilitator) memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan melalui media pembelajaran yang digunakannya. 3. Evaluasi terhadap peserta didik. Apakah media pembelajaran memungkinkan peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 10.6 Faktor Pendukung 1. Adanya kepedulian pemerintah, baik pemerintah pusat, propinsi maupun daerah untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan segregatif atau inklusif sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 2. Keterlibatan stakeholder sebagai penyelenggara pendidikan yang menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. 3. Adanya kepedulian pihak dunia usaha untuk menyediakan dan memproduksi media pembelajaran yang dibutuhkan. 10.7 Faktor Penghambat 1. Terbatasnya dana untuk penyediaan media pembelajaran yang dibutuhkan. 2. Minimnya kreativitas dikalangan masyarakat dalam menciptakan media pembelajaran. 3. Terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan melalui media pembelajaran. 4. Kurangnya sosialisasi akan pentingnya media pembelajaran bagi peserta didik dan lembaga penyelenggara pendidikan. 5. Terbatasnya keberadaan media pembelajaran yang spesifik bagi peserta didik berkebutuhan khusus, karena tidak semua produk bisa dengan mudah didapatkan di lapangan (pasar). 186 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 187 Daftar Pustaka Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Aqib, Zainal. 2013. Model-Model Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Budiman, Rudy. 2008. Media Pembelajaran. Materi Diklat Terakreditasi Guru SD Semester 2. Bandung: PPPPTK TK dan PLB. Budiyanto, dkk. 2009. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Suplemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah. Direktorat Pembinaan PK-LK Dikmen. Pendidikan Khusus. http:// pkplkdikmen.net (diunduh 19 April 2013) Heinich, Molenda, Russell, Smaldino. 2005. Instructional Technology and Media for Learning 8th Edition. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall. Ibrahim, H. 1999. Pemanfaatan dan Pengembangan Media Slide Pembelajaran. Bahan ajar. Disajikan dalam pelatihan produksi dan penggunaan media pembelajaran bagai dosen MDU Universitas Negeri Malang, 8 Februari s/d 6 Maret 1999. Meimulyani, Yani dan Caryoto. 2013. Media Pembelajaran Adaptif bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media. 188 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Moedjiono. 1981. Media Pendidikan III : Cara Pembukaan Media Pendidikan. Jakarta: P3G Depdikbud. Sadima, Arief. S, dkk. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sharp, V. 2005. Computer Education for Teachers: Integrating Technology into Classroom Teaching. New York: Mc Graw Hill. Supriatna, Dadang. 2009. Pengenalan Media Pembelajaran. Jakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak Dan Pendidikan Luar Biasa. Toh Seong Chong. 2006. Designing Effective Interactive Multimedia Courseware: Use and Misuse. Retrieved on 13th December 2006 from http://210.187.10.244/moodle/ Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd. 189 Tentang Penulis A srorul Mais, ST, S.Pd, M.Pd. Lahir di Jember pada tanggal 29 Agustus 1983 sebagai putra pertama dari pasangan Moch. Sholeh dan Cholifah. Setelah menempuh pendidikan formal di SLB-D YPAC Jember, SMP Negeri 5 Jember dan SMA Negeri 4 Jember, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Uniersitas Jember (UNEJ) pada tahun 2003. Tidak puas dengan itu, penulis menempuh S1 lagi pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) FIP IKIP PGRI Jember pada tahun 2008 dan dilanjutkan dengan mengambil Program Pascasarjana (S2) Pendidikan Luar Biasa di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada tahun 2010. Sejak awal tahun 2008, penulis mengabdikan dirinya menjadi guru di beberapa lembaga pendidikan yaitu, SLB BCD YPAC Jember, SLB ABC dan Autis TPA Jember, SMP Inklusi TPA Jember, dan SMK Inklusi TPA Jember. Tidak hanya bergelut di bidang pendidikan, penulis juga aktif di bidang organisasi sosial. Sebagai penggiat bagi kaum difabel, pada tahun 2003 penulis bersama rekan difabel lainnya menggagas berdirinya organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan difabel di Kabupaten Jember bernama Persatuan Penyandang Cacat (PERPENCA) Jember dan saat ini bertindak sebagai Ketua Dewan Pertimbangan di organisasi tersebut. Setelah lulus dari studi S2 PLB, penulis mulai mengawali 190 MEDIA PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS karirnya sebagai dosen tetap pada Program Studi PLB FIP IKIP PGRI Jember dan saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi PLB. Sebagai dosen, penulis aktif dalam kegiatan penelitian, seminar, workshop, lesson study dan pengabdian kepada masyarakat baik yang berskala nasional maupun internasional di bidang pendidikan luar biasa (pendidikan khusus). Selain itu, penulis juga bertindak sebagai ketua Tim Penggagas Perda Difabel Kabupaten Jember dan Ketua Tim Konsultan Aksesibilitas Rumah Sakit Bina Sehat Jember.