Academia.eduAcademia.edu

Ca Lidah

ca liadah

Laporan Kasus CA LIDAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian / SMF THT Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda-Aceh Disusun Oleh: NOVI RISTA ANANDA (1007101010008) BAGIAN/SMF THT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA-ACEH 2014 BAB I PENDAHULUAN Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Perubahan tersebut disebabkan adanya perubahan atau transformasi genetik, terutama pada gen-gen yang mengatur pertumbuhan, yaitu protoonkogen dan gen penekan tumor.Sel-sel yang mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan pertumbuhan sel normal.(1) Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi. Data Global Action Against Cancer (2005) dari WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai angka 45% dari tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5 juta jiwa kematian. Menurut laporan Riskesdas pada tahun 2007, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 4,3 per 1000 penduduk dan menjadi penyebab kematian nomor tujuh (5,7%) setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes melitus.(3) Karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan epithelium dengan struktur sel yang berkelompok, mampu berinfiltrasi melalui aliran darah dan limfatik yang menyebar keseluruh tubuh.(1) Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi di rongga mulut yaitu sekitar 90-95% dari total keganasan pada rongga mulut. Lokasi Karsinoma sel skuamosa rongga mulut biasanya terletak pada lidah (ventral, dan lateral), bibir, dasar mulut, mukosa bukal, dan daerah retromolar.(3) Karsinoma sel skuamosa pada lidah merupakan tumor ganas yang berasal dari mukosa epitel rongga mulut dan sebagian besar merupakan jenis karsinoma epidermoid. Karsinoma sel skuamosa lidah berkisar antara 25 sampai 50 % dari semua kanker ganas didalam mulut. Dinegara Skandinavia insiden karsinoma rongga mulut pada wanita didapatkan hasil yang cukup tinggi. Dari 441 kasus karsinoma sel skuamosa lidah yang dilaporkan, 25 % terjadi pada wanita dan 75% terjadi pada pria dengan umur rata-rata 63 tahun.(1) Menurut statistic dari NCI’s SEER (National Cancer Institute Surveillance Epidemiology and End Results) U.S. National Institues of Health Cancer diperkirakan 9,800 pria dan wanita (6,930 pria dan 2,870 wanita) didiagnosis terkena kanker lidah. Karsinoma sel skuamosa lidah umumnya mengenai pria >50 tahun, terutama dengan riwayat konsumsi tinggi terhadap tembakau dan alkohol, jarang terjadi pada anak, yaitu sekitar 2-6% dari seluruh kasus, namun literatur menunjukkan adanya peningkatan insidensi tiga hingga tujuh persen selama 25 tahun terakhir.(1,2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Lidah Lidah Secara anatomi lidah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (3) Apeks linguae (ujung lidah) Corpus linguae (bada lidah) Radix linguae (akar lidah) Lidah mempunyai membran mukosa yang berada pada bagian dorsal, pinggir kanan dan kiri, dan sebelah muka terdapat tonjolan yang kecil yang biasa disebut dengan papila. Pada bagian dasar papila ini terdapat kuncup-kuncup pengecap sehingga kita dapat menerima sensasi atau merasa cita rasa. Ada empat macam papila, yaitu: (3,4) papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata dan papila foliata. Area dibawah lidah disebut dasar mulut, membran mukosa disini bersifat licin, elastis dan terdapat banyak pembuluh darah yang menyebabkan lidah mudah bergerak. Mukosa dasar mulut tidak mengandung papila. Dasar mulut dibatasi oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut yang berinsertio di sebelah dalam mandibula yang terdapat kelenjar ludah sublingualis dan submandibularis.(3,4) Lidah adalah organ otot dengan kekenyalan yang baik sekali sewaktu bergerak, hal ini dapat dilihat pada waktu mengunyah. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot, yaitu: (3,5) Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, dan Otot ekstrinsik melekatkan lidah pada bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan - gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah memiliki persarafan yang majemuk. Otot - otot lidah mendapat suplai dari nervus hipoglosus (nervus XII). “Taste bud” pada lidah dibagi menjadi dua bagian, yaitu perasaan umum, menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan suhu, dan sebagainya, serta rasa pengecap khusus. Impuls perasa umumnya berada pada bagian anterior lidah pada serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang nervus kranial V, sementara impuls indera pengecap berada pada korda timpani bersama saraf lingual, kemudian bersatu dengan nervus kranial VII, yaitu nervus fasialis.(3,5,6) Lidah kelilingi oleh kelenjar limfe, hal ini berhubungan dengan proses penyebaran karsinoma lidah. Penyaluran limfe melalui lidah terjadi melalui 4 jalur yaitu: (4,5) 1) Limfe dari bagian 1/3 posterior lidah disalurkan ke bagian servikalis profunda superior di kedua sisi. 2) Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lidah disalurkan langsung ke bagian servikalis profunda inferior. 3) Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lidah disalurkan ke submandibularis 4) Limfe dari ujung lidah disalurkan ke submentalis Gambar 2.1 Anatomi Lidah 2.2 Definisi Kanker lidah adalah suatu neoplasma malignant yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premalignant). Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen.(5,6) 2.3 Epidemiologi Karsinoma pada rongga mulut merupakan salah satu jenis kanker yang menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia.(2,3) Di Amerika Serikat, dari sekitar 1 juta kanker baru yang didiagnosis setiap tahunnya, ditemukan kurang lebih 3% karsinoma rongga mulut dan orofaring. Sebagian besar kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa. Kurang lebih 95% karsinoma sel skuamosa pada rongga mulut terjadi pada umur lebih dari 40 tahun, dengan usia rata-rata ± 60 tahun.(5) Kanker ganas dari lidah berkisar antara 25 sampai dengan 50 % dari semua kanker ganas didalam mulut. Dari 441 kanker ganas lidah yang dilaporkan oleh Ash dan Millar, 25 % terjadi pada wanita dan 75 % terjadi pada pria dengan umur rata-rata 63 tahun. Pada 330 kasus pada kanker ganas pada lidah yang dilaporkan oleh Gibbel dan Ariel rata-rata penderita tersebut berumur 53 tahun dengan jarak umur 32 tahun sampai dengan 87 tahun, sehingga penyakit tersebut merupakan penyakit pada orang tua tetapi dapat juga terjadi pada orang-orang yang relatif muda. Sebagai contoh dari 11 penderita berumur kurang dari 30 tahun, 4 diantaranya berumur kurang dari 20 tahun (yang dilaporkan oleh Byers), kelompok penderita ini mewakili kira-kira 3 % dari seluruh penderita yang dijumpai dirumah sakit Anderson dengan epidormoit carsinomalida, penelitian ini dilakukan antara tahun 1959 sampai dengan 1973 (pada 418 kasus).(3) Insiden kanker ganas tertinggi terdapat pada bagian lidah (2/3 anterior lidah), jika dibandingkan dengan bagian belakang lidah (1/3 posterior lidah).(5) 2.4 Etiologi Penyebab kanker lidah secara jelas belum dapat diketahui, para ahli belum dapat memberikan pernyataan yang tegas. Namun ada beberapa dugaan bahwa kanker lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa gangguan tertentu atau penyakit tertentu yang bersifat multi faktorial dan menyangkut faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik adalah agen eksternal seperti tembakau, alkohol dan paparan sinar ultraviolet. Sedangkan faktor intrinsik termasuk keadaan sistemik seperti genetik, malnutrisi dan defisiensi zat besi.(2,3) Beberapa negara, seperti India, Nepal, Pakistan, termasuk Indonesia, masyarakat memiliki kebiasaan makan sirih yang biasanya terdiri dari buah pinang (areca nut) yang dibungkus dengan daun sirih, dan memakan bersama-sama dengan tembakau. Kebiasaan makan buah pinang ini ternyata sudah lebih dulu dari pada pemakai tembakau. Buah pinang sendiri memiliki sifat adiktif dan dari penelitian saat ini terdapat bukti yang cukup bahwa buah pinang bersifat karsinogenik. Pemakaian secara bersamaan menyebabkan sifat lebih adiktif dan karsinogenik. Hal ini dapat memicu tumor pada lidah. Hampir seperlima tumor di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit infeksi kronis.(3) Pada tumor lidah, khususnya infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus), dan sifilis. Infeksi yang dikaitkan dengan inflamasi adalah faktor resiko utama terjadinya tumor, hampir semua virus yang terkait dengan tumor memperlihatkan akan mengaktifkan marker inflamasi, NF-kB sehingga mencapai keadaan patofisiologis seperti displasia, leukoplakia, dan menjadi malignan. Selain faktor-faktor diatas, tumor pada lidah dapat dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, iritasi kronis dari restorasi, kebersihan rongga mulut yang buruk. Dan semua faktor-faktor tersebut bersinergis dan terpapar dalam waktu yang lama.(3) 2.5 Patogenesis Squamous Cell Carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien akhirnya datang ke dokter. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi. Lidah mempunyai susunan yang kaya dengan pembuluh lymphe, hal ini akan mempercepat terjadinya proses metastase ke kelenjar getah bening regioner dan dimungkinkan oleh susunan pembuluh lymphe yang saling berhubungan kanan dan kiri.(5,6) Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan penyebaran ringan kejaringan didekatnya. Tumor ganas menyebar cukup dalam secara cepat ke jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang kecil, terlihat sebagai ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat terletak diantara kedua batas tersebut dengan daerah nekrosis yang dangkal pada bagian tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol dan infiltrate yang dalam. Walaupun terdapat penyebaran lokal yang besar, tetapi metastasis biasanya berjalan melalui lymph node cervikal. Kemudian metastase haemato genus terjadi pada tahap selanjutnya.(1,2) 2.2 Tahap Perjalanan Sel Menjadi Tumor(3) 2.6 Gambaran Klinis Awal dari keganasan biasanya ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu, maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda lain dari ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih keras), dasarnya berbintil-bintil dan mengelupas, pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan endofitik. Selain itu karsinoma mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan yang eksofitik (lesi superficial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah berdarah. Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki prognosis yang lebih baik.(5) Karsinoma sel skuamosa merupakan kanker yang paling sering terjadi pada rongga mulut, secara klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, kemerahan, sel skuamosa dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.(3) Pada 1554 kasus karsinoma lidah yang dilaporkan, hanya 4% terjadi pada dorsum lidah. Lesi pada pinggir lateral tidak rata penyebarannya antara dasar lidah dan 1/3 dari bagian tengah lidah. Lesi-lesi dekat dasar lidah terutama tidak jelas karena lesi-lesi tersebut tidak menimbulkan gejala sampai keadaan agak lanjut bahkan manifestasi yang muncul hanya berupa nyeri tenggorokan dan disfagia.(3) Tempat-tempat yang khusus timbulnya tumor-tumor ini sangat penting oleh karena lesi-lesi pada bagian posterior lidah biasanya mempunyai tingkat keganasan yang tinggi, dan dapat bermetastase secara dini dengan prognosanya yang sangat jelek, terutama oleh karena kesulitan dalam hal mengobatinya.(2,5) Tanda-tanda yang spesifik pada tumor lidah adalah suatu massa atau ulkus yang merupakan jaringan epitel yang robek. Jaringan epitel yang hilang bersifat menyeluruh sehingga jaringan ikat di bawahnya menjadi terbuka. Untuk menentukan diagnosa suatu ulkus di lidah diperlukan pemeriksaan yang tepat dan rinci serta anamnesa pasien. Langkah selanjutnya diperlukan pemeriksaan ulkus dengan menggunakan pendekatan yang sistematis seperti pemeriksaan lokasi ulkus, jumlah ulserasi, ukuran, bentuk, dasar lesi, dan tepi lesi. Proses terjadinya suatu kanker lidah terdiri dari:(1,2) •Di awal pembentukan lesi sering tidak sakit, sehingga tidak terlalu diperhatikan oleh penderita. Lesi akan terasa sakit bila terjadi infeksi atau bila tumor menginvasi jaringan saraf. Sementara di daerah leher ditemukan pembesaran kelenjar yang tidak nyeri. •Dengan semakin berkembangnya lesi, mulai muncul keluhan kesulitan menelan, mengunyah dan bicara, dan disertai rasa sakit. Lokasi pada lidah, dasar mulut, mukosa bukal, linggir alveolar (merupakan > 60% lesi kanker mulut). Bentuk lesi dapat bulat, berliku-liku atau tidak beraturan, dengan tepi tinggi, bergulung dan menonjol. Dasar lesi bergranular dan kasar, dapat dengan mudah berdarah, dan pada jaringan di bawah lesi ditemukan indurasi dan perlekatan dengan jaringan yang lebih dalam. • Ketika telah terjadi penyebaran melalui nodus limfatik regional. Sekitar 30% pasien datang dengan keluhan adanya keterlibatan nodus limfatik. Nodus yang membesar menjadi semakin padat atau keras, nyeri tekan menghilang, dan melekat dengan jaringan di sekitarnya. Limfadenopati dapat merupakan gambaran klinis awal pada karsinoma lidah. 2.7 Diagnosis Dalam mendiagnosa pasti suatu penyakit diperlukan gambaran klinik yang jelas dan perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan eksofitik atau endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus, yang kemudian ulkusakan mengalami infiltrasi lebih dalam ke jaringan tepi yang mengalami indurasi.(1,2) 2.8 Pemeriksaan Penunjang A. Biopsi 1. Incisional biopsy Dengan cara mengambil sampel dari daerah karsinoma dan daerah yang sehat, sehingga diketahui batas jelas dari karsinoma. Tetapi kekurangannya adalah pembuluh darah menjadi terbuka, dan akan mempermudah penyebaran dari sel karsinoma tersebut. Keuntungan dari tindakan ini, dapat mengetahui batas dari karsinoma dan sebagai terapi selanjutnya (Radioterapi). Biopsi ini dapat dilakukan pada karsinoma lidah yang masih kecil dengan atau tanpa metastase. Eksisi jaringan yang diduga karsinoma dengan jarak 1-1,5 cm dari jaringan sehat.(1,2) Hasil eksisi kemudian diletakkan pada gabus steril, dengan kasa yang diberi formalin diletakkan diatas preparat agar preparat tidak melengkung sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke patologi anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang tidak bersih dapat diulang excisinya. Setelah dilakukan pemeriksaan diatas (incisional biopsi) baru dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan tumor ganas atau bukan.(2,3) 2. Cara alternatif lainnya adalah dengan melakukan teknologi terbaru saat ini yaitu dengan melakukan brush biopsi. Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat abnormal dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan menggunakan alat berbentuk sikat, menempatkan sampel dalam slide dan melakukan tindakan fiksasi sebelum membawa jaringan tersebut ke laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan skapel dan jarum biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang memiliki faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi diindikasikan pada keadaan yang sebaliknya.(1,2,7) 3. Menggunakan teknik cahaya khemoluminesen. Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan khemoluminesen setelah sebelumnya diwarnai dengan asam asetat. Hasilnya akan terlihat gambaran opak ‘acetowhite’ pada jaringan yang terkena kanker atau jaringan yang abnormal.(3) B. Patologi Anatomi(3) • Gambaran makroskopis : Tumor-tumor terdapat papiler, noduler, difus bersifat fisura atau berulserasi dengan daerah leukoplakia yang sering kali terlihat diperifer. • Gambaran Mikroskopis : Biasanya dapat terjadi suatu karsinoma sel skuamosa keratinisasi tetapi dengan tipe yang berdiferensiasi buruk, termasuk limfoepitelioma, khususnya pada sepertiga lidah posterior. 2.9 Terapi Terapi kanker ganas lidah merupakan suatu masalah yang sulit, oleh karenanya ada beberapa sistem terapi yang dikerjakan baik dengan secara pengobatan (sitostatika), atau secara pembedahan serta penyinaran (radiasi), maupun dikombinasikan antara penyinaran dengan pembedahan. Oleh karena itu para ahli lebih banyak menyenangi penggunaan radium atau peyinaran dengan menggunakan radom seeds jika dibandingkan dengan radiasi rontgent hasilnya lebih baik. Oleh karena dengan menggunakan penyinaran radom seeds dapat membatasi penyiaran pada tumor, dengan mengganggu jaringan normal disekitarnya.(2,3) Sebelum melakukan terapi perlu diketahui pembagian dari sistem TNM untuk karsinoma lidah, yaitu:(3) T1=Tumor dengan penampang ≤ 2 cm superficial/exophhytic. T2= Tumor dengan penampang ≤ 2 cm dengan infiltrasi dangkal. T3= Tumor dengan penampang > 2 cm dengan infiltrasi dalam. T4= Infiltrasi tumor sudah mengalami fiksasi tanpa melihat besar tumor dan sudah mengenai jaringan sekitarnya. No= Kelenjar-kelenjar leher yang palpable tidak ada. N1= Sudah ada kelenjar leher yang palpable, mobile serta hemilateral. N2=Kelenjar leher yang palpable, mobile serta heterolateral/bilateral. N3=Kelenjar-kelenjar leher ini sudah fixed, baik hemilateral atau bilateral. M0 = Metastase jauh tidak ada. M1 = Metastase jauh sudah ada. Secara garis besar, terapi pada karsinoma lidah dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan lokalisasinya, yaitu:(3) –1/3 posterior : Radioterapi menggunakan radiasi radon seeds. –2/3anterior : Surgical therapy dengan cara “V” eksisi, sehingga ujung lidah dapat berfungsi untuk artikulasi. 1. Radio Therapy : (4) Radio therapy dilakukan bila: Tumor Inoperable, T3 atau lebih, N3, M0 – M1 Tumor di 1/3 lidah posterior (karena karsinoma lidah 1/3 posterior satu grup dengan hypopharynx) 2. Cytostatica theraphy : (4) Diberikan dengan dosis tinggi secara transarterial infusion 4 gram sekaligus, melalui arteri arotis externa pada percabangannya dilidah yaitu arteriola lingualis. Syarat melakukan terapi ini karsinoma lidah tidak melalui garis tengah infusion ini dipasangkan sampai satu minggu atau sampai ada tanda-tanda toksis yang dapat dilihat dari kulit. Sebelum memilih tindakan kemoterapi, perlu dilakukan penilaian karnofsky performance status scale. Gambar 3. Karnofsky Performance Status Scale 3. Surgical/Hemiglosectomy (total glossectomy) : (4,5) Dilakukan pengangkatan pada bagian yang terkena karsinoma atau hemiglosectomy atau total glossectomy apabila tumor cukup besar dan sudah bermetastase ke daerah leher. Pada metastase N1N2, dilakukan RND (Radical Neck Disection) yang diangkat adalah kelenjar leher, kelenjar sub madibula, vena jugularis interna, dan kelenjar supra ciavicularis. Sementara pada N3 dilakukan bilateral neck dissection. Tujuan utama dari perawatan kanker lidah adalah kontrol dari tumor primer. Menurut Epstein (1994), pilihan perawatan tergantung pada beberapa yaitu pilihan yaitu: (5) 1.Tipe sel dan derajat diferensiasi 2. Bagian yang terlibat, ukuran serta lokasi dari tumor primer 3. Keterlibatan jaringan getah bening 4. Ada tidaknya keterlibatan tulang 5. Kemampuan tercapainya tepi tumor pada waktu operasi Gambar Karnofsky Performance Status Scale 6. Kemampuan mempertahankan fungsi komunikasi 7. Kemampuan mempertahankan fungsi menelan 8. Status fisik dan mental pasien 9. Komplikasi yang mungkin terjadi 10. Kerja sama (kooperatif ) pasien 2.10 Prognosis Prognosis pada karsinoma lidah pada kebanyakan kasus tidak baik, meskipun angka statistik penyakit bervariasi antara kelompok penderita angka penyembuhan selama lima tahun umumnya < 25 %. Karsinoma lidah yang terjadi pada bagian 1/3 dorsum lidah (20 – 30 %) keadaannya lebih ganas dan kasusnya lebih sedikit, jika dibandingkan dengan 2/3 anterior lidah (70 – 80 %). Martin melaporkan 22 % angka keselamatan hidup pada 556 penderita kanker ganas lidah, sedangkan Gible dan kawan-kawan mendapatkan hanya 14 % angka keselamatan hidup diantara 12 penderita karsinoma lidah. Frazell dan Lucas melaporkan dari 5 tahun angka kesembuhan karsinoma lidah adalah 35% pada 1321 penderita karsinoma lidah.(1,2) Faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada prognosis penderita karsinoma lidah adalah ada atau tidaknya metastase. Selanjutnya studi yang dilakukan oleh Gibbel dkk memperlihatkan 81% angka keselamatan hidup bila tidak pernah timbul metastase, 43 % bila tidak ada metastase yang timbul pada saat masuk rumah sakit. Diagnosa dini menjadi sangat penting dan peranan dokter dalam mengenal lesi-lesi awal yang menyerupai kanker ganas lidah adalah sangat penting. Pada akhir-akhir ini dilaporkan bahwa angka keselamatan hidup selama lima tahun untuk karsinoma lidah kira-kira 40% dan angka keselamatan tersebut meningkat pada tahun-tahun terakhir ini berkat reseksi menyeluruh pada lidah (total glosektomi).(3,4) BAB III LAPORAN KASUS 3.1 IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Hj. Aisyah Umur : 67 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Takengon, Aceh Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. CM : 1-05-83-66 Pemeriksaan : 13 Agustus 2015 3.2 ANAMNESIS Keluhan Utama : Benjolan di lidah Keluhan Tambahan : Leher dan gusi bengkak Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh karena keluhan terdapat benjolan pada lidah sejak ±1 bulan yang lalu. Benjolan pada lidah awalnya muncul sebesar kacang tanah kemudian terus membesar dalam waktu 1 bulan belakangan ini. Benjolan berwarna merah muda, berdungkul-dungkul dan saat ini sudah sebesar bola pimpong. Benjolan tidak disertai dengan rasa nyeri. Berdasarkan alloanamnesis dengan keluarga pasien, keluhan pertama kali yang dirasakan pasien adalah sakit gigi kemudian gusi membengkak, pasien juga sering mengalami sariawan yang tidak sembuh-sembuh. Leher kiri dirasakan membengkak setelah benjolan muncul. Pasien mengeluhkan tidak dapat menelan makanan, dan berat badan menurun sejak mengalami sakit. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat merokok tidak pernah Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama, dan tidak ada anggota keluarga yang punya riwayat terkena kanker. Riwayat Pengobatan : Sebelumnya pasien telah mengkonsumsi obat anti nyeri yang dibeli dari apotek terdekat. Pasien sebelumnya tidak pernah mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama. Riwayat Sosio-ekonomi dan Kebiasaan : Pasien memiliki riwayat mengunyah sirih dan pinang selama ±20 tahun belakangan ini. 3.3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum : Tampak lemah Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah : 110/70 mmHg Frekuensi nadi : 92 x/menit Frekuensi nafas : 26 x/menit Suhu : 36,50C Pemeriksaan Sistemik Kepala : tidak ada kelainan Mata : Konjungtiva : anemis (+) Sklera : ikterik (-) Thoraks : Jantung : dalam batas normal Paru : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : deformitas (-), edema (-) Status Lokalis THT Telinga Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Auricula Deformitas Tidak ada Tidak ada Trauma Tidak ada Tidak ada Radang Tidak ada Tidak ada Kelainan Metabolik Tidak ada Tidak ada Nyeri Tarik Tidak ada Tidak ada Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada Canalis Akusticus Eksternus Cukup Lapang Cukup lapang Cukup lapang Hiperemis Tidak ada Tidak ada Edema Tidak ada Tidak ada Massa Tidak ada Tidak ada Sekret/Serumen Bau Tidak ada Tidak ada Warna Kecoklatan Kecoklatan Jumlah Banyak Sedikit Jenis Kering Kering Membran Timpani Utuh Warna Sulit dinilai Putih Refleks Cahaya Sulit dinilai Positif Bulging Sulit dinilai Tidak ada Retraksi Sulit dinilai Tidak ada Atrofi Sulit dinilai Tidak ada Perforasi Perforasi Sulit dinilai Tidak ada Jenis Sulit dinilai Tidak ada Kuadran Sulit dinilai Tidak ada Pinggir Sulit dinilai Tidak ada Gambar Membran Timpani Refleks Cahaya Sulit dinilai Arah jam 7 Mastoid Tanda Radang Sulit dinilai Tidak ada Fistel Sulit dinilai Tidak ada Sikatrik Sulit dinilai Tidak ada Nyeri tekan Sulit dinilai Tidak ada Nyeri Ketok Sulit dinilai Tidak ada Bengkak Sulit dinilai Tidak ada Fluktuasi Sulit dinilai Negatif Audiometri Tidak dilakukan Timpanometri Tidak dilakukan Hidung Pemeriksaan Kelainan Hidung Luar Deformitas Tidak ada Kelainan Kongenital Tidak ada Trauma Tidak ada Radang Tidak ada Massa Tidak ada Sinus Paranasal Pemeriksaan Dekstra Sinistra Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Rinoskopi Anterior Cavum nasi Cukup lapang Terpasang NGT Cukup lapang Sempit Lapang Secret Lokasi Tidak bisa dinilai Tidak ada Jenis Jumlah Bau Konka inferior Ukuran Tidak bisa dinilai Eutrofi Warna Tidak bisa dinilai Merah muda Permukaan Tidak bisa dinilai Licin Edema Tidak bisa dinilai Tidak ada Septum Cukup lurus/ deviasi Tidak bisa dinilai Lurus Permukaan Tidak bisa dinilai Warna Tidak bisa dinilai Merah muda Spina Tidak bisa dinilai Tidak ada Krista Tidak bisa dinilai Tidak ada Abses Tidak bisa dinilai Tidak ada Perforasi Tidak bisa dinilai Tidak ada Massa Lokasi Tidak bisa dinilai Tidak ada Bentuk Tidak bisa dinilai Tidak ada Ukuran Tidak bisa dinilai Tidak ada Permukaan Tidak bisa dinilai Tidak ada Warna Tidak bisa dinilai Tidak ada Konsistensi Tidak bisa dinilai Tidak ada Mudah Digoyang Tidak bisa dinilai Tidak ada Pengaruh Vasokonstriktor Tidak bisa dinilai Tidak ada Rinoskopi Posterior (Nasofaring) Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Koana Cukup lapang (N) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Sempit Lapang Mukosa Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan Edema Tidak dilakukan Tidak dilakukan Jaringan granulasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Konka inferior Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan Permukaan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Edema Tidak dilakukan Tidak dilakukan Adenoid Ada/tidak Tidak dilakukan Tidak dilakukan Muara tuba eustachius Tertutup secret Tidak dilakukan Tidak dilakukan Edema mukosa Tidak dilakukan Tidak dilakukan Massa Lokasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan Bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan Permukaan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Post Nasal Drip Ada/tidak Tidak ada Tidak ada Jenis Orofaring dan Mulut Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Trismus Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Uvula Edema Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Bifida Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Palatummole +Arkus Faring Simetri/tidak Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Bercak/eksudat Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Dinding faring Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Permukaan Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Tonsil Ukuran Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Permukaan Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Muara kripti Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Detritus Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Eksudat Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Peritonsil Warna Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Edema Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Abses Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Gigi Karier/Radiks Tidak bisa dinilai Tidak bisa dinilai Kesan Lidah Warna Merah muda Merah muda Bentuk Bergranul Bergranul Deviasi Tidak ada Tidak ada Massa Positif, Bergranul, Multiple Positif, Bergranul, Multiple Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher Inspeksi : Terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening pada regio submandibula sinistra Palpasi : Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada regio submandibula sinistra, ukuran ±6 cm, konsistensi keras, terfiksir, nyeri tidak ada. 3.4 Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium(Pada tanggal 05 Agustus 2015) Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan Hemoglobin 11,9 gr/dl 12 - 15 gr/dl Eritrosit 4,3.106/mm3 4,2-5,4. 106/mm3 Leukosit 16,1.103/mm3 4,5-10,5.103/ mm3 Trombosit 57.103 / mm3 150-450.103/ mm3 Hematokrit 37 % 37-47% Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan Eosinofil 1 0-6% Basofil 1 0-2% Netrofil Segmen 89 50-70% Limfosit 7 20-40% Monosit 2 2-8% Hasil Pemeriksaan Foto Thorax PA (Pada tanggal 04 Juli 2015) Kesimpulan : Foto thorax dalam batas normal Hasil pemeriksaan CT-Scan Orofaring Kontras- Non Kontras (Pada tanggal 27 Juli 2015) Kesimpulan : Massa lidah yang meluas ke orofaring kanan kiri dengan kecurigaan infiltrasi ke kelenjar submandibular kiri Limfadenopati perijuguler kiri dengan ukuran sebesar 1,5 x 2,14 cm Sinusitis frontal kanan dengan kalsifikasi Terpasang trakeostomi dengan stoma setinggi C5 dengan distal setinggi Th4 Penebalan pleura apikal bilateral Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi (Pada tanggal 23 Juli 2015) Kesimpulan : C5. Malignant Smear, Squamous Cell Carcinoma Lidah yang telah bermetastasis pada kelenjar getah bening coli sinistra. Hasil Pemeriksaan USG Ginjal (Pada tanggal 29 Juli 2015) Kesimpulan : - PNC Kidney RK - Nefrocalcinosis RK - Contracted Kidney RK Hasil Pemeriksaan USG Hepar (Pada tanggal 29 Juli 2015) Kesimpulan : - Hepatitis Kronis Colesistitis Kronis Hasil Pemeriksaan USG Pankreas (Pada tanggal 29 Juli 2015) Kesimpulan : - Besar dan bentuk dalam bentuk normal Hasil Pemeriksaan USG Vesica Urinaria (Pada tanggal 29 Juli 2015) Kesimpulan : - Kesan vesica urinaria tidak tampak SOL, tidak tampak sludge Tidak tampak stone Residu urin minimal / hamper kosong Uterus / Adnexa normal Foto Klinis Pasien (Pada Tanggal 13 Agustus 2015) 3.5 Diagnosis Karsinoma lidah jenis Squamous Cell Carcinoma 3.6 Penatalaksanaan 1. Terapi supportif : menjaga hygienitas mulut dan menghindari makan zat adiktif seperti pinang, sirih, dan tembakau 2. Terapi medikamentosa : IVFD RL 20 gtt/menit Ketorolac 3 x 30 mg Ceftriaxon 1 gr/12 jam Kemoterapi dengan pen ggunaan Brexel 80 mg 3. Terapi operatif : Trakeostomi untuk mencegah airway obstruction 3.7 Prognosis Quo ad vitam : Dubia et Malam Quo ad functionam : Dubia et Malam Quo ad sanactionam : Dubia et Malam BAB IV PEMBAHASAN Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan benjolan pada lidah sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Tanda-tanda yang spesifik pada tumor lidah adalah suatu massa atau ulkus yang merupakan jaringan epitel yang terkoyak. Jaringan epitel yang hilang bersifat menyeluruh sehingga jaringan ikat di bawahnya menjadi terbuka. Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng berlapis) , juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Benjolan awalnya sebesar kacang tanah kemudian lama kelamaan semakin membesar. Benjolan tidak disertai dengan nyeri. Di dalam mulut, ulkus biasanya disertai rasa sakit, kecuali tumor mulut yang ganas mempunyai gejala di awal pembentukannya lesi sering tidak sakit, sehingga tidak terlalu diperhatikan oleh penderitanya. Lesi akan terasa sakit bila terjadi infeksi atau bila tumor menginvasi jaringan saraf. Pasien mengatakan keluhan yang pertama kali dirasakan adalah sakit gigi kemudian gusi membengkak disertai dengan sariawan dan leher yang membengkak. Dengan semakin berkembangnya lesi, akan terjadi kesulitan menelan, mengunyah dan bicara, yang disertai rasa sakit. Lokasi tumor biasanya pada lidah, dasar mulut, mukosa bukal, linggir alveolar (merupakan > 60% lesi kanker mulut). Penjabaran bentuk tumor didefenisikan sebagai bentuk bulat, berliku-liku, atau tidak beraturan, dengan tepi tinggi, bergulung dan menonjol. Dasar lesi apakah berbentuk granular dan kasar, dapat dengan mudah berdarah, dan pada jaringan di bawah lesi dapat ditemukan indurasi dan perlekatan dengan jaringan yang lebih dalam. Di daerah leher ditemukan pembesaran kelenjar yang tidak nyeri. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen. Penyebaran melalui pembuluh limfa biasanya berupa penyebaran melalui nodus limfatik regional. Sekitar 30% pasien datang dengan keluhan adanya keterlibatan nodus limfatik. Nodus yang membesar menjadi semakin padat atau keras, tidak ada nyeri tekan, dan melekat dengan jaringan di sekitarnya. Limfadenopati dapat merupakan gambaran klinis awal pada karsinoma lidah. Pasien telah mengkonsumsi sirih selama kurang lebih 20 tahun Selain itu di beberapa negara, seperti India, Nepal, Pakistan dan juga termasuk Indonesia, memiliki kebiasaan makan sirih yang biasanya terdiri dari buah pinang (areca nut) yang dibungkus dengan daun sirih, dan memakan bersama-sama dengan tembakau. Kebiasaan makan buah pinang ini ternyata sudah lebih dulu dari pada pemakai tembakau. Buah pinang sendiri memiliki sifat adiktif dan dari penelitian saat ini terdapat bukti yang cukup bahwa buah pinang bersifat karsinogenik. Pemakaian bersama-sama dengan tembakau, campurannya menjadi lebih adiktif dan karsinogenik. Hal ini dapat menyebabkan tumor pada lidah. Dari hasil pemeriksaan CT-Scan orofaring didapatkan gambaran massa lidah yang meluas ke orofaring kanan kiri dengan kecurigaan infiltrasi ke kelenjar submandibular kiri. Limfadenopati perijuguler kiri dengan ukuran sebesar 1,5 x 2,14 cm. CT Scan dan Megnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan apakah terdapat metastase atau tidak. Dari hasil pemeriksaan patologi anatomi didapatkan jaringan Malignant Smear, Squamous Cell Carcinoma Lidah yang telah bermetastasis pada kelenjar getah bening coli sinistra. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling sering terjadi dalam rongga mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus keganasan pada rongga mulut. Pada stadium dini tidak terasa sakit dan tampak sebagai lesi ulserasi, fisur, atau keratosis yang dapat diketahui dengan palpasi. Daerah pada lidah yang mempunyai frekuensi tinggi terhadap kelainan ini adalah lateral dan ventral lidah. Jika bagian 2/3 posterior lidah dan dasar lidah sudah terkena, maka prognosis menjadi buruk karena sulit mencapai daerah lesi dan lokasinya dekat dengan organ vital. Kurang lebih 95% karsinoma sel skuamosa pada rongga mulut (OSCC) terjadi pada umur lebih dari 40 tahun, dengan usia rata-rata kurang lebih 60 tahun Lidah dan bagian dasar lidah serta penyakit keganasan pada tonsil mengalami peningkatan insiden pada usia 20 hingga 44 tahun. Pada 330 kasus pada karsinoma pada lidah yang dilaporkan rata-rata penderita tersebut berumur 53 tahun dengan jarak umur 32 tahun sampai dengan 87 tahun, sehingga penyakit tersebut merupakan penyakit pada orang tua tetapi dapat juga terjadi pada orang-orang yang relatif muda. Pemilihan tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah kemoterapi. Radioterapi digunakan untuk mengontrol masa residual mikroskopis lokal atau luas, sementara kemoterapi sistemik berperan pada sitoreduksi primer dan juga eradikasi luas masa dengan mikrometastasis. Obat-kemoterapi konvensional saat ini lebih bersifat efektif merawat satu subset penyakit ini dengan menghambat produk gen yang diekspresikan pada kanker tertentu. Namun, karena gen sel kanker sangat tidak stabil serta perubahan gen terus terjadi sehinggah mengubah karakteristik baik tumor primer maupun massametastatiknya, maka hal tersebut tidak menjamin bahwa bahan kemoterapi tersebut dapat menghambat progresi penyakit. Sebaliknya, bahan kemoterapi yang secaraefektif dapat menghambat angiogenesis terlihat lebih efektif pada hampir semua tumor karena bahan tersebut bekerja pada sistem vaskularisasi dengan sel endotel yang lebih stabil. BAB V KESIMPULAN Karsinoma sel skuamosa pada lidah merupakan tumor ganas yang berasal dari mukosa epitel rongga mulut dan sebagian besar merupakan jenis karsinoma epidermoid. Karsinoma sel skuamosa lidah berkisar antara 25 sampai 50 % dari semua kanker ganas didalam mulut. Pada kasus, seorang perempuan usia 67 tahun, pasien datang keRumah Sakit karena keluhan terdapat benjolan pada lidah sejak ±1 bulan yang lalu.Benjolan pada lidah awalnya muncul sebesar kacang tanah kemudian terus membesar dalam waktu 1 bulan belakangan ini. Benjolan berwarna merah muda, berdungkul-dungkul dan saat ini sudah sebesar bola pimpong.Benjolan tidak disertai dengan rasa nyeri. Lokasi tumor biasanya pada lidah, dasar mulut, mukosa bukal, linggir alveolar (merupakan >60% lesi kanker mulut). Penjabaran bentuk tumor didefenisikan sebagai bentuk bulat, berliku-liku, atau tidak beraturan, dengan tepi tinggi, bergulung dan menonjol. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling sering terjadi dalam rongga mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus keganasan pada rongga mulut. Pada stadium dini tidak terasa sakit dan tampak sebagai lesi ulserasi, fisura, atau keratosis yang dapat diketahui dengan palpasi. Pemilihan tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah kemoterapi. Radioterapi digunakan untuk mengontrol masa residual mikroskopis lokal atau luas, sementara kemoterapi sistemik berperan pada sitoreduksi primer dan juga eradikasi luas masa dengan mikrometastasis. DAFTAR PUSTAKA Warshawsky S, Landolph JR. Molecular Carcinogenesis and the Molecular Biology of Human Cancer, 1st ed. Boca Raton USA, Taylor & Francis Group, 2006 : 6 Sirait, AM. 2013.Faktor Resiko Tumor/Kanker Rongga Mulut. ejournal.litbang.depkes.go.id>Home>Vol23,No3Sep(2013)>Sirait King RJ, Robins MW. Cancer Biology, 3rd ed. England, Pearson Education Limited, 2006 : 209-29 Wood, N.K and Sawyer D.R., 1997, Oral Cancer, dalam Wood, N.K. dan Goaz, P.W. (eds): Differential Diagnosis Of Oral and Maxillofacial lesion, Mosby Inc., St. Louis Missouri, 587-595 Adams, George L., Boies, Lawrence R., Higler, Peter A.1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC, 264-266 Gosselin, Benoit., 2015. Malignant Tumors of The Base of Tongue. emedicine.medscape.com/article/847955-overview Munir, Masrin., Soepardi, Efiyati AS., Iskandar, Nurbaiti., Bashiruddin Jenni., Restuti, Ratna D. 2009. Tumor Ganas Rongga Mulut dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi keenam. Jakarta : FKUI. 191-193 32