Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
3 pages
1 file
Kecerdasan anak dPt diperlihatkan lewat banyak cara baik itu melalui kata-kata, angka, music, gambar, kegiatan fisik (kemampuan motorik) atau lewat socialemosional.Karenanya banyak hasil riset kecerdasan siswa menyarankan para orangtua untuk memberi banyak pengalaman dan stimulasi kepada siswa.Stimulasi dan sensasi pengalaman yabg intens itu berguna untuk membangkitkan kecerdasan siswa yang dikristalkan ke dalam konsep teori kecerdasan yang disebut multiple intellegences atau kecerdasan majemuk/ganda (Gunawan,2006).Hal tersebut merupakan pertanda bahwa teori kecerdasan jamak (multiple intellegences) mulai mendapat perhatian untuk digunakan sebagai acuan dalam berbagai aktifitas untuk memacu perkembangan manusia.
multiple intelegences merupakan teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan oleh Howard Gardner
2018). Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini menjelaskan tentang mnusia (hakikat, martabat, dn tanggung jawab manusia) dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat.
TEORI MULTIPLE INTELEGENSI (KECERDASAN MAJEMUK) DALAM PEMBELAJARAN A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, melakukan perubahan kurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga kalangan swasta yang mulai melirik dunia pendidikan dalam mengembangkan usahanya. Sarana untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah masih dirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah swasta yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kenyataan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Seto Mulyadi (2003), seorang praktisi pendidikan anak, bahwa suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, di atas tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis (Kompas, 6 Agustus 2003). Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner padan tahun 1983. Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain. Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang " Learning Disabled " atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Teori Multiple Intelligenci yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru di dalam menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Insan Kancil (Kompas, 13 Oktober 2003), pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini cenderung mengambil
ARTIKEL HAKIKAT KONSTITUSI, 2022
Topik yang akan dibahas dalam artikel ini adalah teori dan konsep yang berkaitan dengan hakikat konstitusi secara umum. Namun, artikel ini memberikan kajian yang ditelaah agak mendalam dan secara komprehensif, mengingat pengenalan kita terhadap konstitusi itu sangatlah penting. Mengapa? Karena tanpa mengetahui hakikat awal dari teori atau pengertian konstitusi sebagai hukum tertinggi sebuah negara, sangat sulit beralih pada pengetahuan yang lain untuk memahami struktur hukum sebuah negara secara keseluruhan. Hakikat dari konstitusi itu sendiri adalah kontrak sosial, yang secara sederhana berarti kesepakatan antara penguasa dan yang dikuasai tentang hal apa saja yang akan diatur nantinya. Maka dari itu, penting adanya ketika setiap substansi dari konstitusi sesuai dengan kehendak masyarakat. Namun, sesuai dengan judul artikel ini, akan dikaji lebih dalam tentang hakikat konstitusi, sifat-sifat konstitusi, serta fungsi dan bentuk dari konstitusi.
Dakwah dalam Islam merupakan tugas yang sangat mulia, yang juga tugas para Nabi dan Rasul, juga merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah bukanlah pekerjaan mudah, tidak mudah seperti membalikan telapak tangan, dan juga tidak dapat di lakukan oleh sembarang orang.Seorang da'I harus mempunyai persiapan-persiapan yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Sangat susah di bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da'i tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk baik secara pribadi ataupun sosial. Juru dakwah (da'i) adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan dakwah. Seorang da'i yang dimaksud didalam makalah ini adalah da'i yang bersifat umum, artinya bukan saja da'i yang profesional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendaknya memiliki kepribadian, identitas, visi dan karakteristik yang baik sebagai seorang Da'i.Pada klasifikasi ini seorang Da'i harus memiliki banyaknya empat tersebut.
MAKSUD Pemasyarakatan HaKI di kalangan pengusaha IKM dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya daya kreasi dan inovasi intelektual sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh para pengusaha industri yang ingin maju sebagai faktor pembentuk kemampuan dayasaing industri. Oleh karena itu karya temuan orang lain yang didaftarkan untuk dilindungi harus dihormati dan dihargai. Di samping itu kesadaran dan wawasan mengenai HaKI diharapkan akan dapat menimbulkan motivasi dan dorongan agar pengusaha IKM terdorong untuk berkreasi dan ber-inovasi di bidang produk dan teknologi produksi, serta manajemen. Pelatihan HaKI dimaksudkan untuk memberikan informasi serta pengetahuan kepada para pengusaha industri kecil dan menengah, LSM, Yayasan dan Asosiasi, sehingga mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang Hak Cipta sebagai karya cipta manusia, Paten serta Merek maupun HaKI lainnya. TUJUAN 1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta pelatihan dalam peraturan-peraturan, hukum yang berlaku serta sanksi-sanksi dalam penerapan HaKI. 2. Agar para peserta pelatihan mengetahui prosedure penerapan HaKI dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan HaKI. 3. Agar para peserta termotivasi untuk menciptakan hal-hal baru di bidang produk industri yang menyangkut disain, proses produksi serta pemakaian merek sendiri.
Esta monografia busca traçar uma possível análise da constituição da identidade pergamense enquanto um reino helenístico. Junto à investigação histórica, também visamos trazer para a língua portuguesa um balanço historiográfico acerca das pesquisas sobre Pérgamo. Nosso recorte é o período no qual a cidade de Pérgamo foi governada pela dinastia atálida, isto é, entre 281 a.C. e 133 a.C., enquanto que espacialmente delimitamos nosso escopo de pesquisa à cidade tardo-helenística de Pérgamo e as áreas que compuseram seu reinado, tais como suas colônias e outras póleis sob seu jugo. Por suas veredas, Ocidente e Oriente se cruzam. A Ásia Menor é ponto de confluência de tradições, símbolos, pessoas. Considerados como opositores no universo imagético e simbólico ateniense, os persas foram governantes de Pérgamo por um longo período de tempo, tornando a região da Mísia parte da satrapia de Sardes. No encontro entre tradição textual e Cultura Material, nota-se uma delicada e complexa rede de contatos em diferentes dimensões (religiosa, cultural, linguística, militar, política, etc). Dessas conexões, nosso foco repousa no imbricamento entre diplomacia e religiosidade. Neste efervescente encontro, a prática evergética dos atálidas nos ressalta a atenção. Esta encruzilhada helenística nos lança luzes para compreendermos as bases do comumente conhecido 'cânone ocidental', isto é, o modelo civilizacional pautado na "pólis de Atenas do século V a.C.". Nosso horizonte de expectativas é demonstrar como o processo de consolidação dinástica dos atálidas e a constituição de uma identidade pergamense corroborou para o firmamento das bases desse cânone.
Câu 1: -Sản xuất hàng hóa: Là sản xuất ra sản phẩm để bán. Hay nói cách khác, sản xuất hàng hóa là cách thức tổ chức sản xuất mà trong đó, sản phẩm làm ra không phải để đáp ứng nhu cầu tiêu dùng của chính người trực tiếp sản xuất ra nó mà để đáp ứng nhu cầu tiêu dùng của người khác thông qua trao đổi, mua bán.
Gregor Ferenc, A szlovák nyelv magyar elemei. Budapest: Kairosz Kiadó, 953 p. ISBN: 9789635141579 , 2023
International Journal of All Research Education & Scientific Methods
Indian Journal of Applied Research, 2015
Arquivos entomolóxicos, 2013
Estudios Sociológicos de El Colegio de México, 2023
Tijdschrift Voor Bedrijfs- En Verzekeringsgeneeskunde, 2017
Ido Movement for Culture. Journal of Martial Arts Anthropology, 2021
Independent Journal of Management & Production , 2021
Water Science and Technology, 2021
Proceedings of the International Conference on Pattern Recognition Applications and Methods, 2015
Sbornik: Mathematics, 2007
Artificial intelligence in medicine, 2015
Advances in Chemical Engineering and Science
In: Svět literatury — Le Monde de la Littérature, numéro thématique “Le flou”, 2024, pp. 83-95. ISSN 0862-8440.
Derecho de la comunicación, selección de casos prácticos. Obra adaptada al Grado en Derecho , 2019