Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
E- SUPPLY CHAIN MANAJEMEN DAN KEUNGGULAN
BERSAING
1Magister
Vivi Lusiana*1, Ilyas Masudin2, Fien Zulfikarijah3
Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang ,2,3Teknik Industri Universitas
Muhammadiyah Malang
Kontak person:
Vivi Lusiana
e-mail:Vivilusiana891@yahoo.com
Abstract
Electronic Supply Chain Management (E-SCM) merupakan sebuah keniscayaan di tengah
kemajuan teknologi dan globalisasi rantai pasok. E-SCM digunakan untuk menentukan langkah dan
strategi suppply chain perusahaan yang dalam mengurangi biaya yang tidak diperlukan dalam rantai
pasok. Poin penting dalam E-SCM ini adalah untuk menghemat waktu dalam proses distrubusi produk
dan mengontrol turnover proses supply-demand di sepanjang rantai pasok. Artikel ini mencoba untuk
membahas secara teoritis tentang E-SCM dan pengaruhnya terhadap proses bisnis. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa adanya platform baru dari SCM yang bernama E-SCM yang akan
menjadi trend baru bagi pelaku bisnis untuk meningkatkan global competitiveness dalam menghadapi
persaingan strategi SCM yang semakin ketat dengan mengadopsi sistem pertukaran nformasi secara
electronic di sepanjang rantai pasok.
Kata Kunci : E-Supply chain management, strategi, platform.
1. Pendahuluan
Persaingan bisnis yang semakin ketat menjadi alasan yang kuat mengapa setiap perusahaan
harus mempunyai sebuah formula yang diyakini mampu memenangkan mereka dalam persaingan
keunggulan produk. Berbagai macam strategi operasi terapkan untuk meningkatkan keunggulan
bersiang termasuk strategi rantai pasok yang efisien dan responsive. Di awal tahun 90-an, sebuah
metode dalam manajemen rantai pasokan menemukan titik cerahnya. Supply Chain Management atau
SCM telah menjadi penemuan penting yang berkembang pada saat itu. Metode analisis yang kuat
menjadikan SCM sebagai sebuah system yang mampu membuat sebuah perusahaan berkembang
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Supply chain management merupakan sebuah sistem yang
memiliki fungsi untuk mengawasi alur perjalanan bahan baku sampai produk jadi sampai ke tangan
konsumen dengan sempurna. Simchi dan Levi (2008) menjelaskan bahwa Supply Chain Management
adalah sebuah proses yang mengawasi dan memperhatikan alur dari perjalanan bahan baku hingga
menuju kepada konsumen. Dengan kata lain, SCM melakukan pengawasan dan pengontrolan bahan
baku, kemudian mengolahnya dan menjadikannya barang yang siap dikonsumsi oleh konsumen.
Mereka mendefinisikan SCM sebagai “The most popular area in logistic is Supply Chain Management
(SCM) which is defined as the process of planning, implementating and controlling all activities involved
such as material or product movement, storage of materials, work-in-progress inventory and finished
product from supplier to end costumer” (Simchi-Levi, Kaminsky, & Simchi-Levi, 2008).
Era globalisasi pada saat ini mendorong berkembangnya teknologi yang semakin meningkat
sehingga mendorong suatu perusahaan untuk menerapkan SCM secara elektronik dengan melalui
internet yang biasa disebut dengan Electronic Supply Chain Management (E-SCM). Dengan
menggunakan E-SCM maka aliran informasi antar perusahaan dengan pemasok serta distributor akan
dapat lebih cepat sampai karena internet dapat dengan mudah diakses kapan saja ketika dibutuhkan.
Dari penjabaran diatas mengenai SCM, maka artikel ini akan menjelaskan secara gambling pengaruh
E-SCM terhadap perkembangan analisis produksi sebuah perusahaan. Perusahaan saat ini harus
dapat mempertimbangkan adanya penerapan E-SCM karena mengingat proses bisnis yang semakin
kompleks dan banyak pihak yang terlibat didalam perusahaan tersebut. Dengan adanya E-SCM maka
perusahaan diharapkan dapat menerapkan E-SCM dengan baik sehingga perusahaan tersebut dapat
terus berkembang dan meningkatkan persaingan bisnis yang ada (McLeod Jr and Schell, 2001). Artikel
ini mencoba menjelaskan alur dan bagaimana system kerja SCM dan E-SCM berjalan melalui berbagai
system dan pendekatan yang akan dilalui jika perusahaan menggunakan E-SCM dan meng-explore
beberapa poin terkait pendekatan dalam E-SCM dan platform E-SCM.
SENTRA 2017
III-1
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
2. Metode Penelitian
Supply Chain Management vs. Electronic Supply Chain Management
SCM merupakan serangkaian aktifitas yang terlibat dalam proses transformasi bahan utama atau
bahan mentah menjadi bahan produksi hingga menjadi barang yang siap dikonsumsi oleh konsumen
(Anwar, 2011). SCM tidak hanya mengatur tentang perubahan bahan baku hulu hingga produksi hilir,
namun juga mengatur hubungan yang terkait didalamnya seperti yang dijelaskan oleh (Lambert et al.,
1998), bahwa stidaknya ada 8 sistem mekanisme yang diperhatikan didalam SCM. Diantaranya adalah:
1) Hubungan baik antara produsen dan konsumen, 2) Pelayanan konsumen, 3) Pemahaman tentang
permintaan pasar, 4) Pemenuhan permintaan pasar, 5) Alur pengolahan bahan baku, 6) Ketepatan
dalam ukuran, 7) Perencanaan produk dan pemasarannya, 8) Perputaran manajemen.
Dalam 8 poin tersebut sudah jelas terlihat bahwa perjalanan pengolahan produk dari mulai bahan
baku hingga sampai ke konsumen dapat dibaca dan di analisa melalui Supply Chain Management.
Karena fungsi sebenarnya SCM adalah untuk mambantu pengembangan produksi sebuah perusahaan
manufaktur dan menekan biaya-biaya yang tidak diperlukan oleh perusahaan manufaktur. Delapan
kunci utama yang disampaikan oleh Lambert and Cooper tersebut menjadi langkah awal yang harus
diperhatikan untuk memaksimalkan metode SCM agar dapat berjalan dengan baik dan benar. Semua
aspek yang dijangkau oleh sistem ini akan menjadi subjek penelitian SCM yang akan memberitahukan
kepada perusahaan pengguna SCM tentang apa saja kendala yang terjadi didalam perkembangan
perusahaan selama ini. Contohnya adalah menjaga hubungan baik antara produsen dan konsumen.
Meskipun hal tersebut terlihat sepele, akan tetapi hal tersebut sebenarnya merupakan hal terpenting
untuk dilakukan, karena konsumenlah yang nantinya akan menjadi sumber pemasukan terbesar yang
kita dapatkan.
Gambar 1. Supply Chain Management (sumber: Cooper (1997))
SCM akan menjadi sebuah system yang baik jika perusahaan tersebut mampu menerapkan
system dengan baik dan benar juga. Penerapan SCM yang baik akan membuat semua permasalahan
yang terjadi didalam sebuah perusahaan dapat diketahui dengan baik dan benar, serta
pengantisipasian permasalahan yang terjadi juga bisa dihindari dengan melakukan analisis secara
mendalam terhadap sebuah permasalahan yang terjadi dengan segala solusinya(Christopher, 2016).
Suatu perusahaan yang mampu menjalankan kegiatan SCM dengan benar maka perusahaan tersebut
akan mendapatkan banyak manfaat serta keuntungan dari SCM tersebut. Keuntunggan tersebut tidak
hanya merupakan keuntungan jangka pendek akan tetapi juga keuntungan dalam jangka panjang.
Seperti kemungkinan adanya peningkatan profit dari adanya kerjasama yang berkepanjangan dengan
berbagai pihak, perluasan pangsa pasar, serta kepuasan konsumen. Terdapat dua hal yang penting
dalam SCM, yang pertama adalah kolaborasi hasil usaha bersama antar setiap bagian atau proses
dalam siklus produk dan yang kedua adalah SCM dapat meng-cover seluruh kegiatan siklus produk
[11].
Electronic Supply Chain Management (E-SCM) merupakan sebuah sistem yang dikembangkan
untuk mengikuti kemajuan jaman yang sudah didukung dengan system pertukaran informasi secara
electronic, pada prinsip dasarnya E-SCM sama fungsinya dengan SCM pada umumnya. Electronic
Supply Chain Management adalah sebuah platform yang digunakan untuk menjalankan SCM manual
menjadi sebuah system digital. Penggunaan metode E-SCM ini akan sangat membantu para pelaku
bisnis untuk mengawasi perputaran barang yang terjadi dibawah system SCM. SCM harus segera
dilakukan ketika barang hasil produksi menumpuk dan berlebihan, karena hal ini mengakibatkan biaya
pemeliharaan barang hasil produksi menjadi meningkat sehingga biaya perawatan juga akan meningkat
[2]. Ketepatan waktu dan ketersediaan barang hasil produksi sangat berpengaruh terhadap
penghematan biaya produksi. Agar barang tidak menumpuk digudang maka perusahaan perlu
III - 2
SENTRA 2017
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
memeriksa hal-hal apa saja yang ada didalam system perputaran barang antara persediaan barang
yang ada didaftar permintaan dengan barang yang harus dipersiapkan untuk memenuhi permintaan
tersebut (Rudy et al., 2015).
Menjaga kualitas mutu barang hasil produksi juga menjadi sebuah hal yang harus diperhatikan,
sehingga 8 aspek yang diungkapkan oleh Lambert and Cooper, bisa berjalan dengan baik, karena
kualitas mutu menjadi sebuah alat yang digunakan oleh produsen kepada konsumennya. Proses ESCM ini merupakan sebuah system yang berintergritas, dan jika membahas SCM ini maka harus
dilakukan secara menyeluruh yaitu baik dari pihak eksternal dan internal perusahaan. Sehingga
perusahaan akan menemukan sebuah system yang harus diperhatikan dalam analisisnya [2].
Gambar 2. Arsitektur E-SCM (sumber: Indrajit dan Joko Pranoto (2003))
3. Hasil penelitian dan pembahasan
Platform E-SCM
Pada era globalisasi saat ini perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat mendorong
perusahaan untuk menerapkan SCM secara elektronik melalui media internet, yang lebih dikenal
dengan Electronic Supply Chain Management (E-SCM). Saat ini perusahaan perlu melakukan
penerapan E-SCM mengingat proses bisnis yang komplek serta banyak pihak yang terlibat di dalam
perusahaan tersebut. Dengan menerapkan E-SCM ini diharapkan perusahaan dapat terus berkembang
untuk menghadapi persaingan bisnis (Rudy et al., 2015).
Begitu juga yang terjadi dalam sebuah analisis yang dilakukan oleh metode SCM yang dipakai
oleh perusahaan. Metode e-SCM menjadi sebuah platform yang mampu membantu kinerja perusahaan
dalam menjalankan metode SCM-nya. Seperti yang diungkapkan oleh (Kusumawati and Wulandari,
2016) untuk menciptakan sebuah keunggulan dalam persaingan usaha, maka diperlukan sebuah
system informasi yang berkembang didalam perushaan tersebut. Hal ini tentunya akan menjangkau
segala lini yang digunakan untuk mengalisis berbagai aspek yang diperluka untuk melakukan analisis
SCM. Menjangkau semua lapisan menjadi hal yang penting, semua system yang masih menggunakan
system manual akan terbantu dengan menggunakan system informasi yang tersentralisasi kepada
bagian yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjangkau semua elemen yang berkaitan.
E-SCM bukan hanya sebuah platform internet, melainkan sebuah media control yang sangat
akurat di era-globalisasi sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa semua orang dijaman sekrang
sudah mulai melek akan teknologi yang berkembang. Dalam situasi tertentu sosial media memiliki
peranan penting dalam metode pemasaran sebuah produk, sehingga banyak perushaan yang
menggunakan metode analisis sosial media sebagai tolak ukur dalam kegiatan marketingnya.
Pendekatan E-SCM
Dalam menjalankan E-SCM sebuah perusahaan harus memilih pendekatan apa yang harus
dilakukan untuk mendekatkan hubungannya antara konsumen dengan produsen, produsen penyuplai
bahan baku dengan perusahaan manufaktur dan selanjutnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan
iklim perdagangan yang sehat dan menjalin komunikasi yang baik antara pihak yang berhubungan
dalam proses penciptaan barang manufaktur. Didalam persaingan keunggulan perusahaan, SCM
menjadi sebuah langkah awal yang harus dilakukan agar perusahaan dapat meneliti dan menganalisis
pengeluaran yang dilakukan oleh perushaan.
Didalam pelaksanaan analisis SCM, perusahaan harus mampu menelaah sudut-sudut mana saja
yang bisa dijadikan senjata dan yang menjadikan kelemahan perkembangan perusahaan tersebut. Agar
SENTRA 2017
III-3
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
perusahaan dapat mengetahui kinerja perusahaan yang telah menggunakan SCM maka perusahaan
dapat melakukan pendekatan dengan melalui metode preference of actifity yang dapat mengukur
masalah cost, time, capacity, capability, utility,outcome, dan productivity (Luthfiana, 2012). Selain
metode preference of actifity metode lain yang dapat digunakan adalah metode SCOR (Supply Chain
Operation Reference) yaitu sebuah metode yang dapat digunakan dalam menganalisa kurva
perkembangan keunggulan suatu perusahaan dengan menerapkan metode SCM [1].
Jika hasil dari analisa SCM sudah dianggap mampu untuk melaksanakan pengontrolan sirkulasi
dan lainnya, maka pelaksanaan SCM ini sendiri bisa dilakukan dengan E-SCM yang mampu
menghemat lebih banyak biaya pengeluaran utuk melakukan hubungan dengan mitra, konsumen serta
penagawan yang melekat dalam pelaksanaan SCM secara manual.
Performance E-SCM
Sebelum suatu perusahaan menerapkan E-SCM perusahaan harus menentukan kesiapan
perusahaan tersebut dengan menerapkan 5 tahapan penting yang harus dipenuhi. Tahapan tersebut
adalah (Ross, 2016) : a) Energize The Organization yaitu untuk mempersiapkan sebuah organisasi
untuk E-SCM sebelum menentukan strategi bisnis. b) Enterprise Vision yaitu tujuan untuk mengetahui
tingkat pentingnya E-SCM dalam suatu perusahaan. c) Supply Chain Value Assessment yaitu untuk
mengidentifikasi dan memberikan prioritas yang akan dipilih sehingga memberikan keuntungan besar
terhadap perusahaan dan rekan bisnis. d) Opportunity Identification yaitu digunakan untuk
memprioritaskan alternative dari E-SCM. e) Strategy Decision yaitu digunakan setelah pemetaan
peluang dari E-SCM selesai sehingga prusahaan dapat memulai proses perencanaan.
Untuk melakukan E-SCM juga harus menerapkan sebuah rancangan yang mempunyai 6
tahapan. Menurut Ross (2016) tahapan-tahapan tersebut adalah a). Developing E-SCM Strategy.
Dalam mengembangkan strategi E-SCM terdapat beberapa segmen serta tahapan yang harus
diperhatikan. Segmen tersebut dalah constructing the business value proposition, devining the value
portofolio, structuring the scope of collaboration, pursuing growth management, dan ensuring effective
resource management. b). Customer Service Management. Ada 3 fungsi, yang pertama adalah
pemasaran (menciptakan merk, promosi, pengiklanan, memilih produk, mengidentifikasi customer, dll),
yang kedua adalah penjualan produk, dan yang ketiga adalah layanan, c). Manufacture and Supply
chain Planning. Merupakan gambaran dari manufaktur, computer untuk merespon kebutuhan operasi,
serta termasuk pengadaan barang, d). Supplier Relationship Management. Terdapat 3 bagian yaitu
EBS backbone functions, service functions, dan processing, e). Logistic Resource Management. E-LRM
(Electronic Logistic Resource Management) yaitu proses pada manufaktur dan supplier yang
menggerakan produk dan layanannya kepada konsumen dengan menggunakan internet, f).
Architecting. Arsitektur untuk memahami arsitektur yang bagaimana yang digunakan dalam e-SCM
yaitu meliputi system hardware, system software, spesifikasi database, serta network.
Management Risk Dari E-SCM
Pada umumnya, E-SCM juga memiliki resiko didalam penangannya. Sama halnya dengan
gangguan pada Supply Chain Management (SCM) yang berdampak negatif dalam jangka panjang
terhadap perusahaan dan banyak perusahaan yang bahkan tidak mampu pulih secara cepat dari
dampak negatif tersebut. Terjadinya suatu bencana juga merupakan salah satu faktor yang dapat
menghambat sektor bisnis, yang mengakibatkan banyaknya SCM yang mengalami break down dan
banyak diantaranya juga tidak pulih kembali. Meskipun demikian, terdapat juga beberapa SCM yang
robust serta mampu bertahan dan bahkan mampu untuk tetap memenuhi kebutuhan pelanggannya di
tengah badai krisis yang terjadi. Hal ini tentunya membutuhkan adanya suatu SCM yang robust
terhadap berbagai gangguan yang terjadi (Geraldin et al., 2007).
Dalam menjalankan program E-SCM, sebuah perusahaan juga harus memiliki kemampuan untuk
menangkal resiko yang akan terjadi didalam perkembangan sebuah perusahaan, salah satu contoh
manajemen risk adalah menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Dalam
metode ini perusahaan yang menggunakan metode SCM harus mengantisipasi segala hal yang
mungkin terjadi. FMEA memiliki langkah dan tujuan yang beragam dalam pengaplikasiannya seperti
Risk Assesment dan Risk Control. Dalam pembagian management resiko yang dihadapi masing masing
bagian memiliki fungsi sendiri seperti management risk asassment yang dapat digunakan untuk
mengantisipasi tentang dampak atau efek dari resiko yang terjadi, dimulai dari mengidentifikasi
permasalahan, mengalisis, dan memprioritaskan permasalahan yang harus dihadapi terlebih dahulu.
Sedangkan Risk Control adalah management resiko yang digunakan untuk membawahi bagaimana
mengatur rencana dalam menghadapi resiko yang terjadi, mencari peluang dan resolusi dari resiko
yang akan dihadapi, serta tentang bagaimana mengawasi alur resiko itu akan terjadi (Badariah et al.,
2012).
III - 4
SENTRA 2017
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
Berdasarkan penjelasan diatas maka ditemukan sebuah formula yang harus dilakukan agar
metode E-SCM mampu menjadi solusi dari sebuah permasalahan tentang keunggulan sebuah
perusahaan dalam menciptakan dan memasarkan produk hasil manufakturnya. Langkah-langkah diatas
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya karena didalam sebuah system yang berkembang sebuah
metode harus mampu menjadi sebuah solusi bagi perusahaan yang menggunakan metode tersebut.
Bullwhip Effect Sebagai Permasalahan Utama
Didunia globalisasi kemajuan teknologi menjadi sebuah senjata yang ampuh untuk melakukan
ekpansi dan pengawasan melekat kepada sebuah system yang diterapkan, maka dari itu perusahaan
harus bisa menentukan peluang dan positioning dalam persaingan perusahaan. Bullwhip Effect juga
menjadi hal yang harus diperhatikan dalam perjalanan SCM.
Bullwhip merupakann sebuah kesenjangan yang tercipta antara kesediaan barang dengan
jumlah permintaan yang ada dipasar. Hal ini terjadi karena kesalahan interpretasi makna yang ada
antara supplier dengan distributor sehinggan menciptakan sebuah fenomena yang disebut Bullwhip
Effect (Parwati and Andrianto, 2009). Bullwhip Efeect dapat diartikan secara sederhana yaitu
merupakan suatu fenomena dimana suatu lonjakan kecil di level konsumen akan berakhibat terjadinya
lonjakan yang sangat tajam pada level produsen. Akibatnya adalah kelebihan stock persediaan,
permintaan jauh lebih kecil, hingga kacaunya jadwal produksi. Didalam Bullwhip Effect terdapat
masalah yaitu adanya simpangan yang jauh antara persediaan yang ada dengan permintaan sering kali
terjadi dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan terjadinya kesalahan dari interpretasi data
permintaan dari tiap-tiap rantai distribusi dan sistem informasi yang terdapat didalam pendistribusian
tersebut bersifat dua arah, dimana retailer menyampaikan informasi permintaan dari konsumen ke
distributor dan dari distributor kemudian menyampaikan informasi tersebut ke manufaktur dan
sebaliknya (Parwati and Andrianto, 2009).
Bullwhip Effect juga menjadi sebuah permasalahan yang sering terjadi didalam system
operasional sebuah perusahaan manufaktur, besarnya permintaan pasar terkadang tidak bisa
diimbangi dengan ketersediaan barang komoditi yang diinginkan oleh pasar. Sehingga terkadang
Bullwhip Effect ini menjadi ancaman yang besar terhadap perkembangan perusahaan (Tsaqiela et al.,
2016). Pada akhirnya kita akan menemukan sebuah metode yang akan menghemat dana awal yang
kita keluarkan untuk memproduksi usaha yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur, jika SCM saja
sudah bisa menghemat dana produksi, maka sudah dipastikan penggunaan E-SCM akan mengurangi
biaya perjalanan untuk melakukan riset dipasar (Sudianto, 2013).
4.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi yang cepat membuat persaingan global yang terjadi tidak lagi menjadi
persaingan antar perusahaan, akan tetapi sudah menjadi persaingan antara strategi SCM. E-SCM
menjadi sebuah alternatif strategi SCM yang bisa dipakai untuk meningkatkan persainagn global. ESCM merupakan evolutionary SCM invention yang merubah proses bisnis menjadi bentuk eletronik
dengan mengadopsi teknologi di sepanjang rantai pasok. Aplikasi E-SCM yang dibangun dapat
mempercepat aliran informasi yang ada di sepanjang rantai pasok, mempermudah proses pencarian
informasi yang dibutuhkan, memudahkan distributor maupun pemasok dalam melakukan transaksi
bisnis tersebut. Aplikasi E-SCM dapat memberikan solusi atas kendala yang dihadapi oleh suatu
perusahaan. Jika sebagian orang berfikir bahwa E-SCM hanya sebuah system yang menganalisa
kelemahan dan kelebihan sebuah perusahaan, maka sebenarnya E-SCM adalah sebuah strategi yang
merangkum keseluruhan pertanyaan seputar analisis perkembangan strategi operasi manufaktur dan
jasa. Karena E-SCM tidak hanya membicarakan penghematan biaya (efficiency), tetapi juga
membicarakan tentang transformasi media yang mereka gunakan yang berbasis pada responsiveness.
Referensi
[1] AHMAD, N. H. & YULIAWATI, E. 2013. Analisa pengukuran dan perbaikan kinerja supply chain di
PT. XYZ. Teknologi, 6.
[2] ANWAR, S. N. 2011. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management): Konsep dan Hakikat.
Jurnal Dinamika Informatika, 3.
[3] BADARIAH, N., SURJASA, D. & TRINUGRAHA, Y. 2012. Analisa supply chain risk management
berdasarkan metode failure mode effects analysis (FMEA). Jurnal Teknik Industri, 2, 110-118.
[4] CHRISTOPHER, M. 2016. Logistics & supply chain management, Pearson UK.
[5] GERALDIN, L. H., PUJAWAN, I. N. & DEWI, D. S. 2007. Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk
Menciptakan Rantai Pasok yang Robust. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Teknik Sipil" TORSI, 5364.
SENTRA 2017
III-5
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
[6] LAMBERT, D. M., COOPER, M. C. & PAGH, J. D. 1998. Supply chain management: implementation
issues and research opportunities. The international journal of logistics management, 9, 1-20.
[7] LUTHFIANA, A. C. 2012. Pengukuran Performansi Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain
Operation Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) Studi Kasus: PT. Indofarma
Global Medika. PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA.
[8] MCLEOD JR, R. & SCHELL, G. P. 2001. Sistem informasi manajemen. Edisi ke-7, Jakarta, PT.
Prenhallindo.
[9] PARWATI, I. & ANDRIANTO, P. 2009. Metode Supply Chain Management Untuk Menganalisis
Bullwhip Effect Guna Meningkatkan Efektivitas Sistem Distribusi Produk. Jurnal Teknologi IST
AKPRIND, 2.
[10] RUDY, R., OCTAVIA, N., TJONG, N. & HARSOYO, T. Analisis dan Perancangan E-SCM (Studi
Kasus: PT. Multi Megah Mandiri). Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF), 2015.
[11] SIAGIAN, Y. M. 2007. Aplikasi Supply Chain Management, Grasindo.
[12] SUDIANTO, E. 2013. Analisis dan Rancangan E-Supply Chain Management Pada Distribusi Karet
Olahan. SKRIPSI MAHASISWA TI S1.
[13] TSAQIELA, B. Q., ARKEMAN, Y. & SANIM, B. 2016. REDuCTiOn OF BullWHiP EFFECT On
COmmODiTY SuPPlY CHAin in FRESH FRuiTS AnD vEGETABlES WHOlESAlE lOTTEmART
BOGOR. Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship (IJBE), 2, 43-51.
III - 6
SENTRA 2017