BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Orang yang mempunyai IQ tinggi tapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan yang lebih besar disbanding dengan orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nya tinggi, artinya bahwa penggunaan EQ atau olahrasa justru menjadi hal yang sangat pending, dimana menurut Goleman dalam dunia kerja, yang berperan dalam kesuksesan karir seseorang adalah 85% EQ dan 15% IQ. Jadi, peran EQ sangat signifikan.
Kita perlu mengembangkan IQ – menyangkut pengetahuan dan keterampilan, namun kita juga harus dapat menampilkan EQ yang sebaik-baiknya karena EQ harus dilatih. Untuk meningkatkan kemampuan IQ dan EQ agar supaya dapat memanfaatkan hati nurani kita yang terdalam maka kita juga harus membina SQ yang merupakan cerminan hubungan kita dengan Sang Pencipta / Allah SWT, melalui SQ kita dilatih menggunakan ketulusan hati kita sehingga mempertajam apa yang dapat kita tampilkan.
Jadi perpaduan antara IQ, EQ dan SQ inilah yang akan membina jiwa kita secara utuh, sehingga kita dapat meniti karir dengan baik, dimana akan lebih baik lagi jika ditambahkan AQ (Adversity Quotient) yang mengajarkan kepada kita bagaimana dapat menjadikan tantangan bahkan ancaman menjadi Jadi yang ideal memang saudara harus mampu memadukan IQ, EQ, SQ dan AQ dengan seimbang sehingga Insya Allah saudara akan menjadi orang yang sukses dalam meniti karier.
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari kecerdasan?
Apa yang di maksud dengan kecerdasan IQ?
Apa yang di maksud degan kecerdasan EQ?
Apa yang di maksud dengan kecerdasan SQ?
Apa yang di maksud dengan kecerdasan CQ?
Apa yang di maksud dengan kecerdasan AQ?
Tujuan
Mengetahui pengertian kecerdasan
Mengetahui apa yang dimaksud dengan IQ,EQ,SQ,CQ,dan AQ
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Kecerdasan
Kenapa ada orang disebut lebih cerdas dari yang lain ? Ketika seorang anak usia 2 tahun dapat mengeja sederetan huruf pembentuk kata, bahkan kalimat, dengan baik dan benar, serta merta orang tua dan lingkungannya menyebut ia “anak cerdas”.Sederhana dasar yang dipakai, banyak anak lain dalam usia tersebut sama sekali belum mampu melakukan hal itu.Derasnya laju informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi memicu dan memacu setiap orang untuk menjadi lebih cerdas. Baik oleh diri sendiri maupun – dan ini yang tampak sangat menonjol – orangtua-orangtua yang berlomba “mencerdaskan” anakanaknya, supaya mampu bersaing. Hiruk pikuk orang berburu kursus, paket latihan, drilling program, dan sebagainya. Apa esensi yang hendak ditangkap ? Mungkin betul, demi meningkatkan – jika mungkin semua – kecerdasan. Namun, barang apa itu?
Sejak dilakukan studi dan penelitian intensif, hal penting tentang kecerdasan
(intelligence) dicerminkan oleh berbagai kontroversi pengukuran. Seperti juga pada
barang lain, kontroversi ini tidak pernah berhenti, bahkan sampai sekarang.David Wechsler (1939) mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi serah dengan tujuan, berpikir rasional dan mengelola lingkungan secara efektif.
Ia pula yang mengembangkan peranti tes kecerdasan individual bernama Wechsler Intelligence Scale, yang hingga saat ini masih digunakan dan dipercaya sebagai skala kecerdasan universal. Sebelumnya, JL Stockton (1921) mengatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk mempengaruhi proses memilih yang berprinsip pada kesamaan (similarities).
GARDENER (2002) memaparkan pengertian kecerdasan (intelligen) mencakup tiga
factor :
a. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
b. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
c. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan memunculkan penghargaan
dalam budaya seorang individu.
Ciri-Ciri Mendasar Kecerdasan (Intellegens) :
To judge well (dapat menilai)
To comprehend well (memahami secara menyeluruh).
To reason well (memberi alasan dengan baik).
Ciri-Ciri Prilaku Intellegen / Cerdas :
Masalah yang dihadapi merupakan masalah baru bagi yang bersangkutan.
Serasi tujuan dan ekonomis (efesien).
Masalah mengandung tingkat kesulitan.
Keterangan pemecahannya dapat diterima.
Sering menggunakan abstraksi.
Bercirikan kecepatan.
Memerlukan pemusatan perhatian.
Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan (Intellegen) :
Pembawaan ; kapasitas / batas kesanggupan.
Kematangan ; telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya, erat kaitan dengan umur.
Pembentukan ; pengaruh dari luar.
Minat.
Kebebasan ; terutama dalam memecahkan masalah.
IQ (INTELLEGENCE QUOTIENT)
Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak
secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif
(Marten Pali, 1993). Konsep intellegensi yang awalnya dirintis oleh Alfred Bined 1964, mempercayai bahwa kecerdasan itu bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satu angka.
Pengukuran / Klasifikasi IQ :
Very Superior : 130 –
Superior : 120 – 129
Brght normal : 110 – 119
Average : 90 – 109
Dull Normal : 80 – 89
Borderline : 70 – 79
Mental Defective : 69 and bellow
Ciri Khas IQ (Intellegence Quotien) :
Logis
Rasional
Linier
Sistematis
IQ Menjadi Fakultas Rasional Dalam Kepribadian Manusia.
Dengan memiliki IQ yang baik dan terstandar maka masing-masing individu
memiliki kemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya sebagai pelaksana / pelaku profesi.
Dulu orang mengira bahwa kecerdasan seseorang itu bersifat tunggal, yaitu dalam
satuan IQ (intelligence quotient) seperti selama ini kita kenal. Dampak negative atas
persepsi ini adalah individu yang rendah kecerdasan “akademik tradisionalnya”, yakni matematik dan verbal (kata-kata), seakan tidak dihargai di hadapan masyarakat luas. Kini tradisi yang telah berlangsung hampir seabad tersebut, telah dibongkar dan terkuaklah bahwa kecerdasan manusia itu banyak rumpunnya. Kercerdasan itu multidimensional, banyak cabangnya. Jadi TIDAK ADA MANUSIA YANG BODOH, setiap manusia punya rumpun kecerdasan.
Rumpun Atau Macam-Macam Kecerdasan Tersebut Adalah :
IQ (Intellegence Qoutient)
EQ (Emotional Qoutient)
AQ (Adversity Qoutient)
SQ (Spiritual Qoutient)
CQ (Creativity Qoutient)
EQ (Emotional Quotient)
Pengertian EQ (Emotional Quotient) / kecerdasan emosi :
Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik, dan berhubungan dengan orang lain (DANIEL GOLDMAN).
Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi (PETER SALOVELY & JOHN MAYER).
Kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan, ketajaman, emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh (COOPER & SAWAF).
Bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan adaptasi sosial (SEAGEL).
Aspek EQ (Salovely & Goldman) Ada Lima :
Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
Kemampuan memotivasi diri.
Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).
Prilaku Cerdas Emosi :
Menghargai emosi negative orang lain.
Sabar menghadapi emosi negative orang lain.
Sadar dan menghargai emosi diri sendiri.
Emosi negative untuk membina hubungan.
Peka terhadap emosi orang lain.
Tidak bingung menghadapi emosi orang lain.
Tidak menganggap lucu emosi orang lain.
Tidak memaksa apa yang harus dirasakan.
Tidak harus membereskan emosi orang lain.
EQ Tinggi Adalah :
Berempati.
Mengungkapkan dan memahami perasaan.
Mengendalikan amarah.
Kemandirian.
Kemampuan menyesuaikan diri.
Disukai.
Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
Ketekunan.
Kesetiakawanan.
Keramahan.
Sikap hormat.
Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan profesional. EQ dianggap sebagai persyaratan bagi kesuksesan pribadi.Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi sebagai masalah pribadi dan tidak memiliki tempat di luar inti batin seseorang juga batas-batas keluarga.
Penting bahwa kita perlu memahami apa yang diperlukan untuk membantu kita membangun kehidupan yang positif dan memuaskan, karena ini akan mendorong mencapai tujuan-tujuan PROFESIONAL kita.
Dr. DANIEL GOLEMAN memberikan satu asumsi betapa pentingnya peran EQ
dalam kesuksesan pribadi dan profesional :
90% prestasi kerja ditentukan oleh EQ.
Pengetahuan dan teknis hanya berkontribusi 4%.
Dari banyak penelitian didapatkan hasil atau pendapat bahwa individu yang mempunyai IQ tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ rendah justru sangat perprestasi. Hal ini dikarenakan individu yang mempunyai IQ tinggi seringkali memiliki sifat-sifat menyesatkan sebagai berikut :
Yakin tahu semua hal.
Sering menggunakan fikiran untuk menalar bukan untuk merasakan.
Meyakini bahwa IQ lebih penting dari EQ.
Sering membuat prioritas-prioritas yang merusak kesehatan kita sendiri.
SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)
Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri.Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus N. Germanto, 2001). Kecerdasan spiritual sering disebut SQ (Spiritual Quotient) penemunya DANAH ZOHAR dan LAN MARSHALL, LONDON, 2000) cenderung diperlukan bagi setiap hamba Tuhan untuk dapat berhubungan dengan Tuhannya. Melibatkan kemampuan, menghidupkan kebenaran yang paling dalam; artinya mewujudkan hal yang terbaik, untuk dan paling manusiawi dalam batin.Gagasan, energi, nilai, visi, dorongan, dan arah panggilan hidup, mengalir dari dalam dari suatu keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta.
CIRI-CIRI SQ TINGGI
Menurut Dimitri Mahayana (Agus Nggermanto, 2001), ciri-ciri orang yang ber-SQ
tinggi adalah :
Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan
MEMILIKI PRINSIP DAN VISI YANG KUAT
Apa itu prinsip ? Prinsip adalah suatu kebenaran yang hakiki dan fundamental berlaku secara universal bagi seluruh umat. Prinsip merupakan pedoman berperilaku, yang berupa nilai-nilai yang permanen dan mendasar. Ada 3 prinsip utama bagi orang yang tinggi spiritualnya, yakni :
Prinsip kebenaran
Suatu yang paling nyata dalam kehidupan ini adalah kebenaran. Sesuatu yang tidak benar tunggulah saatnya nanti pasti akan sirna.
Contoh :Hukum alamiah, jika kita menyemai benih pada tempat yang salah, waktunya
tidak tepat, pengairannya keliru, pemupukannya salah, maka apa yang terjadi ? Benih membusuk dan sirna. Pelanggaran atas nilai kebenaran membuat kita kehilangan jati diri, hati nurani yang tidak jernih.
Prinsip Keadilan
Bagaimana keadilan itu ? Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan hak yang seharusnya diterima, tidak mengabaikan, tidak mengurang-ngurangi.
Prinsp Kebaikan
Kebaikan adalah memberikan sesuatu lebih dari hak yang seharusnya. Contoh : ketika kita naik becak membayar Rp. 5.000,00 sesuai kesepakatan. Tetapi kita lebihkan membayar Rp. 6.000,00, inilah yang disebut kebaikan.
Visi Yang Kuat
Setelah prinsip, kita harus mempunyai visi. Visi adalah cara pandang bagaimana memandang sesuatu dengan visi yang benar. Dengan visi kita bisa melihat bagaimana sesuatu dengan apa adanya, jernih dari sumber cahaya kebenaran.Contoh : Belajar itu tidak sekedar mencari angka raport, ijazah atau bisa mencari kerja yang bergaji pantas.
Mampu Melihat Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Para siswa menuntut suasana belajar yang menyenangkan. Guru menginginkan semangat dan hasil belajar yang optimal. Semua pihak berbeda tetapi sama-sama menginginkan kebaikan.
Mampu Memaknai Setiap Sisi Kehidupan
Semua yang terjadi di alam raya ini ada maknanya. Semua kejadian pada diri kita dan lingkungan ada hikmahnya, semua diciptakan ada tujuannya. Dalam sakit, gagal, jatuh, kekurangan dan penderitaan lainnya banyak pelajaran yang mempertajam kecerdasan spiritual kita. Demikian juga ketika berhasil kita bersyukur dan tidak lupa diri.
Mampu Bertahan Dalam Kesulitan Dan Penderitaan
Sejarah telah membuktikan, semua orang besar atau orang sukses telah melewati likuliku
dan ujian yang besar juga.
Contoh : Thomas Edison menjadi sukses dan cemerlang dengan berbagai termuannya setelah melalui caci maki dan kegagalan-kegagalan. J.J. Reuseu menjelaskan jika tubuh banyak berada dalam kemudahan dan kesenangan,maka aspek jiwa akan rusak. Orang yang tidak pernah mengalami kesulitan atau sakit, jiwanya tidak pernah tersentuh. Penderitaan dan kesulitanlah yang menumbuhkan dan mengembangkan dimensi spiritual.
CQ (CRETIVITY QUOTIENT ),KECERDASAN KREATIVTAS
Creativity / Kreativitas adalah potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya :
GUIL FORD mendiskripsikan 5 ciri kreativitas :
KELANCARAN : Kemampuan memproduksi banyak ide.
KELUWESAN : Kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan jalan pemecahan masalah.
KEASLIAN : Kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinal sebagai hasil pemikiran sendiri.
PENGURAIAN : Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci.
PERUMUSAN KEMBALI: Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta dan berkreasi, tidak ada satupun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi itu timbul.
Kreativitas sering dianggap terdiri dari dua unsur :
Kepasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar
gagasan dan ide-ide pemecahan masalah secara lancar dan cepat.
Keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan
gagasan atau ide yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu
masalah.
Manusia yang menjadi lebih kreatif akan menjadi lebih terbuka pikirannya terhadap imajinasinya, gagasannya sendiri maupun orang lain. Sekalipun beberapa pengamat yang memiliki rasa humor merasa bahwa kebutuhan manusia untuk menciptakan berasal dari keinginan untuk “hidup di luar kemampuan mereka”, namun penelitian mengungkapkan bahwa manusia berkreasi adalah karena adanya kebutuhan dasar, seperti : keamanan, cinta dan penghargaan.
AQ (ADVERSITY QUOTIENT) ,KECERDASAN DALAM MENGHADAPI MASALAH
Adversity Qountient adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran, Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung.
Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian : quitter (yang menyerah), camper (berkemah di tengah perjalanan), dan climber (pendaki yang mencapai puncak). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup. Para camper labih baik, karena biasanya mereka berani melakukan pekerjaan yang beresiko, tetapi tetap mengambil resiko yang terukur dan aman. Adapun para climber, yakni mereka yang dengan segala keberaniannya menghadapi resiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper dan quitter. Para climber inilah yang berhasil menggerakkan perekonomian.
Paul G. Stoltz, merinci AQ berdasarkan penelitiannya :
a. AQ Tingkat “Quitters” (Orang-orang yang Berhenti)
Tingkatan AQ paling rendah yakni orang yang langsung menyerah ketika menghadapi kesulitan hidup. Orang yang tidak berikhtiar dan hanya berkeluh kesah menghadapi penderitaan kemiskinan dan lain-lain.
b. AQ Tingkat “Campers” (Orang yang Berkemah)
Campers adalah AQ tingkat bawah. Awalnya giat mendaki / berusaha menghadapi kesulitan hidup, ditengah perjalanan mudah merasa cukup dan mengakhiri pendakian atau usahanya. Contoh : orang yang sudah merasa cukup dengan menjadi sarjana, merasa sukses bila memiliki jabatan dan materi.
c. AQ Tingkat “Climbers” (Orang yang Mendaki)
Climbers adalah pendaki sejati. Orang yang seumur hidup mendaki mencarihakikat kehidupan menuju kemuliaan manusia dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpilan
Pengertian kecerdasan (intelligen) mencakup tiga factor :
a. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
b. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
c. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan memunculkan penghargaan
dalam budaya seorang individu.
Rumpun Atau Macam-Macam Kecerdasan Tersebut Adalah :
IQ (Intellegence Qoutient)
EQ (Emotional Qoutient)
AQ (Adversity Qoutient)
SQ (Spiritual Qoutient)
CQ (Creativity Qoutient)
Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Pengertian EQ (Emotional Quotient) / kecerdasan emosi Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik, dan berhubungan dengan orang lain. SQ adalah inti dari pusat diri sendiri.Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu. CQ adalah potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya.AQ adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
IQ,EQ,SQ,CQ,& AQPage 10