Academia.eduAcademia.edu

Islamic Worldview tentang Konsep Agama

2019, MIH

MAKALAH ISLAMIC WORLDVIEW “ KONSEP AGAMA ” Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Ghoffar Siddiq, M.Ag OLEH : ADHE ISMAIL ANANDA NIM. 20301800110 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii KATA PENGANTAR iii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Rumusan Masalah 2 BAB II PEMBAHASAN 3 A. Pengertian Agama 3 B. Komponen dan Unsur Agama 5 C. Manfaat Agama Bagi Kehidupan Manusia 7 BAB III KESIMPULAN 11 A. Kesimpulan 11 B. Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 13 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Puji Syukur senantiasa dipanjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang ISLAMIC WORLDVIEW. Makalah ilmiah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.   Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Agama ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Semarang, 01 Mei 2019 Penulis BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Agama adalah hal yang sudah akrab dalam kehidupan manusia dari zaman dulu saat animisme ditemukan sampai sekarang dengan teori monotheisme. Dapat dipahami bahwa agama diyakini sebagai unsur kehidupan yang tidak bisa dilepaskan oleh manusia kuno sampai modern seperti sekarang. Agama sebagai dasar pijakan manusia juga sangat memiliki peran yang besar dalam proses kehidupan manusia, dengan demikian manusia sangat membutuhkan pemenuhan spritual yang disebut dengan agama. Agama adalah seperangkat bentuk dan tindakan simbolik yang menghubungkan manusia dengan kondisi-kondisi eksistensinya yang tertinggi. Robbet n bellah, Beyond Belive, (Jakarta: Paramadina, 1991), hlm. 29. Menurut Elizabeth K. Nottingham, Agama merupakan gejala yang begitu sering “terdapat di mana-mana”, dan Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-maslaah kehidupan sehari-hari di dunia. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hal.317 Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. Allan Menzies, Sejarah Agama Agama, (Yogyakarta : Forum, 2014), hal.11 Agama juga sangat berpengaruh terhadap individu manusia dalam melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dianggap mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Agama yang pada hakekatnya adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami secara seksama oleh setiap manusia. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan Agama ? Apa Saja Komponen dan Unsur-unsur Agama ? Apa Manfaat Agama Bagi Kehidupan Manusia ? Rumusan Masalah Untuk mengetahui pengertian dari Agama Untuk mengetahui Komponen dan Unsur-unsur Agama Untuk mengetahui Manfaat Agama Bagi Kehidupan Manusia BAB II PEMBAHASAN Pengertian Agama Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa Sanskerta. Kata ini tersusun dari kata A dan Gama. A yang berarti tidak dan sedangkan Gama berarti berjalan atau berubah. Jadi agama berarti tidak berubah. Demikian juga menurut H. Muh. Said. Sejalan pendapat itu Harun Nasution juga mengemukakan, bahwa agama berasal dari bahasa Sanskrit. Menurutnya, bahwa kata itu tersusun dari dua kata yaitu A yang berarti Tidak dan Gama yang berarti  Pergi. Dengan demikian agama berarti tidak pergi atau tetap di tempatnya. Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001, h.22 Kata agama tersebut diyakini masuk ke Indonesia sebagai nama kitab suci golongan Hindu Syiwa. Kata itu kemudian menjadi dikenal luas dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam penggunaannya sekarang, ia tidak mengacu kepada kitab suci tersebut. Ia dipahami sebagai nama jenis keyakinan hidup tertentu yang dianut oleh suatu masyarakat. Ada tiga pendapat yang dapat dijumpai berkenaan dengan arti harfi kata agama, yaitu tidak kacau, tidak pergi, dan jalan berpergian. Harun Nasution (dkk.), Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm.63. Menurut Dr. Wilfred Cantwell Smith, sebagaimana yang dikutip oleh Izutsu, kata agama secara umum dapat diartikan dengan dua pengertian yang berbeda. Pertama, agama diartikan sebagai persoalan pribadi yang dalam, sebagai tindakan eksistensial tiap-tiap orang yang mempercayai sesuatu atau dengan kata lain “iman”. Kedua, agama diartikan dalam pengertian yang umum, yakni sesuatu yang dikenal oleh masyarakat, suatu persoalan yang komunal yang objektif meliputi semua kepercayaan dan praktik ritual yang dilakukan oleh semua anggota masyarakat itu. Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur'anterj. Amirudin (dkk.) (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm. 252 Agama merupakan pedoman hidup manusia. Setiap agama yang ada di muka bumi memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu menciptakan perdamaian dan kebahagiaan pada makhluk hidup. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2009), hlm. 3. Masyarakat beragama pada umumnya memandang agama sebagai jalan hidup yang dipegang dan diwarisi turun-temurun oleh masyarakat, agar hidup mereka menjadi tertib, damai, dan tidak kacau. Selain itu, mereka juga meyakini agama sebagai kekuatan spiritual yang dapat memenuhi keutuhan rohani manusia serta diharapkan mampu “berbicara” banyak dalam menyelesaikan problem sosial, ekonomi, kemanusiaan, dan sebagainya. Fatimah Usman, Wah{dah al-Adya>n (Yogyakarta: LKiS, 2006), hlm. 57. Dari beberapa uraian di atas mengenai defenisi agama, maka cukup jelas untuk memahami bahwa manusia membutuhkan agama sebagai penawar keresahan, kecemasan bahkan keinginan dan ketidaktahuan tentang kehidupan, asal-usul dan akhir dari kehidupan ini. Namun belakangan ini, agama seringkali dijadikan sebagai alat untuk menlegitimasi kepentingan-kepentingan tertentu. Banyak tindakan-tindakan anarkis dan amoral baik dalam internal satu agama maupun antar agama, salah satunya adalah agama Islam yang dilakukan dengan mengatasnamakan “Jihad” dan membela agama. Pemahaman tentang konsep agama yang keliru sehingga memicu terjadinya tindakan-tindakan tidak bermoral tersebut. Padahal seperti yang diuraikan di atas, bahwa tidak ada agama yang mengajak kepada keburukan, karena semua agama bertujuan untuk menciptakan perdamaian. Komponen dan Unsur Agama Komponen Agama Menurut Koentjaraningrat komponen agama itu ada lima yaitu Emosi keagamaan, System Keyakinan, System Ritus dan Upacara, Peralatan Ritus dalam Upacara dan Penganut Agama atau Umat. Emosi Keagamaan, adalah sebuah getaran yang menggerakan jiwa manusia untuk menjalankan kelakuan dan kegiatan keagamaan. System Kepercayaan, adalah merupakan hal yang paling utama dalam setiap agama, karena semua yang disebut agama biasanya melibatkan idea atau kepercayaan tertentu di suatu pihak dan beberapa amalan tertentu pula, artinya tidak satu pun yang disebut agama jika tidak mempunyai kepercayaan terhadap hal yang bersifat supernatural dan memiliki upacara agama sebagi manifestasi dari kepercayaan. System Ritus atau upacara agama adalah komponen penting dalam suatu agama karena semua kelakuan agama tampak tergambar dalam ritual keagamaan. Peralatan Ritus atau upacara adalah sarana untuk mengadakan hubungan dengan kuasa supernatural yang membawa kesan pisikologis, yang bukan saja kpada manusia secara perorangan, tetapi juga kepada seluruh anggota jamaah agama itu. Penganut Agama atau umat adalah orang yang mengikuti atau menjalankan suatu aktivitas didalam keagamaan tersebut. Ibrahim Gultom, Agama Mlim Di Tanah Batak, PT.Bumi Aksara, Jakarta : 2010, halm. 19 Unsur Agama             Dengan pemahaman yang terbentuk dari berbagai istilah terkait agama, menunjukkan bahwa setiap agama memiliki unsur-unsur yang sama dan identik. Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama itu antara lain adalah sebagai berikut: Kekuatan Gaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik itu dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib itu. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. Respons yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu biasa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitive, atau perasaan cinta, seperti yang etrdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitive, atau pemujaan yang terdapat adalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu juga mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu. Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Raja wali Press, Jakarta : 2006, h.14 Manfaat Agama Bagi Kehidupan Manusia Manfaat agama bagi kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi manusia itu sendiri, baik secara individu maupun masyarakat. Untuk menjawab tantangan dan permasalahan tersebut, manusia memerlukan pedoman baik secara universal maupun secara rinci yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam menyelsaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan. Pedoman yang dimaksud adalah aturan, undang-undang dan hukum yang terhimpun dalam Agama. Menurut Al-Thabathaba’i menyebutkan bahwa fungsi agama yaitu: Agama sebaga alat control, dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol terhadap perbuatan-perbuatan lahir seperti yang dimiliki oleh hukum yang dibuat manusia. Agama sebagai sarana yang mendorong kejiwaan melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yang dapat membuat setiap induvidu saling mengawasi perbuatan masing-masing. Agama mengikat bahwa semua perbuatan manusia diperhatiakn dan dicatat, dan diakhirat akan diperikasa secara teliti. Di dalam agama khususnya agama islam diungakap bahwa Allah adalah penguasa pemiliki alam semesta, dan Dia mengetahuai serta melihat semua perbuatan yang dilakukan manusia. Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001, halm 115 Selain itu, menurut Muhammad Syaltut. Menjelaskan bahwa peran agama adalah sebagai wahana untuk : Mensucikan jiwa dan membersihkan hati Membentuk sikap patuh dan taat serta menimbulkan sikap dan perasaan mengagungkan Tuhan. Memberi pedoman pedoman kepada manusia dalam menciptakan kebaikan hidup secara mantap dengan cara mempererat hubungan dengan tuhan sbagai pencipta. Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001, halm 116 Sedangkan menurut pendapat, Al-Zuhayli, mengemukakan bahwa fungsi agama itu setidaknya ada enam yaitu : Agama Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Rohani Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani. Kebutuhan jasmani dipenuhi dengan mkan dan minum, sedangkan kebutuhan rohani tidak dapt dipnuhi dengan makan dan minum, tetapai dengan iman dan aqidah. Yang mana kebutuhan ini hanya akan diperoleh dari agama. Agama Sebagai Motivasi Dalam Mencapai Kemajuan Agama sebagai pemenuhan kebutuhan rohani berorientasi kepada pembebasan manusia dari belenggu kehinaan, kecemasan, kebodohan, dan kebimbangan, kemudian mengangkatnya ketingkat kesempurnaan, keagungan dan kemuliaan. Agama Sebagai Pedoman Hidup Di dalam hidup dan kehidupannya, manusia akan dihadapkan pada kesulitan dan tantangan, baik berupa ancaman kekuatan jahat dan kezholiman ataupun oleh peristiwa alami.dalam hal ini ajaran agama memberi tuntunan kepada manusia agar senantiasa mengadakan hubungan dengan Allah, mohon pertolongan dan pentujuk dari-Nya melalui ikrar. Selain itu dengan sikap berserah diri dan tunduk kepada-Nya tampa pamrih, secara bertahap akan terbentuk sikap menerima secara ikhlas untuk tunduk dan patuh kepada hukum-hukum Allah. Dengan kata lain hukum-hukum Allah akan dijadikan rujukan dan pedoman hidup dalam mengatasi tantangan dan rintangan. Agama Sebagai Sarana Pendidika Rohani Rohani manusia yang sarat dengan unsur agama, akan mngarahkan jiwanya untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ketundukan dan kepatuhan ini akan membentuk dalam diri manusia sikap yang mengutamakan pengajaran, menjauhkan siksa, dan takut kepada kemarahan-Nya serta menghindarkan diri agar tidak melakukan kejahatan dan kerusakan. Agama Sebagai Bentuk Keseimbangan Agama meletakkan dasar-dasar keseimbangan antara jasmani, rohani, dan akal. Keseimbangan ketiga unsur ini sangat penting dalam hidup manusia, sebab bila salah satu bagian dari unsur itu lebih dominan, seperti  hawa nafsu, misalnya, maka manusia akan cendrung berprilaku seperti hewan. Sebaliknya jika unsur akal yang mendominasi dari unsur yang lainnya, maka ia akan terbawa pada cara berfikir menyesatkan. Sedangkan bila unsur rohani semata yang mndominasi hingga unsur jasmani dan materi terabaikan, maka manusia akan cendrung bersikap menyendiri yang mana dapat membekukan akal. Agama Sebagai Pembentuk Kemantangan Jiwa Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan agama agar ada jaminan bagi ketenangan jiwa dalam dirinya. Sejalan denagan kebutuhan tersebut, agama menganjurkan manusia menjauhi segala bentuk perbuatan yang menjurus pada pengrusakan fisik atau yang akan membahayakan diri seseorang. Karenanya agama melarang semua tindakan yang dapat membahayakan tubuh, dan sebaliknya menganjurkan kepada manusia gar dapat mengunakan segala sarana yang bermanfaat untuk memilihara hidup dan menjaga keselamatan serta menghindari dari kemungkinan keburukan, melalui ini agama menganjurkan untuk brtaubat. Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001, halm 121 BAB III KESIMPULAN Kesimpulan Pengertian Agama Agama merupakan pedoman hidup manusia. Setiap agama yang ada di muka bumi memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu menciptakan perdamaian dan kebahagiaan pada makhluk hidup. Masyarakat beragama pada umumnya memandang agama sebagai jalan hidup yang dipegang dan diwarisi turun-temurun oleh masyarakat, agar hidup mereka menjadi tertib, damai, dan tidak kacau. Selain itu, mereka juga meyakini agama sebagai kekuatan spiritual yang dapat memenuhi keutuhan rohani manusia serta diharapkan mampu “berbicara” banyak dalam menyelesaikan problem sosial, ekonomi, kemanusiaan, dan sebagainya. Komponen Agama dan Unsur Agama Komponen Agama Emosi Keagamaan System Kepercayaan System Ritus atau upacara agama Peralatan Ritus atau upacara Penganut Agama atau umat Unsur-unsur Agama Kekuatan Gaib Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Respons yang bersifat emosional dari manusia. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci. Manfaat Agama Bagi Kehidupan Manusia Agama Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Rohani Agama Sebagai Motivasi Dalam Mencapai Kemajuan Agama Sebagai Pedoman Hidup Agama Sebagai Sarana Pendidika Rohani Agama Sebagai Bentuk Keseimbangan Agama Sebagai Pembentuk Kemantangan Jiwa Saran Akhir-akhir ini agama seringkali dijadikan sebagai alat untuk menlegitimasi kepentingan-kepentingan tertentu. Banyak tindakan-tindakan anarkis dan amoral baik dalam internal satu agama maupun antar. Pemahaman tentang konsep agama yang keliru sehingga memicu terjadinya tindakan-tindakan tidak bermoral tersebut. Oleh karena itu agama harus dijadikan sebagai pedoman hidup manusia. Setiap agama yang ada di muka bumi memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu menciptakan perdamaian dan kebahagiaan pada makhluk hidup Untuk menghindari tindakan-tindakan anarkis dan amoral yang mengatas namakan agama, maka dibutuhkan pemahaman tentang agama yang sesuai dengan tujuan agama itu sendiri, yaitu menciptakan perdamaian. Oleh kareena itu makalh ilmiah ini diharapkan mampu memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai konsep agama berdasarkan Islamic worldview. DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Raja wali Press, Jakarta : 2006 Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi Dan Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia, Khazanah Baru, Jakarta 2001 Allan Menzies, Sejarah Agama Agama, (Yogyakarta : Forum, 2014) Fatimah Usman, Wah{dah al-Adya>n (Yogyakarta: LKiS, 2006) Harun Nasution (dkk.), Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992) Ibrahim Gultom, Agama Mlim Di Tanah Batak, PT.Bumi Aksara, Jakarta : 2010 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2012) M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2009) Robbet n bellah, Beyond Belive, (Jakarta: Paramadina, 1991) 3