Karya Tulis Ilmiah Sistem Transpor Biologi
STUDI KASUS PENGARUH KONSUMSI GLUKOSA PADA RASA KANTUK
Dibuat oleh:
Aurelie Ronauli XIA5/03
Carlene Annabel XIA5/07
Gabriella Josephine XIA5/17
Sydney Tjandra XIA5/30
SMAK 1 PENABUR JAKARTA
TANJUNG DUREN
JAKARTA BARAT
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Studi Kasus Konsumsi Gula Pada Rasa Kantuk” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk pemenuhan tugas Biologi yang diampu oleh Ibu Maria Sri Wagiyati, Dra. yang merupakan guru serta pembimbing kami dalam proses pembuatan karya ilmiah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses penyusunan karya ilmiah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Kami memiliki harapan yang sangat besar bahwa karya ini bisa memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi para pembaca untuk memperluas wawasan dan juga pengetahuan mengenai pengaruh konsumsi gula terhadap rasa kantuk. Oleh karena itu, karya ilmiah ini berupaya memberikan sedikit sumbangsih mengenai bagaimana pengaruh konsumsi gula terhadap rasa kantuk.
Kami sangat menyadari bahwa karya ilmiah ini masih sangat jauh dari kata sempurna karena berbagai keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, berbagai bentuk kritikan dan juga saran yang membantu akan sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.
Jakarta, 16 Oktober 2019
Tim Peneliti
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang Masalah Penelitian 1
Identifikasi Masalah Penelitian 1
Batasan Masalah Penelitian 2
Rumusan Masalah Penelitian 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Kandungan Darah 3
2.2 Pengaruh Glukosa pada Darah 4
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Kantuk 5
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Glukosa Darah 6
2.5 Kandungan Gula Berbagai Jenis Makanan 9
2.6 Hubungan Patofisiologis Rasa Kantuk dan Gula Darah 12
2.7 Trendline pada Grafik 13
2.8 Hipotesis 13
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 14
3.2 Jenis dan Metode Penelitian 14
3.3 Variabel Penelitian 14
3.4 Metode Pengumpulan Data 15
3.5 Metode Analisis Data 16
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Data, Grafik, dan Pembahasan 18
4.2 Analisis Data 25
4.3 Analisis Faktor Kesalahan 26
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 27
5.2 Saran 27
Daftar Pustaka 28
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Penelitian
Rasa kantuk merupakan kondisi dimana seseorang merasa ingin tidur. Kondisi ini biasa terjadi baik siang hari maupun malam hari, dan merupakan hal yang wajar. Namun jika rasa kantuk terjadi secara berlebihan hingga mengganggu aktivitas tentunya harus ditangani. Rasa kantuk umumnya muncul karena kurang tidur. Meskipun terlihat sederhana kantuk bisa memicu timbulnya berbagai masalah, misalnya mengganggu prestasi di sekolah, produktivitas di kantor, mempengaruhi emosi, dan menyebabkan kecelakaan baik di jalan raya maupun di lingkungan kerja.
Kantuk memang sesuatu yang wajar tapi bila terjadi sesuatu yang tidak normal atau kantuk yang berlebihan bisa rasa kantuk tersebut merupakan tanda dari suatu penyakit, seperti sleep apnea, narkolepsi, insomnia, depresi, gangguan kecemasan, kadar glukosa dalam darah yang tinggi, dan diabetes.
Seseorang dikatakan memiliki gejala kantuk tersebut bila memiliki gejala-gejala yang tidak normal seperti memiliki respons yang lambat, sering lupa, sering tertidur pada waktu yang tidak tepat, dan sulit mengendalikan emosi. Selain itu seseorang dikatakan memiliki rasa kantuk yang tidak normal apabila memiliki rasa ingin tidur terus menerus saat siang hari, sulit berkonsentrasi saat belajar atau beraktivitas, penurunan prestasi di sekolah atau produktivitas pekerjaan, dan mudah tertidur saat sedang menonton atau membaca buku.
Memang rasa kantuk ini biasa dianggap sebagai masalah yang sepele tetapi sebenarnya rasa kantuk ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dan sangat berdampak bagi aktivitas-aktivitas kita. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian ini untuk meneliti dan menganalisa penyebab rasa kantuk yang tidak normal bagi tubuh manusia.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti telah mengidentifikasikan masalah yang menjadi penyebab rasa kantuk yang tidak normal, antara lain :
Kadar glukosa darah
Diabetes
Sleep apnea
Narkolepsi
Insomnia
Depresi
1.3 Batasan Masalah Penelitian
Dari berbagai penyebab rasa kantuk di atas yang akan kami teliti dalam penelitian kami kali ini adalah pengaruh kadar glukosa darah terhadap rasa kantuk.
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana pengaruh taksiran konsumsi gula terhadap rasa kantuk?
Dari hasil penelitian A, bagaimana penjelasan patofisiologis pertanyaan A?
1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah:
Mengetahui pengaruh konsumsi gula terhadap rasa kantuk
Mengetahui penjelasan patofisiologis pengaruh konsumsi gula terhadap rasa kantuk
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana konsumsi gula dapat mempengaruhi rasa kantuk, dengan mencari kecenderungan hubungan antara ke 2 variabel tersebut. Dengan demikian, dari hasil yang didapatkan masyarakat dapat lebih sadar akan pengaruh makanan yang mereka konsumsi terhadap sistem peredaran darah dan aktivitas keseharian mereka.
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat mendorong masyarakat untuk memilih makanan yang lebih sesuai agar aktivitas keseharian mereka dapat berjalan secara optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kandungan Darah
Darah berbentuk cairan yang terkandung dari berbagai unsur, darah yang terdapat didalam tubuh yang mengangkut senyawa penting misalnya seperti nutrisi dan oksigen ke dalam sel dan juga mentranspor produk buangan metabolik dari sel. Darah merupakan komponen penting yang terdapat tubuh hal ini disebabkan karena darah memiliki banyak manfaat lainnya dalam menunjang kehidupan. Tanpa adanya darah yang cukup, tubuh akan mengalami berbagai jenis gangguan kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.
Darah ini sebetulnya merupakan campuran dari cairan dan sel, yang didalamnya terdapat juga makro nutrisi seperti protein serta ion seperti sodium dalam darah ini. Semua komponen tersebut memainkan peran yang penting untuk tubuh kita. Selain untuk mengangkut senyawa penting bagi tubuh darah juga membuang produk buangan dari sel, darah juga bertindak untuk melindungi tubuh dari invasi virus dan bakteri serta terhadap kerusakan pada sel.
Sebagian besar darah adalah air. Kandungan air dalam darah adalah 91%. Selain air, darah mengandung protein (3%), mineral (0,9%), dan bahan organik (0,1%). Darah juga memiliki beberapa komponen yaitu, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping darah (trombosit), dan plasma darah.
Sel darah merah dikatakan juga dengan Eritrosit merupakan unsur dan komponen utama dari sel darah. Sel darah merah ini memiliki bentuk bikonkaf (pipih) dengan kedua sisi yang cekung terdapat pada bagian tengah. Warna merah yang terdapat pada eritrosit ini disebabkan karena didalamnya terkandung hemoglobin. Fungsi darah eritrosit itu berguna untuk dapat mengikat oksigen.
Sel darah putih disebut juga dengan Leukosit mempunyai inti, akan tetapi tidak memiliki bentuk yang tetap. Fungsi dari leukosit (sel darah putih) adalah sebagai pemakan bibit-bibit penyakit serta benda asing yang yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit (sel darah putih) ini jumlahnya akan secara terus menerus meningkat tergantung dari banyak sedikitnya bibit penyakit ataupun benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Keping darah disebut juga dengan Trombosit memiliki bentuk yang bulat kecil. Keping darah merupakan salah satu dari komponen darah yang memiliki peranan penting dalam sebuah proses pembekuan darah. Ketika terjadi luka, maka keping darah ( trombosit) ini yang akan menutupi pembuluh darah yang rusak dengan cara membentuk jaring-jaring seperti benang fibrin. Selain dari itu trombosit ini juga berguna untuk melawan infeksi yang dikarenakan oleh virus dan bakteri dengan memakan atau menghancurkan viryang ada.
Plasma darah adalah komponen darah yang terbentuk dari protein daus atau bakteri rah dan air (Albumin, Globulin, dan Fibrinogen). Cairan yang terdapat pada plasma darah yang tidak mempunyai kandungan fibrinogen disebut dengan sebutan serum darah. Protein dalam serum darah ini memiliki fungsi sebagai antibodi terhadap gangguan dari benda asing. Fungsi dari plasma darah ini adalah untuk mengangkut berbagai sari-sari makanan atau nutrisi dari makanan menuju ke sel-sel dan juga jaringan tubuh serta membawa sisa-sisa metabolisme ke tempat pembuangan. Peran plasma darah ini juga dapat menghasilkan zat antibodi yang berguna untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.
2.2 Pengaruh Glukosa pada Darah
Glukosa adalah sumber energi utama dalam sel tubuh. Penggunaan glukosa dalam darah ini membutuhkan peran hormone insulin yang diproduksi oleh pankreas. Insulin berperan dalam pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel tubuh dan mengarahkan hati agar menyimpan sisa energi dalam bentuk jaringan lemak. Mengingat peran insulin yang sangat mempengaruhi kerja glukosa, tentunya masalah pada insulin juga dapat menyebabkan masalah pada gula darah. Ketidakseimbangan insulin seperti pada penderita diabetes dapat menyebabkan kadar gula naik dan kondisi ini tidak baik untuk tubuh.
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati.
Gula darah dan tekanan darah tinggi, kedua kondisi ini berhubungan erat, dan bisa berakibat fatal. Berikut adalah segalanya yang perlu Anda ketahui tentang bagaimana gula darah dan tekanan darah tinggi mempengaruhi tubuh Anda dan jenis makanan apa yang dianjurkan untuk mengatasinya. Darah dibawa dari jantung menuju ke seluruh tubuh melalui pembuluh dan dipompa secara bersamaan dengan detak jantung. Tekanan darah ditimbulkan oleh penekanan secara cepat darah yang dipompa dari jantung dengan dinding pembuluh darah. Tekanan darah normal pada individu dewasa didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sebesar 120 mmHg, dan tekanan darah diastolik sebesar 80 mmHg. Pada tekanan darah sistolik yang lebih atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik yang lebih atau sama dengan 90 mmHg maka disebut dengan hipertensi (World Health Organization, 2013).
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasa Kantuk
Kantuk atau ‘ngantuk’ adalah kondisi ketika seseorang merasa ingin tidur. Kondisi ini biasa terjadi pada malam hari ataupun terkadang di siang hari, dan merupakan hal yang wajar. Namun jika rasa kantuk terjadi secara berlebihan hingga mengganggu aktivitas dan menurunkan produktivitas, kondisi ini perlu ditangani.
Rasa kantuk umumnya muncul karena kurang tidur. Meskipun terlihat sederhana, kantuk bisa memicu timbulnya berbagai masalah, misalnya mengganggu prestasi di sekolah, atau produktivitas di kantor, mempengaruhi emosi, dan menyebabkan kecelakaan, baik di jalan raya maupun di lingkungan kerja.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa kantuk adalah :
Kurang tidur di malam hari
Seseorang dapat merasa ‘ngantuk’ berlebihan pada siang hari jika kurang tidur. Pada dasarnya, setiap orang memiliki durasi tidur ideal yang dipenuhi. Durasi tersebut berbeda-beda, tergantung usia masing-masing orang.
Pola makan yang mengganggu waktu tidur
Konsumsi kopi secara berlebihan dapat mengganggu tidur malam sehingga meningkatkan rasa kantuk pada siang hari. Makanan pedas dan makan terlalu banyak juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, sehingga tidur malam terganggu.
Waktu olahraga berdekatan dengan waktu tidur
Setelah berolahraga, Anda akan merasa lebih segar karena detak jantung dan tekanan darah tinggi meningkat. Itulah sebabnya, melakukan olahraga terlalu dekat dengan waktu tidur dapat membuat Anda sulit tidur.
Sering mengonsumsi alkohol
Alkohol memang dapat membantu Anda cepat tidur, Namun di sisi lain, kualitas tidur Anda juga dapat terganggu karena sering gelisah dan terbangun. Akibatnya, Anda akan mengantuk pada siang hari.
Rasa kantuk juga bisa disebabkan oleh gangguan mental atau emosi. Orang yang mengalami stres, gangguan kecemasan, atau depresi dapat merasa ‘ngantuk’ yang berlebihan pada siang hari.
Beberapa penyakit kronis dapat mengganggu kualitas tidur malam, sehingga menyebabkan ‘ngantuk’ di siang hari. Penyakit kronis tersebut antara lain rasa nyeri kronis, misalnya akibat kanker, atau gangguan metabolisme, seperti diabetes atau hipotiroidisme.
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan rasa ngantuk, contohnya obat antikejang, obat antidepresan, obat antialergi, obat untuk mengatasi hipertensi, obat untuk jantung, atau obat asma.
Rasa kantuk berlebihan yang tidak diketahui penyebabnya bisa menandakan terjadinya gangguan tidur. Gangguan tersebut berpengaruh pada kualitasi tidur malam, sehingga penderitanya mengantuk berlebihan pada siang hari. Gangguan tidur yang dapat memengaruhi kualitas tidur antara lain sleep apnea, narkolepsi, insomnia, serta restless leg syndrome (RLS).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Glukosa Darah
Menjaga kadar gula darah normal sangatlah penting, bukan hanya bagi penderita diabetes tapi siapa pun yang ingin menjaga kesehatannya.
Berikut ini beberapa faktor – faktor yang bisa meningkatkan gula darah normal.
Melewatkan sarapan
Berdasarkan penelitian di tahun 2013, wanita gemuk yang tak sarapan memiliki tingkat insulin dan kadar gula darah lebih tinggi usai makan siang beberapa jam kemudian daripada ketika mereka sarapan.
Studi lainnya dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan, laki-laki yang sering tak sempat sarapan memiliki potensi 21 persen lebih tinggi terkena diabetes. Menu sarapan yang kaya protein dan lemak sehat mampu menjaga kadar gula darah sepanjang hari.
2. Pemanis buatan
Sebuah penelitian di Israel menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat menimbulkan efek negatif. Ketika peneliti memberikan pemanis buatan pada tikus percobaan, mereka memiliki kadar gula lebih tinggi daripada tikus yang meminum air putih, bahkan air dengan gula sekali pun.
Peneliti bisa menurunkan kadar gula darah hewan tersebut dengan memberi mereka antibiotik, yang mengindikasikan bahwa pemanis buatan bisa mengubah bakteri usus. Itu bisa mempengaruhi tubuh saat memproses glukosa.
Penelitian lanjutan dengan 400 partisipan tim peneliti menemukan bahwa pengguna pemanis buatan dalam jangka panjang cenderung mempunyai tingkat gula darah puasa lebih tinggi, demikian laporan dari HealthDay. Walau peneliti tak mengartikan minuman dengan gula lebih sehat, tapi pemanis buatan sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah moderat.
3. Makanan tinggi lemak
Penderita diabetes mungkin khawatir dengan kandungan karbohidrat dalam makanan mereka, namun studi terbaru menunjukkan bahwa kandungan lemak juga dapat mempengaruhi kadar gula darah.
Sebuah studi dalam Journal of Nutrition di tahun 2011 meminta partisipan mengonsumsi makanan berlemak (dirancang untuk meniru makanan berlemak), lalu minum minuman manis enam jam kemudian. Kadar gula darah mereka 32 persen lebih tinggi dibandingkan saat tidak memakan makanan berlemak. Tampak bahwa tingginya lemak dalam darah mempengaruhi kinerja tubuh untuk membersihkan gula dalam darah.
4. Secangkir kopi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan minum kopi dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 dalam jangka panjang. Namun, bagi yang sudah menderita diabetes, kafein bisa rumit.
“Itu sangat bergantung pada individu masing – masing,” ucap peneliti dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease,” Aaron Cypess. “Saya tak mengatakan jangan meminum kopi berkafein.”
Namun Cypess menceritakan pengalaman salah satu pasiennya. Ia bilang, “Kadar gula darah saya 120 di pagi hari, lalu minum kopi hitam tanpa gula atau tambahan apapun. Saya berangkat kerja, dan sekarang menjadi 200.” “Kadar gula darah setiap orang bisa lebih sensitif terhadap kafein dari yang lainnya,” katanya.
5. Infeksi
Entah itu pilek, flu, atau bahkan infeksi saluran kemih, sistem kekebalan tubuh Anda melepaskan kuman untuk melawan zat kimia khusus yang dapat membuat gula darah berantakan.
Penyakit adalah bentuk stres yang membangkitkan pertahanan tubuh, demikian tertulis dalam buku Stopping Diabetes In Its Track. Salah satu efeknya yakni liver meningkatkan produksi glukosa untuk menyediakan energi lebih. Di saat yang sama, hormon stres dilepas, sehingga membuat lebih banyak sel insulin. Hasil akhirnya, kadar gula darah bisa meningkat drastis saat sakit.
Cypess mengatakan, ia punya aturan “hari sakit” pada pasien diabetesnya, yakni aturan makan dan minum untuk menjaga kadar gula darah agar lebih seimbang. Tetap terhidrasi dengan minuman non – kafein dan non – gula sangatlah penting. Hal itu dapat mengeluarkan kadar glukosa berlebih dan membantu kinerja tubuh lebih baik. Pasien diabetes juga dianjurkan memeriksa kadar gula darah lebih sering saat sedang sakit.
6. Kurang tidur
Tidur berkualitas di malam hari mungkin hanya ‘obat’ yang dokter berikan, khususnya jika Anda memiliki diabetes atau khawatir terhadapnya.
Sebuah penelitian di Belanda menunjukkan, pasien diabetes tipe 1 yang hanya tidur selama 4 jam sensitivitas insulin mereka menurun 20 persen dibandingkan ketika mendapat jam tidur penuh.
“Tidur itu pemulihan,” ujar pendidik diabetes di Joslin Diabetes Center Boston AS, Patty Bonsignore. “Tidak cukup tidur adalah bentuk stres kronis pada tubuh, dan setiap kali Anda menambah stres, kadar gula darah Anda akan lebih tinggi.”
7. Merokok
Jelas bahwa kebiasaan merokok tidak sehat bagi siapapun, namun rokok pastinya berbahaya bagi penderita diabetes. Sebuah studi di California State Polytechnic University pada tahun 2011 menemukan bahwa semakin banyak nikotin yang terpapar dalam tubuh, semakin tinggi tingkat A1C-nya (ukuran kontrol gula darah).
Tingginya kadar gula darah dapat meningkatkan risiko komplikasi diabetes yang serius, seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal.
8. Beberapa obat umum
Obat-obatan, termasuk steroid untuk mengontrol asma, statin untuk meningkatkan kadar kolesterol, dan diuretics untuk menurunkan tekanan darah, dapat meningkatkan kadar gula darah. Banyak dari obat tersebut penting bagi kondisi lain. Jika Anda menggunakannya, mungkin Anda perlu memeriksa dan mengontrol kadar gula darah lebih sering.
2.5 Kandungan Gula pada Berbagai Jenis Makanan
Gula dalam makanan secara umum dapat terbagi menjadi dua macam yaitu gula alami dan pemanis. Gula alami merupakan jenis gula yang secara alami terkandung langsung pada bahan makanan itu sendiri. Jenis gula ini terdapat pada buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa). Selain itu ada juga pemanis yang terkandung dalam makanan dan minuman, seperti gula putih, gula merah, atau gula buatan (aspartam, sakarin, siklamat, dan lainnya).
Konsumsi gula setiap hari tentu ada batasannya. Dari batasan konsumsi normal gula yang dianjurkan oleh AHA (American Heart Association), dapat dijabarkan bahwa angka tersebut setara dengan 150 kalori/hari atau sekitar 9 sendok teh bagi pria, dan 100 kalori/hari atau sekitar 6 sendok teh bagi wanita. Sementara itu di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa batas konsumsi gula per hari yang disarankan berkisar di 50 gram, atau setara dengan 4 sendok makan, bagi pria maupun wanita. Alasan dari penyamarataan nilai tersebut, menurut Pudjo Hartono selaku Kasubdit Bina Konsumsi Makanan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemkes RI, adalah konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan obesitas dan diabetes tipe 2.
Susu adalah salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat. Dalam susu terkandung gula alami yang disebut laktosa. Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, dan merupakan 2-8 persen bobot susu keseluruhan. Mempunyai rumus kimia C12H22O11. Laktosa ditemukan pada susu pada tahun 1619 oleh Fabriccio Bartoletti, dan diidentifikasi sebagai gula pada tahun 1780 oleh Carl Wilhelm Scheele. Untuk mencerna air susu digunakan enzim laktase. Enzim ini membelah molekul laktosa menjadi dua bagian: glukosa dan galaktosa, yang kemudian dapat diserap usus.
Pada kebanyakan mamalia produksi enzim pencernaan laktase ini berangsur-angsur menurun seiring dengan semakin bertambahnya umur. Ini juga terjadi pada manusia. Ketidakmampuan mencerna laktosa ini menyebabkan intoleransi laktosa. Orang yang mempunyai masalah intoleransi laktosa tidak boleh mengonsumsi produk makanan dan minuman yang mengandung laktosa. Sehingga, sekarang telah beredar di pasar produk-produk susu tanpa laktosa (lactose free milk). Susu tersebut telah ditambahkan laktase oleh pihak produksi sehingga memecah kandungan laktosa dalam susu. Susu ini dinilai lebih mudah untuk dicerna oleh manusia.
Kandungan gula pada 1 gelas susu (224 gram) adalah 13 gram. Berarti, kandungan gula pada 1 gelas susu adalah sebesar 52 kalori. Susu dalam pasaran juga memiliki banyak variasi. Salah satunya adalah susu kental manis (condensed milk) yang adalah susu yang kandungan airnya sedikit dan biasanya ditambah gula. Karena ditambahkan gula, 1 gelas susu kental manis (306 gram) mengandung 166 gram gula yaitu sebesar 664 kalori. Berikutnya ada juga krim yaitu bagian lemak dari susu yang dipisahkan sebelum susu melalui proses homogenisasi. Kandungan krim kebanyakan adalah lemak dengan 1 gelas krim (204 gram) hanya mengandung 0.3 gram gula atau sebesar 1.2 kalori. Hal ini juga serupa dengan mentega, yang murni merupakan bagian lemak dari susu, dengan 0.1 gram gula setiap 227 gram produk.
Roti adalah makanan berbahan dasar utama tepung terigu dan air, yang difermentasikan dengan ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan ragi. Namun kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah dengan berbagai bahan seperti garam, minyak, mentega, ataupun telur untuk menambahkan kadar protein di dalamnya sehingga didapat tekstur dan rasa tertentu. Roti termasuk makanan pokok di banyak negara Barat. Roti adalah bahan dasar pizza dan lapisan luar roti lapis. Roti biasanya dijual dalam bentuk sudah diiris, dan dalam kondisi segar yang dikemas rapi dalam plastik.
Gula menjadi bahan yang sangat penting dalam pembuatan roti. Untuk membuat roti, peran gula bukan hanya sebagai pemanis untuk hasil akhir. Gula dalam adonan roti digunakan sebagai pengaktivasi ragi atau yeast. Ragi atau yeast diperlukan dalam proses fermentasi adonan roti dan kue. Proses fermentasi mengubah gula menjadi gas karbondioksida (CO2) mengakibatkan adonan menjadi mengembang. Selain membuat adonan mengembang, fungsi ragi dalam pembuatan produk roti antara lain untuk mematangkan dan mengempukkan gluten sehingga adonan dapat menangkap gas CO2 yang dihasilkan pada pembuatan roti. Ragi juga membantu terbentuknya aroma dan rasa selama proses fermentasi pada pembuatan roti dan kue. Hal ini berlaku juga pada semua makanan lain yang menggunakan ragi sebagai pengembang (raising agent). Satu loyang roti tawar biasa (bukan tipe yang sudah sengaja dikurangkan kandungan gulanya) mengandung 3 sendok makan gula atau sama dengan 40 gram gula. Satu loyang roti dianggap membuat 10 potong roti, jadi setiap potong roti tanpa selai mengandung sekitar 4 gram gula.
Minuman soft drink sangat identik dengan rasanya yang sangat manis dan kandungan gulanya yang besar. Itulah mengapa minuman jenis ini harus dihindari. 1 botol cola (491 gram) mengandung 52 gram gula. 1 botol sprite (492 gram) mengandung 44 gram gula. 1 botol cream soda (494 gram) mengandung 66 gram gula. Dari data di atas, bisa disimpulkan bahwa jenis minuman soft drink mengandung sangat banyak gula. 1 botol saja sudah melampaui batas konsumsi ideal gula per hari.
Makanan manis berikutnya yang kita akan bahas adalah cokelat batang. Diperkirakan satu batang coklat (41 gram) mengandung 19 gram gula. 1 batang cokelat batang merek Dove (40 gram) mengandung 22 gram gula. Sama halnya dengan merek Hershey’s (40 gram) yaitu 22 gram gula. Sedangkan, 1 batang cokelat Snickers (50 gram) mengandung 27 gram gula. Contoh terakhir adalah merek Cadburry (45 gram) mengandung 26 gram gula. Pada akhirnya, cokelat batangan juga merupakan makanan kaya akan gula yang harus dibatasi.
Masih setipe dengan cokelat, permen juga merupakan makanan kaya akan gula. Permen (candy, sweats, lollies) adalah sebuah produk makanan dengan gula sebagai bahan prinsipalnya. 47 gram permen bermerek M&M’s mengandung 28 gram gula. Setiap 40 gram permen Jellybean mengandung 20 gram gula. Satu kantung permen Skittles (51 gram) mengandung 37 gram gula. Jenis permen yang populer, Karamel, mengandung 47 gram gula setiap 71 gram produk. Permen mengandung banyak sekali gula. Padahal, permen sangat diasosiasikan dengan anak-anak yang seharusnya konsumsi gulanya harus sangat dibatasi.
Jenis gula lainnya adalah fruktosa. Fruktosa adalah jenis karbohidrat sederhana (gula) yang terdapat di dalam gula meja. Selain fruktosa, gula meja yang Anda gunakan sehari-hari mengandung glukosa, yang merupakan sumber energi dalam tubuh.Selain terdapat di dalam gula meja yang kita pakai sehari-hari, sebenarnya fruktosa juga terkandung di dalam buah-buahan. Ya, gula fruktosa adalah gula alami dari buah yang jumlahnya tak terlalu banyak, sehingga aman bagi kesehatan. Fruktosa juga dapat ditemukan di berbagai pemanis seperti sirup jagung fruktosa tinggi dan sirup agave. Jika suatu produk mencantumkan tambahan gula sebagai salah satu bahan utamanya, biasanya produk tersebut mengandung fruktosa yang tinggi. Sebagian orang tidak menyerap semua fruktosa yang dimakan. Kondisi ini dikenal sebagai malabsorbsi fruktosa, yang ditandai dengan gas yang berlebihan dan gangguan pencernaan.Tidak seperti glukosa, fruktosa menyebabkan rendahnya kadar gula darah. Oleh karena itu, beberapa ahli kesehatan merekomendasikan fruktosa sebagai pemanis yang bisa dikatakan aman untuk pasien diabetes tipe 2.
Glukosa dan fruktosa dicerna dan diserap dengan cara yang sangat berbeda oleh tubuh. Sementara setiap sel dalam tubuh dapat menggunakan glukosa, sementara hal ini tak berlaku untuk fruktosa. Saat Anda mengonsumsi gula meja atau makanan manis lainnya, maka dengan mudah tubuh akan mencerna glukosa yang terkandung di dalamnya untuk dijadikan bahan energi. Sementara, fruktosa yang juga ada di dalam makanan manis tersebut hanya bisa dipecah dan dicerna oleh organ hati. Hasil akhir dari proses pencernaan tersebut adalah trigliserida, asam urat, dan beberapa zat radikal bebas. Jika gula fruktosa yang dikonsumsi terlalu banyak, maka trigliserida akan menumpuk di hati dan akhirnya merusak fungsi organ tersebut. Selain itu, trigliserida juga bisa memicu timbulnya plak di pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Zat radikal bebas yang dihasilkan dari pemecahan fruktosa juga dapat merusak struktur sel, enzim, dan bahkan gen. Asam urat dapat mematikan produksi nitrit oksida, suatu zat yang membantu melindungi dinding arteri dari kerusakan. Efek lain dari asupan fruktosa tinggi adalah resistensi insulin, prekursor diabetes. Namun, masih diperlukan lebih banyak penelitian pada manusia. Peneliti masih memperdebatkan sejauh mana fruktosa dapat memengaruhi beberapa masalah kesehatan tersebut.
Perlu diingat bahwa buah-buahan tetap mengandung gula. 1 gelas apel yang sudah dipotong (125 gram) mengandung 13 gram gula. Setiap 150 gram pisang mengandung 18 gram gula. 1 gelas stroberi potong (188 gram) mengandung 8 gram gula. Buah kiwi (180 gram) mengandung 16 gram gula. Buah markisa (236 gram) mengandung 26 gram gula. Ada juga buah yang mengandung sedikit gula. Contohnya adalah alpukat (146 gram) yang hanya mengandung 1 gram gula dan lemon (212 gram) yang hanya mengandung 5 gram gula. Perlu diingat bahwa gula bukan produk yang dimanufaktur secara mutlak, sehingga kandungan gulanya pun bervariasi.
2.6 Hubungan Patofisiologis Rasa Kantuk dan Gula Darah
Peningkatan konsumsi gula akan meningkatkan gula darah setelah dicerna oleh sistem pencernaan yang menyebabkan terjadinya rasa kantuk. Gula darah yang meningkat dapat memperkental darah, sehingga peredaran darah berjalan dengan sedikit lebih lambat. Sistem transpor juga semakin lambat menyampaikan oksigen pada organ – organ yang membutuhkan ketika peredaran darah diperlambat. Akibatnya, fungsi tubuh berkurang dan subjek penelitian menguap karena kekurangan oksigen.
2.7 Trendline pada Grafik
Garis Trend adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik lembah (bottom) yang naik secara berurutan pada keadaan Uptrend, atau titik-titik puncak (TOP) yang turun secara berurutan pada keadaan Downtrend.
Dalam mencari suatu kecenderungan pada data yang tersebar atau jamak, garis trendline adalah salah satu ilmu teknikal yang paling sering digunakan.
2.8 Hipotesis
Konsumsi gula akan meningkatkan gula darah yang menyebabkan rasa kantuk.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara online, dengan target responden berdomisili di daerah Jakarta dan sekitarnya. Fokus target responden pada warga SMAK 1 PENABUR Jakarta, terutama murid-muridnya.
Sebaran waktu penelitian dilakukan sebagai berikut:
Tanggal Penelitian
Kegiatan Penelitian
14-20 Oktober 2019
Pemilihan Tema dan Peninjauan Pustaka
21-27 Oktober 2019
Penyusunan Metodologi Penelitian
28-29 Oktober 2019
Penyebaran Survei (sore hingga malam hari)
29-31 Oktober 2019
Analisis Data, Penyusunan Laporan Penelitian, dan Penyempurnaannya
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
3.2 Jenis dan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan berupa survei. Survei tersebut bertujuan untuk mengetahui pola pengaruh konsumsi glukosa dan tingkatan kantuk dalam keseharian responden.
Dari metode tersebut, jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hal itu disebabkan jenis data yang dikumpulkan berupa angka, seperti jumlah taksiran gula atau glukosa yang dikonsumsi dan skala tingkatan rasa kantuk yang dialami responden.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel bebas atau independen dalam penelitian ini adalah taksiran jumlah gula yang dikonsumsi oleh responden sesuai data dari tabel yang kami berikan.
Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah rasa kantuk responden sesuai skala yang diberikan. Skala tersebut antara lain:
1: Tidak mengantuk dan lelah, segar dan bersemangat
2: Tidak mengantuk dan lelah, beraktivitas seperti biasa, menguap sesekali
3: Sedikit mengantuk dan lelah, menguap secara terus-menerus
4: Mengantuk dan lelah, tertidur sesekali
5: Sangat mengantuk dan lelah, tertidur secara berkala sepanjang hari
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah:
Interval waktu pengisian survei yang relatif pendek, yakni 2 hari, sehingga faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tanggal dan mempengaruhi variabel penelitian ini dapat cukup dikontrol
Persamaan interval waktu jam tidur dalam analisis data
Persamaan data yang diberi mengenai kisaran jumlah gula dalam jenis makanan tertentu
Persamaan jenis dan isi pertanyaan yang diajukan dalam survei
Persamaan deskripsi skala kantuk/lelah pada survei
Persamaan kondisi responden yang diambil datanya sebagai data valid, yakni tidak mengidap penyakit anemia
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Populasi dan Sampel
Populasi atau target survei yang kami tuju adalah segenap masyarakat, terutama siswa-siswi dan guru SMAK 1 PENABUR Jakarta, atas dasar aksesibilitas. Dari populasi tersebut, sampel akan diambil secara acak. Adapun kriteria inklusi sampel, atau karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target, adalah:
Bersedia berpartisipasi dalam survei sebagai responden subjek penelitian
Mampu mengakses formulir survei online dari link http://gg.gg/gulangantuk
Mampu menghitung
Tidak buta huruf
Sementara kriteria eksklusi sampel, atau karakteristik umum yang mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, adalah:
Menderita anemia
Tidak mampu mengingat diet makanan yang telah dikonsumsi yang mempengaruhi jumlah konsumsi glukosa
Tidak menjawab pertanyaan survei dengan lengkap sesuai pertanyaan
3.4.2 Pertanyaan Survei
Apakah Anda seorang penderita anemia?
Dari skala di bawah, bagaimana rasa kantuk dan lelah Anda hari ini?
1: Tidak mengantuk dan lelah, segar dan bersemangat
2: Tidak mengantuk dan lelah, beraktivitas seperti biasa, menguap sesekali
3: Sedikit mengantuk dan lelah, menguap secara terus-menerus
4: Mengantuk dan lelah, tertidur sesekali
5: Sangat mengantuk dan lelah, tertidur secara berkala sepanjang hari
Makanan/Minuman
Kisaran jumlah gula
1 gelas susu
17 gram
1 kotak susu
19 gram
1 potong roti manis tanpa isi
6 gram
1 botol minuman ringan (soft drink)
36 gram
1 bar cokelat
7 gram
1 butir permen
2 gram
Jus buah tanpa gula
6 gram
1 sendok teh gula
5 gram
1 botol teh kemasan
18 gram
1 gelas teh manis kantin
39 gram
½ gelas susu kental manis tanpa tambahan gula
54 gram
Tabel 3.2 Informasi Kandungan Gula Makanan
Dari data tabel di atas, hitunglah kisaran gula (dalam gram) yang telah dan akan Anda konsumsi hari ini!
Berapakah jumlah jam tidur Anda semalam?
1-3 jam
4-6 jam
7-9 jam
> 9 jam
3.5 Metode Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, pertama-tama, kami akan melakukan reduksi data, yakni pembuangan data yang tidak diperlukan, antara lain dari responden penderita anemia dan dari data yang tidak dijawab secara lengkap.
Proses selanjutnya merupakan penyajian data. Karena adanya pengaruh besar dari jumlah jam tidur sebagai variabel, maka kami akan menganalisis data dengan membaginya berdasarkan kategori jumlah jam tidur, sebagai berikut:
Kategori I: 1-3 jam
Kategori II: 4-6 jam
Kategori III: 7-9 jam
Kategori IV: >9 jam
Kami akan mengklasifikasikan jawaban-jawaban angket sesuai pokok permasalahan, lalu membuat grafik pengaruh glukosa darah terhadap rasa kantuk, serta membuat trendline-nya dengan komputer, baik secara linear maupun eksponensial. Dari trendline tersebut, kami akan menarik suatu kesimpulan dan menghubungkannya dengan tinjauan pustaka yang didapat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data, Grafik, dan Pembahasan
# Responden
Persentase
Kategori I
8
7.34%
Kategori II
63
57.80%
Kategori III
29
26.61%
Penderita Anemia
8
7.34%
Data tidak valid
1
0.92%
Total
109
100.00%
Tabel 4.1 Persebaran Keseluruhan Data
Dari data yang kami dapatkan, terdapat total 109 responden, dengan 8 responden penderita anemia dan 1 responden dengan data tidak valid. Dengan demikian, terdapat 100 data valid yang kami ambil sebagai data sumber analisis.
Gambar 4.1 Diagram Persebaran Keseluruhan Data
Dari 100 data tersebut, berdasarkan kategori jumlah jam tidur yang telah kami buat, 8 dari antaranya merupakan bagian Kategori I (1-3 jam), 63 lainnya merupakan responden Kategori II (4-6 jam), dan 29 lainnya merupakan bagian dari Kategori III (7-9 jam). Dari persebaran tersebut, dapat dilihat bahwa Kategori II merupakan kategori dominan dalam penelitian ini.
Data tersebut kami sortir ulang hingga secara berurut menunjukkan skala kantuk. Berikut data untuk Kategori I:
KATEGORI 1
No.
Anemia
Kantuk
Gula
Jam tidur
1
Tidak
3
26
1-3 jam
2
Tidak
3
21
1-3 jam
3
Tidak
3
50
1-3 jam
4
Tidak
4
17
1-3 jam
5
Tidak
4
23
1-3 jam
6
Tidak
4
203
1-3 jam
7
Tidak
5
0
1-3 jam
8
Tidak
5
80
1-3 jam
Tabel 4.2 Data Responden Kategori I
Dari data tersebut, didapatkan trendline sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Data Kategori I
Walaupun persebaran data terlihat acak, baik trendline linear maupun eksponensial menunjukkan kecenderungan gula untuk menaikkan rasa kantuk, walau dengan gradien yang tidak terlalu besar.
KATEGORI I
Skala Kantuk
# Responden
Persentase
3
3
37.50%
4
3
37.50%
5
2
25.00%
Tabel 4.3 Persebaran Responden Kategori I Terhadap Skala Kantuk
Dari 8 responden yang berada di Kategori I, 3 (atau sebanyak 37.5%) responden di antaranya memiliki skala kantuk 3, 3 lainnya memiliki skala kantuk 4, dan 2 responden sisanya (25%) memiliki skala kantuk 5. Dapat dilihat bahwa pada kategori ini tidak terdapat responden yang mengisi dirinya memiliki skala kantuk 1 ataupun 2. Hal ini secara teoritis akan berpengaruh pada perpotongan-y atau mulainya trendline pada 0 gram gula nantinya.
Mulainya trendline cukup tinggi (pada skala kantuk 3,81) diduga karena responden pada Kategori I hanya memiliki jam tidur sebanyak 1-3 jam pada malam sebelumnya. Angka tersebut mendekati skala 4, yang kami deskripsikan dengan “mengantuk dan lelah, tertidur sesekali”. Hal ini membuktikan bahwa jumlah jam tidur memang mempengaruhi rasa kantuk inisial seseorang, bahkan memicu aktivitas yang suboptimal seperti tertidur.
Gradien pada Kategori I cukup kecil, yakni 0,00118/gram. Artinya, untuk setiap 100 gram gula yang dikonsumsi, rasa kantuk dan lelah akan meningkat sebesar 0,118 skala yang kami formulasikan.
Sementara itu, berikut 63 data responden Kategori II:
KATEGORI 2
No.
Anemia
Kantuk
Gula
Jam tidur
1
Tidak
1
63
4-6 jam
2
Tidak
1
36
4-6 jam
3
Tidak
1
17
4-6 jam
4
Tidak
1
24
4-6 jam
5
Tidak
2
30
4-6 jam
6
Tidak
2
10
4-6 jam
7
Tidak
2
19
4-6 jam
8
Tidak
2
31
4-6 jam
9
Tidak
2
120
4-6 jam
10
Tidak
2
5
4-6 jam
11
Tidak
2
20
4-6 jam
12
Tidak
2
17
4-6 jam
13
Tidak
2
37
4-6 jam
14
Tidak
2
18
4-6 jam
15
Tidak
2
21
4-6 jam
16
Tidak
2
36
4-6 jam
17
Tidak
2
50
4-6 jam
18
Tidak
2
6
4-6 jam
19
Tidak
2
35
4-6 jam
20
Tidak
3
23
4-6 jam
21
Tidak
3
26
4-6 jam
22
Tidak
3
17
4-6 jam
23
Tidak
3
50
4-6 jam
24
Tidak
3
63
4-6 jam
25
Tidak
3
19
4-6 jam
26
Tidak
3
13
4-6 jam
27
Tidak
3
17
4-6 jam
28
Tidak
3
0
4-6 jam
29
Tidak
3
0
4-6 jam
30
Tidak
3
25
4-6 jam
31
Tidak
3
95
4-6 jam
32
Tidak
3
7
4-6 jam
33
Tidak
3
19
4-6 jam
34
Tidak
3
42
4-6 jam
35
Tidak
3
35
4-6 jam
36
Tidak
3
6
4-6 jam
37
Tidak
3
24
4-6 jam
38
Tidak
3
13
4-6 jam
39
Tidak
3
77
4-6 jam
40
Tidak
3
14
4-6 jam
41
Tidak
4
17
4-6 jam
42
Tidak
4
81
4-6 jam
43
Tidak
4
19
4-6 jam
44
Tidak
4
37
4-6 jam
45
Tidak
4
36
4-6 jam
46
Tidak
4
36
4-6 jam
47
Tidak
4
6
4-6 jam
48
Tidak
4
44
4-6 jam
49
Tidak
4
31
4-6 jam
50
Tidak
4
42
4-6 jam
51
Tidak
4
43
4-6 jam
52
Tidak
4
13
4-6 jam
53
Tidak
4
50
4-6 jam
54
Tidak
4
18
4-6 jam
55
Tidak
4
6
4-6 jam
56
Tidak
5
20
4-6 jam
57
Tidak
5
100
4-6 jam
58
Tidak
5
70
4-6 jam
59
Tidak
5
17
4-6 jam
60
Tidak
5
36
4-6 jam
61
Tidak
5
149
4-6 jam
62
Tidak
5
87
4-6 jam
63
Tidak
5
12
4-6 jam
Tabel 4.4 Data Responden Kategori II
Dari data tersebut, didapatkan trendline sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik Data Kategori II
Karena Kategori II merupakan kategori dominan, data yang kita dapatkan lebih banyak dan lebih tersebar lagi. Akibatnya, hasil trendline pada kategori ini lebih jelas terlihat kenaikannya.
Tabel 4.5 Persebaran Responden Kategori II Terhadap Skala Kantuk
Dari tabel persebaran data di atas, dari 63 responden yang masuk ke dalam Kategori II, terdapat 4 responden (6.35%) yang mengisi skala kantuk 1. Skala kantuk 2 dan 4 masing-masing berjumlah 15 responden, dengan persentase masing-masing 23.81%. Mayoritas responden Kategori II menilai dirinya memiliki skala kantuk 3. Responden-responden tersebut berjumlah 21 orang, atau 33.33% dari seluruh responden Kategori III. Sementara itu, skala kantuk 5 diisi oleh 8 responden (12.7%).
Perpotongan-y, atau titik mulai garis kecenderungan pada 0 gram gula juga lebih rendah, yakni setinggi 2,84 pada skala kantuk dan lelah yang kami pasang pada survei. Angka tersebut mendekati angka 3, yang dideskripsikan dengan “sedikit mengantuk dan lelah, menguap secara terus-menerus”. Seperti pada data Kategori I, baik trendline linear maupun eksponensial menunjukkan kenaikan.
Gradien linear kategori ini sebesar 0,00844/gram. Artinya, untuk setiap konsumsi 100 gram gula, subjek akan mengalami kenaikan rasa kantuk dan lelah sebesar kurang lebih 0,8 skala kantuk kami.
Sementara itu, berikut data dari 29 responden pada kategori III:
Tabel 4.6 Data Kategori III
Dari data tersebut, didapatkan grafik persebaran beserta trendline sebagai berikut:
Gambar 4.4 Grafik Data Kategori III
Dari grafik di atas, didapatkan bahwa pada Kategori III juga terdapat tren bagi gula untuk meningkatkan rasa kantuk pada subjek penelitian. Kategori III yang terdiri dari total 29 responden memiliki data yang cukup tersebar, namun cenderung terpusat pada hasil skala kantuk 2. Hasil trendline yang terlihat pada kategori ini hampir lurus, walau memiliki sedikit kenaikan.
Tabel 4.7 Persebaran Responden Kategori III Terhadap Skala Kantuk
Tabel persebaran skala kantuk pada responden Kategori III dapat dilihat di atas. Dari situ, dapat dilihat bahwa mayoritas responden, yakni sebesar 58.62% atau sebanyak 17 responden, menilai dirinya berskala kantuk 2. Kedudukan berikutnya diambil oleh skala kantuk 3, dengan jumlah sebanyak 6 responden (20.69%). Sementara itu, sebanyak 4 responden atau 13.79% Kategori III memiliki skala kantuk 4, diikuti dengan skala kantuk 1 dan 5 yang masing-masing berjumlah 1 responden.
Pada Kategori III, perpotongan-y atau titik mulai garis kecenderungan pada 0 gram gula lebih rendah lagi daripada Kategori II, yaitu sebesar 2,53. Angka ini di antara skala angka 2 (dengan deskripsi “tidak mengantuk dan lelah, beraktivitas seperti biasa, menguap sesekali”) dan angka 3 (dengan deskripsi “sedikit mengantuk dan lelah, menguap secara terus-menerus”).
Sementara itu, gradien trendline linear pada Kategori III ini hampir rata, tetapi ternyata masih memiliki besaran senilai 0.00074/gram. Dengan gradien tersebut, dapat dikatakan bahwa konsumsi gula tidak terlalu berpengaruh terhadap rasa kantuk pada kategori ini.
4.2 Analisis Data
Dari data hasil survei responden, trendline dapat dirangkum sebagai berikut:
Tabel 4.8 Rangkuman Analitik Trendline Grafik Data 3 Kategori
Pada trendline linear, persamaan linear dapat dirumuskan sebagai berikut:
y = bx + a
Dengan b sebagai gradien, dan a sebagai perpotongan-y, atau pada penelitian ini, titik mulai skala rasa kantuk pada kategori tertentu dengan konsumsi 0 gram gula. Hasil survei menunjukkan bahwa semua gradien positif, artinya kenaikan konsumsi gula meningkatkan rasa kantuk. Akan tetapi, gradien tersebut hanya memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,003453. Angka tersebut kurang signifikan, karena mengartikan bahwa konsumsi 100 gram gula hanya akan meningkatkan rasa kantuk sebanyak sekitar 0,3 skala kantuk penelitian ini.
Hal lain yang dapat dianalisis adalah tingginya gradien pada data Kategori II dibandingkan gradien kategori lainnya. Pada kondisi jumlah jam tidur 4-6 jam, gula memiliki kecenderungan untuk meningkatkan rasa kantuk dan lelah dengan lebih jauh lagi. Hal ini diduga karena kondisi tubuh yang sedari awal memang sudah kurang segar, sebab jumlah jam tidur yang ideal adalah pada Kategori III, yakni sekitar 8 jam. Karena itu, pada Kategori III diduga karena tubuh cukup segar, konsumsi gula tidak terlalu mempengaruhi kesegaran tubuh. Sementara itu, pada Kategori I, karena sedari awal tubuh sudah cukup lelah karena defisit tidur, konsumsi gula tidak terlalu berpengaruh terhadap pertambahan rasa kantuk dan lelah.
Sementara itu, untuk garis kecenderungan eksponensial, persamaan dapat dirumuskan:
y = aebx
Dengan a sebagai basis eksponen, dan b sebagai indeks, artinya semakin tinggi indeks b, semakin curam juga garis yang terbentuk. Lagi-lagi untuk trendline eksponensial, Kategori II menjadi kategori dengan indeks paling besar. Penjelasannya serupa dengan yang telah dijelaskan pada paragraf di atas.
Rasa kantuk bisa terjadi karena peningkatan konsumsi gula akhirnya akan meningkatkan gula darah setelah dicerna oleh sistem pencernaan. Meningkatnya gula darah mampu memperkental darah, sehingga peredaran darah berjalan dengan sedikit lebih lambat. Saat peredaran darah diperlambat, sistem transpor juga semakin lambat menyampaikan oksigen pada organ-organ yang membutuhkan. Alhasil, kekurangan oksigen mengakibatkan fungsi tubuh berkurang dan subjek penelitian menguap.
4.3 Analisis Faktor Kesalahan
Metodologi dalam penelitian ini tidak luput dari kesalahan yang dikarenakan dengan banyaknya variabel yang kurang memungkinkan untuk dikontrol agar tetap konstan. Variabel-variabel tersebut tidak dimuat dalam penelitian ini karena keterbatasan waktu serta pembahasan lingkup penelitian. Faktor kesalahan dalam penelitian ini, antara lain:
Ketidakpastian responden akan jawaban taksiran gula yang dikonsumsi, sebab gula yang dikonsumsi belum tentu sama dengan jumlah yang telah ia konsumsi. Ketidaklengkapan tabel menjadi salah satu faktor hal ini.
Faktor-faktor kantuk lain, seperti ada tidaknya penyakit lain pada responden seperti flu, tidak diteliti dalam penelitian ini.
Penggunaan trendline pada data yang tersebar dalam penelitian ini praktis, namun memiliki tingkat keakuratan yang cukup rendah.
Interval kategori jam tidur (per 3 jam) yang hanya terbagi ke dalam 3 kategori dari data valid cukup luas, seharusnya dipersempit.
Interval rasa kantuk/lelah subjektif sesuai perasaan responden, sebab kemampuan untuk menumerasikannya sesuai skala yang telah resmi ada belum dicapai.
Dll.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang kami lakukan, dapat kami simpulkan bahwa:
Peningkatan konsumsi gula dapat meningkatkan pula rasa kantuk dan lelah, namun secara tidak terlalu signifikan. Hal ini juga bergantung pada banyak faktor lain seperti kondisi tubuh setelah jumlah jam tidur tertentu.
Hal tersebut terjadi karena peredaran darah yang semakin kental, dipacu oleh gula darah yang semakin tinggi. Kekentalan tersebut membuat pengiriman oksigen ke berbagai organ lebih pelan, sehingga tubuh dapat menguap dan merasa lelah. Tidak signifikannya data yang terjadi adalah karena
5.2 Saran
Bagi peneliti subjek serupa di masa yang akan datang, disarankan untuk menyediakan data yang lebih lengkap pada jumlah gula pada makanan, sehingga data yang didapat bisa lebih akurat. Selain itu, bila memungkinkan, tambahkan juga pertanyaan yang mengatur berbagai variabel lain yang juga bisa mempengaruhi gula darah serta rasa kantuk, sehingga faktor kesalahan berkurang.
Bagi masyarakat, disarankan untuk mengurangi konsumsi gula dan mengetahui batasan tubuh, agar tubuh dapat berfungsi secara optimal dalam melaksanakan kesehariannya.
DAFTAR PUSTAKA
AloDokter. 2019. Ini Alasan Konsumsi Roti Tawar Putih Sebaiknya Dibatasi. [Online]. Tersedia : https://www.alodokter.com/ini-alasan-konsumsi-roti-tawar-putih-sebaiknya-dibatasi. [30 Oktober 2019]
AloDokter. 2019. Kantuk. [Online]. Tersedia : https://www.alodokter.com/kantuk. [29 Oktober 2019].
Kasim, Antonius Hapindra. 2019. Glukosa Darah Puasa: Pengertian, Prosedur, dan Hasil.
[Online]. Tersedia : https://doktersehat.com/glukosa-puasa/. [29 Oktober 2019].
Pendidikan.co.id. 2018. Darah : Pengertian, Fungsi, Komponen, dan Kandungan. [Online].
Tersedia : https://pendidikan.co.id/pengertian-darah-fungsi-komponen-kandungan/.
[29 Oktober 2019]
Shabrina, Andisa. 2018. Apa Itu Gula Fruktosa? Benarkah Berbahaya Bagi Kesehatan?.
[Online]. Tersedia : https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/apa-itu-fruktosa-gula-fruktosa/. [30 Oktober 2019]
Turangan, Lily. [2016, 6 Juni]. “Kendalikan Kadar Gula Darah dengan Makanan Ini”.
KOMPAS [Online]. Tersedia :
https://lifestyle.kompas.com/read/2016/06/06/071500923
/kendalikan.kadar.gula.darah.dengan.makanan.ini?page=all. [29 Oktober 2019]
Wikipedia. Tanpa tahun. Darah. [Online]. Tersedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Darah.
[29 Oktober 2019]
Wikipedia. 2017. Gula Darah. [Online]. Tersedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah.
[29 Oktober 2019].
Wikipedia. 2017. Roti. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Roti . [30 Oktober
2019]
Anna, Lusia Kus. Ini 8 Penyebab Gula Darah Naik. [Online]. Tersedia https://lifestyle.kompas.com/read/2015/02/23/0719001/Ini.8.Penyebab.Gula.Darah.Naik?page=all. [30 Oktober 2019].
3
29