Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2018), Vol. 1
1
Fikoremediasi Nitrogen (N) ADDMW (Anaerobically Digested Manure
Waste) Menggunakan Mikroalga Chlorella dengan Sistem
Fotobioreaktor
Adam Muhammad Syach 1, Feren Kenisha1, Alfanny Putri1, Gabriella Ginting 1, Taufikurahman 1Novi Tri
Astutiningsih1
1
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132 Indonesia
E-mail: taufik@sith.itb.ac.id
Abstrak
Pendahuluan
Limbah ternak adalah bahan buangan sisa metabolisme
ternak, yang sebagian besar berupa feses dan urine.
Pengelolaan limbah yang kurang baik akan membawa
dampak yang serius pada lingkungan. Kotoran sapi
berpotensi sebagai bahan pembuatan biogas, salah satu
bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak
bumi. Limbah buangan pengelolaan biogas dari kotoran
sapi memiliki potensi sebagai sumber nutrien mikroalga.
Mikroalga seperti salah satu contohnya yaitu Chlorella
vulgaris dapat mengubah nitrogen dalam limbah
menjadi biomassa dan juga sekaligus meningkatkan
kualitas air. Pada penelitian ini digunakan mikroalga
Chlorella vulgaris untuk meremediasi nitrogen pada
limbah ADDMW dengan keadaan full dan pengenceran
2x (baku) dan medium walne sebagai kontrol dengan
metode fotobioreaktor dengan intensitas cahaya 4000
lux. Pengujian yang dilakukan meliputi pengukuran
jumlah sel mikroalga, uji kandungan amonia dan nitrat
setiap 3 hari. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa mikroalga Chlorella vulgaris dapat
digunakan untuk meremediasi limbah yang mengandung
nitrogen dengan sistem fotobioreaktor dengan intensitas
cahaya 4000 lux. Penyerapan nitrogen dalam limbah
paling optimal oleh Chlorella vulgaris terjadi pada
medium dengan full ADDMW, sementara kondisi
optimum pertumbuhan Chlorella vulgaris terjadi pada
medium dengan full ADDMW. Penurunan kadar
Amonia pada full ADDMW sebesar 80,26%. Sementara
penurunan kadar nitrat pada medium full ADDMW
sebesar 70,94%. Laju penurunan amonia pada medium
full ADDMW 3,6ppm/3hari. Sementara laju penurunan
kadar nitrat pada medium full ADDMW sebesar
9,85ppm/3hari. Chlorella dapat menurunkan konsentrasi
nitrat dan amonia menjadi 4,5ppm untuk amonia dan
19,5 ppm untuk nitrat. Nilai tersebut di bawah baku
mutu (5 ppm untuk amonia dan 30 ppm untuk nitrat)
sehingga Chlorella dapat dimanfaatkan sebagai agen
remediasi yang baik.
Kata kunci: ADDMW, Chlorella vulgaris, Amonia, Nitrat,
Hemasitometer
Limbah ternak adalah bahan buangan sisa metabolisme
ternak, yang sebagian besar berupa feses dan urine,
sedangkan limbah peternakan adalah bahan buangan
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan yang dilakukan
dalam usaha peternakan tersebut, yang sebagian besar
terdiri atas feses dan sisa hijauan pakan[1].Adanya
pencemaran lingkungan akibat limbah usaha ternak sapi
perah umumnya mendapat protes dari warga masyarakat
yang terkena dampaknya, umumnya air sungai menjadi
kotor, muncul penyakit kulit dan gatal, timbul bau yang
tidak sedap dikarenakan oleh feses sapi perah itu sendiri.
Hal tersebut sesuai dengan Juheini (1999) yang
mengemukakan sebanyak 56,67% peternak sapi perah
membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan,
sehingga terjadi pencemaran lingkungan
[2].
Pengelolaan limbah yang kurang baik akan membawa
dampak yang serius pada lingkungan, sebaiknya jika
limbah dikelola dengan baik, maka akan memberikan
nilai tambah.
Kotoran sapi berpotensi sebagai bahan pembuatan
biogas, salah satu bahan bakar alternatif pengganti
bahan bakar minyak bumi. Penggunaan dan
pengembangan biogas berbasis limbah kotoran sapi ini
semakin diminati seiring dengan meningkatnya
kepedulian masyarakat akan penggunaan energi secara
berkelanjutan. Dalam proses pengolahan kotoran sapi
menjadi biogas, terdapat proses dimana kotoran sapi
diolah ke dalam alat bernama biodigester. Alat ini
merupakan tempat terjadi fermentasi anaerob pada
kotoran sapi sehingga dihasilkan gas metana. Ada 3
produk yang dihasilkan dari biodisgester kotoran sapi
ini. Yang pertama adalah gas metana sebagai produk
biogas, lalu ada dua residu padat dan cair yang dibuang
sebagai limbah sisa pengolahan biogas. Limbah tersebut
dikenal dengan ADDMW (Anaerobically Digested
Dairy Manure Waste). Limbah pengolahan biogas ini
memiliki konsentrasi nitrat dan amonia diatas baku mutu
yaitu 60-70 ppm untuk nitrat dan 20-30 ppm untuk
amonia. Padahal nilai baku mutu pada air limbah untuk
Nitrat sebesar 30 ppm dan untuk amonia sebesar 5 ppm
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
2
[3]. Seringkali limbah dari hasil pengolahan biogas ini
hanya dibuang ke lingkungan sehingga menyebabkan
pencemaran di lingkungan sekitar tempat pengolahan
biogas.
Chlorella adalah mikroalga yang termasuk dalam jenis
alga hijau bersel satu. Selnya berdiri sendiri dengan
bentuk bulat atau bulat telur dengan diameter 3 – 8
mikron dan memiliki kloroplas yang berbentuk seperti
cangkir. Chlorella dapat bergerak, tetapi sangat lambat
sehingga pada pengamatan seakan – akan tidak
bergerak. Media tumbuh yang sesuai untuk Chlorella
adalah media yang mengandung cukup unsur hara
(terutama karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, natrium,
magnesium , dan kalsium), salinitas 0 – 35 ppt, suhu 25
– 30˚C [4]. Chlorella dalam fikoremediasi berperan
sebagai agen remediasi logam berat karena
metabolismenya yang membutuhkan logam berat. Selain
itu, Chlorella juga mampu menyerap unsur hara dalam
jumah besar yang menjadikannya mampu meremediasi
limbah yang kaya akan unsur hara [4].
Kultur mikroalga sendiri masih terkendala oleh banyak
faktor seperti mahalnya biaya dan rendahnya
produktivitas akibat ketidaksesuaian kandungan nutrisi
dalam media. Padahal, mikroalga sedang gencarnya
dikembangkan sebagai agen penyedia protein dan lipid
yang penting di bioindustri maupun dalam produksi
biofuel. Oleh karenanya, penggunaan air limbah untuk
kultivasi
mikroalga
merupakan
pilihan
yang
menjanjikan untuk menyerap kandungan Nitrogen
dalam limbah sebagai nutrisi mikroalga yang pada
akhirnya dapat memperbaiki kualitas air. Penggandaan
biomassa mikroalga dipasangkan dengan pengolahan air
limbah dianggap sebagai salah satu cara yang paling
menjanjikan untuk menghasilkan bioenergi dan produk
sampingan berbasis bio secara ekonomi dan ramah
lingkungan [5].
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi
kadar penyerapan dan laju Penyerapan Nitrat (NO3-) dan
Amonia (NH4+) dalam limbah ADDMW dengan
mikroalga Chlorella menggunakan sistem fotobioreaktor
dengan intensitas cahaya 4000 lux. Selain itu untuk
menentukan pengaruh konsentrasi Nitrogen terhadap
pertumbuhan Chlorella vulgaris dan batas konsentrasi
Chlorella vulgaris meremediasi Nitrat (NO3-) dan
Amonia (NH4+)
Bahan dan Metode Penelitian
Bahan
Limbah yang digunakan pada percobaan ini adalah
limbah kotoran sapi yang sudah melewati pencernaan
anaerobik (anaerobic digested manure dairy wastewater)
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2017), Vol 1
yang didapat dari peternakan sapi Universitas
Padjadjaran. Limbah diambil dari sisa pengolahan
biogas dari kotoran sapi. Limbah disaring menggunakan
kapas sebanyak 1 kali, lalu dilanjutkan dengan
penyaringan menggunakan kertas saring hingga limbah
cukup jernih.
Chlorella vulgaris yang didapat dari BBPBAP Jepara
dikultru pada 9 botol kultur dengan medium limbah
masing-masing sebanyak 700 mL. Botol kemudian
dipasangkan dengan pipa PVC. Botol kultur dan aerator
disambungkan dengan selang aerasi pada pipa PVC
tersebut dan aerator dinyalakan. 2 lampu flurorescence
dipasangkan tegak lurus terhadap botol-botol kultur dan
diatur agar dapat menyala dari jam 6 pagi hingga 10
pagi setiap harinya.
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan
konsentrasi (kepekatan limbah) sebagai media
pertumbuhan Chlorella dengan sistem fotobioreaktor.
Pelakuan kontrol adalah fotobioreaktor dengan
pemberian media walne dan penambahan Chlorella
sebanyak 3 botol. Sementara itu, perlakuan dilakukan
dengan menambahkan Chlorella untuk ditumbuhkan
dalam media limbah dengan tanpa pengenceran dan 2
kali pengenceran setiap perlakuan di buat dalam 3 botol.
Ketiga sistem fotobiorekator ini dijalankan selama 15
hari dengan pencahayaan fotoperiodisme 16 jam terang
dan 8 jam gelap dengan intensitas cahaya 4000 lux.
Pengamatan yang dilakukan yaitu menghitung jumlah
sel menggunakan metode hemasitometer, pengujian
kadar nitrat menggunakan uji dan pengujian kadar
Amonia menggunakan uji Nessler setiap 3 hari.
Metode yang digunakan penulis pada percobaan ini
pembuatan reagen dan kurva baku untuk uji Nessler dan
uji asam klorida, pemasangan alat dan pembuatan
medium, pengujian kadar Amonia dan nitrat, dan
penentuan jumlah sel.
Pembuatan reagen
Dibuat larutan standar Amonia dengan konsentrasi 1000
ppm dari 3,819 gram NH4Cl yang dilarutkan dalam 1000
mL (1 L) Amonia-free water atau air suling. Larutan
KNa-Tartrate dibuat dari padatan garam Rochelle
sebanyak 0,5 gram yang dilarutkan ke dalam 10 mL
aquades. Larutan standar untuk uji asam salisilat dibuat
dari 1.805 g kalium nitrat (potassium nitrate) yang
ilarutkan pada 600 mL aquades. Kemudian larutan ini
harus disimpan pada wadah tertutup. Reagen asam
klorida untuk uji asam klorida diperoleh dengan cara
menambahkan 250 ml aquadest dalam labu takar
kemudian di tambahkan 83mL HCl pekat.
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2018), Vol. 1
3
Pembuatan kurva baku dan pengujian amonia
Konsentrasi nitrogen diperoleh dengan mensubsitusi
hasil absorbansi dengan nilai y pada persamaan tersebut
dengan persamaan kurva baku yang diperoleh. Gambar
1. Menunjukkan grafik konsentrasi amonia terhadap
waktu dan Gambar 2. Menunjukkan grafik konsentrasi
nitrat terhadap waktu.
Setiap 3 hari, botol-botol dilepas dari aerator kemudian
masing-masing medium pada botol diambil 5 ml
kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecapatan
3000rpm selama 10 menit. Supernatan di ambil 4 ml
kemudian di encerkan sampai 12 mL. diuji dengan uji
Nessler dan uji asam klorida. Uji Nessler dilakukan
untuk mengukur kadar amonia pada medium tiap
perlakuan. Pertama dibuat lima larutan standar NH4+
dengan spesifikasi 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm dan
10ppm sebagai kurva baku sebanyak 6,25mL.
Kemudian, ditambahkan 1 mL KNa-Tartrate. Setelah
itu, ditambahkan reagen Nessler lalu ditunggu selama 10
menit. Terakhir, tiap larutan dibaca absorbansinya pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm,
dicatat hasilnya lalu dibuat kurva absorbansinya.
Didapat persamaan kurva baku dengan cara
mengregresikan setiap titik. Untuk pengujian, 6,25mL
sampel yang sudah di sentrifugasi dan diencerkan
diberikan perlakuan yang sama untuk mendapatkan
absorbansinya.
Gambar 1. Grafik Perbandingan Konsentrasi Amonium
Pembuatan kurva baku dan pengujian nitrat
Uji asam klorida dilakukan untuk mengukur kadar nitrat
pada medium tiap perlakuan. Pertama dibuat lima
larutan standar NO3¬ dengan spesifikasi 2ppm, 4ppm,
6ppm, 8ppm dan 10ppm sebagai kurva baku sebanyak
5mL. Kemudian, ditambahkan 0,1 mL larutan asam
klorida lalu ditunggu selama 20 menit. Terakhir, tiap
larutan dibaca absorbansinya pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 220 nm dan 275nm, dicatat
hasilnya. Hasil dari absorbansi satu dikurangi hasil
absorbansi lain lalu dibuat kurva absorbansinya. Didapat
persamaan kurva baku dengan cara mengregresikan
setiap titik. Untuk pengujian, 5mL sampel yang sudah di
sentrifugasi dan diencerkan diberikan perlakuan yang
sama untuk mendapatkan absorbansinya.
Perhitungan jumlah sel
Hemasitometer merupakan alat yang digunakan untuk
menghitung jumlah sel mikroalga dalam sampel. Sampel
mikroalga yang akan diuji dipipet ke atas kamar hitung
dengan merata dan ditutup dengan kaca penutup. Kamar
hitung kemudian ditempatkan pada mikroskop dan
dihitung jumlah sel yang terlihat dalam kamar-kamar
hitung dengan perbesaran 100x. Jumlah sel yang telah
dihitung kemudian dirata-rata dan dikali dengan 106.
Hasil dan Diskusi
Hasil spektrofotometer pada ketiga sampel medium
mikroalga, ditunjukan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Gambar 2. Grafik Perbandingan Konsentrasi Nitrat
Chlorella mempunyai daya regenerasi yang cepat.
Chlorella peka terhadap keadaan unsur hara didalam air
yang kurang mencukupi, tetapi respon terhadap kadar
unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi
yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang
cukup
besar,
menyebabkan
Chlorella
dapat
dimanfaatkan
sebagai
pengendali
pencemaran
lingkungan [6].
Pengujian kandungan amonia dan nitrat dilakukan pada
hari ke-0 sampai hari ke-15 dan diperoleh data pada
Gambar 1 dan Gambar 2. Dari hasil tersebut didapat
penurunan kadar nitrat yang lebih besar pada medium
Full dibandingkan dengan 2 medium lain sedangkan
penurunan kadar amonia yang lebih besar pada medium
Kontrol dibandingkan dengan 2 medium lain.
Konsentrasi dari nitrogen berpengaruh kepada
peningkatan kandungan protein dan klorofil dari
mikroalga Chlorella, semakin tinggi konsentrasi
nitrogennya semakin banyak kandungan proteinnya dan
klorofilnya, tetapi jumlah dari sel mikroalga tidak
mengalami perubahan yang signifikan, ini disebabkan
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
4
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2017), Vol 1
karena pada medium dengan kandungan nitrogen yang
rendah mikroalga cenderung memperbanyak sintesis
lipid di dalam tubuhnya dan kandungan dengan
konsentrasi yang lebih pekat cenderung menghalangi
cahaya untuk mikroalga melakukan fotosintesis [7].
pada Tabel 2. Menurut referensi laju penurunan amonia
sebesar 1.06-2.27 ppm/hari dan laju penurunan nitrat
sebesar 2.88-3.43 ppm/hari. Dari hasil referensi laju
penurunan yang paling sesuai adalah pada kondisi Full
ADDMW.
Chlorella mendekomposisi limbah dengan mengubah
senyawa organik yang berikatan dengan nitrat dan
amonia menjadi bentuk anorganik. Proses ini
membutuhkan waktu yang cukup lama. Chlorella dapat
menyerap nitrogen dalam bentuk berbagai bentuk yaitu
NO3-, NH4+ dan NO2-.Pada keadan basa Chlorella
cenderung menyerap nitrogen dalam bentuk NO3- karena
pada suasana basa NH4+ dalam fasa gas sehingga susah
untuk di serap. Sedangkan pada suasana asam menyerap
nitrogen dalam bentuk NH4+. Akibat dari NH4+ sendiri
juga membuat kondisi medium pada suasana asam dan
sebaliknya. Menurut referensi Chlorella efektif tumbuh
pada pH 8-9 sehingga dapat disimpulkan Chlorella lebh
banyak menyerap nitrogen dalam bentuk NO3- [8].Pada
penelitian ini dapat dilihat amonia pada kontrol sangat
tinggi dibanding medium lain sehingga kontrol
menyerap lebih banyak amonia.Sedangkan pada full dan
pengeceran 2x, Chlorella konsentrasi Nitrat lebih tinggi
dari amonia sehingga penyerapan nitrat lebih cepat.
Tabel 2.Laju Penurunan Amonia dan Nitrat pada
Sampel
Berdasarkan Cai& Park (2012), kandungan total
nitrogen pada Anaerobic digested manure wastewater
sebesar 100-240 ppm sebelum diremediasi dengan
menggunakan mikroalga Chlorella sp [9]. Kandungan
nitrogen total pada limbah yang digunakan pada
penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan referensi.
Penurunan kadar total nitrogen pada limbah dengan
Chlorella menurut referensi adalah sebesar 70-83%.
Pada penelitian ini menunjukkan efisiensi penurunan
kadar amonia dan nitrat pada medium kontrol, baku, dan
full dapat dilihiat pada Tabel 1.
Tabel 1.Efisiensi Penurunan Amonia dan Nitrat
pada Sampel
Amonia
Nitrat
Kontrol (%)
47,63
62,18
Baku (%)
58,77
59,23
Amonia
Nitrat
Kontrol
(ppm/hari)
2,12
0,47
Baku
(ppm/hari)
0,48
1,4
Full
(ppm/hari)
1,2
3,28
Kadar nitrogen yang diserap oleh mikroalga Chlorella
digunakan untuk sintesis protein. Mikroalga yang
diinokulasi pada medium dengan kandungan nitrogen
yang lebih rendah memiliki nilai kalori yang lebih baik
karena memiliki kandungan lipid yang lebih banyak
sehingga bagus digunakan untuk biodiesel [7].
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan dapat
disimpulkan bahwa, fikoremediasi nitrogen pada limbah
ADDMW menggunakan mikroalga Chlorella vulgaris
dapat dilakukan karena pada medium full dan baku,
konsentrasi amonia dan nitrat sudah di bawah baku
mutu. Sehingga medium tersebut sudah di dapat dibuang
ke tempat pembuangan umum. Medium yang sudah di
bawah baku mutu mengindikasi bahwa Chlorella dapat
dimanfaatkan sebagai agen remediasi [9].
Densitas alga pada bioreaktor ditentukan dengan
menggunaakan alat hemasitometer dan diamati dibawah
mikroskop untuk menghitung densitas alga pada plat
hemasitometer. Hasil pengukuran densitas alga pada tiap
kondisi bioreaktor yang berbeda dapat dilihat pada
Tabel 5.Dari data tersebut, didapatkanlah sebuah grafik
yang menunjukkan perubahan densitas alga dalam
bioreaktor terhadap lamanya waktu kultivasi alga.
Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Full (%)
80,26
70,94
Hasil yang didapat masih dibawah efektivitas
penyerapan nitrogen oleh Chlorella menurut referensi
untuk meidum baku dan kontrol.Sementara untuk full
sesuai dengan efektivitas penyerapan nitrogen oleh
Chlorella sehingga medium Full ADDMW dapat
digunakan sebagai medium pertumbuhan Chlorella.
Pada penelitian ini laju penurunan kadar amonia dan
nitrat dengan meregresikan nilai penunrunan kadar
masing-masing kemudian mengambil gradien sebagai
laju penurunan. Didapatkan laju penurunan amonia dan
nitrat pada medium kontrol, baku, dan full dapat dilihat
Gambar 3. Grafik Perbandingan Densitas Alga
Dalam kurun waktu 3 hari pertama, terdapat penuruan
densitas alga pada ketiga kondisi medium yang
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2018), Vol. 1
berbeda.Pada medium kontrol, penurunan densitas alga
sebesar 78%. Pada medium 2 kali pengenceran,
penurunan densitas alga sebesar 67,3 %. Sementara pada
medium full, penurunan densitas alga sebesar 68,9%.
Penurunan densitas alga tersebut disebabkan oleh fase
pertumbuhan alga yang tengah berada dalam tahap
aklimatisasi.Penurunan yang paling tinggi untuk tahap
aklimatisasi berada pada medium full.Hal tersebut
disebabkan perubahan konsentrasi yang drastis dari
medium awal ke medium full menyebabkan adaptasi
alga menjadi lebih sulit.
Dalam sebuah data referensi, disebutkan bahwa fase
pertumbuhan alga terbagi menjadi 5 fase, yaitu fase lag,
fase eksponensial, fase relatif penurunan, fase stasioner
dan fase kematian [10]. Pada medium 2x
pengenceran/baku mutu, terdapat peningkatan densitas
alga yang cukup drastis pada hari ke-6 kultivasi, yaitu
mencapai 2.5 kali dari densitas pada hari ke-3.
Peningkatan densitas alga yang cukup tinggi ini
disebabkan oleh fase pertumbuhan alga yang tengah
memasuki fase pertumbuhan eksponensial dimana alga
berkembang biak dengan laju yang sangat cepat [10].
Laju peningkatan densitas alga pada medium 2x
pengenceran di hari ke-6 pun sejalan dengan penurunan
konsentrasi nitrat yang mengalami penurunan paling
signifikan pada hari ke-6.Hal tersebut sejalan dengan
data literatur yang menyebutkan bahwa laju penyerapan
nitrat terbaik pada alga, ada pada fase pertumbuhan
eksponensialnya, karena pada fase itu jumlah alga
meningkat drastis maka kemampuan alga untuk
meremediasi nitrat pada limbah pun akan meningkat
secara signifikan [11]. Sementara itu, pada medium full,
alga masih menunjukkan penurunan densitas.Namun,
penurunan densitas alga pada medium full mulai
menunjukkan adanya pertumbuhan karena laju
penurunan densitas mulai menurun.
Pada waktu kultivasi hari ke-9, didapati adanya
peningkatan yang signifikan pada densitas alga di
medium full. Peningkatan densitas alga pada medium
full mencapai 2 kali dari dari densitas alga pada hari ke6.Peningkatan densitas yang signifikan ini menunjukkan
bahwa alga pada medium full telah memasukki fase
pertumbuhan eksponensialnya. Sementara itu, pada
medium 2x pengenceran terlihat adanya penurunan
densitas alga hingga 87,3 % pada hari ke-9. Penurunan
yang drastis ini menunjukkan bahwa alga telah
memasuki fase kematiannya. Pada hari ke-6, konsentrasi
nitrat pada medium 2x pengenceran telah mencapai
kurang dari 20 ppm, sementara kandungan Amonianya
telah mencapai kurang dari 10 ppm. Rendahnya
kandungan nitrat dan Amonia pada medium tersebut
tidak sebanding dengan jumlah alga yang pada saat itu
mencapai puncak tertingginya.Oleh karena itu, setelah
hari ke-6, jumlah alga pada medium 2x pengenceran
5
mulai menurun drastis karena kurangnya kandungan
nitrat dan Amonia pada medium sebagai nutrisi bagi
alga.
Pada hari ke-9 menuju hari ke-12, tampak ada
penurunan densitas alga pada medium full yang
mencapai 70,5 %. Penurunan ini menunjukkan bahwa
alga pada medium full telah memasuki fase
kematiannya.Kematian alga pada fase ini disebabkan
oleh konsentrasi Amonia dan nitrat pada medium yang
sudah menurun, sementara jumlah alga pada saat yang
bersamaan
tengah
mencapai
jumlah
maksimumnya.Ketidakseimbangan jumlah alga dan
konsentrasi nitrat dan Amonia sebagai nutrisi alga,
menyebabkan alga tidak mampu bertahan hidup dan
akhirnya memasuki fase kematiannya.
Pada medium kontrol, densitas alga tampak terus
menurun tanpa adanya peningkatan sedikitpun selama
masa kultivasi. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan
Amonia pada medium kontrol, jauh lebih tinggi
dibandingkan kandungan nitratnya.Menurut sebuah data
literatur, pertumbuhan alga pada sebuah medium,
dipengaruhi oleh konsentrasi Amonia yang ada pada
medium tersebut. Konsentrasi Amonia yang terlalu
tinggi akan bersifat toksik bagi alga. Hal tersebut
dikarenakan senyawa Amonia pada konsentrasi yang
tinggi dapat menghambat proses fotosintesis alga karena
terganggunya proses transport elektron pada rantai
transport elektron [12, 13]. Toksisitas ammonium
mempengaruhi proses fotosintesis dengan cara
mempengaruhi perubahan pH pada membran
fotosintetik, meningkatkan sensitivitas kerusakan pada
fotosistem II, namun tidak merubah laju respirasi. Pada
kondisi tersebut, laju fotosintesis pada alga menurun
namun laju respirasi tetap. Hal tersebut akan
mengakibatkan alga mati karena respirasi yang terus
menerus akan menghabiskan seluruh nutrisi di tubuhnya
tanpa bisa diregulasi ulang oleh fotosintesis [14].
Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapatkan penurunan kadar
Amonia pada medium kontrol, baku, dan full secara
berturut-turut sebesar 47,63%; 58,77%; dan 80,26%.
Sementara penurunan kadar nitrat pada medium kontrol,
baku, dan full secara berturut-turut sebesar 62,18%;
59,23%; dan 70,94%. Laju penurunan amonia pada
medium kontrol, baku, dan full secara berturut-turut
sebesar 2,21 ppm/hari, 0,48 ppm/hari, dan 1,2 ppm/hari.
Sementara laju penurunan kadar nitrat pada medium
kontrol, baku, dan full secara berturut-turut sebesar 1,4
ppm/hari, 1,4 ppm/hari, dan 3,28 ppm/hari. Dari
peneletian ini pula dapat teramati adanya pengaruh
konsentrasi nitrat dan ammonium pada media serta fase
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
6
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2017), Vol 1
pertumbuhan alga terhadap densitas alga di dalam
fotobioreaktor dengan intensitas cahaya 4000 lux. Hasil
dari pengujian medium, Chlorella dapat menurunkan
konsentrasi nitrat dan amonia menjadi 4,5ppm untuk
amonia dan 19,5 ppm untuk nitrat. Nilai tersebut di
bawah baku mutu (5 ppm untuk amonia dan 30 ppm
untuk nitrat) sehingga Chlorella dapat dimanfaatkan
sebagai agen remediasi yang baik.
[9]
[10]
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang secara langsung maupun tidak langsung turut
mendukung dan memfasilitasi penelitian yang penulis
lakukan, terutama kepada Prodi SITH yang telah
memfasilitasi penelitian penulis.
[11]
[12]
Daftar pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
Amini, S, & Syamdidi. (2006). Konsentrasi
Unsur Hara Pada Media Dan Pertumbuhan
Chlorella Vulgaris Dengan Pupuk Anorganik
Teknis Dan Analis. Jurnal Perikanan VIII(2),
201-206.
Hirata, H., Andarias, I. & Yamasaki, S. (1981).
Effect of Salinity Temperature on the Growth
of The Marine Phytoplankton Chlorella
saccharophila. Mem. Fac. Fish. Kaghosima Univ.
30, 257-262.
Aprilliyanti, S., Soeprobowati, T. R., & Yulianto,
B. (2016). Hubungan Kemelimpahan Chlorella
sp dengan Kualitas Lingkungan Perairan pada
Skala Semi Masal di BBBPBAP Jepara. Jurnal
Ilmu Lingkungan Undip, 14(2), 77-81.
Azhar, A. Dharma, A., Armaini. Nasir, N.,
Syafrizayanti., & Chaidir, Z. (2017). Integrasi
Bioremediasi Limbah Peternakan Sapi dan
Kultivasi Mikroalga Chlorella vulgaris Dan
Chlorella pyrenoidosae. Jurnal Katalisator
Kopertis Wilayah X, 2(2), 67-78.
Yulita, E. (2014). Pemanfaatan limbah cair
industri karet remah sebagai media pertumbuhan
Chlorella untuk pakan alami ikan. Jurnal
DinamikaPenelitian Industri, 25(1), 1-11.
Agwa, O. K., & Abu, G. O. (2016). Influence of
Various Nitrogen Sources on Biomass and Lipid
Production by Chlorella. British Biotechnology
Journal, 15(2), 1-13.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi
pengelolaan sumber daya dan lingkungan
perairan. Kanisius.
Cai, T., Park, S. Y., & Li, Y. (2013). Nutrient
recovery from
wastewater streams by
microalgae: status and prospects. Renewable and
[13]
[14]
Sustainable Energy Reviews, 19, 360-369.
Boonchai, R., Park, D.R., Seo, G. T., & Seong, C.
Y. (2012). Microalgae Photobioreactor for
Nitrogen and Phosphorus Removal from
Wastewater of Sewage Treatment Plant.
International
Journal
of
Bioscience,
Biochemistry, and Bioinformatics, 2(6), 407410
2.3. Algal Production. FAO Corporate Document
Repository.
Fisheries
and
Aquaculture
Department. Diakses padaRabu. 8Mei. 2018.,
http://www.fao.org/docrep/003/W3732E/w3732e
06.htm
Tam. N. F. Y., Wong. Y. S., (1996) Effect og
Amonia concentartions on growth of Chlorella
vulgaris and nitrogen removal from media.
Bioresource Technology. 45-50
Cornet J.F., Dussap C.G., Cluzel P., Dubertret
G., (1992) A structured modelfor simulation of
cultures of the cyanobacterium Spirulinaplatensis
in photobioreactors: II. Identification of
kineticparameters under light and mineral
limitations. Biotechnology Bioengineering. 40(7):
826–834
Soletto D., Binaghi L., Lodi A., Carvalho J.C.M.,
Converti A. (2005) Batch and fed-batch
cultivations
of
Spirulina
platensisusing
ammonium sulphate and urea as nitrogen
sources.Aquaculture. 243(1): 217–24
Britto, D. T., Kronzucker, H. J., (2002) Toxicity
in higher plants : a critical review. Journal of
Plant Physiology. 159(6) : 567-584.
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Dr. Taufikurahman
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2018), Vol. 1
7
Lampiran
Gambar 4. Grafik Kurva Baku Amonium
Gambar 5. Grafik Kurva Baku Nitrat
Tabel 3.Data Absorbansi dan Konsentrasi Amonia pada Sampel
Hari
0
3
6
9
12
15
Kontrol 1
Konsentrasi
0,884
69,7
0,8245
65,1
2,32
60,6
2,277
59,5
2,238
58,5
1,943
50,8
Kontrol 2
Konsentrasi
0,884
69,7
0,676
53,51
1,472
38,6
1,356
35,5
1,272
33,3
1,075
28,2
Kontrol 3
0,884
0,683
1,52
1,359
1,298
1,163
Konsentrasi
69,7
54,06
39,8
35,6
34,02
30,5
11,4
0,126
10,6
0,343
9,2
0,287
7,7
0,245
6,6
0,207
5,6
11,4
0,121
10,2
0,341
9,12
0,271
7,30
0,198
5,40
0,176
4,83
Konsentrasi
11,4
0,124
10,4
0,339
9,07
0,282
7,58
0,146
4,05
0,134
3,73
Full 1
0,078
22,8
0,211
17,21
0,544
14,4
0,427
11,4
0,281
7,6
0,101
2,9
Konsentrasi
0,078
22,8
0,219
17,84
0,532
14,1
0,412
10,97
0,27
7,3
0,219
5,9
Full 3
Konsentrasi
0,078
22,8
0,221
17,99
0,551
14,6
0,461
12,2
0,236
6,4
0,176
4,8
Baku 1
Konsentrasi
Baku 2
Konsentrasi
Baku 3
Konsentrasi
Full 2
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::
8
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2017), Vol 1
Tabel 4.Data Absorbansi dan Konsentrasi Nitrat pada Sampel
Hari
0
3
6
9
12
15
0,508
0,111
0,221
0,192
0,21
0,224
0,405
0,084
0,006
0,006
0,0529
0,0787
0,103
0,027
0,215
0,186
0,1571
0,1453
Konsentrasi
11,9
8,5
7,29
6,43
5,6
5,2
Kontrol 2
0,508
0,083
0,238
0,182
0,218
0,202
0,405
0,057
0,006
0,006
0,092
0,084
0,103
0,026
0,232
0,176
0,126
0,118
Konsentrasi
11,9
8,3
7,80
6,13
5
4,4
Kontrol 3
0,508
0,079
0,218
0,169
0,209
0,181
0,405
0,049
0,006
0,006
0,0729
0,078
0,103
0,03
0,212
0,163
0,1361
0,103
11,9
8,93
7,20
5,74
4,9
4,0
0,405
0,285
0,1879
0,692
0,677
0,242
0,0983
0,0701
0,352
0,344
0,163
0,1867
0,1178
0,34
0,333
28,7
19,35
13,20
11,0
10,8
0,474
0,289
0,2463
1,133
1,005
0,31
0,0938
0,0674
0,617
0,505
0,164
0,1952
0,1789
0,516
0,500
28,9
20,11
18,65
16,25
15,9
0,399
0,2763
0,1963
1
0,9375
0,245
0,0719
0,0409
0,538
0,482
0,154
0,2044
0,1554
0,462
0,4555
33,6
27,4
20,93
16,55
14,6
14,4
0,914
0,775
0,821
0,761
1,485
1,095
0,493
0,425
0,314
0,385
0,824
0,604
0,421
0,35
0,507
0,376
0,661
0,491
67,11
56,5
47,95
36,25
20,6
15,5
0,914
0,845
0,811
0,715
1,784
0,705
0,493
0,493
0,375
0,355
0,951
0,382
0,421
0,352
0,436
0,36
0,833
0,705
67,11
56,8
41,61
34,82
25,7
21,9
0,914
0,781
0,821
0,715
1,642
1,478
0,493
0,425
0,337
0,313
0,91
0,803
0,421
0,356
0,484
0,402
0,732
0,675
67,11
57,4
45,89
38,57
22,7
20,98
Kontrol 1
Konsentrasi
Baku 1
Konsentrasi
Baku 2
Konsentrasi
Baku 3
Konsentrasi
Full 1
Konsentrasi
Full 2
Konsentrasi
Full 3
Konsentrasi
33,6
33,6
-
Repository Tugas Akhir SITH-ITB (2018), Vol. 1
9
Tabel 5.Data Hemasitometer pada Sampel
Hari
0
3
6
9
12
15
Kontrol 1
14000
2660
1050
960
480
340
Kontrol 2
18000
3340
2600
900
520
200
Kontrol 3
8200
2820
1800
620
340
600
Baku 1
8400
3960
11250
2040
780
480
Baku 2
7900
2160
8850
1220
2740
440
Baku 3
10900
2340
9600
500
3080
1040
Full 1
12400
2980
3450
18840
6860
16900
Full 2
9800
3520
2550
1180
720
1380
Full 3
7600
3220
2500
9380
1080
3860
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati :::