LAPORAN AKHIR
PENGENALAN MATLAB
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1.
Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2.
Tujuan ................................................................................................................. 1
1.3.
Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.4.
Sistematika Penulisan Laporan ........................................................................... 1
BAB II DASAR TEORI .................................................................................................... 3
2.1.
Pengenalan dan Program Aplikasi MATLAB (Matrix Laboratory) ................... 3
2.2.
Repersentasi Sistem Tenaga Listrik .................................................................... 4
2.3.
Aliran Daya ......................................................................................................... 5
2.4.
Metoda Gauss-Seidel ........................................................................................ 11
2.5.
Metode Newton-Raphson ................................................................................. 11
BAB III LANDASAN PRAKTIKUM ............................................................................. 14
3.1.
Meteodologi...................................................................................................... 14
3.1.1.
Rangkaian Listrik Sederhana ..................................................................... 14
3.1.2.
Rangkaian Sistem Satu Saluran ................................................................ 15
3.1.3.
Admitansi Bus ........................................................................................... 16
3.1.4.
Metode Gauss Seidel ................................................................................. 17
3.1.5.
Metode Gauss Seidel Dengan Akeselerasi ................................................ 19
3.1.6.
Metode Newton-Raphson ......................................................................... 20
3.2.
Prosedur Percobaan ........................................................................................... 22
3.3.
Data Pengamatan .............................................................................................. 24
3.4.
Pengolahan Data ............................................................................................... 28
BAB IV ANALISIS ......................................................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 37
LAMPIRAN...................................................................................................................... 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram segaris suatu sistem tenaga
4
Gambar 2.2 Diagram impedansi suatu sistem tenaga
5
Gambar 2.3 Diagram Impedansi Sistem Ketenagalistrikan Sederhana
8
Gambar 3.1 flowchart rangkaian listrik sederhana
14
Gambar 3.2 flowchart system satu saluran
15
Gambar 3.3 Flowchart Admitansi Bus
16
Gambar 3.4 Flowchart Metode gausss-Seidel
18
Gambar 3.5 Flowchart Gauss-seidel Dengan Akselerasi
19
Gambar 3.6 Flowchart Metode Newton Rhapson
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Metode
numerik adalah teknik di mana masalah matematika
diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan oleh
pengoperasian aritmetika (Chapra dan Chanale, 1991); metode numerik
adalah teknik -teknik yang digunakan untuk merumuskan masalah
matematika agar dapat diselesaikan hanya dengan operasi hitungan, yang
terdiri dari operasi tambah, kurang, kali dan bagi (Susila, 1994 ; Ibraheem
dan Hisyam, 2003). Terdapat banyak jenis metode numerik, namun pada
dasarnya, masing -masing metode tersebut memiliki karakteristik umum,
yaitu selalu mencakup sejumlah kalkulasi aritmetika. Jadi metode numerik
adalah suatu teknik untuk memformulasikan masalah matematika sehingga
dapat diselesaikan dengan operasi aritmetika yang terdiri dari operasi
tambah, kurang, kali dan bagi (Rochmad, 2011).
1.2.
Tujuan
1. Mencari nilai daya semu aktif dan reaktif pada model, serta melihat
gelombang sinusoidal sumber tegangan dan arus dengan menggunakan
matlab.
2. mencari nilai perbandingan deya pada sumber daya rugi” saluran akibat
penurunan tegangan yang terjadi.
3. mencari nilai matriks admitansi bus pada suatu model sistem tenaga listrik
1.3.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di bahas meliputi: Repersentasi System
Tenaga Listrik, Aliran Daya, Besaran Persatuan, Metode Eliminasi Gauss
Seidel dan Metoda Newton-Raphson.
1.4.
Sistematika Penulisan Laporan
BAB I :Pendahuluan
Menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan, rumusan masala,
data dan sitematika penulisan.
1
BAB II :Landasan Teori
Penjelasan singkat tentang aplikasi MATLAB (Matrix Laboratory)
Repersentasi System Tenaga Listrik, Aliran Daya, Besaran
Persatuan, Metode Eliminasi Gauss Seidel dan metoda NewtonRaphson.
BAB III :Landasan Praktikum
Menguraikan tentang prosedur percobaan, data pengamatan, hasil
simulasi,penggolahan data dan tugas akhir.
BAB IV :Analisis
Menguraikan tentang analisa dari hasil percobaan dan pengolahan
data yang di lakukan, serta menguraikan pertanyaan-pertanyaan
pada modul praktikum Pengenalan Matlab
BAB V :Kesimpulan
Menguraikan tentang hasil yang diperoleh dari praktikum yang
telah di lakukan dan hal-hal yang harus di perhatikan dan di
perbaiki pada saat peraktikum.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengenalan dan Program Aplikasi MATLAB (Matrix Laboratory)
Pada awalnya program aplikasi MATLAB ini merupakan suatu interface
untuk koleksi rutin-rutin numerik dari proyek LINPACK dan EISPACK, dan
dikembangkan dengan menggunakan bahasa FORTRAN, namun sekarang ini
MATLAB merupakan produk komersial dari perusahaan Mathworks, Inc.
Yang dalam perkembangan selanjutnya dikembangkan dengan
menggunakan bahasa C++ dan assembler, (utamanya untuk fungsi-fungsi
dasar MATLAB). MATLAB telah berkembang menjadi sebuah environment
pemprograman yang canggih yang berisi fungsi-fungsi builtin untuk
melakukan tugas pengolahan sinyal, aljabar linier, dan kalkulasi matematis
lainnya. MATLAB juga menyediakan berbagai fungsi untuk menampilkan
data, baik dalam bentuk dua dimensi maupun dalam bentuk tiga dimensi.
MATLAB juga bersifat extensible, dalam arti bahwa seorang pengguna
dapat menulis fungsi baru untuk menambahkan pada library, ketika
fungsifungsi built-in yang tersedia tidak dapat melakukan tugas tertentu.
Kemampuan pemrograman pemrograman yang dibutuhkan dibutuhkan tidak
terlalu
terlalu
sulit
bila
kita
telah
memiliki
memiliki
3 pengalaman pengalaman dalam pemrograman pemrograman bahasa lain
seperti seperti C, PASCAL, PASCAL, atau FORTRAN.
MATLAB (Matrix Laboratory) yang juga merupakan bahasa pemrograman
tingkat tinggi berbasis pada matriks, sering kita gunakan untuk teknik
komputasi numerik, yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang melibatkan operasi matematika elemen, matrik, optimasi, aproksimasi dll.
Sehingga Matlab banyak digunakan pada:
- Matematika dan komputansi,
- Pengembangan dan algoritma,
- Pemrograman modeling, simulasi, dan pembuatan prototipe,
- Analisa data , eksplorasi dan visualisasi,
- Analisis numerik dan statistik,
- Pengembangan aplikasi teknik,
Matlab juga merupakan bahasa pemrograman computer berbasis window
dengan orientasi dasarnya adalah matrik, namun pada program ini tidak
3
menutup kemungkinan untuk pengerjaan permasalaha erjaan permasalahan
non matrik. non matrik. Selain itu Selain itu matlab juga matlab juga
merupakan bahasa pemrograman yang berbasis pada obyek (OOP), namun
disisi lain karena matlab lain karena matlab bukanlah type nlah type compiler,
maka ler, maka program yang dihasil yang dihasilkan pada kan pada matlab
tidak dapat berdiri sendiri.
Namun agar hasil program program dapat berdiri berdiri sendiri sendiri
maka harus dilakukan dilakukan transfer pada bahasa pemrograman yang lain,
misalnya C++. Pada matlab terdapat tiga windows yang digunakan dalam
operasinya yaitu; - Command windows (layar perintah) - Figure windows
(layar gambar), - Notepad (sebagai editor program).
2.2. Repersentasi Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari komponen-komponen
Sebagai berikut :
Generator, adalah suatu alat yang mengubah energi mekanis menjadi energi
listrik,
Transformator daya, merupakan penghubung antara generator dan saluran
distribusi dan anatara saluran distribusi dengan beban.
Saluran distribusi, menghubungkan pusat tenaga listrik dengan beban.
Beban, yang terdiri dari beban dinamik dan statik.
Suatu sistem tiga fasa yang seimbang selalu direpresentasikan sebagai suatu
rangkaian fasa tunggal yang terdiri dari salah satu dari ketiga salurannya dan
suatu jalur kembali netral. Diagram listrik yang disederhanakan semacam ini
dinamakan diagram segaris (one-line diagram). Dengan suatu garis tunggal
dan lambing standar, diagram ini menunjukkan saluran transmisi dan
peralatan-peralatan yang berhubungan dari suatu sistem tenaga listrik.
Kegunaan diagram segaris adalah untuk memberikan semua informasi yang
diperlukan dan dalam bentuk yang sesuai dengan sistem itu. Diagram segaris
itu berbeda – beda sesuai dengan studi yang dilakukan.
T
1
T
2
1
3
2
Beban A
Beban B
Gambar 2.1. Diagram segaris suatu sistem tenaga
4
Gambar 2.1 adalah diagram segaris suatu sistem daya yang sangat sederhana.
Dua generator, yang satu ditanahkan melalui sebuah reaktor dan satu lagi
melalui sebuah resistor, dihubungkan ke sebuah rel dan melalui sebuah
transformator peningkat tegangan ke saluran transmisi. Sebuah generator
yang lain, ditanahkan melalui sebuah reaktor, dihubungkan ke sebuah rel dan
melalui sebuah transformator pada ujung yang lain dari saluran transmisi itu.
Sebuah beban dihubungkan ke masing-masing rel.
Untuk dapat menghitung prestasi suatu sistem dalam keadaan berbeban atau
terjadinya suatu gangguan, diagram segaris digunakan untuk menggambar
rangkaian ekivalen fasa tunggal dari sistem tersebut. Gambar 2.1
menggabungkan rangkaian-rangkaian ekivalen dari berbagai komponen yang
diperlihatkan dalam Gambar 2.2 untuk membentuk diagram impedansi
sistem.
Trafo
E
E
Beban
Transmisi
Trafo
Beban
E
Gambar 2.2 Diagram impedansi suatu sistem tenaga
2.3. Aliran Daya
Studi aliran daya, yang juga dikenal dengan aliran beban, merupakan tulang
punggung dari analisis dan desain suatu sistem tenaga. Studi aliran daya
dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai aliran daya atau tegangan
sistem dalam kondisi operasi tunak. Informasi ini digunakan untuk
mengevaluasi ujuk kerja sistem tenaga dan menganalisis kondisi
pembangkitan maupun pembebanan, serta informasi keadaan sistem tenaga
pada kondisi normal dan terganggu. Data dan informasi tersebut diperlukan
untuk menganalisis keadaan sekarang dari sistem guna perencanaan
perluasan sistem selanjutnya yang ,akan datang. Di dalam perencanaan
perluasan sistem dengan melakukan analisis aliran daya ini juga akan
dapat diketahui prosedur atau pengoperasian terbaik setelah mempelajari
efek-efek tambahan dari sistem yang akan dilakukan dalam perencanaan
nantinya, termasuk kemungkinan dalam hal terjadinya gangguan pada
5
sistem tenaga, misalnya lepas atau hilangnya satu atau lebih pusat
pembangkit atau saluran transmisi.
Masalah aliran daya sangat dibutuhkan untuk perencanaan, operasi dan
penjadwalan ekonomis serta transfer daya. Sebagai tambahan, analisis aliran
daya dibutuhkan juga pada analisis stabilitas transient. Masalah aliran daya
mencakup perhitungan aliran dan tegangan sistem pada terminal tertentu atau
bus tertentu. Representasi fasa tunggal selalu dilakukan karena system
dianggap seimbang. Masalah aliran daya mencakup perhitungan aliran dan
tegangan sistem pada terminal tertentu atau bus tertentu. Representasi fasa
tunggal selalu dilakukan karena sistem dianggap seimbang. Dalam studi
aliran daya, bus-bus dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
1) Slack bus atau swing bus atau bus referensi, yaitu bus dengan daya yang
paling besar dimana besaran yang ditentukan berupa nilai tegangan dan sudut
fasa tegangan. Harga ini digunakan sebagai acuan dalam studi aliran daya.
Bus referensi /bus ayun selalu mempunyai generator. Dalam perhitungan
aliran daya,. Slack bus merupakan bus yang menyuplai kekurangan daya aktif
P dan daya reaktif Q pada system. Guna bus ini ditentukan dalam perhitungan
aliran daya adalah untuk memenuhi kekurangan daya (rugi-rugi dan beban)
seluruhnya, karena kerugian jaringan tidak dapat diketahui sebelum
perhitungan selesai dilakukan. Jadi bus referensi ini ialah:
Terhubung dengan generator.
V dan sudut fasa dari generator diketahui dan tetap.
P dan Q dihitung.
Mencatu rugi-rugi daya dan beban yang tidak dapat disuplai oleh generator
lain.
Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya real P dan daya reaktif
Q pada sistem
2) Voltage controlled bus atau bus generator (PV Bus),yaitu parameterparameter P dan V dari generator diketahui dantetap. Pada bus ini
mempunyai kendala untuk daya semu (Q) yang melalui bus, bila kendala
ini di dalam perhitungan integrasinya tak dipenuhi, maka bus ini diganti
menjadi bus beban, sebaliknya bila daya memenuhi kendala akan dihitung
sebagai bus kontrol tegangan kembali. Besarnya tegangan pada bus ini
dipertahankan tetap. Jadi bus generator ini ialah:
Terhubung dengan generator.
P dan V dari generator diketahui dan tetap.
Sudut fasa dan Q dari daya reaktif generator dihitung.
3) Load bus atau bus beban (PQ Bus),yaitu bus dengan besaran yang
ditentukan berupa daya nyata dan daya reaktif. Parameter-parameter yang
6
diketahui dari beban adalah P dan Q dengan V dan S selama perhitungan
aliran daya akan tetap tidak berubah. Jadi bus beban ini ialah:
Terhubung dengan beban.
P danQ dari beban diketahui dan tetap.
V dan sudut fasa tegangan dihitung.
Tiap-tiap bus terdapat empat besaran, yaitu :
a. Daya aktif P
b. Daya reaktif Q
c. Nilai skalar tegangan |V|
d. Sudut fasa tegangan θ.
Pada tiap-tiap bus hanya ada dua macam besaran yang ditentukan sedangkan
kedua besaran lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan.
Kegunaan studi analisis aliran daya ini antara lain adalah:
Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap simpul yang ada dalam
sistem.
Untuk mengetahui semua peralatan apakah memenuhi batas-batas yang
ditentukan untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
Untuk memperoleh kondisi mula pada perencanaan sistem yang baru.
Pada hubung singkat, stabilitas, pembebanan ekonomis.
Matriks Admitansi Bus
Untuk mendapatkan persamaan bus-tegangan, sebagaimana sistem tenaga
listrik sederhana pada gambar 6.3, dimana impedansinya dinyatakan dalam
satuan per unit pada dasar MVA sementara untuk penyederhanaan
resistansinya di abaikan. Berdasarkan Hukum Arus Kirchhoff impedansiimpedansi di ubah ke admitansi- admitansi, yaitu :
7
Gambar 2.3 Diagram Impedansi Sistem Ketenagalistrikan Sederhana
Gambar 2.4 Diagram Admitansi Sistem Ketenagalistrikan Sederhana
Berdasarkan gambar 2.3 dan gambar 2.4 serta menerapkan hokum
Kirchoff antara bus 1 dan bus 4 akan menghasilakn:
Dengan menyusun ulang persamaan diatas makadiperoleh:
Dengan admitansi sbb:
8
a. Admitansi diagonal
b. Admitansi off diagonal
Reduksi persamaan bus menjadi:
Pada jaringan sistem ketenagalistrikansederhana pada gambar 2.3 dan 2.4
untuk bus 1 dan bus 4, maka
Berdasarkan persamaan seperti tersebut diatas,untuksistem dengan n bus,
persamaan tegangan bus dalam bentuk matriks ialah:
(2.1)
atau
(2.2)
9
Dengan Ibus adalah vektor arus bus yang di injeksikan. Arus bernilai positif
ketika masuk
menuju bus dan bernilai negatif saat meninggalkan bus Vbus adalah vektor
tegangan bus yang diukur dari simpul referensi. Ybus dikenal dengan nama
matriks admitansi bus. Elemen diagonal masing-masing bus merupakan
penjumlahan admitansi bus yang terhubung padanya. Elemen diagonal ini
disebut admitansi-sendiri.
(2.3)
elemen non-diagonal bernilai negatif terhadap admitansi antar simpul.
Dikenal dengan admitansi bersama.
(2.4)
Jika arus pada bus diketahui, dari persamaan (1.2) maka untuk tegangan n bus
dapat ditentukan dengan :
(2.5)
Invers dari matriks admitansi bus dikenal sebagai matriks impedansi bus
Zbus.
Berdasarkan persamaan (2.3) dan (2.4) , matriks admitansi bus untuk
jaringan pada gambar 2.5 dan 2.6 yaitu :
10
Penyelesaian Persamaan Aljabar Nonlinear
Teknik-teknik yang paling umum digunakan untuk menyelesaikan
persamaan aljabar nonlinear secara iterasi adalah motode Gauss-Seidel,
Newton-Raphson,
2.4. Metoda Gauss-Seidel
Metode Gauss-Seidel juga dikenal dengan metode pergantian suksesif
(successive displacement). Sebagai gambaran untuk teknik ini, temukan
penyelesaian persamaan nonlinear yang diberikan oleh :
f(x) = 0
(2.6)
Fungsi di atas disusun ulang dan ditulis menjadi :
(2.7)
Jika
merupakan nilai perkiraan awal dari variabel x, maka bentuk urutan
iterasinya adalah :
(2.8)
Penyelesaiannya ditemukan ketika perbedaan antara nilai mutlak iterasi
suksesifnya kurang dari akurasi yang ditentukan, yaitu :
|
(2.9)
Dalam beberapa kasus, faktor akselarasi dapat digunakan untuk
meningkatkan tingkat konvergensi. Jika α > 1 adalah faktor akselarasi, maka
algoritma Gauss-Seidel menjadi :
2.5. Metode Newton-Raphson
Metode yang paling luas digunakan dalam menyelesaikan persamaan
aljabar nonlinear simultan ialah metode Newton-Raphson. Metode ini
menggunakan pendekatan suksesif berdasarkan nilai perkiraan awal yang
11
tidak diketahui dan menggunakan perluasan deret Taylor. Tentukan
penyelesaian persamaan satu-dimensi berikut ini :
Jika x(0) adalah nilai perkiraan awal dari penyelesaian persamaan tersebut,
dan Δx(0) adalah nilai deviasi dari penyelesaian sebenarnya, maka
Dengan menggunakan perluasan deret Tylor pada bagian sebelah kiri
persamaan di atas untuk x(0) maka didapat :
Dengan mengasumsikan bahwa eror Δx(0) sangat kecil, maka bagian berordetinggi dapat diabaikan, sehingga :
dimana
Tambahkan Δx(0) ke nilai perkiraan awal maka akan menghasilkan
pendekatan keduanya
Penggunaan metode suksesif pada prosedur ini menghasilkan apa yang
disebut algoritma Newton-Raphson
12
persamaan (1.16) dapat disusun ulang menjadi :
dimana
13
BAB III
LANDASAN PRAKTIKUM
3.1. Meteodologi
3.1.1. Rangkaian Listrik Sederhana
3.1.1.1.
Algoritma
1. Inputan nilai 𝑉𝑚 , thetav , 𝑍, dan gama.
2. Hitung thetai = thetav-gama
3. Hitung theta = (thetav-thetai)*pi/180
4. Hitung Im = Vm/Z
5. Hitung wt = 0:.05:2*pi
6. Hitung v=Vm*cos(wt)
7. Hitung i=Im*cos(wt + thetai*pi/180);
8. Hitung p=v.*i
9. Hitung V=Vm/sqrt(2) I=Im/sqrt(2)
10. Hitung pr = V*I*cos(theta)*(1 + cos(2*wt))
11. Hitung px = V*I*sin(theta)*sin(2*wt)
12. Tampilkan (a) Estimate from the plots P = max(pr), Q =
V*I*sin(theta)*sin(2*pi/4) P = P*ones(1, length(wt))
13. Tampilkan (b) From P and Q formulas using phasor values
P=V*I*cos(theta), Q = V*I*sin(theta)
14
3.1.1.2.
Flowchart
Gambar 3.1 flowchart rangkaian listrik sederhana
3.1.2. Rangkaian Sistem Satu Saluran
3.1.2.1.
Algoritma
1. Inputkan nilai-nilai pada sumber ke 1, tegangan Mag, sudut
phasa.
2. Inputkan nilai-nilai pada sumber ke 2, tegangan Mag, sudut
phasa.
3. Imputkan nilai resistansi dan reaktansi.
4. Masukan nilai-nilai yang sudah di imputkan ke dalam
persamaan berikut,
Z = R + j*X
E1 = (0.75*E1:1:E1)
a1r = a1*pi/180
k = length(E1)
E2 = ones(k,1)*E2
a2r = a2*pi/180
15
V1=E1.*cos(a1r) + j*E1.*sin(a1r)
V2=E2.*cos(a2r) + j*E2.*sin(a2r)
I12 = (V1 - V2)./Z; I21=-I12
S1= V1.*conj(I12); P1 = real(S1) Q1 = imag(S1)
S2= V2.*conj(I21); P2 = real(S2) Q2 = imag(S2)
SL= S1+S2; QL = real(SL); PL = imag(SL);
5. Tampilkan hasil E1, Q1, Q2, QL
3.1.2.2.
Flowchart
Gambar 3.2 flowchart system satu saluran
3.1.3. Admitansi Bus
3.1.3.1.
Algoritma
Menghitung hampiran penyelesaian masalah nilai awal y’ = f(t,y)
dengan
16
y(t0) = y0 pada [t0, b].
INPUT : t0, b, y0, h, dan fungsi f
OUTPUT: (tr,yr), r = 1, 2, …, n
LANGKAH-LANGKAH:
1. Hitung n = (b – t0)/h
2. FOR r = 1, 2, 3, …, n
Hitung tr = tr-1 + h,
Hitung S1 = f(tr-1, yr-1),
Hitung S2 = f(tr, yr-1 + h * S1),
ℎ
Hitung yr = yr-1 + (S1 +S2).
2
3.1.3.2.
Flowchart
Gambar 3.3 Flowchart Admitansi Bus
3.1.4. Metode Gauss Seidel
3.1.4.1.
Algoritma
1. Masukan matrik a dan vektor b beserta ukurannya n.
2. Tentukan batas maksimum iterasi mas_iter
3. Tentukan toleransi error ɛ
4. Tentukan toleransi awal dari xi, untuk i=1...n
5. Simpan xi dalam si, untuk i=1...n
6. Untuk i=1...n hitung:
17
𝑥𝑖 =
1
(𝑏 − ∑ 𝑎𝑖,𝑗 𝑥𝑗 )
𝑎𝑖,𝑖 𝑖
𝑒𝑖 = |𝑥𝑖 − 𝑠𝑖 |
𝑗≠𝑖
7. Iterasi iterasi +1
8. Bila iterasi lebih dari max_iter atau tidak terdapat 𝑒1 < 𝜖 untuk
i=1 ... n maka proses dihentikan dari penyelesaiannya adalah xi
untuk i=1 ... n. Bila tidak maka ulangi langkah (5)
3.1.4.2.
Flowchart
18
Gambar 3.4 Flowchart Metode gausss-Seidel
3.1.5. Metode Gauss Seidel Dengan Akeselerasi
3.1.5.1.
Algoritma
1. Masukan nilai estimasi awal dan nilai alpha
2. Tampilkan nilai-nilai yang di dapat
3. Hitung nilai-nilai yang di inputkan kedalam persamaan
iter= iter+1
g=-1/9*x1^3+6/9*x1^2+4/9
dx1=g-x1
x1=x1+alpha*dx1
x=0:0.1:4.5
y=-1/9*x.^3+6/9*x.^2+4/9;
4. Tampilkan hasil nilai g, dx1, x1
19
3.1.5.2.
Flowchart
Gambar 3.5 Flowchart Gauss-seidel Dengan Akselerasi
3.1.6.
Metode Newton-Raphson
20
3.1.6.1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.1.6.2.
Algoritma
Inputkan nilai estimasi awal
Menentukan toleransi kesalahan atau galat
Mencari turunan fungsi f(x)
jika f’(x)= 0, maka metode newton rhapson tidak dapat
dilanjutkan.
Menghitung nilai fungsi f(x) dan f’(x) dengan menggunakan
titik awal
Menghitung nilai xi+1 menggunakan rumus:
𝑓(𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥1 −
𝑓′(𝑥𝑖 )
Menghitung kesalahan |xi-1-xi| dan membandingkan dengan
toleransi kesalahan (ℇ)
Flowchart
Gambar 3.6 Flowchart Metode Newton Rhapson
21
3.2. Prosedur Percobaan
3.2.1. Rangkaian Listrik Sederhana
1. Siapkan alat bahan yang akan di gunakan.
2. Buka aplikasi MATLAB, buat jendela projek baru atau tekan
Ctrl+N.
3. Masukan Source Code rangkaian listrik sederhana yang ada pada
lampiran.
4. Save file and Run program tersebut atau tekan F5.
5. Program akan di tampilkan di jendela command window.
6. Inputkan nilai-nilai yang akan di proses kedalam program.
7. Tulis nilai yang di hasilkan program ke dalam table pengamatan 1.
8. Lakukan pengulangan jika data yang di hasilkan tidak sesuai atau
mencari nilai yang berbeda.
3.2.2. Rangkaian Sistem Satu Saluran
1. Siapkan alat bahan yang akan di gunakan.
2. Buka aplikasi MATLAB, buat jendela projek baru atau tekan
Ctrl+N.
3. Masukan Source Code rangkaian sistem satu saluran yang ada pada
lampiran.
4. Save file and Run program tersebut atau tekan F5.
5. Program akan di tampilkan di jendela command window.
6. Inputkan nilai-nilai yang akan di proses kedalam program.
7. Tulis nilai yang di hasilkan program ke dalam table pengamatan 2.
8. Lakukan pengulangan jika data yang di hasilkan tidak sesuai atau
mencari nilai yang berbeda.
3.2.3. Admitansi Bus
1. Siapkan alat bahan yang akan di gunakan.
2. Buka aplikasi MATLAB, buat jendela projek baru atau tekan
Ctrl+N.
3. Masukan Source Code Admitansi Bus yang ada pada lampiran.
4. Save file and Run program tersebut atau tekan F5.
5. Program akan di tampilkan di jendela command window.
6. Inputkan nilai-nilai yang akan di proses kedalam program.
7. Tulis nilai yang di hasilkan program ke dalam table pengamatan 3.
8. Lakukan pengulangan jika data yang di hasilkan tidak sesuai atau
mencari nilai yang berbeda.
3.2.4. Metode Gauss-Seidel
22
1. Siapkan alat bahan yang akan di gunakan.
2. Buka aplikasi MATLAB, buat jendela projek baru atau tekan
Ctrl+N.
3. Masukan Source Code Metode Gauss-Seidel yang ada pada
lampiran.
4. Save file and Run program tersebut atau tekan F5.
5. Program akan di tampilkan di jendela command window.
6. Inputkan nilai-nilai yang akan di proses kedalam program.
7. Tulis nilai yang di hasilkan program ke dalam table pengamatan 4.
8. Lakukan pengulangan jika data yang di hasilkan tidak sesuai atau
mencari nilai yang berbeda.
3.2.5. Metode Gauss Seidel Dengan Akselerasi
1. Siapkan alat bahan yang akan di gunakan.
2. Buka aplikasi MATLAB, buat jendela projek baru atau tekan
Ctrl+N.
3. Masukan Source Code Metode Gauss-Seidel dengan akselerasi
yang ada pada lampiran.
4. Save file and Run program tersebut atau tekan F5.
5. Program akan di tampilkan di jendela command window.
6. Inputkan nilai-nilai yang akan di proses kedalam program.
7. Tulis nilai yang di hasilkan program ke dalam table pengamatan 5.
Lakukan pengulangan jika data yang di hasilkan tidak sesuai atau
mencari nilai yang berbeda.
3.2.6. Metode Newton Raphson
1. Siapkan alat bahan yang akan di gunakan.
2. Buka aplikasi MATLAB, buat jendela projek baru atau tekan
Ctrl+N.
3. Masukan Source Code Metode Newton Raphson yang ada pada
lampiran.
4. Save file and Run program tersebut atau tekan F5.
5. Program akan di tampilkan di jendela command window.
6. Inputkan nilai-nilai yang akan di proses kedalam program.
7. Tulis nilai yang di hasilkan program ke dalam table pengamatan 6.
Lakukan pengulangan jika data yang di hasilkan tidak sesuai atau
mencari nilai yang berbeda.
23
3.3. Data Pengamatan
3.3.1. Tabel Pengamatan 1 Rangkaian Listrik Sederhana
Hasil Simulasi
Keterangan
Vm : 100
Thetav : 0
Z : 1.25
Gama : 60
3.3.2. Tabel Pengamatan 2 Rangkaian System Satu Saluran
Hasil Simulasi
Keterangan
Sumber 1 :
Voltage
Mag = 120
Phase
Angle = -5
Sumber 2 :
Voltage
Mag = 100
Phase
Angle = 0
Line
resistance
= 0.7
Line
Reactance
= 2.4
24
3.3.3. Table Pengamatan 3 Admitansi Bus
Hasil Simulasi
Keterangan
Input pada
program
berupa
matriks
3.3.4. Tabel Pengamatan 4 Metode Gauss-Seidel
Hasil Simulasi
Keterangan
Nilai
estimasi
awal = 1
25
Nilai
estimasi
awal = 1.5
Nilai
estimasi
awal = 2
3.3.5. Table Pengamatan 5 Metode Gauss-Seidel Dengan Akselerasi
Keteranga
Hasil Simulasi
n
Estimasi
awal = 0.5
Nilai alpha
= 0.5
26
Estimasi
awal = 1
Nilai alpha
=1
Estimasi
awal = 1.5
Nilai alpha
= 1.5
Estimasi
awal = 2
Nilai alpha
=2
27
3.3.6. Table Pengamatan 6 Metode Newton-Raphson
Hasil Simulasi
Keteranga
n
Nilai
Estimasi
Awal = 0.5
Nilai
Estimasi
Awal = 1
Nilai
Estimasi
Awal = 1.5
Nilai
Estimasi
Awal = 2
3.4. Pengolahan Data
3.4.1. Rangkaian Listrik Sederhana
3.4.2. Rangkaian System Satu Saluran
3.4.3. Admitansi Bus
28
3.4.4. Metode Gauss-Seidel
3.4.5. Metode Gauss-Seidel Dengan Akselerasi
3.4.6. Metode Newton Raphson
1. Nilai iterasi 0.5
()
f x =x3-6x2+9x-4=0
x0= 1
𝑑
𝑑𝑥
(x -6x +9x-4)=3x -12x+9
3
2
2
∴f′(x)=3x2-12x+9
x0=0.5
1st iteration :
( )
f′(x0)=f′(0.5)=3⋅0.52-12⋅0.5+9=3.75
x1=x0-f(x0)f′(x0)
f x0 =f(0.5)=0.53-6⋅0.52+9⋅0.5-4=-0.875
x1=0.5--0.8753.75
x1=0.7333
2nd iteration :
( )
f′(x1)=f′(0.7333)=3⋅0.73332-12⋅0.7333+9=1.8133
x2=x1-f(x1)f′(x1)
f x1 =f(0.7333)=0.73333-6⋅0.73332+9⋅0.7333-4=-0.2323
x2=0.7333--0.23231.8133
x2=0.8614
3rd iteration :
( )
f′(x2)=f′(0.8614)=3⋅0.86142-12⋅0.8614+9=0.889
x3=x2-f(x2)f′(x2)
f x2 =f(0.8614)=0.86143-6⋅0.86142+9⋅0.8614-4=-0.0603
x3=0.8614--0.06030.889
x3=0.9292
29
4th iteration :
( )
f′(x3)=f′(0.9292)=3⋅0.92922-12⋅0.9292+9=0.4397
x4=x3-f(x3)f′(x3)
f x3 =f(0.9292)=0.92923-6⋅0.92922+9⋅0.9292-4=-0.0154
x4=0.9292--0.01540.4397
x4=0.9642
5th iteration :
( )
f′(x4)=f′(0.9642)=3⋅0.96422-12⋅0.9642+9=0.2186
x5=x4-f(x4)f′(x4)
f x4 =f(0.9642)=0.96423-6⋅0.96422+9⋅0.9642-4=-0.0039
x5=0.9642--0.00390.2186
x5=0.982
6th iteration :
( )
f′(x5)=f′(0.982)=3⋅0.9822-12⋅0.982+9=0.109
x6=x5-f(x5)f′(x5)
f x5 =f(0.982)=0.9823-6⋅0.9822+9⋅0.982-4=-0.001
x6=0.982--0.0010.109
x6=0.991
7th iteration :
( )
f′(x6)=f′(0.991)=3⋅0.9912-12⋅0.991+9=0.0544
x7=x6-f(x6)f′(x6)
f x6 =f(0.991)=0.9913-6⋅0.9912+9⋅0.991-4=-0.0002
x7=0.991--0.00020.0544
x7=0.9955
Perkiraan akar persamaan x3-6x2+9x-4=0 menggunakan metode Newton
Raphson adalah 0.9955 (Setelah 7 iterasi)
2. Nilai iterasi 1
30
()
f x =x3-6x2+9x-4=0
x0= 1
𝑑
𝑑𝑥
(x -6x +9x-4)=3x -12x+9
3
2
2
∴f′(x)=3x2-12x+9
Disini f(1)=0
akar persamaan x3-6x2+9x-4 adalah 1
3. Nilai iterasi 1,5
()
f x =x3-6x2+9x-4=0
x0= 1.5
𝑑
𝑑𝑥
(x -6x +9x-4)=3x -12x+9
3
2
2
∴f′(x)=3x2-12x+9
x0=1.5
1st iteration :
( )
f′(x0)=f′(1.5)=3⋅1.52-12⋅1.5+9=-2.25
x1=x0-f(x0)f′(x0)
f x0 =f(1.5)=1.53-6⋅1.52+9⋅1.5-4=-0.625
x1=1.5--0.625-2.25
x1=1.2222
2nd iteration :
( )
f′(x1)=f′(1.2222)=3⋅1.22222-12⋅1.2222+9=-1.1852
x2=x1-f(x1)f′(x1)
f x1 =f(1.2222)=1.22223-6⋅1.22222+9⋅1.2222-4=-0.1372
x2=1.2222--0.1372-1.1852
x2=1.1065
3rd iteration :
( )
f x2 =f(1.1065)=1.10653-6⋅1.10652+9⋅1.1065-4=-0.0328
31
( )
f′ x2 =f′(1.1065)=3⋅1.10652-12⋅1.1065+9=-0.6049
( )( )
x3=x2-f x2 f′ x2
x3=1.1065--0.0328-0.6049
x3=1.0522
4th iteration :
( )
f′(x3)=f′(1.0522)=3⋅1.05222-12⋅1.0522+9=-0.3053
x4=x3-f(x3)f′(x3)
f x3 =f(1.0522)=1.05223-6⋅1.05222+9⋅1.0522-4=-0.008
x4=1.0522--0.008-0.3053
x4=1.0259
5th iteration :
( )
f′(x4)=f′(1.0259)=3⋅1.02592-12⋅1.0259+9=-0.1533
x5=x4-f(x4)f′(x4)
f x4 =f(1.0259)=1.02593-6⋅1.02592+9⋅1.0259-4=-0.002
x5=1.0259--0.002-0.1533
x5=1.0129
6th iteration :
( )
f′(x5)=f′(1.0129)=3⋅1.01292-12⋅1.0129+9=-0.0768
x6=x5-f(x5)f′(x5)
f x5 =f(1.0129)=1.01293-6⋅1.01292+9⋅1.0129-4=-0.0005
x6=1.0129--0.0005-0.0768
x6=1.0064
Perkiraan akar persamaan x3-6x2+9x-4=0 menggunakan metode Newton
Raphson adalah 1,0064 (Setelah 6 iterasi)
4. Nilai iterasi 2
()
f x =x3-6x2+9x-4=0
x0= 2
32
𝑑
𝑑𝑥
(x -6x +9x-4)=3x -12x+9
3
2
2
∴f′(x)=3x2-12x+9
x0=2
1st iteration :
( )
f′(x0)=f′(2)=3⋅22-12⋅2+9=-3
x1=0-f(x0)f′(x0)
f x0 =f(2)=23-6⋅22+9⋅2-4=-2
x1=2--2-3
x1=1.3333
2nd iteration :
( )
f′(x1)=f′(1.3333)=3⋅1.33332-12⋅1.3333+9=-1.6667
x2=x1-f(x1)f′(x1)
f x1 =f(1.3333)=1.33333-6⋅1.33332+9⋅1.3333-4=-0.2963
x2=1.3333--0.2963-1.6667
x2=1.1556
3rd iteration :
( )
f′(x2)=f′(1.1556)=3⋅1.15562-12⋅1.1556+9=-0.8607
x3=x2-f(x2)f′(x2)
f x2 =f(1.1556)=1.15563-6⋅1.15562+9⋅1.1556-4=-0.0688
x3=1.1556--0.0688-0.8607
x3=1.0756
4th iteration :
( )
f′(x3)=f′(1.0756)=3⋅1.07562-12⋅1.0756+9=-0.4364
x4=x3-f(x3)f′(x3)
f x3 =f(1.0756)=1.07563-6⋅1.07562+9⋅1.0756-4=-0.0167
x4=1.0756--0.0167-0.4364
x4=1.0373
33
5th iteration :
( )
f′(x4)=f′(1.0373)=3⋅1.03732-12⋅1.0373+9=-0.2196
x5=x4-f(x4)f′(x4)
f x4 =f(1.0373)=1.03733-6⋅1.03732+9⋅1.0373-4=-0.0041
x5=1.0373--0.0041-0.2196
x5=1.0185
6th iteration :
( )
f′(x5)=f′(1.0185)=3⋅1.01852-12⋅1.0185+9=-0.1102
x6=x5-f(x5)f′(x5)
f x5 =f(1.0185)=1.01853-6⋅1.01852+9⋅1.0185-4=-0.001
x6=1.0185--0.001-0.1102
x6=1.0092
7th iteration :
( )
f′(x6)=f′(1.0092)=3⋅1.00922-12⋅1.0092+9=-0.0552
x7=x6-f(x6)f′(x6)
f x6 =f(1.0092)=1.00923-6⋅1.00922+9⋅1.0092-4=-0.0003
x7=1.0092--0.0003-0.0552
x7=1.0046
Perkiraan akar persamaan x3-6x2+9x-4=0 menggunakan metode Newton
Raphson adalah 1,0046 (Setelah 7 iterasi)
34
BAB IV
ANALISIS
4.1. Rangkaian Listrik Sederhana
Pada percobaan rangkaian listrik sederhana simulasi di lakukan untuk mencari
nilai Instantaneous voltage, Instantaneous current, daya aktif dan daya reaktif
pada rangkaian listrik yang sudah di tentukan nilai amplitude puncak
teggangan dan sudut phasa, besar nilai impedansi beban, dan nilai sudut fasa
pada beban untuk memenuhi persamaan yang di butuhkan pada listing program
yang di jalankan dan hasil dari perhitungan akan membentuk grafik tegangan
dan daya terhadap waktu pada kolom plot grafik .
4.2. Rangkaian Sistem Satu Saluran
Pada percobaan rangkaian system satu saluran simulasi menampilkan grafik
daya reaktif (Q) terhadap besaran tegangan. P1,P2,PL dimana PL adalah
perbandingan antara nilai P1 dan P2 yang keduanya berbeda sudut fasa maka,
didapatkan nilai teggangan P1 bersifat kapasitif dan P2 bersifat induktif
4.3. Admitansi Bus
Pada percobaan admitansi bus, nilai matriks pada listing program berupa 2
sumber arus dengan nilai Vm, fasa dan V pada masing- masing bus untuk
mencari nilai matriks admitansi bus.
4.4. Metode Gauss-Seidel
Berdasarkan hasil iterasi pada syntax pada matlab dapat disimpulkan bahwa
semakin dekat estimasi awal dengan nilai sebenarnya maka akan semakin
sedikit iterasi (pendekatan)yang akan di perlukan. Pada listing program dimana
x=0:0.1:4.5 berfungsi sebagai pembatas pada diagram dengan 0 sebagai
pembatat awal dan 4.5 sebagai batas akhir, 0.1 sebagai interval, batas minimum
dapat di ubah untuk mendekati nilai suatu sinyal yang lebih untuk tercapainya
bentuk suatu sinyal.
4.5. Metode Gauss-Seidel Dengan Akselerasi
Pada percobaan hasil dari grafik yang di hasilkan sama tapi pada estimasi awal
=2 dan nilai alpha =2 grafik awal lebih rendah dari ketiga grafik sebelumnya
4.6. Metode Newton-Raphson
Pada percobaan newton Raphson hampir sama dengan gaus seidel tetapi
metode newton Raphson lebih cepat dan ringkas dari cara sebelumnya, nilai
konvergen dari akar yang berbeda dapat menyimpang jika nilai awal tidak
cukup dekat dengan akar
35
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari simulasi didapatkan:
1. Untuk metode Newton Raphson dengan metode Gauss-Seidel jumlah iterasi
metode Gauss-Seidel lebih banyak dikarenakan pada pemecahan persamaan
aljabar non linier pada metode Newton Raphson menggunakan kuadratis
konvergen untuk proses iterasi ini memberikan keuntungan untuk masalah
konvergensi. Metode Newton Raphson lebih cepat konvergen dibanding
metode Gauss-Seidel masalahnya metode Gauss-Seidel tidakmenggunakan
metode kuadratis konvergen.
2. Kita melihat bahwa metode newton Raphson jauh lebih cepat dari pada
metode gauss seidel
3. Pada percobaan Metode Newton Raphson, J disebut matriks jacobian.
Elemen dari matriks ini adalah turunan parsial yang dievaluasi pada x.
diasumsikan bahwa J memiliki envers selama setiap iterasi metode newton,
seperti yang diterapkan pada satu sat persamaan nonlinier, mengurangi
masalah untuk satu set persamaan linear untuk menentukan nilai yang
meningkatkan akurasi perkiraan.
36
DAFTAR PUSTAKA
(99+) (DOC) aliran daya listrik | lia dahlia - Academia.edu (Diakses pada 1 november
2021)
https://www.scribd.com/document/474525079/Modul1-docx (Diakses pada 29
oktober 21)
37
LAMPIRAN
1. List Program Rangkaian Listrik Sederhana
Vm = input('Enter voltage peak amplitude Vm = ');
thetav =input('Enter voltage phase angle in degree thetav = ');
Vm = 100; thetav = 0; %Voltage amplitude and Phasa angle
Z = input('Enter magnitude of the load impedance Z = ');
gama = input('Enter load phase angle in degree gama = ');
thetai = thetav - gama; % Current phase angle in degree
theta = (thetav - thetai)*pi/180; % Degree to radian
Im = Vm/Z; % Current amplitude
wt=0:.05:2*pi; % wt from 0 to 2*pi
v=Vm*cos(wt); % Instantaneous voltage
i=Im*cos(wt + thetai*pi/180); % Instantaneous current
p=v.*i; % Instantaneous power
V=Vm/sqrt(2); I=Im/sqrt(2); % RMS voltage and current
pr = V*I*cos(theta)*(1 + cos(2*wt)); % Eq. (2.6)
px = V*I*sin(theta)*sin(2*wt); % Eq. (2.8)
disp('(a) Estimate from the plots')
P = max(pr), Q = V*I*sin(theta)*sin(2*pi/4)
P = P*ones(1, length(wt)); % Average power for plot
xline = zeros(1, length(wt)); % generates a zero vector
wt=180/pi*wt; % converting radian to degree
subplot(221), plot(wt, v, wt, i,wt, xline), grid
title(['v(t)=Vm coswt, i(t)=Im cos(wt +',num2str(thetai),')'])
xlabel('wt, degrees')
subplot(222), plot(wt, p, wt, xline), grid
title('p(t)=v(t) i(t)'), xlabel('wt, degrees')
38
subplot(223), plot(wt, pr, wt, P, wt,xline), grid
title('pr(t) Eq. 2.6'), xlabel('wt, degrees')
subplot(224), plot(wt, px, wt, xline), grid
title('px(t) Eq. 2.8'), xlabel('wt, degrees')
subplot(111)
disp('(b) From P and Q formulas using phasor values ')
P=V*I*cos(theta) % Average power
Q = V*I*sin(theta) % Reactive power
2. List Program Rangkaian System Satu Saluran
E1 = input('Source # 1 Voltage Mag. = ');
a1 = input('Source # 1 Phase Angle = ');
E2 = input('Source # 2 Voltage Mag. = ');
a2 = input('Source # 2 Phase Angle = ');
R = input('Line Resistance = ');
X = input('Line Reactance = ');
Z = R + j*X; % Line impedance
E1 = (0.75*E1:1:E1)'; % Change E1 form 75% to 100% E1
a1r = a1*pi/180; % Convert degree to radian
k = length(E1);
E2 = ones(k,1)*E2;%create col. Array of same length for E2
a2r = a2*pi/180; % Convert degree to radian
V1=E1.*cos(a1r) + j*E1.*sin(a1r);
V2=E2.*cos(a2r) + j*E2.*sin(a2r);
I12 = (V1 - V2)./Z; I21=-I12;
S1= V1.*conj(I12); P1 = real(S1); Q1 = imag(S1);
S2= V2.*conj(I21); P2 = real(S2); Q2 = imag(S2);
39
SL= S1+S2; QL = real(SL); PL = imag(SL);
Result1=[E1, Q1, Q2, QL];
disp(' E1 P-1 P-2 P-L ')
disp(Result1)
plot(E1, Q1, E1, Q2, E1, QL), grid
xlabel(' Source #1 Voltage Magnitude')
ylabel(' P, var')
text(112.5, -180, 'P2')
text(112.5, 5,'PL'), text(112.5, 197, 'P1')
3. List Program Admitansi Bus
z = [0 1 0.0 0.5
0 2 0.0 1.0
0 3 0.4 0.2
1 2 0.02 0.04
1 3 0.01 0.03
2 3 0.0125 0.025];
Y=ybus(z)
I=[1.38-j*2.72; 0.69-j*1.36; 0];
V=Y\I;
Vm=abs(V)
phase = 180/pi*angle(V)
4. List Program Metode Gauss-Seidel
dx1=1;
x1=input('tentukan estimasi awal -->');
iter=0;
40
disp('iter g dx x')
while abs (dx1) >= 0.001 & iter <100
iter= iter+1;
g=-1/9*x1^3+6/9*x1^2+4/9;
dx1=g-x1;
x1=x1+dx1;
fprintf('&g', iter), disp ([g, dx1,x1])
x=0:0.1:4.5;
y=-1/9*x.^3+6/9*x.^2+4/9;
plot(x,y)
xlabel('x'), ylabel ('g(x)')
grid on
hold on
y1=x;
plot(y1,x);
end
5. List Program Gauss Seidel Dengan Akselerasi
dx1=1;
x1=input('tentukan estimasi awal -->');
alpha = input('tentukan nilai alpha-->');
iter=0;
disp('iter g dx x')
while abs (dx1) >= 0.001 & iter <100
iter= iter+1;
g=-1/9*x1^3+6/9*x1^2+4/9;
dx1=g-x1;
41
x1=x1+alpha*dx1;
fprintf('&g', iter), disp ([g, dx1,x1])
x=0:0.1:4.5;
y=-1/9*x.^3+6/9*x.^2+4/9;
plot(x,y)
xlabel('x'), ylabel ('g(x)')
grid on
hold on
y1=x;
plot(y1,x);
end
6. List Program Metode Newton Raphson
dx1=1;
x1=input('Tentukan Estimasi Awal -->');
iter = 0;
disp('Iter Dc J dx x');
while abs (dx1)>= 0.001 & iter < 100
iter = iter + 1;
Dc = 0 - (x1^3 - 6*x1^2 + 9*x1 - 4);
J = 3*x1^2 - 12*x1 + 9;
dx1 = Dc/J;
x1 = x1 + dx1;
fprintf('%g', iter), disp([Dc, J,dx1,x1])
x=0:0.1:6;
y=x.^3 - 6*x.^2 + 9*x.^1 - 4;
plot(x,y)
42
xlabel('x'), ylabel('f(x)')
grid on
hold on
y1=x*0;
plot(x,y1);
end
43