Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
E-ISSN: 2745-6080
Analisis Diplomasi Ekonomi Indonesia ke Asia Tengah
Asep Setiawan1,*, Endang Sulastri 2, Eka Aprianto3, Iqbal Maulana4
1 Ilmu
Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. K.H.
Ahmad Dahlan, 15419
2Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. K.H.
Ahmad Dahlan Tangsel, 15419
3 Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. K.H.
Ahmad Dahlan Tangsel, 15419
4Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. K.H.
Ahmad Dahlan Tangsel, 15419
*asepsetia@gmail.com, endangsulastri_es@yahoo.com, kaaprian@gmail.com,
iqbalmaulanaaa221@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana diplomasi ekonomi Indonesia ke Kawasan Asia
Tengah dengan enam negara di dalamnya yakni Azerbaijan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan,
Tajikistan dan Turkmenistan. Diplomasi ekonomi antara lain untuk meningkatkan volume perdagangan
bertujuan memperkuat ekonomi Indonesia. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara dan studi pustaka. Temuan penelitian ini adalah diplomasi
ekonomi ke Asia Tengah dilakukan secara simultan mulai tahapan promosi, penguatan jejaring, promosi
negeri dan fase penguasaan regulasi. Namun diplomasi ekonomi belum banyak berdampak kepada
neraca perdagangan Indonesia dengan negara kawasan Asia Tengah.
Kata kunci: diplomasi, ekonomi, Asia Tengah, Indonesia, perdagangan
ABSTRACT
This study aims to examine how Indonesia's economic diplomacy to the Central Asia Region with six
countries: Azerbaijan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Tajikistan and Turkmenistan. Economic
diplomacy is to increase trade volume in order to strengthen the Indonesian economy. The study uses
qualitative methods with data collection techniques through interviews and literature study. The
findings of this study are economic diplomacy to Central Asia simultaneously starting from the stages
of promotion, networking, promotion of the nation and the regulatory mastery phase. However,
economic diplomacy has not had much impact on Indonesia's trade balance with member countries of
Central Asia.
Keywords: diplomacy, economy, Central Asia, Indonesia, trade
1. PENDAHULUAN
Diplomasi
ekonomi
dilakukan
berbagai negara di dunia ini untuk
meningkatkan kekuatan nasional termasuk
di bidang ekonomi dan perdagangan yang
akan memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat. Indonesia juga melakukan
diplomasi ekonomi tidak lain untuk
memperkuat ekonomi dalam negeri
melalui peningkatan ekspor dan investasi.
Dalam prakteknya diplomasi ekonomi ini
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020
tidak mudah dilakukan karena antara lain
persaingan akses ke pasar yang menjadi
sasaran diplomasi ekonomi.
Di Indonesia, dalam berbagai
kesempatan Presiden Joko Widodo
menekankan bahwa para diplomat
Indonesia perlu mempraktekan apa yang
disebut sebagai diplomasi ekonomi karena
manfaatnya akan langsung dirasakan
masyarakat. Darmansjah Djumala (2014)
menyebut permintaan Jokowi itu agar Duta
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
Besar sekitar 80 persen kerjanya fokus ke
diplomasi ekonomi.
Untuk memacu
pertumbuhan ekonomi ini dapat dilakukan
dengan promosi di luar negeri dalam
meningkatkan ekspor, mendatangkan
wisatawan dan investasi. Tiga bidang ini
dapat dilakukan oleh kalangan diplomat
sebagai pelaksana kebijakan luar negeri.
Salah satu kawasan yang dijadikan
target dalam diplomasi itu adalah kawasan
Asia Tengah. Wilayah ini memiliki potensi
untuk meningkatkan ekspor dan investasi
karena selama ini tidak begitu mendapat
perhatian. Kawasan ini terdiri dari
beberapa negara yang sedang giat dalam
pembangunan
ekonominya
yakni
Azerbaijan,
Uzbekistan,
Kazakhstan,
Kyrgyzstan, Tajikistan dan Turkmenistan.
Aktivitas
ekonomi negara
ini
ditunjang oleh kekayaan alamnya seperti
Azerbaijan dengan cadangan minyak yang
menempati ranking ke-20 dunia dengan
tujuh milyar barel minyak dan gas
mencapai 1,1 triliun meter kubik. Beberapa
negara lainnya seperti Kazakhstan dan
Turkmenistan juga memiliki cadangan
minyak dan gas yang besar. Sementara
Kazakshtan dan Uzbekistan memiliki
cadangan uranium yang besar masingmasing hampir 700 ribu ton dan sekitar 90
ribu ton.
Kawasan ini memiliki penduduk
sekitar 84 juta jiwa dengan pertumbuhan
ekonomi rata-rata dalam lima tahun ini di
atas lima persen. Oleh karena itu banyak
negara tertarik melakukan perdagangan
dengan kawasan ini seperti dilakukan
Tiongkok, Amerika Serikat, Uni Eropa,
Rusia, Iran, Jepang, Turki dan India.
Indonesia seperti anggota ASEAN lainnya
juga aktif mendekati negara-negara ini
namun
perdagangan
Indonesia
didominasi bidang ekspor kelapa sawit.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno
Marsudi awal Januari 2019 menyatakan
bahwa diplomasi ekonomi juga diarahkan
untuk membantu ekspansi penjualan
produk industri strategis Indonesia dan
mendorong berbagai investasi dan proyek
infrastruktur Indonesia di luar negeri.
Indonesia mencatat adanya sejumlah
produk manufaktur yang dapat diekspor ke
mancanegara termasuk ke kawasan Asia
Tengah.
2
E-ISSN: 2745-6080
Sejumlah kajian telah dilakukan
terhadap diplomasi ekonomi Indonesia
termasuk ke wilayah Asia Tengah. Pertama,
Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kementerian Luar Negeri
Republik
Indonesia
secara
khusus
melakukan kajian melalui penelitian
Indonesia dan Asia Tengah: Sebuah Upaya
Penguatan Diplomasi Ekonomi (2016).
Penelitian menyimpulkan bahwa potensi
Asia Tengah bagi Indonesia masih ada
namun sulit menembus karena adanya
persaingan dengan negara lain seperti
Tiongkok dan Iran. Indonesia juga masih
fokus kepada ekspor kelapa sawit dan
turunannya belum ke arah produk
elektronik, makanan olahan dan otomotif.
Kedua, Sulthon Sjahril Sabaruddin
(2016) melakukan kajian dengan judul
Penguatan Diplomasi Ekonomi Indonesia
Mendesain Clustering Tujuan Pasar Ekspor
Indonesia: Pasar Tradisional vs Pasar NonTradisional. Kajian ini bertujuan untuk
merumuskan pemilahan tujuan pasar
ekspor
Indonesia
dengan
metode
kuantitatif sehingga diharapkan dapat
menghasilkan sebuah kluster tujuan pasar
ekspor Indonesia secara konkret, tidak lagi
hanya secara kasat mata (kasar) ataupun
pertimbangan subjektif yang sebagaimana
tampaknya
dilakukan
oleh
banyak
pemangku
kepentingan
sebelumnya
khususnya di lingkungan Pemerintah
Indonesia. Kesimpulan penelitian tesebut
adalah bahwa negara-negara yang masuk
dalam kategori pasar tradisional bagi
Indonesia sebanyak 12 negara yaitu:
Australia, Jerman, Italia, Jepang, Korea
Selatan, Belanda, Singapura, Malaysia,
Filipina, Inggris Raya, Amerika Serikat dan
Tiongkok
(termasuk
Hong
Kong).
Sedangkan Pada kategori pasar nontradisional, untuk klasifikasi negaranegara
ekspor
sudah
berkembang
ditemukan terdapat sebanyak sembilan
negara yang terdiri dari Belgia, Perancis,
India, Arab Saudi, Uni Soviet (dan Federasi
Rusia),
Spanyol,
Thailand,
Trinidad,Tobago dan Vietnam.
Ketiga, Andi Kurniawan melakukan
kajian dengan judul Diplomasi Ekonomi
Indonesia dan Thailand terhadap Pasar
Timur Tengah (2014). Kajiannya berpusat
kepada diplomasi ekonomi sebagai sebuah
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
instrumen telah digunakan Thailand untuk
meningkatkan kinerja ekspornya ke
negara-negara mitra, termasuk kawasan
Timur Tengah. Tidak seperti Thailand,
untuk meningkatkan perdagangan luar
negerinya, Indonesia sebagai negara
mayoritas muslim terbesar di dunia masih
belum mampu memanfaatkan hubungan
persahabatan dengan Timur Tengah. Hasil
penelitian tersebut yaitu Thailand relatif
berhasil
memanfaatkan
pendekatan
diplomasi ekonomi untuk kepentingan
ekspornya di pasar Timur Tengah,
Indonesia perlu belajar dari pengalaman
Thailand dalam menggunakan pendekatan
ini.
Keempat, Rizky Astria Primadona
(2015) melakukan penelitian dengan judul
Diplomasi Ekonomi Indonesia di Sub
Sahara: Penguatan Hubungan Kerjasama
Ekonomi Indonesia dan Afrika Selatan
dalam kerangka NAASP (2010-2014).
Penelitian ini memfokuskan kepada upaya
Indonesia memanfaatkan kerangka NAASP
dalam
meningkatkan
kerjasama
perdagangan terhadap Afrika Selatan
melalui peran KBRI Pretoria. Kesimpulan
penelitian ini terbentuknya NAASP pada
KAA 2005 lalu, membuat Indonesia
memanfaatkan NAASP sebagai bentuk
konkrit peningkatan kerjasama terhadap
perdagangan Afrika Selatan. Prioritas
Indonesia melalui kemitraan strategis ini
mulai berjalan dalam konteks NAASP
dengan prinsip-prinsip dasar mengenai
kemitraan strategis yang dilengkapi
mekanisme kerjasama yang jelas, terarah,
serta terukur.
Kajian mengenai desain diplomasi
ekonomi Indonesia telah menjadi fokus
Sabaruddin (2016) yang menyimpulkan
antara lain perlunya blueprint diplomasi
ini dengan mengurutkan prioritas negara
berdasarkan Indeks Diplomasi Ekonomi
yang perlu mendapat perhatian sesuai
dengan kepentingan nasional.
Kajian diplomasi ekonomi Indonesia
dengan fokus perdagangan menjadi
sorotan Adirini Pujayanti (2015). Hasil
penelitiannya menyimpulkan antara lain
diplomasi ekonomi bidang perdagangan
dilakukan
tiga
pendekatan
yakni
mempertahankan
pasar
yang
ada,
meningkatkan produk ekspor bernilai
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2745-6080
tambah dan mencari pasar baru. Kepala
perwakilan Indonesia di luar negeri
digunakan
sebagai
ujung
tombak
pemasaran.
Penelitian ini berbeda dengan
sejumlah
kajian
di
atas
dengan
memfokuskan kepada diplomasi ekonomi
di Asia Tengah lebih khusus lagi mengkaji
faktor-faktor pendukung diplomasi dan
implementasi diplomasi ekonomi di Asia
Tengah. Walau ada kesamaan dengan
penelitian pertama namun periode
penelitian ini lebih luas cakupannya dari
tahun 2014 sampai 2019. Tujuan utama
dari penelitian
ini adalah
untuk
mengetahui faktor-faktor utama dalam
diplomasi ekonomi Indonesia
dan
mengkaji implementasinya Asia Tengah.
Kerangka Konseptual
Pengertian klasik dari diplomacy
disampaikan diplomat Inggris Harold
Nicholson bahwa “Diplomacy is the
management of international relations by
negotiation; the method by which these
relations are adjusted and managed by
ambassadors and envoys; the business or
art of the diplomatist”.
Sementara seperti dikutip Nicholas
Bayne and Stephen Woolcock pengertian
klasik diplomasi dari Hedley Bull adalah
the conduct of relations between states and
other entities with standing in world
politics by official agents and by peaceful
means.
Arti diplomasi juga diuraikan
Arston seperti dijelaskan Nicholas Bayne
and Stephen Woolcock adalah Diplomacy
is concerned with the management of
relations between states and between states
and other actors.
Sedangkan
diplomasi
seperti
dijelaskan G. R. Berridge dan Alan James
(2001), setidaknya memiliki empat
pengertian. Pertama adalah pelaksanaan
hubungan antara negara berdaulat melalui
para pejabat di dalam dan luar negeri yang
kalau di luar negeri disebut disebut sebagai
layanan dipomatik yang dilakukan
diplomat. Kedua, penggunaan kebijakan
dalam berhubungan dengan manusia.
Dalam
hal
ini
diplomasi
adalah
keterampilan dalam melakukan diplomasi.
Ketiga,
upaya
dalam
melakukan
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
perundingan internasional apakah dalam
menangani konflik di dalam atau antar
negara yang disebut diplomasi jalur dua
(track-two diplomacy). Keempat, politik
luar negeri. Penggunaan kata diplomasi
sinonim dengan politik luar negeri atau
kebijakan luar negeri yang biasanya
digunakan di Amerika Serikat.
Penulis lainnya, Peter Jones (2015)
mengenalkan diplomasi dalam pengertian
Track Two Diplomacy yang menjelaskan
bahwa kalau Track One Diplomacy
dilakukan oleh pemerintah maka jalur
kedua diplomasi dilaksanakan oleh
lembaga lain.
Rumusan Track Two
Diplomacy adalah
unofficial dialogues,
generally between two antagonistic parties,
and often facilitated by an impartial Third
Party and involving individuals with some
close connections to their respective official
communities, focused on cooperative
efforts to explore new ways to resolve
differences over, or discuss new approaches
to, policy-relevant issues.
Peter Jones juga menjelaskan
mengenai adanya konsep yang diajukan
Diamond and McDonald mengenai
diplomasi yang dilakukan aktor non negara
dengan sebutan multitrack diplomacy.
Peter
Jones
memaparkan
bahwa
pengertian diplomasi umum Track 1 atau
Jalur Satu dilakukan pemerintah. Orang
yang melakukan diplomasi Track 1 ini
disebut sebagai diplomat. Peter Jones
kemudian menguraikan satu demi satu
bagian dari diplomasi Multi Track seperti
Track Two Diplomacy dilakukan oleh orang
non-pemerintah yang terdiri dari kaum
professional dalam menyelesaikan konflik.
Selanjutnya
diplomasi
Track
3
dilaksanakan kalangan pengusaha, Track 4
warga negara biasa, Track 5 dijalankan
kalangan peneliti dan pendidik, Track 6
dioperasikan kalangan pegiat perdamaian,
Track 7 dijalankan para tokoh agama dan
akhirnya Track 8 dilakukan para
penyandang dana atau bisa juga kalangan
investor. Oleh karena itu dari konsep yang
diajukan Diamond dan McDonald tampak
bahwa diplomasi dalam pendekatan
aktornya dilakukan juga oleh aktor nonpemerintah terhadap negara lain atau
masyarakat lain.
4
E-ISSN: 2745-6080
Mengenai diplomasi ekonomi ini
maka ada dua kata yang bergabung yakni
diplomasi
yang
konsepnya
sudah
dijelaskan di atas dan ekonomi, maka
diplomasi ekonomi memiliki pengertian
sendiri. Namun demikian diplomasi
ekonomi tidak dapat dipisahkan dari
pengertian diplomasi itu sendiri. Kishan S.
Rana (2004) menjelaskan pengertian dari
diplomasi jenis ini: Economic diplomacy is
the process through which countries tackle
the outside world, to maximize their
national gain in all the fields of activity,
including trade, investment and other
forms
of
economically
beneficial
exchanges, where they enjoy a comparative
advantage; it has bilateral, regional, and
multilateral dimensions, each of which is
important.
Dari pengertian Rana itu tampak
bahwa secara konseptual diplomasi
ekonomi bertujuan untuk memaksimalkan
lingkungan eksternal sebuah negara
melalui perdagangan dan investasi yang
menguntungkan negaranya. Dengan kata
lain diplomasi ekonomi pada dasarnya
adalah memperkuat negaranya melalui
kegiatan seperti perdagangan.
Geoff R. Berridge and Alan James
(2003) seperti dikutip Sabaruddin (2018)
mengartikan diplomasi ekonomi sebagai
sesuatu sesuatu yang concerned with
economic policy questions and it employs
economic resources, either as rewards or
sanctions, in pursuit of a particular foreign
policy objective. Konsep ini kembali
menekankan bahwa diplomasi ekonomi
tidak terlepas dari tujuan kebijakan luar
negeri sebuah negara dalam meraih
manfaat dari dunia internasional.
Menurut Berridge dan James (2003),
diplomasi
ekonomi
terkait
dengan
masalah-masalah
kebijakan
ekonomi
termasuk tugas delegasi ke sejumlah
konferensi yang disponsori oleh lembaga
seperti Organisasi Perdagangan Dunia.
Dengan pengertian ini maka diplomasi
ekonomi bisa memiliki dimensi diplomasi
bilateral dan bisa juga multilateral. Di
dalam forum bilateral dan multilateral ini
diplomasi dapat dilakukan melalui
individual negara , organisasi internasional
atau perusahaan internasional.
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
Kishan S Rana
menggambarkan
hubungan antara diplomasi ekonomi dan
diplomasi komersial dalam gambar
berikut:
Gambar 1. Diplomasi Ekonomi dan
Komersial
Sumber: Kishan S. Rana (2011)
Dari gambar tersebut tampak bahwa
cakupan diplomasi ekonomi meliputi
berbagai aspek yang terkait dengan
kegiatan pemerintah dalam memajukan
ekonomi
secara
bilateral
maupun
multilateral. Rana memberikan contoh
misalnya bahwa kegiatan diplomasi
ekonomi pemerintah berhubungan dengan
urusan terkait dengan Bank Dunia dan
Dana Moneter Internasional (IMF).
Demikian juga kegiatan yang ada
hubungan dengan perjanjian terkait
dengan bantuan atau transfer teknologi. Di
samping itu kegiatan diplomasi ekonomi
yang dilaksanakan pemerintah dalam
bentuk promosi turisme dan juga ikut
dalam komisi gabungan dengan kalangan
pengusaha.
Menurut Rana, diplomasi komersial
lebih banyak dilakukan oleh kalangan
pengusaha seperti promosi perdagangan
meskipun pada prakteknya difasilitasi
perwakilan sebuah negara yang disebut
Kedutaan Besar dan perangkatnya.
Diplomasi komersial disebutkan lebih
terkait denga praktek-praktek bisnis antar
negara yang dilakukan oleh kalangan
pengusaha melalui berbagai aktivitas yang
sifatnya langsung antar pengusaha atau
melalui perjanjian antar perusahaan dan
pameran dagang. Aktivitas perdagangan
dan investasi swasta ini biasanya tidak
selalu melalui saluran pemerintah.
Mungkin saja pada tahap pertama karena
perijinan
dan
jaringan,
lembaga
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2745-6080
pemerintah di luar negeri terlibat namun
kemudian pada akhirnya para pengusaha
memiliki aktivitas dan jaringan sendiri
yang
tidak
selalu
melibatkan
pemerintahan.
Berdasarkan konsep yang diajukan
Rana mengenai diplomasi ekonomi
selanjutkan dijelaskan bahwa diplomasi
yang dilaksanakan pemerintah ini juga
membantu
sektor
swasta.
Rana
membaginya dalam beberapa tahap.
Pertama, Economic Salesmanship. Dalam
tahap ini pemerintah berperan sebagai
sales karena peluang sudah terbuka di
negara tujuan. Kegiatan sales ini terbangun
karena apa yang disebut Rana adanya
peluang dan jaringan dengan negaranegara
yang
sedang
membangun
ekonominya. Aktivitas dalam tahap ini
perwakilan pemerintah memainkan peran
dalam melayani perusahaan swasta dan
juga
badan
usaha
negara
untuk
mendapatkan berbagai proyek atau
perdagangan.
Tahap kedua, Economic Networking
and Advocacy. Tahap kedua berjalan
karena dari konsep Rana sudah terbangun
kontak melalui peran pemerintah dalam
bentuk sales. Jaringan yang dibangun oleh
diplomat di negara tujuan memungkinkan
terjalinnya
perdagangan
dan
juga
mendatangkan turis ke negara asal
diplomat. Efektivitas dalam tahap kedua ini
didukung oleh kamar dagang industri,
lembaga think tank dan juga organisasi
non-pemerintah (NGO).
Tahap ketiga yakni Image Building.
Tahap ini, jelas Rana, diperlukan karena
pentingnya image atau citra bangsa di
depan negara tujuan. Pembangunan citra
bangsa ini penting antara lain dalam
membangun sektor turisme sehingga
wisatawan
mau
berkunjung
dan
menghabiskan
anggaran
liburannya.
Pemasaran turisme ini melibatkan bebagai
kegiatan
untuk
menciptakan
citra
pelayanan dan infrastruktur yang dapat
dinikmati oleh calon wisatawan. Diantara
kegiatan Image Building ini, kata Rana,
adalah menciptakan slogan-slogan yang
mengundang publik untuk datang.
Tahap keempat adalah Regulatory
Management and Resource Mobilization.
Sejumlah aktivitas dalam lingkup tahap ini
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
antara lain perundingan perjanjian
perdagangan, kesepakatan akses untuk
energi dan diplomasi kawasan baik dengan
cara ikut organisasi kawasan yang ada atau
membuat kelompok baru. Seberapa aktif
sebuah negara yang datang ke sebuah
kawasan dalam kelembagaan regional,
akan
memberikan
dampak
dalam
diplomasi ekonomi ini.
Selanjutnya Rana memetakan empat
tipe diplomasi ekonomi melalui kegiatan
yang tradisional, lalu tipe yang fokus pada
ceruk pasar tertentu, tipe yang berkembang
dan tipe inovatif. Promosi Perdagangan
dan Investasi secara tradisional dilakukan
oleh Kementerian Perdagangan dengan
bantuan Kementerian Luar Negeri. Namun
dalam tipe yang fokus kepada ceruk market
tertentu promosi juga dijalankan hanya
kepada ceruk pasar khusus. Tipe evolving
atau berkembang secara bertahap maka
koordinasi dilakukan antara Kementerian
Perdagangan dan Kementerian Luar
Negeri. Tipe diplomasi ekonomi yang
inovatif menurut Rana, kesepakatan
gabungan dan kerjasama lainnya. Dalam
kegiatannya
mulai
dari
kebijakan
manajemen
sampai
dengan
peran
diplomasi regional dijelaskan satu persatu
sesuai dengan tipe diplomasinya.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian untuk mengkaji diplomasi
ekonomi Indonesia terhadap Asia Tengah
untuk meningkatkan kekuatan nasional
menggunakan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif
disini
diartikan
sebagai
pendekatan untuk mengeksplorasi dan
memahami individual atau kelompok yang
berkaitan dengan masalah sosial dan
manusia (Creswell:2014). Pendekatan
kualitatif memiliki karakter melakukan
interpretatif dimana peneliti membuat
interpretasi dari apa yang dilihat, didengar
dan dipahami. Data yang diperlukan untuk
penelitian meliputi data primer berupa
kualitatif interview antara lain pejabat
Kementerian Luar Negeri dan Akademisi.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini bersifat kualitatif. Artinya
penelitian ini bekerja dengan data,
mengorganisasikan
data,
memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat
6
E-ISSN: 2745-6080
dikelola, mesintesikannya, mencari dan
menemukan pola yang penting dan apa
yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Asia Tengah sangat penting secara
geopolitik dan strategis karena posisi
geografisnya. Negara-negara Asia Tengah
ini
yakni
Azerbaijan,
Uzbekistan,
Kazakhstan, Kyrgystan, Tajikistan dan
Turkmenistan terletak di jantung benua
Eurasia dan membentuk hubungan dagang
antara Cina, Timur Tengah, dan Eropa.
Saat memasuki keanggotaan di Organisasi
Kerjasama Shanghai, wilayah ini telah
dipandang sebagai rute baru kemitraan
multilateral antara kekuatan politik Rusia
dan Cina, wilayah ini secara strategis
penting dalam ekonomi global. .
Asia Tengah sangat bergantung pada
pertanian irigasi. Sekitar 60% populasi
pedesaan di wilayah ini menggarap sector
pertanian dan bisnis terkait. Wilayah
pegunungan kawasan ini dikenal secara
historis sebagai 'atap dunia' selalu
memainkan peran politik dan ekonomi
sentral di wilayah Asia yang luas ini. Hanya
18 juta dari 59 juta hektar lahan subur yang
diolah karena keterbatasan pasokan air.
Lebih dari setengah dari Produk Domestik
Bruto (PDB) di kawasan ini secara
langsung berasal dari pertanian, yang juga
mempekerjakan 40% dari tenaga kerjanya .
Ciri lain yang menonjol dari kawasan
ini adalah distribusi sumber daya energi
yang tidak merata di mana Kazakhstan,
Turkmenistan, dan Uzbekistan memiliki
cadangan minyak dan gas alam terbesar
yang telah terbukti, sementara Kyrgyzstan
dan Tajikistan memiliki sekitar 90% dari
potensi tenaga air di kawasan itu. Sumber
daya alam air wilayah ini adalah yang
paling rawan konflik. Perselisihan tentang
penggunaan sumber daya air yang langka
di wilayah tersebut terus meningkat.
Pengelolaan air yang adil, efisien, dan
berkelanjutan di Asia Tengah terus
menimbulkan tantangan berkelanjutan
untuk mendukung stabilitas ekonomi dan
politik kawasan .
Menurut Menlu Retno Marsudi
hubungan ekonomi Indonesia dengan
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
beberapa negara di kawasan sudah
membaik. Indonesia dilaporkan hubungan
dagang dengan negara di kawasan Asia
Tengah naik tajam, beberapa negara naik
lebih dari 100%, antara lain Kazakhstan
dan Uzbekistan. Ini menunjukkan bahwa
kawasan ini masih terbuka dalam
peningkatan volume perdagangan.
Dalam menghadapi diplomasi ini
dengan pisau analisis dari Rana tampak
bahwa Indonesia mengikuti beberapa
tahap diplomasi ekonomi yang dilakukan
secara simultan. Kementerian Luar Negeri
dalam peluncuran satuan tugas pelaksana
diplomasi ekonomi, menjelaskan tiga
tujuan yang spesifik diplomasi ekonomi
yakni (1) investasi asing lebih banyak
masuk ke Indonesia; (2) pasar yang lebih
besar di luar negeri bagi komoditas produk
Indonesia; dan (3) turis asing datang lebih
banyak ke Indonesia.
Tahapan diplomasi ekonomi ini
terdiri dari empat bagian dimulai dari
promosi atau salemanship, networking,
promosi negeri atau image building dan
fase manajemen regulasi. Selanjutnya
dianalisis juga bagaimana instrumen
diplomasi ekonomi Indonesia di kawasan
ini yang kemudian dibahas analisis
mengenai level diplomasi ekonomi.
Untuk
mengimplementasikan
diplomasi ekonomi di kawasan Asia
Tengah tahap pertama yang dilakukan
mengenai promosi berbagai hal terkait
dengan ekspor, turisme dan investasi. Apa
saja yang dilakukan dalam tahapan ini
berlangsung secara kronologis bisa pula
secara sistemik. Artinya, tahapan bisa
dilakukan
sejak
2014
misalnya
menggencarkan promosi produk Indonesia
untuk mengundang para pembeli dan
sekaligus menjalin kerjasama bisnis.
Promosi produk ekspor merupakan
tahap pertama memperkenalkan produk
yang dapat dimanfaatkan masyarakat dan
pemerintah di kawasan Asia Tengah yakni
di Azerbaijan, Uzbekistan, Kazakhstan,
Kyrgyzstan, Tajikistan dan Turkmenistan.
Promosi perdagangan dilakukan
misalnya dengan mengikuti pameran
internasional dilakukan antara lain di 24th
Tashkent
International
Healthcare
Exhibition (TIHE) yang merupakan
pameran alat-alat dan produk kesehatan
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2745-6080
terbesar di Asia Tengah. Pameran 24th
Tashkent
International
Healthcare
Exhibition dilaksanakan pada tanggal 1618 April 2019 di UzExpo Centre, Tashkent,
Uzbekistan. Dalam pameran Indonesia,
perusahaan swasta PT. Dexa Medica yang
menampilkan
produk
obat-obatan
onkologi dan line produksi herbal serta
produk penambah imunitas unggulan.
Promosi lewat pameran ini di
bidang farmasi untuk mendapatkan calon
pembeli di Uzbekistan. Dalam pameran ini
hadir lebih dari 250 peserta baik lokal
maupun internasional yang berasal lebih
dari 15 negara yaitu Uzbekistan, Indonesia,
Kyrgyzstan, Georgia, Belanda, Rusia,
China, Jerman, Kazakhstan, Lithuania,
Belarusia, Turki, Ukrania, Slovenia, Italia,
dan Korea Selatan.
Selain di Uzbekistan, sebelumnya
promosi produk kesehatan juga dilakukan
untuk pertama kalinya pada Pameran
Industri Medis, International Health Care
Exhibition
MedExpo,
di
Bishkek,
Kyrgyzstan. Keikutsertaan pada pameran
yang telah diselenggarakan pada tanggal 911 April 2019 ini didukung oleh PT. Dexa
Medica. Stand Indonesia di pameran
tersebut difasilitasi oleh KBRI Tashkent
dimana PT. Dexa Medica sendiri membawa
produk obat-obatan onkologi dan line
produksi herbal serta produk penambah
imunitas unggulan. Melalui keikutsertaan
di pameran ini, diyakini jejaring industri
obat-obatan Indonesia dengan pelaku di
Kyrgyzstan semakin luas dan meningkat.
Selain promosi dengan mengikuti
pameran, Indonesia juga melakukan
diplomasi untuk mendatangkan turis.
Dalam promosi ini diumumkan destinasi
wisata utama di Indonesia seperti
Mandalika, Nusa Tenggara Barat; Pulau
Morotai, Maluku Utara; Tanjung Kelayang,
Kepulauan Bangka Belitung; Danau Toba,
Sumatera Utara; Wakatobi, Sulawesi
Tenggara; Borobudur, Jawa Tengah;
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta; Tanjung
Lesung, Banten; Bromo, Jawa Timur; dan
Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Salah satu contoh bagaimana
promosi ini penting dalam diplomasi
ekonomi pada akhir tahun 2017 dimana
targetnya jelas tidak hanya Kazakshtan
tetapi
juga
Asia
Tengah
secara
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
keseluruhan. Negara yang mengikuti Asian
Games di Jakarta tahun 2018 yakni
Uzbekistan,
Kazakhstan,
Kyrgyzstan,
Tajikistan dan Turkmenistan.
Pola yang dijalankan dalam promosi
ini seperti dijelaskan Deputi Bidang
Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Mancanegara I Gde Pitana bersifat
Business
to
Business
(B2B),
mempertemukan
industri
Indonesia
(sellers) dengan industri lokal Kazakhstan
(buyers) yang menjual paket wisata ke
Indonesia.
Instrumen yang digunakan dalam
promosi ini juga melalui kajian serius,
sesuatu yang dapat menambah wawasan
dari pengalaman empirik diplomasi di Asia
Tengah.
Minimnya
konektivitas
penerbangan dari negara-negara di wilayah
Asia Selatan dan Asia Tengah menjadi
persoalan
utama
dalam
upaya
mendatangkan kunjungan wisman ke
Indonesia. Isu konektivitas ini ditegaskan
oleh Direktur Asia Tengah Kemenlu
Indonesia Ferdy Piay dalam wawancara
dengan tim peneliti. Dijelaskan bahwa
penerbangan dari Kawasan Asia Tengah ini
termasuk langka ke Indonesia yang
berakibat lalu lintas manusia dan barang
tidaklah mudah ke kawasan ini.
Namun dengan pendekatan yang
dilakukan Indonesia kesulitan koneksi
antara Indonesia dan Asia Tengah dapat
diatasi tahun 2019. Oleh karena itulah
maka industri pariwisata berharap agar
penerbangan
langsung
Indonesia—
Uzbekistan menarik hingga 100.000 turis
mancanegara setiap tahun dari negara Asia
Tengah tersebut ke Tanah Air. Ketua
Umum Association of The Indonesian
Tours and Travel Agencies (Asita) N.
Rusmiati mengatakan dalam 2 tahun
terakhir (2018-2019), kunjungan wisman
Uzbekistan ke Tanah Air berkisar 20.000—
30.000 orang per tahun. Namun, dengan
adanya rute penerbangan langsung yang
dilakukan oleh Uzbekistan Airways dari
Tashkent menuju Jakarta, diharapkan
tingkat kunjungan wisman negara Asia
Tengah itu bisa naik hingga lebih dari dua
kali lipat. Namun perkembangan sampai
awal tahun 2020, penerbangan tersebut
sering mengalami masalah dan penundaan
sehingga rencana mendatangkan turis
8
E-ISSN: 2745-6080
secara besar-besaran tidak terjadi sesuai
rencana.
Tahap
networking
melibatkan
mobilisasi
kluster
pendukung
dan
partisipan baik di dalam negeri atau luar
negeri (perusahaan, universitas, think
thank, kamar dagang dan industry) di
bidang perdagangan, investasi dan akuisisi
teknologi. Basis dari networking ini tentu
bukan kegiatan yang intsan namun sudah
jauh kedalam hubungan bangsa Indonesia
dengan bangsa-bangsa di Asia Tengah.
Networking ini bisa berbasiskan budaya,
pendidikan, diaspora atau kerjasama kedua
negara yang sudah lama terjalin.
Dalam konteks jejaring pendidikan
misalnya, apakah Indonesia memiliki
beasiswa yang memungkinkan mahasiswa
atau peserta didik dari Asia Tengah ke
Indonesia. Melalui Kerjasama pendidikan
baik melalui lembaga pemerintah atau
swasta merupakan modal penting dalam
memanfaatkan jejaring ini. Demikian juga
kerjasama budaya yang sudah berlangsung
antara Indonesia dan kawasan Asia Tengah
merupakan
bekal
jejaring
yang
memudahkan
interaksi
di
bidang
perdagangan.
Dari beberapa kasus yang memiliki
akses baik ke Asia Tengah seperti Malaysia
dan Vietnam, keberhasilan mentransfer
bekal jejaring ini kedalam bisnis sudah
dapat dijadikan bahan pelajaran. Malaysia
yang memiliki kerjasama di bidang
pendidikan
sejak
mengintensifkan
hubungan
tahun 1990-an menjadi
interaksi
perdagangan yang
nyata.
Demikian
juga
jejaring
Vietnam
menjadikan negara ini memiliki akses yang
lumayan karena adanya promosi yang
intensif sejak lama.
Tahap networking ini antara lain
dilakukan dengan mendatangkan para
pengusaha dari kawasan Asia Tengah ke
Indonesia. Ini juga merupakan salah satu
aktivitas yang dapat memperkuat jejaring
yang sudah ada. Seperti dijelaskan
sebelumnya
faktor
jejaring
dalam
diplomasi ekonomi sangat kuat menunjang
kedalam angka-angka perdagangan.
Hal itu terlihat misalnya dari kontak
antara pewakilan resmi Asia Tengah di
Indonesia untuk menjajagi kerjasama
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
dengan pengusaha batik di Solo 19 Mei
2016.
Peserta dialog dari perwakilan
komunitas
pengusaha
batik
Solo,
Gunawan,
mengajukan
gagasan
kemungkinan kerja sama antara pelaku
usaha kecil dan menengah dengan mitra
negara sahabat di Asia Tengah dan Selatan
kepada
panelis
representatif
dari
Azerbaijan, Kazakhstan, serta Afghanistan.
Peserta dialog dari Indonesia lainnya dari
perwakilan Kampung Batik Kauman,
Muchammad Yuli mengusulkan beberapa
kedutaan negara Indonesia di luar negeri
bisa menjadi etalase promosi untuk produk
kreatif batik asal Solo.
Duta Besar Azerbaijan untuk
Indonesia, Tamerlan Garayev, menyatakan
negaranya siap menjalin kerja sama lewat
sistem joint venture.
Garayev juga
menjelaskan batik saat ini sangat populer
di Azerbaijan. Pengusaha batik di
Indonesia
diharapkan
tidak
hanya
membuat pakaian dari batik tapi bisa juga
sebagai material furnitur atau hiasan
rumah. Harapan dari Azerbaijan ini
menunjukkan peluang hasil kreasi batik
dapat diperluas pasarnya di kawasan ini.
Tahap image building memfokuskan
kepada kekuatan citra negeri dan reputasi
serta perusahaan dalam rangka menarik
investasi dan mengundang turis. Fase ini
terkait juga dengan citra negeri sebagai
negara yang menghasilkan produk baik
dari sumber daya alam maupun produk
industri manufaktur. Citra Indonesia
sebagai negara dagang, negara yang banyak
mengekspor produknya masih berat
kepada produk dari sumber daya alam.
Indonesia
pernah
dikenal
sebagai
produsen dan pengekspor minyak sehingga
masuk dalam Organisasi Negara Negara
Pengekspor Minyak (OPEC). Namun sejak
Indonesia juga mengimpor BBM untuk
kebutuhan dalam negeri maka dikeluarkan
dari OPEC.
Citra Indonesia sebagai negara
dagang sumber daya alam selain eksportir
minyak dan gas tetapi juga eksportir
minyak kelapa sawit. Bersama dengan
Malaysia, Indonesia menjadi pengekspor
kelas dunia minyak kelapa sawit terutama
ke Eropa. Modal dasar sebagai negara
dagang
ini
penting
karena
akan
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2745-6080
memberikan jalan dalam melakukan
perdagangan.
Selanjutnya karena citra negara
dagang sudah dikenal maka tahapan
promosi negeri untuk mengundang
wisatawan akan memberikan keyakinan
akan pelayanan negara destinasi turis.
Selain keindahan alam dalam mengundang
wisatawan
diperlukan
infrastruktur
industri wisata seperti transportasi yang
terjamin, hotel yang nyaman serta layanan
bagi turis yang dapat dipercaya. Dalam hal
ini destinasi turis seperti Bali sudah dikenal
dengan ciri-ciri alam yang indah dan
layanan hotel serta transportasi yang dapat
diterima masyarakat internasional.
Dalam fase promosi citra negeri ini
diplomasi ekonomi sangat erat kaitannya
dengan program untuk menarik wisawatan
dari Asia Tengah. Salah satu tindakan
mempromosikan Indonesia ini dilakukan
Kementerian Pariwisata yang menggelar
Sales Mission Asia Tengah 2017 di Dostyk
Hotel Almaty, Kazakhstan pada 22
Desember 2017.
Untuk mengundang wisatawan ini
promosi mengajukan destinasi Bali,
Wakatobi, Tanjung Puting dan Toraja.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara I Gde
Pitana, promosi ini bersifat Business to
Business (B2B), mempertemukan industri
Indonesia (sellers) dengan industri lokal
Kazakhstan (buyers) yang menjual paket
wisata ke Indonesia. Instrumen promosi
yang dilakukan Indonesia dengan acara
Table Top Meeting adalah press
conference,
pertunjukan
kesenian
Indonesia dan lucky draw atau doorprize,
serta pendistribusian bahan promosi
pariwisata Indonesia.
Promosi ini juga mengajukan
berbagai produk pangan khas seperti
Keripik Tempe, Dodol Garut, Kacang, Kue
Lapis Surabaya dan Bika Ambon. Ada juga
coffee corner, games corner, pertunjukan
tari Lenggang Kipas (Betawi), Naikonos
Larik Dance (NTT), Cendrawasih Dance
(Bali) dan Gending Sriwijaya (Palembang).
Upaya promosi citra negeri ini juga
dilakukan antara lain dengan mengantar
nama Indonesia melalui lalu lintas ibu kota
negara di Asia Tengah seperti di
Uzbekistan. Kedutaan Besar Republik
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
Indonesia
(KBRI)
di
Tashkent
memanfaatkan bus umum sebagai media
untuk mempromosikan wisata Tanah Air
dengan memasang iklan Wonderful
Indonesia
yang
memperlihatkan
keindahan alam Indonesia pada bagian
luar bus.
Secara keseluruhan, citra Indonesia
sebagai negara dagang masih kurang kuat
di mata negara-negara Asia Tengah
dibandingkan dengan negara lain seperti
China, Rusia, India, Iran dan Turki. Dari
tahap diplomasi ekonomi, penekanan citra
Indonesia sebagai negara dagang masih
lemah karena antara lain produknya masih
bertumpu kepada hasil bumi seperti
minyak kelapa sawit, belum pada produk
manufaktur atau potensi yang masih
terbuka produk obat-obatan.
Tahap Regulatory Management and
Resource
Mobilization memfokuskan
kepada penyelesaian dan pengelolaan
kesepakatan perdagangan bilateral dan
multilateral serta perjanjian investasi
bilateral. Dalam fase manajemen regulasi
di dalam diplomasi ekonomi ini,
pemerintah Indonesia memiliki peran
penting mendorong berbagai promosi dan
interaksi antar pengusaha dengan Asia
Tengah atau juga pemerintah Asia Tengah
dengan pelaku ekonomi Indonesia.
Tahap manajemen regulasi ini dapat
dilihat antara lain dari interaksi Indonesia
dengan Uzbekistan dimana pemerintah
negara di Asia Tengah ini menjanjikan tarif
preferensi 50 persen lebih rendah dari tarif
nonpreferensi untuk produk ekspor
Indonesia, berupa single size customs duty.
Tarif preferensi tersebut dapat dinikmati
eksportir
Indonesia
cukup
dengan
menggunakan Surat Keterangan Asal
(SKA) form B. Pernyataan tersebut
disampaikan pihak Uzbekistan melalui
nota diplomatik kepada Pemerintah
Indonesia melalui KBRI Tashkent.
Menurut Menteri Perdagangan
Thomas
Lembong
tahun
2015,
pemberlakuan tarif preferensi bagi produk
Indonesia di pasar Uzbekistan ini
merupakan kabar baik bagi upaya
diversifikasi pasar ekspor Indonesia ke
negara tujuan non tradisional. Pemerintah
Indonesia
dan
Uzbekistan
telah
menandatangani Perjanjian Perdagangan
10
E-ISSN: 2745-6080
pada tahun 2009. Kedua negara sepakat
akan memberikan tarif preferensi most
favoured nation (MFN) kepada masingmasing pihak sesuai pasal 2 mengenai
perlakuan yang sama pada perjanjian
perdagangan.
Namun demikian, implementasi di
lapangan belum sesuai karena beberapa
eksportir Indonesia yang menggunakan
SKA form B masih dikenakan tarif nonpreferensi yang nilainya lebih tinggi dua
kali lipat dari tarif preferensi MFN
Uzbekistan.
Tarif preferensi untuk
Indonesia tersebut mulai diberlakukan
sejak November 2015. Pada 10-11 April
2015,
Pemerintah
Indonesia
dan
Uzbekistan melakukan Technical Expert
Meeting (TEM) di Uzbekistan untuk
membahas penyelesain isu tersebut.
Hasilnya, pihak Uzbekistan menyetujui
penggunaan SKA form B sebagai dokumen
ekspor bagi produk Indonesia yang ada di
dalam daftar tarif MNF untuk diberikan
tarif preferensi.
Aspek lain dalam diplomasi ekonomi
sebuah negara adalah apa yang disebut
sebagai multilevel diplomacy artinya
diplomasi tidak hanya dilakukan para
diplomat tetapi juga para petinggi di
eksekutif dari setingkat Menteri sampai
Presiden. Diplomasi multilevel ini penting
karena dapat memperkuat diplomasi
secara bilateral terhadap anggota kawasan
Asia Tengah. Yang dimaksud multilevel
adalah pendekatan yang dilakukan
Indonesia mulai dari level diplomat secara
individual, level kantor pewakilan, level
menteri dan atau wakil menteri sampai
level presiden dan wakil presiden sebagai
yang tertinggi.
Kedatangan Presiden Joko Widodo
ke sebuah kawasan dapat disebut menjadi
salah satu cara bagaimana diplomasi
ekonomi dapat ditingkatkan. Dalam
catatan selama 2014 sampai 2019, Presiden
Joko Widodo pernah berkunjung ke Asia
Selatan seperti ke Sri Lanka, Pakistan,
Bangladesh, Afghanistan dan India tanggal
24 Januari 2018.
Namun demikian
lawatan ini tidak dilanjutkan ke salah satu
negara Asia Tengah seperi Azerbaijan atau
Uzbekistan. Selama kurun waktu lima
tahun tersebut hampir dikatakan jarang
pejabat eksekutif setingkat menteri
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
melawat ke Asia Tengah. Hal ini diakui oleh
kementerian luar negeri sendiri, bahkan di
tingkat menteri luar negeri juga relatif
pertemuan dilakukan di luar Kawasan di
sela-sela
sejumlah
pertemuan
internasional.
Dalam kaitan diplomasi ekonomi
pendekatan tingkat tinggi diperlukan
untuk memuluskan jalan perundingan
terhadap hal-hal yang masih menyulitkan
perdagangan. Kehadiran pejabat tingkat
tinggi ini juga memberikan kesan bahwa
Indonesia
memperhatikan
hubungan
perdagangan dengan Kawasan Asia tengah.
Bahwa pada era Presiden Jokowi periode
pertama perhatian hanya menuju ke Asia
Selatan menunjukkan belum tingginya
perhatian terhadap kawasan Asia Tengah
ini.
Dalam kerangka networking dan
multilevel diplomacy ini, Dr Arfin
Sudirman menyebutkan contoh kesamaan
budaya bisa jadi modal dan tidak harus
secara
langsung
berupa
promosi
perdagangan. Contohnya ketika pasukan
penjaga perdamaian dikirim Afrika dan
Timur Tengah, secara tidak langsung
Indonesia melakukan promosi produk
makanan indomie. Terkenalnya produk
Indofood di Afrika tidak lepas dari
keterlibatan pasukan penjaga perdamaian.
Contoh lainnya keterlibatan Korea Selatan
dalam post conflic building dalam misi
perdamaian menyebabkan produk Korea
Selatan seperti Hyundai menjadi terkenal
di wilayah tempat mereka beroperasi.
Singkatnya, diplomasi ekonomi tidak bisa
berjalan sendiri. Misi perdamaian di suatu
wilayah atau disebut diplomasi pertahanan
ternyata dapat mempengaruhi diplomasi
ekonomi yang mengantarkan produk
Indonesia.
Demikian juga sebaliknya kunjungan
resmi petinggi dari Asia Tengah ke
Indonesia masih dapat dikatakan belum
sering. Bahkan dalam beberapa laporan
pertemuan setingkat wakil menteri
dilakukan di sela-sela acara internasional
baik di Indonesia maupun di mancanegara.
Diplomasi tidak hanya dilakukan oleh
entitas pemerintahan melalui pewakilan
diplomatiknya namun juga tingkat individu
terutama dari para pemimpin negeri dan
pemimpin bisnis. Dari perspektif ini maka
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2745-6080
bagaimana diplomasi ekonomi dalam
tingkat invidual ini berjalan tahun 2014
sampai 2019. Sebaliknya sejumlah pejabat
tinggi Asia Tengah datang ke Indonesia
seperti dilakukan Wakil Perdana Menteri
Uzbekistan Zoyir Mirzaev.
KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini yakni ingin
mengetahui faktor-faktor utama dalam
diplomasi ekonomi Indonesia di Asia
Tengah, pentingnya diplomasi ekonomi di
Asia Tengah dan bagaimana implementasi
diplomasi ekonomi di Asia Tengah, maka
kesimpulan penelitian sebagai berikut:
Pertama, faktor penting dalam
diplomasi ekonomi ke Asia Tengah adalah
potensi ekonomi di Asia Tengah yang
sedang berkembang pesat sehingga
Indonesia
diharapkan
biasa
memanfaatkannya dari sisi ekspor,
kerjasama investasi dan mendatangkan
wisatawan. Ekspor ke enam negara Asia
Tengah masih didominasi produk sumber
daya alam seperti minyak kelapa sawit
sedangkan produk manufaktur masih
rendah dan produk obat-obatan dan
makanan masih berkembang.
Kedua, faktor penting diplomasi ke
kawasan ini juga disebabkan Asia Tengah
meskipun merupakan wilayah yang baru
berkembang dengan sistem pemerintah
yang memiliki keunikan masing-masing
serta lokasi yang sulit terjangkau
Indonesia, masih memiliki peluang dalam
pengembangan perdagangan termasuk
dalam menarik turis ke Indonesia.
Ketiga, diplomasi ekonomi yang
dilakukan Indonesia di kawasan ini berupa
tahapan promosi, networking, image
building dan fase manajemen regulasi.
Diplomasi melalui promosi dilakukan
secara berkala baik melalui pameran
internasional maupun secara mandiri.
Tahap promosi paling banyak dilakukan
dalam
diplomasi
ekonomi
melalui
kerjasama antara pihak perwakilan
Indonesia dengan swasta atau pemerintah
Indonesia melalui kementerian.
Keempat, diplomasi ekonomi melalui
jalan aktor multilevel pemerintahan
Indonesia baru pada tahap pejabat
perwakilan seperti duta besar. Seharusnya
diplomasi multilevel ini dilakukan mulai
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
dari tingkat duta besar, wakil Menteri,
Menteri, Wakil Presiden dan Presiden
misalnya dalam kunjungan diplomatik
Kawasan Asia Tengah.
Kelima,
kebijakan
melakukan
diplomasi ekonomi telah memberikan
dampak perlunya mengenalkan produk
Indonesia
ke
Asia
Tengah,
mempromosikan pariwisata dan juga
kerjasama perdagangan. Model dengan
promosi produk dan promosi negeri
merupakan salah satu kebijakan yang perlu
dijajaki lagi lebih jauh termasuk misalnya
12
E-ISSN: 2745-6080
mengundang para pemimpin negeri di Asia
Tengah termasuk kalangan bisnisnya.
Keenam, perdagangan Indonesia ke
Asia Tengah masih dapat memberikan
kontribusi kepada kekuatan ekonomi
nasional apabila bisa dipertahankan agar
tetap surplus dan jika volume perdagangan
semakin
menguntungkan
Indonesia.
Artinya
perolehan
devisa
akan
memberikan dampak kepada ekonomi
Indonesia selain semakin besarnya eskpor
non migas ke kawasan ini.
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini dapat terlaksana
karena adanya bantuan dari Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Muhammadiyah
dengan
Kontrak
Penelitian
Nomor
:
69/RUMJ/IV/2020
DAFTAR PUSTAKA
Berridge, G.R and Alan James. (2003). A
Dictiornary
of
Diplomacy.
Hampshire : Palgrave Macmillan.
Berridge, G.R. (2010).Diplomacy Theory
and Practice. Hampshire: Palgrave
Macmillan.
Black, Jeremy.(2010). A History of
Diplomacy.
London:
Reaktion
Books.
Boeije, Hennie. (2010). Analysis in
Qualitative Research. Los Angeles:
Sage.
Creswell, John W. (2014). Research
Design: Qualitative, Quantitative
and Mixed Methods Aproaches. Los
Angeles: Sage.
Djelantik, Sukawarsini. (2012). Diplomasi
Antara Teori & Praktik. Jakarta:
Graha Ilmu.
Darmansjah
Djumala.(2014).
Membumikan Diplomasi Ekonomi:
Tantangan Kebijakan Luar Negeri
Era Jokowi-JK. Jurnal Diplomasi.
Vol 6 No 3 November 2014.
Hamilton, Keith and Richard Langhorne.
(1995). The Practice of Diplomacy:
Its
Evolution,
Theory
and
Administration. London: Routledge.
Haryono,
Endi. (2019).
Diplomasi
Ekonomi sebagai Arah Kebijakan
Luar Negeri Indonesia tahun 20152018: Tantangan dan Peluang.
Global Strategis, Th. 13, No. 2.
Kurniawan, Andi. (2014). Diplomasi
Ekonomi Indonesia dan Thailand
terhadap Pasar Timur Tengah.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Volume 17, Nomor 3, Maret 2014.
Lamont, Christopher. (2014). Research
Methods in International Relations.
London: Sage.
E-ISSN: 2745-6080
Manurung, Hendra.2019. Empowering
Diplomacy Economy Indonesia.
https://www.researchgate.net/publi
cation/335977823_EMPOWERING
_DIPLOMACY_ECONOMY_INDO
NESIA. Diakses 1 Agustus 2020.
Margiansyah, D. (2020). Revisiting
Indonesia’s Economic Diplomacy in
the Age of Disruption: Towards
Digital Economy and Innovation
Diplomacy. Journal of ASEAN
Studies.
Nicolson, Harold. (1942). Diplomacy.
Oxford: Oxford University Press.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan
Afrika.
(2016).
Kajian
Mandiri:Indonesia
dan
Asia
Tengah: Sebuah Upaya Penguatan
Diplomasi Ekonomi. Jakarta: Pusat
Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan
Afrika.
Primadona,
Rizky
Astria.
(2015).
Diplomasi Ekonomi Indonesia di
Sub Sahara: Penguatan Hubungan
Kerjasama
Ekonomi
Antara
Indonesia dan Afrika Selatan dalam
Kerangka NAASP (2010-2014).
Skripsi
Ilmu
Hubungan
Internasional, FISIP, Universitas
Gadjah Mada.
Pujayanti, Adirini. (2015). “Diplomasi
Ekonomi Bidang Perdagangan Masa
Pemerintahan
Presiden
Joko
Widodo”. Dalam Humphrey Wangke
(Ed). Tantangan dan Peluang
Diplomasi Ekonomi Presiden Joko
Widodo. Jakarta: P3DI Setjen DP RI
dan Azza Grafika.
Rabiee, H., Abbasi Pour Nezam Abad, R.,
Amir Ahmadian, B., & Abdi, A.
(2018). “Geo-economic explanation
of Iran's relations with Kazakhstan”.
Iranian Journal of Geographical
Researches. 2018;33(3): 22-39. DOI:
10.29252/geores.33.2.22
Rana, Kishan S. (2011). 21st Century
Diplomacy: A Practitioner’s Guide.
London:
TheContinuum
Inernational Publishing Group.
Rana, Kishan S. (2011). “Serving the
Private Sector: India’s Experience in
Context”.
13
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
Dalam Nicholas Bayne and Stephen
Woolcock (Eds).The New Economic
Diplomacy:Decision-making
and
Negotiation
in
International
Economic Relations. Surrey:Ashgate
Publishing Limited.
Rana, Kishan S. ( 2007). Economic
Diplomacy: The Experience of
Developing
Countries.
https://www.researchgate.net/publi
cation/337532192. Diunduh 1 April
2020.
Sabaruddin, Sulthon Sjahril. (2016).
“Penguatan Diplomasi Ekonomi
Indonesia Mendesain Clustering
Tujuan Pasar Ekspor Indonesia:
Pasar Tradisional vs Pasar NonTradisional.”
Jurnal
Ilmiah
Hubungan Internasional.Vol 12, No
2.
Sabaruddin , Sulthon Sjahril. (2016).
“Grand Design Diplomasi Ekonomi
Indonesia: Sebuah Pendekatan
Indeks Diplomasi Ekonomi”. Jurnal
Ilmiah Hubungan Internasional.
Vol 12, No 1.
Setiawan, Asep. (2012). Politik Luar
Negeri
Indonesia.
Yogyakarta:
Leutikaprio.
Siracusa, Joseph M. (2010). Diplomacy: A
Very Short Introduction. Oxford:
Oxford University Press
Sholehi, Mohammad. (2011). Diplomasi
Praktik Komunikasi Internasional.
Jakarta: Simbiosa Rekatama Media.
Wibisono, Makarim. (2011). Tantangan
Diplomasi Multilateral. Jakarta:
LP3ES.
Van Bergeijk, Peter A.G., Maaike OkanoHeijmans and Jan Melissen (eds).
(2011).
Economic
Diplomacy:
Economic and Political Perspectives.
Leiden: Martinus Nijhoff Publishers.
Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar
Negeri Indonesia Retno L.P. Marsudi
Tahun
2019.
https://kemlu.go.id/portal/id/read/
55/pidato/pernyataan-perstahunan-menteri-luar-negeri-ritahun-2019.
Dinamika
Asia
Tengah.
http://www.tabloiddiplomasi.org/p
revious-isuue/49-juni- 2008/407dinamika-asia-tengah.html
14
E-ISSN: 2745-6080
Produk Kesehatan Unggulan Indonesia
Sasar Pasar Uzbekistan.
https://kemlu.go.id/tashkent/id/ne
ws/169/produk-kesehatanunggulanindonesia-sasarpasar-uzbekistan.
Kemenpar promosi pariwisata di negara
Asia Tengah.
https://nasional.kontan.co.id/news
/kemenpar-promosi-pariwisata-dinegara-asia-tengah.
FGD
Sinergitas
Program
Promosi
Pariwisata Pasar Asia Selatan dan
Asia Tengah TA 2019.
https://www.kemenparekraf.go.id/
post/fgd-sinergitas-programpromosi-pariwisata-pasar-asiaselatan-dan-asia-tengah-ta-2019.
Berharap 100.000 Turis Uzbekistan dari
Penerbangan Tashkent—Jakarta.
https://ekonomi.bisnis.com/read/2
0190507/12/919444/berharap100.000-turis-uzbekistan-daripenerbangan-tashkentjakarta.
Pengusaha Batik Di Soloraya Berpeluang
Luaskan Pasar Ke Asia Tengah.
https://www.solopos.com/perdagan
gan-luar-negeri-pengusaha-batikdi-soloraya-berpeluang-luaskanpasar-ke-asia-tengah-721106..
Kemenpar promosi pariwisata di negara
Asia Tengah .
https://nasional.kontan.co.id/news
/kemenpar-promosi-pariwisata-dinegara-asia-tengah.
Kemenpar
promosi pariwisata di negara Asia
Tengah.
Bus promosi Wonderful Indonesia beredar
di Tashkent, Uzbekistan.
https://www.antaranews.com/berit
a/1217928/bus-promosi-wonderfulindonesia-beredar-di-tashkentuzbekistan.
Uzbekistan resmi beri tarif preferensi lebih
murah untuk produk RI.
https://www.merdeka.com/uang/uz
bekistan-resmi-beri-tarifpreferensi-lebih-murah-untukproduk-ri.html..
Presiden Kunjungi Lima Negara di Asia
Tengah
https://www.medcom.id/nasional/
politik/8KyvDn3N-presiden-
Seminar Nasional Penelitian
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit
E-ISSN: 2745-6080
kunjungi-lima-negara-di-asiatengah.
Wawancara dengan Direktur Asia Tengah
Kementerian Luar Negeri Indonesia
Ferdy Piay
Wawancara Dr. Arfin Sudirman, Dosen
FISIP Universitas Padjadjaran
Wawancara Dr. Ryantori, Dosen FISIP
Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama)
15