Academia.eduAcademia.edu

Giker fix

Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Hal ini dikarenakan tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu mereka perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis/beban pekerjaan yang dilakukannya.Faktor lingkungan kerja juga mempunyai peranan penting sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahanbahan kimia, parasit dan mikroorganisme, faktor psikologis dan kesejahteraan Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.Usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Hal ini dikarenakan tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu mereka perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis/beban pekerjaan yang dilakukannya.Faktor lingkungan kerja juga mempunyai peranan penting sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahan – bahan kimia, parasit dan mikroorganisme, faktor psikologis dan kesejahteraan Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja harus sejalan pula dengan usaha mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu dengan jalan memperbaiki keadaan kesehatan dan meningkatkan keadaan gizinya melalui pelaksanaan gizi kerja di perusahaan. Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk menjalankan aktifitasnya, maka dari itu agar keadaan kesehatan pekerja tetap baik, perlu penyesuaian antara beban kerja dengan kemampuan fisik maupun asupan gizinya. Asupan gizi bagi tenaga kerja sangat penting terutama pekerja berat adalah salah satu faktor penentu tingkat produktifitas kerjanya. Akibat beban kerja yang berat sering menimbulkan penurunan berat badan jika tidak seimbang dengan asupan gizinya. Santoso (2004) menyatakan bahwa pekerjaan memerlukan tenaga yang sumbernya dari makanan yang mana kebutuhan akan gizi tenaga kerja harus sesuai dengan pekerjaannya. Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku pekerja serta faktor lainnya. Untuk mengantisipasi bahaya lingkungan kerja tersebut maka langkah awal yang penting dilakukan adalah pengenalan/ identifikasi lingkungan kerja dan evaluasi, kemudian dilakukan pengendalian. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara lingkungan kerja dengan gizi kerja Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan batasan masalah di atas,penulis akan mengangkat permasalahan guna dibahas dalam penulisan ini, yaitu: Pengertian gizi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi para pekerja. Interaksi Gizi Kerja dengan Lingkungan. Manfaat Penulisan Setiap penulisan yang dilakukan tentunya mempunyai manfaat yang ingin dicapai. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenaihubungan dan pengaruh gizi kerja dengan lingkungan, yang diharapkan dapat menjadi salah satu indikator dalam meningkatkan gizi pekerja di Indonesia. Dan disamping itu penulisan ini diharapkan juga dapa memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu: Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan gizi para pekerja terutama dari segi interaksi gizi kerja dengan lingkungan kepada para pembaca. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pekerja terutama pada indikator gizi kerja yang mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap lingkungan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Lingkungan. Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan tanah, udara, air, sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan. Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapiolehseorang manager. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan teknik serta keputusan yang akan diambil.  Ada dua macam faktor lingkungan, yaitu : FaktorLingkungan Internal yaitu lingkungan yang ada didalam usahanya saja. Faktor Lingkungan Eksternal yaitu unsur-unsur yang berada diluar organisasi, dimana unsure-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh manager, disamping itu juga akan mempengaruhi manager didalam pengambilan keputusan yang akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan ekonomi, paraturan pemerintah, perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politik dan lainnya. Adapun lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu : Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para pesaing, lembaga perbankan dan lainnya. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung, seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, sosial dan lain sebagainya. 2.2. Pengaruh Manusia Terhadap Lingkungan. Kemapuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkunganya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya (Soemirat, 1994). Masyarakat jaman dulu yang tinggal di hutan dan lahan berpindah hanya mampu membuka hutan yang mereka tinggali untuk memberikan perlindungan pada kelangsungan hidup mereka tersebut, beda halnya dengan masyarakat modern yang sosial ekonomi lebih maju seperti halnya kita sekarang ini bisa mengubah apa saja sesuai kehendak yang kita mau seperti hutan dijadikan perumahan atau sebuah daerah tempat tinggal. Perubahan lingkungan hidup seperti diatas itu dengan tujuan memperbaiki nasib manusia tidak selalu berhasil dengan baik jika kita tidak melihat bagaiman proses-proses itu berlangsung. Proses-proses itu terjadi dalam ekosistem yang mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Apabila perubahan lingkungan sedemikian rupa sampai terjadi pergeseran Ekosistem maka alam tidak dapat lagi memepertahankan keseimbangannya, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tanah longsor, banjir, gunung meletus itu semua bisa merugikan kita bersama. Manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam, mereka juga menbuang kembali apa yang telah ,mereka gunakan yang tidak dipakainya lagi kembali ke alam. Hal semacam tersebut bisa berdampak buruk terhadap manusia apabila jumlah buangan bertambah banyak sehingga alam pun tidak dapat lagi membersihkannya lagi, lalu dengan demikian lingkungan yang ada di lingkungan bisa kotor dan sumber daya alam yang biasa kita gunakan menjadi kotor dan bisa berdampak buruk jika kita menggunakannya. Akibatnya kesehatan manusia akan terganggu, jadi jelas bisa dilihat bahwa kelangsungan hidup manusia sangat tergantung pada adanya interaksi dalam ekositem. Pada zaman dahulu banyak menunjukan adanya kurang pengertian masyarakat akan hubungan interaksi manusia dengan lingkunganya ini dan kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia itu sendiri yang dapat menyebabkan bencana alam terjadi. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya dimana manusia akan membutuhkan akan kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, serta kepuasaan yang berkembang secara kontinyu, lain halnya dengan kedudukan manusia sebagai makhluk biologis yang mana membutuhkan makan dan minum dengan sendirinya hubungan manusia sebagai makhluk berbudaya dengan makhluk biologis sangat berpengaruh dengan adanya keinginan kebutuhan kekuasaan yang bisa menimbulkan kerusakan ekosistem dan dapat mengganggu kelangsungan hidup manusia dalam mencari sumber daya alam dalam memperoleh makanan dan minuman. Pencemaran lingkungan yan halnya dilakukan oleh manusia tidak diperhatikan maka  akan terjadi penurunan kesehatan pada masyarakat, oleh karena itu usaha di bidang kesehatan perlu didasarkan akan pengetahuan ekologi manusia. Adapun pengertian ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari antara setiap segi kehidupan manusia (fisik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintesis (Boughey, 1973). Menurut Soemirat,(1994) dalam bukunya dijelaskan bahwa hubunan ekologi manusia dengan usaha kesehatan lingkungan dapat dianalogikan dengan hubungan antara ekologi dengan pertanian, kehutanan, dan sebagainya, sebagai contoh, ekologi manusia diterapkan dalam berbagai bidang kesehatan sebagai berikut, dalam ilmu kedokteran pencegahan, meningkatkan daya tahan manusia tehadap faktor disgenik. Dalam ilmu kesehatan meningkatkan faktor menguntungkan dan mengurangi pengaruh faktor merugikan. 2.3. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. Perkembangan epidemologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan orang (Fox, 1960) yang dikutip oleh Soemirat dalam bukunya. Kita bisa ambil contoh pada daerah lembab dan banyak genangan air di sekitar kita pasti ada tempat berkembang biak nyamuk baik itu berpotensi menyebabkan penyakt malaria maupun demam berdarah, disitulah letak penyakit bisa muncul karena lingkungannya tidak baik dan tidak bersih. Dalam konteks makanan yang kita makan banyak pedagang kaki lima yang berjualan tidak mengkondisikan dengan lingkungannya sehingga tak jarang pula setelah memakan di tempat yang seperti itu bisa menimbulkan sakit perut. Seorang tokoh kedokteran Hippocrates (460-377), adalah tokoh pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungan dengan fenomena alam dan lingkungannya. Dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu yang mempelajari proses interakasi in disebut Ekologi dan secara khusus Ekologi Manusia, apabila perhatian studi itu adalah manusia (Boughey, 1973). Interaksi antara manusia dan lingkungannya sangatlah wajar mengingat bahwa manusia hidup berada dalam ekosistem yang mengharuskannya berinteraksi dengan lingkungan sampai meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya pendukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Unsur udara, air, makanan, dan sandang yang diambil dari lingkungan hidupnya, namun proses interaks itu tak selalu medapatkan keuntungan, bahkan kadang-kadang bisa mendapatkan kerugian, sebagai contoh jka manusia makan dan minum untuk menghilangkan rasa haus dan lapar namun jika terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menimbulkan kelainan nutrisi, begitu juga jika makan tersebut mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Zat-zat tersebut dapat berupa racu asli ataupun akibat kontaminasi makanan tersebut dengan zat kimia yang berbahaya sehingga dapat terjadi keracunan atau penyakit. 2.4. Lingkungan Makanan Yang Berdampak Pada Kelangsungan Gizi Manusia. Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia (Soemirat,1994). Karena jumlah penduduk yan terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Permasalahan yang timbul dapat diakibatkan karena ada kualitas dan kuantitas bahan pangan, hal ini bermaksud untuk mendapatkan energi agar tetap bertahan hidup dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting. Jika dilihat dari kuantitas, baik yang berlebih maupun yang kekurangan akan menyebabkan kelainan gizi. Penyakit yang berhubungan dengan kegemukan disebabkan oleh jumlah makanan yang berlebih, juga kualitas nyayang tidak seimbang contohnya penyakit Jantung, Diabetes, dan penyakit Darah Tinggi, demikian pula kekurangan gizi, ada yang hanya kekurangan kuantitas makanan saja, tapi juga seringkali kualitasnya kurang. Di Indonesia sebagaian besar penyakit yang didapat berhubungan dengan kekurangan gizi, terutama pada anak-anak. Taraf kekurangan gizi pada balita di Indonesia untuk tahun 1988 kurang lebih 10% Menurut Soemirat, Keadaan kurang gizi juga sangat dipengaruhi oleh: Pengetahuan masyarakat tentang yang kurang, berbagai kepercayaan tentang makanan, sehingga anak-anak tidak mendapatkan makanan yang bergizi. Kontaminasi makanan dan minuman bayi akibat lingkungan yang tidak sehat, bayi menderita penyakit bawaan makanan, sehingga pertumbuhan anak terganggu Prioritas hidup lainnya selain makanan bergizi memiliki barang elektronik atau kendaraan bermotor yang membawa akibat luas. Pendapatan tidak lagi di prioritas untuk membeli makanan bergizi. Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga sangat baik untuk perumbuhan zat-zat lainnya seperti mikroba dalam tubuh, jadi untuk untuk mendapatkan keuntungan yang 2.5. Interaksi Antara Gizi dan Lingkungan Kerja Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk  penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki  peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua  pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja. Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja adalah: Lingkungan Fisik a.1. Suhu Tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga  pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah. Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 20ºC dan 27ºC dan dalam situasi humiditas  berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan panas yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan  bahkan fatal (CCOHS, 2001). Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5ºC di atas tingkatan nyaman akan menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh manusia tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Lingkungan kimia b.1. Pengaruh bahan kimia Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan psikologis. b.2. Bahan Radiasi Dapat mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein dan antioksidan untuk regenerasi sel. Lingkungan Biologi c.1. Parasit dan mikroorganisme Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi. Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses bekerja lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong  bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi  penyebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja. Lingkungan Ergonomi Mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman selamat, efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa nyaman serta terhindar dari bahaya yangmungkin timbul di tempat kerja para pekerja. Aspek-aspek dalam Ergonomi, yaitu : Faktor manusia Human Centered Design (HCD) :perancangan berpusat pada manusia. Faktor dari dalam (Internal Factors) Cth : umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh Faktor dari luar (External Factors) Cth : penyakit, gizi, lingkungan kerja,sosial ekonomi, serta adat istiadat. Secara tidak langsung gizi sangat berperan pada lingkungan ergonomi demi menunjang kegiatan kerja seperti beban angkat angkut yang setiap pekerjanya memiliki kebutuhan gizi yang berbeda baik pada pria dan wanita. Lingkungan Psikologi e.1. Stres Stres kerja merupakan suatu keadaan tertekan secara emosional dan psikologis, sebagai akibat dari tuntutan yang dinilai sebagi suatu yang menekan atau membebani, yang berasal dari dalam maupun dari luar diri. Stres kerja dapat dikenali dari gejala-gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku individu, antara lain: menurunnya produktivitas kerja karyawan, gangguan tidur, merasa bosan, kurang motivasi, perubahan absebsi pada karyawan, dan sebagainya Stres kerja bisa mengurangi kekebalan tubuh. Karena itu, ada kemungkinan bahwa si penderita ini gampang terkena sakit, dari mulai yang berstadium rendah sampai ke yang berstadium tinggi. Sedikit-sedikit minta izin atau sering tidak masuk kantorIni jelas merugikan yang bersangkutan dan juga perusahaan. Stress kerja juga bisa mengganggu komunikasi atau hubungan, baik itu interpersonal dan intrapersonal. TUGAS GIZI KERJA INTERKSI LINGKUNGAN DENGAN GIZI KERJA D I S U S U N OLEH : TANIA ANASTASIA 111000267 WAHYU EKO BANGUN 111000288 FREDDY TUMANGGOR 111000027 TIO ULI SINAGA 101000241 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA