Zakat Management

Buku ini mengulas peran Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial di Indonesia melalui pengelolaan zakat yang efektif dan transparan. Dengan berbagai program yang dijalankan, Baznas tidak hanya berfokus pada pemberian bantuan sosial, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Buku ini memberikan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana zakat dapat berfungsi sebagai instrumen distribusi keadilan sosial, membantu mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Selain itu, buku ini juga mengeksplorasi konsep kesejahteraan sosial dalam perspektif modern, serta menghubungkannya dengan prinsip-prinsip Ekonomi Islam yang menekankan pada keadilan dan pemerataan kesejahteraan. Penulis juga membahas bagaimana program-program Baznas, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi, memberikan dampak yang signifikan dalam menciptakan perubahan sosial yang positif di berbagai lapisan masyarakat.

Buku ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana zakat bisa dimanfaatkan untuk menciptakan kesejahteraan yang lebih merata di Indonesia. Buku ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti, praktisi ekonomi Islam, serta masyarakat yang tertarik pada pengembangan sistem perekonomian yang adil dan berbasis pada nilai-nilai sosial yang berkelanjutan.

Fitrah adalah zakat WAJIB yang dikeluarkan oleh tiap umat Islam baik lelaki, perempuan, tua, atau muda yang masih hidup sampai jelang shalat Idul Fitri. Zakat Fitrah disebut juga zakat nafs (zakat jiwa), karena zakat ini bertujuan untuk membersihkan jiwa atau mensucikan diri dari dosa. Zakat Fitrah yang dikeluarkan berupa bahan makanan pokok seberat 2.5 kilogram (bisa disubstitusi dengan uang seharga itu). Hukum Zakat Fitrah adalah WAJIB bagi setiap Muslim yang memiliki kelebihan makanan satu hari satu malam. Bayi yang baru lahir sebelum terbenam matahari pada akhir Ramadhan WAJIB dikeluarkan Zakat Fitrahnya. Syarat-syarat wajib pembayar Zakat Fitrah: 1. Beragama Islam 2. Hidup zampai akhir hari terakhir Ramadhan 3. Mempunyai kelebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang dinafkahi (anak, istri, dan anggota keluarga lain) pada saat Hari Raya Idul Fitri esoknya Rukun Zakat Fitrah: 1. Niat 2. Muzakki (orang yang berzakat) 3. Mustahiq (penerima zakat) 4. Ada makanan pokok yang akan dizakatkan Waktu pembayaran Zakat Fitrah mengikuti beberapa ketentuan, antara lain: 1. WAJIB, setelah terbenamnya matahari penghabisan Ramadhan (malam takbiran) 2. SUNNAH, dibayarkan usai shalat Shubuh sampai jelang shalat Ied 3. MUBAH, dibayarkan sejak awal Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan 4. MAKRUH, dibayarkan setelah shalat Ied sampai terbenam matahari Idul Fitri (1 Syawal) 5. HARAM, dibayarkan setelah terbenam matahari Hari Idul Fitri (jelang Maghrib 1 Syawal) Setiap ibadah yang disyariatkan Allah secara FARDLU padanya, maka ada konsekuensi jika tidak melaksanakannya. Berikut konsekuensi jika TIDAK MEMBAYAR ZAKAT: 1. Berdosa 2. Puasa Ramadhannya tidak sempurna 3. Kufur nikmat 4. Ibarat memakan hak orang lain 5. Memantik sifat bakhil, kikir 6. Disempitkan rezekinya Zakat Mal Zakat Mal adalah zakat atas harta benda yang dimiliki seorang Muslim. Zakat ini dikeluarkan untuk membersihkan harta yang dimilikinya dengan cara memberikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dengan kadar dan syarat yang telah ditetapkan syariat.

Ibadah zakat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam bagi mereka yang mampu. Allah SWT telah menetapkan rezeki setiap makhlukNya. Orang yang dilebihkan Allah melalui hartanya, seseungguhnya ada bagian untuk mereka yang membutuhkan. Ibadah zakat adalah ibadah social karena bisa membantu sesame, khususnya bagi mereka yang membutuhkan. Perintah zakat diterima Rasulullah SAW pada tahun 2 H. Zakat secara bahasa artinya tumbuh; berkembang; suci; bersih. Menurut istilah zakat adalah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim dari hartanya untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.

This study, originally undertaken as master's thesis in 2016 explores that Islam has brought civilization to Sulu where the Tausug learned the arts of writing, true worship of Allah particularly the science of government. Because of lslam, the Tausug were able to build an institution such as baytal mal, masjid, governance, family system which are relevant to nation building. In this modern time, the same principle that the Tausug should use in the reconstruction of their society. This means institutional approach like the zakat institutionalization should be applied to address the politico-economic problems of Sulu. For the past three decades, Sulu has been facing many challenges and societal divides as can be summarized as follows: Widespread riba both in government and private, Poverty: 70% of the Tausug live below poverty line, weak local government units & law enforcement agency, lack of Islamic program, widespread drug trafficking & crimes, armed conflict, high unemployment rate, weak Islamic institutions like madrasa & masjid, widespread moral decadence, high illiteracy rate, poor health facilities.

Zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Zakat merupakan ibadah yang menandakan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT, ibadah zakat mengandung dua dimensi, yaitu dimensi vertikal (hablumminAllah) dan dimensi horizontal (hablumminannas). Al-Qur'an menyebutkan kewajiban berzakat sebanyak 82 kali, ini menandakan bahwa zakat mempunyai peranan penting bagi kehidupan umat manusia. Zakat sebagai salah satu bentuk konkret dari jaminan sosial yang disyariatkan oleh ajaran Islam, dalam perkembangan selanjutnya berfungsi sebagai penggerak roda perekonomian umat melalui sektor-sektor produktif yang dikelola oleh penerimanya (Khatimah 2005). Menurut Syatir et al. (2013) bahwa zakat dapat menjadi sebuah media untuk mengontrol kesenjangan pendapatan, serta menjembatani celah antara golongan muslim kaya dengan muslim papa, antara muzaki dengan mustahik, sehingga tidak terjadi monopoli dan penumpukan kekayaan pada sebagian kecil golongan muslim tertentu. Allah berfirman dalam Q.S Al-Hasyr (59):7 yaitu " supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu". Dalam upaya membantu perekonomian negara, potensi zakat harus digali secara optimal. Pada hakekatnya zakat merupakan pranata keagamaan yang mempunyai tujuan meningkatkan keadilan dan kesejahteraan bagi umat muslim Mukhlis dan Beik (2013) , Sari (2013), Bakar dan Rashid (2010). Dalam sejarah Islam yang tercantum dalam Al-Qur'an bahwa kewajiban berzakat sudah ada pada masa Nabi Ibrahim a.s, Nabi Ishak a.s, Nabi Yakub a.s, Nabi Ismail a.s, Nabi Isa a.s dan Nabi Muhammad SAW, Allah menyempurnakan perintah zakat dan telah mewajibkan zakat kepada hamba-Nya, Allah menjelaskan seluruh perintah-Nya di dalam Firman-Nya yang tertuang dalam Al-Qur'an (Indrijatiningrum 2005). Menurut Samsiah (2013) dalam sejarah tidak ditemukan orang menjadi miskin semata-mata karena gemar berzakat, bahkan hal yang sering terjadi adalah orang kaya menjadi miskin karena kebakhilannya. Upaya pemerintah dalam pemberdayaan zakat secara optimal yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Pemerintah memberikan amanah kepada BAZNAS dalam upaya melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam upaya pengelolaan zakat, BAZNAS dibantu oleh BAZ dan LAZ. Salah satu poin terpenting terkait dalam UU No. 23 tahun 2011 yaitu BAZ dan LAZ wajib mengeluarkan bukti setor zakat kepada setiap muzakki. Bukti setor zakat yang diterima muzaki dapat digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan dalam SPT tahunan. Apabila kewajiban ini dilanggar, hal ini bisa berdampak pada reputasi BAZ dan LAZ itu sendiri, yang berimbas pada reputasi BAZNAS. BAZ atau LAZ yang terdaftar sebagai badan atau lembaga pengurang pajak penghasilan sebanyak 20, hal ini diatur dalam peraturan dirjen pajak No

Buku Menggagas Konsep Kemandirian Amil Purnatugas merupakan karya yang menggali konsep dan pemikiran terkait kemandirian bagi amil purnatugas, khususnya dalam konteks pengelolaan dana zakat dan layanan sosial. Dalam buku ini, Mohamad Arifin Purwakananta menyelidiki bagaimana beberapa negara menerapkan sistem kemandirian untuk petugas layanan mereka, dengan penekanan pada amil atau petugas zakat purnatugas yang memiliki pengalaman dalam manajemen dan distribusi dana. Buku ini memberikan wawasan tentang pentingnya kemandirian dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja amil purnatugas serta memberi gambaran implementasi terbaik dari berbagai negara yang dapat dijadikan model dalam pembenahan sistem di Indonesia.

The independence of retired zakat managers (amil purnajuang) becomes a significant challenge after their tenure ends. Having dedicated themselves to managing charitable funds, they often face difficulties in planning for an independent life, both economically, socially, and spiritually. Therefore, this study aims to identify models of independence that can be implemented by zakat institutions in Indonesia, drawing lessons from pension systems applied to civil servants, healthcare workers, and NGO activists in various countries. This study uses a qualitative approach with literature review as the primary methodology, where data is collected through the analysis of various relevant sources, including scholarly articles, research reports, and other related documents discussing pension systems, economic independence, and social support for retired amil. Relevant models include entrepreneurship training, pension funds, and social support for retired amil. Furthermore, it is crucial to develop a life assurance institution that not only covers financial aspects but also provides social and psychosocial support. This study suggests that zakat institutions design transitional programs to help amil prepare for their retirement with better readiness, remain actively contributing to society, and lead an economically independent life after retirement.

Keywords: Amil independence, retired amil, zakat institutions, pension systems, entrepreneurship, social support, transitional programs, independent living.

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial penting yang dihadapi oleh pemerintah. Hal ini disebabkan bahwa kemiskinan akan menimbulkan masalah-masalah lainnya, seperti kejahatan, penyakit, dan penjajahan oleh bangsa lain. Banyak hal yang menjadi penyebab kemiskinan, antara lain pendidikan yang rendah, kesempatan kerja yang sempit, tidak meratanya perekonomian, dan lain-lain. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan oleh pemerintah. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah pertama mengenai bidang apa saja pemerintah menerbitkan kebijakannya dalam menanggulangi kemiskinan? dan kedua adalah bagaimana pengaturannya? serta bagaimana penerapan atas kebijakan-kebijakan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan penelitian hukum normatif empiris, dengan data primer dan data sekunder untuk melengkapi data tulisan ini. Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi atau menghilangkan gelandangan dan pengemis ini bersifat preventif, represif, dan rehabilitatif. Meskipun adalah kewajiban pemerintah untuk melindungi warganya untuk mendapatkan kesejahteraan sosial, tetap diperlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri, baik secara kelompok maupun secara perseorangan. Pemerintah telah menunjukkan keseriusannya dalam menanggulangi kemiskinan masyarakat. Hal ini terbukti dengan terbentuknya Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK). Pada awalnya, badan ini disebut dengan Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK). UU ini pun memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial yang sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sebelum adanya UU tentang

Implementing Internal Management Information Systems (Intranets) varies in effectiveness across different organizations and is often influenced by system and information quality and utilization. This study evaluates the effectiveness of the Intranet system at Indonesia's National Zakat Collection Agency, employing the Information System Success Model developed by DeLone and McLean. A quantitative approach was employed using survey data from 206 employees, with 67 valid responses (response rate 32.5%). Structural Equation Modelling-Partial Least Squares (SEM-PLS) was used in this study to examine nine hypothesized relationships among system quality, information quality, service quality, use, user satisfaction, and net benefits. The analysis revealed that five hypotheses were supported: (1) information quality significantly influences user satisfaction (β=0.335, p<0.005), (2) service quality positively affects user satisfaction (β=0.540, p<0.001), (3) use significantly impacts net benefits (β=0.326, p<0.005), (4) use positively influences user satisfaction (β=0.762, p<0.001), and (5) user satisfaction significantly affects net benefits (β=0.538, p<0.001). Four hypotheses were rejected, indicating non-significant relationships between information quality-use, service quality-use, system quality-use, and system quality-user satisfaction. The findings suggest that the Intranet's success is primarily driven by user satisfaction and system usage rather than technical aspects. Management should improve user experience and promote system utilization to enhance organizational benefits.

Tous les droits d'auteur sont réservés à l'auteur, et aucune partie de cette étude ne peut être imprimée, traduite dans quelque langue que ce soit, transmise, sauvegardée ou copiée sous quelque forme ou système électronique que ce soit, ou sur Internet, sans le consentement préalable de l'auteur, sauf dans les cas de cotation limitée à des fins d'étude et de recherche scientifique, avec la nécessité de mentionner la référence selon la méthode en vigueur de citation des références.

It is generally agreed that poverty, unemployment and economic in equality are the major socioeconomic problems of emerging countries; however, zakat is regarded as an instrument for poverty reduction in most of Muslim societies. The aim of this research is to analyze the role of zakat institution in poverty reduction in the emerging countries with particular reference to the Kano State Zakat and Hubsi Commission. In the process of doing that both primary and secondary data are utilized, primary data were obtained from reports and memos of the commission, while secondary data are data found in the text books and other publications. The study found that zakat plays a vital role in reducing poverty, unemployment and economic inequality in the society. Since the inception of Kano State Zakat and Hubsi Commission huge amounts of money have been spent in form of economic empowerment, medical assistance and so forth. Millions of people have benefited from such assistances. Despite this, the performance of the commission has been below expectation, due to the fact that the total zakat collected by the commission has been below the amount required to eradicate poverty in the state, also the commission heavily relies on grant from the state government. Therefore, introduction sophisticated means of collection zakat, training of zakat personnel, mobilizing members of the public (rich) toward payment of zakat could really help to improve the performance of zakat institution of Kano State, Nigeria.

This research was conducted to examine the perception of digital zakat in the scope of Islamic economics from the point of view of sentiment research on Twitter social media users in responding to the development of digital zakat. The method used in this research is a qualitative approach with descriptive statistics from literature studies in the form of 1237 Twitter tweets. Python library software called VADER (Valence Aware Dictionary and Sentiment Reasoner) is used to classify tweets. The sentiment analysis results tended to perceive positive sentiment at 51.7%, neutral sentiment at 28.6% and negative sentiment at 19.7%. The variety of sentiment analysis results reflects the diversity of opinions regarding the progress of digital zakat. The benefit of this study is to contribute literature and considerations in relation to the development of digital zakat as well as identifying shortcomings and threats, such as negative perceptions towards the use of digital zakat. In addition, the objectives of this study also include understanding the positive views, advantages, potentials, and benefits of digital zakat. This research is the first comprehensive research that discusses sentiment analysis on the theme of digital zakat with Twitter tweet data. Suggestions for further research and recommendations are included.

Literasi zakat sangat dibutuhkan untuk mendongkrat pengumpulan zakat, infak, dan sedekah di Baznas Kabupaten Enrekang. Karena itu dibutuhkan panduan praktis berzakat. Masalah ini dapat diselesaikan dengan terbitnya buku panduan praktis berzakat ini.

Diskursus tentang zakat tidak pernah surut untuk dibahas, termasuk materi sosialisasi dan edukasi pada jama'ah shalat Jumat melalui khutbah Jumat. Karena itu, dibutuhkan materi khutbah dengan tema beragam. Buku ini menjadi sangat penting dan dibutuhkan sebab berisi banyak tema-tema khutbah dari banyak penulis.

Zakat fitrah merupakan bagian tak terpisahkan dengan puasa Ramadhan, bahkan disyariatkan bersamaan dengan turunnya kewajiban berpuasa pada tahun kedua hijriyah. Ketika Bulan Puasa tiba, maka diskursus terkait zakat fitrah selalu menyeruak. Ranah diskusi tetap pada perbedaan pendapat terkait terminologi, bahan baku, takaran, waktu menunaikan, siapa yang wajib berzakat, golongan mana yang berhak menikmati, penyelenggara, hingga hikmah dari syariat zakat fitrah. Tulisan ini mengurai beberapa poin penting terkait sumber problematika (mahallun-niza') zakat fitrah. Secara umum tulisan ini ditujukan kepada segenap umat Islam, secara khusus kepada para amil zakat atau panitia zakat fitrah, dan lebih khusus lagi amil di Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang tidak paham fikih zakat tapi karena satu dan lain hal memiliki otoritas mengelola zakat.

Tidak optimalnya pengumpulan zakat tentu dilatar-belakangi berbagai faktor, salah satunya adalah rendahnya literasi zakat. Literasi yang dimaksud secara mendasar adalah kemampuan membaca, menulis, dan memahami terkait rukun Islam ketiga itu. Jika literasi dasarnya sudah mapan, maka akan beranjak pada tahapan selanjutnya. Literasi dasar meliputi pengetahuan umum tentang zakat, pengetahuan kewajiban dan tata cara membayar zakat, pengetahuan tentang delapan asnaf, penghitungan zakat dan objek zakat. Ada pun pengetahuan lanjutan meliputi, pengetahuan tentang institusi zakat, dampak zakat, regulasi zakat, program penyaluran, dan sistem digitalisasi zakat.

Rendahnya literasi zakat berdampak pada rendahnya jumlah pengumpulan, sebab umat tidak akan maksimal beribadah, termasuk berzakat jika tidak dipahami secara mendasar terkait ilmu zakat. Oleh karena itu, makin banyak orang yang ikut berpartisipasi dalam melakukan 'gerakan kampanye cinta zakat' akan makin besar kemungkinan pengumpulan akan meningkat pula. Sebaliknya, makin sedikit yang melakukan sosialisasi gerakan cinta zakat, makin rendah pula realisasi pengumpulan zakat.

Kecuali itu, buku sederhana ini bertujuan untuk ikut berpartisipasi melakukan kampanye gerakan cinta zakat yang sedang digaungkan Baznas RI. Dengan adanya cinta syariat zakat, maka besar kemungkinan untuk mampu menyejahterakan umat. Dan para pembaca diharapkan ikut mengambil bagian untuk memperluas gerakan pemasyarakan literasi zakat, atau gerakan pemasyarakatan minat baca literasi zakat.

Zakat, selain ibadah inti karena masuk dalam rukun Islam, juga ibadah harta yang berdimensi sosial, ‘ibadah maaliyah ijtima’iyah’. Dari sini pula kita pahami bahwa agama Islam selain menekankan agar ibadah ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta'ala sebagai sesembahan tunggal, la ma'bud bihaqqihi illallah, juga mewajibkan ibadah sosial, zakat hanya salahsatunya. Maka, siapa pun yang mengambil bagian dalam mengajak orang menegakkan ibadah zakat, infak, dan sedekah, sesungguhnya sudah menjadi dai di jalan Allah, fi sabilillah.

Untuk kesekian kalinya, Pendeta Gilbert Lumaindong kembali menimbulkan pernyataan kontroversi dengan menyenggol salah satu dari lima pilar ajaran paling esensi dalam Islam, zakat. Buntut dari pernyataan kontroversi Sang Pendeta, Pengacara Senior, Farhat Abbas bahkan telah melaporkan yang bersangkutan ke Polda Motro Jaya, Jakarta, Kamis, (18/4/2024) dengan dugaan penistaan agama. Sebelum itu, Ketua Forum Arimatea Sulawesi Selatan, Jumzar Rachman, lebih awal melaporkan Pendeta Gilbert Lumoindong, dalam kasus dugaan penistaan agama, ke Polrestabes Makassar, Senin sore, 14 April 2024.

This study examines zakat-based village empowerment. This research was conducted as a response to the less than optimal program of zakat institutions and at the same time as an alternative in empowering by focusing on the feasibility of villages as measured through the Zakat Village Index (IDZ). Eligibility is based on the economic dimension, the health dimension, the education dimension, the social and humanitarian dimension and the da&#39;wah dimension. From these 5 (five) dimensions, the Zakat Village Index will be produced. This study uses a mixed method research method. The objects in this study are several villages in Sumenep Regency, which have received empowerment assistance and which have not received empowerment assistance from zakat institutions. The results in this study indicate that from calculating the village zakat index (IDZ) in Sumenep Regency. Of the 11 (eleven) villages that became the object of research, there are 3 (three) villages that believe Gadding Village ...

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pembiayaan berbasis dana filantropi Islam di Rumah Pintar BAZNAS piyungan Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengunakan metode deskriptif kualitatif, dan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis eskploratif. Analisis ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana strategi pembiayaan pendidikan yang sudah dilakukan di lembaga Rumah Pintar BAZNAS piyungan. Hasil penelitian menujukkan bahwa pembiayaan yang dilakukan Rumah Pintar (Rumpin) saat ini didapatkan melalui infaq, shadaqah, dan alokasi biaya Rumpin yang dikelola secara mandiri. Beberapa sumber dana yang dilakukan secara mandiri oleh Rumpin saat ini yaitu seperti adanya kegiatan les calistung, kelas pagi dan sore, tahfiz, sekolah alam, kelas kursus bahas inggris dan menyewakan beberapa alat pertanian kepada yang membutuhkan.

This article explores a comprehensive scenario of the practices of Bangladesh's institutionalized Zakat collection and distribution system. The research meticulously describes the process by which the institutions manage Zakat funds. This study employs a descriptive-analytical method to facilitate this exploration. The data for the current study was obtained through comprehensive field research. A total of 175 individuals who pay and receive Zakat from institutional Zakat management were surveyed using a standardized questionnaire. The study reveals the significant role of private organizations in collective Zakat funds from the Muslims of Bangladesh, a unique aspect of the system. While government institutions are not being accepted on a large scale, private organizations are stepping up. Though most of the Zakat payers are ignorant about Zakat calculation, there is a good sign that they are asking the scholars about Zakat calculation to ensure the accuracy of their Zakat distribution. Zakat institutions of Bangladesh select the recipients by investigating their applications and distribute Zakat commonly through the banking channel. The holy month of Ramadan is regarded as the spring for Zakat distribution. Zakat Institutions run several motivational programs to collect more Zakat funds, contacting Zakat payers, and online activities are mostly visible among them.

Zakat merupakan kewajiban dalam Islam yang memiliki dimensi spiritual dan sosial. Sebagai instrumen redistribusi kekayaan, zakat berperan penting dalam mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan sosial, dan menciptakan kesetaraan ekonomi. Di Indonesia, potensi zakat sangat besar, namun realisasi pengelolaannya belum optimal. Artikel ini membahas konsep zakat, manajemen zakat yang meliputi pengumpulan, pengelolaan, dan distribusi, serta peran zakat dalam pemberdayaan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan penguatan solidaritas sosial. Dengan literasi zakat yang ditingkatkan, pengelolaan berbasis teknologi, dan kolaborasi antar pihak, zakat dapat menjadi solusi strategis dalam pembangunan sosial di Indonesia. Tantangan seperti kurangnya literasi, kepercayaan masyarakat, dan keterbatasan teknologi perlu diatasi untuk mengoptimalkan peran zakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Zakat memiliki potensi besar sebagai instrumen pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Namun, realisasi potensi ini seringkali terhambat oleh pendekatan tradisional dalam pengelolaan dan distribusinya. Artikel ini membahas strategi inovatif yang dapat diterapkan dalam pendayagunaan zakat untuk memberikan dampak yang lebih signifikan. Strategi-strategi tersebut meliputi digitalisasi pengelolaan zakat, zakat produktif, kolaborasi dengan lembaga keuangan dan swasta, pelatihan serta pendampingan mustahik, hingga monitoring dan evaluasi berbasis data.
Melalui digitalisasi, zakat dapat dikelola secara lebih transparan dan efisien, sementara zakat produktif bertujuan untuk menciptakan kemandirian ekonomi bagi penerima manfaat. Kolaborasi dengan berbagai pihak memungkinkan perluasan dampak program zakat, dan pendampingan membantu memastikan keberlanjutan manfaat zakat. Dengan implementasi yang tepat, zakat dapat menjadi pilar utama dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi yang inklusif.

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengelolaan zakat, sehingga zakat seharusnya dapat mengatasi masalah ekonomi seperti kemiskinan dan salah satunya adalah dengan cara mengaplikasikan ajaran islam dalam kehidupan sehari - hari diantaranya yaitu menunaikan zakat. Lembaga zakat seharusnya tidak hanya memberikan dana dan bimbingan dalam menjalankan usaha, tetapi juga memberikan bimbingan mengenai pembukuan usaha. Bagi BAZNAS dapat di harapkan memberikan pembinaan dan pelatihan yang lebih baik lagi kepada para mustahiq, sehingga akan membangun rasa syukur akan nikmat dan bantuan yang diterima nya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berdaarkan dengan observasi dan hasil penelitian ini untuk melihat bagaimana amil zakat menjalankan program zakat untuk upaya mengatasi kemiskinan.

Titah konstitusi telah diabaikan begitu serius, sebab pada pembukaan ditegaskan kewajiban melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah serta pada pasal 27 ayat (2) ditegaskan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layajk bagi kemanusiaan.

Poverty is regarded as a weapon of mass destruction in a society. It is also a major causes of social, Religious and political conflicts. It is pertinent to note that the conventional western base economic system has failed and the world is moving forward looking out for a strong and reliable system that will stand the taste of time. The west over a decade ago has suffered a lot on the issue of financial meltdown which resulted into objected poverty. This therefore is what prompted the research to examine the role of Islamic system in alleviating poverty in the society. The study use contest analysis in analyzing the data and the corpses is the Qur’an and Hadith of the prophet (S.A.W). The also find out that the existed economy system totally failed and there is need for remedy.&lt;br&gt;

Zakat institutions play an important role in Malaysian socioeconomics. The ability of zakat institutions to collect zakat has been undoubtedly proven by the increasing collection amounting to millions recorded every year. However, Zakat institutions are still largely being critiqued by society over its transparency and efficacy in zakat distributions. Thus, it seems very crucial for zakat institutions to maintain a gold standard of governance and good practice in order to overcome the issue of deteriorating public trust. One of the important components involved in achieving good governance of service, is through the provision of effective internal auditing. By taking into account four constructs for measuring the internal audit function which are organizational status, scope of work, top management support and competency, this research attempts to investigate the relationship between internal auditing and zakat performance. A quantitative method is used for this research. A set of q...

Management of wealth in the Islamic economy becomes important especially because the main economic problem in the Islamic economy is the unequal distribution of resources (assets). This research aims to describe the creation and development, preservation and protection, expenditure and distribution of assets of the new Muslim middle class in Medan. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. Data was collected through interviews and document studies. Data analysis uses descriptive qualitative analysis. The results showed that business planning and investment planning were mostly carried out by the Medan Muslim middle class. It&#39;s just that the use of LKS is still low. While planning for the protection of assets through Islamic financial institutions is still low, so is financial planning through Islamic financial institutions is still low; family financial planning is also quite good but the use of Islamic financial institutions is still low; and religious...

Zakat perlu dikelola secara massif untuk mendorong umat Islam memenuhi kewajiban zakatnya. Dakwah zakat menjadi penting dalam operasional lembaga pengelola zakat, dan keberhasilan pengelolaan ini tergantung pada manajemen yang mampu membangun ekosistem berzakat, bukan hanya kesadaran.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Nama:Suryani
NIM:2019020102024
Program Studi:Hukum Ekonomi Syari'ah Semester 1
Institut Agama IsIam Negeri Kendari

Tugas  Literatur Review Mata Kuliah Ushul Fiqih
Dosen Pengampu Dr Andi Yakub M.H.I