Jbptunpaspp GDL Prestilaur 3136 1 Artikel
Jbptunpaspp GDL Prestilaur 3136 1 Artikel
Jbptunpaspp GDL Prestilaur 3136 1 Artikel
ARTIKEL
Oleh :
Presti Laura Waisa Bella Aritonang
09.302.0006
Dr. Ir. H. Dede Zainal Arief., M.Sc., Ir. Hj. Ina Siti Nurminabari., MP., dam Presti
Laura Waisa Bella Aritonang
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the influence of the concentration of
pectin and concentration of citric acid against characteristic of jam slice pumpkin. The
benefits of this research is to know the basic principle in making jam slice, created food
products worth of nutrition high that are useful for the society, to increase farmers '
income pumpkin, increase the value of economical pumpkin, diversifies the processed
products and improve their knowledge and insight for researchers.
A method of research includes draft treatment having a factor of A ( the
concentration of pectin ) and the B ( the concentration of citric acid ). A draft set of
experiments which used to research main are thoughts of random group, each factor
consisting of 3 ( 3 ) standard and with 3 times deut, so that got 27 treatment.
The draft of the response that will be done in research main that produces jam
slice pumpkin covering response chemical by counting the water level and the level of
fibers, response physical computing the power gel and test organoleptik by using the
method hedonik test.
The result showed treatment is a1b1 best treatment. The water level 23.47 %, 2.90
%, levels of fibers the power of a gel 706 gr/cm2, yellow color, the scent of typical of a
gourd, a sour taste and the texture of solid very fond of by the panel.
I PENDAHULUAN
1.1.
Labu
kuning
(Cucurbita
moschata), yang dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai pumpkin, termasuk
komoditas pangan yang telah banyak
dikenal masyarakat. Jawa barat
termasuk wilayah Indonesia penghasil
labu kuning. Garut dan Cikole adalah
salah satu daerah pemasok labu kuning
khusus untuk daerah Jawa barat. Jumlah
labu kuning yang dikirim oleh petani
dari daerah Cikole sebanyak 5 kuintal
dalam
setiap
pengiriman
untuk
diditribusikan. Melihat dari data
tersebut
membuktikan
bahwa
ketersediaan bahan pangan ini cukup
relatif tinggi, tapi tingkat konsumsi dan
pemanfaatan labu kuning di Indonesia
masih sangat rendah.
Pemanfaatan labu kuning masih
sangat rendah, karena masyarakat
Indonesia hanya memanfaatkan labu
kuning
sebagai
olahan
pangan
tradisonal seperti kolak, asinan, manisan
serta sebagai bahan campuran lauk dan
labu kuning diolah pada waktu tertentu
saja. Saat ini banyak penelitian seperti
Suprapti
pada
tahun
2005
memanfaatkan labu kuning menjadi
produk awetan seperti dodol labu
Identifikasi Masalah
Maksud
Penelitian
dan
Tujuan
Manfaat Penelitian
labu
kuning,
dan
menambah
pengetahuan dan wawasan
bagi
peneliti.
1.5.
Kerangka Pemikiran
Penggunan
bahan
dalam
pembuatan selai lembaran seperti
pektin, gula, asam, agar agar dan
margarin
diharapkan
dapat
menghasilkan selai lembaran yang baik.
Karakteristik
organoleptik
selai
lembaran labu kuning yang diinginkan
memiliki rasa asam, warna kuning,
aroma khas labu kuning dan tekstur
yang padat tapi plastis. Karakteristik
kimia dari selai lembaran labu kuning
yang diharapkan memiliki nilai pH,
kadar air, kadar serat, dan kadar gula
yang sesuai dengan kebutuhan proses
serta
aman
untuk
dikonsumsi.
Karakteristik fisik dari selai lembaran
labu kuning yang diharapkan memiliki
kekuatan gel yang cukup kuat.
Karakteristik selai lembaran yang
baik tidak hanya dipengaruhi oleh
pektin, gula dan asam sitrat. Proses
pemanasan merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi
hasil
selai
lembaran yang baik. Menurut Suryani,
Hambali, dan Rivai (2004), pemasakan
yang terlalu lama akan menghasilkan
selai yang keras, sedangkan pemasakan
yang kurang lama akan menghasilkan
selai yang encer.
Kadar air selai lembaran labu
kuning dipengaruhi oleh konsentrasi
pektin. Pada proses pemasakan dengan
adanya gula, air, dan asam, pektin akan
membentuk serabut halus yang mampu
menahan
air.
Semakin
tinggi
konsentrasi pektin yang digunakan
maka akan menghasilkan kadar air yang
rendah. Penambahan asam sitrat
berpengaruh terhadap kadar air selai
lembaran
labu
kuning.
Jika
menggunakan asam yang terlalu
berlebihan maka kadar air akan tinggi
akibatnya pengeluaran air dari gel.
1,366%.
Berdasarkan penilitian
Agustina (2007), pada pembuatan selai
lembaran nangka dengan menggunakan
asam sitrat 0,2% dan pektin 0,4%
menghasilkan selai lembaran nangka
dengan kadar serat 0,030% .
Karakteristik fisik selai lembaran
labu kuning memiliki kekuatan gel yang
kuat. Pektin dan asam berpengaruh
terhadap kekuatan gel. Semakin rendah
penambahan pektin akan menghasilkan
kekuatan gel yang lembek, dan semakin
rendah nilai pH pada selai lembaran
maka akan menghasilkan gel yang kuat.
Berdasarkan penelitian Edinarwati
(2006), pada selai lembaran stroberi
dengan konsentrasi gula 50%, pektin
1% dan asam sitrat 0,1% didapatkan
kekuatan
gel
1213,285gram/cm2.
Berdasarkan penelitian Agustina (2007),
pada pembuatan selai lembaran nangka
digunakan asam sitrat 0,2% dan 0,4%
sehingga menghasilkan kekuatan gel
685,71 gram/cm2.
Karakteristik organoleptik selai
lembaran yaitu warna, rasa, aroma dan
tekstur dipengaruhi oleh konsentrasi
pektin. Penggunaan pektin yang rendah
akan terbentuk gel yang kurang
sempurna dan menghasilkan serabut
serabut
yang
lemah.
Pektin
berpengaruh terhadap warna, hal ini
disebabkan karena pektin mengandung
asam galakturonat sehingga mampu
mempengaruhi penurunan pH selai
lembaran labu kuning. Aroma yang
diinginkan pada selai lembaran labu
kuning memiliki khas labu kuning,
pektin berpengaruh terhadap aroma
selai lembaran labu kuning. Jika
menggunakan konsentrasi pektin yang
tinggi akan menghasilkan aroma selai
lembaran
yang
kurang
tajam,
pengunaan bubur labu kuning yang
Berdasarkan
penelitian
Rani
(2007) pada pembuatan selai lembaran
kelapa dengan menggunakan pektin
0,7% dan asam sitrat 0,1%, panelis
sangat suka dengan tekstur selai
lembaran kelapa yang elastis dan tidak
rapuh, warna yang cerah, aroma khas
kelapa, dan rasa yang manis.
Berdasarkan penilitian Zilvia (2009),
pada pembuatan selai lembaran
campuran nenas dengan jonjot labu
kuning dengan menggunakan asam
sitrat 0,1 gram menghasilkan selai
lembaran nenas dengan jonjot labu
kuning dengan warna orange tua, rasa
manis dan khas nenas, aroma khas
nenas dan tekstur yang tidak terlalu
keras disukai oleh panelis.
Berdasarkan penelitian Agniya
(2011), pada pembuatan selai lembaran
terong belanda dengan menggunakan
pektin 0,25% menghasilkan selai
lembaran terong belanda dengan tekstur
lunak tapi tidak terlalu keras dan rasa
yang manis. Berdasarkan penelitian
Ramadhan (2011), pada selai lembaran
jambu biji dengan konsentrasi gula
90%, dan asam sitrat sebanyak 0,04%
menghasilkan selai lembaran jambu biji
warna merah cerah, memiliki aroma
yang tajam, tekstur yang plastis dan rasa
manis
Menurut DeMan dan Gupta
(1989), pembentukan gel terbaik pada
pembuatan selai dapat dicapai jika
kandungan pektin yang digunakan 0,2
1,5%. Untuk mebentuk gel pektin, harus
ada senyawa pendehidrasi (biasanya
gula) dan harus ditambahkan asam
dengan
jumlah
yang
cocok.
Pembentukan gel terbaik dicapai jika
menggunakan pektin yang gugus
metoksinya telah dikurangi sampai
menjadi sekitar 8%. Kondisi yang biasa
ialah pH 3,2 3,5, gula 55 70% dan
pektin 0,2 1,5%. Menurut Desrosier
(1988), kadar pektin kurang dari 1%
Hipotesis Penilitian
corong,
labu
erlenmeyer,
oven,
seperangkat alat destilasi, dan labu ukur.
2.2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian dilakukan dalam dua
tahap, yaitu : penelitian pendahuluan
dan penelitian utama.
2.2.1. Penelitian Pendahuluan
Tujuan penelitian pendahuluan
untuk menentukan metode proses
terbaik yang akan dijadikan acuan
dalam penelitian utama. Penelitian
pendahuluan yang dilakukan adalah
mencari lama pemanasan yang terbaik,
uji kadar pektin dan kadar metoksil
pada bahan baku. Lama pemanasan
yang digunakan dalam penenilitan
pendahuluan adalah 5 menit, 10 menit
dan 15 menit.
Parameter yang digunakan pada
penelitian
pendahuluan
adalah
menggunakan uji organoleptik terhadap
warna kuning, rasa manis, tekstur padat
dan plastis, dan aroma khas labu.
Metode
uji
organoleptik
yang
digunakan adalah uji hedonik. Uji
hedonik didasarkan pada tingkat
kesukaan panelis sebanyak 15 orang,
terhadap selai lembaran labu kuning.
2.2.2. Penelitian Utama
Penelitian utama merupakan
kelanjutan penelitian pendahuluan yang
terdiri dari rancangan perlakuan,
rancangan
percobaan,
rancangan
analisis, dan rancangan respon.
2.2.2.1. Rancangan Perlakuan
Rancangan
perlakuan
yang
dilakukan dalam penelitian ini terdiri
dari dua faktor. Faktor pertama adalah
konsentrasi pektin (A) yang terdiri dari
tiga taraf yaitu a1 : 0,3%, a2 : 1 %, dan
a3 : 2%. Faktor kedua adalah
konsentrasi asam sitrat (B) terdiri dari
tiga taraf yaitu b1 : 3%, b2 : 4,5%, dan
b3 : 6%.
2.2.2.2. Rancangan Percobaan
Rancangan
percobaan
yang
digunakan pada penelitian utama adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan faktorial 3x3 yang terdiri dari
Faktorial
a1b1
a1b2
a1b3
a2b1
a2b2
a2b3
a3b1
a3b2
a3b3
a1b1
a1b2
a1b3
a2b1
a2b2
a2b3
a3b1
a3b2
a3b3
a1b1
a1b2
a1b3
a2b1
a2b2
a2b3
a3b1
a3b2
a3b3
a3b1
a2b1
a1b3
a2b1
a3b1
a1b2
a1b3
a2b3
a1b1
a3b3
a2b1
a2b3
a3b2
ijk
i
j
k
= 1, 2, 3 (banyaknya variasi
perbandingan
konsentrasi
pektin a1, a2, a3)
= 1,2,3 (banyaknya variasi
konsentrasi asam sitrat b1, b2,
b3)
= 1, 2,3 (banyaknya ulangan)
Ftabel
(5%)
hedonik
(Soekarto,
1985)
dilakukan oleh 15 orang panelis.
yang
Pektin bermetoksil
tinggi
membentuk gel dengan adanya gula dan
asam. Kondisi yang diperlukan untuk
pembentukan gel adalah kadar gula 5875% dengan pH
2.8-3.5. Pektin
bermetoksil rendah tidak memiliki
kemampuan membentuk gel dengan
adanya gula dan asam, tetapi dapat
membentuk gel dengan adanya kation
polivalen (Cruess, 1958). Maka dari itu
agar terbentuk gel pada pembuatan selai
lembaran, ditambahakan pektin yang
mengandung metoksil tinggi.
3.1.2. Hasil Uji Oragonoleptik
Penelitian pendahuluan yang
dilakukan selanjutnya adalah mencari
lama pemanasan dengan menggunakan
waktu 5 menit, 10 menit dan 25 menit.
Respon untuk memilih perlakuan
terbaik dilakukan dengan menggunakan
uji hedonik terhadap selai lembaran
yang meliputi warna, rasa, aroma dan
tekstur.
Berdasarkan hasil analisis variasi
(ANAVA) menujukkan beberapa atribut
penilaian yang berpengaruh nyata
terhadap lama proses pemanasan dan
ada yang tidak berpengaruh. Penilaian
warna dan tekstur berpengaruh nyata
terhadap lama proses pemanasan.
Atribut rasa dan aroma tidak
berpengaruh terhadap lama proses
pemanasan. Hasil analisis variasi dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Lama Pemanasan
Terhadap Selai Lembaran Labu Kuning
Lama Pemanasan Warna Tekstur
Waktu pemanasan
2.16 a
3.13 b
5 menit (315)
Waktu pemanasan
2.70 b
2.65 a
10 menit (603)
Waktu pemanasan
3.24 c
3.47 c
15 menit (924)
Warna selai lembaran dengan
waktu yang singkat yaitu 5 menit
memiliki warna kuning yang lebih cerah
jika dibandingkan dengan warna kuning
Sampel
Warna
Aroma
Rasa
Tesktur
Skor Total
Rata - rata
315
1.80
603
5*
1.76
924
15
1.92
Konsentrasi Pektin
Kadar Air (%)
a3 (2%)
23.45 a
a2 (1%)
24.47 b
a1 (0.3%)
24.92 c
Keterangan : Setiap Perlakuan yang
ditandai oleh huruf kecil yang
berbeda menunjukkan perbedaan
yang nyata pada uji lanjut Duncan
dengan taraf 5%.
Berdasarkan
tabel
8
menunjukkan kadar air selai
lembaran
pada
konsentrasi
pektin 0.3%, 1% dan 2%
berbeda nyata. Kadar air pada
konsentrasi 0.3% sebanyak
24.92%, kadar air 24.47%
dimiliki oleh selai lembaran
dengan penambahan pektin 1%
dan selai lembaran dengan
menggunakan
pektin
2%
memiliki kadar air sebanyak
23.45%.
Pada
hasil
analisis
menunjukkan makin tinggi
konsentrasi pektin makin rendah
kadar air pada selai lembaran,
ini dikarenakan makin tinggi
konsentrasi pektin makin keras
gel yang terbentuk. Menurut
Desrosier (1988), semakin keras
gel yang terbentuk maka jumlah
air bebas yang terdapat dalam
bahan akan berkurang.
Pektin berfungsi sebagai
pembentuk gel. Pada proses
pembentukan gel, pektin akan
menggumpal dan membentuk
serabut halus. Struktur ini
mampu
menahan
cairan.
Kepadatan serabut serabut
tersebut
ditentukan
oleh
banyaknya kadar pektin. Makin
tinggi kadar pektin maka serabut
serabut tersebut makin padat,
sehingga gel terbentuk makin
keras.
Tabel 11. Hasil Analisis Kekuatan gel Selai Lembaran dengan Asam Sitrat
Konsentrasi Pektin
Konsentrasi
Total
Asam Sitrat
0.30%
1%
1.70%
2.40%
3.10%
1%
699.46
794.44
800.92
920.16
1030.46 4245.44
2%
290.3
486
546
642
677.44
2641.74
3%
241.05
256.6
279.93
388.8
501.55
1667.93
Total
1230.81 1537.04 1626.85 1950.96 2209.45
8555.11
Tabel 12. Hasil Analisis Kekuatan gel Selai Lembaran dengan Pektin
Konsentrasi Asam Sitrat
Total
Konsentrasi
Pektin
1%
2%
3%
4%
5%
0.3%
706
285.12
239.76 180.14 130.89
1541.91
1%
793.15
479
247.53 237.16 189.21
1946.05
2%
944.78
598.75
374.54 260.49
189.2
2367.76
Total
2443.93
1362.87 861.83 677.79
509.3
5855.72
1200Kekuatan Gel (gr/cm2)
1000
800
As. Sitrat 1%
As. Sitrat 2%
As. Sitrat 3%
600
400
200
Konsentrasi Pektin
(%)
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Pektin 0.3%
Pektin 1%
Pektin 2%
500
400
300
200
100
0
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
5.5
Konsentrasi
As. Sitrat (%)
(Faktor B)
(b1)
(b2)
a
(a1)
ab
2.48
2.62
A
a
2.50
2.52
a
(a3)
2.38
a
(a2)
(b3)
2.70
2.75
3.03
Keterangan : Huruf besar dibaca horizontal, dan huruf kecil dibaca vertikal.
Nilai rata-rata yang ditandai notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
dan notasi huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata terhadap kadar
lemak menurut uji lanjut duncan pada taraf nyata 5 %.
Berdasarkan tabel 15, semakin
tinggi konsentrasi pektin semakin tinggi
nilai rata rata yang artinya semakin
tidak disukai oleh panelis. Tekstur selai
lembaran menggunakan pektin 0.3%
dan asam sitrat 1% berbeda nyata
dengan
selai
lembaran
yang
menggunakan asam sitrat 3% tapi sama
dengan
selai
lembaran
yang
menggunakan asam sitrat 2%. Pada
penambahan pektin 1% dengan
penambahan asam sitrat 1% dan 2%
tekstur yang dihasilkan tidak berbeda
nyata, sedangkan dengan penambahan
asam sitrat 3% berbeda nyata. Selai
lembaran yang dihasilkan dengan
penambahan pektin 2% dan asam sitrat
1% menghasilkan tekstur tidak berbeda
nyata dengan selai lembaran yang
menggunakan asam sitrat 2%, tetapi
dengan konsentrasi 3% berbeda nyata.
4.
5.
4.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan menggunakan jenis bahan
pengental yang lain yang dapat
digunakan untuk proses pembuatan
selai lembaran labu kuning.
2. Perlu
dilakukan
penelitian
menggunakan jenis asam yang lain
yang dapat digunakan untuk proses
pembuatan selai lembaran labu
kuning.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan mengukur umur simpan
selai lembaran labu kuning.
4. Perlu adanya pengadaan mesin
texture analyzer, sehingga dapat
menghitung
tekstur
produk,
diantaranya mengihitung kekuatan
gel,
viscositas,
kekerasan,
kerapuhan,
kelengkatan,
kekompakan dan masih banyak
yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agniya, C. 2011. Pembuatan Selai
Lembaran Terong Belanda. Jurnal