Jurnal Teknologi Academia Ista Issn: 1410-5829 Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA

Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

ISSN: 1410-5829

GERAKAN TANAH DI KARANGSAMBUNG, PENYEBAB DAN ANTISIPASI


PENCEGAHANNYA
Arief Mustofa Nur1
ABSTRACT
Land movement or better known as landslide represents one of the geologic hazard often occur in Indonesia including Karangsambung. Landslide basically occurs as a
result of slope instability. The aim of this researh was to study factors affecting land movement. The objective of this study was to determine anticipatory steps that can be performed by the community itself. The method used was by observation and morphological
analysis of the land movement, geological aspect, hidrological aspect, and aspect of
landuse.
Based on the observed data and literature study, there are two types of landslide
movement in Karangsambung area, i.e. creep type at small slope (3-5) and slump type
at high slope (60). The mechanism causing land movement in the research location is
estimated to be clays that is thick enough to join each others at bedrock in the form of
claystone Karangsambung Formation having the character of waterproof. Existence of other factors such as inclination of slope and hidrology progressively trigger the land movement. This condition caused trigger force bigger than supported force, so that the land
easier to move.
Anticipatory steps that can be done are by closing cracking land, preventing surface water enter into land movement area, making stone bagwark and bamboo, and also
the people are advised to set aside to safer places if heavy rain comes.
Keywords: Land movement, Karangsambung
INTISARI
Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan tanah longsor merupakan salah satu
bencana kebumian yang sangat sering terjadi di wilayah Indonesia, tidak terkecuali di
Daerah Karangsambung. Tanah longsor pada prinsipnya terjadi sebagai akibat terganggunya kestabilan lereng. Investigasi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
faktor penyebab gerakan tanah dan tujuannya untuk menentukan langkah antisipasi sederhana dan mandiri. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan
dan analisis aspek morfologi/kemiringan lereng, aspek geologi/batuan penyusun, aspek
hidrologi, dan aspek penggunaan lahan.
Berdasarkan data lapangan dan kajian pustaka, sifat gerakan dari tanah longsor
di Daerah Karangsambung terdapat dua tipe yaitu tipe rayapan (creep) pada lereng yang
kecil (3 - 5) dan tipe nendatan (slump) pada lereng yang besar (60). Mekanisme penyebab gerakan tanah di lokasi investigasi diperkirakan adalah tanah lapukan batuan
yang berukuran lempung dan cukup tebal menumpang pada batuan dasar berupa batulempung Formasi Karangsambung yang bersifat kedap air. Keberadaan faktor lain seperti kemiringan lereng dan hidrologi semakin memicu gerakan tanah. Kondisi ini menyebabkan gaya pendorong lebih besar dari gaya penahan sehingga tanah lebih mudah untuk bergerak.
Langkah antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan menutup retakan tanah,
mencegah air permukaan masuk ke area gerakan tanah, membuat tanggul trucuk bambu
dan bronjong batu, serta menyingkir ke tempat yang aman bila hujan deras.
Kata Kunci : Gerakan tanah, Karangsambung
PENDAHULUAN
Gerakan tanah atau lebih dikenal
dengan tanah longsor merupakan salah
satu bencana kebumian yang sering terjadi di wilayah Indonesia tidak terkecuali
1

di Daerah Karangsambung. Bencana ini


telah banyak menimbulkan kerugian baik
korban jiwa maupun kerugian secara harta benda/material. Daerah Karangsambung yang terletak sekitar 19 km ke arah

UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI

22

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

ISSN: 1410-5829

penggerak tanah yang akan longsor melampaui besarnya gaya penahannya


(Karnawati, 1991).
Menurut Sharpe (1938) berdasarkan tipe gerakannya, gerakan tanah
dapat dibagi dalam 4 kelompok utama
(Schultz & Cleaves, 1956), yaitu :
A. Slow flowage (pengaliran perlahanlahan)
Slow flowage yaitu gerakan massa tanah atau batuan yang umumnya sangat lambat sehingga tidak teramati kecuali dalam waktu yang lama. Macam dari slow flowage adalah :
a. Soil creep (rayapan tanah).
b. Talus creep (rayapan bahan
rombakan berupa tanah dan
bongkah batuan).
c. Rock creep (rayapan batuan).
d. Solifluction.
e. Rock-glacier creep (rayapan batuan-gletser).

utara dari Kota Kebumen merupakan


tempat yang sudah dikenal oleh para ahli
ilmu kebumian khususnya ahli geologi
(Gambar 1). Daerah Karangsambung
merupakan tempat berhimpunnya beraneka ragam batuan purba baik batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang mana proses terbentuknya
mulai dari dasar samudera hingga ke tepian benua (Asikin dkk, 2001). Daerah
Karangsambung merupakan bukti dari evolusi lempeng bumi yang terjadi sekitar
60 juta tahun yang lalu (Asikin, 1974).
Gerakan tanah merupakan terminologi umum semua proses dimana massa dari material bumi bergerak oleh gravitasi bumi baik lambat atau cepat dari
suatu tempat ke tempat lain (Van Zuidam, 1983). Menurut Wesley (1973),
Hunt (1986), Anderson & Richard (1987),
pada prinsipnya gerakan tanah terjadi sebagai akibat dari terganggunya kestabilan lereng, yaitu apabila besarnya gaya

Karang Sambung

Samudra Indonesia
Gambar 1. Letak Daerah Karangsambung yang berjarak sekitar 19 km dari Kota
Kebumen ke arah utara
C.

Landslide (longsoran)
Landslide adalah perpindahan
massa tanah, batuan, atau campuran keduanya yang relatif kering dan teramati.
Macam dari landslide adalah :
a. slump (nendatan)
b. debris slide (luncuran bahan
rombakan)
c. debris fall (jatuhan bahan rombakan)
d. rock slide (luncuran batuan)

B.

Rapid flowage (pengaliran cepat)


Rapid flowage yaitu gerakan
massa tanah atau batuan yang kandungan airnya bertambah sehingga gerakannya lebih cepat. Macam dari rapid flowage adalah :
a. Earthflow (aliran tanah).
b. Mudflow (aliran lumpur).
c. Debris avalanche (semacam aliran bahan rombakan berupa tanah dan bongkah batuan).

23

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

ISSN: 1410-5829

berada di lereng bagian barat dengan


ditandai :
1. Retakan pada teras dan halaman depan rumah penduduk.
2. Runtuhnya talud halaman depan rumah penduduk dengan membentuk
bentukan tapal kuda yang merupakan mahkota longsoran dengan lebar
mencapai 8 m. Runtuhan ini mengakibatkan tanah dan tanaman diatasnya longsor ke jalan dan sebuah kandang kambing hancur (Gambar 2).
Arah gerakan tanah ini relatif ke barat atau ke arah N 268o E.
3. Retakan-retakan yang cukup rapat
pada jalan sepanjang sekitar 8 meter
dengan lebar retakan mencapai 5
cm, dan jalan juga mengalami ambles sekitar 50 cm (Gambar 3).
Adapun indikasi gerakan tanah
berada di lereng bagian timur dengan ditandai adanya retakan pada dinding rumah dan dinding mulai agak condong ke
arah timur. Lebar retakan dinding ada
yang mencapai 5 cm (Gambar 4).
Gerakan tanah di lokasi ini telah
merusak 1 (satu) rumah penduduk, meruntuhkan talud dan halaman depan, 1
(satu) kandang kambing dan mengancam 6 (enam) rumah lainnya. Gerakan
tanah ini diperkirakan masih dapat berkembang lebih lanjut sehingga perlu
dilakukan antisipasi dan penanggulangan. Perkiraan arah gerakan tanah susulo
an adalah N 80 E pada lereng sebelah
timur dan N 240o E pada lereng sebelah
barat. Peta situasi gerakan tanah di
lokasi investigasi seperti pada Gambar 5.

e. rock fall (jatuhan batuan)


f. earthslip and subsidence caused
by underground erosion (luncuran tanah dan amblesan yang disebabkan erosi di bawah permukaan).
D. Subsidence (amblesan)
Subsidence yaitu gerakan ke bawah yang relatif tegak lurus yang menyangkut material permukaan tanah atau
batuan tanpa gerakan mendatar dan tidak ada sisi bebas.
Adanya kejadian tanah longsor di
Desa Karangsambung yang merusakan
1 rumah penduduk dan 1 kandang kambing serta mengancam sekitar 6 rumah di
sekitarnya, maka UPT Balai Informasi
dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI menugaskan kepada penulis
untuk melakukan penelitian gerakan tanah tersebut. Penelitian ini selaras dengan tugas dan fungsi UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI, di antaranya pengembangan hasil riset bidang geoteknologi
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
2002).
Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui karakteristik atau tipe gerakan tanah dan faktor penyebab gerakan
tanah di Karangsambung. Adapun tujuannya adalah untuk menentukan langkah
antisipasi atau pencegahan secara dini
dan sederhana sehingga masyarakat dapat melakukan secara mandiri.
Penelitian dilakukan dengan cara
survei lapangan gerakan tanah di Karangsambung dan kajian pustaka mengenai gerakan tanah. Survei lapangan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dari aspek morfologi atau kemiringan lereng, aspek geologi atau batuan
penyusun, aspek hidrologi, dan aspek
penggunaan lahan. Selanjutnya data
yang diperoleh dilakukan analisis secara
kualitatif mengenai pengaruhnya terhadap gerakan tanah.

A
B

PEMBAHASAN
Gerakan tanah yang terjadi di
Karangsambung ada yang telah tampak
nyata dan ada yang masih berupa indikasi atau tanda-tanda adanya gerakan
tanah. Gerakan tanah yang tampak nyata

Gambar 2. A. Runtuhnya halaman rumah


dan membentuk bentukan tapal kuda
dengan lebar mencapai 8 m ; B.
Kandang kambing yang hancur

24

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

ISSN: 1410-5829

Gambar 4. Retakan pada dinding rumah


dengan lebar retakan + 5 cm yang
mengindikasikan adanya gerakan tanah.

Gambar 3. Jalan sepanjang 8 m yang


ambles 0.75 m dan retakan yang rapat
dengan lebar retakan 5 cm

Gambar 5. Sketsa Penampang Horisontal Kondisi Gerakan Tanah di Karangsambung


yang menggambarkan Peta Situasi Gerakan Tanah.
pun kemiringan lereng sebelah timur berkisar 3 - 5. Kemiringan lereng yang besar merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan sesuatu yang berada di atasnya untuk bergerak.
Geologi/batuan penyusun lokasi
pengamatan seluruhnya berupa batulempung yang merupakan batuan Formasi
Karangsambung yang telah mengalami
pelapukan cukup intensif sehingga membentuk tanah yang cukup tebal. Ketebalan tanah pada lereng atas mencapai 2
m, adapun pada lereng bawah mencapai
5 m.

Lokasi investigasi berada di lereng bawah barat daya Gunung Paras,


berada di punggungan bukit kecil yang
mana sebelah barat dan timur merupakan lembah. Lembah sebelah barat merupakan tempat akumulasi air dari berbagai tempat sehingga seolah-olah merupakan hulu atau sumber dari sungai kecil. Adapun lembah sebelah timur berupa
lahan persawahan.
Kemiringan lereng lembah sebelah barat lebih besar dari kemiringan lereng sebelah timur. Kemiringan lereng
lembah bagian barat mencapai 60, ada-

25

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

ISSN: 1410-5829

sehingga daerah ini termasuk dalam kategori rawan tinggi.


Tipe gerakan tanah yang terjadi
di Karangsambung berdasarkan pada sifat gerakannya, dapat dikelompokkan
menjadi 2 tipe gerakan tanah, yaitu tipe
rayapan dan tipe nendatan.
Tipe rayapan berkembang di lereng bagian timur dengan ditandai adanya retakan pada dinding rumah dan dinding mulai agak condong ke arah timur.
Lebar retakan dinding ada yang mencapai 5 cm. Tipe rayapan ini merupakan
gerakan tanah yang gerakannya sangat
lambat sehingga sangat sering tidak dihiraukan oleh penduduk. Meskipun gerakannya sangat lambat namun sangat dimungkinkan secara tiba-tiba berubah
menjadi cepat dan dapat menimbulkan
resiko bencana yang memprihatinkan.
Tipe yang kedua adalah tipe
nendatan yang diindikasikan adanya retakan tanah yang telah bergerak turun
(mahkota longsoran). Pada sekitar mahkota longsoran ini juga dijumpai indikasi
retakan tanah maupun amblesan tanah
yang sangat berpotensi untuk bergerak
kembali.
Berdasarkan dari data hasil pengamatan lapangan baik aspek-aspek
pengamatan maupun analisis gerakan tanah yang terjadi serta kajian pustaka,
maka dapat dikemukakan bahwa mekanisme penyebab gerakan tanah di lokasi
investigasi diperkirakan adalah sebagai
berikut :
Tanah lapukan batuan yang berukuran lempung dan cukup tebal menumpang pada batuan dasar berupa batulempung Formasi Karangsambung dimana bersifat kedap air. Pada saat terjadi hujan, air hujan meresap ke dalam
tanah melalui retakan-retakan yang ada.
Air yang meresap ini akan tertahan oleh
batulempung Formasi Karangsambung
yang kedap air sehingga semakin lama
tanah akan jenuh air.
Kejenuhan air dalam tanah akan
meningkatkan tekanan air pori massa tanah, mengurangi gaya hisap (gaya kapiler) yang mengikat antar butir tanah bahkan hingga menghilangannya sehingga
memperlemah ikatan antar butir tanah
serta menambah berat massa tanah.
Kondisi tersebut semakin dipicu dengan

Batulempung ini berwarna segar


abu-abu mempunyai struktur bersisik
(scaly), apabila kering bersifat mudah
hancur (brittle) dan apabila basah bersifat lengkat dan licin. Batulempung ini
bersifat kedap air. Tanah hasil pelapukannya berukuran lempung, apabila kering
retak-retak dan apabilah basah lembek,
lengket dan licin.
Berdasarkan data tersebut, batulempung di lokasi pengamatan yang belum lapuk sangat berpotensi untuk menjadi bidang penggelincir sehingga memudahkan pergerakan tanah hasil pelapukan batuan yang menumpang di atasnya.
Kondisi hidrologi yang diamati
meliputi kedudukan muka air tanah dan
air permukaan. Kedudukan muka air tanah pada saat dilakukan investigasi sangat dangkal, hanya sekitar 1 m dari permukaan tanah. Kenampakan lain adalah
tanah di sekitar lokasi setempat-setempat masih basah yang berarti bahwa tanah tersebut sangat jenuh air. Untuk
rembesan air pada tebing belum begitu
kelihatan namun aliran permukaan yang
masuk ke lembah bagian barat cukup banyak dan deras.
Hujan yang terjadi sebelum bencana longsor berlangsung cukup deras
dan lama. Pada hari Minggu malam 26
Desember 2004 hujan turun dengan deras, demikian pula pada hari-hari sebelumnya hujan juga berlangsung cukup
deras dan cukup lama (lebih dari 2 jam).
Penggunaan lahan di lokasi investigasi terbagi menjadi 3 penggunaan
lahan. Pada lereng atas (punggungan
bukit kecil) digunakan sebagai area permukiman yang terdiri dari 6 rumah. Pada
lereng bawah sebelah timur dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, dan lereng bawah sebelah barat merupakan
kebun campuran yang didominasi tanaman bambu.
Berdasarkan berbagai aspek pengamatan yang meliputi aspek morfologi/kemiringan lereng, aspek geologi/batuan penyusun, aspek hidrologi/keairan,
dan aspek penggunaan lahan, lokasi pengamatan merupakan daerah yang berpotensi untuk terjadi longsor. Adanya
permukiman semakin membahayakan apabila gerakan tanah terus berkembang

26

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

ISSN: 1410-5829

sebagai sistem penahan alami. Permukiman yang ada di lokasi ini juga
kurang sesuai, karena berada pada
daerah yang rawan gerakan tanah.
Untuk meminimalkan resiko akibat bencana gerakan tanah selanjutnya
yang diperkirakan dapat terjadi perlu dilakukan langkah antisipasi gerakan tanah.
Langkah antisipasi gerakan tanah antara
lain dengan mengatur drainase permukaan dan bawah permukaan, perbaikan
lereng, serta rekayasa vegetatif (Universitas Gadjah Mada, 2003). Mengacu pada langkah antisipasi tersebut, maka pada lokasi gerakan tanah di Karangsambung dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Menutup retakan tanah yang ada baik di sekitar permukiman maupun di
jalan yang ambles dengan material
padat dan kedap air seperti lempung
padat untuk mencegah air masuk dalam tanah seperti yang diilustrasikan
pada Gambar 6. Langkah ini bertujuan untuk mencegah air terutama air
hujan masuk ke dalam tanah sehingga tanah tidak akan mudah jenuh air
yang dapat menyebabkan gerakan
tanah.
2. Mencegah air permukaan masuk ke
dalam area gerakan tanah dengan
cara membuat saluran air yang alirannya diarahkan menjauh dari lokasi
gerakan tanah seperti yang diilustrasikan Gambar 7. Pembuatan saluran
air permukaan ini juga bertujuan agar
tanah di lokasi gerakan tanah tidak
mudah untuk bergerak. Lokasi pembuatan saluran permukaan pada lokasi gerakan tanah di karangsambung direkomendasikan berada di 2
tempat pada punggungan bukit seperti pada Gambar 8.
3. Tumbuhan yang ada pada halaman
rumah yang longsor perlu ditebang
untuk mengurangi berat massa tanah
yang dapat memicu gerakan tanah
susulan. Langkah selanjutnya adalah
dengan membuat tanggul penahan
sementara dari bambu (trucuk bambu) pada bagian bawah halaman rumah yang longsor seperti pada Gambar 9. Trucuk bambu ini tidak tahan
lama dan perlu segera diganti dengan menggunakan bronjong batu

kemiringan lereng yang cukup besar serta adanya bidang gelincir yaitu batas antara tanah dengan batulempung. Vegetasi yang ada juga pada umumnya berakar serabut seperti bambu yang kurang
berfungsi sebagai penahan tanah. Adanya perakaran ini diperkirakan akan menahan air sehingga akan semakin menambah berat massa tanah. Akibatnya
pada saat tertentu dimana gaya penahan
tanah lebih kecil dari gaya pendorongnya
maka tanah akan bergerak dan terjadilah
gerakan tanah ini.
Adapun faktor penyebab yang
mempengaruhi gerakan tanah di Karangsambung adalah :
a. Morfologi/kemiringan lereng
Kemiringan lereng mempengaruhi tipe dari gerakan tanah yang terjadi.
Pada kemiringan lereng yang kecil
berkembang gerakan tanah tipe rayapan yang gerakannya lambat. Adapun kemiringan lereng yang besar
berkembang gerakan tanah tipe nendatan yang gerakannya relatif cepat.
b. Geologi/batuan penyusun
Batuan penyusun yang berupa batulempung yang merupakan batuan
Formasi Karangsambung mempunyai karakteristik kedap air, lengket
dan licin bila basah. Karakteristik ini
merupakan kondisi batuan yang sangat berpotensi sebagai bidang
penggelincir gerakan tanah. Faktor
batuan penyusun ini merupakan faktor yang dominan yang mana hampir
semua kejadian gerakan tanah berada pada batulempung semacam ini.
c. Hidrologi/keairan
Kondisi hidrologi lokasi gerakan tanah kurang baik sistem keairannya.
Lokasi gerakan tanah merupakan
tempat berkumpulnya air permukaan.
Hal ini semakin berpengaruh pada
gerakan tanah dengan adanya batuan dasar berupa batulempung yang
kedap air.
d. Penggunaan lahan
Penggunaan lahan pada lokasi gerakan tanah masih kurang sesuai dengan peruntukannya. Vegetasi yang
ada didominasi tanaman berakar serabut seperti bambu yang sistem
perakarannya tidak mencapai batuan
dasar sehingga tidak dapat berfungsi

27

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

yang cukup tanah lama. Adapun rekomendasi lokasi pembuatan trucuk


bambu maupun brojong batu serta
gambaran sederhana gerakan tanah
di Karangsambung ditinjau dari skala

ISSN: 1410-5829

vertikal dapat dilihat pada Gambar


10.
4. Apabila terjadi hujan deras atau hujan tidak deras tetapi lama (> 2 jam)
segera menyingkir ke tempat yang
lebih aman.

Gambar 6. Ilustrasi menutup retakan tanah dengan material kedap air (Universitas
Gadjah Mada, 2003).

Gambar 7. A. Ilustrasi membuat saluran air permukaan ke arah luar lereng ; B. Membuat
saluran air bawah permukaan dengan tusuk bambu (Universitas Gadjah Mada, 2003).

28

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

ISSN: 1410-5829

Gambar 8. Sketsa Penampang Vertikal Kondisi Jalan Ambles di Karangsambung dan


rekomendasi lokasi saluran air permukaan.

Gambar 9. Pembuatan trucuk bambu pada halaman yang longsor dengan didahului
penebangan vegetasi yang ada.

Gambar 10. Sketsa penampang vertikal kondisi gerakan tanah di Karangsambung dan
rekomendasi lokasi pembuatan tanggul trucuk bambu dan tanggul bronjong batu.

29

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA


Vol. 12. No. 1 Agustus 2007

KESIMPULAN
Daerah Karangsambung merupakan salah satu daerah yang berpotensi
untuk terjadi gerakan tanah. Tipe gerakan tanah berkembang berdasarkan sifat
gerakannya ada 2 (dua) tipe yaitu :
1. Tipe gerakan lambat (rayapan) yang
berkembang pada kemiringan lereng
yang kecil.
2. Tipe gerakan cepat (nendatan) yang
berkembang pada kemiringan lereng
yang besar.
Batuan penyusun yang berupa
batulempung dengan karakteristik kering
bersisik dan mudah hancur, serta karaktrisitik basah lengket dan licin, merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada gerakan tanah karena dapat sebagai
bidang penggelincir gerakan tanah. Batulempung pada kemiringan lereng yang
berbeda masih berpotensi untuk terjadi
gerakan tanah hanya sifat gerakannya
yang berbeda.
Langkah antisipasi sederhana
yang dapat dilakukan oleh masyarakat
Karangsambung secara mandiri adalah
dengan menutup retakan, membuat saluran air permukaan, membuat trucuk
bambu dan bronjong batu, serta menyingkir ke tempat yang lebih aman jika
hujan deras.

ISSN: 1410-5829

ri segi Teori Tektonik Dunia yang


baru, Desertasi Doktor, Institut
Teknologi Bandung, 130 hal., tidak
dipublikasikan.
Asikin, S., Harsolumakso, A.H., Sapii, B.,
2001, Panduan Ekskursi Kompleks
Luk Ulo dan Cekungan Banyumas,
Departemen Teknik Geologi, FKTM-ITB, Bandung.
Karnawati, D., 1991. Hubungan Antara
Curah Hujan dan Longsoran Tanah di Margoyoso, Kabupaten
Magelang. (Laporan Penelitian)
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
2002. Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Nomor : 1014/M/2002, Jakarta,
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Schultz, J.R. & A.B. Cleaves, 1956.
Geology in Engineering, New
York, John Wiley & Sons Inc.
Universitas Gadjah Mada, 2003, Modul
Sosialisasi Daerah Rawan Gerakan Tanah di Propinsi Jawa Timur, Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (tidak
dipublikasikan).
Van Zuidam, R.A., 1983, Guide to Geomorphology Arial Photographic
Interpretation, Netherland, ITC.

DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1974, Evolusi geologi Jawa
Tengah dan Sekitarnya ditinjau da-

30

You might also like