Sambiloto PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

EFEKTIFITAS SEDUHAN DAUN SAMBILOTO TERHADAP

TEKANAN DARAH PADA PENDERITA


HIPERTENSI PRIMER
Yuri Octafindo, Darwin Karim, Agrina

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Kampus Pattimura No 9 Pekanbaru, 28131, Indonesia

Email: octafiandray@live.com

Abstract

The aim of this research is to analize the effect of steeping leaves of andrographis paniculata
to reduce primary hypertension patientss blood pressure. The research used quasy
experimental method with non-equivalent control group design which devided into two
groups, treatment group and control group. The sampling technique explored purposive
sampling with 30 hypertension patients which selected based on inclusion criteria. The
sample devided into 15 people of treatment group and 15 people of control group. The
patients of treatment group were given a glass of steeping leaves of andrographis paniculata
everyday in a weeks. Where as control group, were not given. The equipment was used to
measure blood pressure is sphygmomanometer. Data analysis applied were univariate and
bivariate by using dependent sample t test and independent sample t test to show the result.
The result of this research showed that mean of mean artery pressure (MAP) before drinking
leaves of andrographis paniculata was 119,33 mmHg and mean of mean artery pressure
(MAP) after drinking leaves of andrographis paniculata was 96,31 mmHg in the last time
which this member with p value was 0,000 (less than 0,05). The conclusion is drinking
steeping leaves of andrographis paniculata could help patient with primary hypertension to
reduce their blood pressure.
Key words : blood pressure, primary hypertension, steeping leaves of andrographis
paniculata

PENDAHULUAN dan pada wanita sebanyak 29,3% pada


Hipertensi merupakan penyakit perempuan (WHO, 2012).
kardiovaskuler berupa tingginya tekanan Kasus hipertensi primer di Provinsi
darah yang ditandai dengan tekanan sistole Riau berdasarkan data dari total kasus pada
140 mmHg atau tekanan diastole 90 Unit Rawat Inap seluruh Rumah Sakit di
mmHg (Black & Hawks, 2005). Seseorang Provinsi Riau yaitu 273 kasus pada laki-
baru dapat dikatakan hipertensi apabila laki dan 446 kasus pada perempuan
peningkatan tekanan darah yang abnormal (Dinkes Provinsi Riau, 2011). Prevalensi
tersebut terjadi pada tiga kali pengukuran penyakit hipertensi primer di Kota
yang berbeda (Corwin, 2009). Pekanbaru dapat dikatakan tinggi. Kasus
Kasus hipertensi sangat sering terbanyak yaitu di Puskesmas Harapan
dijumpai di berbagai belahan dunia. Raya dengan 3.234 kasus, Puskesmas
Prevalensi hipertensi dunia mencapai Melur dengan 2.262 kasus, Puskesmas
29,2% pada laki-laki dan 24,8% pada Lima Puluh Kota dengan 1.589 kasus,
perempuan. Prevalensi hipertensi di Puskesmas Garuda 1.566 kasus, dan
Indonesia lebih tinggi dari persentase Puskesmas Pekanbaru Kota 1.286 kasus
dunia yaitu sebanyak 32,5% pada laki-laki (Dinkes Kota Pekanbaru, 2012)
Hipertensi merupakan penyakit Berdasarkan latar belakang tersebut
tidak menular kedua penyebab kematian maka peneliti tertarik untuk melakukan
terbanyak di Indonesia setelah stroke. penelitian pada penderita hipertensi primer
Tingginya angka kejadian kasus hipertensi dengan judul efektifitas seduhan daun
di Indonesia menunjukan bahwa hipertensi sambiloto terhadap tekanan darah pada
merupakan ancaman serius dan perlu penderita hipertensi primer.
penanganan segera untuk mencegah
timbulnya komplikasi dari hipertensi TUJUAN PENELITIAN
(Depkes, 2011). Hipertensi yang tidak Penelitian ini bertujuan untuk
terkontol dapat menyebabkan kerusakan mengetahui efektifitas seduhan daun
jantung, pembesaran ventrikel (hipertropi sambiloto terhadap tekanan darah pada
ventrikel), gagal jantung, atherosclerosis, penderita hipertensi primer.
gagal ginjal, dan stroke (Porth, 2005).
Penatalaksanaan hipertensi secara METODOLOGI PENELITIAN
umum dilakukan dengan dua cara, yaitu Desain penelitian: Penelitian ini
secara farmakologis dan non-farmakologis termasuk dalam penelitian Quasy
(Dalimartha, Purnama, Sutarina, Experiment dengan desain penelitian yang
Mahendra, & Darmawan, 2008). digunakan Non-equivalent control group.
Pengobatan secara farmakologi dapat Sampel: Sampel yang digunakan
menjadi tidak efektif karena biaya sebanyak 30 responden yang terdiri dari 15
pengobatan yang mahal, gejala yang sudah kelompok eksperimen dan 15 kelompok
hilang, dan adanya efek samping yang kontrol di wilayah kerja Puskesmas
menyebabkan penderita menghentikan Harapan Raya Pekanbaru. Pengambilan
program pengobatan (Ignatavicius & sampel menggunakan teknik purposive
Workman, 2006). Pengobatan sampling dengan kriteria inklusi yang
nonfarmakologi saat ini dapat dijadikan digunakan yaitu Berada pada rentang usia
pilihan alternatif karena biayanya relatif 25-45 tahun, mempunyai tekanan darah
murah, efek samping dan bahaya tidak ada 140/90 mmHg (MAP 106), tidak
(Dalimartha, Purnama, Sutarina, obesitas (18,5 IMT 27), tidak
Mahendra, & Darmawan, 2008). merokok, tidak mengkonsumsi alkohol,
Penelitian Gunawan (2006) tidak memiliki komplikasi, tidak sedang
dilakukan untuk melihat pengaruh infusa hamil, bersedia menjadi responden, tidak
daun sambiloto terhadap tekanan darah mengkonsumsi obat antihipertensi, jika
pria dewasa. Kesimpulan dari penelitian mengkonsumsi obat anti hipertensi
ini adalah bahwa infusa daun sambiloto intervensi dilakukan setelah masa kerja
dapat menurunkan tekanan darah pria obat berakhir.
dewasa (p<0.000). Instrumen: Instrumen yang
Studi pendahuluan dilakukan oleh digunakan berupa lembar wawancara
peneliti dengan mewawancarai 10 orang tentang data demografi responden, lembar
penderita hipertensi di wilayah kerja observasi tekanan darah, dan lembar
Puskesmas Harapan Raya pada tanggal 20 observasi 24 hour recall.
Desember 2012. Hasil dari studi Prosedur: Tahapan awal peneliti
pendahuluan tersebut yaitu 7 dari 10 orang mengajukan surat permohonan izin
mengontrol hipertensinya dengan penelitian ke PSIK UR yang selanjutnya
mengkonsumsi obat-obatan pada saat diteruskan ke Dinas kesehatan kota
timbul gejala saja, dan mereka tidak Pekanbaru, kemudian peneliti meminta
mengetahui adanya pengobatan secara non izin kepada kepala Puskesmas Harapan
farmakologi, sedangkan 3 dari 10 orang Raya Pekanbaru untuk melakukan
mengkonsumsi obat-obatan tradisional penelitian di wilayah kerja Puskesmas
untuk mengatasi hipertensinya dan tidak Harapan Raya. Dalam melaksankan
mengkonsumsi obat-obatan. penelitian peneliti dibantu oleh 3 orang
asisten yang telah mendapat penjelasan Tabel 2
dan panduan tentang penelitian ini. Distribusi frekuensi responden
Penelitian ini dilakukan dengan cara berdasarkan karakteristik jenis kelamin
mengukur tekanan darah responden
sebelum dan sesudah mengkonsumsi Jenis kelamin Jumlah Persentase
seduhan daun sambiloto, sedangkan
kelompok kontrol tekanan darah diukur Laki-laki 10 33,3
sama dengan kelompok kontrol tetapi tidak Perempuan 20 66,7
diberi seduhan daun sambiloto. Nilai Jumlah 30 100,0
tekanan darah kemudian dikinversikan ke Hasil analisis pada tabel 7 di atas
dalam tekanan arteri rata-rata (MAP). didapatkan hasil paling banyak responden
dengan jenis kelamin perempuan yaitu 20
HASIL PENELITIAN orang (66,7%), sedangkan pada jenis
Uji Homogenitas kelamin laki-laki didapatkan 4 orang
Tabel 1. (33,3%).
Homogenitas karakteristik responden pada
kelompok eksperimen dan kelompok Tabel 3
kontrol Distribusi frekuensi responden
berdasarkan karakteristik usia
Karakteristik Kelompok Kelompok
Eksperime Kontrol p value Mean Min- 95%
n (n = 15) Variabel SD
Median Mak CI
(n = 15)
N % n % 40,8 39,95-
Usia 2,3 37-45
40,7 41,64
Jenis Kelamin 1,000
Laki-laki 5 33,3 5 33,3
Perempuan 10 66,7 10 66,7 Hasil analisis pada tabel 3 di atas
Pendidikan 0,999 didapatkan rata-rata usia responden adalah
SMP 9 60 9 60 40,8 tahun (95% CI: 39,95-41,64), median
SMA 2 13,3 4 26,7 40,7 tahun dengan standar deviasi 2,3
PT 4 26,7 2 13,3
tahun. Usia responden termuda 37 tahun
Jenis Pekerjaan 1,000 dan usia tertua 45 tahun. Berdasarkan hasil
IRT 7 46,7 8 53,3 estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
Wiraswasta 4 26,7 4 26,7 95% diyakini rata-rata usia responden
PNS 4 26,7 3 20 adalah 39,95 tahun sampai dengan 41,64
tahun.
Berdasarkan tabel 1 diatas, dari Tabel 4
hasil uji statistik menggunakan uji Chi Distribusi frekuensi responden
Square dan kolmogorov-smirnov untuk berdasarkan karakteristik tingkat
melihat homogenitas antara kelompok pendidikan
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil
yang didapatkan pada tabel 1 adalah ketiga Tingkat
karakteristik responden seperti jenis Jumlah Persentase
pendidikan
kelamin, tingkat pendidikan dan jenis SMP 18 60,0
pekerjaan antara kelompok eksperimen SMA 6 20,0
dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan PT 6 20,0
yang signifikan dengan p > 0,05, hal ini Jumlah 30 100,0
berarti karakteristik responden antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol adalah homogen. Hasil analisis pada tabel 4 di atas
didapatkan distribusi tingkat pendidikan
Analisa univariat responden SMP sebanyak 18 orang
(60,0%), SMA sebanyak 6 orang (20,0%). MAP
Kelompok sesudah
Responden paling sedikit dengan tingkat Responden
Jumlah
intervensi
pendidikan PT yaitu 6 orang (20.0%).
Kelompok 15 96,30
Tabel 5 eksperimen
Kelompok 15 119,98
Distribusi frekuensi responden kontrol
berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat
Jenis pekerjaan Jumlah Persentase mean MAP sesudah diberikan seduhan
IRT 15 50,0 daun sambiloto pada kelompok
Wiraswasta 8 26,7 eksperimen mengalami hingga hari ketujuh
PNS 6 23,3 yaitu 96,30 mmHg. Mean MAP pada
Jumlah 30 100,0
kelompok kontrol terjadi peningkatan
Hasil analisis dari tabel 5 di atas Analisa bivariat
diperoleh distribusi pekerjaan responden Tabel 8
paling banyak responden memiliki Perbedaan mean MAP sesudah intrvensi
perkerjaan sebagai IRT yaitu sebanyak 15 pada kelompok eksperimen dan kelompok
orang (50,0%), sedangkan untuk yang kontrol yang tidak diintervensi
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 8
orang (26.7%) dan PNS sebanyak 7 orang Kelompok p
Hari Mean SD N
(23,3%). Responden value
Kelompok 114,66 7,20 15
Distribusi MAP eksperimen
1 0,075
Kelompok 119,55 7,31 15
Tabel 6 kontrol
Distribusi mean MAP pada kelompok Kelompok 112,00 6,26 15
eksperimen sebelum intervensi dan eksperimen
2 0,005
kelompok kontrol yang tidak diintervensi Kelompok 119,55 7,21 15
kontrol
Kelompok 108,88 6.63 15
Kelompok Responden Jumlah Mean eksperimen
Kelompok 15 119,33 3 Kelompok 119.54 7,73 15 0,000
eksperimen kontrol
Kelompok 15 119,76
kontrol Kelompok 105.78 6,23 15
eksperimen
4 0.000
Kelompok 120,21 8,19 15
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat kontrol
distribusi mean MAP sebelum diberikan Kelompok 102,87 5,98 15
seduhan daun sambiloto pada kelompok eksperimen
5 0,000
eksperimen sebesar 119,33 mmHg, Kelompok 119,10 7,59 15
sedangkan mean MAP pada kelompok kontrol
kontrol sebesar 119,76. Kelompok 99,75 5,27 15
eksperimen
6 0,000
Kelompok 120,20 8.38 15
Tabel 7 kontrol
Distribusi mean MAP pada kelompok Kelompok 96.30 5,76 15
eksperimen sesudah intervensi dan eksperimen
7 0,000
kelompok kontrol yang tidak diiintervensi Kelompok 119.98 8.62 15
kontrol

Berdasarkan tabel 8 di atas, dari


hasil uji statistik didapatkan mean MAP
sesudah intervensi pada kelompok
eksperimen dihari pertama adalah 114,66
mmHg dengan standar deviasi 7,2. Mean adanya penurunan yang signifikan antara
MAP pada kelompok kontrol yang tidak mean MAP sebelum dan sesudah diberikan
diintervensi pada hari pertama adalah seduhan daun sambiloto pada kelompok
119,55 mmHg dengan standar deviasi eksperimen dimana p value hari pertama =
7,31. Hasil analisis diperoleh p value= 0,000 dan p value hari pertama hingga hari
0,075 lebih besar dari pada nilai 5% (p ketujuh =0,000 dengan 5% (p< 0,05).
>0,05), berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan antara mean MAP sesudah Tabel 10
intervensi antara kelompok eksperimen Perbedaan mean MAP pada kelompok
dan kelompok kontrol, sedangkan pada kontrol yang tidak diintervensi
hari kedua hingga hari ketujuh, hasil
analisis diperoleh p value lebih kecil Hari Variabel Mean SD N
p
daripada nilai 5% (p <0,05), berarti ada value
perbedaan yang signifikan maen MAP 1
Pre-test 119,76 8,84 15
0,953
sesudah intervensi mulai hari kedua hingga Post-test 119,55 7,31 15
ketujuh antara kelompok eksperimen dan
Pre-test 119,76 8,84 15
kelompok kontrol. 2
Post-test 119,55 7,20 15
0,954

Tabel 9 3
Pre-test 119,76 8,84 15
0,954
Perbedaan Mean MAP pada kelompok Post-test 119,54 7,73 15
eksperimen sebelum dan sesudah
Pre-test 119,76 8,84 15
intervensi selama tujuh hari 4
Post-test 120,21 8.20 15
0,906

p Pre-test 119,76 8,84 15


Hari Variabel Mean SD N 5 0,859
value Post-test 119,11 7,59 15
1 Pre-test 119,33 7,67 15
Post-test 114,66 7,20 15 0,000 Pre-test 119,76 8,84 15
6 0,910
Post-test 120,20 8,38 15
2 Pre-test 119,33 7,67 15
Post-test 112,00 7,66 15 0,000 Pre-test 119,76 8,84 15
7 0,956
Post-test 119,98 8,62 15
3 Pre-test 119,33 7,67 15
Post-test 108,88 6,63 15 0,000
Berdasarkan tabel 10 di atas,
4 Pre-test 119,33 7,67 15 didapatkan mean MAP pada pengukuran
Post-test 105.78 6,22 15 0,000 pre-test adalah 119,76 dengan standar
5 Pre-test 119,33 7,67 15
deviasi 8,84. Mean MAP pada pengukuran
Post-test 102,87 5,98 15 0,000 hari pertama, kedua, ketiga, memiliki
mean tekanan arteri rata-rata yang
6 Pre-test 119,33 7,67 15 mengalami penurunan. Pada hari keempat
Post-test 99.75 5,27 15 0,000 terjadi peningkatan mean MAP yaitu tetap
7 Pre-test 119,33 7,67 15
120,21 mmHg dengan standar deviasi
Post-test 96,31 5,75 15 0,000 8,20. Pada hari kelima terjadi penurunan
mean MAP yaitu 119,11 mmHg dengan
standar deviasi 7,59. Pada hari keenam
Berdasarkan uji statistik pada tabel terjadi peningkatan Mean MAP yaitu
9 didapatkan mean MAP sebelum 120,20 mmHg dengan standar deviasi
diberikan seduhan daun sambiloto adalah 8,3m, pada hari ketujuh terjadi kembali
119,33 mmHg dengan standar deviasi penurunan mean MAP yaitu 119,98
7,67. Mean MAP sesudah diberikan mmHg dengan standar deviasi 8,62. Dari
seduhan daun sambiloto mengalami hasil uji statistik diperoleh nilai p value
penurunan sejak hari pertama hingga hari pada hari pertama hingga hari ketujuh
ketujuh. Dari hasil uji statistik didapatkan lebih besar dari alpha (p>0,05), berarti
tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan seseorang dalam menerapkan
tekanan arteri rata-rata pre-test dan post- perilaku hidup sehat, terutama mencegah
test pada kelompok kontrol. kejadian hipertensi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin tinggi pula
PEMBAHASAN kemampuan seseorang dalam menjaga
Berdasarkan hasil penelitian yang pola hidupnya agar tetap sehat.
telah dilakukan pada pasien hipertensi di Jenis pekerjaan responden terdiri
wilayah kerja Peskesmas Harapan Raya dari IRT (Ibu Rumah Tangga), wiraswasta,
Kecamatan Bukit Raya didapatkan bahwa dan PNS (Pegawai Negeri Sipil), dimana
secara umum distribusi responden responden terbanyak bekerja sebagai IRT
berdasarkan jenis kelamin terbanyak (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 15 orang
menderita hipertensi primer adalah (50%), Wiraswasta sebanyak 8 0rang
perempuan sebanyak 20 orang (66,7%), (26,7%) dan Pegawai Negeri Sipil
sedangkan laki-laki hanya sebanyak 10 sebanyak 7 orang (23,3%), hal ini
orang (33,3%). Hasil ini dikarenakan disebabkan oleh kurangnya aktivitas yang
responden yang peneliti temui paling dilakukan ibu rumah tangga dimana
banyak adalah perempuan. Wanita lebih kebanyakan mereka hanya berdiam diri di
beresiko terkena hipertensi karena rumah dengan rutinitas yang membuat
penurunan hormon estrogen yang dapat mereka merasa suntuk (monoton). Berbeda
meningkatan tekanan darah (Sugiharto, dengan ibu yang bekerja walaupun
2007). Selain itu kejadian hipertensi juga memiliki banyak aktivitas mereka biasanya
berbanding lurus terhadap menopause menyempatkan waktu untuk melakukan
(Widharto, 2007). olahraga. Selain itu biasanya ibu yang
Distribusi responden berdasarkan bekerja biasanya lebih aktif daripada ibu
usia didapatkan bahwa responden rata-rata yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu
berusia 40,8 tahun dimana usia termuda rumah tangga. Hasil ini sesuai dengan
adalah 37 tahun dan usia tertua adalah 45 pernyataan Anggarini, Waren, Situmorang,
tahun, hal ini juga sesuai dengan Asputra, dan Siahaan (2008) dimana
pernyataan Copstead dan Jacquelyn (2005) individu yang aktivitasnya rendah berisiko
yang menyatakan kejadian hipertensi terkena hipertensi 30-50% daripada
berbanding lurus dengan peningkatan usia. indidvidu yang aktif.
Arteri kehilangan elastisitas atau Berdasarkan hasil dari uji
kelenturan seiring bertambahnya usia, dan Independent sampel t test diperoleh p
kebanyakan orang tekanan darahnya value= 0,075 pada hari pertama, hal ini
meningkat ketika berusia 50-60 tahun. berarti tidak terdapat perbedaan ataupun
Hipertensi bisa terjadi pada segala pengaruh yang signifikan antara mean
usia, namun paling sering dijumpai pada MAP pada kelompok eksperimen dan
usia 35 tahun atau lebih. Pertambahan usia kelompok kontrol sesudah diberikan
juga akan menyebabkan perubahan pada seduhan daun sambiloto. Sedangkan uji
jantung, pembuluh darah, dan perubahan Independent sampel t test pada pengukuran
hormonal (Sutomo, 2009). hari kedua hingga hari ketujuh diperoleh p
Secara umum distribusi responden value lebih kecil daripada nilai alpha
berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak (0,05). Hasil uji statistik ini berarti terdapat
memiliki tingkat pendidikan SMP perbedaan ataupun pengaruh yang
sebanyak 18 orang (60,3%) dan paling signifikan antara mean MAP pada
sedikit dengan tingkat pendidikan PT, kelompok eksperimen dan kelompok
yaitu hanya 6 orang (20%). Hasil ini kontrol sesudah diberikan seduhan daun
didukung oleh pernyataaan Sugiharto, sambiloto sehingga dapat disimpulkan
Suharyo, Sukandarno, dan Shofa (2003) bahwa mengkonsumsi seduhan daun
bahwa tingkat pendidikan dapat sambiloto dapat membantu menurunkan
mempengaruhi kemampuan dan tekanan darah.
Hasil uji statistik pada kelompok converting enzyme (ACE) inhibitor
eksperimen dengan menggunakan uji (Sriramaneni, Raju, Nair, Ameer, Salman,
paired sampel t test pada pengukuran hari Sadikun et al, 2012). Kandungan 14-
pertama sampai ketujuh diperoleh p deoxyandrographolide (DDA) yang
value= 0,000 lebih kecil daripada nilai diisolasi dari ekstrak methanol sambiloto
alpha (0,05). Hasil uji statistik ini berarti memiliki efek vasorelaksasi pada
terdapat perbedaan ataupun pengaruh yang pembuluh darah. 14-deoxy-11, 12-
signifikan antara mean MAP pada didehydroandrographolide, juga berfungsi
kelompok eksperimen sesudah diberikan untuk mengurangi denyut jantung (Chao &
seduhan daun sambiloto sehingga dapat Lin, 2010). Selain itu efek antihipertensif
disimpulkan bahwa mengkonsumsi sambiloto juga dihasilkan melalui relaksasi
seduhan daun sambiloto dapat membantu pada otot polos pada pembuluh darah
menurunkan tekanan darah. sehingga dapat menyebabkan penurunan
Jika dilihat pada kelompok kontrol tekanan darah (Jarukamjorn & Nemoto,
didapatkan tidak adanya penurunan 2008). Hasil ini tentu sangat
tekanan darah, justru ditemukan menguntungkan dalam menurunkan
peningkatan tekanan darah, dengan p value tekanan darah apabila dibandingkan
=0,953 (p value > ) pada hari pertama. dengan konsumsi obat-obatan kimia yang
Sedangkan pada hari ketujuh didapatkan p memiliki efek samping bagi penderita
value yaitu 0,956. Pada penderita (Ignatavicius & Workman, 2006).
hipertensi primer biasanya terjadi fluktuasi Sebagian besar responden pada
tekanan darah yang konstan sehingga penelitian ini menyatakan bahwa mereka
diperlukan usaha untuk mengontrolnya. merasa tenang atau relaks dan rasa sakit
Salah satu usaha yang sering dilakukan kepala dan tengkuk yang mereka alami
pasien dengan hipertensi adalah dengan berkurang bahkan hilang. Daun sambiloto
mengkonsumsi obat antihipertensi secara memberikan efek vasorelaksasi pada
terus menerus, oleh karena itu dalam pembuluh darah dan mengurangi denyut
penelitian ini diberikan seduhan daun jantung sehingga perfusi serebral menjadi
sambiloto sebagai pengontrol tekanan lebih baik (Jarukamjorn & Nemoto, 2008).
darah responden. Seseorang yang dalam kondisi
Hasil penelitian ini sejalan dengan tertekan, hormon adrenalin dan kortisol
hasil penelitian yang dilakukan pada 12 akan dilepaskan ke dalam darah sehingga
pria dewasa berumur 19-25 tahun terjadi peningkatan tekanan darah
dengan cara melakukan pengukuran (Widharto, 2007). Apabila hal ini terus-
tekanan darah sistol dan diastol menerus terjadi maka dapat
sebelum dan sesudah minum cairan mengakibatkan terjadinya hipertensi. Hal
infusa sambiloto dengan dosis 20 gram / ini berarti seduhan daun sambiloto yang
100 cc. Hasil penelitian menunjukkan dikonsumsi dapat mengurangi risiko
bahwa tekanan darah setelah minum terkena hipertensi dengan membantu
cairan infusa sambiloto sebesar 106,3/68,7 mengurangi ketegangan otot dan
mmHg, lebih rendah daripada tekanan emosional responden. Hasil-hasil
darah sebelum minum cairan infusa penelitian ini menunjukkan bahwa
sambiloto yaitu sebesar 118,0/77,5 mmHg mengkonsumsi seduhan daun sambiloto
nilai p<0,01 (Gunawan, 2006). berpengaruh atau memiliki efek yang
Kandungan Sambiloto yang positif terhadap tekanan darah.
memiliki efek hipotensif atau menurunkan Berdasarkan hasil paparan di atas
tekanan darah adalah 12- dapat disimpulkan bahwa daun sambiloto
didehydroandrographolide. Efek terbukti mengurangi beban kerja jantung,
hipotensif dihasilkan melalui aksi - dan memberikan efek ketenangan yang
adrenoceptor pada reseptor saraf otonom pada akhirnya berpengaruh terhadap
dan aktivitas seperti angiotensin tekanan darah, ini disebabkan oleh
senyawa 12-didehydroandrographolide menurunkan tekanan darah pada penderita
dari sambiloto berperan melalui aksi - hipertensi primer.
adrenoceptor pada reseptor saraf otonom Disarankan kepada pihak
dan efek yang sama seperti angiotensin Puskesmas dan kader kesehatan untuk
converting enzyme (ACE) inhibitor, dapat menggunakan hasil penelitian ini
sehingga angiotensin I tidak diubah sebagai salah satu terapi alternatif dalam
menjadi angiotensin II, Selain itu juga pengobatan hipertensi primer dan agar
dipengaruhi oleh komitmen dan kepatuhan dapat disosialisasikan kepada masyarakat.
responden terhadap prosedur penelitian Kepada pihak puskesmas diharapkan agar
yang telah dibuat. Kesimpulan dari dapat kembali memperhatikan cara
penelitian ini adalah mengkonsumsi penanganan hipertensi primer mengingat
seduhan daun sambiloto efektif untuk kejadiannya yang semakin meningkat.
membantu menurunkan tekanan darah atau Disarankan kepada penderita hipertensi
mengontrol tekanan darah pada penderita primer untuk menggunakan seduhan daun
hipertensi primer. sambiloto untuk membantu menurunkan
tekanan darah secara efisien dan efektif.
KESIMPULAN DAN SARAN Selain itu, masyarakat diharapkan lebih
Berdasarkan hasil penelitian tentang berhati-hati dalam mengkonsumsi obat-
Efektifitas seduhan daun sambiloto obatan dan ada baiknya mengaplikasikan
terhadap tekanan darah pada penderita pengobatan alami sebagai pilihan
hipertensi primer, yang dilakukan pengobatan ataupun komplementer dalam
terhadap 30 responden didapatkan mengatasi hipertensi primer.
responden rata-rata berusia 40,89 tahun Bagi peneliti selanjutnya hasil
dan paling banyak berpendidikan SMP penelitian ini dapat dijadikan sebagai
dengan status pekerjaan sebagai IRT (Ibu evidence based dan tambahan informasi
Rumah Tangga). Dari hasil pengukuran untuk mengembangkan penelitian lebih
juga diperoleh nilai mean MAP pada lanjut tentang manfaat lain dari daun
kelompok eksperimen sebelum sambiloto terhadap kesehatan dengan
mengkonsumsi seduhan daun sambiloto jumlah sampel yang lebih banyak dan
sebesar 119,33 dan pada kelompok kontrol teknik penelitian yang lebih baik.
yang tidak mengkonsumsi seduhan daun
sambiloto sebesar 119,76. Setelah
diberikan perlakuan dengan
mengkonsumsi seduhan daun sambiloto
selama 7 hari pada kelompok eksperimen Yuri Octafindo: Mahasiswa Program
terjadi penurunan nilai mean MAP yang Studi Ilmu Keperawatan Universitas
signifikan pada hari pertama hingga hari Riau, Indonesia
ketujuh sebesar 114,66 dan 96,30,
sedangkan pada kelompok kontrol yang Ns. Darwin Karim, M. Biomed:
tidak diberikan perlakuan memiliki Dosen Kelompok Keilmuan
tekanan arteri rata-rata yaitu 119,55 pada Keperawatan Medikal Bedah Program
hari pertama dan 119,98 pada hari ketujuh. Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Hasil penelitian ini menunjukkan Riau, Indonesia
adanya penurunan tekanan darah yang
signifikan pada kelompok eksperimen Ns. Agrina, M. Kep., Sp. Kom: Dosen
setelah diberikan perlakuan selama 7 hari Kelompok Keilmuan Keperawatan
dengan hasil uji statistik dengan p value Komunitas Program Studi Ilmu
=0,000 < (0,05) pada hari kedua hingga Keperawatan Universitas Riau,
hari ketujuh. Dengan demikian dapat Indonesia
disimpulkan bahwa mengkonsumsi
seduhan daun sambiloto efektif dalam
DAFTAR PUSTAKA kematian-terbanyak-di-
indonesia.html.
Anggarini, A. D., Waren, A., Situmorang,
E., Asputra, H., & Siahaan, S. S. Dinkes Kota Pekanbaru. (2012). Laporan
(2008). Faktor-faktor yang tahunan tahun 2011. Pekanbaru:
berhubungan dengan kejadian Dinkes Kota Pekanbaru.
hipertensi pada pasien yang
berobat di poliklinik dewasa Dinkes Provinsi Riau. (2011). Profil
puskesmas bangkinang. kesehatan Provinsi Riau tahun
Diperoleh tanggal 30 Mei 2013 2010. Pekanbaru; Dinkes
dari www.scribd.com. Provinsi Riau.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Gunawan, E. (2006). Pengaruh herbal


Medical-surgical nursing: sambiloto (andrographis
Clinical management for paniculata nees) terhadap
positive outcome. (7th ed). tekanan darah normal pada pria
Vol.2. Missouri: Elseiver dewasa. Diperoleh tanggal 15
Saunders. Oktober 2012 dari
http://repository.maranatha.edu/
Chao, W. W & Lin, B. F. (2011). Review 1515/.
isolation and identification of
bioactive compounds in Ignatavicius & Workman. (2006).
andrographis paniculata (chuan Medical-surgical nursing:
xin lian) Diperoleh tanggal 15 Critical thinking of
november 2012 dari collaborative care. (5th ed).
http://link.springer.com/article/1 Philadelphia: Elseiver.
0.1186/1749-8546-5-
17/fulltext.html. Jarukamjorn, K., & Nemoto, N. (2008).
Pharmacological aspects of
Copstead, L. C., & Jacquelyn, L. B. andrographis paniculata on
(2005). Pathophisiology. health and its major diterpenoid
Missouri: Elsevier Saunders. constituent andrographolide.
Diperoleh tanggal 16 november
Corwin, E. J. (2009). Buku saku 2012 dari
pathofisiologi. Jakarta: EGC. http://www.dxnic.net/images/an
dro-9.pdf.
Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina,
N., Mahendra,B., & Darmawan, Porth, C. (2005). Pathophysiogy: Concepts
R. (2008). Care your self at altered health state. (7th ed).
hipertensi. Jakarta: Penebar Philadelphia: Lippincott
Plus. Williams & Wilkins.

Depkes. (2011). Penyakit tidak menular Sugiharto, A. (2007). Faktor-faktor risiko


(ptm) penyebab kematian hipertensi grade II pada
terbanyak di Indonesia. masyarakat. Diperoleh tanggal
Diperoleh pada tanggal 5 30 Mei 2013 dari
November 2012 dari http://eprints.undip.ac.id/16523/
http://depkes.go.id/index.php/be 1/.
rita/press-release/1637-penyakit-
tidak-menular-ptm penyebab- Sugiharto, A., Suharyo, H., Sukandarno,
A., & Shofa, C. (2003). Faktor-
faktor risiko hipertensi grade II november 2012 dari
pada masyarakat (studi kasus di jpsr.pharmainfo.in/.../jpsr%2004
kabupaten Karanganyar). 120903.pdf.
Diperoleh tanggal 30 Mei 2013
dari http://eprints.undip.ac.id. WHO. (2012). World health statistic.
France: World Health
Sutomo, B. (2009). Menu sehat penakluk Organization.
hipertensi. Jakarta: Demedia
Pustaka. Widharto. (2007). Bahaya hipertensi.
Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Sriramaneni, R. N., Raju, Y. P., Nair, R.,
Ameer, O. Z., Salman, I. M.,
Sadikun, A., & Asmawi , M. Z.
(2011). Chronic Effects of
Andrographis paniculata
Chloroform Extract in
Spontaneously Hypertensive
Rats. Diperoleh tanggal 15

You might also like