Materi PLC: Programmable Logic Controller (PLC) Adalah Sebuah Rangkaian Elektronik Yang Dapat

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

MATERI PLC

Programmable Logic Controller (PLC) adalah sebuah rangkaian elektronik yang dapat
mengerjakan berbagai fungsi-fungsi kontrol pada level-level yang kompleks. PLC dapat
diprogram, dikontrol, dan dioperasikan oleh operator yang tidak berpengalaman dalam
mengoperasikan komputer. PLC umumnya digambarkan dengan garis dan peralatan pada suatu
diagram ladder. Hasil gambar tersebut pada komputer menggambarkan hubungan yang
diperlukan untuk suatu proses. PLC akan mengoperasikan semua siatem yang mempunyai output
apakah harus ON atau OFF. Dapat juga dioperasikan suatu sistem dengan output yang bervariasi.

PLC pada awalnya sebagai alat elektronik untuk mengganti panel relay. Pada saat itu PLC hanya
bekerja untuk kondisi ON-OFF untuk pengendalian motor, solenoid, dan actuator. Alat ini
mampu mengambil keputusan yang lebih baik dibandingkan relay biasa. PLC pertama-tama
banyak digunakan pada bagian otomotif. Sebelum adanya PLC, sudah banyak peralatan kontrol
sequence, ketika relay muncul, panel kontrol dengan relay menjadi kontrol sequence yang utama.
Ketika transistor muncul, solid state relay yang diterapkan seperti untuk kontrol dengan
kecepatan tinggi.

Pada tahun 1978, penemuan chip mikroprosessor menaikkan kemampuan komputer untuk segala
jenis sistem otomatisasi dengan harga yang terjangkau. Robotika, peralatan otomatis dan
komputer dari berbagai tipe, termasuk PLC berkembang dengan pesat. Program PLC makin
mudah untuk dimengerti oleh banyak orang.

Pada awal tahun 1980 PLC makin banyak digunakan. Beberapa perusahaan elektronik dan
komputer membuat PLC dalam volume yang besar. Meskipun industri peralatan mesin CNC
telah digunakan beberapa waktu yang lalu, PLC tetap digunakan. PLC juga digunakan untuk
sistem otomatisasi building dan juga security control system.
Sekarang sistem kontrol sudah meluas hingga keseluruh pabrik dan sistem kontrol total
dikombinasikan dengan kontrol feedback, pemrosesan data, dan sistem monitor terpusat. Saat ini
PLC sudah menjadi alat yang cerdas, yang merupakan kebutuhan utama di industri modern. PLC
modern juga sebagai alat yang dapat mengakuasi data dan menyimpannya.

PLC sebenarnya adalah suatu sistem elektronika digital yang dirancang agar dapat
mengendalikan mesin dengan proses mengimplementasikan fungsi nalar kendali sekuensial,
operasi pewaktuan (timing), pencacahan (counting), dan aritmatika.
PLC tidak lain adalah komputer digital sehingga mempunyai processor, unit memori, unit
kontrol, dan unit I/O, PLC berbeda dengan komputer dalam beberapa hal, yaitu :
• PLC dirancang untuk berada di lingkungan industri yang mungkin banyak debu, panas,
guncangan, dan sebagainya.
• PLC harus dapat dioperasikan serta dirawat dengan mudah oleh teknisi pabrik.
• PLC sebagian besar tidak dilengkapi dengan monitor, tetapi dilengkapi dengan peripheral port
yang berfungsi untuk memasukkan program sekaligus memonitor data atau program.
Sebagian besar PLC dapat melakukan operasi sebagai berikut :
1. Relay Logic
2. Penguncian ( Locking )
3. Pencacahan ( Counting )
4. Penambahan
5. Pengurangan
6. Pewaktuan ( Timing )
7. Kendali PID
8. Operasi BCD
9. Manipulasi Data
10. Pembandingan
11. Pergeseran

Kehandalan PLC (Programmable Logic Controller)

- Flexibility
Pada awalnya, setiap mesin produksi yang dikendalikan secara elektronik memerlukan masing-
masing kendali, misalnya 12 mesin memerlukan 12 kontroler. Sekarang dengan menggunakan
satu model dari PLC dapat mengendalikan salah satu dari 12 mesin tersebut. Tiap mesin
dikendalikan dengan masing-masing program sendiri.

- Perubahan implementasi dan koreksi error


Dengan menggunakan tipe relay yang terhubung pada panel, perubahan program akan
memerlukan waktu untuk menghubungkan kembali panel dan peralatan. Sedangkan dengan
menggunakan PLC untuk melakukan perubahan program, tidak memerlukan waktu yang lama
yaitu dengan cara merubahnya pada sebuah software. Dan jika kesalahan program terjadi, maka
kesalahan dapat langsung dideteksi keberadaannya dengan memonitor secara langsung.
Perubahannya sangat mudah, hanya mengubah diagram laddernya.

- Harga yang rendah


PLC lebih sederhana dalam bentuk, ukuran dan peralatan lain yang mendukungnya, sehingga
harga dapat dijangkau. Saat ini dapat dibeli PLC berikut timer, counter, dan input analog dalam
satu kemasan CPU. PLC mudah di dapat dan kini sudah banyak beredar di pasaran dengan
bermacam-macam merk dan tipe.

- Jumlah kontak yang banyak


PLC memiliki jumlah kontak yang banyak untuk tiap koil yang tersedia. Misal panel yang
menghubungkan relay mempunyai 5 kontak dan semua digunakan sementara pada perubahan
desain diperlukan 4 kontak lagi yang berarti diperlukan penambahan satu buah relay lagi. Ini
berarti diperlukan waktu untuk melakukan instalasinya. Dengan menggunakan PLC, hanya
diperlukan pengetikan untuk membuat 4 buah kontak lagi. Ratusan kontak dapat digunakan dari
satu buah relay, jika memori pada komputer masih memungkinkan.
- Memonitor hasil
Rangkaian program PLC dapat dicoba dahulu, ditest, diteliti dan dimodifikasi pada kantor atau
laboratorium, sehingga efisiensi waktu dapat dicapai. Untuk menguji program PLC tidak harus
diinstalasikan dahulu ke alat yang hendak dijalankan, tetapi dapat dilihat langsung pada CPU
PLC atau dilihat pada software pendukungnya.

- Observasi visual
Operasi dari rangkaian PLC dapat dilihat selama dioperasikan secara langsung melalui layar
CRT. Jika ada kesalahan operasi maupun kesalahan yang lain dapat langsung diketahui. Jalur
logika akan menyala pada layar sehingga perbaikan dapat lebih cepat dilakukan melalui
observasi visual. Bahkan beberapa PLC dapat memberikan pesan jika terjadi kesalahan.

- Kecepatan operasi
Kecepatan operasi dari PLC melebihi kecepatan operasi daripada relay pada saat bekerja yaitu
dalam beberapa mikro detik. Sehingga dapat menentukan kecepatan output dari alat yang
digunakan.

- Metode bolean atau ladder


Program PLC dapat dilakukan dengan diagram ladder oleh para teknisi atau juga menggunakan
sistem bolean atau digital bagi para pemrogram PLC yang lebih mudah dan dapat disimulasikan
pada software pendukungnya.

- Reliability
Peralatan solid state umumnya lebih tahan dibandingkan dengan relay atau timer mekanik. PLC
mampu bekerja pada kondisi lingkungan yang berat, misalnya goncangan, debu, suhu yang
tinggi, dan sebagainya.

- Penyederhanaan pemesanan komponen


PLC adalah satu peralatan dengan satu waktu pengiriman. Jika satu PLC tiba, maka semua relay,
counter, dan komponen lainnya juga tiba. Jika mendesain panel relay sebanyak 10 relay, maka
diperlukan 10 penyalur yang berbeda pula waktu pengirimannya, sehingga jika lupa memesan
satu relay akan berakibat tertundanya pengerjaan suatu panel.

- Dokumentasi
Mencetak rangkaian PLC dapat dilakukan segera secara nyata sebagian atau keseluruhan
rangkaian tanpa perlu melihat pada blueprint yang belum tentu up to date, dan juga tidak perlu
memeriksa jalur kabel dengan rangkaian.

-nKeamanan
Program PLC tidak dapat diubah oleh sembarang orang dan dapat dibuatkan password.
Sedangkan panel relay biasa memungkinkan terjadinya perubahan yang sulit untuk dideteksi.
- Memudahkan perubahan dengan pemrograman ulang.
PLC dapat dengan cepat diprogram ulang, hal ini memungkinkan untuk mencampur proses
produksi, sementara produksi lainnya sedang berjalan.

Disamping beberapa kehandalan di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa PLC juga mempunyai
beberapa kelemahan antara lain :
- Teknologi baru
Sulit untuk mengubah pola pikir beberapa personil yang telah lama menggunakan konsep relay
untuk berubah kekonsep PLC komputer.

- Aplikasi program yang tetap


Beberapa aplikasi dari proses produksi merupakan aplikasi yang tidak akan berubah selamanya
sehingga keunggulan dari pada PLC untuk mengubah program menjadi tidak berguna.

- Kondisi lingkungan
Lingkungan proses tertentu seperti panas yang tinggi dan getaran ,interferensi dengan peralatan
listrik lain membuat keterbatasan pemakaian PLC.

- Pengoperasian yang aman


Pada penggunaan sistem relay, jika sumber daya padam akan langsung mematikan seluruh
rangkaian dan tidak secara otomatis bekerja kembali PLC akan langsung menjalankan proses
yang di program, namun hal ini tergantung dari program yang dibuat.

- Operasi pada rangkaian yang tetap


Jika suatu rangkaian operasi tidak pernah diubah, seperti misalnya drum mekanik , lebih murah
jika tetap menggunakan konsep relay dari pada menggunakan PLC.

Keunggulan PLC dibanding Sistem Konvensional


Salah satu keunggulan PLC dibanding sistem konvensional kontrol panel adalah sebagai berikut :
• Pada Progammable Logic Controller :
1. Pengawatan lebih sedikit.
2. Perawatan relatif mudah .
3. Pelacakan sistem lebih sedarhana.
4. Konsumsi daya relatif rendah.
5. Dokumentasi gambar lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti.
6. Modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat.
• Pada Sistem Konvensional Kontrol Panel:
1. Pengawatan lebih kompleks.
2. Perawatan membutuhkan waktu yang lama.
3. Pelacakan kesalahan membutuhkan waktu yang lama.
4. Konsumsi daya yang relatif tinggi.
5. Dokumentasi gambar lebih banyak.
6. Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang lama.
Hal-hal yang dapat dikerjakan oleh PLC
Sebagai kontrol urutan mempunyai fungsi:
1. Pengganti relay kontrol logika konvensional.
2. Pewaktu/pencacah (Timer / counter).
3. Pengganti pengontrol PCB card.
4. Mesin kontrol ( auto / semi auto/manual ).

Sebagai kontrol yang canggih mempunyai fungsi:


1. Operasi aritmatika.
2. Penanganan informasi.
3. Kontrol analog ( suhu, tekanan, dan lain-lain ).
4. PID ( Proporsional-Integral-Diferensial).
5. Kontrol motor servo.
6. Kontrol motor stepper.

Sebagai kontrol pengawasan mempunyai fungsi:


1. Proses monitor dan alarm.
2. Monitor dan diagnosa kesalahan.
3. Antarmuka dengan komputer (RS- 23C/ RS-422).
4. Antarmuka printer / ASCII.
5. Jaringan kerja otomatisasi pabrik.
6. Local Area Network.
7. Wibe Area Network.
8. FMS (Flexible Manufacturing System), CIM ( Computer Integrated Manufacturing ), FA (
factory automation ).

Konfigurasi Programmable Logic Controller

PLC mempunyai konfigurasi yang terdiri dari 6 bagian utama yaitu:


- Unit Power Supply
Unit ini berfungsi untuk memberikan tegangan pada blok CPU PLC, biasanya berupa switching
power supply.

- CPU (Central Processing Unit) PLC


Unit merupakan otak dari PLC, disinilah program akan diolah sehingga sistem kontrol yang telah
kita desain bekerja seperti yang kita inginkan. CPU PLC sangat bervariasi macamnya tergantung
pada masing-masing merk dan tipe PLC-nya.

- Memori unit
RAM : Random Acces Memory
EPROM : Eraseable Progammable Read Only Memory
EEPROM : Electrical Eraseable Programmable Read Only Memory.
- Input unit ( sebagai contoh PLC Omron )
Input digital: Input Point Digital
o DC 24 V input
o DC 5 V input / TTL (Transistor Transistor Logic)
o AC/DC 24 V input
o AC 110 V input
o AC 220 V input

Input analog : Input Point Linear


• 0 – 10 V DC
• -10 V DC – 10 V DC
• 4 – 20 mA DC

- Output unit
Output digital : Output Point Digital 1.
o Relay Output
o AC 110 V output
o AC 220 V output
o DC 24 V output,tipe PNP dan tipe NPN.

Output analog : Output Point Linier


• 0 – 1 V DC
• -10 V DC – 10 V DC
• 4 – 20 mA DC

- Peripheral
Yang termasuk dalam peripheral adalah :
1. SSS (Sysmac Support Software)
2. PROM writer
3. GPC (Graphic Programming Console)
4. FIT (Factory Intelegent Terminal)

Perangkat Keras Programmable Logic Controller


Programmable Logic Controller dapat berarti sebagai alat pengendali logika yang dapat
diprogram. PLC ini merupakan perangkat kontrol yang menerima data input dari luar yang
ditransfer dalam bentuk keputusan yang bersifat logika dan disimpan dalam memori. PLC
mempunyai perangkat keras yang berupa CPU (Central Processing Unit), modul input dan
output, memori serta piranti program.
Ketika PLC bekerja , saat itu juga PLC mengakses data input dan output, menjalankan program
instruksi, serta menjalankan peralatan eksternal.
Central Processing Unit
Central Processing Unit (CPU) merupakan pusat pengolah dan pengontrol data dari seluruh
sistem kerja PLC. Proses yang dilakukan oleh CPU ini antara lain adalah mengontrol semua
operasi, mengolah program yang ada dalam memori, serta mengatur komunikasi antara input-
output, memori dan CPU melalui sistem BUS. CPU juga berfungsi menjalankan dan mengolah
fungsi-fungsi yang diinginkan berdasarkan program yang telah ditentukan.

Memori
Agar PLC dapat bekerja sesuai harapan maka dibutuhkan suatu program untuk menjalankannya.
Program tersebut harus disimpan dengan cara tertentu agar PLC dapat mengakses perintah-
perintah sesuai yang diinstruksikan. Disamping itu juga diperlukan untuk menyimpan data
sementara selama pelaksanaan program.

Model Input Output


Model input output merupakan piranti yang menghubungkan antara PLC dengan peralatan yang
dikendalikannya. Sebagai contoh pada PLC OMRON rata-rata mempunyai 16 built-in input yang
terpasang pada unit 0 CH ( zero channel ). Namun demikian jumlah ini dapat ditambah dengan
memasang unit ekspansi I/O. Model input atau output tambahan ini dapat dipasang secara bebas
sesuai dengan kebutuhan.

Programming Console
Perangkat ini merupakan panel pemrograman yang didalamnya terdapat RAM (Random Access
Memory) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan semi permanen pada sebuah program
yang sedang dibuat atau dimodifikasi. Program yang dituliskan ke dalam console harus dalam
bentuk mnemonic. Perangkat ini dapat dihubungkan langsung ke CPU dengan menggunakan
kabel ekstention yang dapat dipasang dan dilepas setiap saat. Apabila proses eksekusi program
telah melewati satu putaran maka panel (Programming Console) ini dapat dicabut dan
dipindahkan ke CPU lain, sedangkan CPU yang pertama tadi masih tetap bisa untuk menjalankan
programnya, tetapi harus pada posisi RUN atau MONITOR
PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER dan TEKNIK PERANCANGAN SISTEM
KONTROL (Iwan Setiawan) (ISBN : ISBN 979-763-099-4, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006)
Deskripsi Buku: Hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa PLC dewasa ini telah memegang
peranan penting dalam sistem kontrol yang umum terjadi di Industri. Aplikasi PLC ini dapat kita
jumpai pada berbagai industri modern, mulai dari sistem pembangkitan tenaga, Pengecetan
mobil, pengeboran, sampai industri pengepakan makanan. Buku ini mencoba membahas
berbagai aspek yang berkaitan dengan PLC beserta aplikasinya dengan mengambil contoh-
contoh persoalan nyata yang umum dijumpai di industri dan kehidupan sehari-hari. Secara umum
pembahasan pada buku ini tidak mengacu pada merk atau tipe PLC tertentu, hal ini dilakukan
agar pembaca mendapatkan gambaran yang luas tentang PLC dan tidak terpaku pada salah satu
merk PLC saja. Walaupun demikian penggunaan beberapa instruksi PLC dengan mengacu pada
vendor tertentu pada buku ini tidak dapat dihindari, hal tersebut dikarenakan nama instruksi
untuk fungsi yang sama dapat berbeda untuk setiap vendor PLC. Dengan alasan kemudahan dan
kesederhanaan, maka secara khusus pembahasan fungsi diluar simbol relay dan kontaktornya,
seperti fungsi-fungsi yang berkaitan dengan timer, counter dan sebagainya secara intensif akan
mengacu pada PLC keluaran perusahaan LG yang cukup populer di pasaran. Tetapi dengan
pertimbangan bahwa PLC merk OMRON juga banyak digunakan di industri, maka dalam tulisan
ini dibahas pula instruksi – instruksi PLC OMRON secara singkat dalam box catatan. Buku ini
ditujukan terutama untuk mahasiswa Teknik yang mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan
bidang kontrol proses dan otomatisasi (di teknik Elektro Undip nama mata kuliahnya adalah
Sistem Kontrol Manufacturing yang penulis ampu), selain itu juga sangat bermanfaat bagi para
praktisi bidang otomatisasi sebagai bahan penyegaran serta siapa saja yang tertarik untuk
mempelajari subjek ini. Pada dasarnya tidak ada syarat latar belakang pengetahuan khusus untuk
dapat memahami buku ini. Materi pada buku ini disusun dengan menyeimbangkan pembahasan
aspek perangkat keras PLC dan pemrogramannya, selain itu diperkaya juga oleh contoh-contoh
soal beserta penyelesaiannya dalam berbagai bidang kontrol. DAFTAR ISI Kata Pengantar
Daftar Isi Bab I Pengenalan PLC 1.1 Sejarah dan perkembangan PLC 1 1.2 Prinsip Kerja PLC 4
1.3. Perbandingan PLC dengan jenis Kontroller lainnya 8 • PLC versus kontrol Relay 8 • PLC
versus Mikrocontroller 9 • PLC versus Personal Computer (PC) 9 1.4. Diagram Ladder dan PLC
10 1.5. Simbol-simbol Kontaktor pada PLC 14 1.6. Contoh-Contoh Soal dan Penyelesaian 18
1.7. Soal-Soal 42 Bab 2 Perangkat Keras PLC serta Pendukungnya 2.1. Prosesor 47 2.2. Unit
Power Supply 49 2.3. Perangkat Pemrograman 50 • Miniprogrammer 50 • Personal Computer 51
2.4. memori 53 2.4.1. Struktur dan Kapasitas Memori 53 2.4.2. Organisasi dan Interaksi Memori
dengan Sistem Input/Output 55 2.4.3. Pemetaan memori Praktis Pada PLC 59 2.5. Contoh-
Contoh Soal dan Penyelesaian 60 2.6. Soal – Soal 64 Bab 3 Koneksi Peralatan dengan Modul
Input/Output Diskret Pada PLC 3.1. Jenis Input PLC 65 3.1.1. Input Tegangan DC 67 3.1.2.
Input Tegangan AC 68 3.1.3. Input Tegangan DC/AC 69 3.2. Jenis Output PLC 70 3.2.1. Output
Jenis Relay 70 3.2.2. Output Jenis Transistor 72 3.2.3. Output Jenis Triac 73 3.3. Modul
Input/output Praktis pada PLC 73 3.4. Peralatan/Sensor Tiga Terminal 75 3.4.1. Sourching
Sensor 75 3.4.2. Sinking Sensor 76 3.5. Contoh-Contoh Soal dan Penyelesaian 77 3.6. Soal-Soal
79 Bab 4 Komponen Latch, Timer, Counter, dan Fungsi-fungsi Penting Pada PLC 4.1. Latch 83
4.2. Timer 84 4.3. Counter 86 4.4. MCR (Master Control Relay) 88 4.5. Fungsi-fungsi Penting
Lainnya 91 • Differensial Up dan Differensial Down 91 • ADD 92 • Substract (SUB) 93 •
Compare (CMP) 93 • END 94 4.6. Contoh-contoh Soal dan Penyelesaian 94 4.7. Soal-Soal 103
Bab 5 Konsep Logika dan Perancangan Program PLC Dasar 5.1. Konsep Bilangan Biner 105
5.2. Fungsi-fungsi Logika Dasar 106 5.3. Aljabar Boolean 109 5.4. Perancangan Diagram Ladder
berdasarkan Tabel Kebenaran 112 5.5. Penyederhanaan Logika Program dengan Peta Karnaugh
113 5.6. Contoh-contoh Soal dan Penyelesaian 116 5.7. Soal-soal 122 Bab 6 Perancangan
Diagram Ladder dengan Menggunakan pendekatan Diagram Alir 6.1. Implementasi Ladder PLC
dengan Blok-blok Logika 127 6.2. Implementasi Ladder PLC dengan Metode Aliran Bit 133 6.3.
Soal-soal 136 Bab 7 Perancangan Diagram Ladder dengan Pendekatan Diagram Keadaan 7.1.
Implementasi ladder PLC dengan Blok Logika 142 7.2. Implementasi Ladder PLC dengan
Persamaan Transisi State 146 7.3. Contoh-contoh Soal dan Penyelesaian 149 7.4. Soal-soal 169
Bab 8 Elemen-elemen umum serta aspek Keamanan Dalam Perancangan Diagram Ladder 8.1.
Konsep dan Elemen Dasar Penyusun Diagram Ladder 173 8.2. Pertimbangan-Pertimbangan
Aspek Safety pada Perancangan Diagram Ladder dan Sistem Kontrol 178 8.3. Beberapa Contoh
Studi kasus lain pada Perancangan Diagram Ladder dengan Memperhitungkan Aspek-Aspek
Keamanan 181 8.4. Ringkasan Pertimbangan Aspek-aspek keamanan dalam Perancangan 185
Daftar Pustaka 187 Deskripsi materi tiap-tiap bab: BAB 1 PENGENALAN PLC DAN
DIAGRAM LADDER Programmable Logic Controller (PLC) pada dasarnya adalah sebuah
komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses atau mesin. Proses yang
dikontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinyu seperti pada sistem-sistem servo atau
hanya melibatkan kontrol dua keadaan (On/Off) saja tapi dilakukan secara berulang-ulang seperti
umum kita jumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya. Gambar 1.1
berikut memperlihatkan konsep pengontrolan yang dilakukan oleh sebuah PLC. Proses / M esin
PLC Input Output Gambar 1.1. Diagram konseptual aplikasi PLC Walaupun istilah PLC secara
bahasa berarti pengontrol logika yang dapat diprogram, tapi pada kenyataannya PLC secara
fungsional tidak lagi terbatas pada fungsi-fungsi logika saja. Sebuah PLC dewasa ini dapat
melakukan perhitungan-perhitungan aritmatika yang relative kompleks, fungsi komunikasi,
dokumentasi dan lain sebagainya ( Sehingga dengan alasan ini dalam beberapa buku manual,
istilah PLC sering hanya ditulis sebagai PC - Programmable Controller saja). Dalam bab ini kita
akan membahas PLC secara umum dimulai dari sejarah dan perkembangan PLC, prinsip kerja,
perbandingan PLC dengan jenis kontroler lainnya dan terakhir yang paling penting adalah materi
diagram ladder. Pembahasan mengenai diagram ladder ini akan meliputi diagram ladder
elektromekanis serta diagram ladder format PLC-nya. Untuk mempercepat pemahaman,
beberapa teori yang berkaitan dengan komponenkomponen penyusun diagram ini secara khusus
akan diberikan dalam contoh-contoh soal yang cukup beragam. Perlu ditekankan disini, contoh
soal yang diberikan pada dasarnya tidak ditujukan secara langsung untuk tujuan perancangan,
tetapi semata-mata sebagai latihan menganalisis prinsip kerja sistem kontrol dalam bentuk
diagram ladder. BAB 2 PERANGKAT KERAS PLC SERTA PENDUKUNGNYA Sebagaimana
telah sedikit disinggung pada bab sebelumnya, Perangkat keras PLC pada dasarnya tersusun dari
empat komponen utama berikut: Prosesor, Power supply, Memori dan Modul Input/Output.
Secara fungsional interaksi antara ke-empat komponen penyusun PLC ini dapat diilustrasikan
pada gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1. Interaksi Komponen-komponen sistem PLC Dalam hal ini
prosesor akan mengontrol peralatan luar yang terkoneksi dengan modul output berdasarkan
kondisi perangkat input serta program ladder yang tersimpan pada memori PLC tersebut. Dalam
bab ini selain akan dibahas ke-empat komponen diatas secara praktis, kita juga akan meninjau
secara sekilas Miniprogramer dan PC sebagai komponen pemrograman PLC. Khusus materi
yang berkaitan dengan memori, dalam bab ini kita akan membahasnya secara lebih detail, hal ini
dikarenakan pengetahuan memori dan pemetaannya merupakan salah satu dasar yang paling
penting dalam memprogram PLC secara benar dan efisien. Walaupun secara umum pemetaan
memori PLC relative sama, tapi secara teknis ada beberapa perbedaan (terutama istilah) untuk
setiap PLC dari vendor yang berbeda. Pada bagian akhir bab ini kita akan melihat dan
membandingkan pemetaan praktis dua buah PLC jenis mikro dengan vendor yang berbeda
(Sebagai studi kasus, disini dipilih PLC produk perusahaan OMRON dan PLC produk LG). BAB
3 KONEKSI PERALATAN DENGAN MODUL INPUT/OUTPUT DISKRET PADA PLC
Sistem input/output diskret pada dasarnya merupakan antarmuka yang mengkoneksikan central
processing unit (CPU) dengan peralatan input/output luar. Lewat sensor-sensor yang terhubung
dengan modul ini, PLC mengindra besaran-besaran fisik (posisi,gerakan, level, arus, tegangan)
yang terasosiasi dengan sebuah proses atau mesin. Berdasarkan status dari input dan program
yang tersimpan di memori PLC, CPU mengontrol perangkat luar yang terhubung dengan modul
output seperti diperlihatkan kembali pada gambar 3.1 dibawah ini: CPU O U T P U T I N P U T
Gambar 3.1. Diagram blok CPU dan modul input/ouput Secara fisik rangkaian input/output
dengan unit CPU tersebut terpisah secara kelistrikan, hal ini untuk menjaga agar kerusakan pada
peralatan input/output tidak menyebabkan hubung singkat pada unit CPU. Isolasi rangkaian
modul dari CPU ini umumnya menggunakan rangkaian optocoupler. Dalam bab ini kita akan
membahas jenis-jenis modul input/output diskret yang umum dijumpai pada sebuah PLC, serta
bagaimana mengkoneksikan peralatan dengan modul tersebut. Pada bagian terakhir, kita juga
akan membahas sensor jenis Transistor (dikenal juga dengan istilah sourching/sinking sensor)
dan cara mengkoneksikannya dengan PLC. Pemahaman materi yang dijelaskan pada bab ini
sangat penting, mengingat setiap modul input/output ini memiliki keterbatasan dan kelebihan
masing-masing, sehingga jika kita akan membeli sebuah PLC, Unit yang kita pilih benar-benar
tepat untuk aplikasi yang kita rancang. BAB 4 KOMPONEN LATCH, TIMER, COUNTER,
DAN FUNGSI-FUNGSI PENTING PADA PLC Seiring dengan bertambahnya kompleksitas
proses yang akan dikontrol, maka kebutuhan akan program yang sifatnya canggih tentunya juga
semakin meningkat. Dewasa ini banyak proses-proses di industri yang secara praktis
membutuhkan program yang mampu mendukung fungsi-fungsi tambahan diluar fungsi relay
sebagai komponen standar sebuah diagram ladder. Dengan perkembangan perangkat keras dan
perangkat lunak PLC yang begitu luar biasa, Dewasa ini hampir semua PLC praktis yang beredar
dipasaran telah dilengkapi dengan berbagai instruksi yang sangat beragam. Jenis instruksi pada
PLC ini pada dasarnya dapat kita katagorikan kedalam beberapa kelompok berikut ini: ¾
Kelompok instruksi dasar : instruksi – instruksi yang termasuk katagori ini merupakan instruksi
dasar logika, seperti NOT, AND, dll. ¾ Kelompok instruksi Perbandingan (Comparison):
instruksi-instruksi yang termasuk katagori ini berkaitan dengan operasi-operasi perbanding. ¾
Kelompok instruksi Timer/Counter: Instruksi-instruksi yang berkaitan dengan operasi timer dan
counter ¾ Kelompok instruksi Aritmatika: instruksi-instruksi untuk operasi aritmatika ¾
Kelompok instruksi operasi Logika: Instruksi-instruksi untuk mengeksekusi operasioperasi
logika ¾ Kelompok instruksi Rotasi/Geser : Instruksi-instruksi yang berkaitan dengan operasi
penggeseran dan rotasi data ¾ Kelompok instruksi Konversi: Instruksi-instruksi yang berkaitan
dengan pengubahan tipe data ¾ Kelompok instruksi Manipulasi Data: Instruksi-instruksi yang
berkaitan dengan manipulasi data ¾ Kelompok instruksi Transfer Data: Instruksi-instruksi yang
berkaitan dengan transfer, penyalinan, dan pertukaran data ¾ Kelompok instruksi
Lompat/Interupsi: Instruksi-instruksi yang berkaitan dengan operasi lompat dan interupsi. ¾
Kelompok instruksi Sistem: Instruksi-instruksi yang berkaitan dengan deteksi kesalahan ¾
Kelompok instruksi Komunikasi: Instruksi-instruksi yang berkaitan dengan pertukaran data
dengan perangkat luar lewat komunikasi serial Secara khusus pada bab ini kita akan membahas
komponen-komponen soft PLC seperti timer, counter internal serta fungsi penting lain yang
banyak digunakan dalam aplikasi sistem kontrol sekuensial di industri. Karena nama-nama
fungsi yang berkaitan dengan komponen-komponen tersebut sangat spesifik untuk setiap vendor
PLC, maka untuk memudahkan pembahasan, dalam bab ini penjelasannya akan mengacu pada
salah satu merk PLC saja yaitu PLC produk dari LG dan sebagai bahan perbandingan, disini
akan diberikan juga instruksi padanannya dalam format PLC OMRON dalam box catatan (jika
ada). Untuk mempercepat pemahaman tentang materi ini, maka sebaiknya kita mencoba
memprogramnya secara langsung dalam perangkat lunak pemrograman PLC merk LG yaitu
KGL ( dapat didownload pada alamat situs http:// www.lgis.lg.co. Atau menghubungi penulis
lewat e-mail dengan alamat iwan@elektro.ft.undip.ac.id) BAB 5 KONSEP LOGIKA DAN
PERANCANGAN PROGRAM PLC DASAR Operasi kontrol sekuensial yang umum dijumpai
di industri pada dasarnya hanya tersusun dari fungsi-fungsi kombinasi logika sederhana berikut:
AND, OR dan NOT. Tergantung pada proses yang akan dikendalikan, kombinasi fungsi logika
tersebut bersama-sama dengan timer dan counter atau fungsi lainnya (kalau ada) akan
membentuk rangkaian logika kontrol yang diharapkan. Khusus dalam bab ini, kita hanya akan
membahas fungsi-fungsi logika dasar serta representasi diagram ladder PLC-nya pada sistem
kontrol kombinatorial saja. Sifat dari sistem kombinatorial ini adalah output sistem kontrol pada
saat tertentu hanya tergantung input sistem kontrol saat itu juga, sehingga analisis dan
perancangannya pun relatif lebih mudah. Sedangkan output sistem kontrol sekuensial pada satu
saat selain tergantung pada input saat itu, juga tergantung pada input-input sebelumnya, sehingga
analisis dan perancangannya pun relatif lebih sukar. Dengan alasan ini maka pembahasan dan
perancangan sistem kontrol sekuensial akan kita tunda sampai bab selanjutnya. Kecuali
disebutkan secara jelas, dalam bab ini representasi diagram ladder PLC untuk sebuah rangkaian
gerbang kombinatorial tertentu akan selalu mengasumsikan peralatan atau sensor yang terhubung
dengan modul input PLC tersebut memiliki tipe atau jenis NO. Hal ini penting untuk ditekankan
disini, karena secara praktis peralatan atau sensor yang terhubung ini dapat memiliki salah satu
tipe berikut: NO atau NC. BAB 6. PERANCANGAN DIAGRAM LADDER DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIAGRAM ALIR Diagram alir (Flowchart) pada dasarnya
adalah suatu metoda untuk menggambarkan aliran proses suatu operasi. Berdasarkan sifatnya,
diagram ini sangat cocok diimplementasikan dengan menggunakan algoritma yang ditulis
dengan menggunakan komputer baik menggunakan bahasa aras rendah (misal assembler)
maupun bahasa aras tinggi (misalnya Pascal, C dan lain sebagainya). Gambar 6.1 dibawah ini
memperlihatkan simbol-simbol yang umum digunakan dalam sebuah diagram alir. Start/Stop
Proses/operasi Keputusan Subroutine Data Gambar 6.1. Simbol-simbol flowchart Dalam
kaitannya dengan penggunaan simbol-simbol tersebut, tidak seperti pada perancangan perangkat
lunak untuk sistem-sistem basis data, pengolahan kata, dan aplikasi komputer lainnya, Diagram
alir yang digunakan untuk menggambarkan sebuah proses kontrol pada umumnya tidak selalu
harus diakhiri oleh blok atau simbol Stop (endless), Karena berdasarkan sifatnya, sistem-sistem
kontrol yang diimplementasikan dalam perangkat keras (dalam hal ini misal PLC) harus selalu
dalam keadaan stand by :siap menunggu perintah, jika misalnya perintah telah selesai
dilaksanakan maka sistem tersebut tidak otomatis berhenti, tetapi umumnya kembali lagi pada
keadaan stand by atau keadaan menunggu lagi. Hal tersebut banyak kita jumpai pada perangkat-
perangkat sistem kontrol seperti mesin ATM, mesin Antrian, Lift, Konveyor dan lain sebagainya.
Walaupun diagram alir sangat cocok digunakan untuk menggambarkan sebuah aliran proses,
pengimplementasian diagram alir ini kedalam bentuk diagram laddernya tidak dapat dilakukan
secara langsung tanpa menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis dan terstruktur. Hal ini
dikarenakan sifat kedua diagram tersebut jelas-jelas berbeda (diagram alir prosesnya memiliki
sifat serial, sedangkan diagram ladder memiliki sifat paralel) Dalam bab ini kita akan membahas
pengimplementasian diagram alir ini ke dalam bentuk diagram laddernya dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang sangat terstruktur: (1) pendekatan blok-blok logika dan (2)
pendekatan aliran bit. Seperti akan terlihat nanti. Pendekatan-pendekatran ini akan selalu
menghasilkan jumlah anak tangga yang relatif besar. BAB 7. PERANCANGAN DIAGRAM
LADDER DENGAN PENDEKATAN DIAGRAM KEADAAN Diagram Keadaan (State
diagram) pada dasarnya adalah salah satu metoda untuk menggambarkan proses operasi sebuah
sistem. Sistem berbasis keadaan dapat digambarkan dengan keadaan-keadaan sistem tersebut dan
transisi diantaranya (transisi ini terjadinya hanya sesaat). Gambar 7.1 dibawah ini
memperlihatkan contoh diagram state sederhana, dimana diagram tersebut memiliki dua buah
keadaan yaitu State A dan State B. Jika sistem tersebut berada dalam keadaan State A dan terjadi
masukan A maka sistem akan bertransisi menuju State B, dan sebaliknya jika sistem ada dalam
state B kemudian terjadi masukan B maka sistem akan menuju State A. Secara praktis
perancangan berbasis state ini juga umumnya membutuhkan masukan awal (inisial) yang
berfungsi untuk memicu sistem menuju salah satu state yang dikehendaki. Untuk kasus sistem
kontrol dengan PLC, sebagai masukan pemicu umumnya dipilih special bit First Scanning (FS)
sedangkan jika implementasinya menggunakan diagram ladder elektromekanis, masukan pemicu
dapat dipilih sebuah tombol atau masukan luar lainnya. Gambar 7.1. Contoh diagram State
sederhana Bentuk diagram state seperti terlihat pada gambar 7.1 diatas dapat saja
menggambarkan sebuah sistem kontrol lampu otomatis seperti terlihat pada gambar 7.2 dibawah
ini: Gambar 7.2. Diagram State kontrol lampu otomatis Berdasarkan gambar 7.2 tersebut terlihat
bahwa ketika sistem kontrol dihidupkan (sistem on), maka sistem akan menuju state Lampu
mati. Jika PB_ON ditekan atau terdeteksi adanya gerakan, maka sistem akan bertransisi menuju
State Lampu hidup. Ketika sistem sekarang berada di State Lampu hidup dan waktu satu jam
telah berlalu (timer 1 jam) atau PB_OFF ditekan maka sistem sekarang akan menuju state Lampu
mati, dan seterusnya. Secara teknis, transisi state yang ditunjukan oleh tanda panah umumnya
dipicu oleh kombinasi masukan-masukan sistem tersebut sedangkan keluaran sistem untuk setiap
state tidak ditulis dalam diagram tersebut tetapi diberikan dalam sebuah tabel lain. Seperti
terlihat pada contoh gambar 7.3 dibawah: (a) State P Q R S0 0 1 1 S1 1 0 1 S2 1 1 0 (b) Gambar
7.3. Contoh diagram State beserta kombinasi outputnya Terlihat dari gambar diatas, bahwa
sistem kontrol tersebut memiliki enam buah masukan (A,B,C,D,E dan F) dan tiga buah state (S0,
S1 dan S2). Setiap transisi antara state dipicu oleh kombinasi dari masukan-masukannya (misal
jika sistem tersebut berada pada state S2 dan terjadi kombinasi masukan E(C+D+F), maka sistem
tersebut sekarang akan bertransisi menuju S1, jika tidak maka sistem tersebut akan tetap berada
di state S2. Sedangkan tabel dibawahnya (gambar 7.3(b)) menunjukan kombinasi output yang
mungkin terjadi untuk setiap state tersebut: output P akan On (1) jika sistem berada pada state S1
atau S2, dan seterusnya. Perlu ditekankan disini bahwa perancangan sistem kontrol dengan
menggunakan pendekatan diagram state ini umumnya bersifat subjektif dan memerlukan
pemikiran dan kehati-hatian yang mendalam, sedangkan transformasi diagram state yang didapat
kedalam ladder-nya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan terstruktur
dan sistematis yang akan dibahas belakangan. Salah satu keuntungan nyata perancangan program
ladder dengan menggunakan pendekatan ini adalah program lebih terstruktur sehingga mudah
untuk merancang dan menganalisisnya. Untuk sebuah proyek atau aplikasi sistem kontrol yang
baru. Biasanya perancangan sistem dimulai dengan deskripsi operasi sistem kontrol yang
diinginkan (umumnya berupa narasi). Deskripsi ini kemudian ditransformasikan kedalam state-
state yang mungkin terjadi pada sistem tersebut (state-state ini umumnya dibuat berdasarkan
kombinasi yang mungkin terjadi atau diharapkan pada output sistem kontrol tersebut), Langkah
selanjutnya setelah state-state ini didapat adalah menggambarkan aliran logika operasi antara
state ini sehingga membentuk diagram state lengkap. Untuk lebih jelasnya perhatikan
permasalahan sistem kontrol konveyor berikut ini (lihat contoh 1.6): Rancanglah sistem kontrol
konveyor seperti terlihat pada gambar 7.4 dibawah ini sehingga operasinya adalah sebagai
berikut: Pada saat PB start ditekan, konveyor Box bergerak. Setelah terdeteksi kehadiran Box
(Sensor SE B On), konveyor Box ini berhenti dan konveyor apel bergerak. Sensor SE A akan
menghitung sampai 12 apel setelah itu konveyor apel berhenti dan konveyor Box berjalan lagi.
Counter akan direset dan operasi akan terus berulang sampai PB Stop ditekan. Gambar 7.4.
Sistem konveyor untuk pengepakan Untuk menyelesaikan permasalahan diatas langkah pertama
adalah mengidentifikasi masukan dan keluaran sistem tersebut, dalam hal ini ada empat buah
masukan dan dua keluaran: Input PB Start : Push Button Untuk memulai proses (NO) PB Stop :
Push button untuk menghentikan operasi (NO) SE A : Sensor kehadiran Apel (NO) SE B :
Sensor Kehadiran Box (NO) Output RMA : Relay penggerak motor konveyor Apel (NO) RMB :
Relay penggerak motor konveyor Box (NO) Dalam kaitannya dengan kombinasi output yang
mungkin terjadi untuk permasalahan diatas pada dasarnya hanya ada tiga buah state yang
relevan: Kedua konveyor mati (State 0), konveyor apel bergerak sedangkan konveyor Box mati
(State 1), dan konveyor apel mati sedangkan konveyor Box hidup (State 2). Perhatikan bahwa
untuk kasus sistem kontrol yang diharapkan diatas tentunya tidak mungkin kedua konveyor
tersebut hidup. Untuk lebih ringkasnya kita gambarkan keadaan-keadaan keluaran untuk setiap
state tersebut kedalam bentuk tabel seperti dibawah ini: State RMA RMB S0 0 0 S1 1 0 S2 0 1
Langkah selanjutnya adalah menuliskan aliran logika antara state ini: Ketika sistem kontrol
(misal dalam hal ini PLC) dihidupkan (Power On: FS) maka sistem akan menuju state 0 (kedua
motor mati), dalam keadaan ini sistem akan menuju state 2 (motor konveyor box: RMB hidup)
hanya jika kita tekan tombol PB Start. Sistem akan tetap berada pada state 2 sampai terdeteksi
kehadiran Box oleh sensor (SE B On). Jika terdeteksi adanya Box maka sekarang sistem akan
menuju state 1 (motor konveyor apel: RMA bergerak). Motor apel ini akan tetap terus bergerak
sampai terhitung 12 buah apel oleh counter lewat SE A, setelah mencapai hitungan 12 sistem
kembali ke keadaan state 2 dan seterusnya. Untuk tiap keadaan state, tombol PB Stop akan
membuat sistem menuju state 0. Atau jika kita gambarkan diagramnya maka akan nampak
seperti gambar 7.5 berikut ini: Gambar 7.5. Diagram state kontrol Konveyor Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, setelah diagram state yang menggambarkan operasi kontrol didapat maka
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan terstruktur kita dapat secara langsung
mentransformasikannya kedalam bentuk diagram ladder PLC-nya. Hal ini selengkapnya akan
dibahas dibawah ini. BAB 8 ELEMEN -ELEMEN UMUM SERTA ASPEK KEAMANAN
DALAM PERANCANGAN DIAGRAM LADDER Tujuan utama sistem kontrol proses di
industri pada umumnya adalah menghasilkan sebuah produk dari serangkaian input bahan
mentah. Biasanya proses ini banyak melibatkan operasi atau langkah-langkah yang harus dilalui
tahap demi tahap. Dalam hal ini, misal langkah C akan dilakukan jika proses telah
menyelesaikan langkah B, sedangkan langkah B tidak akan dimulai jika langkah A belum
selesai, dan seterusnya. Dalam banyak kasus, langkah-langkah dalam kontrol proses ini
umumnya selalu berulang, artinya setelah langkah terakhir dilakukan maka operasi akan dimulai
lagi pada langkah awal secara otomatis sampai kondisi yang diharapkan tercapai. Seperti yang
telah disinggung pada bab sebelumnya, perancangan sistem kontrol untuk kasuskasus sekuensial
ini umumnya relatif sukar dilakukan jika dibandingkan dengan perancangan kontrol untuk kasus
sistem kombinatorial. Hal ini dikarenakan selain secara praktis jumlah input/output yang terlibat
dalam sebuah proses umumnya relatif banyak, juga kondisi sebuah variabel output proses pada
satu saat biasanya tidak hanya ditentukan oleh kombinasi dari input proses pada saat itu, tetapi
tergantung juga pada kondisi input-input proses sebelumnya, bahkan dalam banyak kasus kondisi
output ini sering juga tergantung pada kondisi beberapa variabel output lain. Perancangan sistem
kontrol yang akan diimplementasikan dengan komponen-komponen elektromekanis maupun
dengan komponen solid state (misal PLC) untuk fungsi yang sama pada dasarnya dapat berbeda
satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini umumnya tidak ada metoda yang paling benar untuk
merancang sistem kontrol untuk sebuah proses. Tetapi biasanya terdapat cara yang lebih baik
diantara beberapa pilihan yang mungkin kita lakukan. Untuk proses-proses yang relatif
sederhana, pada dasarnya kita dapat saja secara langsung menyusun atau merancang diagram
ladder pengontrolnya berdasarkan deskripsi proses yang diharapkan. Sedangkan jika proses yang
akan dikontrol itu relatif rumit, maka perancangan diagram ladder-nya akan sangat sulit
dilakukan jika tidak menggunakan metoda atau langkah-langkah terstruktur seperti telah
dijelaskan pada bab 6 dan 7. Khusus dalam bab ini akan dibahas elemen-elemen dasar yang
umum dijumpai dalam sebuah diagram ladder praktis, baik untuk tujuan analisis maupun untuk
perancangan. Sedangkan dalam bagian akhir bab ini, kita juga akan membahas prosedur yang
dapat dijadikan acuan dalam perancangan sistem kontrol secara umum terutama kaitannya
dengan masalah keamanan.

You might also like