Riview Paper Application of Magnetics Method To Mapping The Geothermal Source at Seulawah Agam Area

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

RIVIEW PAPER

Application of Magnetics Method to Mapping the Geothermal


Source at Seulawah Agam Area
LATAR BELAKANG

Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan tingginya permintaan baik untuk
kebutuhan rumah tangga maupun komersial, sementara ketersediaan energi yang selama ini digunakan
dan berasal dari sumber yang tidak dapat diperbaharui semakin berkurang. Jika ketidak seimbangan ini
terus berlangsung, maka diperkirakan krisis energi akan terjadi di hampir seluruh pelosok dunia. Sadar
dengan ancaman energi tersebut, maka negara-negara di dunia sudah mulai mencari energi alternatif
untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun internasional.

Indonesia termasuk negara yang sudah mendorong para peneliti, akademisi dan praktisi untuk
mencari energi alternatif, karena kebutuhan energi dalam negeri selalu defisit yang disebabkan oleh
jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dan menduduki peringkat ketiga didunia, setelah
Cina dan India. Negara ini juga dikenal dengan negara rawan bencana, karena letak geografisnya diapit
oleh tiga lempeng tektonik yaitu lempeng IndoAustralia, Eurasia dan Pasifik yang selalu bergerak satu
sama lain dalam beberapa sentimeter pertahun dan kemudian menimbulkan zona subduksi (penujaman)
dan sesar. Di samping kerawanan dengan bencana, di sisi lain Indonesia memiliki potensi energi dengan
jumlah besar, baik energi fosil yang sudah sepertiga abad diekplorasi maupun energi batu bara, dan
panas bumi (geothermal)yang berasal dari aktivitas gunung api.

Energi panas bumi berasal dari adanya proses magmatik gunung api yang menyebabkan
temperatur batuan akan menyebabkan perubahan sifat magnet batuan. Ketika sebuah batuan
terpanaskah oleh magma maka sifat kemagnetan batuan tersebut semakin berkurang.Rendahnya nilai
kemagnetan batuan berada pada sebuah sistem panas bumi dibandingkan dengan batuan sekelilingnya
inilah yang menjadi dasar penggunaan metode magnetik untuk ekplorasi energi panas bumi. Temperatur
bawah permukaan dan rambatan air tanah sangat mungkin berhubungan dengan zona-zona patahan dan
retakan yang memiliki peran yang sangat utama.

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk survei
pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, gas dan penyelidikan batuan mineral. Metode ini
mempunyai akurasi pengukuran yang relatif tinggi, peralatan dan pengoperasian di lapangan relatif
sederhana, mudah dan cepat jika dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. Sesuai dengan
namanya, metode magnetic bekerja berdasarkan sifat-sifat magnetik batuan yang terdapat dibawah
permukaan bumi. Pada perkembangan selanjutnya, metode magnetic banyak digunakan diberbagai
bidang geofisika lainnya termasuk untuk penelitian mengenai gunung api dan struktur bawah
permukaan.

Aceh merupakan salah satu wilayah yang memiliki cadangan panas bumi yang prospek untuk
dikembangkan. Pada saat ini Aceh memiliki dua prospek area yang siap dikembangkan, yaitu
Lapangan Panas Bumi Jaboi dan Seulawah Agam. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
mendukung pengembangankedua prospek area tersebut. Secara umum geologi daerah gunung
Seulawah Agam (daerah penelitian) di dominasi batuan Anggota Lahar (Qvtl) dan batuan gunung api
Lam Teuba (Qtvt), yang terdiri dari hinga dasit, breksi, batu apung, tufa, aglomerat. Batuan tufa
berwarna coklat muda sampai abu-abu muda, sedikit keras, ukuran butir lanau sampai pasir halus,
bagian dari batuan gunung api Lam Teuba (Qtvt).
Sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya yang
terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya.
Mengingat energi panas bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk
mencukupi kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi
alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi
fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
aneka ragam sumber energi di Indonesia.Disamping energi panas bumi tergolong energi yang dapat
diperbaharui, energinya tidak menyebabkan pencemaran lingkungan, sehingga hampir dapat dikatakan
energinya memiliki zero pollutant atau clean energy dan diperkiran akan menjadi energi primadona
dimasa yang akan datang.

TUJUAN

Untuk memetakan potensi Panas Bumi (Geothermal) Gunung Seulawah Agam, Aceh Besar,
Provinsi Aceh dengan menggunakan Metode Magnetik.

DATA YANG DIGUNAKAN

Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer yang mana data diperoleh
atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.

METODE

Dalam penelitian ini menggunakan metode magnetik, yang diukur adalah besaran medan
magnetik bumi yang menginduksi batuan yang berada di bawah permukaan. Makin tinggi nilai
suseptibilitas batuan maka makin tinggi respon magnetik sekunder yang dihasilkan. Terkait dengan
panas bumi yang menghasilkan fluida panas berasal dari batuan, maka semakin panas batuan, nilai
suseptibilitasnya semakin berkurang

LOKASI Dan WAKTU PENELITIAN

Lokasi Penelitian terletak pada posisi dari 05°22’-05° 34’ LU sampai 95°30’ - 95° 44’ BT yang
termasuk ke dalam Kecamatan Seulimum, Kecamatan Lembah Seulawah, bagian barat Kecamatan
Kuta Cot Glie, bagian timur Kecamatan Indrapuri dan bagian barat Utara Kecamatan Mesjid Raya,
yang semuanya termasuk kedalam Kabupaten Aceh Besar. Waktu penelitian pada 12-18 September
2014.

DATA YANG DIHASILKAN

a. Lintasan Kawah Heutsz-Ie Jue Lamteba


Didapat beberapa titik yaitu, nilai anomali magnetik terendah di dapat pada titik pengukuran
B6 sebesar -1396.3 nT yang diduga sebagai kawasan patahan atau rekahan (fracture) yang
kemudian lapisan-lapisan rekahan tersebut diisi oleh mineral bijih ekonomis.Genesis mineral bijih
yang terisi rekahan tersebut terbentuk secara hidrotermal.
Dan nilai anomali tertinggi di dapat pada titik pengukuran – F125 BR sebesar 153 nT yang
diduga sebagai reservoar dan diduga juga adanya sumber panas bumi di bawah lapangan panas
bumi Ie Jue tersebut.

b. Lintasan Pos Pengamatan Gunung ApiKawah Cempaga


Didapat beberapa titik yaitu, nilai tertinggi anomali di lintasan ini sekitar 446 nT di titik CK3,5
menunjukkan adanya batuan dengan nilai magnetik rendah di bawahnya atau batuan diamagnetik
dan nilai anomali terendah adalah -1077 nT yang berada dititik CK6 menunjukkan terdapat batuan
yang bersifat ferromagnetik yang berada di bawahnya.

MANFAAT

Menjadi informasi tambahan untuk kajian panas bumi Seulawah Agam bagi pemerintah daerah,
dengan sudah adanya beberapa penelitian terdahulu dengan menggunakan metode yang berbeda,
sehingga jika hasil-hasil penelitian tersebut ada sinergisitas, maka akan menjadi penelitian terpadu,
karena setiap metode pasti ada kelebihan dan kekurangan. Hasil penelitian dari metode yang terpadu
pada umumnya akan memberikan kesimpulan yang benar tentang dugaan potensi atau tidaknya panas
bumi Seulawah Agam.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan pengukuran metode magnetik di lintasan utara, batuan yang memiliki nilai
suseptibilitas magnet tinggi terdapat pada titik B6 yang diduga sebagai kawasan terdapatnya
mineral bijih ekonomis yang berada pada zona zona patahan atau rekahan (fracture zones) dan
batuan dengan nilai suseptibilitas rendah.
2. Pada lintasan Selatan dari pos pengamatan sampai dengan kawah Cempaga ditemukan struktur
geologi berupa patahan Sumatera segmen Aceh di titik CK4

SARAN
1. Sebaiknya dilakukan survei dengan metode geofisika lainnya untuk di kombinasikan dengan data
hasil perhitungan dan analisis geomagnet untuk mendapatkan hasil yang lebih rinci
Jurnal Natural Vol. 14, No. 2, 12-18 September 2014 ISSN 1141-8513

Application of Magnetics Method to Mapping the Geothermal


Source at Seulawah Agam Area
Asrillaha, Marwanb,c, Ibnu Rusydyd dan Gartika Setiya Nugrahad

a
Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara
b
Prodi Fisika, FMIPA, Universitas Syiah Kuala, Darussalam 23111, Banda Aceh
c
Prodi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam 23111, Banda Aceh
d
Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, 23111, Banda Aceh
Email: marwan.fisika@gmail.com

Abstract. Magnetic method had been employed at Seulawah Agam area in term of unveiling the
potentially geothermal source. This method was carried out locally in both the geothermal filed of
Heutsz’s Crater and Cempaga’s Crater where the locations are in Seulawah Agam slope which is
included in Aceh Besar District. Geologically, the area is mainly controlled by volcanic mudflow and
Lam Teuba’s rocks consisting of breccia, pumice and tuff and their age are from Tersier to Resen
Period. The deployed equipment consisted of Magnetometer GSM-19T, Proton Sensors, Aluminum
Stick, Connection Cable, GPS Antenna, Compass, and Watch. Portable GPS (Global Positioning
System), Navigation type (map of the survey area), and complemented by the other technical
equipment, such as handy talky, umbrella, pens and notes of observed data. This study was done by
following two steps. At first, the base station was established as a reference point for all magnetic data
of measurements. Furthermore, recording magnetic data at each point by repeating three times until
the last point by following the looping pattern as pathway of measurement both in Heutsz’s crater
whose nine point recordings and in Cempaga’s crater whose seventeen points was consecutively done.
The data were simply processed by using Microsoft excel that can just plot the magnetic anomaly and
interpreted qualitatively being preliminary research. The result showed that at the north pathway had
high magnetic anomaly of rocks located at B6 point and it was assumed as the area having the
economically mineral in fracture zones. The rocks with low a anomaly value were obtained at –F125
BR is suggested as the thermal sources while at the South pathway from observing station till the
Cempaga’s crater was obtained the geological structure as the Sumatran Fault of Aceh’s segment at
CK4 point and this finding showed similar correlation with the result of gravity survey at same pathway
published in another paper. In conclusion, this method effectively showed that the Seulawah Agam
has potency as thermal source.

Keywords: Magnetometer GSM-19T, anomaly,Heutszand Cempaga’s Crater


Pendahuluan Sadar dengan ancaman energi tersebut,
Kebutuhan energi semakin meningkat maka negaranegara di dunia sudah mulai mencari
seiring dengan tingginya permintaan baik untuk energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan rumah tangga maupun komersial, domestik maupun internasional.
sementara ketersediaan energi yang selama ini Indonesia termasuk negara yang sudah
digunakan dan berasal dari sumber yang tidak mendorong para peneliti, akademisi dan praktisi
dapat diperbaharui semakin berkurang. Jika untuk mencari energi alternatif, karena
ketidakseimbangan ini terus berlangsung, maka kebutuhan energi dalam negeri selalu defisit yang
diperkirakan krisis energi akan terjadi di hampir disebabkan oleh jumlah penduduk Indonesia
seluruh pelosok dunia. yang terus meningkat dan menduduki peringkat
ketiga didunia, setelah Cina dan India. Negara ini menyebabkan anomali temperatur. Akifer dekat
juga dikenal dengan negara rawan bencana, permukaan dengan difusi panas yang rendah
karena letak geografisnya diapit oleh tiga dapat menjadi sebagai sumber panas yang baru
lempeng tektonik yaitu lempeng IndoAustralia, [3].
Eurasia dan Pasifik yang selalu bergerak satu Metode magnetik merupakan salah satu
sama lain dalam beberapa sentimeter pertahun metode geofisika yang sering digunakan untuk
dan kemudian menimbulkan zona subduksi survei pendahuluan pada eksplorasi minyak
(penujaman) dan sesar. Di samping kerawanan bumi, gas dan penyelidikan batuan mineral.
dengan bencana, di sisi lain Indonesia memiliki Metode ini mempunyai akurasi pengukuran
potensi energi dengan jumlah besar, baik energi yang relatif tinggi, peralatan dan pengoperasian
fosil yang sudah sepertiga abad diekplorasi di lapangan relatif sederhana, mudah dan cepat
maupun energi batu bara, dan panas bumi jika dibandingkan dengan metode geofisika
(geothermal)yang berasal dari aktivitas gunung lainnya. Sesuai dengan namanya, metode
api. magnetic bekerja berdasarkan sifat-sifat
Gunung api di Indonesia tersebar hampir magnetik batuan yang terdapat dibawah
setengah dari kepulauan baik yang aktif maupun permukaan bumi. Pada perkembangan
yang tidak. Beberapa gunung api yang tergolong selanjutnya, metode magnetic banyak digunakan
aktif terletak di Aceh, seperti gunung Seulawah diberbagai bidang geofisika lainnya termasuk
Agam (Aceh Besar), Gunung Kembar (Gayo untuk penelitian mengenai gunung api dan
Luwes) dan lainlain. Gunung Api Seulawah struktur bawah permukaan [4].
Agam memiliki potensi panas api terduga Bumi memiliki medan magnet besar
sebesar 165 MWe[1]. yang berasal dari sirkulasi arus listrik dalam inti
Berdasarkan informasi di atas, maka luar bumi yang cair dan dapat dimodelkan oleh
penelitian ini dilakukan untuk memetakan dua kutub sumber pada pusat bumi. Besar medan
potensi Panas Bumi (Geothermal) Gunung magnetik ini bervariasi terhadap garis lintang
Seulawah Agam, Aceh Besar, Provinsi Aceh (latitude) dan arah dari medan di kedua kutub
dengan menggunakan Metode Magnetik, karena yang berarah sepanjang sumbu putaran bumi
metode ini merupakan salah satu metode menghasilkan medan dikutub sebesar 60 nT
geofisika yang memiliki keunggulan dalam dengan catatan bahwa di dekat equator
pencarian sumber panas bumi. (longitude) kemiringan sudut berubah hampir
Energi panas bumi berasal dari adanya dua kali cepat sudut lintang. Sebuah benda
proses magmatik gunung api yang menyebabkan magnetik yang diletakkan dalam medan magnet
temperatur batuan akan menyebabkan perubahan akan mengalami pemagnetan (induce
sifat magnet batuan. Ketika sebuah batuan magnetization) yang akan meningkatkan medan
terpanaskah oleh magma maka sifat kemagnetan magnetik total di suatu daerah yang dialami oleh
batuan tersebut semakin berkurang.Rendahnya material bumi atau total induksi magnetik seperti
nilai kemagnetan batuan berada pada sebuah terlihat pada persamaan (1) berikut :
sistem panas bumi dibandingkan dengan batuan
sekelilingnya inilah yang menjadi dasar
penggunaan metode magnetik untuk ekplorasi
energi panas bumi [2]. Temperatur bawah Variabel adalah permitivitas magnet
permukaan dan rambatan air tanah sangat relatif dan ruang hampa dan H merupakan
mungkin berhubungan dengan zona-zona medan magnet bumi. Kemudian
patahan dan retakan yang memiliki peran yang pemagnetanyang terjadi pada batuan ini
sangat utama. disebut kerentanan magnet (susceptibility),
Khusus pada daerah anomali secara matematis ditulis seperti persamaan (2)
temperature panas bumi, secara signifikan di bawah ini:
berubah-ubah dapat diukur, karenahal ini =
berkaitan erat dengan konveksi air panas. Dimana, J merupakan intentitas magnet
Sumber-sumber difusi panas yang berbeda yang terinduksi, kmerupakan kerentanan
terdapat dalam suatu luasan penetrasi kedalaman magnet dari mineral batuan yang tidak
dari aliran panas dalam waktu lama akan berdimensi. Kerentanan magnet dari batuan
tergantung dari komposisi mineral magnetnya, memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan
seperti sedimen dan batuan beku bersifat asam di Pulau Jawa. Reservoir panas bumi di
memiliki kerentanan magnet yang kecil, Sumatera umumnya menempati batuan sedimen
sementara basa, dolorit dan gabro mempunyai yang telah mengalami beberapa kali deformasi
kerentanan yang besar [5]. tektonik atau pensesaran setidak-tidaknya
Aceh merupakan salah satu wilayah sejakTersier sampai Resen. Hal ini
yang memiliki cadangan panas bumiyang menyebabkan terbentuknya porositas atau
prospek untuk dikembangkan. Pada saatini Aceh permeabilitassekunder pada batuan, sehingga
memiliki dua prospek area yang siap akan memiliki konduktifitas fluida besar[8]
dikembangkan, yaitu Lapangan Panas Sumber energi panas bumi cenderung
BumiJaboidan Seulawah Agam. Banyak tidak akan habis, karena proses
penelitian yang telah dilakukan untuk pembentukannya yang terus menerus selama
mendukung pengembangan kedua prospek area kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi)
tersebut [6]. Secara umum geologi daerah dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat
gunung Seulawah Agam (daerah penelitian) di energi panas bumi ini tidak dapat diekspor,
dominasi batuan Anggota Lahar (Qvtl) dan maka pemanfaatannya diarahkan untuk
batuan gunung api Lam Teuba (Qtvt), yang mencukupi kebutuhan energi domestik, dengan
terdiri dari hinga dasit, breksi, batu apung, tufa, demikian energi panas bumi akan menjadi
aglomerat. Batuan tufa berwarna coklat muda energi alternatif andalan dan vital karena dapat
sampai abu-abu muda, sedikit keras, ukuran butir mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap
lanau sampai pasir halus, bagian dari batuan sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat
gunung api Lam Teuba (Qtvt). Batuan dasit memberikan nilai tambah dalam rangka
berwarna abu-abu tua, keras, struktur vesikular, optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber
besar butir/kristal halus: afanitik, hipokristalin, energi di Indonesia.Disamping energi panas
inequigranular, mineral gelas, muskovit, dan bumi tergolong energi yang dapat diperbaharui,
kuarsa. Kemudian juga terdapat batuan breksi energinya tidak menyebabkan pencemaran
volkanik yang terdiri dari fragmen meterial lingkungan, sehingga hampir dapat dikatakan
vulkanik yaitu batuan andesit dasit, glas energinya memiliki zero pollutant atau clean
bercampur dalan satu endapan vulkanik yang energy dan diperkiran akan menjadi energi
termasuk kedalam batuan gunung api. Batuan primadona dimasa yang akan datang.
ubahan, breksi volkanik, dan mineral Hasil dari penelitian ini diharapkan
sulfurmerupakan batuan yang khas di daerah dapat menjadi informasi tambahan untuk kajian
geotermal dan sangat sering ditemukan di panas bumi Seulawah Agam bagi pemerintah
permukaan yang sering terlihatdaerah batuan daerah, dengan sudah adanya beberapa
ubahan, mineral sulfur (berwarna kekuningan), penelitian terdahulu dengan menggunakan (1)
dan batuan breksi vulkanik [7] metode yang berbeda, sehingga jika hasil-hasil
Mengacu kepada geologi daerah penelitian tersebut ada sinergisitas, maka akan
penelitian seperti yang digambarkan di atas, menjadipenelitian terpadu, karena setiap
maka dapat diduga bahwa Seulawah Agam metode pasti ada kelebihan dan kekurangan.
memiliki panas bumi yang dapat diklasifikasikan Hasil penelitian dari metode yang terpadu pada
sebagai panas bumi prospek, karena sistem panas umumnya akan memberikan kesimpulan yang
bumi di Pulau Sumatera berada di partial benar tentang dugaan potensi atau tidaknya
equilibrium. Karakteristik air umumnya panas bumi Seulawah Agam.
berkaitan dengan kegiatan gunung api Metodologi Lokasi Penelitian. Secara (2)
andesiticriolitis yang disebabkan oleh sumber geografis daerah penelitian terletak pada posisi
yang beradadi magmayangbersifatlebihasamdan dari 05°22’-05° 34’ LU sampai 95°30’ - 95° 44’
lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, BT yang termasuk ke dalam Kecamatan
Nusatenggara dan Sulawesi umumnya Seulimum, Kecamatan Lembah Seulawah,
berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat bagian barat Kecamatan Kuta Cot Glie, bagian
andesitis-basaltis dengan sumber magma yang timur Kecamatan Indrapuri dan bagian barat
lebih cair. Karakteristik geologi untuk panas Utara Kecamatan Mesjid Raya, yang semuanya
bumi diujung utara Pulau Sulawesi termasuk kedalam Kabupaten Aceh Besar.
Seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini. Sebelum pengukuran data di lapangan,
makaperlu dilakukan orientasi medan dengan
menggunakan peta topografi yang ada. Orientasi
medan ini untuk perencanaan pembuatan titik
ikat di lapangan dan perencanaan lintasan-
lintasan pengambilan data, agar daerah
penelitian/survei dapat terisi dengan merata.
a. Pembuatan Titik Ikat (base station).
Dalam pengambilan data di lapangan
yang pertama harus dilakukan adalah
pembuatan titik ikat posisi magnetik.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian. Alat
Titik ikat berfungsi sebagai titik dasar
dan Bahan.
pengukuran, dimana setiap pengukuran
Alat dan Bahan. Peralatan yang
yang dilakukan di daerah penelitian
digunakan dalam pengukuran medan magnet
didasarkan pada titik ikat ini. Titik ikat
adalah magnetometer jenis Proton GSM-19T,
utama telah distandarkan dengan
Sensor Proton, Tongkat Aluminium, Kabel
Postman System. Pengambilan data
Penghubung, Antena GPS, Kompas, Pencatat
posisi dan magnetik dilakukan secara
waktu atau Jam.
bersama-sama. Prinsip kerja metode ini
Perekaman data magnetik dilakukan di
adalah mengukur variasi intensitas
lapangan panas bumi kawah Heutsz di lereng
magnetik di suatu titik di permukaan
Gunung Api Seulawah Agam dan Ie Jue di
bumi, sehingga untuk menentukan
Lamteuba dan lintasan memanjang antara kawah
serangkaian pengukuran diperlukan titik
Heutsz dengan lapangan panas bumi Ie Jue
ikat yang sudah diketahui nilai
Lamteuba Aceh Besar Provinsi Aceh. Pada
intensitasnya secara mutlak.
kedua kawasan kawah Heutsz dengan
b. Pengukuran variasi intensitas magnetic.
menggunakan pola pengukuran grid 200 m.
Pengambilan data intensitas magnetik
Jumlah titik grid yang diukur di kawah
dilakukan secara looping. Pengambilan
Heutsz sebanyak 9 titik pengukuran mengelilingi
data magnetik di titik amat dilakukan
kawah. Demikian juga pengukuran di kawasan
dengan pembacaan ulang sebanyak 3
kawah Heutsz sampai lapangan panas bumi Ie
kali, untuk setiap titik ikat menggunakan
Jue dilakukakan pengukuran 1 lintasan. Jarak
Magnetometer. Looping selalu dimulai
antara titik pengukuran bervariasi antara 230-
dari titik ikat (Base Station)dan ditutup
560 m dengan total panjang lintasan 5,8 Km.
kembali di titik ikat tersebut.
Dari Pos Pengamatan dilakukan pengukuran
c. Pengambilan Data Posisi. Untuk
sampai ke kawah Cempaga dengan jarak lebih
pengukuran posisi dilakukan secara
kurang 8 km dengan spasi antar titik pengukuran
diferensial dengan metode survei statik
bervariasi. Berikut adalah alat magnetik (GSM-
singkat menggunakan Portabel GPS tipe
19T)yang digunakan dalam penelitian seperti
Navigasi
yang ditunjukkan dalam Gambar 2 di bawah :
Proses Pengambilan Data. Pengukuran
metode magnetik secara prinsip hampir sama
dengan pengukuran data gaya berat, dimana
kedua metode mengukur energi potensial yang
dimiliki bumi. Jika pada pengukuran metode
gaya berat yang diukur adalah medan gravitasi
akibat densitas batuan yang berada di
bawahnya, sedangkan pada pengukuran metode
magnetik yang diukur adalah besaran medan
magnetik bumi yang menginduksi batuan yang
berada di bawah permukaan. Makin tinggi nilai
suseptibilitas batuan maka makin tinggi respon
magnetik sekunder yang dihasilkan. Terkait
dengan dengan panas bumi yang menghasilkan magnetik di lapangan.Mengingat alat magnetik
fluida panas berasal dari batuan, maka semakin yang digunakan hanya 1 unit, maka dalam
panas batuan, nilai suseptibilitasnya semakin menentukan nilai koreksi harian harus dilakukan
berkurang [9]. dengan sistem looping.Koreksi IGRF bisa
Pengambilan data dilakukan pada dilakukan secara online atau menggunakan
kawasan kawah Heutsz, menggunakan pola software.Nilai koreksi IGRF didapat setelah
pengukuran berbentuk grid 200 m. Jumlah titik memasukkan koordinat dan ketinggian daerah
grid yang diukur di kawah Heutsz sebanyak 9 pengukuran seperti ditunjukkan pada Gambar 3
titik pengukuran mengelilingi kawah. Demikian
juga pengukuran di kawasan.kawah Heutsz
sampai lapangan panas bumi Ie Jue dilakukakan
pengukuran 1 lintasan.
Jarak antar titik pengukuran bervariasi
antara 230560 m dengan total panjang lintasan
5,8 km. Dari Pos Pengamatan dilakukan
pengukuran sampai ke kawah Cempaga dengan
jarak lebih kurang 8 km dengan spasi antar titik
pengukuran bervariasi.
Data magnetik yang didapatkan dari
lapangan, harus dikoreksi dengan nilai magnetik Nilai anomali magnetik terendah di
harian (diurnal), dan nilai magnetik global dapat pada titik pengukuran B6 sebesar -1396.3
(IGRF/International Geomagnetik Reference nT dan nilai anomali tertinggi di dapat pada titik
Field) dengan memasukkan perbedaan pengukuran – F125 BR sebesar 153 nT.
ketinggian titik pengukuran seperti dijelaskan Berdasarkan perhitungan di website
pada bagian III, sehingga pada akhirnya http://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp/cgibin/point-cgi,
didapatkan nilai suseptibilitas magnetiksaja. didapatkan nilai deklinasi medan magnet di
Gambar 3 berikut menunjukkan nilai IGRF dan kawasan pengukuran sebesar -0.952o dan nilai
sudut deklinasi dan inklinasimedan magnet inklinasi sebesar -5.724o. Nilai inklinasi medan
daerah penelitian magnet kawasan pengukuran tersebut sangat
berpengaruh pada interpretasi grafik anomali
medan magnet (Gambar 4). Hal tersebut
disebabkan kawasan pengukuran memiliki nilai
Inklinasi 5,724o atau hampir berada di ekuator
medan magnet (inklinasi 0o).
Jika sudut iklinasi searah dengan
pemagnetan pada batuan, maka akan
menghasilkan anomali yang positif dan
sebaliknya juga demikian, maka nilai terendah
respon anomali magnetnya menunjukkan
terdapat batuan atau mineral magnetik tinggi di
bawahnya. Respon anomali magnetik tinggi
menunjukkan adanya batuan dengan nilai
magnetik rendah di bawahnya [10]. Respon
Hasil dan Pembahasan anomali magnetik dapat terlihat seperti Gambar
5.
a. Lintasan Kawah Heutsz-Ie Jue Lamteba
Pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa grafik
anomali magnetik setelah dilakukan koreksi
harian (diurnal correction) dan koreksi nilai
magnetik global (IGRF/International
Geomagnetik Reference Field). Koreksi harian
dilakukan berdasarkan pengamatan nilai
Gambar 5. Respon medan magnet terhadap terendah adalah -1077 nT yang berada dititik
anomali magnet bawah permukaan dengan nilai CK6.Seperti yang dijelaskan di atas, nilai
(Sumber: http://principles.ou.edu/mag/ deklinasi medan magnet di kawasan pengukuran
interpretation_explicated.html sebesar 0.952odan nilai inklinasi sebesar -
Inklinasi yang berbeda-beda. (a). 5.724o. Nilai inklinasi medan magnet kawasan
Respon dengan nilai Inklinasi 90o, (b) Respon pengukuran tersebut sangat berpengaruh pada
dengan nilai nklinasi 0o.(c). Respon dengan interpretasi grafik anomali medan magnet,
nilai Inklinasi 45o Respon anomali rendah yang seperti ditunjukkan pada gambar5.
terdapat di titik pengukuran B6 sebesar -1396.3 Dikarenakan kawasan pengukuran
nT, menunjukkan bahwa di bawah titik B6 memiliki nilai Inklinasi -5,7240atau hampir
terdapat batuan/mineral yang memiliki sifat berada di ekuator medan magnet (inklinasi 0o),
kemagnetan tinggi yang diduga sebagai mineral maka nilai terendah respon anomali magnetnya
bijih yang memiliki nilai ekonomis. menunjukkan terdapat batuan yang bersifat
Berdasarkan respon anomali (Gambar ferromagnetik yang berada di bawahnya. Respon
4), titik B6 memiliki nilai anomali rendah yang anomali magnetik tinggi menunjukkan adanya
diduga sebagai kawasan patahan atau rekahan batuan dengan nilai magnetik rendah di
(fracture).Titik B6 merupakan kawasan patahan bawahnya atau batuan diamagnetik.
atau rekahan (fracture) yang kemudian lapisan-
lapisan rekahan tersebut diisi oleh mineral bijih
ekonomis.Genesis mineral bijih yang terisi
rekahan tersebut terbentuk secara hidrotermal.
Respon anomali magnetik tertinggi
terdapat pada titik –F125 BR sebesar 153 nT.
Nilai anomali tinggi ini menunjukkan bahwa di
bawah atausekitar titik – F125 BR terdapat
batuan dengan nilai magnetik suseptibilitas
magnet rendah.Batuan yang memiliki nilai Terdapat patahan di titik CK4 karena
kemagnetan rendah ini diduga sebagai nilainya rendah dan diduga adanya mineral
reservoar. Titik –F125 BR berada di kawasan yang mengisi patahan tersebut. Keberadaan
panas bumi Ie Jue sehingga kita bisa menduga patahan pada titik CK4 ini menunjukkanbahwa
bahwa di lapangan panas bumi Ie Jue terdapat terdapat sumber magma yang memiliki sifat
lapisan pembawa hidrotermal atau reservoar. kemagnetan rendah karena dipengaruhioleh
Nilai anomali magnetik yang rendah ini juga temperatur, sehingga pengukuran dengan
menjadi dugaan adanya sumber panas bumi di metode magnet sangat efektif untuk
bawah lapangan panas bumi Ie Jue tersebut. diaplikasikan.
b. Lintasan Pos Pengamatan Gunung Kesimpulan
ApiKawah Cempaga 1. Berdasarkan pengukuran metode
Lintasan sisi Selatan, pengukuran magnetik di lintasan utara, batuan
metode magnetik bermula dari Pos Pengamatan yang memiliki nilai suseptibilitas
Gunung Api Seulawah Agam sampai dengan magnet tinggi terdapat pada titik B6
kawah Cempaga di puncak gunung Api yang diduga sebagai kawasan
Seulawah dengan panjang total lintasan sekitar terdapatnya mineral bijih ekonomis
8 km. Pada lintasan ini dilakukan pengukuran yang berada pada zona zona patahan
17 titik metode magneti dan setelah dilakukan atau rekahan (fracture zones) dan
koreksi, hasilnya seperti yang terlihat pada batuan dengan nilai suseptibilitas
gambar 6. rendah terdapat pada titik –F125 BR
Nilai anomali magnet dari pos yang diduga sebagai sumber
pengamatan sampai dengan kawah Cempaga hidrotermal
memiliki variasi nilai yang sangat beragam 2. Pada lintasan Selatan dari pos
setelah dilakukan koreksi IGRF dan Nilai pengamatan sampai dengan kawah
Magnet Harian (diurnal). Nilai tertinggi anomali Cempaga ditemukan struktur
di lintasan ini sekitar 446 nT di titik CK3,5 dan geologi berupa patahan Sumatera
segmen Aceh di titik CK4.
segmen Aceh di titik CK4. 9. Burger, D.C and Burger R.H, 1992.
Ucapan Terimakasih Exploration Geophysics of the Shallow
Sehubungan dengan penulisan artikel ini Surface. PrenticeHall, Inc.
kami menyampaikan terima kasih yang tak 10. Kearey, P, Brook, M & Hill, I. An
terhingga kepada Staf pengajar Prodi teknik Introduction to Geophysical Exploration.
Geofisika Unsyiah, teknisi serta mahasiswa baik 3rd. Blackwell Science. Ltd. USA.
di Prodi Teknik Geofisika maupun mahasiswa di 11. http://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp/cgi-bin/point-
Jurusan Fisika Unsyiah yang telah memberikan cgi (diakses 1 Desember 2013)
bantuanya dalam proses pengambilan data di 12. http://principles.ou.edu/mag/interpretation_
lapangan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi expli cated.html (diakses 1 Desember 2013)
komunitas akademik lainnya.
Daftar Pustaka
1. Ikhsan., S, 2012. Potensi Energi Primer
Sebagai Pembangkit Tenaga Listrik di
Aceh. Seminar Energi Nasional”
Skenario Kebijakan Energi Indonesia
Menuju tahun 2050 ” DEN-Banda Aceh.
2. Telford, W.M., L.P. Goldart., R.E.
Sheriff., 1990, Applied Geophysics,
Second Edition, Cambridge University
Press
3. Kirsch, R., 2006. Ground Water
Geophysics “A Tool for Hydrogeology”.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
4. N.S. Boko, et.al 2004. Analisis Data
Magnetik untuk Mengetahui Struktur
Bawah Permukaan Daerah Manifestasi
Air Panas di Lereng utara Gunung Api
Ungaran.. Prosiding Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia (HAGI). Pertemuan
IlmiahTahunan Ke-29, Yogyakarta 5-7
Oktober.
5. Milsom, J. 2003. Field Geophysics, 3rd
Edition. John Wiley & Sons Ltd. England
6. Ismail., N dan Ramadhan., S., 2013.
Karakterisasi Struktur Dangkal pada
Lapangan Panas Bumi Seulawah
AgamMenggunakan Metode Very Low
Frequency (VLF). Prosiding Semirata
FMIPAUniversitas Lampung,2013
7. Dinas Pertambangan dan Energi
Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam,
2009. Peta Aceh dan Energi Geotermal,
Banda Aceh
8. Kurniawan, I. W, 2012. Studi
Pembangunan PLTP Seulawah Agam
dengan Kapasitas 1x 55 MW dan
pengaruhnya terhadap TDL Regional
Nanggroe Aceh Darussalam. ITS
Surabaya.

You might also like