Identifikasi Kawasan Zona Panas Bumi (Geothermal) Di Daerah X Menggunakan Metode Magnetotellurik
Identifikasi Kawasan Zona Panas Bumi (Geothermal) Di Daerah X Menggunakan Metode Magnetotellurik
Identifikasi Kawasan Zona Panas Bumi (Geothermal) Di Daerah X Menggunakan Metode Magnetotellurik
*Email : andini935@gmail.com
ABSTRACT
Geothermal is the heat formed inside the earth's crust. The heat of geothermal produces hot
water, steam, and heat rocks along with other minerals and gases to be genetically inseparable
in geothermal systems. One of the geophysical method which can be used to determine the
area of a geothermal system is magnettoteluric. The method is based on the values of
resistivity distribution of the rock formation. In the study on the identification of geothermal
zone in the X area, it was found the resistivity distribution in 1D and 2D models by using the
magnettoteluric method. The models were created by processing of magnettoteluric data
taken from three measuring lines. The 1D model was the resistivity distribution vertically
generated from the depth of each measurement point, while the 2D model was the resistivity
distribution generated in vertical and lateral to form the image of geothermal system. In the
1D model the resistivity distribution values were in the range of 66 ohm.m and 270 ohm.m,
while in the 2D model the resistivity distribution values were in the range of 66 ohm.m and
221 ohm.m. From the image it could be interpreted the low resistivity related to the cap rock
zone located above the reservoir zone, the medium resistivity related to the reservoir zone
located below the cap rock zone, and the high resistivity related to the heat source zone
located below the reservoir zone. The study found that the position of geothermal reservoir
was under the cap rock zone.
1
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 3 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2615-5176
Geofisika FMIPA UNMUL
ditimbulkan oleh angin matahari (Unsworth, lempung yang memiliki nilai Cation
2001). Exchange Capacity (CEC) yang tinggi. CEC
Metode magnetotellurik merupakan merupakan kapasitas batuan untuk
metode pasif yang memanfaatkan fluktuasi menyediakan jalur konduktif melalui bidang
medan listrik dan medan magnet alami yang batas antarmuka batuan (interface
tegak lurus di permukaan bumi, yang conductivity) (Umbara, 2014).
ditimbulkan oleh arus telurik. Arus telurik Bagian reservoir memiliki nilai
tersebut dibangkitkan oleh angin matahari. resistivitas yang lebih tinggi dibanding
Dari analisis atas fluktuasi tersebut dapat batuan penudung. Tingginya nilai
diketahui nilai resistivitas atau tahanan jenis resistivitas tersebut dikendalikan oleh
dari batuan di bawah permukaan bumi jumlah smekit yang rendah dan keberadaan
(Fitrida, 2015). mixed clay, ilit, klorit dan epidot. (Umbara,
Makalah ini melaporkan hasil 2014).
penelitian identifikasi zona panas bumi di Kaitan nilai temperature dengan nilai
daerah X. Identifikasi tersebut didasarkan resistivitas di zona panas bumi diperlihatkan
nilai resistivitas dan model dari metode dalam Gambar 1. Kaitan tersebut
magnetotellurik. Hasil identifikasi menyatakan bahwa semakin tinggi
menemukan bahwa di daerah X tersebut temperature reservoir maka semakin besar
terdapat zona panas bumi yang meliputi cap nilai resistivitas dari reservoir tersebut.
rock, reservoir, dan heat source. Selanjutnya kaitan model 2D MT
Terdapatnya zona panas bumi tersebut dapat terhadap kedalaman juga diperlihatkan
dimanfaatkan untuk pembangkitan energi dalam Gambar 1. Kaitan tersebut
listrik dari sumber energi panas bumi. menyatakan bahwa semakin dalam reservoir
maka semakin besar nilai resistivitasnya.
2. Sistem Panas Bumi Kemudian kaitan antara kandungan
Sistem panas bumi di Indonesia jenis mineral lempung terhadap kedalaman
umumnya berupa sistem hidrotermal. Sistem juga diperlihatkan dalam Gambar 1. Kaitan
hidrotermal tersebut merupakan reservoir
yang mengandung uap, air atau campuran
keduanya (Murbanendra, 2016). Secara
garis besar sistem panas bumi tersebut
dikendalikan oleh sumber panas, (heat
source), batuan reservoir, lapisan penutup,
keberadaan struktur geologi, dan daerah
resapan air (Murdani, 2017).
Keberadaan sistem panas bumi tersebut
dapat diketahui dari nilai resistivitas batuan
yang membentuk sistem tersebut. Perbedaan tersebut menyatakan bahwa semakin dalam
antara nilai resistivitas tiap bagian kedudukan reservoirnya maka semakin kecil
komponen sistem panas bumi dapat presentase smecite atau mineral lempung.
digambarkan sebagai suatu struktur Gambar 1. Grafik kaitan temperatur dengan
resistivitas bawah permukaan yang resistivitas dan keberadaan mineral lempung
membantu pembuatan model konseptual (Usher, 2000).
sistem panas bumi (Umbara, 2014).
Di bawah zona resistif terdapat batuan 3. Metode Magnetotellurik
penudung dengan ciri nilai resistivitas Metode magnetotellurik (MT)
rendah (1-10 Ohm-m), hal ini menurut merupakan salah satu metode eksplorasi
Flovens et al (2005) dan Usher (2000) geofisika yang memanfaatkan medan
dikarenakan oleh kehadiran mineral elektromagnetik alami. Medan EM tersebut
2
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 3 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2615-5176
Geofisika FMIPA UNMUL
ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang frekuensinya sangat lebat (10-5 Hz -104 Hz).
cukup kompleks sehingga spektrum Hal ini dilakukan dengan mengukur secara
simultan variasi medan listrik (E) dan
medan magnet (H) sebagai fungsi waktu
(Grandis, 2010). (5)
Dalam Metode magnetotellurik Dimana adalah tahanan jenis medium
(MT), medan elektromagnetik alami homogeny atau ekivalensinya, .
digunakan untuk menyelidiki struktur Besaran skin depth digunakan untuk
konduktivitas listrik bumi. Sumber alami memperkirakan kedalaman penetrasi atau
medan magnetotellurik di atas 1 Hz adalah kedalaman investigasi gelombang EM.
badai petir. Pada frekuensi di bawah 1 Hz, Untuk keperluan praktis digunakan definisi
sebagian besar sinyal adalah karena sistem kedalaman efektif yang lebih kecil dari skin
di magnetosphere oleh aktivitas matahari depth yaitu (Grandis, 2010).
(Vozoff, 1991).
6. Induksi Pada Diskontinuitas: Bentuk
4. Persamaan Maxwell Sederhana (2-Dimensi) Dan Konsep
Persamaan Maxwell merupakan sintesa Polarisasi E dan B
hasil-hasil eksperimen (empiris) mengenai Prinsip fisik yang mengatur induksi
fenomena listrik-magnet yang didapatkan pada diskontinuitas adalah konservasi arus.
oleh Faraday, Ampere, Gauss, Coulomb
disamping yang dilakukan oleh Maxwell
sendiri dalam bentuk diferensial, persamaan
Maxwell dalam domain frekuensi dapat
dituliskan sebagai berikut:
(1)
Gambar 2. Model 2D dengan kontak
(2) vertikal sederhana (Simpson dan Bahr,
(3) 2005)
(4) Gambar 2 menampilkan gambaran 2-D
Dengan E (Volt/m) adalah medan listrik, H yang sangat sederhana dengan kontak
(Ampere/m) adalah medan magnetik, B vertikal antara dua zona konduktivitas yang
(Weber/ adalah fluks atau berbeda . Densitas arus, (j y),
induksi magnetik, D (Coulomb/ adalah melintasi batas yang diberikan oleh:
perpindahan listrik, dan q (Coulomb/ (6)
adalah rapat muatan listrik, j adalah rapat Untuk keadaan 2-D ideal, medan listrik dan
arus (Grandis, 2010). medan magnet tegak lurus, dimana medan
listrik yang searah strike menginduksi
5. Skin Depth medan magnetik yang tegak lurus terhadap
Skin depth didefinisikan sebagai strike dan bidang vertikal. Sedangkan
kedalaman pada suatu medium homogen medan magnet sejajar terhadap strike
dimana amplitude gelombang EM telah menginduksi medan listrik yang tegak lurus
tereduksi menjadi 1/e dari amplitudonya di terhadap strike dan bidang vertikal
permukaan bumi (ln e = 1 atau e = 2,718 (Simpson dan Bahr, 2005).
…). Besaran tersebut dirumuskan sebagai
berikut: 7. Metodologi Penelitian
3
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 3 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2615-5176
Geofisika FMIPA UNMUL
Data yang diolah merupakan data Pada Gambar 4 dimana pada lintasan
sekunder dari Pusat Sumber Daya Mineral 1 terdapat 7 titik pengukuran yaitu
Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP), MTLL15A(1), MTLL16, MTLL16(A),
Bandung, dengan menggunakan metode MTLL17a, MTLL17A(1), MTLL18,
magnetotellurik di area “X”. MTLL19a, yang memiliki kedalaman yang
berbeda-beda mulai dari kedalaman 8000
meter sampai dengan 15000 meter,
berdasarkan lapisannya bahwa sebaran nilai
mulai
resistivitas yang rendah memiliki nilai
sebesar 20-54 ohm.m yang terdapat pada
Studi Pustaka titik MTLL16, MTLL16a, dan MTLL19a,
untuk nilai resistivitas sedang memiliki nilai
Pengumpulan data sebesar 66-270 ohm.m yang terdapat pada
magnetotellurik setiap titik pengukuran dengan ketebalan
yang berbeda-beda ditiap titik pengukuran,
Data kalibrasi alat Data hasil pengukuran dan untuk resistivitas tinggi berada pada
(CLB dan CLC) magnetotelurik (TBL, semua titik pengukuran dengan nilai
TS3, TS4, TS5)
resistivitas sebesar 300-2000 ohm.m
dikedalaman dan ketebalan yang berbeda-
Input data beda.
Pada Gambar 5 dimana pada lintasan
FFT (mengubah 2 dengan sebaran nilai resistivitas yang
domain waktu ke berbeda pada tiap titik. Dapat dilihat
domain frekuensi) berdasarkan lapisannya bahwa sebaran nilai
resistivitas yang rendah memiliki nilai
Proses robust sebesar 20-54 ohm.m yang terdapat pada
titik MTLL23a, dan MTLL24, untuk nilai
Cross power resistivitas sedang terdapat pada titik
MTLL22a, MTLL22, MTLL23a, dan
Inversi MTLL24 yang memiliki nilai resistivitas
sebesar 66-270 ohm.m, dan untuk
Pemodelan resistivitas tinggi berada pada titik
pengukuran MTLL22a, MTLL22,
Sounding 1D Penampang 2D
MTLL23a, MTLL25 dengan nilai
resistivitas sebesar 300-2000 ohm.m
dikedalaman dan ketebalan yang berbeda-
Interpretasi zona panas bumi beda.
4
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 3 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2615-5176
Geofisika FMIPA UNMUL
5
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 3 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2615-5176
Geofisika FMIPA UNMUL
6
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 3 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2615-5176
Geofisika FMIPA UNMUL
7
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 3 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2615-5176
Geofisika FMIPA UNMUL