Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial Terhadap Angka Kejadian Dan Penyembuhan Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Puskesmas Mojoroto
Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial Terhadap Angka Kejadian Dan Penyembuhan Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Puskesmas Mojoroto
Pengaruh Dinamika Kelompok Sosial Terhadap Angka Kejadian Dan Penyembuhan Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Puskesmas Mojoroto
(The effect of social group dynamics of events and healing tuberculosis lung disease in
Public Health Center Mojoroto)
Pardjono, Puguh Santoso, Dyah Ika Krisnawati, Erna Susilowati, Elfi Quyumi,
Novita Setyowti
ABSTRACT
Pulmonary tuberculosis is a chronic disease that must be controlled through a
comprehensive program to achieve Indonesian Health Program in 2012. From
retrospective data recorded and reported, tuberculosis (Pulmonary Tuberculosis) is one of
the cases that should get routine examination and scheduled to visit health center. Public
Health Center activities to the TB’s patient are by promotive, preventive, rehabilitative,
and curatif coordinate with activities in the development of health centers
The purpose of this study was to determine the effect of social group dynamics of
events and healing tuberculosis lung disease in Public Health Center Mojoroto. The
population in this study is all patients who was came in Public Health Center Mojoroto
totaled 50 people. The sampling technique used is total sampling so the number of samples
taken as many as 50 people..
Analysis for the effect of social group dynamics of events and healing tuberculosis
lung disease is McNemar-Bowker Test. From the processing of the analysis statistic
obtained probability value is more than 0.05, which means there is no effect of social
group dynamics of events and healing tuberculosis lung disease in Public Health Center
Mojoroto.
The results showed no significant effect of group dynamics activity on the incidence
of tuberculosis and cure of pulmonary tuberculosis. Most of sputum examination results
before and after shown the negative result may caused by patients can not cough up
sputum well.
yang muncul gejala klinis merupakan Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
pasien yang menjalani pengobatan OAT. hasil pemeriksaan sputum (sewaktu)
sebelum dilakukan dinamika kelompok
5. Berdasarkan Gejala yang muncul untuk hampir seluruh responden (98%)
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi adalah negatif.
Responden berdasarkan Gejala yang
Muncul D. Hasil Pemeriksaan Sputum (pagi)
Gejala Setelah Dilakukan Dinamika
yang Kelompok
No muncul Frekuensi Prosentase Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
1 Flu 1 17% Pemeriksaan Sputum (pagi) Setelah
2 Batuk 5 83% Dilakukan Dinamika Kelompok
Total 6 100%
Hasil
No Pemeriksaan Frekuensi Prosentase
Berdasarkan tabel diatas
Sputum
didapatkan bahwa sebagaian besar
1 Positif 0 0%
responden (83%) muncul gejala batuk.
2 Negatif 50 100%
B. Hasil Pemeriksaan Sputum (pagi) Total 50 100
Sebelum Dilakukan Dinamika
Kelompok Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa hasil pemeriksaan sputum (pagi)
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi setelah dilakukan dinamika kelompok
Pemeriksaan Sputum (Pagi) Sebelum untuk seluruh responden (100%) adalah
Dilakukan Dinamika Kelompok negatif.
bulan berturut-turut dan tidak naik dalam pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan
1 bulan meskipun sudah dengan ke 2 hasilnya masih BTA positif,
penanganan gizi yang baik (failure to pengobatan diteruskan dengan OAT (Obat
thrive), c) Nafsu makan tidak ada Anti Tuberculosis) sisipan selama 1 bulan.
(anoreksia) dengan gagal tumbuh dan Setelah paket sisipan satu bulan selesai,
berat badan tidak naik dengan adekuat, d) dahak diperiksa kembali, Pengobatan
Demam lama/berulang tanpa sebab yang tahap lanjutan tetap diberikan meskipun
jelas disertai keringat malam, e) hasil pemeriksaan ulang dahak BTA
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis masih tetap positif.
yang tidak sakit biasanya multiple B. Pengobatan ulang penderita BTA
(pembesaran kelenjar limfe di berbagai positif dengan kategori 2:
tempat) paling sering didaerah leher Jika pemeriksaan ulang dahak pada
ketiak dan lipatan paha (inguinal), f) akhir bulan ke 3 masih positif, tahap
gejala dari saluran nafas misalnya batuk intensif harus diteruskan lagi selama 1
lama lebih dari 30 hari dan nyeri dada. bulan dengan OAT sisipan, Setelah satu
Pemantauan kemajuan hasil bulan diberi sisipan dahak diperiksa
pengobatan pada orang dewasa kembali. Pengobatan tahap lanjutan tetap
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang diberikan meskipun hasil pemeriksaan
dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak ulang BTA masih positif. Bila hasil
dahak secara mikroskopis lebih baik uji kepekaan obat menunjukan bahwa
dibandingkan dengan pemeriksaan kuman sudah resisten tehadap 2 atau lebih
radiologis dalam memantau kemajuan jenis OAT,maka penderita tersebut
pengobatan. Untuk memantau kemajuan dirujuk ke unit pelayanan spesialistik yang
pengobatan dilakukan pemeriksaan dapat menangani kasus resisten. Bila tidak
spesimen sebanyak dua kali (sewaktu dan mungkin, maka pengobatan dengan tahap
pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan lanjutan diteruskan sampai selesai.
negatif bila ke 2 spesimen tersebut C. Pengobatan penderita BTA negatif
negative, bila salah satu spesimen positif, rontgen positif dengan kategori 3
maka hasil pemeriksaan ulang dahak (ringan) atau kategori 1 (berat) :
tersebut dinyatakan positif. Pemeriksaan Penderita TBC paru BTA negatif,
ulang dahak untuk memantau kemajuan rontgen positif, baik dengan pengobatan
pengobatan dilakukan pada : kategori 3 (ringan) atau kategori 1 (berat)
a) Akhir tahap Intensif tetap dilakukan pemeriksaan ulang dahak
Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan pada akhir bulan ke 2. Bila hasil
ke 2 pengobatan penderita baru BTA pemeriksaan ulang dahak BTA positif
positif dengan kategori 1,atau seminggu maka ada 2 kemungkinan:
sebelum akhir bulan ke 3 pengobatan 1. Suatu kekeliruan pada pemeriksaan
ulang penderita BTA positif dengan pertama (pada saat diagnosis sebenarnya
kategori 2. Pemeriksaan dahak pada akhir adalah BTA positif tapi dilaporkan
tahap intensif dilakukan untuk mengetahui sebagai BTA negatif).
apakah telah terjadi konversi dahak yaitu
perubahan dari BTA positif menjadi 2. Penderita berobat tidak teratur
negatif. Seorang penderita yang diagnosa
A. Pengobatan penderita baru BTA sebagai penderita BTA negatif dan diobati
positif dengan kategori 1 : dengan kategori 3 yang hasil pemeriksaan
Akhir bulan ke 2 pengobatan sebagian ulang dahak pada akhir bulan ke 2 adalah
besar (seharusnya > 80 % ) dari penderita BTA positif harus didaftar kembali
dahak nya sudah BTA negatif (konversi). sebagai penderita gagal BTA positif dan
Penderita ini dapat meneruskan mendapat pengobatan dengan kategori 2
pengobatan dengan tahap lanjutan. jika mulai dari awal. Bila pemeriksaan ulang
dahak akhir tahap intensif pada penderita pada saat dua bulan setelah pengobatan,
baru dan penderita pengobatan ulang BTA pada akhir sisipan kalau ada sisipan, dan
positif, dahak menjadi BTA negatif pada bulan kelima serta keenam pada
pengobatan diteruskan ketahap lamjutan. akhir pengobatan. Di samping itu,
Bila pada pemeriksaan ulang dahak akhir pemeriksaan sputum juga dapat
pada tahap akhir intensif penderita BTA memberikan evaluasi terhadap pengobatan
negatif Rontgen positif dahak menjadi yang sudah diberikan. Sebagian besar
BTA positif, penderita dianggap gagal dan hasil pemeriksaan sputum sebelum dan
dimulai pengobatan dari permulaan sesudah dinamika kelompok dilakukan
dengan kategori 2. negatif, disebabkan beberapa faktor: 1)
b) Sebulan sebelum akhir pengobatan kesulitan untuk mengeluarkan dahak
Dilakukan seminggu sebelum ketika pasien tidak batuk produktif atau
akhir bulan ke 5 pengobatan penderita pemeriksaan dahak yang berulang-ulang ,
baru BTA positif dengan kategori 1, atau 2) Pengobatan penderita baru BTA positif
seminggu sebelum akhir bulan ke 7 dengan kategori 1. Akhir bulan ke 2
pengobatan ulang menderita BTA positif pengobatan sebagian dari penderita,dahak
dengan katagori 2 nya sudah BTA negatif (konversi).
c) Akhir pengobatan Penderita ini dapat meneruskan
Dilakukan seminggu sebelum pengobatan dengan tahap lanjutan. jika
akhir bulan ke 6 pengobatan pada pemeriksaan ulang dahak pada akhir
penderita baru BTA positif dengan bulan ke 2 hasilnya masih BTA positif,
kategori 1, atau seminggu sebelum akhir pengobatan diteruskan dengan OAT
bulan ke 8 pengobatan ulang BTA positif, sisipan selama 1 bulan. Setelah paket
dengan kategori 2. Pemeriksaan ulang sisipan satu bulan selesai, dahak diperiksa
dahak pada sebulan sebelum akhir kembali, Pengobatan tahap lanjutan tetap
pengobatan dan akhir pengobatan (AP) diberikan meskipun hasil pemeriksaan
bertujuan untuk menilai hasil pengobatan ulang dahak BTA masih tetap positif.
( sembuh atau gagal). Penderita Pemeriksaan sputum penting
dinyatakan sembuh bila penderita telah karena dengan ditemukannya kuman
menyelesaikan pengobatan secara lengkap BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat
dan pemeriksaan ulang dahak (follow up dipastikan. Di samping itu pemeriksaan
paling sedikit 2 kali berturut-turut sputum juga dapat memberikan evaluasi
hasilnya negative (pada AP dan / atau terhadap pengobatan yang sudah
sebulan Ap, dan pada satu pemeriksaan diberikan. Tetapi, tidak mudah untuk
follow up sebelumnya ). mendapat sputum, terutama pasien yang
tidak batuk atau batuk yang non produktif.
B. Pengaruh Dinamika Kelompok Dalam hal ini dianjurkan satu hari
terhadap Angka Kejadian Tuberkulosis sebelum pemeriksaan sputum, pasien
dan Penyembuhan Penyakit dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter
Tuberkulosis Paru dan diajarkan melakukan refleks batuk.
Berdasarkan analisis data dengan Dapat juga dengan memberikan tambahan
menggunakan McNemar-Bowker Test obat-obat mukolitik eks-pektoran atau
menunjukkan tidak ada pengaruh yang dengan inhalasi larutan garam hipertonik
signifikan dinamika kelompok terhadap selama 20-30 menit. Bila masih sulit,
angka kejadian tuberkulosis dan sputum dapat diperoleh dengan cara
penyembuhan penyakit tuberkulosis paru. bronkoskopi diambil dengan brushing atau
Pemeriksaan sputum adalah terlaksana bronchial washing atau BAL (Broncho
tidaknya pemeriksaan mikroskopis dahak Alveolar Lavage). BTA dari sputum bisa
tersangka atau penderita TB paru pada juga didapat dengan cara bilasan
saat pertama kali penderita datang dan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada