Kearifan Lokal 1
Kearifan Lokal 1
Kearifan Lokal 1
54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
Muhammad Rakib
Universitas Negeri Makassar, Jln A. P. Pettarani Kampus Gunungsari Baru,
Makassar
Email: rakib_feunm@yahoo.com
ABSTRACT
54
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
PENDAHULUAN
Kontribusi ekonomi kreatif dalam perekonomian dan kultur Indonesia
dengan keragaman sosio-budaya menjadi sumber inspirasi dalam
mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Keragaman sosio-budaya
Indonesia memberikan indikasi bahwa kreativitas masyarakat Indonesia
sangat tinggi. Begitu pula halnya dengan keragaman produk dari berbagai
etnis, yang menjadi factor pendukung pengembangan ekonomi kreatif.
Pengembangan ekonomi kreatif tidak terlepas dari budaya masyarakat
setempat. Pengembangan ekonomi kreatif harus berbasis budaya masyarakat
setempat. Budaya masyarakat setempat merupakan kearifan lokal yang harus
dilestarikan dan dikembangankan dalam bentuk terintegrasi dalam setiap
kegiatan pembangunan. Kearifan local dalam budaya biasa dalam bentuk
fisik dan non fisik. Kearifan local dalam bentuk fisik dan non fisik dapat
berupa produk-produk yang memiliki nilai-nilai yang bermakna seperti
kerajian, seni, kuliner, dan lain-lain.
Ekonomi kreatif bukan hanya diukur dari segi ekonomi tetapi juga
dapat diukur dari segi dimensi budaya. Dewasa ini, ide-ide kreatif yang
muncul pada dasarnya bersumber dari kearifan local daerah. Hal ini
memberikan makna bahwa kearifan lokal sangat menentukan arah
perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Ekonomi kreatif yang dikembangkan dengan memperhatikan kearifan
lokal merupakan solusi alternatif yang dapat mendorong perkembangan
ekonomi kreatif untuk menjadi lebih mandiri terutama di daerah. Dimana,
daerah memiliki produk-produk yang mencerminkan budayanya masing-
masing. Hal ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi
produk berbasis kearifan lokal yang dengan sentuhan teknologi sehingga
memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri.
Seperti halnya kearifan lokal di Kabupaten Mamasa dapat menjadi
daya tarik wisata alternative. Berdasarkan RIPDA Provinsi Sulawesi Barat,
Kabupaten Mamasa merupakan Daerah Tujuan Wisata (DTW) dengan
potensinya sebagai salah satu pusat etnis Toraja yang tertua yang masih
menyimpan keaslian budaya Toraja dan keberadaan lokasinya terletak di
Desa Balla Tumuka Kecamatan Balla. Pola tata ruang dan gaya arsitekturnya
yang tradisional merupakan salah satu bentuk heritage/budaya yang kaya
akan nilai sejarah, filosofi, seni, dan budaya masyarakat setempat.
Oleh karena itu, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku secara
turun-temurun di wilayah atau lembang Mamasa (Kondosapata Uai
Sapalelean) dan sekitarnya harus menjadi acuan dalam pengembangannya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Balla Tumuka, jumlah
55
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
TINJAUAN PUSTAKA
Ekonomi Kreatif
Definisi ekonomi kreatif hingga saat ini masih belum dapat
dirumuskan secara jelas. Kreatifitas yang menjadi unsur vital dalam ekonomi
kreatif sendiri masih sulit untuk dibedakan apakah sebagai proses atau
karakter bawaan manusia. Depdag RI (2008) merumuskan ekonomi kreatif
sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui
kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki
cadangan sumber daya yang terbarukan.
Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP/UNCTAD (2008)
yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari
pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan
budaya. Namun demikian, ekonomi kreatif dapat dilihat dari beberapa jenis
yaitu; periklanan (advertising), arsitektur, pasar barang seni, kerajinan (craft),
desain, fesyen (fashion), video, film dan fotografi, permainan interaktif
(game) musik, seni pertunjukan (showbiz), penerbitan dan percetakan,
layanan komputer dan piranti lunak (software), televisi & radio
(broadcasting), riset dan pengembangan (R & D), dan kuliner.
Beberapa prinsip yang mendasari desa (kawasan) wisata yang dapat
dijadikan acuan dalam mengembangkan ekonomi kreatif yang merupakan
hasil penelitian atau studi dari UNDP dan WTO (1981), antara lain: (1)
Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan
56
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
Kearifan Lokal
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup, kearifan lokal adalah
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Karakteristik
kearifan lokal dapat berupa bentuk warisan peradaban yang dilakukan secara
turun temurun, dianggap mampu mengendalikan berbagai pengaruh dari luar,
menyangkut nilai dan moral pada masyarakat setempat, tidak tertulisakan
namun tetap diakui sebagai kekayaan dalam berbagai segi pandangan hukum,
dan bentuk sifat yang melekat pada seseorang atau kelompok berdasarkan
pada asalnya. Salah satu kearifan local di Kabupaten Mamasa yaitu Kawasan
Permukiman Tradisional Balla Peu.
Pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan local merupakan
konsep mengembangkan potensi alam, budaya, dan tradisi yang dimiliki oleh
masyarakat setempat. Masyarakat berpartisipasi langsung di dalamnya
sehingga sedikit demi sedikit akan tercipta suatu kreativitas masyarakat
dalam mengembangkan daya Tarik wisata sebagai salah satu sumber
pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraannya.
57
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Lokasi penelitian ini yaitu Kawasan Permukiman Tradisional
Balla Peu di Kabupaten Mamasa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitian ini yaitu pemerintah,
masyarakat, pemilik usaha industri kreatif, dan wisatawan. Teknik
pengumpulan data digunakan yaitu wawancara, observasi, dan Dokumentasi.
Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan
kualitatif dan analisis SWOT.
Lingkungan Eksternal
Berdasarkan analisis SWOT khususnya Peluang yang dapat menjadi
potensi dan dapat pula menjadi ancaman dalam pengembangan ekonomi
kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjang Daya Tarik Wisata, yaitu;
(1) Adanya ketetapan Kabupaten Mamasa sebagai Daerah Tujuan Wisata
(DTW) dalam Rencana Induk Pembangunan Daerah (RIPDA) Provinsi
Sulawesi Barat, (2) Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
domestic dan mancanegara dari tahun ke tahun, (3) Memiliki daya saing yang
tinggi dengan daerah lain yang memiliki aktraksi wisata yang sejenis, dan (4)
Adanya teknologi yang memudahkan para calon wisatawan dalam
memperoleh informasi tentang Daerah Tujuan Wisata (DTW).
Ancaman (treats) yang dimiliki Kawasan Permukiman Tradisional
Balla Peu, yaitu: (1) Kondisi daerah yang dinilai rawan terhadap bencana
alam (kelerengan), (2) Adanya persamaan karakteristik budaya dengan
daerah lain khususnya Tana Toraja dan Toraja Utara sebagai tempat wisata
yang berakibat pada tingkat daya saing wisata, (3) Sarana dan prasarana
transportasi masih kurang memadai sehingga akses yang masih sulit
dijangkau, dan (4) Belum adanya sistem informasi di Kabupaten Mamasa
yang berorientasi pada profil kawasan yang bersifat promosi wisata terhadap
keberadaan permukiman tradisional Balla Peu di Kabupaten Mamasa.
Lingkungan Internal
Selain lingkungan eksternal, lingkungan internal juga merupakan
bagian pokok dalam analisis SWOT yang menguraikan berbagai dampak
yang akan timbul dari dalam yaitu kekuatan dan kelemahan kawasan
permukiman tradisional Balla Peu. Hal tersebut, sangat mempengaruhi
pengembangan ekonomi kreatif sebagai penunjang Daya Tarik Wisata
tersebut. Terdapat poin pokok mengenai kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) yang dimiliki Kawasan Permukiman Tradisional Balla Peu,
sebagaimana diuraikan berikut ini.
Kekuatan (Strengths). Kekuatan yang dimiliki Kawasan Permukinan
Tradisional Balla Peu meliputi; (1) Memiliki keindahan dan panorama alam
yang alami dan eksotis, (2) Memiliki upacara adat bernuansa ritual, (3)
Keunikan budaya masyarakat setempat, (4) Keberadaan aktrasi wisata yang
masih alami dengan ciri khas daerah, (5) Memiliki rumah tradisional dengan
arsitektur yang unik dan berkarakter, (6) Memiliki produk industri kreatif
yang unik khususnya industri kerajinan rakyat, (7) Jarak wilayah dekat dari
60
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
61
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
62
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
63
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
bagi usaha jasa wisata yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat. Manfaat yang dirasakan masyarakat bagi
pengembangan kepariwisataan akan mengubah tingkat perekonomian
masyarakat setempat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: (1) Pemerintah
membantu memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal
usaha kepada masyarakat yang ingin membuka usaha. Hal ini agar secara
tidak langsung dapat merangsang minat masyarakat untuk berwirausaha
khususnya kepada masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap; (2)
Pemerintah dan para pelaku pariwisata bekerja sama untuk memberikan
pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha apa saja yang
bisa dilakukan untuk menangkap peluang yang ada; dan (3) Memberikan
pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat agar mereka dapat menjadi
pemandu/guide bagi wisatawan yang datang dan berbagai peluang lainnya
yang perlu digali secara terus menerus namun tetap memperhatikan aspek
keberlanjutan sumber daya.
67
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
KESIMPULAN
Aspek pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam
menunjang daya Tarik wisata pada kawasan permukiman Balla Peu meliputi;
Aspek potensi perwujudan kawasan permukiman sangat mendukung seperti
upacara adat, kesenian, bentuk kerajinan rakyat, cerita rakyat, keindahan
alam, dan keanekaragaman flora dan fauna. Akan tetapi terdapat pula
permasalahan pokok yang menjadi kelemahan dan ancaman, meliputi; aspek
infrastruktur di bidang pariwisata yang masih terbatas bahkan sebagian belum
tersedia, Sedangkan, aspek aksesibilitas yang rendah akibat dari kondisi jalan
yang kurang-tidak baik, keterbatasan fasilitas di lingkungan permukiman;
keterbatasan infrastrukur transportasi menuju lokasi studi, serta belum
maksimalnya upaya promosi dan belum tersedianya Tourist Information
Center (TIC).
Strategi dan program pengembangan Ekonomi Kreatif yang perlu
dilakukan di kawasan permukiman tradisional Balla Peu, meliputi: (a)
Penataan kawasan permukiman tradisional Balla Peu, (b) Peningkatan
Kualitas Lingkungan, Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat, Peningkatan kualitas produk-produk industry kreatif, (c)
Peningkatan promosi wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Mamasa, Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata (BPW),
Penyediaan Tourist Information Center (TIC), dan (d) Peningkatan sumber
daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Crouch, G.I, dan Ritchie, J R.B. 1999. Destination Competitiveness an the
Role of the Tourism Enterprise. Proceeding in the Fouth Annual
Business Conress. Istambul Turkey 13-16 July 1999, p. 43-48.
Depdag RI. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Hunter, C. and Green, H. 1995. Tourism and the Environment: a Sustainable.
Relationship. Routledge, London.
Nuryanty, W.. 1993. Concept, Perspektive and Challenges. Makalah
konfrensi Internasional Mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta:
UGM Press.
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat No. 15 Tahun 2008 tentang
Destinasi Kabupaten Mamasa Unggulan Pariwisata di Sulawesi Barat.
Roger, Anthea and Judy Slinn. 1998. Tourism Management of Facilities.
London: Pitman Publishing.
Smith and Eadington. 1992. Tourism and Alternatives. University of
Pennsiylvania. Press. Philadelphia.
68
Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54 – 69
ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online)
POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR
69