Keramik Lantai 1 All
Keramik Lantai 1 All
Keramik Lantai 1 All
142
Vol. 19, No. 2, 142-147, November 2016
ABSTRACT
Indonesia is a country that has a high seismic risk, so that the high-level buildings
need to be designed to resist earthquake loads. Modeling of buildings generally use
three-dimensional program. The designers usually model beams and columns as
elements of the line and the rest, which were slab, shear wall and stairs modeled as
two-dimensional elements or shell elements. Modelling stairs using shell elements
can rigidify building.When structural elements in buildings are designed based on
these conditions, it will be more vulnerable under seismic load. In this paper, it will
be examined on effect of stairin buildingsunder earthquake load. The parameters that
will be studied arebuilding’s natural period, displacement between floors, and
seismic forces that occur in the building. From this research, it is known that
modeling without stairs will create a largerbuilding’s natural period and
displacement between floor so that modeling without stairs will make more
conservative design structures against earthquake loads.
Keywords:earthquake load, reinforced concrete building, stairs modelling
laludidesain berdasarkan kapasitas nominalnya. arah x yang terjadi mencapai 35,365 mm dengan
Berbeda dengan pelat lantai, dinding geser, dan perpindahan izin sebesar 35,5 mm.
tangga. Elemen-elemen struktur tersebut
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh
umumnya dimodelkan sebagai struktur pelat 2
Maulana (2014) yangmeninjau tentang
dimensi berupa shell. Pemodelan 2 dimensi pada
perancangan ulang struktur gedung hotel
pelat dan dinding geser cukup jelas
menggunakan peraturan terbaru di Indonesia,
pemfungsiannya, yakni pada pelat, elemen 2
yaitu SNI 1726:2012 tentang pembebanan
dimensi membantu menyalurkan beban gravitasi
gempa dan SNI 2847:2013 tentang struktur
kepada balok dan kolom. Sama halnya dengan
beton bertulang untuk gedung. Penelitian
dinding geser, elemen 2 dimensi dimaksudkan
tersebut mengambil kasus gedung Palagan
menahan beban horisontal yang terjadi akibat
Gallery Hotel di Yogyakarta dengan jumlah
beban gempa maupun beban angin. Sebaliknya,
lantai sebanyak 5 lantai dan 6 lantai. Pemodelan
elemen 2 dimensi yang dimodelkan pada
yang dilakukan memodelkan tangga berupa pelat
program umumnya diletakkan secara miring,
2 dimensi dan diletakkan secara miring dengan
dari lantai satu ke lantai lainnya, dan secara
dibebani gaya horisontal berupa gempa. Berbeda
umum, beban merupakan beban gravitasi sesuai
dengan gedung bertingkat lainnya, gedung yang
kondisi dan standar yang berlaku dan didesain
direncanakan berada di Yogyakarta ini (dengan
seperti balok biasa. Akan tetapi karena cara
resiko gempa yang cukup tinggi) tidak didesain
pemodelannya yang disatukan dan dibentuk
menggunakan dinding geser, melainkan cukup
miring, sifatnya akan menyerupai pengaku
menggunakan struktur beton bertulang rangka
(bracing), yaitu akan menerima beban tekan dan
pemikul momen khusus. Dari penelitian
beban tarik akibat beban horizontal yang terjadi,
diperoleh hasil bahwa nilai perpindahan
serta akan memperkaku struktur yang
maksimum yang terjadi adalah 66,55 mm pada
menopangnya, sehingga perhitungan analisis
arah x dan 61,05 mm pada arah y. Nilai
seharusnya sudah tidak menyerupai balok, tetapi
perpindahan tersebut masih memenuhi syarat
menyerupai kolom karena elemen struktur
yang ditetapkan SNI 1726:2012 yaitu 2% dari
tersebut menerima beban lentur dan beban
ketinggian setiap lantai, atau pada kasus ini
aksial.
sebesar 68 mm.
Pada penelitian iniakan dibandingkan sebuah
Penelitian tentang analisis gedung beton
model 3 dimensi menggunakan program
bertulang dengan standar yang berlaku juga
SAP2000 yang menganalisis secara numeris,
dilakukan oleh Agusta, dkk (2016). Pada
gedung 5 lantai dengan menggunakan tangga
penelitian tersebut dilakukan evaluasi kekuatan
pada modelnya dan tanpa menggunakan tangga
dan detailing tulangan balok beton bertulang
pada model lainnya. Dari hasil penelitian ini
dengan studi kasus hotel 10 lantai di Semarang,
diharapkan akan dapat dilihat perbedaan nilai
Jawa Tengah dengan menggunakan program
perpindahan akibat penambahan kekakuan dari
ETABS dan standar yang sama yaitu SNI
adanya pemodelan elemen tangga. Penelitian ini
1726:2012 dan 2847:2013. Dari penelitian
hanya difokuskan pada besar perpindahan yang
diperoleh nilai maksimum perpindahan yang
terjadi. Diharapkan bila tangga dimodelkan,
terjadi antar lantai pada arah x sebesar 29,15 mm
desainer gedung dapat lebih mewaspadai elemen
dengan perpindahan izin sebesar 49,32 mm dan
yang didesainnya, terutama elemen tangga,
arah y sebesar 49,50 dengan perpindahan izin
apakah bersifat sebagai balok maupun bersifat
sebesar 147,69 mm.
kolom.
Patil dan Kumbhar (2013) pernah juga meneliti
Penelitian tentang analisis gedung beton
tentang analisis gedung beton bertulang
bertulang telah dilakukan oleh Rusdiatmoko,
menggunakan riwayat waktu (time history)
dkk (2012). Gedung yang ditinjau adalah gedung
untuk intensitas gempa yang berbeda. Program
beton bertulang dengan jenis rangka pemikul
yang digunakan juga serupa, yaitu menggunakan
momen khusus sejumlah 4 lantai, tetapi pada
program SAP2000 versi 15. Gedung yang
modelnya tidak dimodelkan tangganya.
dianalisis merupakan gedung yang tipikal
Penelitian ini menggunakan RSNI 03-1726-
dengan 10 lantai dan ketinggian total 31 meter,
XXXX (yang pada saat ini telah disahkan
dengan panjang dan lebar bangunan sebesar 20
menjadi SNI 1726:2012) dengan menggunakan
meter x 12 meter. Hasilnya diperoleh bahwa
program SAP 2000 v.11. Hasil yang diperoleh
semakin digunakan intensitas gempa dengan
cukup baik, yaitu perpindahan maksimum ke
skala Modified Mercalli’s Intensity Scale (MMI)
144 Y. A. Harsoyo /Semesta Teknika, Vol. 19, No. 2, 142-147, November2016
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
1m 2m 1,5 m 3m
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu: GAMBAR2. Denah Lantai dilihat
secara 2 dimensi
1. Pemodelan struktur pada program
Pemodelan dilakukan dengan menggunakan
Untuk elemen pelat lantai, dinding geser,
program SAP2000 dengan memodelkan
dan elemen tangga berbeda dengan elemen
elemen balok dan kolom sebagai elemen 1
struktur lainnya, yakni dibuat menggunakan
dimensi, yaitu berupa garis yang dibentuk
elemen 2 dimensi atau sering disebut
dari 2 buah titik.
dengan pelat cangkang / elemen shell.
Periode Alami Struktur bahwa dengan gaya yang sama tetapi berbeda
pada 1 elemen yaitu elemen tangga, dihasilkan
Dari analisis program SAP2000, diperoleh hasil perpindahan yang lebih besar pada model
bahwa pemodelan menggunakan tangga akan struktur gedung tanpa menggunakan tangga. Ini
menghasilkan periode alami sebesar 0,612 detik, disebabkan karena tangga memberikan
lebih kecil dibandingkan pemodelan tanpa kekakuan yang lebih besar. Semakin besar
menggunakan tangga, yaitu 0,620 detik. Apabila kekakuan yang dimiliki, maka semakin kecil
dilacak, perbedaan periode alami ini diakibatkan pula perpindahan yang terjadi. Akibatnya
oleh adanya perbedaan kekakuan yang terjadi pemodelan menggunakan tangga akan lebih
pada struktur setelah penambahan tangga. cepat mendekati batas perpindahan yang
Dengan adanya tangga, kekakuan akan diizinkan sesuai SNI 1726:2012. Oleh karena itu
meningkat dan dengan massa / beban struktur pemodelan tanpa menggunakan tangga akan
yang sama, maka periode alami struktur akan lebih konservatif apabila dibebani menggunakan
menurun, sesuai dengan logika pada Persamaan beban gempa, karena akan dihasilkan
1. penampang yang lebih besar dan aman. Pada
Tabel 1, Gambar 5, dan Gambar 6 disajikan
Perpindahan Struktur Gedung Secara Umum perbandingan besar perpindahan yang terjadi
pada pemodelan tanpa dan dengan menggunakan
Analisis program SAP2000 yang telah dilakukan elemen tangga untuk kedua arah sumbu, yaitu
menghasilkan nilai perpindahan / displacement sumbu x dan sumbu y.
untuk setiap variasi. Secara umum diperoleh
18 18
14.4 14.4
10.8 10.8
7.2 7.2
Dengan Tangga Dengan Tangga
Tanpa Tangga Tanpa Tangga
3.6 3.6
0 0
0 2 4 6 8 0 5 10 15
DAFTAR PUSTAKA