Journal
Journal
Journal
IVAN HENDRA SUDARMAWAN, DJOKO DLIDIR, AMBAR MUDIGDO, DYAH RATNA BUDIANI
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, Jawa Tengah
Abstract. Sudarmawan IH, Dlilir D, Mudigdo A, Budiani DR. 2010. The effect of ethanolic and petroleum ether fractions of bawang
dayak (Eleutherine palmifolia) bulb extract on expression of p53 mutant in breast cancer cell line T47D. Biofarmasi 8: 17-26. Breast
cancer was still to be the most popular disease. The second highest morbidity and mortality stages after cervix cancer which need to be
involved in alternative therapy. Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr ) had been used as anti-cancer in empiric therapy by
urban society. Therefore, it was needed to determine the influence of etanolic and petroleum eter fractions of bawang dayak extract on
the p53 mutant expression in T47D breast cancer cell in vitro. Epithelial cell in ductal mammae breast cancer T47D which had a
malignancy and p53 mutant, with ER/PR positive status. As a comparation, it was used MCF7 cell specimen (negative control). They
were cultured on 60 wells for T47D and MCF7 in RPMI 1640 media. Each well was filled with 2x105 cells/200 µl media. Thirty wells
with a size of 1.5 cm/T47D cell diameter, cultured in etanolic and petroleum eter fractions with under concentration of LC50. The
number of sample was determined by using “Rule of Thumb”. The result of LC50 on T47D breast cancer cell were etanolic fraction 125
μg/mL, while petroleum eter fraction 31.25 μg/mL. The result of expression percentage of p53 mutant given by the extract of etanolic
fraction of bawang dayak were: 0 μg/mL = 36.11%, 15.625 μg/mL = 28.32%, 31.25 μg/mL = 27.46%, 62.5 μg/mL = 19.67%, and 125
μg/mL = 11.02%. Other result of bawang dayak extract percentage given in petroleum eter fraction were: 0 μg/mL = 26.16%, 3.90625
μg/mL = 25.29%, 7.8125 μg/mL = 22.70%, 15.625 μg/mL = 22.27%, and 31.25 μg/mL =15.78%. The treatment of bawang dayak
extract in ethanolic and petroleum eter fractions were able to inhibit the expression of p53 mutant in vitro. The result of this research
showed no significant difference in the inhibition expression of p53 mutant in breast cancer cell T47D.
Keywords: Bawang dayak, breast cancer cell T47D, ethanolic fraction, petroleum eter fraction, p53 mutant
irrasionalitas penggunaan jenis tanaman tersebut sebagai dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak
obat dan bukan suatu pencarian obat baru. Berbagai jenis bawang dayak mempunyai efek sebagai antibakteri serta
tanaman obat memang sudah biasa digunakan sebagai obat mengandung kumarin, terpenoid, flavonoid, dan antrakinon
dan dirasakan efektivitasnya secara empiris, sehingga yang berpotensi sebagai antikanker. Oleh karena itu
penelitian yang dilakukan adalah upaya untuk dianggap perlu untuk melihat efek kedua fraksi tersebut
membuktikannya. Hasil-hasil penelitian mengenai jenis- sebagai antikanker yang didemonstrasikan secara in vitro
jenis tanaman yang berpotensi untuk mengobati penyakit dengan kultur sel kanker payudara T47D dan MCF7
kanker dapat dikelompokkan menjadi: (i) tanaman obat melalui ekspresi gen p53 mutan.
yang bersifat sitotoksik dan sitostatik, (ii) tanaman obat Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian
yang bersifat imunostimulan, dan (iii) tanaman obat yang mengenai potensi ekstrak bawang dayak dengan
bersifat antioksidan (Ashariati 2005). berdasarkan larutan penyaring yang berbeda, yaitu
Di Indonesia, pengobatan tradisional dengan petroleum eter dan etanol, terhadap tingkat pemulihan
menggunakan tumbuh-tumbuhan, termasuk penggunaan kualitas struktur gen p53 mutan yang dimiliki oleh sel
beberapa jenis tanaman yang berpotensi untuk kanker payudara T47D sebagai model percobaan. Kualitas
menyembuhkan berbagai jenis kanker, sudah menjadi struktur gen p53 mutan pada sel T47D dibandingkan
kebiasaan selama puluhan tahun. Meskipun demikian, dengan tingkat ekspresi gen p53 wild type pada sel MCF7
bukti ilmiah tentang efektivitas penyembuhannya belum sebagai kontrol negatif.
terungkap seluruhnya. Aktivitas antikanker suatu jenis Tujuan penelitian ini adalah: (i) Mengetahui pengaruh
tanaman obat atau senyawa dapat dievaluasi dari efek pemberian ekstrak bawang dayak fraksi etanolik terhadap
sitotoksisitasnya secara in vitro pada berbagai macam sel penekanan tingkat ekspresi gen p53 mutan pada galur sel
kanker (Katzung 2001). kanker payudara T47D secara in vitro, (ii) Mengetahui
Pemahaman tentang perilaku sel kanker payudara serta pengaruh pemberian ekstrak bawang dayak fraksi
faktor risikonya telah banyak mengubah konsep dasar petroleum eter terhadap penekanan tingkat ekspresi gen
pengobatan. Dengan berkembangnya teknologi kedokteran, p53 mutan pada galur sel kanker payudara T47D secara in
menyebabkan modalitas terapi menjadi lebih beragam dan vitro, (iii) Mengetahui perbedaan potensi penekanan
sangat mempengaruhi penderita, sehingga pemilihan jenis tingkat ekspresi gen p53 mutan antara pemberian fraksi
terapi dan seleksi penderita menjadi sangat penting (Albar etanolik dan fraksi petroleum eter pada biakan galur sel
et al. 2004). Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kanker payudara T47D secara in vitro.
Kedokteran (Iptekdok), khususnya biomolekuler yang
sangat pesat, tentunya mempengaruhi tata cara penanganan
kanker payudara itu sendiri dari deteksi dini, diagnostik, BAHAN DAN METODE
dan terapi serta penanganan tindak lanjut. Informasi
mengenai berbagai ekspresi protein spesifik dalam sel Waktu dan tempat penelitian
neoplasma dapat dipakai sebagai salah satu indikator untuk Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian
menentukan keganasan, pemilihan metode terapi, serta dan Pengujian Terpadu (LPPT), Universitas Gadjah Mada,
prognosisnya (Tjindarbumi 2004). Yogyakarta dan Laboratorium Patologi Anatomi, Fakultas
Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya telah Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta pada
didapatkan sel kanker payudara yang memiliki mutasi pada bulan Februari 2008.
protein p53. Mutasi pada gen p53 banyak dijumpai
menyertai genetic aberrations selama karsinogenesis pada Alat dan bahan
sebagian besar jenis kanker, termasuk kanker payudara dan Alat yang digunakan meliputi Laminary Air Flow
cancer-derived cell lines (Smardova et al. 2005). Cabinet, Tissue Culture Flask (TCF), microplate 96
Galur sel kanker payudara T47D adalah galur sel sumuran, mikropipet, inkubator CO2, sentrifuse, mikroskop
kanker yang diisolasi dari penderita kanker payudara, serta inverted, mikroskop cahaya, Improved Neubauer
merupakan human ductal breast epithelial cancer cell line hemocytometer, dan Soxhlet. Sementara itu, bahan-bahan
(Flaman et al. 1995). Galur sel ini mengalami mutasi pada yang digunakan meliputi serbuk umbi bawang dayak, galur
gen p53 pada posisi asam amino ke-194, dengan asam sel kanker payudara T47D, MCF7, petroleum eter, dan
amino fenilalanin (Nigro et al. 1989). Disamping itu, T47D alkohol absolut (96%).
juga memiliki status Estrogen Receptor (ER) positif. Pada
kondisi kultur normal, sel tersebut juga mengekspresikan Sampel penelitian
Progesterone Receptor (PR). Sel kanker payudara T47D berasal dari American Type
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Culture Collection, sel ini merupakan sel epitel duktus
merupakan salah satu jenis tanaman obat yang selama ini mammae yang mengalami malignansi dan mutasi pada gen
dipercaya oleh masyarakat Kalimantan sebagai obat p53, dengan status ER dan PR positif. Sebagai pembanding
tradisional yang memiliki potensi sebagai herba (kontrol negatif) digunakan galur sel MCF7, sel ini
antikanker. Namun, penelitian ilmiah yang mendukung merupakan sel epitel duktus mammae yang mengalami
potensi antikanker jenis tanaman tersebut belum banyak malignansi dan tidak mengalami mutasi pada gen p53. Sel
diteliti, baik secara in vivo maupun in vitro. ini kemudian dikulturkan pada media RPMI 1640 dengan
Aulia (2003) melakukan penelitian tentang kandungan FBS 10% dalam inkubator dengan suhu 37°C, antibiotik,
bawang dayak dengan fraksi etanolik dan petroleum eter,
SUDARMAWAN et al. – Ekstrak umbi bawang dayak pada sel kangker 19
dan antifungal di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Setelah 3 hari dikulturkan, tissue culture cover slips
Terpadu (LPPT), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. yang telah terlekati penuh oleh sel kanker payudara T47D
dan MCF7 difiksasi menggunakan metanol dan siap untuk
Jenis penelitian dilaksanakan immunositokimia dengan menggunakan
Penelitian ini berupa penelitian prospektif dengan jenis monoklonal anti bodi anti human p53 mutan. Sistem
penelitian eksperimental laboratorik. Teknik pengambilan deteksi yang digunakan adalah Avidin Biotin Compleks.
sampel dilakukan berdasarkan quota sampling. Variabel Perhitungan tingkat ekspresi p53 mutan dilaksanakan
terikatnya (dependent) adalah ekspresi gen p53 mutan, dengan menentukan prosentase jumlah sel positif p53
sedangkan variabel bebas (independent) adalah konsentrasi mutan pada tiap lapang pandang, pada perbesaran 400 kali.
ekstrak umbi bawang dayak fraksi etanolik atau fraksi Lapang pandang yang digunakan sebanyak 9 lapang
petroleum eter. pandang tiap slide.
Sel dengan ekspresi p53 mutan positif ditandai dengan
Besar sampel warna kuning keemasan hingga coklat pada inti sel dan
Penelitian ini menggunakan 60 well kultur sel T47D sitoplasma sel T47D.
dan 60 well kultur sel MCF7 pada medium RPMI 1640.
Masing-masing well berisi 2x105 sel/200 µl media. Analisis data
Sebanyak 30 well dengan diameter 1,5 cm pada kultur sel Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
T47D diperlakukan dengan fraksi etanolik umbi bawang menggunakan SPSS 15. Jenis analisis yang digunakan
dayak dengan konsentrasi 125 µg/mL, 62,5 µg/mL, 31,25 adalah uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji distribusi
µg/mL, 15,62 µg/mL, dan 0 µg/mL dengan masing-masing data tergolong normal atau tidak. Analisis regresi korelasi
seri konsentrasi dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali, linier dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian fraksi
serta 30 well diperlakukan dengan fraksi petroleum eter etanolik dan petroleum eter bawang dayak terhadap tingkat
dengan konsentrasi 31,25 µg/mL, 15,62 µg/mL, 7,8 µg/mL, ekspresi gen p53 mutan. Uji selanjutnya adalah uji t-test
3,9 µg/mL, dan 0 µg/mL dengan masing-masing seri untuk menguji perbedaan potensi penghambatan tingkat
konsentrasi diulang sebanyak 6 kali, demikian juga pada ekspresi gen p53 mutan antara fraksi etanolik dan fraksi
kultur sel MCF7. Penentuan jumlah sampel tersebut petroleum eter umbi bawang dayak.
dilakukan dengan menggunakan patokan rule of thumb,
berdasarkan pendapat Murti (1997) yang menyatakan
bahwa besar sampel dalam sejumlah kelompok studi HASIL DAN PEMBAHASAN
berdasarkan tingkat perlakuan sebaiknya jangan sampai
kurang dari 5 subjek. Hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan galur sel kanker payudara
Cara kerja T47D (Gambar 1-18). Uji sitotoksisitas pemberian ekstrak
Kultur sel T47D, MCF7,uji sitotoksisitas dan persiapan umbi bawang dayak dilakukan dengan menggunakan fraksi
kultur sel guna penentuan tingkat ekspresi p53 mutan: etanolik dan fraksi petroleum eter. Penekanan tingkat
Kultur galur sel kanker payudara T47D pada media ekspresi gen p53 mutan pada sel T47D dengan
RPMI 1640, yang diperkaya FBS (Fetal Bovine Serum), menggunakan fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter
10%, Antibiotik (Penstrep 1%) dan anti fungal ditentukan pada konsentrasi di bawah LC50. LC50 dari
(Amphotericin 1 %). fraksi petroleum eter dan fraksi etanolik dijabarkan pada
Starvasi dilakukan setelah sel pada tahap (a) tumbuh, Tabel 1.
dilaksanakan dengan menumbuhkan sel ke dalam media Pengujian ekspresi gen p53 mutan fraksi etanolik
RPMI 1640 dengan FBS 0,05 %, berikut antibiotik dan anti ekstrak umbi bawang dayak dilaksanakan pada seri
fungi. Tahapan ini bertujuan untuk menyamakan umur sel konsentrasi LC50 dan di bawah LC50 sebagai berikut: 0
pada saat perlakuan. µg/mL, 15,62 µg/mL, 31,25 µg/mL, 62,50 µg/mL, dan 125
Uji penghambatan pertumbuhan dan kematian sel µg/mL. Sementara itu, pengujian ekspresi gen p53 mutan
dilaksanakan dengan perlakuan ekstrak batang bawang fraksi petroleum eter ekstrak umbi bawang dayak
dayak fraksi etanol dan petroleum eter dengan variasi dilaksanakan pada seri konsentrasi di bawah LC50 sebagai
konsentrasi yang ditentukan kemudian. berikut: 0 µg/mL, 3,90 µg/mL, 7,81 µg/mL, 15,62 µg/mL,
Setelah LC50 ditentukan untuk masing-masing dan 31,25 µg/mL (Tabel 2).
perlakuan sesuai dengan rumus Abott yang dilanjutkan
dengan analisis probit, maka sel T47D ditumbuhkan pada Tabel 1. Tabulasi nilai LC50 fraksi etanolik dan fraksi petroleum
media RPMI lengkap yang pada 30 well microplate eter ekstrak umbi bawang dayak pada sel T47D
dengan kepadatan 5.000 sel/250 ul media/well dengan
perlakuan masing-masing ekstrak dengan konsentrasi di Fraksi etanolik Fraksi petroleum
Jumlah Sel
LC50 (µg/mL) eter (µg/mL)
bawah nilai LC50 dengan diberi alas tissue culture cover
T47D 125 31,25
slips steril, dengan diameter : 13 mm, selama 3 hari (72
jam)
20 Biofarmasi 8 (1): 17-16, Februari 2010
Tabel 2. Tabulasi hasil pengamatan persentase p53 mutan pada dengan uji korelasi regresi menunjukkan terdapat hubungan
sel T47D dengan pemberian fraksi etanolik dan petroleum eter antara konsentrasi fraksi etanolik ekstrak umbi bawang
ekstrak umbi bawang dayak dayak dengan ekspresi gen p53 mutan, dimana dengan
peningkatan konsentrasi ekstrak umbi bawang dayak terjadi
Fraksi Etanolik Fraksi Petroleum Eter
penekanan ekspresi gen p53 mutan secara in vitro. Hal ini
Rerata Rerata
Subjek n
(%)
Subjek n
(%)
sesuai dengan grafik korelasi regresi bahwa pada
TE 0 30 36,11 PE 0 30 26,16 konsentrasi tertentu, ekspresi gen p53 mutan menunjukkan
(Konsentrasi 0 (Konsentrasi 0 gambaran stasioner, yaitu pada konsentrasi 0 µg/mL,
µg/mL) µg/mL) ekspresi gen p53 mutan sangat tinggi, sedangkan pada
TE 1 30 28,32 PE 1 30 25,29 konsentrasi LC50 dan diatasnya terjadi penekanan terhadap
(Konsentrasi (Konsentrasi ekspresi gen p53 mutan.
15,625 µg/mL) 3,906 µg/mL) Berdasarkan hasil uji Anova satu jalur, fraksi etanolik
TE 2 30 27,46 PE 2 30 22,70 dan petroleum eter ekstrak umbi bawang dayak mampu
(Konsentrasi (Konsentrasi menekan tingkat ekspresi gen p53 mutan pada galur sel
31,25 µg/mL) 7,813 µg/mL)
kanker payudara T47D secara in vitro. Dengan tertekannya
TE 3 30 19,67 PE 3 30 22,27
(Konsentrasi 62,5 (Konsentrasi ekpresi gen p53 mutan tersebut memacu proses apoptosis
µg/mL) 15,63 µg/mL) dan penghambatan siklus sel (cell cycle arrest) yang
TE 4 30 11,02 PE 4 30 15,78 memberikan kesempatan bagi sel untuk melakukan DNA
(Konsentrasi 125 (Konsentrasi repair sesuai dengan efek seluler downstream akibat dari
µg/mL) 31,25 µg/mL) aktivator upstream yang menyebabkan kerusakan DNA.
Hasil uji t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
potensi antara pemberian ekstrak umbi bawang dayak
Hasil analisis persentase gen p53 mutan pada sel T47D fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter dalam menekan
pada pemberian fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter ekspresi gen p53 mutan pada galur sel kanker payudara
ekstrak umbi bawang dayak dengan menggunakan uji t- T47D secara in vitro. Hal ini menunjukkan bahwa baik
test (SPSS 15) menunjukkan tidak terdapat perbedaan fraksi etanolik maupun petroleum eter mampu menekan
potensi antara pemberian ekstrak umbi bawang dayak tingkat ekspresi gen p53 mutan dengan konsentasi yang
fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter dalam menekan berbeda dan keduanya dapat digunakan sebagai terapi
ekspresi gen p53 mutan pada galur sel kanker payudara herba antikanker.
T47D secara in vitro. Sementara itu, hasil pengamatan Penelitian ini membuktikan bahwa kematian sel kanker
persentase gen p53 mutan pada sel T47D pada pemberian payudara T47D dan MCF7 disebabkan karena adanya
fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter ekstrak umbi induksi bahan aktif yang terkandung dalam kedua jenis
bawang dayak dengan menggunakan uji t-test (SPSS 15) fraksi umbi bawang dayak yang diujikan. Pemberian kedua
didapatkan α = 0,475. Dengan demikian, tidak terdapat fraksi ekstrak umbi bawang dayak mampu mengurangi
perbedaan potensi antara pemberian ekstrak umbi bawang aktivasi oncogene, memacu terjadinya apoptosis, dan
dayak fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter dalam berpotensi untuk mengaktivasi proses DNA repair. Hal ini
menekan ekspresi gen p53 mutan galur sel kanker payudara ditunjukkan dengan semakin kecilnya persentase ekspresi
T47D secara in vitro (Gambar 19-20). gen p53 mutan pada sel T47D dengan pemberian
konsentrasi baik fraksi etanolik maupun fraksi petroleum
Pembahasan eter umbi bawang dayak.
Hasil penelitian pemberian ekstrak umbi bawang dayak
fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter yang dibuktikan
Penelitian ini membuktikan bahwa bahan aktif yang degradasi cyclin, aktivasi cyclin dependent kinases (CDKs),
terlarut dalam etanol dan petroleum eter ekstrak umbi cyclin-dependent kinase inhibitor (CDKIs). Interaksi antara
bawang dayak berpotensi sebagai antikanker, setidaknya ketiga kelas protein tersebut berperan mengontrol berbagai
dalam hal mendukung terhentinya siklus sel, apoptosis, dan tahap siklus sel, mencegah sel ke tahap selanjutnya jika
reparasi DNA. Apoptosis yang terjadi dapat dipacu oleh terjadi kerusakan DNA melalui mekanisme checkpoint, dan
penekanan ekspresi gen p53 mutan atau peningkatan gen deregulasi proses tersebut berperan dalam pembentukan
supresor kanker yang lain atau dapat juga melalui jalur lain. kanker (Dyson 1998).
Dalam penelitian ini digunakan fraksi etanolik dan Proses apoptosis dibedakan menjadi dua jalur, yaitu (1)
petroleum eter dari ekstrak umbi bawang dayak karena jalur ekstrinsik atau death receptor (DR), dan (2) jalur
sesuai dengan penelitian Aulia (2003) yang menggunakan intrinsik atau jalur mitokondria. DR pathway dimulai
kedua fraksi tersebut sebagai antibakteri dan telah dengan pengaktifan tumour necrosis factor receptor
dibuktikan bahwa kandungan dari ekstrak umbi bawang (TNFR), yang meliputi Fas, DR 4, TNFR I, dan TNFR II.
dayak menggunakan kedua fraksi tersebut mempunyai Fas menginduksi apoptosis melalui dua jalur. Jalur pertama
senyawa yang berpotensi sebagai anti kanker. berlangsung dengan mengikat ligan. Ikatan ligan
Adanya akumulasi dari protein p53 yang terjadi akibat mengaktifkan reseptor TNFRI dan Fas untuk menarik dan
adanya kerusakan DNA memegang peranan penting dalam mengikat protein death effector Fadd/Mort-1. Ikatan
DNA repair. Protein p53 akan merangsang keluarnya p21 Fadd/Mort-1 menarik procaspase 8. Procaspase 8 diubah
yang dapat mengakibatkan terjadinya cell cycle arrest. Cell menjadi bentuk aktifnya yaitu caspase 8 dan dilepaskan
cycle arrest ini dapat memberikan waktu bagi sel untuk kembali ke dalam sitosol. Caspase 8 akan memecah dan
melakukan DNA repair akibat kerusakan, sehingga apabila mengaktifkan caspase 3. Sementara itu, jalur kedua
DNA repair berhasil, sel dapat berproliferasi secara normal. berlangsung lewat jalur alternatif sinyal transduksi.
Apabila kerusakan sel berlangsung hebat dan tidak dapat Reseptor Fas berikatan dengan protein adapter yang akan
dilakukan DNA repair maka jalur apoptosis akan diaktifkan mengaktifkan mitogen activated protein (MAP) kinase dan
untuk mengeliminasi sel yang mengalami kerusakan. memicu kaskade fosforilasi yang meningkat pada aktivasi
Apabila DNA repair secara normal tidak terjadi akibat c-Jun N terminal kinase (JNK). JNK yang teraktivasi
terjadinya mutasi dari gen p53 maka sel dapat memfosforilasi substrat, seperti c-Jun dan p53, serta
berproliferasi secara abnormal dan dapat terjadi keganasan. menginduksi apoptosis lewat berbagai mekanisme, meliputi
Protein p53 dapat merangsang apoptosis dengan modifikasi dan pengaturan protein pada famili Bcl-2.
merangsang ekspresi dari gen pro-apoptosis seperti Bax, Disamping itu, aktivasi apoptosis dapat terjadi melalui jalur
Fas/Apo-1, Death Reseptor 5 (DR5), atau Insulin Like intrinsik. Pada jalur tersebut, inisiasi apoptosis ditimbulkan
Growth Fator-Binding Protein 3 (IGF-BP3), atau dengan oleh produk biokimia yang berasal dari stres intraseluler,
merangsang ekspresi gen anti-apoptosis seperti Bcl-2, seperti stres oksidatif, perubahan redoks, ikatan kovalen,
cellular inhibitor of apoptosis protein-2 (c-IAP2) dan peroksidase lipid. Bahan-bahan tersebut memberikan sinyal
Neuronal Apoptosis Inhibitory Protein 1 (NAIP1). Jika kepada mitokondia sehingga menyebabkan perubahan pada
Apoptosis tidak terjadi akibat mutasi dari gen p53 atau mitokondria yang dimulai dengan terbukanya membran
disregulasi dari interaksi Fas-FasL maka sel dapat bagian luar dan diikuti pembengkakan matriks dan
berkembang ke arah keganasan. Aktivitas protein p53 hilangnya potensial membran yang menyebabkan
sebagai supresor kanker dapat diturunkan atau dihambat keluarnya protein-protein mitokondria termasuk
oleh protein Mdm2, yaitu suatu ligase ubiquitin yang dapat cytochrome-c. Apoptosis akan menghasilkan apoptotic
memberi tanda untuk terjadi proteolisis yang bodies yang terdiri dari fragmen sisa-sisa sel yang akan
mengakibatkan terjadinya degradasi dari protein p53 difagositosis oleh sistem retikuloendotelial di sekitarnya.
menjadi lebih cepat. Protein Mdm2 juga memodifikasi Proses apoptosis tersebut dikendalikan oleh dua
aktivitas p53 akibat terikat pada domain transaktivasi p53 perangkat gen yang berfungsi antagonistik yaitu memacu
pada N-terminus dan transpor protein pada sitoplasma, jauh dan menghambat, termasuk gen yang memacu proses
dari DNA nuklear, sehingga aktivitas protein p53 sebagai apoptosis yaitu p53, pRB, dan E2F, dimana protein gen-
suatu faktor transkripsi tidak dapat dijangkau. Gen Mdm2 gen tersebut lebih berperan dalam siklus sel. Ketika terjadi
itu sendiri juga diaktifkan oleh protein p53 sehingga dapat kerusakan DNA maka p53 akan teraktivasi dan
memberikan umpan balik negatif (negative autoregulatory mengaktifkan p21 yaitu suatu CDK Inhibitor. P21 akan
loop) (Chen et al. 2000). mengikat dan menginaktifkan kompleks CDK4 yang akan
Tidak berfungsinya kontrol checkpoint yang menyebabkan fosforilasi Rb terhambat dan pelepasan
mengakibatkan gagalnya respons penghentian siklus sel faktor transkripsi E2F terhenti, sehingga siklus sel terhenti
pada sel kanker juga dapat menjadi target potensial terapi pada tahap G1-S. Saat siklus sel terhenti, DNA mempunyai
antikanker (Abrahamson et al. 1995). Sel dengan kontrol kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum memasuki
checkpoint yang rusak lebih sensitif terhadap perubahan tahap pembelahan selanjutnya. Jika kerusakan DNA berat
genotoksik atau kerusakan mikrotubular. Kontrol dan tidak dapat direparasi maka sel akan memasuki jalur
checkpoint berfungsi untuk memastikan bahwa kromosom apoptosis. Kompleks E2F dengan pRB merupakan
tetap utuh dan tahap-tahap kritis siklus sel telah sempurna kompleks stabil untuk mengaktivasi berbagai promoter
sebelum memasuki tahap selanjutnya (Alfred et al. 1997). dalam sintesis DNA. Pada kondisi tanpa adanya sinyal
Pengaturan checkpoint tersebut melibatkan aktivasi dan pertumbuhan, pRB dalam keadaan hipofosforilasi.
22 Biofarmasi 8 (1): 17-16, Februari 2010
Gambar 10. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi etanolik pada konsentrasi
15,62 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada pembesaran 400x.
24 Biofarmasi 8 (1): 17-16, Februari 2010
Gambar 11. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi etanolik pada konsentrasi
31,25 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada pembesaran 400x.
Gambar 12. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi etanolik pada konsentrasi
62,50 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada pembesaran 400x.
Gambar 13. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi etanolik pada konsentrasi
125 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada pembesaran 400x.
Gambar 14. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi petroleum eter pada
konsentrasi 0 µg/mL pada ekstrak umbi bawang dayak pada perbesaran
400x. Sel positif p53 mutan ditunjukkan dengan warna inti kecokelatan.
Gambar 15. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi petroleum eter pada
konsentrasi 3,90 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada perbesaran
400x. Sel positif p53 mutan ditunjukkan dengan warna kecokelatan,
sedangkan sel negatif berwarna kebiruan.
SUDARMAWAN et al. – Ekstrak umbi bawang dayak pada sel kangker 25
Gambar 16. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi petroleum eter pada
konsentrasi 7,8 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada perbesaran
400x.
Gambar 17. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi petroleum eter pada
konsentrasi 15,62 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada perbesaran
400x.
Gambar 18. Hasil imunostaning ekspresi gen p53 mutan positif pada
hasil kultur sel T47D dengan perlakuan fraksi petroleum eter pada
konsentrasi 31,25 µg/mL ekstrak umbi bawang dayak pada perbesaran
400x.
Pada keadaan terhipofosforilasi, pRB berikatan dengan dayak, menunjukkan penghambatan proliferasi sel terjadi
E2F dan HDAC (histone deacetylase), serta akibat adanya apoptosis melalui jalur ekstrinsik atau
menginaktifkan faktor transkripsi E2F. Ikatan antara pRB instrinsik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dengan HDAC dan E2F diatur oleh fosforilasi meskipun proses apoptosis yang terjadi belum dapat
serine/threonine. E2F merupakan faktor transkripsi cyclin ditentukan. Hal ini tentunya perlu dilakukan uji lebih lanjut
E, cyclin A, dan protein-protein lain yang terlibat dalam untuk mencari dan membuktikan faktor-faktor yang
siklus sel. Fosforilasi tahap pertama oleh cyclin D/CDK 4, berpengaruh dalam penekanan ekspresi gen p53 mutan
dalam stimulus growth factor, melepaskan HDAC dari pada galur sel kanker payudara. Pengembangan obat
kompleks HDAC-pRB-E2F. Fosforilasi tahap berikutnya antikanker yang didasarkan pada regulasi siklus sel
dilakukan oleh cyclin E/CDK 2 dan melepaskan E2F dari selanjutnya diarahkan pada penghambatan terjadinya
pRB. E2F yang dihasilkan akan menginduksi transkripsi proses pembelahan sel dan pemacu apoptosis. Dengan
gen, seperti DNA polymerase dan thymidin kinase, yang demikian, senyawa atau protein yang diberikan pada
diperlukan untuk masuk ke dalam fase S. penderita dapat mencegah sintesis DNA dan mitosis,
Dari uraian tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa sehingga dapat menghentikan proliferasi sel kanker.
proses apoptosis dapat dipacu oleh berbagai faktor, baik
dari jalur ekstrinsik maupun jalur intrinsik. Selain itu,
siklus sel juga diatur dan dipengaruhi oleh berbagai macam KESIMPULAN
enzin maupun protein yang berperan sebagai supresor gen
kanker. Dengan demikian, penekanan ekspresi gen p53 Pemberian ekstrak fraksi etanolik dan fraksi petroleum
mutan pada sel karsinoma payudara T47D pada pemberian eter umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)
fraksi etanolik dan fraksi petroleum eter ekstrak bawang Merr) mampu menekan tingkat ekspresi gen p53 mutan
26 Biofarmasi 8 (1): 17-16, Februari 2010
pada galur sel kanker payudara T47D secara in vitro. Aulia N. 2003. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Umbi Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap Shigella dysentriae dan
Tidak terdapat perbedaan potensi penekanan signifikan Escherichia coli. UII, Yogyakarta.
dari fraksi etanolik dan petroleum eter ekstrak umbi Chen F, Chang D, Goh M et al. 2000. Role of p53 in cell cycle regulation
bawang dayak terhadap penekanan ekspresi gen p53 and apoptosis following exposure to proteasome inhibitor. Cell
mutan pada sel kanker payudara T47D. Growth Differ 11(5): 239-246.
Dyson N. 1998. Genes and development, the regulation of E2F by pRB-
family proteins. Cold Spring Harbor Laboratory Press.
www.genesdev.org.
DAFTAR PUSTAKA Flaman JM, Frebourg T, Moreau V et al. 1995. A simple p53 functional
assay for screening cell lines, blood and tumors. Proc Natl Acad Sci
Abrahamson JA, Lee JM, Bernstein A. 1995. Regulation of p53-mediated 92: 3963-3967.
apoptosis and cell cycle arrest by steel factor. Mol Cell Biol 15: 6953- Katzung BG. 2001. Basic and clinical pharmacology, Eighth edition. Mc
6960. Graw-Hill Companies, Philadelphia.
Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli. 2004. Protokol PERABOI 2003, Edisi I. Murti B. 1997. Prinsip dan metode riset epidemiologi. UGM Press,
Peraboi, Bandung. Yogyakarta.
Alfred MC, Bruce DM. 1997. Cancer of the colon. In: Devita V (ed). Nigro JM, Baker SJ, Preisinger AC et al. 1989. Mutations in the p53 gene
Cancer, Principles and Practice of Oncology. 5th edition. Lippincott- occur in diverse human tumour types. Nature 342(6250): 705-708.
Raben, USA. Smardova J, Pavlova S, Svitakova M et al. 2005. Analysis of p53 status in
Ashariati A. 2005. Pengelolaan medik penderita kanker. Basic Science of human cell lines using a functional assay in yeast: Detection of new
Oncology, Pertemuan Ilmiah Berkala Proyek Trigonum Plus XVIII. non-sense p53 mutation in codon 124. Oncol Rep 14: 901-907.
SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga-RSU Tjindarbumi D. 2004. Penanganan kanker payudara masa kini dengan
Dr. Soetomo, Surabaya. berbagai macam isu di Indonesia. Indonesian Issues of Breast Cancer.
Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya.