100% found this document useful (1 vote)
181 views11 pages

BPJS Kesehatan

This document discusses the role of RSUD Pambalah Batung Amuntai Hospital in implementing the BPJS health insurance program in North Hulu Sungai. It finds that communication has been unclear, resulting in delays in service. Facility resources are still insufficient, as many health facilities are not functioning properly or are damaged. It recommends more frequent socialization of the BPJS health program by the hospital through flags, banners and local TV. It also recommends improving health facilities for BPJS patients, repairing damaged facilities, and adding internet access, particularly in the emergency room, to provide information on the BPJS program.

Uploaded by

jumaidi ratna
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
100% found this document useful (1 vote)
181 views11 pages

BPJS Kesehatan

This document discusses the role of RSUD Pambalah Batung Amuntai Hospital in implementing the BPJS health insurance program in North Hulu Sungai. It finds that communication has been unclear, resulting in delays in service. Facility resources are still insufficient, as many health facilities are not functioning properly or are damaged. It recommends more frequent socialization of the BPJS health program by the hospital through flags, banners and local TV. It also recommends improving health facilities for BPJS patients, repairing damaged facilities, and adding internet access, particularly in the emergency room, to provide information on the BPJS program.

Uploaded by

jumaidi ratna
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

As Siyasah, Vol. 2, No.

1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

PERAN RSUD PAMBALAH BATUNG AMUNTAI DALAM IMPLEMENTASI


PROGRAM BPJS KESEHATAN DI HULU SUNGAI UTARA

Jumaidi
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai
Email: jumaidi.albanjari@yahoo.com

Abstract

The issues discussed in this study were the implementation of BPJS program on health in RSUD of
Pambalah Batung, Amuntai. It is inspired by the complaints of patients who were admitted to redeem
the drug, the number of beds and rooms which was not adequate as well as there were many facilities and
infrastructures which were still in bad condition, and there were many people who were not aware of
the availability of BPJS program on health. The samples of data sources used purposive sampling
technique. As many as 10 people were considered to have strong relations with the issues examined. The
data were collected by observations,interviews,and documentation. The survey results revealed: the
constraint from the aspect of the unclear communication which resulted in the delays of service process
carried out by the Executive of RSUD, the aspect of resources interms of facilities which was still in
sufficient because there were many health facilities which were not functioning properly and in damaged
condition.It is suggested to socialize BPJS on health program more often by RSUD of Pambalah Batung
through flags, banners, and localtelevision, toad health facilities for BPJS patients especially in patient
and sanitary rooms, to repair damaged facilities. The addition of internet (wifi), particularly for
Emergency Room (ER) is required when information on JKN program is in need.

Keywords: implementation, BPJS Health, constraints

PENDAHULUAN (Swasta). Sedangkan untuk masyarakat tidak


mampu, Pemerintah memberikan jaminan
Setiap masyarakat indonesia mempunyai kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan
hak dalam mendapatkan pelayanan dan akses Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan
yang sama dalam bidang kesehatan, baik Kesehatan Daerah (Jamkesda). Tetapi demikian,
keamanan, fasilitas, mutu dan keterjangkauan Program tersebut masih terfragmentasi, terbagi-
biaya. Sebaliknya, setiap masyarakat juga bagi dalam beberapa program yang dilaksanakan
mempunyai kewajiban ikut serta dalam Program oleh institusi pemerintah yang berbeda-beda.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang Dibelahan dunia, program jaminan sosial
diselenggarakan oleh Pemerintah. kesehatan telah dilaksanakan. Di Indonesia
Untuk mewujudkan rencana kesehatan sendiri, jaminan sosial merupakan amanah dari
global tersebut, pemerintah mempunyai konstitusi Indonesia yang termaktub dalam
tanggungjawab atas pelaksanaan Jaminan pembukaan UUD 1945 dan dalam Undang-
Kesehatan Nasional (JKN). Usaha kearah Undang itu sendiri dalam Pasal 28 ayat 3 dan
tersebut, sudah beberapa dekade dirintis oleh Pasal 34 ayat 1 bahwa Negara memberikan
Pemerintah dengan melaksanakan beberapa jaminan bagi seluruh penduduk Indonesia untuk
program dalam bentuk jaminan sosial dibidang mendapatkan jaminan dan kesejahteraan sosial.
kesehatan, seperti Asuransi Kesehatan (askes) Pada tahun 2004 terbitlah Undang-Undang
dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (jamsostek) tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang melayani Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang memberikan pertimbangan utama untuk
veteran, pensiun dan pegawai perusahaan

Jumaidi│Peranan RSUD ….. | 40


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

memberikan jaminan sosial yang menyeluruh sesuatu; menimbulkan dampak/akibat


bagi masyarakat Indonesia. terhadap sesuatu.
Pada tahun 2011 terbitlah Undang- b. Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam
Undang Nomor 24 Tahun 2011, tindak lanjut Abdul Wahab, 2005) merumuskan proses
dari Undang-Undang SJSN yang megatur implementasi ini sebagai tindakan-tindakan
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang dilakukan baik oleh individu-
(BPJS). Dalam Undang-Undang tersebut individu/pejabat-pejabat atau kelompok-
mengatur tentang perubahan badan kelompok Pemerintah atau swasta yang
penyelenggara jaminan sosial yang telah ada diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang telah digariskan dalam keputusan
(BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara kebijakan.
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. c. Menurut Daniel A.Mazmanian dan Paul A.
Pada tanggal 1 Januari 2014, Undang- Sabatier (dalam Abdul Wahab, 2005),
Undang tentang BPJS Kesehatan dan BPJS menjelaskan makna implementasi ini dengan
Ketenagakerjaan resmi diimplementasikan mengatakan bahwa memahami apa yang
setelah melalui tahapan sosialisasi dan senyatanya terjadi sesudah suatu program
pembenahan selama 3 tahun sejak terbitnya UU dinyatakan berlaku atau dirumuskan
SJSN pada tahun 2011. Dalam UU tersebut merupakan focus perhatian implementasi
dijelaskan bahwa seluruh rakyat Indonesia kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan
mempunyai kewajiban untuk berpartisipasi kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah
sebagai peserta atau anggota dalam program disahkannya pedoman-pedoman
tersebut dan mempunyai kewajiban membayar kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik
iurannya. Bagi masyarakat tidak mampu dan usaha-usaha untuk mengadministrasikannya
fakir miskin, Pemerintah diberikan amanah maupun untuk menimbulkan akibat/dampak
untuk menanggung iurannya bagi masyarakat nyata pada masyarakat atau kejadian-
yang dikategorikan sebagai Penerima Bantuan kejadian.
Iuran (PBI). Orang sering beranggapan bahwa
Kinerja BPJS kedepan yang bertujuan implementasi hanya merupakan pelaksanaan
untuk kemajuan JKN sangat bergantung pada dari apa yang telah diputuskan legeslatif atau
dukungan dan kepercayaan publik. Dewan para pengambil keputusan. Akan tetapi
Pengawas dan Dewan Jaminan Sosial betapapun baiknya rencana yang telah dibuat
Nasional (DJSN) akan terus memantau dan tetap tidak ada gunanya apabila tidak
mengawasi segala aspek penyelenggaraan dilaksanakan dengan baik dan benar.
JKN oleh BPJS Kesehatan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan
Dalam Praktiknya implementasi kebijakan publik merupakan sebuah proses yang begitu
seringkali menjadi sebuah proses yang begitu komplek dan sering kali bermuatan politik
kompleks serta bermuatan politik dan diwarnai berupa tekanan dari berbagai oknum yang
dengan intervensi dari berbagai kepentingan. berkepentingan. Bahkan Eugene Bardach
Implementasi kebijakan itu sendiri menjadi menganggap jika sebuah kebijakan yang
tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan kelihatannya bagus di atas kertas, tidaklah
struktur kebijakan yang ada, karena melalui mudah untuk merumuskannya dalam kata-kata
prosedur inilah proses kebijakan dapat diketahui yang kedengarannya mengenakkan di telinga
tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian semua orang, apalagi untuk melaksanakannya
tujuan yang ingin dicapai. agar mampu memuaskan semua orang.
Solichin A. Wahab (2005:64) Dalam mengkaji suatu implementasi
mengemukan beberapa pengertian mengenai kebijakan publik maka diperlukan variabel dan
implementasi kebijakan faktor-faktor yang mempengaruhinya, berupa
a. Kamus Webster, merumuskan secara pendek model kebijakan guna menyederhanakan
bahwa mengimplementasikan berarti pemahaman konsep suatu implementasi
menyediakan sarana untuk melaksanakan kebijakan. Terdapat banyak model yang dapat

41 | Jumaidi│Peran RSUD …..


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

dipakai untuk menganalisis sebuah implementasi Masyarakat merupakan pemilik kepentingan


kebijakan, salah satunya adalah model Model yang paling utama, dan harus memiliki
George C. Edward III. kesadaran dalam mematuhi aturan yang telah
Dalam model George C. Edward III ada dibentuk. Instansi yang ditunjuk sebagai badan
empat faktor yang berperan penting dalam penyelenggara memiliki tanggungjawab penuh
pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor- dalam melaksanakan dan memberikan jaminan
faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau sosial bagi rakyat Indonesia.
kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor Birokrasi pemerintah adalah institusi yang
Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi dan kuat eksistensinya karena mempunyai
struktur Birokrasi. kewenangan yang besar dan begitu luas
Implementasi akan efektif jika para memiliki sumber daya yang cukup dalam
pembuat keputusan sudah mengetahui dan menjalankan kekuasaannya dibanding dengan
memahami apa yang akan mereka kerjakan. organisasi lain dalam sebuah Negara. Birokrasi
Pemahamam tentang apa yang akan mereka pemerintahan merupakan institusi yang dominan
dalam implementasi kebijakan publik yang
kerjakan ini dapat berjalan dengan baik jika
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda
komunikasi yang terjalin terbina dengan dalam setiap hierarkinya. Itulah sebabnya,
baik birokrasi paling sering bahkan secara
Selain itu kebijakan menuntut adanya keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan.
sumber daya baik yang berupa dana maupun Birokrasi diciptakan sebagai instrumen
insentif yang lain yang kemungkinan dapat dalam menangani keperluan-keperluan publik
mendorong terlaksananya implementasi secara (public affair), mempunyai sejumlah tujuan yang
efektif. Edward III mengatakan bahwa: berbeda, fungsinya berada dalam lingkungan
bagaimanapun jelas dan konsistensinya yang kompleks dan luas serta bukan kekuatan
ketentuan dan aturan serta bagaimanapun yang netral dan tidak dalam kendali penuh dari
akuratnya penyampaian ketentuan atau aturan pihak luar. Oleh sebab itu, birokrasi pemerintah
tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang menjadi kekuatan dalam mengimplementasikan
bertanggung jawab untuk melaksanakan sebuah kebijakan publik. Dengan demikian,
kebijakan kurang mempunyai sumber daya birokrasi mempunyai peranan penting dalam
untuk melaksanakan kebijakan secara efektif implementasi kebijakan publik. Peranan itu
maka implementasi kebijakan tersebut tidak biasanya diterjemahkan dalam pola pembagian
akan berjalan efektif. tugas dan tanggung jawab yang terkendali.
Tersedianya sumber daya yang Demi terselenggaranya program JKN
memadai akan mendukung dalam pelaksanan yang merata diseluruh Indonesia, maka
suatu program untuk dapat mencapai tujuan diperlukan kesiapan yang dilakukan oleh
yang diinginkan. Sumber daya tersebut dapat pemangku kepentingan (stakeholder) seperti
berupa biaya, perlengkapan yang dibutuhkan PT. Askes, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit
maupun Sumber Daya Manusianya. Umum Daerah, Puskesmas, PNS (pengguna
Kecenderungan perilaku atau karakteristik askes sosial), juga pengguna Jamkesmas dan
dari pelaksana kebijakan juga berperan penting Jamkesda. Penelitian ini bertujuan untuk
untuk mewujudkan implementasi yang sesuai mendapatkan informasi tentang Implementasi
dengan tujuan, misalnya kejujuran dan Program BPJS Kesehatan di Hulu Sungai Utara
komitmen yang tinggi. Kejujuran menjadi melalui dari sistem informasi yang diberikan
arahan setiap pelaksana kebijakan untuk berada kepada masyarakat (sosialisasi), kesiapan
dalam program yang telah ditentukan, stakeholder dalam pelaksanaan dilihat dari
sedangkan komitmen yang tinggi akan membuat kesiapan fasilitas kesehatan dalam memenuhi
para implementor untuk selalu antusias dalam syarat kredensial BPJS Kesehatan, kesiapan
menerapkan peraturan yang telah ditetapkan. dalam menerima sistem pembiayaan, dan proses
Suatu sistem memerlukan kerja sama regulasi.
antar stake holder dan juga masyarakat.

Jumaidi│Peranan RSUD ….. | 42


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

Dalam konteks implementasi Program pelayanan kepada masyarakat pun menjadi


BPJS Kesehatan pada RSUD Pambalah Batung, terganggu. Di sisi lain, honor atau gaji para
maka dapat dideskripsikan bahwa yang aparatur rumah sakit (RSUD Pambalah Batung)
dimaksud tingkat komunikasi (Sosialisasi) juga mengalami keterlambatan pembayaran.
tersebut adalah sebuah proses penyampaian Secara psikologis pelayanan yang diberikan
pesan-pesan kebijakan yang dilakukan oleh akan menjadi seadanya, karena pelayanan yang
RSUD Pambalah Batung kepada masyarakat mereka berikan baru akan dibayar tiga bulan
dalam rangka tercapainya tujuan-tujuan yang yang akan datang.
ingin dicapai dari adanya Program tersebut. Diluar dari polemik halal dan haram
Sebagai suatu sistem yang baru saja Program BPJS Kesehatan, masih banyak
diimplementasikan, BPJS Kesehatan di permasalahan yang menghinggapi BPJS
Kabupaten Hulu Sungai Utara masih jauh dari Kesehatan tersebut, tidak terkecuali di RSUD
sempurna, permasalahan pun mulai mencuat Pambalah Batung baik dari segi sarana dan
kepermukaan. Hal ini dikarenakan kurangnya prasarana maupun dari segi pelayanannya. Dari
sosialisasi oleh stakeholder kepada masyarakat, segi sarana dan prasarana terlihat tidak
sehingga menimbulkan ketidakpahaman bagi seimbangnya jumlah pasien dengan ruangan
masyarakat akan program BPJS Kesehatan yang disediakan. Misalkan, anggota BPJS kelas
tersebut. pertama sedang sakit dan memerlukan rawat
Penyampaian informasi tentang program inap, tetapi ruangan kelas pertama sudah penuh.
BPJS Kesehatan, merupakan tahapan yang Tidak menutup kemungkinan pasien kelas
penting yang harus dilakukan oleh pihak terkait. pertama tersebut akan mendapatkan pelayanan
Hal ini menyangkut kejelasan pelayanan yang kelas III, sehingga pasien pun mengeluh karena
didapat masyarakat sebagai anggota BPJS ketidaksesuaian antara yang mereka bayar
Kesehatan tersebut. Masalah itu, justru muncul dengan yang mereka dapat.
pada unsur pengaplikasiannya, terutama pada Dari masalah-masalah diatas, peraturan
aspek rujukan, besaran biaya dan kepesertaan. tentang BPJS Kesehatan seakan-seakan
Sebagian masyarakat masih banyak yang diimplementasikan secara terburu-buru. Hal ini
belum mengetahui teknis mendapatkan bisa dilihat dari perubahan-perubahan tentang
pelayanan sesuai dengan prosedur BPJS peraturan-peraturan sistem pendaftaran BPJS
Kesehatan. Masyarakat yang menjadi peserta Kesehatan. Diawal implementasi BPJS
yang akan berobat ke RSUD Pambalah Batung kesehatan, pendaftaran terlihat loyal untuk
harus mendapatkan rujukan dari semua masyarakat bisa melakukan pendaftaran
Puskesmas/klinik, atau dokter. Sebagian BPJS ketika mereka membutuhkan, baik ketika
masyarakat belum mengetahui tentang sistem sedang sakit maupun tidak, pelayanan pun akan
rujukan tersebut. langsung diberikan ketika sudah mendaftar.
Masalah lainnya dalam hal komunikasi Enam bulan kemudian peraturan tersebut
yang tidak jelas yaitu terkait pelayanan- berubah, ketika masyarakat mendaftar BPJS
pelayanan yang dibiayai oleh BPJS Kesehatan. kesehatan, maka masyarakat tersebut baru bisa
Karena tidak semua pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan dari BPJS Kesehatan
ditanggung oleh pihak BPJS Kesehatan, empat belas hari kemudian.
termasuk obat-obat yang diberikan kepada Peraturan lainnya yang juga berubah yaitu
pasien peserta BPJS Kesehatan. Di RSUD tentang sistem pendaftaran, diawal
Pambalah Batung sendiri, ketika obat tersebut pengimplementasian BPJS Kesehatan, setiap
bukan tanggungan dari BPJS Kesehatan, maka masyarakat bisa mendaftarkan diri pribadinya
pasien tersebut disuruh membeli obat yang masing-masing sebagai anggota. Satu Tahun
diresepkan di apotik luar dengan dalih dari Pihak kemudian peraturan tersebut berubah, bahwa
RSUD bahwa obat tersebut habis/tidak ada. masyarakat yang mendaftar BPJS Kesehatan
Masalah lainnya, adanya keterlambatan wajib mendaftarkan dirinya dan anggota
pembayaran dari BPJS kepada RSUD Pambalah keluarganya sebagai peserta kepada BPJS
Batung. Sehingga obat-obat terlanjur habis dan Kesehatan berdasarkan nama-nama yang tertera

43 | Jumaidi│Peran RSUD …..


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

dalam Kartu Keluarga. Tentunya hal ini sangat dan Penarikan kesimpulan dari data yang
memberatkan masyarakat dari segi finansial, didapatkan.
karena biaya yang dikeluarkan dikalikan dengan Pengecekan data dengan triangulasi
jumlah keluarga yang didaftarkan. Aturan ini sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan
pulalah yang menjadi pertimbangan masyarakat melakukan wawancara pada pegawai dan
untuk mendaftar sebagai anggota BPJS masyarakat yang berbeda dari sebelumnya.
Kesehatan, terkait dengan uang yang akan Teriangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas
mereka keluarkan perbulan cukup besar, data dilakukan dengan cara mengecek data
sedangkan undang-undang BPJS mewajibkan kepada sumber yang sama dengan teknik yang
setiap masyarakat menjadi anggota Badan berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) wawancara, lalu dicek dengan observasi atau
Kesehatan. dokumentasi.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut
mendorong penulis untuk melakukan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
tentang Peran RSUD Pambalah Batung dalam
Implementasi BPJS Kesehatan di Hulu Sungai Melihat pentingnya tahapan implementasi
Utara. dari sebuah kebijakan yang telah dijelaskan di
atas, tentunya jaminan sosial kesehatan yang
METODE PENELITIAN dilaksanakan Oleh BPJS Kesehatan sebagai
sebuah kebijakan juga perlu untuk di
Metode atau pendekatan yang digunakan implementasikan agar tidak hanya terlihat rapi di
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dalam arsip. Dalam pengimplementasiannya di
menggunakan data deskriftif. Dengan metode ini RSUD Pambalah Batung Amuntai perlu kiranya
suatu fenomena yang diamati akan dapat digali melihat kualitas pelayanan pada instalasi rawat
secara dalam dan menyeluruh, sehingga inap kelas III pada RSUD Pambalah Batung
kesimpulan yang diperoleh nantinya akan lebih amuntai mencakup beberapa unsur pelayanan
akurat dan refresentatip serta diharapkan dapat diantaranya yaitu: prosedur pelayanan, sumber
memecahkan permasalahan yang dihadapi. daya & staf, sarana dan prasarana pelayanan,
Lokasi penelitian adalah Badan Layanan Umum kecepatan pelayanan.
Daerah Pambalah Batung Amuntai Kabupaten
Hulu Sungai Utara. Instrumen penelitian adalah Prosedur Pelayanan
penulis sendiri dengan instrumen pendamping Prosedur pelayanan pada instalasi rawat
Pegawai RSUD Pambalah Batung Amuntai. inap pada RSUD Pambalah Batung, baik dari
Sumber data menggunakan teknik purposive prosedur pelayanan masuk pasien maupun
sampling yakni pemilihan sekelompok subjek prosedur pelayanan pengambilan obat dapat
yang dianggap mempunyai sangkut paut yang dikatakan mudah dan tidak berbelit, karena dari
erat dengan masalah diteliti sebanyak 10 orang. pasien dan pihak pelaksana program BPJS
Sebagaimana lazimnya penelitian Kesehatan di RSUD sudah mengetahui prosedur
kualitatif, maka yang menjadi instrumen utama dalam pelayanan. Tetapi dari segi administrasi
dalam penelitian ini adalah individu peneliti pendaftaran dan prosedur layanan masih terdapat
sendiri dan menggunakan instrument tambahan ketidakpahaman para peserta dan pihak
berupa Handphone (sebagai alat perekam) serta pelaksana teknis yang belum memahami
alat tulis menulis. Data yang dikumpulkan bagaimana prosesnya. Hal ini tentunya menjadi
melalui wawancara mendalam kepada informan penghambat kedepannya ketika masyarakat
dan didukung oleh penelaahan atau dokumentasi peserta BPJS bertanya kepada mereka
beberapa peraturan, perundangan-undangan, bagaimana proses pendaftaran peserta ataupun
data penunjang kesehatan (profil Kesehatan) proses pengambilan obat, sehingga dari segi
yang terkait dengan penelitian. Teknis analisa pelayanan menjadi terlambat. Untuk mengatasi
data melalui tiga alur, yaitu: Reduksi, Penyajian masalah tersebut Unsur Pimpinan RSUD atau
TIM Pelaksana BPJS bisa mengadakan

Jumaidi│Peranan RSUD ….. | 44


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

sosialisasi tentang prosedur pelayanan kepada karena tenaga medis khususnya dokter spesialis
para pelaksana teknis tersebut (dokter, perawat dan peralatan medis masih kurang sehingga
dan bidan), sehingga implementasi program sering pasien tidak bisa ditangani di RSUD
BPJS tidak hanya diketahui oleh TIM Pelaksana Pambalah Batung dan harus dirujuk ke rumah
BPJS tetapi dipahami oleh seluruh Staf/Pegawai sakit kabupaten terdekat. Terkadang dokter
RSUD Pambalah Batung Amuntai. spesialisnya cuti sehingga keluhan pasien yang
tidak bisa ditangani perawat dan dokter umum,
Sumber Daya (Staf) pasien harus dirujuk ke rumah sakit kabupaten
Sumber daya dari segi staf yang tersedia terdekat. Selain itu faktor keterbatasan peralatan
belum bisa dikatakan cukup. Karena belum medis yang dapat digunakan pada instalasi rawat
sebandingnya antara perawat dengan tempat inap juga merupakan hambatan tersendiri yang
tidur pasien. Dalam peraturan Kepmenkes memunculkan masalah lain diluar kendali tenaga
Tahun 2008 tentang standar minimal pelayanan medis.
menyatakan bahwa dalam satu ruangan, tempat Adapun implementasi program jaminan
tidur berbanding 2:3 dengan perawat. Di RSUD sosial di bidang kesehatan Oleh BPJS Kesehatan
Pambalah Batung Amuntai di ruang instalasi dilihat dari teori Edward III keberhasilan
rawat Inap Kelas III jumlah tempat tidur implementasi kebijakan ditentukan oleh empat
berbanding 2:1 dengan jumlah perawat. Dari faktor penting. Pertama, Komunikasi, yaitu,
segi kemampuan staf masih banyak staf yang saling mengerti dan memahami antara pihak
berpendidikan Diploma 3 (51%), padahal penyelenggara BPJS Kesehatan dengan pemberi
diploma 3 berdasarkan Peraturan Kepmenkes pelayanan (Puskesmas/Rumah Sakit) dan
tahun 2008 merupakan pendidikan minimal yang penerima layanan BPJS Kesehatan sesuai
harus dimiliki pelayan kesehatan. dengan hak dan kewajibannya masing-nasing.
Kedua, Sumberdaya, baik berupa SDM dan
Sarana dan Prasarana pendanaan serta kualitasnya yang telah
Sarana dan prasarana yang tersedia di ditetapkan dalam pelaksanaan program tersebut.
RSUD Pambalah Batung Amuntai untuk kelas Ketiga, Disposisi, yaitu watak atau karakteristik
III belum memadai. Kurangnya sarana dan dari pihak yang melaksanakan kebijakan sesuai
prasarana ini terutama yang berkaitan dengan dengan SOP BPJS Kesehatan seperti komitmen,
peralatan medis, ruang tunggu dan fasilitas fisik kejujuran, konsistensi, dll. Keempat, Struktur
lainnya. Padahal sarana dan prasarana yang birokrasi, merupakan bagian-bagian dalam
tersedia di rumah sakit juga menjadi salah satu pelaksanaan program BPJS Kesehatan yang
faktor yang penting dalam sebuah implementasi menunjukan adanya tugas dan fungsi masing-
program BPJS Kebijakan. Berdasarkan hasil masing antar bagian serta kejelasan
wawancara di atas bahwa dapat disimpulkan koordinasinya.
fasilitas yang tersedia dalam implementasi Menyangkut empat variabel tersebut serta
program BPJS Kesehatan pada RSUD Pambalah hasil wawancara kepada pihak-pihak yang
batung Amuntai sesuai dengan standar Kelas III terkait maka data dapat di analisis dan di
dan standar RSUD yang bertipe C, hanya saja deskripsikan sebagai berikut :
belum cukup memadai dalam hal ketersediaan
masih banyak fasilitas yang tidak berfungsi 1. Komunikasi
dengan maksimal (rusak) dan tidak dengan cepat a. Transmisi
diperbaiki Berdasarkan hasil pengamatan dan
pernyataan dapat disimpulkan bahwa transmisi
Kecepatan Pelayanan program BPJS Kesehatan di RSUD Pambalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Batung Amuntai telah dilaksanakan dengan
beberapa orang pasien dapat disimpulkan bahwa baik, namun dalam hal dilapangan tidak
pihak rumah sakit masih kesulitan dalam semuanya memahami dan masalah yang ada
mewujudkan pelayanan yang cepat. dilapangan mengenai komunikasi tentang
Terhambatnya pelayanan biasanya disebabkan program BPJS tersebut tetap ada. Maka dapat

45 | Jumaidi│Peran RSUD …..


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

disimpulkan bahwa transmisi atau penyaluran 4. Peserta Asuransi Kesehatan Indonesia


komunikasi yang baik antara semua pihak yang (ASKES) dan keluarganya.
terkait dengan program BPJS Kesehatan pada 5. Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja
RSUD Pambalah Batung Amuntai sangat (JAMSOSTEK) dan keluarganya.
berpengaruh terhadap keberhasilan program Tahap kedua mencakup seluruh
BPJS Kesehatan tersebut. Kedepannya masyarakat Indonesia yang belum masuk
diharapkan pihak BPJS bisa lebih gencar sebagai peserta jaminan sosial berupa BPJS
melakukan sosialisasi kepada masyarakat, baik Kesehatan, diagendakan paling lambat
itu dari segi procedural pendaftaran maupun dari
tanggal 1 Januari 2019.
segi maksud dan tujuan adanya BPJS, sehingga
Dari uraian diatas, maka penulis
visi dari BPJS bisa berjalan dengan lancar.
menyimpulkan tahapan evaluasi dalam
Sosialisasi tersebut bisa dilakukan dengan tatap
implementasi program BPJS di Kabupaten Hulu
muka langsung maupun melalui media cetak dan
Sungai Utara belum ada. Di kabupaten Hulu
media televisi lokal yang ada di Kabupaten Hulu
Sungai Utara masih banyak pengguna PBI,
Sungai Utara. Selain itu Pihak BPJS juga
Askes dan Jaminan Kesehatan lainnya yang
sekiranya memberitahukan kepada peserta BPJS
belum tersinkronisasi dengan Program BPJS.
yang baru mendaftar tentang alur pelayanan
Hal ini juga diakibatkan masih adanya aturan-
yang diberikan pihak BPJS Kesehatan dengan
aturan prosedur administrasi yang berubah-
hak dan kewajiban peserta. Pihak TIM
rubah. Contohnya 1 Juni 2015, kartu BPJS
Pelaksana BPJS yang ada di RSUD Pambalah
Kesehatan baru dapat digunakan setelah 14 hari
Amuntai sekiranaya mamasang pamplet/banner
pendaftaran, sebelumnya ketika peserta
tentang alur pelayanan bagi peserta BPJS yang
mendaftar dan membayar iuran langsung bisa
terpampang disetiap ruang Rawat Inap.
mendapatkan pelayanan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
b. Kejelasan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Dari segi kejelasan peraturan dapat
dari pihak pelaksana di Program BPJS
disimpulkan bahwa belum adanya tahapan
Kesehatan di RSUD Pambalah Batung Amuntai
evaluasi dalam implementasi Program BPJS
melakukan komunikasi dengan jelas dan baik
Kesehatan di RSUD Pambalah Batung Amuntai.
dalam implementasi program BPJS Kesehatan
Hal ini dikarenakan Program BPJS kesehatan
tersebut tetapi masih perlu adanya tahapan
belum 100 % dilaksanakan, karena masih
evaluasi untuk mengukur tingkat komunikasi
banyak persoalan-persoalan yang belum tuntas
tersebut. Intensitas komunikasi dapat diukur
terkait dengan jaminan sosial lainnya seperti
dengan dilaksanakannya pertemuan bagi
Askes, Jamkesmas, Pengguna Kartu Sehat
stakeholder atau pihak-pihak terkait untuk
Amuntai (KSA) dan sebagainya.
mengevaluasi pelaksanaan SOP dari program
Dalam Peraturan BPJS Kesehatan yang
BPJS Kesehatan.
tertuang dalam Perpres No. 12 Tahun 2013
pasal 6 Ayat 2 ada dua pentahapan yang
c. Konsistensi
dilakukan dalam implementasi Program BPJS
Dalam hal ini suatu komunikasi tidak
yaitu:
berubah-ubah dan jelas untuk diterapkan dan
Tahap pertama dimulai tanggal 1 Januari
dijalankan, untuk menghindari kebingungan bagi
2014, minimal meliputi:
pihak-pihak yang terkait dengan sebuah
1. Penerima Bantuan iuran (PBI) Jaminan
peraturan. Mengenai implementasi program
Kesehatan
BPJS Kesehatan menurut pengamatan
2. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di
dilapangan terdapat suatu perintah atau
lingkungan Kementerian Pertahanan dan
komunikasi yang berubah-ubah.
keluarganya.
Berdasarkan pengamatan penulis,
3. Anggota POLRI/Pegawai Negeri Sipil di
perubahan-perubahan yang terjadi hanya bersifat
lingkungan POLRI dan keluarganya.
administratif, artinya tidak berpengaruh besar

Jumaidi│Peranan RSUD ….. | 46


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

terhadap pelayanan kepada pasien di RSUD Amuntai di ruang instalasi rawat Inap Kelas III
Pambalah Batung Amuntai. Perubahan yang jumlah tempat tidur berbanding 2:1 dengan
terjadi seperti pendaftaran peserta mandiri harus jumlah perawat. Dari segi kemampuan staf
juga mendaftarkan anggota keluarga yang tertera masih banyak staf yang berpendidikan Diploma
dalam kartu keluarga, setelah pendaftaran 3 (51%), padahal diploma 3 berdasarkan
sebagai anggota baru bisa 14 hari mendapatkan Peraturan Kepmenkes tahun 2008 merupakan
pelayanan dan sebagainya. pendidikan minimal yang harus dimiliki pelayan
Berdasarkan hasil pengamatan dan kesehatan.
wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil pengamatan dan
dalam implementasi program Jaminan wawancara dapat disimpulkan bahwa
Kesehatan Nasional Oleh BPJS Kesehatan sumberdaya yaitu staf ada pada RSUD belum
walaupun sering terjadi perubahan komunikasi memenuhi standar, baik dari jumlah maupun
hal tersebut tidak menjadi masalah, sebab pihak keahlian dan kemampuan yang mereka miliki..
pelaksana implementasi program BPJS Sesuai dengan pendapat di atas maka dalam
Kesehatan pada RSUD Pambalah Batung implementasi program BPJS Kesehatan ini
Amuntai cepat dan tanggap terhadap perubahan memiliki hambatan masalah sumberdaya yaitu
komunikasi yang terjadi. Hal ini staf yang ada pada RSUD Pambalah Batung
menggambarkan adanya keharmonisan Amuntai masih kurang.
komunikasi yang terjalin oleh semua pihak
pelaksana implementasi program BPJS b. Informasi
Kesehatan pada RSUD Pambalah Batung Sumberdaya mengenai informasi ini
Amuntai. mengenai bagaimana cara melaksanakan
kebijakan, implementor atau para pelaksana
2. Sumber Daya kebijakan harus mengetahui apa yang harus
Perintah-perintah implementasi program mereka lakukan disaat diberi perintah untuk
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Oleh BPJS melakukan tindakan.
Kesehatan mungkin diteruskan secara cermat, Berdasarkan hasil wawancara dapat
jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana disimpulkan bahwa informasi tentang program
kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk JKN Oleh BPJS Kesehatan pada RSUD
melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka Pambalah Batung Amuntai ini berjalan dengan
implementasi pun cenderung tidak efektif. baik. Dengan informasi yang didapat kelurga
Dengan demikian sumber daya dapat merupakan pasien tentang program BPJS Kesehatan
faktor-faktor yang penting dalam melaksanakan memberikan kejelasan kepada mereka tentang
kebijakan publik.Mengenai masalah sumber hak dan kewajiban mereka sebagai pasien BPJS
daya dalam implementasi program BPJS Kesehatan, yaitu hak mereka mendapatkan
Kesehatan ini, indikator yang dapat digunakan pelayanan kesehatan, obat-obatan maupun
dalam mengukur keberhasilan sumber daya kamar kelas sesuai pilihan pasien pada waktu
tersebut diantaranya yaitu Staf, Informasi, mendaftar dan kewajiban mereka untuk menjadi
Wewenang dan Fasilitas. peserta BPJS Kesehatan harus membayar iuran
sesuai kelas yang mereka pilih. Selain itu juga
a. Staf Tim pengelola BPJS Kesehatan, menunjukkan
Berdasarkan pengamatan dan hasil bahwa pihak RSUD Pambalah Batung Amuntai
dokumentasi penulis, sumber daya dari segi staf juga turut memberikan informasi tentang
yang tersedia belum bisa dikatakan cukup. program BPJS Kesehatan ini kepada seluruh
Karena belum sebandingnya antara perawat masyarakat khususnya kepada pasien. Maka
dengan tempat tidur pasien. Dalam peraturan dapat disimpulkan sumberdaya mengenai
Kepmenkes Tahun 2008 tentang standar informasi implementasi Program BPJS
minimal pelayanan menyatakan bahwa dalam Kesehatan sudah berjalan dengan semestinya,
satu ruangan, tempat tidur berbanding 2:3 tinggal bagaimana para pihak pelaksanaan dalam
dengan perawat. Di RSUD Pambalah Batung memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang

47 | Jumaidi│Peran RSUD …..


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

di informasikan atau apakah sudah sesuai pada RSUD Pambalah batung Amuntai dapat
dengan petunjuk teknis pelaksanaan dikatakan cukup baik sesuai dengan standar
implementasi program BPJS Kesehatan tersebut. Kelas III dan standar RSUD bertipe C, hanya
saja belum cukup memadai dalam hal
c. Wewenang ketersediaan masih banyak fasiltas yang tidak
Dalam hal implementasi program BPJS berfungsi dengan maksimal (rusak) dan tidak
Kesehatan, para pihak pelaksana semestinya dengan cepat diperbaiki.
melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk
teknis pelaksanaan program BPJS tersebut, agar 3. Disposisi
tidak ada terjadi penyimpangan wewenang Disposisi atau sikap para pelaksana dalam
dalam pelaksanaan implementasi Program BPJS hal ini pihak RSUD akan menimbulkan masalah
Kesehatan ini. Dari hasil wawancara dapat dan hambatan terhadap implementasi kebijakan
disimpulkan bahwa pelaksanaan wewenang atas bila personil yang ada tidak melaksanakan
tugas yang diperintahkan berkenaan dengan program BPJS Kesehatan ini dengan baik.
implementasi program BPJS Kesehatan terhadap Karena itu, dalam pemilihan dan pengangkatan
pihak pelaksana dalam hal ini yaitu perawat dan unsur pelaksana kebijakan haruslah orang-orang
bidan yang ada pada ruang rawat inap pada yang memiliki komitmen dan dedikasi pada
RSUD berjalan dengan semestinya sesuai kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus
dengan yang diharapkan. lagi pada kepentingan warga masyarakat
khususnya pasien pengguna BPJS Kesehatan.
d. Fasilitas Ada dua indikator yang harus dicermati dalam
Fasilitas merupakan unsur penunjang variable disposisi, yaitu pengangkatan birokrat
dalam implementasi sebuah kebijakan. Jika staf dan insentif.
yang dimiliki telah mencukupi dan memadai
serta mengetahui apa yang harus dikerjakannya, a. Pengangkatan birokrat
wewenang yang diberikan juga telah Berdasarkan hasil wawancara, dapat
terlegitimasi, sementara fasilitas pendukung disimpulkan bahwa, pengangkatan pegawai di
(sarana dan prasarana) tidak tersedia, tentu saja RSUD Pambalah Batung sudah sesuai dengan
implementasinya berjalan dengan timpang. kemampuan dalam bekerja sehingga
Dalam hal fasilitas pada pelaksanaan program implementasi program BPJS Kesehatan bisa
BPJS Kesehatan ini yang sangat mempengaruhi berjalan dengan efektif, karena didukung oleh
jalannya pelaksanaannya dilapangan yaitu pelaksana yang kompeten dan mempunyai skill
bagaimana kuantitas dan kualitas fasilitas yang yang bagus dalam melaksanakan tugas pada
ada pada RSUD Pambalah Batung dalam RSUD Pambalah Batung Amuntai tersebut.
program BPJS Kesehatan tersebut.
Dalam hal fasilitas ini, peneliti banyak b. Insentif
mendapati permasalahan baik dari pihak Menurut Edward III dalam Nawawi, salah
pelaksananya maupun dari masyarakat atau satu cara untuk memotivasi para pelaksana
pasien pengguna kartu BPJS Kesehatan selama untuk melaksanakan kebijakan adalah dengan
melaksanakan pengamatan. Hasil wawancara memberikan insentif, baik berupa keuntungan
menggambarkan bahwa sarana dan prasarana maupun biaya tertentu. Berdasarkan hasil
yang tersedia di RSUD Pambalah Batung wawancara, dapat disimpulkan bahwa dari segi
Amuntai terutama untuk kelas III belum insentif, sudah mencukupi sehingga dapat
memadai. Kurangnya sarana dan prasarana ini mencegah adanya pihak-pihak yang melakukan
terutama yang berkaitan dengan peralatan medis, pungutan biaya kepada warga yang
ruang tunggu dan fasilitas fisik lainnya. Padahal menggunakan program BPJS Kesehatan ini.
sarana dan prasarana yang tersedia di rumah Selain itu Insentif yang diberikan pihak BPJS
sakit juga menjadi salah satu faktor yang penting berdampak positif terhadap semua karyawan,
dalam sebuah implementasi program BPJS dikarenakan dengan adanya insentif tersebut
Kesehatan. Sebetulnya fasilitas yang tersedia

Jumaidi│Peranan RSUD ….. | 48


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

memberikan tambahan penghasilan bagi III di RSUD Pambalah Batung Amuntai.


karyawan RSUD Pambalah Batung Amuntai. Kedua, Sarana dan prasarana pelayanan yang
masih belum memadai terutama yang
4. Struktur Birokrasi berkaitan dengan fasilitas fisik dan peralatan
Menurut George C. Edward III di dalam medis. Keterbatasan ini disebabkan karena
birokrasi selalu terdapat SOP (Standard keterbatasan anggaran rumah sakit. Ketiga,,
Operating Procedures) dan Fragmentasi. SOP Kecepatan pelayanan masih terkendala
merupakan rutinitas-rutinitas yang dengan kurangnya tenaga medis terutama
memungkinkan para pejabat publik membuat dokter spesialis dan peralatan medis yang ada
sejumlah besar keputusan umum sehari-hari dan di rumah sakit. Kekurangan jumlah tenaga
ia merupakan jawaban terhadap keterbatasan medis dan peralatan medis masih disebabkan
waktu dari sumber daya pelaksana organisasi anggaran dana dirumah sakit yang masih
yang kompleks dan beragam. Sedangkan terbatas. Keempat, Untuk pelayanan medis
fragmentasi adalah pembagian tanggung jawab masih terdapat perbedaan pemberian jenis
suatu daerah kebijakan di antara beberapa unit obat (paten & generic) dan fasilitas ruangan
organisasi. SOP dan fragmentasi dapat pasien rawat inap antara pasien umum
mempengaruhi bahan-bahan dalam kebijakan dengan pasien BPJS, Jdan kelas III gratis.
memboroskan sumber daya, meningkatkan Kelima, Dalam memberikan pelayanan
tindakan yang diinginkan, menghambat petugasnya ramah dan sopan sehingga
koordinasi dan membingungkan pejabat di membuat pasien merasa tenang dan nyaman.
tingkat bawah. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dari pengamatan peneliti SOP (Standard Implementasi Program BPJS Kesehatan pada
Operating Procedurs) dan fragmentasi sudah RSUD Pambalah Batung Amuntai
memenuhi standar yang dilaksanakan, ini bisa dipengaruhi beberapa faktor: 1. Komunikasi,
dilihat pada pihak pelaksana implementasi BPJS 2. Sumber Daya, 3, Disposisi dan 4, Struktur
Kesehatan yang ada pada RSUD yang sudah Birokrasi.
memenuhi standar dalam pelayanan kesehatan 3. Kendala – kendala yang dihadapi dalam
dan dalam pelaksanaannya dilapanganpun implementasi Program BPJS Kesehatan pada
tekoordinir secara baik dengan tanggung RSUD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
jawab dan tugas masing-masing pada semua Pambalah Batung Amuntai Kabupaten Hulu
pihak yang berkaitan dalam implementasi Sungai Utara antara lain: Dari aspek
program BPJS Kesehatan ini, sesuai dengan Komunikasi dalam hal ketidak jelasannya
Surat Keputusan Direktur RSUD Pambalah komunikasi yang mengakibatakan
Batung Amuntai Nomor 14 tahun 2014 tentang terhambatnya proses pelayanan yang
TIM JKN, dengan adanya surat keputusan dilakukan oleh pihak Pelaksana pada RSUD
tersebut memberikan kejelasan tanggungjawab Pambalah Batung Amuntai, dan dari pihak
atas tugas para pihak pelaksana dalam masyarakat belum mengetahui seluruhnya
implementasi program BPJS Kesehatan ini. tentang program BPJS Kesehatan. Kemudian
Aspek Sumber Daya fasilitas RSUD yaitu
KESIMPULAN fasilitas untuk pasien masih kurang dan
belum cukup memadai karena masih banyak
1. Implementasi Program BPJS Kesehatan pada fasilitas kesehatan yang tidak berfungsi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan baik dan mengalami kerusakan.
Pambalah Batung Amuntai Kabupaten Hulu Masalah lain dalam hal Sumber daya yang
Sungai Utara sudah berjalan maksimal paling utama dalam implementasi adalah staf,
namun masih adanya kekurangan dalam bahwa staf yang ada pada RSUD belum
proses implementasinya. Pertama, masih memenuhi standar, baik dari jumlah, keahlian
adanya masyarakat yang belum mengetahui maupun kemampuan yang mereka miliki, dan
dengan persis bagaimana prosedur pelayanan masih perlu adanya analisis. Aspek lainnya
administrasi peserta BPJS Kesehatan Kelas mengenai Sumber daya yaitu fasilitas sarana

49 | Jumaidi│Peran RSUD …..


As Siyasah, Vol. 2, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2549-1865

prasarana yang belum cukup seperti internet


(wifi) di IGD untuk petugas pelaksana Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku
kepada pasien BPJS Kesehatan yang tidak Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan
ada, karena belum adanya internet di IGD Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
sehingga sebagai pihak RSUD tidak bisa Nasional. Kemenkes RI. Jakarta: Kemenkes.
mengetahui apakah pasien tersebut masih
terdaftar sebagai pasien BPJS atau tidak. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 63 Tahun 2013. Tentang
REFERENSI Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik. Jakarta : Menteri Pendayagunaan
Abdul Wahab, Solichin,. 2005. Analisis Aparatur Negara.
Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Agustino, Leo,. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan 24 Tahun 2011. Tentang Badan Penyelenggara
Publik. Malang: Universitas Muhammadiyah Jaminan Sosial. Jakarta: Kementerian
Malang. Kesehatan.

Dunn,William N, 2003. Pengantar Analisis


Kebijakan Publik. Yogyakarta,Gadjah Mada
University Press.

Inu Kencana, Welasari, 2015. Ilmu Administrasi:


Pustaka Belajar.

Moleong, Lexy J,. 2004. Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narbuko,Cholid dan Achmadi, Abu. 2007.


Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Putri, Asih Eka. 2014. Seri Buku 2 Paham BPJS


(Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial).
Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung

Rewansyah, Asnawi. 2010. Reformasi Birokrasi


dalam rangka Good Governence. Jakarta :
Yusaintanas Prima.

Sogiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitati Dan R&D. Bandung, Cetakan ke Tiga
Belas:Alfabeta.

Wahyu dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya


Ilmiah”. FKIP Unlam. Banjarmasin

Widodo, Joko. 2009. Analisis Kebijakan Publik.


Bayu Media Publishing. Malang.

Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses


Kebijakan Publik. Media Press Yogyakarta.

Jumaidi│Peranan RSUD ….. | 50

You might also like