BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan
Jumaidi
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai
Email: jumaidi.albanjari@yahoo.com
Abstract
The issues discussed in this study were the implementation of BPJS program on health in RSUD of
Pambalah Batung, Amuntai. It is inspired by the complaints of patients who were admitted to redeem
the drug, the number of beds and rooms which was not adequate as well as there were many facilities and
infrastructures which were still in bad condition, and there were many people who were not aware of
the availability of BPJS program on health. The samples of data sources used purposive sampling
technique. As many as 10 people were considered to have strong relations with the issues examined. The
data were collected by observations,interviews,and documentation. The survey results revealed: the
constraint from the aspect of the unclear communication which resulted in the delays of service process
carried out by the Executive of RSUD, the aspect of resources interms of facilities which was still in
sufficient because there were many health facilities which were not functioning properly and in damaged
condition.It is suggested to socialize BPJS on health program more often by RSUD of Pambalah Batung
through flags, banners, and localtelevision, toad health facilities for BPJS patients especially in patient
and sanitary rooms, to repair damaged facilities. The addition of internet (wifi), particularly for
Emergency Room (ER) is required when information on JKN program is in need.
dalam Kartu Keluarga. Tentunya hal ini sangat dan Penarikan kesimpulan dari data yang
memberatkan masyarakat dari segi finansial, didapatkan.
karena biaya yang dikeluarkan dikalikan dengan Pengecekan data dengan triangulasi
jumlah keluarga yang didaftarkan. Aturan ini sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan
pulalah yang menjadi pertimbangan masyarakat melakukan wawancara pada pegawai dan
untuk mendaftar sebagai anggota BPJS masyarakat yang berbeda dari sebelumnya.
Kesehatan, terkait dengan uang yang akan Teriangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas
mereka keluarkan perbulan cukup besar, data dilakukan dengan cara mengecek data
sedangkan undang-undang BPJS mewajibkan kepada sumber yang sama dengan teknik yang
setiap masyarakat menjadi anggota Badan berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) wawancara, lalu dicek dengan observasi atau
Kesehatan. dokumentasi.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut
mendorong penulis untuk melakukan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
tentang Peran RSUD Pambalah Batung dalam
Implementasi BPJS Kesehatan di Hulu Sungai Melihat pentingnya tahapan implementasi
Utara. dari sebuah kebijakan yang telah dijelaskan di
atas, tentunya jaminan sosial kesehatan yang
METODE PENELITIAN dilaksanakan Oleh BPJS Kesehatan sebagai
sebuah kebijakan juga perlu untuk di
Metode atau pendekatan yang digunakan implementasikan agar tidak hanya terlihat rapi di
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dalam arsip. Dalam pengimplementasiannya di
menggunakan data deskriftif. Dengan metode ini RSUD Pambalah Batung Amuntai perlu kiranya
suatu fenomena yang diamati akan dapat digali melihat kualitas pelayanan pada instalasi rawat
secara dalam dan menyeluruh, sehingga inap kelas III pada RSUD Pambalah Batung
kesimpulan yang diperoleh nantinya akan lebih amuntai mencakup beberapa unsur pelayanan
akurat dan refresentatip serta diharapkan dapat diantaranya yaitu: prosedur pelayanan, sumber
memecahkan permasalahan yang dihadapi. daya & staf, sarana dan prasarana pelayanan,
Lokasi penelitian adalah Badan Layanan Umum kecepatan pelayanan.
Daerah Pambalah Batung Amuntai Kabupaten
Hulu Sungai Utara. Instrumen penelitian adalah Prosedur Pelayanan
penulis sendiri dengan instrumen pendamping Prosedur pelayanan pada instalasi rawat
Pegawai RSUD Pambalah Batung Amuntai. inap pada RSUD Pambalah Batung, baik dari
Sumber data menggunakan teknik purposive prosedur pelayanan masuk pasien maupun
sampling yakni pemilihan sekelompok subjek prosedur pelayanan pengambilan obat dapat
yang dianggap mempunyai sangkut paut yang dikatakan mudah dan tidak berbelit, karena dari
erat dengan masalah diteliti sebanyak 10 orang. pasien dan pihak pelaksana program BPJS
Sebagaimana lazimnya penelitian Kesehatan di RSUD sudah mengetahui prosedur
kualitatif, maka yang menjadi instrumen utama dalam pelayanan. Tetapi dari segi administrasi
dalam penelitian ini adalah individu peneliti pendaftaran dan prosedur layanan masih terdapat
sendiri dan menggunakan instrument tambahan ketidakpahaman para peserta dan pihak
berupa Handphone (sebagai alat perekam) serta pelaksana teknis yang belum memahami
alat tulis menulis. Data yang dikumpulkan bagaimana prosesnya. Hal ini tentunya menjadi
melalui wawancara mendalam kepada informan penghambat kedepannya ketika masyarakat
dan didukung oleh penelaahan atau dokumentasi peserta BPJS bertanya kepada mereka
beberapa peraturan, perundangan-undangan, bagaimana proses pendaftaran peserta ataupun
data penunjang kesehatan (profil Kesehatan) proses pengambilan obat, sehingga dari segi
yang terkait dengan penelitian. Teknis analisa pelayanan menjadi terlambat. Untuk mengatasi
data melalui tiga alur, yaitu: Reduksi, Penyajian masalah tersebut Unsur Pimpinan RSUD atau
TIM Pelaksana BPJS bisa mengadakan
sosialisasi tentang prosedur pelayanan kepada karena tenaga medis khususnya dokter spesialis
para pelaksana teknis tersebut (dokter, perawat dan peralatan medis masih kurang sehingga
dan bidan), sehingga implementasi program sering pasien tidak bisa ditangani di RSUD
BPJS tidak hanya diketahui oleh TIM Pelaksana Pambalah Batung dan harus dirujuk ke rumah
BPJS tetapi dipahami oleh seluruh Staf/Pegawai sakit kabupaten terdekat. Terkadang dokter
RSUD Pambalah Batung Amuntai. spesialisnya cuti sehingga keluhan pasien yang
tidak bisa ditangani perawat dan dokter umum,
Sumber Daya (Staf) pasien harus dirujuk ke rumah sakit kabupaten
Sumber daya dari segi staf yang tersedia terdekat. Selain itu faktor keterbatasan peralatan
belum bisa dikatakan cukup. Karena belum medis yang dapat digunakan pada instalasi rawat
sebandingnya antara perawat dengan tempat inap juga merupakan hambatan tersendiri yang
tidur pasien. Dalam peraturan Kepmenkes memunculkan masalah lain diluar kendali tenaga
Tahun 2008 tentang standar minimal pelayanan medis.
menyatakan bahwa dalam satu ruangan, tempat Adapun implementasi program jaminan
tidur berbanding 2:3 dengan perawat. Di RSUD sosial di bidang kesehatan Oleh BPJS Kesehatan
Pambalah Batung Amuntai di ruang instalasi dilihat dari teori Edward III keberhasilan
rawat Inap Kelas III jumlah tempat tidur implementasi kebijakan ditentukan oleh empat
berbanding 2:1 dengan jumlah perawat. Dari faktor penting. Pertama, Komunikasi, yaitu,
segi kemampuan staf masih banyak staf yang saling mengerti dan memahami antara pihak
berpendidikan Diploma 3 (51%), padahal penyelenggara BPJS Kesehatan dengan pemberi
diploma 3 berdasarkan Peraturan Kepmenkes pelayanan (Puskesmas/Rumah Sakit) dan
tahun 2008 merupakan pendidikan minimal yang penerima layanan BPJS Kesehatan sesuai
harus dimiliki pelayan kesehatan. dengan hak dan kewajibannya masing-nasing.
Kedua, Sumberdaya, baik berupa SDM dan
Sarana dan Prasarana pendanaan serta kualitasnya yang telah
Sarana dan prasarana yang tersedia di ditetapkan dalam pelaksanaan program tersebut.
RSUD Pambalah Batung Amuntai untuk kelas Ketiga, Disposisi, yaitu watak atau karakteristik
III belum memadai. Kurangnya sarana dan dari pihak yang melaksanakan kebijakan sesuai
prasarana ini terutama yang berkaitan dengan dengan SOP BPJS Kesehatan seperti komitmen,
peralatan medis, ruang tunggu dan fasilitas fisik kejujuran, konsistensi, dll. Keempat, Struktur
lainnya. Padahal sarana dan prasarana yang birokrasi, merupakan bagian-bagian dalam
tersedia di rumah sakit juga menjadi salah satu pelaksanaan program BPJS Kesehatan yang
faktor yang penting dalam sebuah implementasi menunjukan adanya tugas dan fungsi masing-
program BPJS Kebijakan. Berdasarkan hasil masing antar bagian serta kejelasan
wawancara di atas bahwa dapat disimpulkan koordinasinya.
fasilitas yang tersedia dalam implementasi Menyangkut empat variabel tersebut serta
program BPJS Kesehatan pada RSUD Pambalah hasil wawancara kepada pihak-pihak yang
batung Amuntai sesuai dengan standar Kelas III terkait maka data dapat di analisis dan di
dan standar RSUD yang bertipe C, hanya saja deskripsikan sebagai berikut :
belum cukup memadai dalam hal ketersediaan
masih banyak fasilitas yang tidak berfungsi 1. Komunikasi
dengan maksimal (rusak) dan tidak dengan cepat a. Transmisi
diperbaiki Berdasarkan hasil pengamatan dan
pernyataan dapat disimpulkan bahwa transmisi
Kecepatan Pelayanan program BPJS Kesehatan di RSUD Pambalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Batung Amuntai telah dilaksanakan dengan
beberapa orang pasien dapat disimpulkan bahwa baik, namun dalam hal dilapangan tidak
pihak rumah sakit masih kesulitan dalam semuanya memahami dan masalah yang ada
mewujudkan pelayanan yang cepat. dilapangan mengenai komunikasi tentang
Terhambatnya pelayanan biasanya disebabkan program BPJS tersebut tetap ada. Maka dapat
terhadap pelayanan kepada pasien di RSUD Amuntai di ruang instalasi rawat Inap Kelas III
Pambalah Batung Amuntai. Perubahan yang jumlah tempat tidur berbanding 2:1 dengan
terjadi seperti pendaftaran peserta mandiri harus jumlah perawat. Dari segi kemampuan staf
juga mendaftarkan anggota keluarga yang tertera masih banyak staf yang berpendidikan Diploma
dalam kartu keluarga, setelah pendaftaran 3 (51%), padahal diploma 3 berdasarkan
sebagai anggota baru bisa 14 hari mendapatkan Peraturan Kepmenkes tahun 2008 merupakan
pelayanan dan sebagainya. pendidikan minimal yang harus dimiliki pelayan
Berdasarkan hasil pengamatan dan kesehatan.
wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil pengamatan dan
dalam implementasi program Jaminan wawancara dapat disimpulkan bahwa
Kesehatan Nasional Oleh BPJS Kesehatan sumberdaya yaitu staf ada pada RSUD belum
walaupun sering terjadi perubahan komunikasi memenuhi standar, baik dari jumlah maupun
hal tersebut tidak menjadi masalah, sebab pihak keahlian dan kemampuan yang mereka miliki..
pelaksana implementasi program BPJS Sesuai dengan pendapat di atas maka dalam
Kesehatan pada RSUD Pambalah Batung implementasi program BPJS Kesehatan ini
Amuntai cepat dan tanggap terhadap perubahan memiliki hambatan masalah sumberdaya yaitu
komunikasi yang terjadi. Hal ini staf yang ada pada RSUD Pambalah Batung
menggambarkan adanya keharmonisan Amuntai masih kurang.
komunikasi yang terjalin oleh semua pihak
pelaksana implementasi program BPJS b. Informasi
Kesehatan pada RSUD Pambalah Batung Sumberdaya mengenai informasi ini
Amuntai. mengenai bagaimana cara melaksanakan
kebijakan, implementor atau para pelaksana
2. Sumber Daya kebijakan harus mengetahui apa yang harus
Perintah-perintah implementasi program mereka lakukan disaat diberi perintah untuk
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Oleh BPJS melakukan tindakan.
Kesehatan mungkin diteruskan secara cermat, Berdasarkan hasil wawancara dapat
jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana disimpulkan bahwa informasi tentang program
kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk JKN Oleh BPJS Kesehatan pada RSUD
melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka Pambalah Batung Amuntai ini berjalan dengan
implementasi pun cenderung tidak efektif. baik. Dengan informasi yang didapat kelurga
Dengan demikian sumber daya dapat merupakan pasien tentang program BPJS Kesehatan
faktor-faktor yang penting dalam melaksanakan memberikan kejelasan kepada mereka tentang
kebijakan publik.Mengenai masalah sumber hak dan kewajiban mereka sebagai pasien BPJS
daya dalam implementasi program BPJS Kesehatan, yaitu hak mereka mendapatkan
Kesehatan ini, indikator yang dapat digunakan pelayanan kesehatan, obat-obatan maupun
dalam mengukur keberhasilan sumber daya kamar kelas sesuai pilihan pasien pada waktu
tersebut diantaranya yaitu Staf, Informasi, mendaftar dan kewajiban mereka untuk menjadi
Wewenang dan Fasilitas. peserta BPJS Kesehatan harus membayar iuran
sesuai kelas yang mereka pilih. Selain itu juga
a. Staf Tim pengelola BPJS Kesehatan, menunjukkan
Berdasarkan pengamatan dan hasil bahwa pihak RSUD Pambalah Batung Amuntai
dokumentasi penulis, sumber daya dari segi staf juga turut memberikan informasi tentang
yang tersedia belum bisa dikatakan cukup. program BPJS Kesehatan ini kepada seluruh
Karena belum sebandingnya antara perawat masyarakat khususnya kepada pasien. Maka
dengan tempat tidur pasien. Dalam peraturan dapat disimpulkan sumberdaya mengenai
Kepmenkes Tahun 2008 tentang standar informasi implementasi Program BPJS
minimal pelayanan menyatakan bahwa dalam Kesehatan sudah berjalan dengan semestinya,
satu ruangan, tempat tidur berbanding 2:3 tinggal bagaimana para pihak pelaksanaan dalam
dengan perawat. Di RSUD Pambalah Batung memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang
di informasikan atau apakah sudah sesuai pada RSUD Pambalah batung Amuntai dapat
dengan petunjuk teknis pelaksanaan dikatakan cukup baik sesuai dengan standar
implementasi program BPJS Kesehatan tersebut. Kelas III dan standar RSUD bertipe C, hanya
saja belum cukup memadai dalam hal
c. Wewenang ketersediaan masih banyak fasiltas yang tidak
Dalam hal implementasi program BPJS berfungsi dengan maksimal (rusak) dan tidak
Kesehatan, para pihak pelaksana semestinya dengan cepat diperbaiki.
melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk
teknis pelaksanaan program BPJS tersebut, agar 3. Disposisi
tidak ada terjadi penyimpangan wewenang Disposisi atau sikap para pelaksana dalam
dalam pelaksanaan implementasi Program BPJS hal ini pihak RSUD akan menimbulkan masalah
Kesehatan ini. Dari hasil wawancara dapat dan hambatan terhadap implementasi kebijakan
disimpulkan bahwa pelaksanaan wewenang atas bila personil yang ada tidak melaksanakan
tugas yang diperintahkan berkenaan dengan program BPJS Kesehatan ini dengan baik.
implementasi program BPJS Kesehatan terhadap Karena itu, dalam pemilihan dan pengangkatan
pihak pelaksana dalam hal ini yaitu perawat dan unsur pelaksana kebijakan haruslah orang-orang
bidan yang ada pada ruang rawat inap pada yang memiliki komitmen dan dedikasi pada
RSUD berjalan dengan semestinya sesuai kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus
dengan yang diharapkan. lagi pada kepentingan warga masyarakat
khususnya pasien pengguna BPJS Kesehatan.
d. Fasilitas Ada dua indikator yang harus dicermati dalam
Fasilitas merupakan unsur penunjang variable disposisi, yaitu pengangkatan birokrat
dalam implementasi sebuah kebijakan. Jika staf dan insentif.
yang dimiliki telah mencukupi dan memadai
serta mengetahui apa yang harus dikerjakannya, a. Pengangkatan birokrat
wewenang yang diberikan juga telah Berdasarkan hasil wawancara, dapat
terlegitimasi, sementara fasilitas pendukung disimpulkan bahwa, pengangkatan pegawai di
(sarana dan prasarana) tidak tersedia, tentu saja RSUD Pambalah Batung sudah sesuai dengan
implementasinya berjalan dengan timpang. kemampuan dalam bekerja sehingga
Dalam hal fasilitas pada pelaksanaan program implementasi program BPJS Kesehatan bisa
BPJS Kesehatan ini yang sangat mempengaruhi berjalan dengan efektif, karena didukung oleh
jalannya pelaksanaannya dilapangan yaitu pelaksana yang kompeten dan mempunyai skill
bagaimana kuantitas dan kualitas fasilitas yang yang bagus dalam melaksanakan tugas pada
ada pada RSUD Pambalah Batung dalam RSUD Pambalah Batung Amuntai tersebut.
program BPJS Kesehatan tersebut.
Dalam hal fasilitas ini, peneliti banyak b. Insentif
mendapati permasalahan baik dari pihak Menurut Edward III dalam Nawawi, salah
pelaksananya maupun dari masyarakat atau satu cara untuk memotivasi para pelaksana
pasien pengguna kartu BPJS Kesehatan selama untuk melaksanakan kebijakan adalah dengan
melaksanakan pengamatan. Hasil wawancara memberikan insentif, baik berupa keuntungan
menggambarkan bahwa sarana dan prasarana maupun biaya tertentu. Berdasarkan hasil
yang tersedia di RSUD Pambalah Batung wawancara, dapat disimpulkan bahwa dari segi
Amuntai terutama untuk kelas III belum insentif, sudah mencukupi sehingga dapat
memadai. Kurangnya sarana dan prasarana ini mencegah adanya pihak-pihak yang melakukan
terutama yang berkaitan dengan peralatan medis, pungutan biaya kepada warga yang
ruang tunggu dan fasilitas fisik lainnya. Padahal menggunakan program BPJS Kesehatan ini.
sarana dan prasarana yang tersedia di rumah Selain itu Insentif yang diberikan pihak BPJS
sakit juga menjadi salah satu faktor yang penting berdampak positif terhadap semua karyawan,
dalam sebuah implementasi program BPJS dikarenakan dengan adanya insentif tersebut
Kesehatan. Sebetulnya fasilitas yang tersedia