Pengaruh Penambahan Serat Roving Terhada PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ROVING SEBESAR 0%, 2,5%, 5%,

7,5%, DAN 10% TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON
NON PASIR DENGAN PERBANDINGAN AGREGAT 1 : 5 DAN FAS 0,4
Muhamad Abdil Basith1, Hery Suroso2, Aris Widodo3
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Negeri Semarang

ABSTRACT
The addition of roving fiber as an added material is part of the innovation
in increasing the compressive strength and tensile strength of non-fines concrete.
This research is intended to know the percentage of increase of compressive
strength and tensile strength of non-fines concrete by addition of roving fiber at the
planned concentration. The benefit of this research is to know the effect of adding
roving fiber in non-fines concrete.
The study used mixed composition with the ratio of the volume of flats
which consist of cement and aggregate of 1: 5, while the roving fiber with
concentration of 0% for control variables, 2.5%, 5%, 7,5%, and 10% for variable
bound. The fiber concentration is taken from the weight of the cement. The tested
sample was cylindrical in size 150 mm in diameter and 300 mm in height. The
number of samples per test variant of 3 pieces and the total amount of 30 samples.
From the test results showed that the control variables for the
compressive strength of 3.65 MPa obtained, the largest value of compressive
strength occurs around the concentration of fiber as much as 5% with a percentage
increase of 31.92% of control variables with a compressive strength value of 4.81
MPa, While the smallest compressive strength value occurs at the concentration of
fiber as much as 10% with a decrease percentage of 26.65% of control variables
with a compressive strength value of 2.67 MPa. The value of tensile strength for
control variables is 0.42 MPa, the largest tensile strength value is about 5%
concentration of fiber with the percentage increase of 93.22% from the control
variable with the tensile strength value of 0.81 MPa.
Keyword: non fines concrete, roving fiber, compressive strength, tensile strength

ABSTRAK
Penambahan serat roving sebagai bahan tambah merupakan bagian dari
inovasi dalam meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik belah pada beton non pasir.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase kenaikan kuat tekan dan
kuat tarik belah beton non pasir dengan penambahan serat roving pada konsentrasi
yang direncanakan. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat
diketahui pengaruh penambahan serat roving dalam beton non pasir.
Penelitian menggunakan komposisi campuran dengan perbandingan
volume bahan susun yang terdiri dari semen dan agregat sebesar 1:5, sedangkan
serat roving dengan konsentrasi sebesar 0% untuk variabel kontrol, 2,5%, 5%,
7,5%, dan 10% untuk variabel terikat. Konsentrasi serat diambil dari berat semen.
Sampel yang diuji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi

1
300 mm. Jumlah sampel per varian uji sebanyak 3 buah dan jumlah total sebanyak
30 sampel.
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kontrol untuk kuat
tekan didapat sebesar 3,65 MPa, nilai kuat tekan terbesar terjadi berkisar pada
konsentrasi serat sebanyak 5% dengan persentase kenaikan sebesar 31,92% dari
variabel kontrol dengan nilai kuat tekan sebesar 4,81 MPa, sedangkan nilai kuat
tekan terkecil terjadi pada konsentrasi serat sebanyak 10% dengan persentase
penurunan sebesar 26,65% dari variabel kontrol dengan nilai kuat tekan sebesar
2,67 MPa. Nilai kuat tarik belah untuk variabel kontrol didapat sebesar 0,42 MPa,
nilai kuat tarik belah terbesar terjadi berkisar pada konsentrasi serat sebanyak 5%
dengan persentase kenaikan sebesar 93,22% dari variabel kontrol dengan nilai kuat
tarik belah sebesar 0,81 MPa.
Kata kunci: beton non pasir, serat roving, kuat tekan, kuat tarik belah

PENDAHULUAN mampu menahan beban tekan dan


Beton merupakan salah satu sangat kecil dalam menahan beban
bahan pokok dalam bangunan. Hal ini tarik. Hal ini disebabkan karena beton
disebabkan bahan-bahan penyusun bersifat getas yaitu ketidakmampuan
beton sangat mudah didapatkan. suatu material (beton) untuk
Selain itu, pengerjaan dan berdeformasi plastis dan hanya akan
perawatannya pun relatif mudah berdeformasi elastis, dan selanjutnya
dibandingkan material konstruksi akan mengalami patah (fracture) jika
lainnya. diberi suatu beban.
Di Indonesia, penggunaan Sifat getas pada beton
beton sangatlah luas sebagai bahan memungkinkan terjadinya
bangunan. Beton secara umum keruntuhan secara mendadak. Dalam
merupakan campuran antara agregat pelaksanaannya, untuk mendapatkan
halus berupa pasir, agregat kasar kuat tarik pada beton dapat diatasi
berupa kerikil, semen, dan air dalam oleh material seperti, tulangan baja,
perbandingan tertentu. dan bahan lainnya yang mempunyai
Dipohusodo (1993: 1), pada kuat tarik dan modulus elastisitas
penggunaan komponen struktural, tinggi.
suatu material akan mengalami Penggunaan beton saat ini
perilaku tekan dan tarik. Beton hanya tidak hanya pada ruang lingkup

2
struktur saja, akan tetapi bisa juga Hal ini disebabkan oleh kelemahan
digunakan untuk non struktur. material baja terhadap korosi yang
Banyak komponen non struktur ditimbulkan oleh proses karbonasi,
bangunan yang terbuat dari beton proses degradasi oleh sulfat, proses
misalnya, dinding, kolom praktis, degradasi oleh klorida, maupun
perabot rumah, maupun berbagai proses leaching yang masuk pada
macam hiasan. celah ruang kosong (porous) beton
Penggunaan beton pada non pasir. Menurut Farihah (2007),
komponen non struktur tentulah baja tulangan akan terlindungi dari
berbeda dengan struktur dimana korosi apabila berada pada
komposisi di desain sedemikian rupa lingkungan basa kuat dengan nilai pH
untuk menghasilkan beton dengan  12,5 yang menjadikan keadaan
nilai estetika maupun dari segi menjadi pasif. Keadaan ini
ekonomi yang lebih terjangkau. disebabkan karena beton
Tjokrodimulyo (2007: 101), mengandung 20 – 30 persen Kalsium
salah satu produk beton untuk Dihidrosida (Ca(OH)2), sebagian
penggunaan non struktur dan struktur berupa larutan jenuh dan sebagian
ringan ialah beton non pasir (no fines mengendap berupa kristal di dalam
concrete). Komposisi yang beton.
mengabaikan agregat halus dalam Menurut SNI 03-2847-2002
pembuatannya dapat mengurangi tentang Tata Cara Perhitungan Beton
berat jenis beton tersebut. Selain itu, Untuk Bangunan Gedung, pelindung
tidak adanya agregat halus dapat beton (selimut beton) untuk tulangan
menimbulkan porositas pada beton pada beton bertulang minimal pada
yang diakibatkan oleh rongga yang jenis konstruksi beton yang tidak
tidak terisi oleh material yang lebih langsung berhubungan dengan cuaca
kecil. atau beton tidak berhubungan dengan
Porositas yang tinggi pada tanah adalah sebesar 15 mm.
beton non pasir sangat tidak Sedangkan hal ini tidak mungkin
memungkinkan penggunaan baja dilakukan pada beton non pasir
tulangan untuk menahan gaya tarik. dengan tingkat porositas yang tinggi.

3
Salah satu usaha untuk mengatasi hal 1. Perencanaan campuran beton
ini adalah dengan mengganti tulangan dengan perbadingan antara semen dan
baja sebagai material penahan kuat agregat kasar sebesar 1 : 5 volume
tarik pada komponen komposit beton bahan.
dengan bahan serat sintetis. 2. Semen yang digunakan ialah
Beberapa jenis serat yang semen PCC dengan merk Holcim.
biasa dipakai dalam campuran beton 3. Agregat kasar yang digunakan
diantaranya serat baja, serat plastik ialah kerikil asli Kali Garang ukuran
atau polypropylene fiber, serat kaca 10-20 mm.
atau fiber glass, serat karbon atau 4. Konsentrasi serat yang
fiber carbon, dan serat dari bahan digunakan adalah : 0%, 2,5%, 5%,
alami. (Frisaini, Juliana; 2011; Beton 7,5%, dan 10% berdasarkan berat
Fiber; semen.
http://www.ilmusipil.com/beton- 5. Nilai faktor air semen yang
fiber; diakses tanggal 3 Mei 2017) digunakan adalah : 0,4.
Serat roving merupakan salah 6. Pengujian kekuatan beton
satu bahan yang mudah didapat dan dilakukan setelah berumur 28 hari.
harganya cukup murah. Serat ini 7. Sampel yang dibuat sebanyak
banyak digunakan pada industri 6 buah per variasi konsentrasi
pembuatan gypsum, serat roving serat.
mempunyai ketahanan terhadap
bahan kimia. Dalam hal ini Tujuan yang hendak dicapai
penggunaan serat roving sebagai dalam penelitin ini adalah:
pengganti baja tulangan pada beton 1. Mengetahui persentase
non pasir diharapkan bisa menambah kenaikan kuat tekan pada beton non
kuat tekan dan kuat tarik belah. pasir dengan penambahan serat
Ruang lingkup penelitian dibatasi roving pada konsentrasi yang telah
pada pembuatan beton non pasir ditentukan.
menggunakan serat roving. 2. Mengetahui persentase
Pembatasan masalah dalam penelitian kenaikan kuat tarik belah pada beton
ini adalah sebagai berikut: non pasir dengan penambahan serat

4
roving pada konsentrasi yang telah jatuhkan dengan tinggi jatuh
ditentukan. yang lebih tinggi
f. Kebutuhan semen sedikit (karena
tidak ada pasir, maka luas
TINJAUAN PUSTAKA
permukaan butir agregat
Beton Non Pasir berkurang sehingga kebutuhan
Menurut Diarto (2014), beton semen hanya sedikit)
non pasir adalah bentuk sederhana g. Mudah meloloskan air
dari beton ringan yang dibuat dengan Porositas pada beton non pasir
cara mengurangi penggunaan butiran mengakibatkan kekuatan beton
halus (pasir). Menurut Kardiyono tersebut berkurang. Selain itu, hal ini
(2007), beton non pasir (no fines juga menyebabkan tidak
concrete) ialah bentuk sederhana dari memungkinkannya penggunaan baja
jenis beton ringan yang dalam tulangan sebagai bahan komposit
pembuatannya tidak dengan agregat beton non pasir karena akan memicu
halus. Tidak digunakannya agregat percepatan korosi pada baja tersebut.
halus dalam komposisi beton ini Berat jenis beton non-pasir
menyebabkan berkurangnya berat dipengaruhi oleh gradasi agregat yang
jenis beton tersebut. Hal ini dipakai dan berkisar antara 60-75%
dikarenakan munculnya pori pada dari beton biasa. Agregat kasar yang
beton tersebut yang bisa mencapai 20 dipakai pada umumnya berukuran 10
– 25 persen. mm sampai 20 mm. Pemakaian
Kelebihan utama dari pemakaian agregat dengan gradasi rapat dan
beton non pasir ini adalah: permukaan yang tajam (batu pecah)
a. Lebih bersifat isolasi panas akan menghasilkan beton non-pasir
b. Cara pembuatannya yang lebih dengan kuat tekan dan berat jenisnya
cepat dan sederhana sedikit lebih tinggi daripada memakai
c. Bobotnya yang ringan agregat seragam dan bulat (kerikil).
d. Susutnya yang hanya sedikit Faktor air semen pada beton
e. Tidak ada kecenderungan untuk non-pasir tidak terlalu besar berkisar
bersegregasi sehingga dapat di antara 0,36 sampai 0,46 karena jika

5
faktor air semen terlalu rendah maka kadang-kadang dipakai pula untuk
pasta semennya tidak akan cukup bagian struktur ringan (rumah
untuk menyelimuti permukaan dari sederhana).
agregat kasarnya, sedangkan jika
faktor air semen terlalu tinggi maka Beton Serat
pasta semen akan terlalu encer Beton serat merupakan
sehingga pada saat pemadatan pasta campuran beton ditambah serat,
semen akan mengendap di bagian umumnya berupa batang-batang
bawah. dengan ukuran 5 – 500 μm, dengan
Hasil penelitian Kardiyono panjang sekitar 25 mm. Bahan serat
(1992) dalam Kardiyono 2007 yang dapat berupa serat asbestos, serat
membuat beton non pasir dari plastik (polypropylene), atau
pecahan genteng keramik diperoleh potongan kawat baja. Kelemahannya
nilai faktor air semen optimum sekitar sulit dikerjakan, namun lebih banyak
0,40 dengan kuat tekan antara 5 MPa kelebihannya antara lain
sampai 10 MPa untuk perbandingan kemungkinan terjadi segregasi kecil,
volume agregat semen 10 sampai 6. daktail, dan tahan benturan
Sedangkan hasil penelitian Akhmad (Mulyono, 2005:309).
Subhannur (2002) dalam Kardiyono
2007 yang menggunakan kerikil dari Penggunaan serat pada beton
gunung Merapi menunjukkan bahwa serat saat ini sudah sangat
kuat tekan sebesar 18 MPa jika rasio berkembang. Hal ini ditandai dengan
volume agregat semen 4 dan sebesar munculnya inovasi-inovasi baru
4 MPa jika rasio volume agregat penggunaan serat alami dan sintetis
semen 10 dengan faktor air semen pada beton.
konstan sebesar 0,40. Serat dari bahan alami seperti
Karena kuat tekannya yang serat tumbuh-tumbuhan, ijuk, bambu,
relatif rendah maka sampai saat ini dan sabut kelapa dapat dipakai untuk
beton non-pasir hanya dipakai untuk beton non-struktural. Keuntungan
bagian non-struktur, misalnya bata dengan penulangan serat adalah dapat
beton atau dinding tembok, namun mencegah retakan beton yang terlalu

6
dini, baik akibat panas hidrasi Grafik 2.7. Hubungan antara volume
maupun akibat pembebanan. Selain
12
itu, tahan terehadap kerusakan pada

Kuat Tekan (MPa)


10
10,186
beton yang mempunyai tingkat 8 9,344 8,852 8,823
6
porositas tinggi. 6,884
4
Penggunaan serat
2
mengakibatkan berkurangnya sifat 0
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0
kemudahan dikerjakan dan
Volume fraksi serat bambu (%)
mempersulit terjadinya segregasi.
2,5
Serat dalam beton berguna untuk

Kuat Tarik Belah


2
mencegah adanya retak-retak, 2,162 2,022
1,959

(MPa)
1,5 1,85
1,621
sehingga menjadikan beton serat 1

lebih daktail daripada beton biasa. 0,5


0
Pada penelitian “Pemanfaatan 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0

Serat Bambu untuk Dinding Beton Volume fraksi serat bambu (%)

Ringan Tanpa Pasir Pracetak fraksi serat bambu dan kuat tarik belah
silinder beton ringan
Tulangan Bambu dengan Agregat Sumber: Suparjo (2003), “Pemanfaatan
Batu Apung” oleh Suparjo (2003), Serat Bambu untuk Dinding Beton
Ringan Tanpa Pasir Pracetak Tulangan
dengan persentase serat bambu Bambu dengan Agregat Batu Apung”
diambil dari volume benda uji dan
diperoleh kuat tekan beton dan kuat Selain itu, pada penelitian
tarik belah beton sebagai berikut: “Tinjauan Kuat Tekan dan Kuat Tarik
Belah Beton dengan Serat Kawat
Bendrat Berbentuk W sebagai Bahan
Grafik 2.6. Hubungan antara volume
fraksi serat bambu dan kuat tekan Tambah” oleh Nur Suprihatin (2013),
silinder beton ringan
Sumber: Suparjo (2003), “Pemanfaatan dengan pesentase kawat bendrat
Serat Bambu untuk Dinding Beton berdasarkan berat benda uji diperoleh
Ringan Tanpa Pasir Pracetak Tulangan
Bambu dengan Agregat Batu Apung” hasil sebagai berikut:

7
25 polyester/epoxy, digunakan sebagi

Kuat Tekan Beton


media lapisan tengah dari plat
20 21,61721,126

(MPa)
20,176 20,296 fiberglass. Polester merupakan
15 17,882
material sintetis yang terbuat dari
10 Purified Terephtalic Acid (PTA) atau
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00
Persentase Penambahan dimetil ester Dimethyl Terephthalate
Kawat (%)
(DMT) dan Mono Etilena Glikol
Grafik 2.8. Hubungan kuat tekan (MEG).
beton dengan persentase penambahan
serat kawat bendrat berbentuk W
pada umur 28 hari.
Sumber: Suprihatin (2013),
“Tinjauan Kuat Tekan dan Kuat
Tarik Belah Beton dengan Serat
Kawat Bendrat Berbentuk W sebagai
Bahan Tambah”

8
6 Gambar 3. Bentuk Fisik Serat
Kuat tarik belah beton

6,593 7,037 6,674 6,356


4 Roving
2
(MPa)

3,33 Penggunaan serat ini cukup luas


0
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 sebagai penguat komposit bagian
Persentase Penambahan Kawat dalam kendaraan atau perahu pesiar
(%)
dan produk gipsum, sehingga dapat
dengan mudah didapatkan. Dalam
Grafik 2.9. Hubungan kuat tarik
belah beton dengan persentase penelitian Usmanto dkk. (2006)
penambahan serat kawat bendrat
berbentuk W pada umur 28 hari didapatkan hasil pemeriksaan berat
Sumber: Suprihatin (2013), jenis roving dari dua sampel yang
“Tinjauan Kuat Tekan dan Kuat
Tarik Belah Beton dengan Serat rata-rata diperoleh berat jenis sebesar
Kawat Bendrat Berbentuk W
sebagai Bahan Tambah” 1.364 gram/cm3.

Serat Kasar (Serat Rooving) METODE PENELITIAN


Roving (serat kasar) merupakan Metode penelitian yang
serat yang terbuat dari bahan digunakan dalam penelitian ini adalah

8
metode penelitian eksperimen.
Penelitian ini akan mengamati kuat
tekan dan kuat tarik belah beton non
pasir dengan menambahkan sarat
roving sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5%
dan 10% dengan perbandingan
angregat 1:5, dengan FAS 0,4.
Pengujian yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi
pengujian agregat kasar, pengujian
kuat tekan dan kuat tarik belah beton
non pasir dengan ukuran benda uji
diameter 15 cm x 30 cm. Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Penelitian dilakukan di
Laboratorium Jurusan Teknik Sipil, Penelitian yang dilakukan
Universitas Negeri Semarang mulai adalah dengan membuat sampel
dari pengujian bahan, pembuatan benda uji silinder dengan ukuran 15 x
benda uji, perawatan benda uji, dan 30 cm. Selanjutnya dilakukan
pengujian benda uji. Kegiatan perencanaan komposisi campuran
penelitian dilakukan setelah semua untuk mendapatkan komposisi
persiapan bahan selesai. Tujuan dari material penyusun beton non pasir.
penelitian ini adalah untuk Pembuatan benda uji dilakukan
mengetahui besar kadar serat yang dengan proporsi campuran antara
dapat dihasilkan kuat tekan dan kuat semen dan agregat kasar 1:5, dengan
tarik belah beton non pasir yang faktor air semen 0,4. Pembuatan
optimal. Adapun bagan alir penelitian benda uji menggunakan agregat kasar
ada di gambar dibawah ini: berupa kerikil asli dari Sungai
Kaligarang dan serat rooving sebagai
pengganti pasir dalam campuran
beton non pasir sebanyak 0%; 2,5%;
5%; 75% dan 10% dari berat semen.

9
Kebutuhan material dapat dilihat pada agregat tersebut dikatakan agregat
tabel berikut ini. normal.
Tabel 1. Benda uji Agregat yang peneliti gunakan
untuk praktikum adalah berukuran
maksimum 20 mm, dari hasil
pemeriksaan yang lolos ayakan 19
mm sebesar 94.5 %, kemudian yang
lolos ayakan 9,5 mm sebesar 8,8 %,
Setelah benda uji dibuat dan
sedangkan yang lolos ayakan 4,75
dilakukan perawatan hingga
sebesar 1,67 %. Jika dibandingkan
mencapai umur 28 hari. Setelah
antara hasil dengan batas-batas grdasi
mencapai umur 28 hari dilakukan uji
agregat yang digunakan peneliti
kuat tekan dan uji permeabilitas
belum boleh dipakai untuk bahan
terhadap benda uji beton.
bangunan steruktur, tetepi dalah
penelitian ini digunakan untuk non
HASIL DAN PEMBAHASAN
struktur.
Dari hasil pemeriksaan berat
Dari hasil pemeriksaan keausan
jenis agregat kasar, besar berat jenis
agregat kasar, sampel 1 menghasilkan
agregat kasar sebesar 2,33. Dari hasil
keausan sebesar 35,22 %, sedangkan
pemeriksaan berat jenis agregat kasar
sampel 2 sebesar 36,26 %, dirata-rata
diperoleh hasil berat jenis sebesar
menjadi sebesar 35,74 %.
2,33 artinya berat jenis agregat kasar
Dari hasil pemeriksaan, berat
berada dibawah berat jenis agregat
satuan sampel untuk semen, sampel 1
normal (Agregat Normal ialah
didapat sebesar 1095 kg/m3,
agregat yang berat jenisnya antara 2,5
sedangkan sampel 2 didapat sebesar
sampai 2,7. Kardiyono : 2007).
1105 kg/m3, dan dirata-rata menjadi
Hasil pengujian berat satuan
1100 kg/m3. Dan untuk uji vicat
agregat kasar yang digunakan untuk
semen ikatan awal semen terjadi pada
praktikum diperoleh nilai sebesar
menit ke 123 dan ikatan akhir semen
1.572, jadi dilihat dari berat satuannya
terjadi pada menit ke 255.

10
variabel kontrol dengan nilai kuat
tekan rata-rata 3,97 MPa, kemudian
nilai tekan mencapai nilai tertinggi
atau optimal dengan penambahan
serat 5% dengan persentase kenaikan
sebesar 31,92% dari varibel kontrol
dengan nilai kuat tekan rata-rata 4,81
MPa, kemudian pada penambahan
Gambar 5. Bentuk beton non pasir
serat 7.5% persentase kenaikan kuat
dengan peanambahan serat roving
tekan sebesar 1,51% lebih kecil maka
nilai tekannya turun menjadi 3,70
Pengujian kuat tekan dan kuat
MPa daripada penambahan serat 5%,
tarik belah dilakukan setelah beton
dan nilai tekan berada pada posisi
berusia 28 hari.
paling kecil pada penambahan serat
Grafik hasil pengujian kuat
sebesar 10% dengan penurunan nilai
tekan dan kuat tarik belah disajikan
kuat tekan sebesar 26,65% dari
dalam gambar berikut:
variabel kontrol dengan nilai kuat
Kuat Tekan Beton non Pasir
dengan Perbandingan tekan rata-rata 2,67 MPa.
Semen : Agregat Kasar (1:5)
Kuat Tarik Belah Beton non
6,00
Kuat Tekan, MPa

4,81 Pasir dengan Perbandingan


5,00 3,97
3,65 3,70 Semen : Agregat Kasar (1:5)
4,00
2,67
3,00 0,90 0,81
Kuat Tarik Belah (MPa)

2,00 0,80 0,71


1,00 0,70
0% 2,50% 5,00% 7,50% 10% 0,57
0,60 0,52
Persentase serat roving
0,50 0,42
0,40
Nilai kuat tekan pada variabel kontrol 0,30
benda uji dengan serat 0% didapat
rata-rata 3,65 MPa, nilai tekan mulai Persentase Serat Roving
mengalami kenaikan pada
penambahan serat sebesar 2.5% Nilai kuat tarik belah pada
dengan persentase sebesar 8,85% dari variabel kontrol benda uji dengan
konsentrasi serat 0% didapat rata-rata

11
0.42 Mpa, kemudian nilai tarik belah dengan penambahan serat roving
naik pada penambahan serat sebesar dalam kondisi optimal sebesar
2.5% mengalami kenaikan sebesar 31,92% dari variabel kontrol.
23,15% dengan rata-rata 0.52 Mpa, 2. Penambahan serat roving pada
kemudian nilai kuat tarik belah beton non pasir menimbulkan
mencapai nilai tertinggi atau pengaruh terhadap kuat tarik
mencapai optimum pada penambahan belah. Kuat tarik belah optimal
serat 5% dengan kenaikan sebesar terjadi berkisar pada konsentrasi
93,22% yaitu nilai tarik belahnya sebesar 5% dari berat semen
sebesar 0.81 Mpa, dan grafik nilai dengan kuat tarik belah rata-rata
tarik belah mengalami penurunan tertinggi adalah 0,81 MPa.
pada penambahan serat sebesar 7.5% Persentase kenaikan kuat tarik
dengan persentase kenaikan sebesar belah beton non pasir dengan
67,5% dan nilai kuat tarik belah rata- penambahan serat roving dalam
rata 0.71 Mpa, dan grafik kembali kondisi optimal sebesar 93,22%
turun pada persentase penambahan dari variabel kontrol.
serat 10% dengan persentase
DAFTAR PUSTAKA
kenaikan nilai kuat tarik belah beton
sebesar 17,51% dan nilai kuat tarik Anonim. 1991. Standar Nasional
belah beton sebesar 0.57 Mpa. Indonesia: Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung. SK
KESIMPULAN DAN SARAN SNI T-15-1991-03. Yayasan
Lembaga Penyelidikan
1. Penambahan serat roving pada Masalah Bangunan. Bandung.

beton non pasir menimbulkan _______. 1990. SNI 03-1969-1990.


Metode pengujian berat jenis
pengaruh terhadap kuat tekan. dan penyerapan air agregat
Kuat tekan optimal terjadi kasar. Badan Standarisasi
Nasional. Bandung.
berkisar pada konsentrasi sebesar
_______. 1996. SNI 03-4142-1996.
5% dari berat semen dengan kuat Metode pengujian jumlah
tekan rata-rata tertinggi adalah bahan dalam agregate yang
lolos saringan nomor 200
4,81 MPa. Persentase kenaikan (0,0075 mm). Badan
kuat tekan beton non pasir

12
Standarisasi Nasional. McCormac, Jack C. 2000. Desain
Bandung. Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
_______. 1998. SNI 03-4804-1998.
Metode Pengujian Berat Isi Mulyono, Tri. 2005. Teknologi Beton.
dan Rongga udara dalam Andi. Yogyakarta.
agregat. Badan Standarisasi
Nasional. Bandung. Nawy, E.G. 1985. Reinforce Concrete
a Fundamental Approach.
_______. 2000. Revisi SNI 06-6369- Sidney. Mac Graw-Hill Book
2000. Tata cara pembuatan Company.
kaping untuk benda uji
Silinder Beton. Badan Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Standarisasi Nasional. Kuantitatif Kualitatif dan R &
Bandung. D. Bandung. Alfabeta.

_______. 2002. SNI 03-6827-2002. Suparjo. 2003. Pemanfaatan Serat


Metode pengujian waktu ikat Bmbu untuk Dinding Beton
awal semen portland dengan Ringan tanpa Pasir Pracetak
menggunakan alat vicat untuk Tulangan Bambu dengan
pekerjaan sipil. Badan Agregat Batu Apung. Majalah
Standarisasi Nasional. IPTEK 14(2):83-92
Bandung. Suprihatin, Nur. 2013. Tinjauan Kuat
_______. 2002. SNI 03-6861.1-2002. Tekan dan Kuat Tarik Belah
Spesifikasi bahan bangunan - Beton dengan Serat Kawat
Bagian A: Bahan bangunan Bendrat Berbentuk “W”
bukan logam. Badan sebagai Bahan Tambah.
Standarisasi Nasional. Naskah Publikasi UMS.
Bandung. Surakarta.

Dipohusodo, Istimawan. 1993. Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2007.


Struktur Beton Bertulang. Teknologi Beton. Yogyakarta.
Jakarta. Gramedia Pustaka Biro Penerbit KMTS FT
Utama. UGM.

Farihah. 2007. Korosi Pada Beton Usmanto, W. 2006. Pengaruh


Bertulang dan Penambahan Serat Roving
Pencegahannya. Jurnal Sebesar 4,48% dengan
SMARTek 5(3):190 – 195 Panjang Serat 6 cm pada Sifat
Mekanis Balok Beton
Frisaini, Juliana. 2011. Beton Fiber. Bertulang. Skripsi tidak
http://www.ilmusipil.com/bet diterbitkan. Jurusan Teknik
on-fiber. 3 Mei 2017 (14:35) Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang,
Semarang.

13

You might also like